Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Terhadap Keterampilan Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta Andreas Kandhi Cahya1), Atiek Murharyati2), Ika Subekti W3) 1)
Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)
Abstrak : Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mengakibatkan cedera berat jika tidak dilakukan penatalaksanaan sejak awal. Hasil studi pendahuluan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta, hasil dari wawancara terdapat siswa yang pernah mengalami dan melihat kejadian luka bakar tetapi mereka belum mengerti cara penanganan luka bakar yang benar. Anak-anak usia 11-15 tahun memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan memiliki kemampuan mengkoordinasikan suatu pemecahan masalah, sehingga efektif dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual yang melibatkan semua alat indera pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap keterampilan penanganan pertama luka bakar pada anak sekolah menengah pertama. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode quasy experiment pretest and posttest with control group design. Sampel penelitian ini berjumlah 36 responden siswa siswi kelas VIII yang terbagi menjadi 18 responden kelompok kontrol dan 18 responden kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua sampel dependen yang berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan pada kelompok perlakuan yang sebelumnya 12 (66,67%) responden termasuk kategori cukup, 6 (33,33%) responden termasuk kategori tidak memadai dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 18 (100%) responden masuk kategori memadai dengan p value 0,00. Perawat sebagai salah satu praktisi kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan tepat baik di insitusi pelayanan kesehatan maupun di komunitas.
Kata kunci : pendidikan kesehatan, audiovisual, keterampilan, luka bakar Daftar pustaka : 24 (1993-2014) kehidupan sehari-hari bahkan sering kali PENDAHULUAN
merupakan kecelakaan massal (mass
Latar Belakang
disaseter) luka bakar tergolong kasus
Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam
epidemik yang serius dalam tahun-tahun belakangan kerusakan
ini. Luka atau
bakar
kehilangan
adalah jaringan
1
dengan
menggunakan anggapan dasar yang
sumber panas seperti api, air panas,
relevan dengan lingkungan yang ia
bahan
respon
yang disebabkan
kontak
kimia,
listrik dan
radiasi
sehingga
efektif
dilakukan
pendidikan kesehatan pada anak usia 11-
(Hardisman, 2014). Di Indonesia sampai saat ini
15 tahun (Muhibbin,2013).
belum ada laporan tertulis mengenai
Pendidikan
kesehatan
jumlah penderita luka bakar dan jumlah
merupakan
angka kematian yang diakibatkannya. Di
menyediakan kondisi psikologis dan
unit luka bakar RSCM Jakarta, pada
sasaran
tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
kasus luka bakar yang dirawat dengan
yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai
angka kematian 37,38%. Dari unit luka
kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Salah
bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya
satu media yang dapat digunakan dalam
didapatkan
pendidikan kesehatan adalah media
umumnya
data terjadi
bahwa pada
kematian luka
bakar
suatu
agar
usaha
seseorang
audiovisual.
Media
untuk
mempunyai
audiovisual
dengan luas lebih dari 50% (Moenadjat,
mengandalkan
2000) (Tim bantuan medis, 2011).
penglihatan dari sasaran. Penggunaan
Anak-anak memiliki
audiovisual
resiko tinggi
pendengaran
melibatkan
semua
dan
alat
luka bakar, karena
indera pembelajaran, sehingga semakin
memiliki kulit yang tipis dan rapuh,
banyak alat indra yang terlibat untuk
sehingga kontak dalam waktu yang
menerima dan mengolah informasi,
sebentar dengan sumber panas dapat
semakin
mengakibatkan luka bakar (Smeltzer &
informasi tersebut dapat dimengerti dan
Bare, 2001). Pada anak-anak usia 11-15
dipertahankan dalam ingatan (Widia
tahun memiliki rasa ingin tahu yang
dkk, 2012).
terhadap cedera
besar
kemungkinan
ini
diajak
Hasil studi pendahuluan pada
berkomunikasi, sehingga mereka dapat
tanggal 18 Desember 2014 di Sekolah
memahami dan melakukan suatu arahan.
Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta,
Seorang remaja memiliki kemampuan
dari 10 siswa siswi yang diwawancarai
mengkoordinasikan baik secara simultan
mereka pernah mengalami dan melihat
(serentak) maupun berurutan dua ragam
kejadian
kemampuan
berfikir
mengetahui cara penanganan pertama
mengenai sesuatu khususnya dalam hal
luka bakar yang benar dan belum pernah
besar
dan
pemecahan
mereka
kognitif
mudah
yakni
masalah
luka
bakar
tetapi
belum
dengan
2
mendapatkan
pendidikan
kesehatan
dan post test. Pada semua kelompok
tentang penanganan luka bakar. Tujuan umum dari penelitian ini mengetahui
pengaruh
Penelitian dilakukan dengan cara pre
pendidikan
dilakukan
pre
test
dengan
mempraktekkan
cara
keterampilan
kesehatan melalui media audiovisual
penanganan pertama luka bakar yang
terhadap
penanganan
diukur dengan lembar observasi yang
pertama luka bakar pada anak sekolah
diisi oleh peneliti. Pada kelompok
menengah pertama.
perlakuan
keterampilan
diberikan
pendidikan
kesehatan melalui media audiovisual METODOLOGI
tentang penanganan pertama pada luka
Jenis penelitian
bakar. Pada kelompok kontrol tidak
Jenis
penelitian
ini
yaitu
diberikan
pendidikan
kesehatan.
penelitian kuantitatif, eksperimen semu.
Kemudian dilakukan post test pada
Penelitian ini menggunakan rancangan
kedua
penelitian Quasi Eksperimental dengan
mempraktekkan
Pre and post test with control group
penanganan pertama luka bakar yang
design.
diukur dengan lembar observasi yang
Tempat dan waktu penelitian
diisi oleh peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta.
Waktu
penelitian
kelompok
Analisis dengan menggunakan
Mei 2015.
menganalisis dan
Cara
yang
digunakan untuk
variabel
yang
bersifat
kategorik yaitu usia, jenis kelamin dan keterampilan responden
Pengumpulan Data Instrumen
keterampilan
Analisa Univariat
perangkat komputer
Penelitian
cara
Analisa Data
dilaksanakan selama periode Februari –
Alat
dengan
digunakan
untuk
Analisa Bivariat
pengumpulan data dengan memakai
Analisa ini digunakan untuk
lembar observasi yang diisi oleh peneliti
menguji pengaruh pendidikan kesehatan
dan alat bantu audiovisual seperti laptop,
melalui media audiovisual terhadap
LCD, speaker aktif untuk kelompok
keterampilan. Cara menganalisis data
perlakuan. Penyataan terdiri dari 6 item
secara bivariat dilakukan uji normalitas
dengan pilihan dilakukan dan tidak
data menggunakan Shapiro-Wilk yang
dilakukan. Jika melakukan tindakan
bertujuan mengetahui distribusi data
dinilai 1 dan jika tidak dinilai 0.
dalam variabel yang akan digunakan
3
dalam penelitian. Menganalisis hasil
baik
eksperimen yang menggunakan pre-test
maupun
dan post-test design with control group
kemampuan
peneliti
tersebut akan mampu mempelajari
menggunakan
uji
wilcoxon
secara
simultan
berurutan
(serentak)
dua
kognitif.
ragam Remaja
untuk mengetahui perbedaan antara 2
materi-materi
data berpasangan berskala ordinal atau
abstrak, seperti ilmu agama (dalam
interval. Dengan tingkat kepercayaan
hal ini misalnya ilmu tauhid), ilmu
95% / α= 5% dengan ketentuan sebagai
matematika dan ilmu-ilmu abstrak
berikut: Jika p value > α (0,05) maka Ho
lainnya dengan luas dan lebih
diterima dan Ha ditolak yang berarti
mendalam (Muhibbin, 2013).
