Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi Pada Lansia Diabetes Mellitus (DM) di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Anif Maghfiroh1, Tri Nurhidayati2, Agustin Syamsianah3 Abstrak Latar Belakang: Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Salah satu faktor-faktor yang menyebabkan Diabetes Mellitus adalah usia terutama lansia karena pada lansia mengalami penurunan fungsi. Lansia yang mengalami Diabetes Mellitus, biasanya tergolong tipe II, NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin. Usia lanjut sulit untuk menerima informasi yang didapatkan. Salah satunya faktor yang dapat mempengaruhi adalah perilaku pencegahan komplikasi dengan mengubah gaya hidup sehat,. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi pada Lansia Diabetes Mellitus (DM) di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.Penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia DM ≥60 tahun di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Adapun tehnik sampling di tentukan dengan menggunakan semua sampel yang ada dengan jumlah 48 lansia DM. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan uji stastistik korelasi rank spearman di dapatkan pendidikan terhadap perilaku dengan nilai koefisien korelasi (r) =0,588 dan p =0,000, dan pengetahuan terhadap perilaku dengan nilai koefisien korelasi (r) =0,407 dan p =0,004. Diketahui Berdasarkan hasil tersebut: Variabel pendidikan terdapat hubungan bermakna dengan keeratan hubungannya sedang terhadap perilaku. Variabel pengetahuan terdapat hubungan bermakna dengan keeratan hubungannya sedang terhadap perilaku. Ditambah hasil dari data tingkat pendidikan Tamatan SD 22 lansia DM (45,8%), dengan tingkat pengetahuan sedang 32 lansia DM (66,7%), dan perilaku pencegahan baik 25 lansia DM (52,1%). Berdasarkan data tersebut di ketahui perilaku pencegahan komplikasi baik dengan pengetahuan sedang. pengetahuan seorang lansia berdasarkan tingkat pendidikan lansia adalah tamatan SD itu tidak berpengaruh besar dalam perilaku pencegahan komplikasi tersebut karena semua itu tergantung dari sikap dan motivasi lansia tersebut terhadap perilaku pencegahan kejadian komplikasi DM. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Perilaku lansia, Pencegahan Komplikasi DM.
Abstract Diabetes Mellitus is a group of symptoms that occur in a person who due to increased levels of sugar (glucose) blood due to insulin deficiency both absolute and relative. One of the factors that cause Diabetes Mellitus is the age of the elderly, especially elderly due to decreased function. Elderly who have Diabetes Mellitus, usually classified as type II, NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) or Not Dependent Diabetes Mellitus Insulin. Many elderly experience a decline in function, making it difficult to receive the information obtained. One of these factors can affect the behavior of the prevention of complications with change touch live that healt. This study to know the level of education and Knowledge Relationships with Behavior Prevention Complications in Elderly Diabetes Mellitus (DM) in the Village Tandang Working Area Kedungmundu Semarang City Health Center. This type of research is quantitative with method descriptive correlation and cross sectional.The population is elderly DM ≥ 60 years in the Village Tandang Working Area Health Center Kedungmundu Semarang City . The sampling technique is determined by using all the available sample by the number of 48 elderly DM. Based on statistical research using Spearman rank correlation test in education get on the behavior of the correlation coefficient (r) = 0.588 and p = 0.000, and the knowledge of the behavior of the correlation coefficient (r) = 0.407 and p = 0.004. Based on these results known: Education variables are statistically significant association with the behavior of the closeness of the relationship strong. Knowledge variables are statistically significant association with the closeness of the relationship being on behavior. Plus the results of the data level elementary education graduates 22 seniors DM (45.8%), with the level of knowledge of DM were 32 elderly (66.7%), and 25 elderly preventive behavior both DM (52.1%). Based on these data in well known complication prevention behaviors with knowledge being. knowledge of an elderly by education level is primary school was not influential in the prevention of complications behavior because it all depends on the attitude and motivation of the elderly towards preventive behavior incident DM complications Keywords: Level of Education, Knowledge Level, Behavioral elderly, DM Complications Prevention.
PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang muncul karena jumlah penderita Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun terus meningkat. Meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia, berbagai masalah kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada usia lanjut akan meningkat. Salah satu penyakit yang menyertai lansia adalah penyakit Diabetes Mellitus. Data dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan angka prevalensi Diabetes Mellitus di Amerika serikat 8,3% , di Cina 3,9% dan di Malaysia sebagai Negara Indonesia 2006 di dapat kan prevalensi yang tinggi 14,9% (Suyono, 2009). Jumlah penderita Diabetes Mellitus Menurut WHO (World Health Organization), Indonesia menempati urutan ke 4. Jumlah penderita Diabetes mellitus sejak tahun 2000 terus meningkat dan pada tahun 2030 diperkirakan mecapai 21,3 juta orang. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menujukkan prevalensi Diabetes Mellitus di perkotaan mencapai 14,7% dan 7,2% terjadi di pedesaan (Purnama, 2009). Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 meningkat menjadi 16,8 juta jiwa (7,78%). Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 28,8 juta orang,atau sekitar 11.34%. Jumlah itu Indonesia termasuk negara berstruktur penduduk tua (lansia), karena jumlah penduduk usia lanjutnya lebih dari 7% diatas ketentuan badan dunia (Rizal, 2012). Tingginya jumlah penderita tersebut, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang rendah, kesadaran untuk menjaga kesehatan, mengatur pola makan dan minimnya aktivitas fisik juga bisa menjadi faktor penyebab prevalensi Diabetes Mellitus pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini karena pada lanjut usia bersifat multifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Angka kejadian Diabetes Mellitus tipe II pada lansia terus meningkat akibat perubahan gaya hidup, terutama mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, kurangnya latihan fisik, serta faktor psikososial. Penderita Diabetes Mellitus Tipe II (Non Insulin dependent Diabetes Mellitus) terdapat dua jenis komplikasi vaskuler, yaitu komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler.
Komplikasi makrovaskuler ini mencakup penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler,
stroke
dan
penyakit
vaskuler
perifer.
Sementara
komplikasi
mikrovaskuler mencakup retinopati, nefropati, dan neuropati diabetikum (Smeltzer dan Bare, 2002). Lansia yang kurang pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus dan perilaku pencegahan komplikasi pada dasarnya dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan, kurangnya informasi, serta faktor usia. Usia lanjut mengalami banyak penurunan fungsi, sehingga sulit untuk menerima informasi yang didapatkan. Hal ini jika diabaikan maka akan beresiko bertambah penyakit Diabetes Mellitus sehingga jatuh pada keadaan yang lebih berat dengan munculnya komplikasi penyakit Diabetes Mellitus. Salah satunya faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi adalah rajin cek gula darah, mengubah gaya hidup sehat, melakukan aktifitas misalnya berolah raga (Tamher, S & Noorkasiani, 2009). METODE Penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia penderita
diabetes mellitus berusia ≥60 tahun, di Kelurahan Tandang wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan jumlah responden 48 lansia DM. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh sampel yang ada di Kelurahan Tandang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah 48 lansia DM. Alat pengumpulan data dengan kuesioner yang telah dilakukan uji coba sebelumnya (Validitas dan Reliabilitas). Proses penelitian berlangsung dari tanggal 16 September sampai dengan 18 September 2013. Data dianalisis secara Univariat (korelasi person product moment), dan bivariat (Shapiro wilk, rank Spearmen). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh umur lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang rata-rata umur 64,21 tahun,minimum 60 tahun dan maksimum 73 tahun. Tingkat pendidikan paling banyak tamatan SD dengan jumlah
22 responden (45,8%), SMP 16 responden (33,3%), SMA 2 responden (4,2%), dan perguruan tinggi tingkat 2 responden (4,2%). Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan lansia DM terdapat pengetahuan sedang dengan jumlah 32 responden (66,7%), dan perilaku pencegahan baik dengan jumlah 25 responden (52,1%), dan perilaku pencegahan sedang ada 23 responden (47,9%). Hasil analisis bivariat diperoleh hasil tingkat pendidikan terdapat hubungan bermakna dengan keeratan hubungannya sedang terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan nilai þ= 0,000 dengan koefisien korelasi= 0,588 (tabel 1.1). Dan pengetahuan terdapat hubungan bermakna dengan keeratan hubungannya sedang terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan nilai þ= 0,004, dengan koefisien korelasi= 0,407 (tabel 1.2). Tabel 1.1 Distribusi responden berdasarkan frekuensi tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, 2013.
