Andi Hamim Zaidan dan Mimpi Mengembangkan Nanoteknologi UNAIR NEWS – Andi Hamim Zaidan, S.Si. M.Si, Ph.D merupakan dosen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR). Lahir di Mojokerto, 22 April 1983. Karir akademiknya di bidang Fisika dimulai ketika mengambil studi S1 di Institut Teknologi Bandung hingga lulus pada tahun 2005. Setelah lulus, ia melanjutkan studi S2 di Institut Teknologi Bandung juga hingga akhirnya lulus tahun 2007. Selang beberapa tahun, dia melanjutkan studi doktor di University of Chemical Technology and Metallurgy, Sofia Bulgaria, hingga akhirnya menyelesaikan studi pada 2013 dengan judul desertasi Thin Chalcogenide Film for Optoelectronics. Pada tahun 2007 hingga 2010, Zaidan, sapaan akrabnya, mengabdikan diri dengan mengajar di FST UNAIR. Sejumlah mata kuliah diampu. Antara lain, Fisika Kuantum, Fisika I, Medan Elektromagnetik, Mekanika Kuantum Benda Banyak, Praktikum Fisika I, Fisika Eksperimental, Fisika Atom dan Molekul, Fisika Dasar 2, Fisika Inti, Nanomaterial dan masih banyak lagi. Selama mengajar di UNAIR, Zaidan sering mendapat penghargaan maupun apresiasi positif atas karyanya. Di antaranya, Dosen Berprestasi I Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR, Dosen Berprestasi III UNAIR, dan Beasiswa German Industry. Sementara itu, dalam hal publikasi, termasuk dalam jurnal internasional, Zaidan telah banyak menyematkan nama di ragam terbitan. Misalnya, melalui karya ilmiah berjudul Folate Receptor Mediated In vivo Targeted Delivery of Human Serum Albumin Coated Manganese Ferrite Magnetic Nanoparticles to Cancer Cells (2016), An in vitro Anti-microbial Photodynamic Therapy (aPDT) with Blue LEDs to Activate Chlorophylls of Alfalfa Medicago sativa L on Aggregatibacter
actinomycetemcomitans (2016), Application of two-Output Port Fiber Coupler as Gasoline Level Sensor (2016), Chlorophyll Mediated Photodynamic Inactivation of Blue laser on Streptococcus mutans (2016) dan masih banyak lagi. Zaidan tercatat sebagai salah satu pakar nanoteknologi UNAIR. Sesuai dengan namanya, nanoteknologi atau nanosains adalah ilmu pengetahuan dan teknologi pada skala nanometer, atau sepermilyar meter. Nanoteknologi merupakan teknologi yang dihasilkan dari pemanfaatan sifat-sifat molekul atau struktur atom tatkala berukuran nanometer. Jadi, apabila molekul atau struktur dapat dibuat dalam ukuran nanometer, akan dihasilkan sifat-sifat baru yang luar biasa. Sifat-sifat baru inilah yang dimanfaatkan untuk keperluan teknologi, yang kemudian dikenal sebagai nanoteknologi. “Nanoteknologi merupakan salah satu jawaban atas tantangan zaman. Kampus sekelas UNAIR, perlu mengembangkan pengetahuan ini secara luas dan mendalam. Pada satu sisi, diperlukan sinergitas dan pola pikir lintas disiplin untuk mengelolanya secara maksimal,” Pengembangan Iptek ke arah teknologi ini merupakan salah satu jawaban atas tantangan zaman. Inilah keniscayaan yang mesti terjadi. Yang jelas, tujuannya adalah untuk mempermudah manusia. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Rio F. Rachman
