PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT. LIPPO KARAWACI Tbk Periode 2005-2013) Ani Khalifah 103403041 Bidang Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi JL. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115 e-mail:
[email protected] Pembimbing : H. Maman Suherman, S.E., M.M., Ak. CA R. Neneng Rina A, S.E., M.M., Ak. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Price Earning Ratio terhadap struktur modal pada PT Lippo Karawaci Tbk periode 20052013 Metode yang digunakan adalah metode Regresi Linear Berganda dengan bantuan software SPSS 16 dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal dan Price Earning Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. (2) Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Price Earning Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Struktur Modal. Kata kunci: Profitabilitas, Struktr Aktiva, Price Earning Ratio dan Struktur Modal. ABSTRACT The objective of this research is to examine The Influence Of Profitability, Asset Structure And Price Earning Ratio On Capital Structure Company A Study On Pt. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013). The Method Of Analysis of this research was multiple regression with SPSS 16 with do secunder data . The results of this research showed, (1) Partialy, Profitability have negative significant influence to capital structure, while asset structure doesn’t have significant influence to capital structure and price earning ratio have positif not signifikan influence to capital structure (2) Simultaneously of Profitability, Asset Structure and Price Earning Ratio have significant influence to capital structure, Keywords: Profitability, Asset Structure, Price Earning Ratio And Capital Structure. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-4 di dunia. Menurut survei terakhir tahun 2010, Indonesia memiliki kurang lebih 250 juta jiwa. Dalam hal kehidupannya, manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan primer. Meningkatnya kebutuhan papan yang sejalan dengan meningkatnya populasi penduduk, maka perumahan merupakan satu kebutuhan dasar manusia yang memperoleh perhatian sungguh-sungguh. Karena itu, banyak perusahaan properti yang mamanfaatkan peluang bisnis untuk mengembangkan bisnisnya. Pasar properti di Indonesia terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Tidak heran, jika perusahaan pengembang properti atau developer terus membangun rumah, apartement atau gedung untuk memenuhi permintaan properti yang terus meningkat.
Sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Setiap perusahaan harus beroperasi dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi. Tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya, sehingga perusahaan di tuntut untuk memiliki rencana strategis dan taktis yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu aspek penting dalam menjalankan rencana perusahaan adalah rencana pembelanjaan dan investasi. Rencana pembelanjaan dan investasi merupakan keputusan yang penting bagi manajer keuangan karena berkaitan dengan aktivitas pencarian dana. Salah satu cara pencarian dana atau modal bagi perusahaan adalah melalui pasar modal karena di pasar modal memungkinkan bagi perusahaan untuk menerbitkan sekuritas atau surat berharga. Akan tetapi keputusan perusahaan dalam menggunakan sumber dananya menghasilkan dampak yang berbeda bagi masing-masing perusahaan. Manajemen keuangan harus mampu melakukan keseimbangan terhadap struktur modal sehingga keperluan jangka pendek maupun jangka panjang dapat terpenuhi dan dibiayai dengan baik dari sumber-sumber pendanaan internal maupun eksternal perusahaan. Dengan demikian terlihat bahwa manajer keuangan harus mengambil keputusan tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian laba. Ketiga keputusan tersebut merupakan keputusan-keputusan yang harus diambil oleh manager keuangan (Husnan, 2000: 7). Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan deviden akan tercermin pada sisi pasiva perusahaan. Apabila kita hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Apabila diperhatikan baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang, perbandingannya disebut struktur keuangan (Husnan, 2000:7). Salah satu masalah dalam suatu perusahaan yaitu masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Menurut Riyanto (2010: 297), “Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, di mana mempunyai utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan”. Struktur modal sering didefinisikan sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri (Husnan, 2000: 275). Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri yang biasa disebut debt to equity ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio DER, akan semakin tinggi pula risiko yang akan terjadi dalam perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur utang lebih besar daripada modal sendirinya. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) merupakan perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang setiap tahunnya menyusun laporan keuangan yang mampu memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil yang telah dicapainya. Dengan visi untuk terus memberikan dampak positif dan nilai lebih kepada lingkungan sosial dimana proyek-proyek Perseroan dikembangkan, strategi bisnis yang tajam, unit-unit usaha strategis yang kokoh, dan kepercayaan yang besar dari para pemangku kepentingan, PT Lippo Karawaci Tbk mampu menyelesaikan pengembangan proyek-proyek yang telah direncanakan dan kembali menghasilkan kinerja yang mengesankan. PT Lippo Karawaci Tbk telah mampu memanfaatkan peluang yang ada dan menghasilkan kemajuan yang mantap dan berkelanjutan dari seluruh unit usaha strategis yang dimiliki dan meletakkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan yang lebih tinggi di tahun mendatang serta mengokohkan diri sebagai pengembang terkemuka di Indonesia (www.lippokarawaci.co.id).