pendidikan
2. Jenis kelamin
kesehatan
tidak
mempengaruhi keterampilan serta jika p value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti pendidikan kesehatan mempengaruhi keterampilan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Jumlah Presentasi (%) 25 69,4% 11 30,6% 36 100%
Hasil analisis pada Tabel 4.1 dapat
distribusi
diketahui
responden
bahwa
berdasarkan
umur yang paling banyak adalah
Usia responden termasuk dalam usia tahap perkembangan kognitif tahap
berkemampuan
Klasifikasi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah Presentasi (%) 15 42,7% 21 58,3% 36 100%
dapat
diketahui
bahwa
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan. Berdasarkan dibidang Bratanata
beberapa
psikologis, (1987)
ahli
misalnya mengatakan
perempuan pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berpikir logis. Senada dengan hal itu, Kartono
usia 13-14 tahun (69,4%).
formal-operasional
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
diatas
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia
diatas
yang
Hasil analisis pada Tabel 4.2
1. Usia Responden
Klasifikasi Usia 13-14 15-16 Jumlah
pelajaran
yang
mengoordinasikan
(1989) perempuan
mengatakan lebih
tertarik
bahwa pada
masalah-masalah kehidupan yang praktis konkret, sedangkan laki-laki
4
lebih tertarik pada segi-segi yang
Keterampilan penanganan luka bakar
abstrak.
kelompok kontrol
Pendidikan
kesehatan
tentang
penanganan luka bakar Tabel 4.3 Pendidikan kesehatan
Pengetahuan
Jumlah Presentasi (%) 18 50%
Tidak diberikan pendidikan kesehatan Diberikan pendidikan kesehatan Jumlah
18
50%
36
100%
Pada tabel diatas menunjukan sebesar 18 siswa
(50%)
kesehatan
diberikan
Tabel 4.4 Keterampilan penanganan pertama luka bakar kelompok kontrol
Pre Frek Prose uensi ntase
Kateg ori Mema dai (65) Cukup (4-3) Tidak mema dai (21) Jumla h
Post Frek Prose uensi ntase
-
-
-
-
9
50%
12
66,7 %
9
50%
6
33,3 %
18
100 %
18
100 %
pendidikan
tentang penanganan
luka
bakar.
Hasil analisa data pre test didapatkan data 9 siswa (50%) masih
Dengan pemberian pendidikan
dalam kategori cukup dan 9 siswa (50%)
kesehatan dengan media audiovisual
dalam kategori tidak memadai. Data
memberikan ragsang mata dan telinga.
post test menujukkan 12 siswa (66,67%)
Perpaduan saluran informasi melalui
masih dalam kategori cukup dan 6 siswa
mata yang mencapai 87% dan telinga
(33,33%) dalam kategori tidak memadai.
25% akan memberikan rangsang yang
Dikarenakan
cukup baik sehingga dapat memberikan
belum
hasil
mengenai
informasi
yang
optimal
kurangnya
didapatkannya penanganan
atau
informasi luka
bakar.
(Notoatmodjo, 2012). Mengakibatkan
Sebuah
pengetahuan seseorang meningkat dalam
melalui media cetak, media elektronik,
penelitian
dan sosialisasi dari petugas kesehatan
ini
pengetahuan
penanganan luka bakar.
tentang
informasi
(Notoatmodjo,
bisa
2003).
didapatkan
Keterampilan
adalah keahlian, kemampuan berlatih, fasilitas
dalam
melakukan
sesuatu,
ketangkasan dan kebijaksanaan.