Ahli Bedah Plastik Ciptakan
Krim Atasi Keloid UNAIR NEWS – Latar belakangnya sebagai dokter bedah plastik membuat Prof. Dr. David Sontani Perdanakusumah, dr., Sp.BP-RE (K) banyak bergelut dengan rekonstruksi dan perbaikan cacat tubuh manusia. Dari sederet tindakan operasi yang pernah ia lakukan membuatnya penasaran dengan jenis luka tubuh yang berserat, tebal dan berwarna kontras dengan kulit sekitarnya. Jenis luka ini disebut keloid. Dalam mengatasi keloid, pada umumnya dokter menggunakan berbagai cara, seperti operasi, suntikan kortison, cryotherapy, dan cara-cara lainnya. Namun, metode-metode itu tak dapat menghilangkan keloid. Bahkan, tindakan operasi justru memperbesar keloid. Tak jarang, keloid menjadi mimpi buruk bagi pasien ataupun dokter. Keloid tumbuh akibat aktivitas kolagen yang berlebih. Pertumbuhan kolagen dipengaruhi enzim kolagenase yang kurang terkontrol. Enzim kolagenase adalah enzim yang mengatalisis hidrolisis kolagen. “Versi saya, kolagen itu nggak akan berlebih kalau ada kolagenase. Jadi, saya bilang, kalau kolagenase berfungsi dengan bagus, mungkin tidak akan ada keloid. Karena semua yang berlebih dihancurkan. Jadi, (kolagenase berfungsi) seperti mandor,” imbuhnya. Dokter kelahiran Singkawang itu lantas kembali melanjutkan risetnya yang ia mulai sejak melakukan penelitian disertasi. Melanin, pewarna pada kulit, memiliki sifat kimia asam. Agar kolagenase berfungsi, maka enzim tersebut harus bersifat basa. Pada orang yang tidak berkulit putih, banyaknya melanin membuat suasana kulit bersifat asam. Akhirnya, David merumuskan cara agar melanin itu turun dengan pemutih yang menggunakan pelarut basa. Agar keadaan asam dan basa tak membuat kulit kian sensitif, ia mengombinasikan
pemutih dengan liposom sehingga sifat basa baru keluar ketika sudah memasuki lapisan dermis. Pemutih yang ia gunakan adalah Hydroquinone dengan kadar empat persen. “Jadi, ide saya yang dipatenkan adalah pemutih dalam suasana basa untuk keloid. Karena dengan dikasih pemutih ke keloid, suasananya basa, kolagenasenya aktif, melaninnya turun sehingga suasana di dalam akan basa, kolagenasenya muncul (aktif) dan kolagen semua yang berlebih akan dipapas sehingga turun,” tutur David.
Prof.
Dr.
David
Sontani Perdanakusumah, dr., Sp.BP-RE (K) (Foto: Defrina Sukma S) Pemikirannya itu ia tuangkan dalam paten berjudul “Penggunaan Hidrokuinon untuk Mencegah dan Mengobati Keloid”. Pemutih keloid dalam suasana basa akhirnya berhasil dipatenkan pada tanggal 17 Oktober 2012 dengan nomor paten ID P0031959. Pendaftaran produknya menuju paten sempat melewati jalan berliku. Selain karena rutinitas, ide penggunaan pemutih untuk menyamarkan warna kulit dianggap bukan barang baru. “Saya tahun baru. untuk
mengurus paten sekitar tahun 2004, tetapi baru keluar 2012. Delapan tahun. Karena hydroquinone bukan barang Itu sudah lama dipakai untuk pemutih, tapi hydroquinone keloid tidak pernah ada di dunia. Itu riset saya.