Lippo Karawaci menunjukkan kinerja yang mengesankan pada tahun 2012. Perseroan mencatat rekor baru dengan membukukan total Pendapatan sebesar Rp6,2 triliun meningkat 47%, EBITDA mencapai Rp1,7 triliun atau meningkat signifikan 57%, sementara Laba Bersih tercatat Rp1 triliun, naik 50%. Kapitalisasi pasar Perseroan pada Desember 2012 adalah sebesar Rp23 triliun berdasarkan harga penutupan di Bursa Efek Indonesia di hari yang sama yaitu Rp1.000 per saham. Rasio hutang terhadap ekuitas (DER) Perseroan pada tahun 2012 dan 2011 masing-masing adalah 56% dan 42% mengalami penurunan sebesar 14%, sedangkan rasio imbal hasil ekuitas (ROE) Perseroan adalah sebesar 10% untuk tahun 2012 dan 8% untuk tahun 2011. Sedangkan struktur aktiva (FAR) perseroan pada tahun 2012 dan 2011 masing-masing adalah 8,52% dan 8,94% (www.lippokarawaci.com). Pencapaian ini didukung oleh kinerja yang memuaskan dari ke empat bisnis utama Perseroan. Perusahaan real estate dan property Lippo Karawaci Tbk sering mengalami inkonsistensi dalam kegiatan berinvestasi dimana pada masa krisis perusahaan real estate dan property Lippo Karawaci Tbk mengalami penurunan yang sangat tajam sehingga perusahaan real estate dan property Lippo Karawaci Tbk harus secara cermat mengalokasikan dananya untuk kepentingan proyek (usaha). Rasio struktur pendanaan perusahaan sering diukur dengan perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri (equity). Rasio ini biasa disebut dengan DER (Debt to Equity Ratio). DER suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, demikian pula pada perusahaan real estate dan property Lippo Karawaci Tbk di Indonesia. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan kebijakan struktur modal. Menurut Brigham dan Houston diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2007: 188) variabel yang mempengaruhi struktur modal adalah : 1) stabilitas penjualan; 2) struktur aktiva; 3) leverage operasi; 4) tingkat pertumbuhan; 5) profitabilitas; 6) pajak; 7) pengendalian; 8) sikap manajemen; 9) sikap pemberi pinjaman; 10) kondisi pasar; 11) kondisi internal perusahaan; 12) fleksibilitas keuangan. Dalam penelitian ini tidak akan dibahas seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, akan tetapi hanya beberapa dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal hal ini disebabkan untuk mengukur dan menganalisis rentangnya terlalu besar serta sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, profitabilitas (ROE), struktur aktiva (FAR), dan price earning ratio (PER). Profitabilitas memiliki peranan dalam penentuan pengambilan keputusan struktur modal (pendanan). Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham prefern) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2001: 64). Semakin tinggi ROE, maka akan semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Struktur aktiva atau Fixed Asset Ratio (FAR) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. Nilai struktur aktiva yang tinggi disebabkan karena perusahaan memiliki jumlah aktiva tetap yang tinggi. Karena struktur aktiva merupakan perimbangana antara aktiva tetap dan jumlah aktiva. Semakin tinggi struktur aktiva maka semakin tinggi struktur modalnya. Ini menunjukkan semakin besar aktiva tetap yang dapat dijadikan agunan hutang oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan dari perusahaan tersebut untuk dapat menjamin hutang jangka panjangnya. Hal ini sesuai dengan teori Weston dan Copelend (2001: 175), “perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan utang jangka penjang dan lebih tergantung kepada pembiayaan jangka pendek”. Sedangkan Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham (penutupan) per lembar terhadap laba per lembar saham (EPS) (Fahmi, 2002: 53). Semakin
tinggi PER, perusahaan akan dinilai investor semakin baik oleh investor, tetapi juga mempunyai tingkat resiko yang tinggi pula. Berdasarkan informasi kinerja keuangan PT Lippo Karawaci Tbk, profitabilitas, struktur aktiva, PER dan DER mengalami fluktuasi. Naik turun ROE, FAR, PER dan DER tersebut menandakan adanya kinerja keuangan perusahaan yang tidak stabil. Tentu saja keadaan ini berdampak pada perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Karena itu, perlu dilakukan penelitian mengapa terjadi perubahan struktur modal dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada PT Lippo Karawaci Tbk yang terkait pada perkembangan pembangunan real estate dan property selama periode penelitian 2005 sampai 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul mengenai “PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Tahun 2005-2013)”. TINJAUAN PUSTAKA Profitabilitas Menurut Sunyoto (2013: 113) “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya”. Sedangkan menurut Fahmi (2011: 68) “Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Di sini perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur pemilik perusahaan dan pihak manajemen perusahaan akan barusaha meningkatkan keuntungan ini, karena sangat disadari betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Menurut Syamsuddin (2001: 61) pengukuran tingkat profitabilitas dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return On Invesment, Return On Equity, Return On Common Stock Equity, Earning Per Share, Devidend Per Share, dan Book value Per Share. Struktur Aktiva Menurut Riyanto (2010: 22) “Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap”. Sedangkan menurut Syamsuddin (2001: 9) “Struktur aktiva adalah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva mempunyai pengertian “berapa jumlah rupiah” yang harus dialokasikan untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap”. Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Total aktiva diketahui dengan menjumlahkan rekeningrekening aktiva lancar dan aktiva tetap berwujud seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan dan aktiva lainnya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap. Secara formulasi sebagai berikut:
Struktur Aktiva = Komponen struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Kieso, dkk diterjemahkan oleh Emil Salim (2002: 193) mengemukakan bahwa aktiva lancar adalah (current assets) adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi, tergantung mana yang paling lama. Sedangkan aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan secara permanen adalah golongan aktiva tetap. Niswonger, dkk diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan (1999: 400) mengemukakan bahwa aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Price Earning Ratio Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio (PER) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu menurut Fahmi (2002: 53) Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (laba perlembar saham). PER = Kegunaan dari PER adalah melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Struktur Modal Husnan (2000: 275) mengemukakan bahwa struktur modal sering didefinisikan sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman atau modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan adanya pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Sumber dana internal perusahaan berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambilan bagian dalam perusahaan. Adapun bentuk rasio yang dipergunakan dalam struktur modal (capital structure) ini George Foster (Fahmi, 2012: 108) mengatakan ada beberapa rasio yang representatif yaitu:
Menurut Riyanto (2010: 22), struktur modal suatu perusahaan hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. 1. Modal Asing / Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt) Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto, 2010: 238). 2. Modal Sendiri (Shareholder Equity) Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 2010: 240).
KERANGKA PEMIKIRAN Setiap badan usaha memerlukan dana untuk melakukan kegiatan usaha dan menjamin kelanjutan usahanya. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat berasal dari sumber internal dan sumber eksternal. Setiap keputusan perusahaan dalam menentukan darimana kebutuhan modalnya dipenuhi akan berpengaruh pada komposisi struktur modal perusahaan. Struktur modal dapat didefinisikan sebagai pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2010: 22). Keputusan mengenai komposisi struktur modal perusahaan harus berdasarkan aturan struktur finansial konservatif vertikal yang memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri (Riyanto, 2010: 23). Aturan finansial tersebut menetapkan besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Dalam hal penetapan komposisi struktur modal, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu profitabilitas, struktur aktiva, dan price earning ratio. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya (Sunyoto, 2013: 113). Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio Return On Equity (ROE), karena ROE merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal dimana ROE diukur dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Brigham and Houston diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2007: 189) “Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi yang sangat tinggi, ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal”. Pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif terakhir untuk pembiayaan. Struktur modal perusahaan ini akan mencerminkan permintaan kumulatif untuk pembiayaan yang eksternal. Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang lambat akan mempunyai tingkat debt equity ratio yang rendah jika dibanding dengan rata-rata industri yang ada. Sesuai Pecking Order Theory (Husnan, 2000) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi lebih memilih menggunakan laba ditahan (dana internal) dalam struktur pendanaannya. Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih menggunakan modal sendiri yaitu laba ditahan sehingga nilai hutang perusahaan akan menurun. Dengan demikian profitabilitas dapat memberikan pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2010), Lestari (2012), dan Nurlitawati (2011), yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Selain profitabilitas, faktor lain yang mempengaruhi struktur modal yaitu struktur aktiva. Struktur aktiva atau Full Asset Ratio (FAR) diketahui dengan membandingkan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2010: 22). Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif yang horizontal (Riyano, 2010: 23) yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus lain yang sifatnya permanen. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek. Nugroho (2006: 33) menyatakan “struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral of value assets)”. Brigham dan Gapenski (Nugroho: 33) menyatakan
“Secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan”. Asset yang dapat dijaminkan merupakan asset yang diminta oleh kreditor sebagai jaminan atas pinjaman. Jika fixed asset suatu perusahaan adalah tinggi, maka aset-aset ini bisa digunakan sebagai jaminan yang menurunkan risiko pemberi pinjaman dari hutang sehingga nilai struktur modal menurun. Menurut pecking order theory, struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini berhubungan dengan asimetri informasi yang menjadi permasalahan pada pecking order theory. Perusahaan yang memiliki sedikit asset tetap akan mempunyai masalah asimetri informasi antara investor dan manajemen, karenanya perusahaan akan lebih memilih pendanaan dengan berhutang. Namun sebaliknya, apabila perusahaan memiliki tingkat asset tetap yang tinggi maka kecil kemungkinan asimetri informasi akan terjadi karena penilaian asetnya lebih mudah. Sehingga perusahaan lebih memilih untuk menerbitkan saham dibandingkan berhutang. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) dan Nurlitawati (2011), menunjukkan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Penelitian lainnya yang menunjukkan hasil berbeda yaitu penelititan yang dilakukan oleh Nugroho (2006) menunjukkan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Dalam penetapan komposisi struktur modal, perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi struktur modal yaitu price earning ratio. Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba / PER) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. PER adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (Fahmi, 2002: 53). Indikator yang digunakan untuk mengukur PER yaitu: 1) Market Price Pershare dan 2) Earning Pershare. Nugroho (2006: 34) Kegunaan dari PER adalah “melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya”. Ang (Nugroho, 2006: 34) menyatakan “Peningkatan PER yang dinilai oleh investor menunjukkan kinerja yang semakin baik, juga berdampak semakin menarik perhatian calon kreditor. Meningkatnya perhatian kreditor terhadap perusahaan, maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah hutang yang relatif besar dari modal sendiri akan meningkatkan PER”. Sehingga PER diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) yang menunjukkan bahwa PER berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, khususnya profitabilitas, struktur aktiva, dan price earning ratio yang akan digunakan dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan dana sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H₁ : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H2 : Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H3 : Price Earning Ratio berpengaruh positif terhadap Struktur Modal. H4 : Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Price Earning Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Struktur Modal.
METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah Profitabilitas (ROE), Struktur Aktiva, Price Earning Ratio, dan Struktur Modal yang diperoleh dari laporan keuangan PT. Lippo Karawci, Tbk periode 2005-2013. Subjek pada penelitian ini adalah PT. Lippo Karawaci, Tbk dan penulis memperoleh data yang diperlukan melalui pusat informasi Pojok Bursa Universitas Siliwangi di JL. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46115. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penilitian Deskriftif. Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas (independen), dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Price Earning Ratio (PER). variabel terikatnya adalah Struktur Modal. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penelitian Dokumen dan penelitian kepustakaan. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, situs resmi PT. Lippo Karawaci, Tbk yaitu www.lippokarawaci.co.id, serta database pojok BEI Universitas Siliwangi. Model atau paradigma dalam penelitian ini menerapkan model regresi linier berganda yang merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana (Augustine dan Kristaung, 2013: 150). Analisis ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas X 1,X2,…….Xi terhadap suatu variabel terikat Y. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profitabilitas pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Tahun 2005-2013 Profitabilitas PT. Lippo Karawaci, Tbk adalah kemampuan PT. Lippo Karawaci, Tbk untuk menghasilkan laba bersih dari modal sendiri. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Return On Equity. Perkembangan ROE pada PT. Lippo Karawaci, Tbk periode 2005-2013 diperoleh dari Laporan Keuangan PT. Lippo Karawaci, Tbk yang terdapat di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya. Berikut adalah perkembangan ROE pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013: Tabel 4.1.1 Return On Equity pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Earning After Tax Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
