Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Epistaksis Terhadap Pengetahuan Guru Dalam Penanganan Pertama Epistaksis Pada Siswa SDN Kelurahan Jatisari Sambi Boyolali Tri Darmasto1), Yeti Nurhayati2), Ika Subekti Wulandari2) 1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
ABSTRAK Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring dan mencemaskan orang disekitarnya. Penanganan epistaksis oleh guru di SDN Jatisari Sambi Boyolali hanya membersihkan darah yang keluar dari hidung dan mereka terkadang bingung harus bersikap dan bertindak seperti apa. Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan Pretest-Posttest Design One Grouppopulasi dalam penelitian ini adalah semua guru yang berada di SDN Kelurahan Jatisari Sambi Boyolali sebanyak 18 guru dengan pembagian 9 guru di SDN 1 dan 9 Guru di SDN 2.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu 18 guru yang terdiri dari 9 guru di SDN 1 Jatisari dan 9 guru di SDN 2 Jatisari Sambi Boyolali. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan p value 0,000 ( p < 0,005) sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan epistaksis terhadap sikap guru dalam penanganan epistaksis pada murid SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media ceramah dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan karena materi yang diberikan dapat diterima dengan panca indera penglihatan dan pendengaran sehingga materi mudah diserap dan lebih mudah dipahami. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penanganan epistaksis di lingkungan sekolah. Kata Kunci
: Epistaksis, Tingkat Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan
1
Effect of Health Education on the First Aid of Epistaxis on the Teachers’ Knowledge of the First Handling of Epitaxis of the Students of State Primary Schools of Jatisari Ward, Sambi Sub-district, Boyolali Regency. ABSTRACT Epistaxis is defined as an acute bleeding of the nostril, nasal cavity, and nasopharynx. It makes the people around the victim anxious. The epistaxis is handled by the teachers at State Primary Schools of Jatisari through merely cleaning the blood from the nose, and even they were confused of how to behave and what to do. The objective of this research is to investigate the effect of the health education on the first aid of epistaxis on the teachers’ knowledge level of the first handling of epistaxis of the students of State Primary Schools of Jatisari Ward, Sambi Sub-district, Boyolali Regency. This research used the quasi experimental method with the one group pretestposttest design. The population of the research was all the teachers of State Primary Schools of Jatisari Ward, Sambi District, Boyolali Regency. The samples of research were 18 teachers, 9 teacers from State Primary School 1 and 9 teachers from State Primary School 2. They were taken by using the total sampling technique. The data of research were analyzed by using the Wilcoxon’s test. The result of analysis shows that the p-value was 0.00 which was less than 0.05), meaning that there was an effect of on the first aid of epistaxis on the teachers’ knowledge level of the first handling of epistaxis. The health education with lecturing media and leaflet could improve the teachers’ knowledge level as the learning materials delivered could be received with the vision and hearing senses so that they were easily absorbed and understood. Thus, the result of this research is expected to improve the epistaxis handling at schools’ environments. Keywords: Epistaxis, knowledge level, health education sendiri (Munir, Haryono, dan Rambe,
PENDAHULUAN Epistaksis atau perdarahan dari
2006).
kegawatdaruratan
Komplikasidapatterjadilangsungakibatepi
yang umum ditemukan di bagian telinga
staksissendiriatauakibatusahapenanggula
hidung
ngannya.
hidung
merupakan
dan
tenggorokan.
Epistaksis
diperkirakan terjadi pada 7 – 14%
Akibatperdarahanhebatdapatterjadisyokd
populasi umum tiap tahun (Wormald,
an
2006).Epistaksis adalah perdarahan akut
turunmendadakdapatmenimbulkaniskemi
yang berasal dari lubang hidung, rongga
aotak,
hidung
infarkmiokarddanakhirnyakematian
atau
mencemaskan
nasofaring
dan
penderita serta para
klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit,
anemia.
Tekanandarah
yang
insufisiensikoroner,
(Soepardi,dkk, 2007). Epistaksis
terbanyak
dijumpai
melainkan gejala dari suatu kelainan
pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun,
yang mana hampir 90 % dapat berhenti
sering dijumpai pada musim dingin dan
2
kering.
Angka
kejadian
epistaksis
biasanya
akan Jika
berhenti
dijumpai 1 dari 7 penduduk di Amerika
sendirinya.
setelah
Serikat. Epistaksis bagian anterior sangat
mimisan
masih
umum dijumpai pada siswa dan dewasa
hubungi
dokter
muda, sementara epistaksis posterior
Haryono, dan Rambe, 2006).
sering pada orang tua dengan riwayat
Hasilstudipendahuluan
dengan 10
berlanjut
menit
sebaiknya
terdekat
(Munir,
yang
penyakit hipertensi atau arteriosklerosis
dilakukan
(Munir, Haryono, dan Rambe, 2006).