Original,” tegas Wakil Dekan I FK UNAIR. Ia praktikkan itu ke pasien-pasiennya yang telah melalui tindakan operasi. Hasilnya, keloid jadi mengecil dan lebih cerah. Untuk keloid yang bentuknya besar, pemberian krim perlu dikombinasikan dengan tindakan bedah. “Krim itu bisa mengecilkan. Sedikit dipangkas. Tapi untuk mendapatkan hasil yang dramatis, perlu dikombinasi dengan tindakan bedah,” imbuh David. Selain pasien dengan keloid, dokter berusia 56 tahun itu pernah memberikan krim pemutihnya pada pasien dengan bekas cacar dan luka bakar. “Bekas luka bakar di tangan, saya kasih terus mulus. Ada luka trauma, bekas operasi, saya kasih kemudian memudar dan halus,” terang peraih penghargaan Science Achievement Award 2015 dari media Republika. Pemutih yang David gunakan saat ini mengandung empat persen hydroquinnon dalam suasana basa dengan derajat keasaman atau pH 7,5. Ia saat ini tengah mengembangkan krim dengan derajat keasaman 7,6 sebab angka ini merupakan angka yang ideal untuk kolagenase. Saat ini, oleh Institute of Tropical Disease UNAIR, krim pemutih milik David tengah dihilirisasi oleh salah satu industri farmasi di Indonesia. Uji produk krim pemutih milik Guru Besar bidang Ilmu Bedah Plastik ini dalam tahap uji stabilitas. Setelah uji stabilitas, tahap berikutnya adalah uji klinik di berbagai pusat kesehatan. Ia berharap, krim pemutihnya bisa memberi harapan baru bagi pasien dan tenaga medis dalam mengatasi keloid pada tubuh. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah hari
Prof Stefanus: Kajian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Memiliki Cakupan Luas UNAIR NEWS – Menurut Prof. Dr. Stefanus Supriyanto, dr, MS., bidang ilmu yang ia geluti saat ini adalah ilmu seputar manajemen kebijakan kesehatan yang mencakup rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas maupun klinik. Cakupan lainnya yakni, urusan yang berkaitan dengan pembuatan sistem kesehatan. Misalnya, suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut di suatu wilayah. Dia meyakini bahwa kondisi kesehatan dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan, genetika dan perawatan medis. “Studi Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan memiliki cakupan luas dan aplikatif. Karena, kebutuhan akan kesehatan sangat fundamental nilainya. Sumbangsih yang diberikan tidak lain untuk sistem kesehatan lokal dan nasional” kata dia. Karir akademik Stefanus di bidang kesehatan dimulai ketika kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR). Setelah menamatkan studinya di tahun 1977, ia sempat mengabdikan diri sebagai dokter di beberapa puskesmas di Gresik. Tahun 1983, ia menamatkan studi S2 di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Pada waktu itu, ia sudah meniti karir sebagai asisten ahli. Dalam tesisnya, ia mengangkat pencegahan kecelakaan kerja. Tahun 1994, di tempat yang sama, ia menyelesaikan studi doktoral melalui program sandwich dari Ditjen Dikti. Dalam desertasinya, ia mengangkat perrmasalahan manajemen diare bayi
melalui analisa faktor determinan pada bayi baik secara pengasuhan dan kondisi lingkungan. Selama menjadi tenaga pengajar, Stefanus pernah menjabat di posisi penting FKM Unair, mulai dari Ketua Minat AKK (S2), IKM-Unair (1995–1999), Ketua Bagian AKM-FKM Unair (1995–2000), Ketua Minat MPK Pascasarjana (1998-sekarang) dan Pembantu Dekan II FKM (2000-2007). Pengabdian diri terhadap masyarakat, khususnya di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan, sering kali ia lakukan di pelbagai tempat. Mulai dari penyuluhan kesehatan, konsultasi manajemen dan sistem kesehatan, sosialisasi hidup sehat dan masih banyak