358,943,471,241 324,836,371,332 417,661,749,530 564,812,031,153 538,574,013,219 795,662,541,376 1,139,432,103,348 1,322,847,018,938 1,592,491,214,696
Modal Sendiri
ROE
Growth
Rp 2,692,234,493,432 Rp 2,962,488,557,445 Rp 4,206,059,914,698 Rp 4,500,494,272,136 Rp 4,887,241,499,265 Rp 7,709,908,346,666 Rp 9,409,018,194,454 Rp 11,470,106,390,475 Rp 14,177,573,305,225
13.33% 10.96% 9.93% 12.55% 11.02% 10.32% 12.11% 11.53% 11.23%
-17.78% -17.88% 26.38% -12.19% -6.35 % 14.78% -4.80 % -2.60 %
Sumber: Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi UNSIL (data Diolah) Berdasarkan tabel 4.1.1 di atas, PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mempunyai ROE yang bervariasi. Pencapaian ROE yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 13.33%. Sedangkan ROE terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 9.93%. Perubahan ROE yang bervariasi ini diakibatkan oleh tidak stabilnya Earning After Tax dari tahun ke tahun selanjutnya. Earning After Tax dihasilkan dari selisih antara
penjualan atau pendapatan perusahaan dengan beban yang dikeluarkan perusahaan. Nilai Return On Equity yang tinggi mengindikasikan tingginya pencapaian laba bersih perusahaan dengan modal sendiri yang dimilikinya. Struktur Aktiva PT. Lippo Karawaci, Tbk periode 2005-2013 Struktur aktiva atau Full Asset Ratio (FAR) diketahui dengan membandingkan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2010: 22). Indikator untuk mengukur struktur aktiva yaitu Total aktiva tetap dan Total aktiva. Perkembangan struktur aktiva pada PT. Lippo Karawaci, Tbk periode 20052013 diperoleh dari laporan keuangan PT. Lippo Karawaci, Tbk yang terdaftar di pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya. Berikut ini perkembangan Struktur Aktiva pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013: Tabel 4.1.2 Struktur Aktiva pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Tahun
Fixed Asets
Total Asset
FAR
Growth
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 6,232,234,493,432 Rp 8,485,853,807,230 Rp 10,533,371,748,079 Rp 11,787,777,210,609 Rp 12,127,644,010,796 Rp 16,155,384,919,926 Rp 18,259,171,414,884 Rp 24,869,295,733,093 Rp 31,300,362,430,266
38.03% 27.73% 28.25% 24.24% 27.11% 24.52% 28.55% 21.67% 23.28%
-27.08% 1.87 % -14.19% 11.84% -9.55% 16.43% -24.10% 7.43%
2,369,998,540,238 2,353,051,325,690 2,975,692,734,853 2,856,868,391,804 3,288,235,074,666 3,961,514,474,191 5,212,993,438,949 5,389,844,891,399 7,287,234,767,356
Sumber: Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi UNSIL (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.1.2 di atas, PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mempunyai Struktur Aktiva yang mengalami fluktuasi. Pencapaian Struktur Aktiva yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 38.03%. Sedangkan Struktur Aktiva terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 21.67%. Hal tersebut disebabkan karena jumlah aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai struktur aktiva yang tinggi disebabkan karena perusahaan memiliki jumlah aktiva tetap yang tinggi. Semakin tinggi struktur aktiva maka semakin tinggi struktur modalnya berarti semakin besar aktiva tetap yang dijadikan aunan hutang oleh perusahaan. Price Earning Ratio pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba / PER) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. PER adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (Fahmi, 2002: 53). Indikator yang digunakan untuk mengukur PER yaitu Market Price Pershare dan Earning Pershare. Perkembangan PER pada PT. Lippo Karawaci, Tbk periode 2005-2013 diperoleh dari laporan keuangan PT. Lippo Karawaci, Tbk yang terdaftar di pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya. Berikut ini perkembangan PER pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013:
Tabel 4.1.3 Price Earning Ratio pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Market Per Share Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,750 1,070 690 800 510 680 660 1,000 910
Earning Per Share Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
61 55 51 21.44 22.43 24.29 25.13 46.48 53.94
PER
Growth
28.69 19.45 13.53 37.31 22.74 28.00 26.26 21.51 16.87
-32.21% -30.44% 175.75% -39.05% 23.13% -6.21% -18.09% -21.57%