5
Keterampilan penanganan luka bakar
yang
kelompok perlakuan
menyadari atau mengetahui bagaimana
Tabel 4.5 Keterampilan penanganan lukar bakar kelompok perlakuan
cara memelihara kesehatan mereka,
Kate gori
Pre Freku Prose ensi ntase
Mem adai (6-5) Cuku p (4-3) Tida k mem adai (2-1) Juml ah
-
Post Freku Prose ensi ntase
-
18
100%
berupaya
agar
masyarakat
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal
yang
mereka
dan
merugikan kesehatan
kesehatan orang
lain,
kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo,
12
66,7
-
-
2007). Uji wilcoxon kelompok kontrol Tabel 4.7 uji wilcoxon kelompok kontrol
6
33,3
-
Zhitung Sig Keterangan Ho 1,265 ,206 diterima
Sebelumsesudah
18
100%
18
100% Hasil
analisis
bivariat
Pada tabel diatas menunjukan
menggunakan uji wilcoxon didapatkan
terjadi peningkatan keterampilan setelah
nilai p value = 0,206 maka p value >
dilakukan pendidikan kesehatan yaitu 18
0,05 sehingga Ho diterima, artinya tidak
siswa (100%) yang termasuk dalam
ada pengaruh pendidikan kesehatan
kategori memadai.
melalui media audiovisual terhadap
Keterampilan pengalaman
dan
mencakup praktik
memperoleh
keterampilan
ketindakan
sadar
mengarah
dan
keterampilan penanganan luka bakar.
dan
otomatis
Hasil tersebut dikarenakan dari beberapa
faktor
dikarenakannya
tindakan yang dilakukan oleh peserta
pendidikan
didik,
audiovisual
pendidikan
diperlukan
materi
sesuai
dengan
yang
faktor
predispopsisi mencakup pengetahuan
keterampilan merupakan praktik atau
sehingga
yaitu
terhadap
tidak
diberikan
kesehatan dan
sikap
kesehatan,
melalui masyarakat
tradisi
dan
keterampilan yang diperlukan untuk
kepercayaan masyarakat terhadap hal-
menambah
dalam
hal yang berkaitan dengan kesehatan,
mengembangkan keterampilan tersebut
sistem nilai yang dianut masyarakat,
(Notoatmodjo, 2007).
tingkat
informasi
Pendidikan
kesehatan
pendidikan,
tingkat
sosial
ekonomi, dan sebagainya, faktor ini
merupakan bagian promosi kesehatan
6
mempermudah terwujudnya perilaku.
KESIMPULAN
Faktor pendorong yaitu faktor keinginan
Karakteristik responden siswa
dari diri sendiri dan sikap perilaku tokoh
laki-laki dan perempuan berumur 11-16
masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
tahun, sebagian besar berusia antara 13-
Uji wilcoxon kelompok perlakuan
14 tahun dan lebih banyak berjenis
Tabel 4.8 uji wilcoxon kelompok perlakuan
kelamin perempuan. Sebelum dilakukan
Sebelumu -sesudah
Z-hitung -3,965
Sig ,00 0
Keterangan Ho ditolak
pendidikan kesehatan kedua kelompok, sama-sama masih dalam kategori cukup dan tidak memadai. Terdapat perbedaan
Hasil
analisis
bivariat
keterampilan
setelah
dilakukan
menggunakan uji wilcoxon didapatkan
pendidikan kesehatan pada kelompok
nilai p value = 0,000 maka p value <
perlakuan sejumlah 18 siswa masuk
0,05 sehingga Ho ditolak, artinya ada
dalam kategori memadai, sedangkan
pengaruh pendidikan kesehatan melalui
pada kelompok kontrol tidak terdapat
media
perbedaan masih dalam kategori cukup
audiovisual
terhadap
keterampilan penanganan luka bakar. Pemilihan audiovisual sebagai media
pendidikan
kesehatan
dapat
diterima dengan baik oleh responden,
dan tidak memadai. Terdapat pengaruh yang
signifikan
pada
kelompok
perlakuan dengan pemberian pendidikan kesehatan melalui media audiovisual.
media ini menampilkan gerak, gambar, dan suara sehingga lebih menarik dan
SARAN
tidak monoton (Notoatmodjo, 2003).
