05-Apr-15
PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI Hamim Sudarsono Fakultas Pertanian Unila
•
Pengendalian hama secara kimiawi: tindakan untuk menekan populasi hama sampai pada taraf yang tidak merugikan secara ekonomis dengan menggunakan bahan kimiawi, baik yang berasal dari bahan-bahan nabati maupun yang dibuat secara sintetik.
•
Insektisida secara harfiah berarti pembunuh serangga (insect = serangga, cide = membunuh). Insektisida tidak hanya membunuh serangga hama tetapi juga semua hewan nirsasaran yang ikut terkena == biosida (biocide) = pembunuh makhluk hidup
•
1
05-Apr-15
KEUNGGULAN:
Sangat efektif karena dapat membunuh hama dalam waktu relatif singkat sehingga dapat digunakan sebagai tindakan penyelamatan panen. Relatif murah karena pelaksanaannya relatif sederhana dan dapat dimassalkan. Dewasa ini berbagai jenis pestisida telah tersedia di pasar bebas di sebagian besar negara di seluruh dunia sehingga sangat mudah bagi petani untuk memperolehnya. Mudah dilaksanakan.
Insektisida Sejak penemuan dan pembuatan secara besar-besaran insektisida modern menjelang dan awal tahun 1940-an, bahan kimia ini telah menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha tani. Masa keemasan pemakaian insektisida atau sering disebut sebagai Era Insektisida dalam dunia pertanian terjadi antara tahun 1939 hingga 1962. Tahun 1962 adalah tahun diterbitkannya The Silent Spring yang ditulis oleh Rachel Carson, seorang ahli biologi kelautan berkebangsaan Amerika Serikat. Buku ini pada intinya menghujat pemakaian insektisida yang telah terbukti merusak ekosistem beberapa danau besar di AS.
2
05-Apr-15
Insektisida sintetik yang mula-mula menjadi primadona adalah DDT (dichlorodiphenyl-trichloroethane) dari golongan hidrokarbonberkhlor. Senyawa ini sebenarnya pertama kali disintesis oleh Othmar Zeidler, seorang mahasiswa pascasarjana berkebangsaan Jerman, pada tahun 1873. Pada tahun 1930-an Paul Muller, ahli kimia berkebangsaan Swiss menemukan bahwa DDT sangat ampuh untuk membunuh berbagai jenis serangga. Pada masa Perang Dunia II, DDT menyelamatkan ribuan, bahkan mungkin jutaan, nyawa manusia dari ancaman penyakit malaria dan tipus. Pada tahun 1948 Dr. Paul Muller menerima hadiah Nobel dalam bidang kesehatan/kedokteran. Setelah PD II berakhir, keberhasilan DDT berlanjut dalam bidang pertanian..
Pada masa kejayaannya, DDT sangat populer di kalangan pengguna karena spektrumnya yang luas dan efek residunya yang panjang. DDT kemudian dilarang untuk digunakan dalam pertanian. (yang pertama kali melarang penggunaan DDT adalah Swedia, negara pemberi hadiah Nobel yang beberapa tahun sebelumnya menobatkan salah seorang peneliti DDT sebagai salah satu ilmuwan tersohor di dunia. Dampak negatif penggunaan insektisida dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu: (1) aspek kesehatan dan lingkungan hidup; dan (2) aspek pengendalian hama dalam kegiatan usaha tani.