Sumber: Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi UNSIL (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.1.3 di atas, PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mempunyai Price Earning Ratio yang mengalami fluktuasi. Pencapaian Price Earning Ratio yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 37.31%. Sedangkan Price Earning Ratio terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 13.53%. Hal tersebut disebabkan karena perubahan market per share dan earning per share yang dimiliki perusahaan. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya”. Ang (Nugroho, 2006: 34) menyatakan “Peningkatan PER yang dinilai oleh investor menunjukkan kinerja yang semakin baik, juga berdampak semakin menarik perhatian calon kreditor. Meningkatnya perhatian kreditor terhadap perusahaan, maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah hutang yang relatif besar dari modal sendiri akan meningkatkan PER”. Struktur Modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Struktur modal dapat didefinisikan sebagai pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2010: 22). Perkembangan Struktur Modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk periode 2005-2013 diperoleh dari laporan keuangan PT. Lippo Karawaci, Tbk yang terdaftar di pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya. Berikut ini perkembangan Struktur Modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 20052013: Tabel 4.1.4 Struktur Modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk Periode 2005-2013 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Long Term Liability Rp 857,346,915,275 Rp 4,039,193,090,916 Rp 6,014,665,678,018 Rp 4,106,271,334,038 Rp 4,936,113,914,258 Rp 11,564,862,519,999 Rp 8,844,477,102,787 Rp 9,919,981,871,127 Rp 12,281,225,413,069
Stockholder's Equity Rp 2,692,634,412,966 Rp 2,962,488,557,445 Rp 4,206,059,914,698 Rp 4,500,494,272,136 Rp 4,887,241,499,265 Rp 7,709,908,346,666 Rp 9,409,018,194,454 Rp 11,470,106,390,475 Rp 14,177,573,305,225
DER 0.32 1.36 1.43 0.91 1.01 1.50 0.94 0.86 0.87
Sumber: Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi UNSIL (Data Diolah)
Growth -325% 5.15% -36.36% 10.99% 48.51% -37.33% -8.51% 1.16%
Berdasarkan tabel 4.1.4 di atas, PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mempunyai Struktur Modal yang mengalami fluktuasi. Pencapaian struktur modal tertinggi pada PT. Lippo Karawaci, Tbk pada periode 2005-2013 adalah pada tahun 2010 yaitu mencapai 1.50% dan struktur modal terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu 0.32%. Perubahan struktur modal ini diakibatkan oleh naik turunnya hutang jangka panjang dan modal sendiri perusahaan. Secara umum dapat dianalisis struktur modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk proporsinya didominasi oleh hutang. Hal tersebut terlihat dari tingginya angka DER PT. Lippo Karawaci, Tbk lebih dari 1 yang terjadi pada tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010. Dengan semakin tingginya utang dapat digunakan perusahaan untuk ekspansi sehingga dapat memberikan peluang bagi perusahaan lain untuk menghasilkan pendapatan. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Price Earning Ratio Terhadap Struktur Modal Secara Parsial Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Profitabilitas
B
Std. Error
5.050
.644
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
7.840
.001
-.407
.080
-1.197
-5.085
.004
Struktur aktiva
.004
.014
.052
.290
.783
Prie Earning Ratio
.022
.011
.430
2.064
.094
a. Dependent Variable: Struktur modal
Dari hasil pengujian analisis regresi diatas diketahui nilai t hitung pada tabel 4.2.4.2 pengujian secara parsial didapatkan hasil estimasi untuk variabel profitabilitas sebesar nilai t = -5,085 dengan probabilitas sebesar 0,004. Nilai signifikan di bawah 0,05 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian berarti H1 Diterima dan H0 Ditolak. Selain itu dapat dilihat dari t Tabel, bila t hitung > t tabel maka H1 diterima, namun bila t hitung < t tabel maka H1 ditolak. Dari tabel diatas, diketahui t hitung sebesar -5,085 dan t tabel 2,015. Karena t hitung bernilai negatif yang berarti berada dibawah penolakan maka H1 diterima. Hal tersebut sesuai dengan Brigham and Houston diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2007: 189) “Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi yang sangat tinggi, ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal”. Hal ini dapat dilihat dari semakin besar Profitabilitas suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin Kecil. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Hasil pengujian secara parsial untuk variabel Struktur aktiva diperoleh nilat t = 0,290 dengan probabilitas sebesar 0,783. Nilai signifikan di atas 0,05 menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, dengan demikian berarti H2 ditolak dan H0 diterima. Selain itu dapat dilihat dari t Tabel, bila t hitung > t tabel maka H2 diterima, namun bila t hitung < t tabel maka H2 ditolak. Dari tabel diatas, diketahui t hitung sebesar 0,290 dan t tabel 2,015. Karena t hitung < t tabel maka H2 ditolak dan H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan meggunakan aktiva sebagai jaminan untuk hutang yang dimiliki perusahaan. Riyanto (2010: 298) mengemukakan: “kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam pada aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya sebagai pelengkap”.