lagi. Menurutnya, di setiap daerah saat ini ingin mewujudkan sistem kesehatan yang baik untuk masyarakat. Kehadiran Sekolah Kesehatan ataupun Institusi Kesehatan lainya sangat membantu menata sistem. Gelar Guru Besar didapat oleh Stefanus pada tahun 2005. Dalam pidatonya, Profesor kelahiran Tulungagung tersebut memaparkan mengenai reformasi kesehatan di Indonesia. Sistem kesehatan di Indonesia dapat ditinjau salah satunya melalui aspek pembangunan kesehatan yang baik. Masalah pembangunan dapat ditinjau dari ketidakmampuan mengendalikan dampak negatif pembangunan yang kurang efektif dan efisien. Sehingga hasil pembangunan kesehatan tidak memuaskan. Untuk itu, Stefanus menilai betapa perlunya kecermatan dalam reformasi kesehatan. Yakni dengan melakukan reorientasi, restrukturisasi, pembangunan sistem pembiayaan kesehatan, kemitraan, serta pemberdayaan. Berbicara mengenai sistem kesehatan di Indonesia, Stefanus menjelaskan bahwa yang menjadi hambatan penerapan sistem ini adalah kebijakan yang berubah-ubah. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Rio F. Rachman
Penandatanganan Kontrak Kinerja UKM Demi Menuju Perguruan Tinggi Kelas Dunia UNAIR NEWS – Guna mendukung Universitas Airlangga menuju World Class University pada tahun 2020, sebanyak 40 UKM UNAIR melakukan penandatanganan kontrak kinerja. Penandatanganan yang dilakukan oleh pengurus UKM periode 2017 itu, bertepatan dengan penutupan Lokakarya pengurus UKM yang berlangsung di Wishnu Kencana Hall, Royal Trawas Cottage, Sabtu (21/1). Kontrak kinerja tersebut berisi target capaian UKM UNAIR pada tahun dasar 2016 ke tahun 2017, yang terdiri dari banyaknya keterlibatan UKM sebagai penyelenggara kegiatan, publikasi tiap bulan, jumlah delegasi UKM dalam setiap perlombaan, target prestasi yang dicapai baik itu lokal, regional, nasional maupun internasional, yang terukur dan terstruktur. Sekitar pukul 22.30 WIB, sebanyak 40 mahasiswa yang merupakan ketua UKM bersama Direktur Kemahasiswaan dan Koordinator Bidang Minat dan Bakat saling berdampingan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Penandatanganan ini disaksikan oleh puluhan mahasiswa yang tergabung dalam acara. “Kontrak kinerja ini dapat dijadikan sebagai agen bagi para ketua UKM supaya kegiatan UKM semakin terarah dan terkelola. Harapannya supaya prestasi UKM semakin melejit di tahun 2017, khususnya dalam rangka pencapaian World Class University,” jelas Dr Hadi Subhan., S.H., M.H., C.N, Direktur Kemahasiswaan UNAIR seusai menandatangai MoU. MoU ini menjadi bukti kesiapan UKM UNAIR untuk bersinergi dalam mendorong UNAIR menuju WCU. Tanggung jawab atas
kesepakatan yang dibuat tidak lain merupakan langkah awal tahun 2017 agar dapat merealisasikan target yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. “Bangunlah regenerasi yang sehat di dalam sebuah organisasi serta paham dalam merealisasikan kontrak kinerja yang dibuat oleh masing-masing UKM, tulislah apa yang kalian kerjakan dan kerjakan apa yang kalian tulis” tutur Dr. Ari Prasetyo, SE. M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Vokasi yang turut hadir dalam acara. Selain itu, kontrak kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui track record UKM. Tujuannya, agar dalam mencetak setiap prestasi, mahasiswa yang tergabung dalam UKM tidak keluar dari masing-masing visi. Dalam kontrak kinerja itu, terdapat pula target setiap bulan yang harus muncul di laman resmi UNAIR. Hal ini berguna untuk meningkatkan eksistensi UKM UNAIR sebagai lumbung prestasi yang sesungguhnya. (*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