3
05-Apr-15
Dampak Terhadap Lingkungan dan Pengelolaan Hama
Metcalf (1986) mengindentifikasi pengaruh aplikasi insektisida terhadap lingkungan secara umum sebagai berikut: (1) Menekan populasi hama sasaran. (2) Menimbulkan seleksi hama resisten. (3) Menghancurkan populasi musuh alami: a. Menekan populasi musuh alami secara langsung langsung. b. Mereduksi populasi inang atau mangsa dari musuh alami. c. Mencemari makanan bagi musuh alami (4) Menimbulkan resurjensi dan hama sekunder. (5) Membunuh serangga penyerbuk (6) Mencemari jaring makanan (7) Menyebabkan ekotoksisitas umum
Oka & Sukardi (1982): Pengaruh negatif penggunaan insektisida terhadap pengendalian hama: (1) menyebabkan hama menjadi resisten (2) menyebabkan ledakan hama sekunder (3) menimbulkan resurjensi
4
05-Apr-15
Hama Menjadi Resisten. o Kasus pertama resistensi serangga terjadi kutu dompolan Quadraspidiotus perniciosus terhadap insektisida belerang-kapur di negara bagian Washington, As pada tahun 1908. o Sampai penggunaan DDT, kasus resistensi tidak banyak dilaporkan. Baru pada tahun 1946, kasus resistensi lalat rumah terhadap DDT dilaporkan terjadi di Swedia. S/d 1950-an (masa keemasan insektisida) kasus resistensi masih relatif jarang. o Tahun 1986: 447 spesies artropoda resisten terhadap satu atau lebih kelompok insektisida utama: DDT, siklodien, organofospat, karbamat, dan piretroid. o Dari spesies serangga yang resisten: 59% hama pertanian, 38% hama peternakan atau kesehatan, dan hanya 3% musuh alami (Pedigo, 1989). o % musuh alami yang resisten sangat kecil. o Berdasarkan ordo, 35% dari spesies yang resisten tersebut adalah anggota ordo Diptera. Kenyataan ini sejalan dengan tingginya tekanan seleksi insektisida yang dikenakan pada nyamuk, salah satu anggota ordo Diptera!
Kasus resistensi serangga hama terhadap insektisida sejak 1910 hingga 1980-an
5
05-Apr-15
Mekanisme resistensi serangga terhadap insektisida (Wilkinson, 1983): (1) Resistensi biokimiawi: insektisida dilawan oleh satu atau beberapa enzim yang merusaknya sebelum insektisida tersebut sampai ke titik sasarannya di dalam tubuh serangga. (2) Resistensi fisiologi: insektisida tidak dipecah menjadi senyawa yang kurang beracun melainkan diakomodasi oleh satu atau beberapa fungsi fisiologi. Salah satu yang terpenting yaitu dengan mengubah titik aksi insektisida. Ex: resistensi lalat rumah terhadap DDT dan piretroid diduga akibat pengurangan reseptor sasaran (target-site receptor) sehingga pembalut saraf kurang sensitif terhadap insektisida. (3) Resistensi perilaku terjadi melalui perubahan perilaku serangga dalam menghindari insektisida. Ex: nyamuk penular plasmodium yang menyebabkan malaria di Afrika, Anopheles gambiae serta spesies-spesies lainnya. Sebagian ras dari hama ini biasa hidup di dalam gedung dan bangunan sehingga rentan terhadap DDT yang diaplikasikan pada tembok dan dinding bangunan. Sebagian yang lain suka hidup di luar gedung dan bangunan sehingga populasinya semakin dominan karena perilaku ini mengindarkan mereka dari pendedahan terhadap insektisida.
(4) Resistensi silang : serangga hama yang resisten terhadap satu golongan insektisida mampu bertahan terhadap insektisida dari golongan lain ==masalah yang sulit. Biasanya diatasi dengan menggunakan insektisida dari golongan lain yang belum menimbulkan resistensi pada hama tersebut. Contoh kasus: kumbang kentang Kolorado (Leptinotarsa decemlineata) di Long Island, New York. Penanam kentang di wilayah ini telah menerapkan strategi satu jenis insektisida sejak tahun 1800-an. Dewasa ini, kumbang kentang Kolorado merupakan salah satu serangga yang paling resisten terhadap insektisida di benua Amerika Utara.
6
05-Apr-15
PENUTUP Tuntutan terhadap pengelolaan hama yang memperhatikan lingkungan lokal sejatinya tidak lagi merupakan ranah para ilmuwan tetapi telah menjadi realita bisnis yang berimplikasi terhadap profit perusahaan.
Seharusnya kedudukan serangga hama tidak dianggap sebagai pengganggu (nuisance) melainkan sebagai resiko (risk) karena permasalahan hama serangga akan selalu dihadapi oleh manusia selama menyelenggarakan usaha pertanian.
Edward Osborne Wilson (Pemenang Pulitzer Prize dari Harvard): “If all mankind were to disappear, the world would regenerate back to the rich state of equilibrium that existed ten thousand years ago. If insects were to vanish, the environment would collapse into chaos”. “Jika seluruh manusia punah, alam akan kembali kepada status keseimbangan yang kaya sebagaimana telah terjadi sepuluh ribu tahun yang lalu. Jika serangga menghilang, lingkungan ekosisetem akan runtuh dalam ketidakpastian”.
7