Hasil pengujian secara parsial untuk variabel Price Earning Ratio diperoleh nilat t = 2,064 dengan probabilitas sebesar 0,095. Nilai signifikan di atas 0,05 menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian berarti bahwa H3 ditolak dan H0 Diterima. Selain itu dapat dilihat dari t Tabel, bila t hitung > t tabel maka H3 diterima, namun bila t hitung < t tabel maka H3 ditolak. Dari tabel diatas, diketahui t hitung sebesar 2,064 dan t tabel 2,015. Karena t hitung > t tabel maka H3 diterima dan H0 ditolak. Maka perusahaan perlu melakukan kebijakan– kebijakan untuk menarik investor dengan memberikan pendapatan per lembar saham yang optimal serta dengan mempertahankan kinerja perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan yg tinggi. Pada akhirnya perusahaan dengan nilai PER yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan investor sehingga perusahaan akan mudah mendapatkan pinjaman. Untuk investor perlu melihat ratio PER karena nilai PER sangat dipengaruhi kondisi pasar saham sebagai intrepertasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Serta banyak faktor fundamental yang ikut berpengaruh menentukan rasio PER yang belum tentu mencerminkan kondisi perusahaan sesungguhnya. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Price Earning Ratio Terhadap Struktur Modal Secara Simultan b
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression
.951
3
.317
13.244
.008
Residual
.120
5
.024
Total
1.071
8
a
a. Predictors: (Constant), Prie Earning Ratio, Struktur aktiva, Profitabilitas b.Dependent Variable: Struktur modal
Dari hasil pengujian simultan pada data tabel 4.2.4.3 dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki nilai Fhitung sebesar 13,244 dan dengan tingkat signifikansi 0,008. Karena memiliki signifikansi lebih kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,008 menunjukkan bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Price Earning Ratio. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum struktur modal dapat dijelaskan dengan kondisi Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Price Earning Ratio karena walaupun secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel profitabilitas memiliki koefisien dengan arah negatif, sedangkan dua variabel lain yaitu Struktur Aktiva (FAR), dan Price Earning Ratio (PER) memiliki koefisien arah positif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. Dengan demikian H4 diterima dan H0 ditolak. Selain itu dapat dilihat dari F Tabel, bila F hitung > F tabel maka H4 diterima, namun bila F hitung < F tabel maka H4 ditolak. Dari tabel diatas, diketahui F hitung sebesar 13,244 dan F tabel 5,41. Karena F hitung > F tabel maka H4 diterima. Hal ini berarti bahwa peningkatan profitabilitas akan cenderung memiliki struktur modal (debt to equity ratio) yang rendah, sedangkan peningkatan Struktur Aktiva (FAR), dan Price Earning Ratio (PER) akan cenderung memiliki struktur modal (debt to equity ratio) yang tinggi. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya dimana perusahaan yang besar akan cenderung melakukan hutang kepada pihak ketiga. Menurut Rajan dan Zingales (1995) dalam Hapsari (2010: 109) “semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar”. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Profitabilitas pada PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mempunya ROE yang bervariasi. Pencapaian ROE yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Sedangkan ROE terendah terjadi pada tahun 2007. Nilai Return On Equity yang tinggi mengindikasikan tingginya pencapaian laba bersih perusahaan dengan modal sendiri yang dimilikinya. Struktur Aktiva pada PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 cenderung mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan karena jumlah aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai struktur aktiva yang tinggi disebabkan karena perusahaan memiliki jumlah aktiva tetap yang tinggi. Pencapaian Struktur Aktiva yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Sedangkan Struktur Aktiva terendah terjadi pada tahun 2012. Price Earning Ratio pada PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan karena perubahan market per share dan earning per share yang dimiliki perusahaan. Pencapaian Price Earning Ratio yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008. Sedangkan Price Earning Ratio terendah terjadi pada tahun 2007. Struktur Modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk selama tahun 2005-2013 cenderung mengalami fluktuasi. Secara umum dapat dianalisis struktur modal pada PT. Lippo Karawaci, Tbk proporsinya1 didominasi oleh hutang. Pencapaian struktur modal tertinggi pada PT. Lippo Karawaci, Tbk pada periode 2005-2013 adalah pada tahun 2010 dan struktur modal terendah terjadi pada tahun 2005. 