SDNKelurahanJatisariSambiBoyolalimen
Angka kejadian epistaksis meningkat
unjukkanbahwa penanganan epistaksis
pada siswa- siswa umur 10 tahun dan
oleh guru hanyamembersihkandarah yang
dewasa di atas 50 tahun. Laki-laki lebih
keluardarihidungdanmembawanyakepusk
sering mengalami epistaksis dibanding
esmasterdekatsehinggapenanganan yang
wanita (Schlosser, 2009).
dilakukanoleh guru belum sesuai dengan
Epistaksis sering dijumpai pada
di
prosedur
penanganan
siswa dan angka kejadian epistaksis
epistaksis.Hasilwawancara
yang
menurun setelah pubertas. Epistaksis atau
dilakukanpada
guru
perdarahan dari hidung, dijumpai pada
didapatkanhasilbahwabelumadanyapendi
60%
dikankesehatanataupemberianinformasite
dari
populasi
umum,
insiden
5
terbanyak pada usia kurang dari 10 tahun
ntangpenangananepistaksis
danlebihdari 50 tahun. Seringkali seorang
diajarkanataudiinformasikankepada guru
siswa dibawa berobat ke Unit Rawat
SDN
Jalan dengan keluhan perdarahan dari
KelurahanJatisariSambiBoyolalisehingga
hidung yang berulang. Tidak bergantung
merekaterkadangbingungharusberpengeta
pada tingkat keparahan perdarahan, hal
huandanbertindaksepertiapa.
ini selalu menimbulkankecemasan pada
Berdasarkan
latar
yang
belakang
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
orang tua (Lubis & Saragih, 2007). dalam
penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan
yaitu
Kesehatan TerhadapPengetahuanTentang
mencegah
Pertolongan Pertama Epistaksis Guru
komplikasi dan mencegah berulangnya
Pada Siswa SDN Kelurahan Jatisari
epistaksis. Untuk menanggulangi hal
Sambi Boyolali”.
Tiga
prinsip
menanggulangi menghentikan
utama
epistaksis perdarahan,
tersebut tekan bagian sebelah hidung yang mengalami mimisan selama kurang
METODOLOGI
lebih 5 menit. Jika hanya mimisan biasa,
3
DesainpenelitianiniadalahPenelitia
salingberhubunganpenangananepistaksis
nkuantitatifeksperimensemudenganranca
padasiswa
nganPretest-Posttest Design One Group.
KelurahanSambiJatisariBoyolalisebelum
Sebelumdiberikanperlakuandilakukanpen
dansesudahdilakukanpendidikankesehata
gukuran
n.
(pretest)
SDN
dansetelahperlakuandilakukanpengukura n
(posttest)
untukmengetahuiadatidaknyapengaruhpe
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. KarakteristikResponden
mberianpendidikankesehatantentangperto
Hasilpenelitian
yang
longanpertamaepistaksisterhadappengeta
telahdilakukandidapatkankarakteristik
huan
responden
guru
yang
meliputiumur,
dalampenangananpertramaepistaksispada
jeniskelamindantingkatpendidikan
siswa SD.
yang
Populasipadapenelitianinisemua guru
yang
berada
di
telahdisusundalambentuktabelsertades
SDN
KelurahanJatisariSambiBoyolalisebanyak
kripsi. a. KarakteristikRespondenBerdasar
20 guru denganpembagian 10 guru di
kanUmur
SDN 1 dan 10 Guru di SDN 2.
Tabel1 karakteristikrespondenberdasarka numur (n=10) KlasifikasiUm F (%) ur < 31 Tahun 5 28 32-38 Tahun 4 22 39-45 Tahun 3 17 46-56 Tahun 6 33 Total 18 100
Pengambilansampelmenggunakantotal sampling yaitucarapengambilansampelinidiambilke seluruhanjumlahsampelnya. Penelitimengambilsemuasampelkarenaju mlahpopulasitidakbegitubanyaksehingga penelitimengambilsemuanya
agar
hasilnyalebih
Sampel
yang
digunakanpadapenelitianiniadalah
18
valid.
guru yang terdiridari 9 guru di SDN 1 Jatisaridan
9
guru
di
SDN
2
JatisariSambiBoyolali.