Variabel Independen Pendidikan
Variabel Dependen Perilaku
Korelasi (r) 0,588
Signifikan 0,000
Tabel 1.2 Distribusi responden berdasarkan frekuensi tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, 2013. Variabel Independen Pengetahuan
Variabel Dependen Perilaku
Korelasi (r) 0,407
Signifikan 0,004
Penelitian ini mempunyai keterbatasan Penelitian ini hanya mengungkap tentang hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia. Disisi lain dalam proses penelitian, peneliti masih banyak kekurangan dalam mengungkap hubungan dari masalah yang terjadi, serta masih banyaknya faktor-faktor lain minat, motivasi lansia untuk melakukan pencegahan sejak dini untuk menanggulangi terjadinya komplikasi pada penyakit Diabetes Mellitus. Selain itu masih banyak kendala dalam
proses penelitian yang tidak bisa disebutkan salah satunya proses dalam
memberikan penjelasan tentang kuesioner pada masing-masing responden yang ada, serta waktu penyebaran yang berulang kali untuk mendapatkan data sesuai sempel yang akan di teliti. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan frekuensi tingkat pendidikan lansia SD lebih banyak dari pada tingkat pendidikan yang lain, hal ini ditunjukan pada hasil penelitian sebanyak 22 orang (45,8 % )pendidikan tamatan SD, 16 (33,3 %) orang taman SMP, tamatan SMA 2 orang (4,2%), dan hanya 2 orang (4,2%) diperguruan tinggi, selain itu ada juga yang tidak sekolah 6 orang (12,5%). Berdasarkan hasil penelitian kebanyakan lansia belum mengentahui cara-cara pencegahan terjadinya komplikasi pada penyakit Diabetes Mellitus di karenakan kurangnya informasi, serta kurangnya rasa ingin tahu pada lansia, kebanyakan pengetahuannya hanya mengenai diit rendah gula saja selama ini. Peran perawat sangat penting dalam mengatasi kurangnya pengetahuan tersebut, bilamana adanya minat dan rasa ingin tahu yang tinggi dari lansia akan dapat mengurangi dampak buruk terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus itu terjadi. Berdasarkan hasil penelitian dengan hasil pengetahuan kurang ada 2 oarng (4,2%), pengetahuan sedang ada 32 orang (66,7%), dan pengetahuan baik ada 14 orang (29,2%), menunjukan bahwa lansia memiliki pengetahuan yang sedang menurut informasi yang didapat dari sebagian responden lansia tersebut sudah mengalami penurunan indera pendengar serta penurunan penglihatan itu yang menambah buruk pengetahuan yang akan didapat selama ini. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan penelitian dan wawancara kebanyakan penduduk tandang lansia yang tinggal disana pernah
mengenyam
pendidikan walaupun dulu hanya sampai SD, walaupun sebagian lainnya ada yang SMP, SMA, serta perguruan tinggi, mengenai hal tersebut bisa dijadikan faktor penguat seorang lansia dapat melakukan perilaku pencegahan komplikasi penyakit Diabetes Mellitus yang di derita, dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan itu dapat menjadikan langkah awal untuk mendapatkan informasi kesehatan sesuai keluhan yang dirasakan. Penelitian ini hanya menungkap bagaimana hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan perilaku pencegahan komplikasi pada lansia Diabetes Mellitus di Kelurahan Tandang wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang saja, tetapi tidak diungkapkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi, sehingga penelitian ini hasilnya kurang optimal. PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada Lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang diperoleh hasil rata-rata umur 64,21 tahun, mayoritas pendidikan tamatan SD. Pengetahuan lansia diperoleh pengetahuan sedang dan perilaku pencegahan komplikasi DM diperoleh perilaku sedang. Analisis perbedaan diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia DM di Kelurahan Tandang Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan perilaku (pendidikan, pengetahuan dan perilaku) pencegahan komplikasi pada lansia DM, sehingga peneliti memberikan konseling berupa pengetahuan sejauh mana para lansia DM tersebut mengetahui penyakitnya dan bagaimana dengan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi berkelanjutan dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan itu dapat menjadikan langkah awal untuk mendapatkan informasi kesehatan sesuai keluhan yang
dirasakan serta pengendalian kadar gula darah dan mengubah gaya hidup yang disarankan petugas pelayanan kesehatan.