2. Secara Parsial Profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan Price Earning Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Struktur Modal. Hal ini berarti bahwa peningkatan Profitabilitas akan cenderung memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah. Sedangkan peningkatan atau penurunan Struktur Aktiva tidak akan mempengaruhi Debt to Equity Ratio (DER). Dan Peningkatan Price Earning Ratio akan cenderung memiliki Struktur Modal (DER) yang tinggi. 3. Secara Simultan Profitabilitas, Struktur aktiva, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Hal ini berarti bahwa peningkatan profitabilitas akan cenderung memiliki struktur modal (debt to equity ratio) yang rendah, sedangkan peningkatan Struktur Aktiva (FAR), dan Price Earning Ratio (PER) akan cenderung memiliki struktur modal (debt to equity ratio) yang tinggi. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Perusahaan hendaknya memperhatikan sumber pembiayaan untuk menjalankan usahanya karena hal tersebut mempengaruhi struktur modal. Salah satunya dengan cara menciptakan produk property yang lebih inovatif agar meningkatkan daya tarik masyarakat untuk memilikinya. Sehingga Profitabilitas perusahaan akan meningkat dan perusahaan akan lebih cenderung menggunakan dana internal untuk memenuhi sumber dananya daripada dana eksternal. 2. Bagi investor sebaiknya melihat prospek dan kinerja perusahaan property dan real estate terlebih dahulu sebelum memutuskan menanamkan modalnya.
Bagi peneliti yang selanjutnya periode yang dianalisis hendaknya lebih dari sembilan tahun agar hasil penelitian lebih baik serta diharapkan mempertimbangkan juga faktorfaktor lain yang mempengaruhi struktur modal selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. (2010). Kemampuan Menulis Dan Berbicara Akademik. Bandung: RIZQI Press. Augustine, Y. Dan Robert, K. (2013). Metode Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: PT Dian Rakyat. Brigham, E.F. dan Joel, F.H. (2013). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Edi Wibowo, Agung. (2012). Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Yogyakarta: Gava Media. Fahmi, Irham. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta. Fahmi, Irham. (2013). Rahasia Saham dan Obligasi. Bandung: Alfabeta. Husnan, Suad. (2000). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Hapsari, L.I. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi FE UNDIP. UNDIP Semarang: Dipublikasikan. Lestari, D.M. (2012). Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada PT HM Sampoerna, Tbk. Skripsi FE UNSIL. Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Tidak diterbitkan. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Kieso, D.E., Jerry, J.W., dan Terry, D.W. (2002). Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga. Niswonger, C.R., Carl, S.W., James, M.R., dan Philip, E.F. (1999). Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta: Erlangga. Nugroho, A.S. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti Yang Go-Public Di Bursa Efek Jakarta Untuk Periode Tahun 1994-2004. Tesis FE UNDIP. UNDIP Semarang: Dipublikasikan. Nurlitawati, I.P. (2011). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Struktur Aktiva dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal. Skripsi FE USM. USM Surakarta: Dipublikasikan. Riyanto, Bambang. (2010). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFEYOGYAKARTA. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : BFFE. Sunyoto, Danang. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis. Jakarta: CAPS. Sunyoto, Danang. (2013). Metode Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama. Syamsuddin, Lukman. (2001). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Weston, J.F. dan Brigham. (1990). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Weston, J.F. dan Thomas, E.C. (2010). Manajemen Keuangan. Tangerang: BINARUPA AKSARA Publisher.