yang
bertujuanuntukmembandingkanantaradua kelompok
4
data
jeniskelaminrespondenterbanyak yaituperempuansebanyak orang
danlaki-lakisebanyak
11 7
orang. Penelitianinididukungolehpenelit
AnalisisbivariatmenggunakanujiWi lcoxon
Berdasarkanhasilpenelitian
yang
ian yang dilakukanolehZainuddin (2008) tentangpenatalaksanaanepistaksis
di
masyarakat
yang
Klasifikasi Tingkat Pendidikan S1 S2 Total
didominasiolehrespondenperemp uan. b. KarakteristikRespondenBerdasar
F
(%)
15 3 18
83 17 100
kaanJenisKelamin Tabel2 KarakteristikRespondenBerdasar kanJenisKelamin (n=10)
Berdasarkanhasilpenelitian didapatkan
15
respondendenganpendidikan
S1
dan 3 respondenberpendidikan Klasifikasi JenisKela min Laki-laki Perempuan Total
S2. Jumlah
%
7 11 18
39 61 100
Berdasarkanhasilpenelitian didapatkan
10
Penelitianinisejalandenganpenelit ian
yang
dilakukanolehAdi
(2012) bahwarespondenterbanyakberpen didikanSarjanamengenaipemaha man
guru
respondendenganklasifikasiusia<
tentangpertolonganpertamapadak
31 tahunsebanyak 5 orang, usia
ecelakaan.
32-38 tahunsebanyak 4 orang, usia
39-45
tahunsebanyak
3
2. AnalisaUnivariat a. Pengetahuan
Guru
orang dan 46-56 tahunsebanyak 6
DalamPenangananEpsitaksisSebel
orang.
umPendidikanKesehatan
Penelitianinisejalandenganpenelit
Tabel4 Pengetahuan Guru DalamPenangananEpistaksisSebel umPendidikanKesehatan (n=10) Pengetahuan F % Kurang 5 28 Cukup 13 72 Baik 0 0 Total 18 100
ian yang dilakukanolehSantoso (2008) bahwarespondenterbanyakberusi a
18
tahundan
paling
sedikitberusia 23 tahundari total respondensebanyak
31
responden. c. KarakteristikRespondenBerdasar
Pengetahuan
guru
dalampenangananepistkasissebel umdilakukanpendidikankesehata
kan Tingkat Pendidikan
nadalahcukupsebanyak
Tabel3 KarakteristikRespondenMenurut Tingkat Pendidikan (n=10)
13(72%)guru (27%)
dan
kurang
5
guru.
5
HasilpenelitianPulungan
Pengetahuan
(2007)
guru
menunjukkanbahwapengetahuanr
dalampenangananepistaksissetela
espondensebelumpemberianpeny
hdiberikanpendidikankesehatan
uluhandenganmenggunakancera
yang
mahdan
banyakadalahcukupyaitu 15 guru
leaflet
paling
mayoritasadalahnegatifyaitusebes
(83%)
ar 96,7% sedangkanresponden
menunjukkanpengetahuancukupd
yang
an
memperolehpenyuluhanceramah
sedikitadalahkurangyaitu 0 guru
dandan
(0 %). HasilpenelitianPulungan
film
sebagian
yang
dan
3
guru
yang
(20%)
paling
mempunyaipengetahuannegatifse
(2007)
besar
Hasilpenelitian
menunjukkanbahwapengetahuanr
(2009)
espondensesudahdiberikanpenyul
48,3%.
Marini
didapatkanhasilbahwapengetahua
uhandenganmetodeceramahdan
nseseorangdalammelakukanpena
leaflet
ngan
mengalamiperubahanmenjadiber
DBD
masihbanyakdalamrentangcukup
pengetahuanpositifyaitusebesar
sebabsumberinformasi
93,3%
yang
sdangkan
yang
didapatkanmasihbelumbanyakser
diberipenyuluhandenganmetodec
tabelumadanyaupayanpenyuluha
eramahdan
nataupemaparaninformasi
jugaterjadiperubahanmenjadimay
yang
film
mendalamtentangpenanganan
oritasberpengetahuanpositifyaitus
DBD.
ebesar 98,3.
b. Pengetahuan
Guru
DalamPenangananEpsitaksisSetela hPendidikanKesehatan Tabel5 Pengetahuan Guru DalamPenangananEpistaksisSetela hPendidikanKesehatan (n=10) Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
F 0 15 3 18
% 0 83 17 100
3. AnalisaBivariat Tabel6 PengaruhPendidikanKesehatanTentan gEpistkasisTerhadapPengetahuan Guru dalamPenangananEpistakasis (n=10) Z Pre- Asymp.sig. Variabel post (2-tailed) PendidikanKesehatan 0,000 3.676a Pengetahuan HasilujiWilcoxondengannilai p value =
0,000
sehinggap
value<
0,05
makaadapengaruhpendidikankesehatantent
6
angpenangananepistaksisterhadappengetah
baikmakaakanmemilikipengetahuan
yang
uan
baik
yang
guru
pula.