Pakar Kimia Bahan Alam Ini Aktif Berbagi Ilmu Farmasi Hingga Lintas Negara UNAIR NEWS – Prof. Dr.rer.nat. Gunawan Indrayanto merupakan farmasis yang bergelut di bidang kimia bahan alam, bioteknologi tanaman, dan analisis farmasi/kimia. Sebagai profesor Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Gunawan aktif
menjadi pembicara seminar, memberikan pelatihan untuk para apoteker, dan melakukan penelitian. Sampai saat ini, publikasi riset Gunawan telah dimanfaatkan peneliti dari seluruh penjuru dunia. Hingga tahun ini, tercatat sebanyak 113 publikasi di jurnal internasional dan chapter di buku-buku diktat yang telah ia tulis. Penerima beasiswa DAAD itu telah meraih berbagai penghargaan. Gunawan merupakan salah satu dari enam ilmuwan penerima penghargaan leading scientist dari Committee on Science and Technological (Comstech), Pakistan, pada tahun 2008. Di tahun yang sama, ia terpilih sebagai dosen berprestasi dengan pengakuan nasional dan internasional dari Rektor UNAIR. Ia juga menjadi nominator peneliti unggul yang dinobatkan oleh South East Asia European Community Net, Austria, pada tahun 2009. Ia juga memperoleh penghargaan Achmad Bakrie Award keXII di bidang Kesehatan pada tahun 2014. Pada tahun 2015, ia terpilih sebagai salah satu kontributor reviewer terkemuka dari Elsevier, Belanda. Selain itu, Gunawan dipercaya sebagai reviewer atau penyeleksi karya ilmiah berbagai jurnal internasional. Tercatat, sudah ada delapan jurnal internasional yang ia review. Jurnal ilmiah internasional itu diantaranya berasal dari negara Hungaria, Amerika Serikat, India, dan Belanda. Ia juga tergabung sebagai dewan penasihat dari tujuh jurnal, baik skala nasional maupun internasional. Kepakaran di bidang farmasi sudah tidak dapat diragukan lagi. Terbukti, Gunawan tercatat sebagai salah satu ilmuwan Indonesia yang meraih indeks tertinggi dalam Wise Index of Leading Scientists and Engineers untuk negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Ia adalah satu dari enam orang ilmuwan Indonesia yang mendapat pengakuan bergengsi tersebut. Ketika
ditanya
mengenai
kepakarannya,
Gunawan
melakukan
analisis farmasi agar sebuah obat memiliki mutu yang terjamin. “Tugas apoteker adalah membuat dan mengembangkan obat. Bekerja membuat obat haruslah sebaik, semurah, dan seefektif mungkin. Untuk itu diperlukan analisa farmasi atau kimia dari setiap obat yang diproduksi sehingga dapat dijamin mutunya. Melakukan analisis kimia/farmasi mungkin mudah, tetapi melakukan analisa dengan hasil valid tidaklah mudah,” ujar Gunawan. Di Research Gate, sebuah situs web jejaring sosial untuk kolaborasi bagi para ilmuwan sains, ia aktif berdiskusi, membantu dan berdiskusi tentang pelbagai topik penelitian dengan peneliti di seluruh dunia. “Di Research Gate, saya dapat membantu dan saling belajar dengan peneliti dari seluruh dunia. Dengan saya banyak menjawab dan diskusi, saya dapat ilmu banyak. Dengan menjawab pertanyaan, saya menyumbang pengetahuan, menambah ilmu dan wawasan,” tambahnya. Profesor kelahiran Kediri itu menambahkan, ratusan riset yang ia publikasikan juga telah menjadi bahan ajar dosen kepada mahasiswa. Ke depan, keilmuan ini memiliki prospek yang besar untuk berkembang. Mengingat, Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuhan dan bahan-bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Pakar UNAIR Tegaskan Garis Besar Hukum Bisnis dan HAM UNAIR NEWS – Berbicara mengenai hukum bisnis dan Hak Asasi Manusia (HAM), Universitas Airlangga memiliki salah satu putra terbaiknya yang memiliki kepakaran di bidang tersebut. Pakar hukum tersebut adalah Iman Prihandono, S.H., LL.M., Ph.D. Laki-laki yang akrab disapa Iman tersebut merupakan putra asil