KEPUSTAKAAN Anonim.http://reposiory.usu.ac.id/bitstrem/123456789/29079/4/Chapter%2011.pdf.
Di
unduh pada tanggal 6 maret 2013. Anonim.http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/UU20-2003.Sisdiknas.pdf. Diunduh pada tanggal 18 maret 2013. Anonim.http://sikkahoder.blogspot.com/2013/02/komplikasi-kronik-dmmekanisme.html. Diunduh pada tanggal 26 maret 2013. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek edisi revisi VI. Jakarta : Rinake Cipta. Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama, Yogyakarta; Graha Ilmu. Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2, Jakarta, EGC. Darmojo & Martono. 2004. Beberapa Aspek Gerontologi dan Pengantar Geriatri, Buku Ajar Geriatri FKUI. Jakarta: EGC. Dinas Kesehatan Kota Semarang (2012). Jumlah Penyakit Diabetes Mellitus. Semarang 2013. Handayani, Esti. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Dengan Motivasi Dalam Mencegah Terjadinya Komplikasi Pada Penderita Diabetes Mellitus
di
Puskesmas
Kartasura.
Skripsi.
Surakarta
:
Universitas
Muhammadiyah Sukarta. Di unduh pada tanggal 6 februari 2013 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/4476. Hastono, S.P. (2001). Modul Analisa Data: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta Universitas Indonesia. Kriska, S.(2007). Cara Mudah Nencegah Dan Mengatasi Diabetes Mellitus, Yogyakarta:Aulia Publising.
Lueckenotte, A. (2000). Gerontologic nursing. USA : Harcourt health sciences company. Mubarak, dkk. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta Mariyam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmojo, S. (2003).
Metodologi Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo, S.(2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan Seni Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, (2003) Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:Salemba Medika. Perkeni (2002). Consensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Balai Pustaka FKUI Jakarta. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. (volume 1, edisi 4). Alih bahasa Yasmin Asih, et al. Jakarta : EGC Purnama, Iwan. (2009). Konsep Sehat – Sakit. Diakses pada tanggal 20 april 2013 dari http://www.scribd.com/doc/21123245/Konsep-Sehat-Sakit. Price, S. A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Edisi 6.Vol 2). Jakarta : EGC Riset Kesehatan Dasar (2007). Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Diambil tanggal 20 Maret 2013 http://www.risk esdas.litbang depkes.go.id/2010. Rizal,T (2011). Penyakit Diabetes mellitus. Diakses pada tanggal 18 maret 2013 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/pdf. Rochmah, Wasilah (2006) Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Volume 3. Jakarta : EGC
Sudoyo, A.W. (2006). Keperawatan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi Volume 2. Jakarta : EGC. Sugiono (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Soegondo (2007). Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. Suyono (2009). Penyakit Diabetes mellitus. Diakses pada tanggal 18 maret 2013 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/pdf. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Volume 2. Jakarta : EGC. Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. Sidartawan, Pradana, Imam Subekti, dkk. Petunjuk praktis pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2. Jakarta : PB Perkeni, 2002. Tamher, S. & NoorKasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP. Jakarta: Salemba Medika. Yanti (2009). Risk Faktors Coronary Heart Disease in Type 2 Diabetes Mellitus Patient at RSUP Dr. Kariadi Semarang. Di unduh pada tanggal 18 maret 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/6495/1/yanti.pdf