Dalampenelitian
dalampenangananepistaksispadamurid SD.
dilakukanolehRifkidalamSantoso
HasilpenilitianPulungan
didapatibahwamayoritastingkatpengetahua
(2007)
(2008)
menunjukkanbahwaterjadipeningkatanpen
nrespondenberadapadakategorisedang
getahuandanpengetahuandokterkeciltentan
(55,4%),
g
jugasejalandengantingkatpengetahuanrespo
PSN-DBD
yang
setelahmendapatkanpenyuluhandenganmet
nden
yang
odeceramahdan leaflet maupunceramahdan
mayoritasnyaberadapadakategorisedang
film.
(48,2%).
Keadaaninimenggambarkanbahwapenyulu hankesehatanmerupakansuatukegiatan
SIMPULAN 1. Karakteristikusiaterbanyakadalah
yang dapatmempengaruhiperubahanperilakuresp
46-56
tahunsebanyak
6
(33%)
ondenmeliputiperubahanpengetahuan.
respondendan paling sedikit 39-45 yang
tahunsebanyak 3 (17%)responden.
diperolehsubjekselanjutnyaakanmenimbulk
Karakteristikjeniskelaminresponden
anrespondalambentukpengetahuanterhadap
terbanyakadalahperempuan
objek
(61%)
Pengetahuanbaru
yang
telahdiketahuinya
dan
paling
11
sedikitlaki-
Olehkarenaitu,
lakisebanyak 7 responden (39%).
yang
Karakteristikpendidikanrespondente
mempengaruhipengetahuanseseorangberpe
rbanyakadalah S1 sebanyak 15
ngaruhpadapengetahuannyaterhadapobjek
(83%) respondendan paling sedikit
yang sama yang telahdiketahuinyatersebut.
S2 sebanyak 3 (17%) responden.
(Notoatmodjo,
2003).
semuahal
Penelitianinimengukurpengetahuanrespond
2. Karakteristik
guru
enterhadapkejadianepistaksishinggatingkat
sebelumdilakukanpendidikankeseha
pengetahuan yang ketigayaitumenghargai.
tanmempunyaipengetahuancukupse
SebagaimanapenjelasandariNotoatm odjo (2011) bahwapengetahuanbaru yang
banyak 13 guru (72%). 3. Karakteristik
guru
diperolehsubjekselanjutnyaakanmenimbulk
setelahdiberikanpendidikankesehata
anresponbatindalambentukpengetahuanterh
n
adapobjek
banyakmempunyaipengetahuancuk
yang
telahdiketahuinya.
upyaitu
Dapatdisimpulkanbahwabilaseseorang yang
memilikipengetahuan
yang
yang
15
paling
guru
(83%),
pengetahuanbaik 3 guru (17%) dan
7
yang
paling
sedikitadalahkurangyaitu 0 guru (0 %). 4. Pengaruhpendidikankesehatanterha dappengetahuan
guru
didapatkanhasilujiWilcoxondengan nilai p value = 0,005 sehinggap value< 0,00makaadapengaruhpendidikanke sehatantentangpenangananepistaksi sterhadappengetahuan
guru
dalampenangananepistaksispadamu rid SD.
DAFTAR PUSTAKA Adi,
Munir,Delfitri, Haryono,Yuritna, Rambe,Andrina Y.M.(2006). Epistaksis. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 Notoatmodjo, Soekidjo.(2011). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta. Santoso, Agung. (2008). Mimisan – Cara Menghilangkan Mimisan.http://www.balitaanda.in doglobal.com diakses 3 Agustus 2015 Schlosser RJ.(2009).Epistaxis. N Engl J Med;360(8):784-9
BayuSetyo.(2012).Pemahaman Guru TentangPertolonganPertamaPadaK ecelakaan.Skripsi.Yogyakarta. PPSD FIP UNY
Soepardi, dkk.(2007).Buku ajar telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI
Harjasuganda, Djukanda.(2008). Pengembangan Konsep Diri yang Positif pada Siswa SD Sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas.Jurnal.Pendidikan Dasar.Nomor: 9
Wormald PJ.(2006). Epistaxis. In: BaileyBJ, Johnson,JT, Newlands SD, editors. Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4th edition. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins;p.505-14.
Lubis, Bidasari & Saragih, Rina A C.(2007). Tata Laksana Epistaksis Berulang pada Siswa. Sari Pediatri, Vol. 9, No. 2 Megawati.(2010), ‘Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan TidakAktif Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMPN 1Perbaungan’, Skripsi, Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, SumateraUtara.
8
Zainuddin, Hanafi. (2008). Penatalaksanaan Epistaksis. Departemen THT FK UNSRIPalembang.