UNAIR lulusan Program Sarjana Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum UNAIR tahun 1998. Kemudian Iman merampungkan studi magisternya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2002. Setelah menyelesaikan studi S1 dan S2 di Indonesia, ketekunan Iman pada bidang hukum internasional mengantarkanya untuk melanjutkan pendidikan di Sydney Law School, University of Sydney Australia pada tahun 2007. Kemudian ia melanjutkan studi doktoralnya di Macquarie Law School, Macquarie University, Australia pada tahun 2013. “Saat menempuh studi master dan doktoral di Australia inilah, saya mulai mendalami bagian dari hukum internasional yakni bidang hukum bisnis dan HAM,” jelasnya. Terkait dengan korelasi keilmuan hukum bisnis dan HAM, Iman mengatakan bahwa keduanya merupakan bidang ilmu yang saling berkaitan. “Hukum bisnis dan HAM itu mengajarkan kita tentang bagaimana bisnis itu bisa menghormati HAM,” pungkasnya. Iman yang juga menjabat sebagai sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) UNAIR kerap mempublikasikan berbagai karya ilmiahnya dalam berbagai jurnal. Selain itu, kepakaran Iman dalam Hukum Bisnis dan HAM juga ia terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tercatat, ia pernah melakukan penyuluhan bidang hukum di Dalegan Gresik pada tahun 2005 mengenai perlindungan hukum
bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Pada tahun 2013, ia juga pernah memberikan penyuluhan hukum tentang kekebalan diplomatik dan konsuler bagi organisasi masyarakat dan organisasi mahasiswa Se-Surabaya. Terakhir, pada tahun 2015 ia juga memberi pelatihan bagi pengacara di Jayapura. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Pelajar Dapatkan Banyak Manfaat Setelah Berkunjung ke UNAIR UNAIR NEWS – Universitas Airlangga selalu menyambut baik kunjungan para pelajar dan guru pendamping sekolah menengah atas sederajat. Kali ini, para pelajar dan guru pendamping yang berkunjung ke UNAIR berasal dari SMAN 7 Tangerang Selatan dan MAN 2 Gresik. Mereka berkunjung dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai kehidupan kampus dan seleksi penerimaan mahasiswa baru. “Kunjungan kali ini sudah memasuki kunjungan yang keempat untuk SMAN 7 Tangerang Selatan ke Universitas Airlangga,” tutur Hamdari, M.Pd, Kepala SMAN 7 Tangerang Selatan, dalam sambutannya. Pemaparan materi tentang UNAIR dilaksanakan di Hall Airlangga Convention Center, Kamis (24/1). Kunjungan itu diikuti oleh 390 siswa beserta guru pendamping dari SMAN 7 Tangerang Selatan, dan 226 siswa beserta 16 guru dan MAN 2 Gresik. Siswa juga antusias mendengar penjelasan mengenai UNAIR yang
disampaikan Drs. Djoko Adi Prasetyo, M.Si., dari pihak Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB). Informasi yang dipaparkan dari pemateri antara lain mengenai jalur penerimaan mahasiswa baru, program studi, fasilitas hingga mengenai lokasi kampus UNAIR. Salah satu siswa, Fina, memberikan respon positifnya mengenai pemaparan materi yang disampaikan oleh pemateri. Menurutnya, informasi tersebut bisa memperkaya pengetahuan dirinya dan rekan-rekannya. “Kunjungan semacam ini dapat membantu untuk memperkaya informasi yang akan dijadikan opsi sebelum masuk ke jenjang universitas,” kata pelajar kelas XI. Secara rutin, UNAIR menjadi tempat kunjungan bagi para pelajar dan guru pendamping dari sekolah-sekolah. Pada bulan Januari telah terjadwal 19 kunjungan dari pihak sekolah. Kunjungan seperti ini merupakan sarana bagi UNAIR untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan akademis di perguruan tinggi dan jalur penerimaan mahasiswa baru. (*) Penulis: Helmi Rafsanjani. Editor: Defrina Sukma S