1.
Media audiovisual memberikan
Masyarakat
(siswa)
memberikan
dapat
gambaran
dan
ragsang mata dan telinga. Perpaduan
mengaplikasikan
saluran informasi melalui mata yang
penanganan luka bakar dan dapat
mencapai 87% dan telinga 25% akan
memberikan
memberikan rangsang yang cukup baik
teman atau anggota keluarga.
sehingga
dapat
memberikan
hasil
tentang
informasi
kepada
2. Perawat, tim medis atau tenaga
informasi yang optimal (Notoatmodjo,
kesehatan
2012).
menggunakan media audiovisual
Mengakibatkan
pengetahuan
yang
lain
dapat
seseorang meningkat dalam penelitian
dalam
ini pengetahuan tentang penanganan
dalam upaya meningkatkan derajat
luka bakar
kesehatan masyarakat.
memberikan
penyuluhan
7
3. Institusi pendidikan
Dharma, Kusuma Kelana (2011).
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan
Metodologi
ke dalam materi tentang media
Keperawatan : Panduan
pendidikan meningkatkan pendidikan
kesehatan praktikum kesehatan
Penelitian
sehingga tentang
Djamarah
dengan
Syaiful
Bahri
Zain,
Aswan. 2007. Strategi
berbagai jenis media dan pembuatan
Belajar
media yang sesuai dengan sasaran
Jakarta : Rineka Cipta
Mengajar.
penyuluhan. 4. Peneliti lain
Effendy,
Christantie.
(1999).
Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan mengubah metode penelitian. Misalnya dengan menggabungkan metode audiovisual dengan metode yang lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in anasthesia, Critical Care & Pain. British Journal of Anasthesia. 2007
Terima kasih kepada dosen pembimbing dan penguji yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini serta SMPN 7 Surakarta yang telah memberikan tempat dan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Atkinson K. Burns : how protect your
child
Parenting. 2001
now.
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publisher Hudak & Gallo : Keperawatan kritis : Pendekatan Holistik, ed., 6, EGC, 1996 Kusboyono (2011). Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audivisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberculosis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.7, no.1, hal 9-25.
8
M Clevorendy, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika Marzoeki, Djohansjah. (1993). Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya. Surabaya : Airlangga University Press Moenadjat.
(2003). Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia
Muhibbin,S.
(2013).
Psikologi
Belajar. Jakarta : Rajawali Pers Natoatmodjo. S. (2012). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: RinekaCipta. Notoadmojo, S. (2007). Metodologi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Perawatan Luka Dengan Video Terhadap Luka Sesar. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tim Bantuan Medis 110 [Online]. 2011 Feb 10 [cite 2011 Nov 14]; Available from : URL: http://www.tbm110.org/a rtikel-medis/manajemenluka-bakar. Widia lestari, NekaRitaAmelia, Siti Rahmalia, (2012). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Asi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Kemampuan Dan Motivasi Menyusui Primipara. PSIK Universitas Riau Wirawan.
Yanti
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Smeltzer,S & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001. Sri
Dewi. (2012). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Dan
Yurika,
(2002). Cara Mudah Memahami Statistik 2 (statistik inferensia). Edisi kedua. Denpasar : Keraras Denpasar
R. (2010). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Keterampilan Ibu Serta Kejadian Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru lahir Di RSAB Harapan Kita. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia D (2009). Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan,
9
Sikap dan Keterampilan Ibu dalam Pemantauan Perkembangan Balita Di Keluarahan Sukaramai Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh. Magister. Universitas Indonesia. Depok Yusuf,
M
(2014).
Pengaruh
Pendidikan Tentang
Kesehatan Penanganan
Kejang
Demam
Menggunakan Audiovisual
terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Anak Riwayat Kejang Demam. Sarjana. STIKes Kusuma Husada Surakarta
10