Anda yang Berbelaskasih
Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. (Peraturan Emas)
Berbahagialah orang yang berbelaskasih, karena mereka akan beroleh belaskasih. (Mateus 5,7)
Sabarlah terhadap setiap orang, tetapi terutama sabarlah terhadap diri sendiri. (St. Franciscus van Sales)
Tak seorang pun yang lebih berkuasa menyakiti diriku sendiri selain saya sendiri. (Lisa Cypers Kamen) BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
1
Anda harus berbelaskasih terhadap diri sendiri, meskipun Anda tidak sempurna. Jangan membuat tuntutan yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Jangan membuat cita-cita yang terlalu tinggi untuk mencapai sesuatu, yang mana hal tersebut tidak mungkin bagimu. Cobalah dengan tenang dan lembut menelusuri jalan hidup abadi. Jika Tuhan yang kita kasihi meminta kita untuk berjalan cepat, maka dia juga akan memberikan rahmat agar kita memperoleh kegembiraan, atas hal tersebut. Dari pihak kita sendiri, seharusnya kita merenungkan dengan serius pelajaran yang diberikan oleh Yesus sendiri sbb.: ‘Belajarlah daripadaKu, karena Aku lemahlembut dan rendah hati.’ (Mateus 11,29). (Franciscus van Sales)
Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi dan / atau sharing
1. Bagaimana cara Anda berbeslaskasih terhadap diri sendiri? Berikan beberapa contoh konkrit. 2. Bagaimana cara Anda tidak berbeslaskasih terhadap diri sendiri? Berikan beberapa contoh konkrit.
2
BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
BERBELASKASIHLAH TERHADAP DIRIMU Perintah yang kedua ‘kasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri’ sama pentingnya dengan perintah yang pertama: ‘Kasihilah Tuhan, AllahMu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.’ Yesus berkata, hal itu disimpulkan dalam kedua perintah tersebut (Mt 22,36-40). Tidak diperhitungkan Dalam praktek, pelaksanaan perintah ‘kasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri’ tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Dalam tradisi hidup rohani kita, ditekankan dengan ‘jelas’ bahwa kita harus selalu mengasihi oran lain. Hal ini berarti bahwa engkau harus mengingkari dirimu, membuat pengorbanan, dan engkau harus bertindak keras terhadap dirimu. Dalam hal ini, Thomas á Kempis sering mengutip teks berikut: ‘Yakinlah bahwa kesanggupan untuk mengingkari diri sendiri merupakan prestasi atau perolehan yang terbesar’. Oleh karena penekanan yang berat sebelah dalam ‘perintah’ untuk mengasihi orang lain berakibat telah melukai orang-orang yang sungguh mempraktekkan ‘perintah tersebut’ dengan tulus. Mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka sebagai seorang manusia. Mereka harus memberikan dari diri mereka sendiri lebih dan lebih lagi dan tak pernah cukup, dan oleh karena itu mereka mengambilnya dari harga diri mereka. Dengan bertindak keras terhadap diri sendiri, mereka juga akan bersikap keras dalam memberikan pelayanan kepada orang lain. Sampai saat ini pun masih ada biarawan-biarawati, yang merasa terluka sebagai akibat dari praktek hidup tersebut di atas. Mereka tidak pernah menerima perhatian yang tulus dalam hidup mereka. Lagi pula, hal yang seperti ini tidak hanya terjadi kepada biarawan-biarawati, banyak orang lain yang juga menderita sebagai akibat dari praktek hidup yang sama. Saya telah mendengar berkali-kali perkataan ‘ini’: ‘Berhentilah dengan kata-kata berbelaskasih, itu! Meskipun demikian kita harus selalu siap-sedia dan bersedia menolong.’ Mencintai diri, berbelaskasih terhadap diri sendiri… hal ini dapat juga dianggap sebagai sikap egois, yang hanya memikirkan diri sendiri. Mereka BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
3
tidak menyadari, bahwa masih ada ‘sesuatu hal’ yang diminta dan lebih penting. Yaitu yang menyangkut hal-hal berikut: menghargai diri sendiri, menerima diri sendiri apa adanya. Menerima bahwa engkau sangat berharga di mata atau di hadapan Tuhan. Tidak cukup baik adanya Pada awalnya, saya masih merasa heran bahwa sampai saat ini pertanyaan tersebut masih sering dipertanyakan: Apa artinya itu mencintai diri sendiri, berbelaskasih terhadap diri sendiri? Karena, saya sendiri berpendapat bahwa orang-orang muda di zaman sekarang sungguh mencintai diri mereka sendiri. Sesungguhnya, tidaklah demikian halnya. Mengapa tidak? Sebenarnya, kita hidup dengan satu gambaran tertentu tentang diri kita sendiri, satu gambaran yang kita sendiri telah menciptanya, bahwa orang-tua kita telah mewariskannya dan atau pemberitaan-pemberitaan media sosial telah menyatakan demikian. Kita membandingkan diri kita dengan diri orang lain dan berpendapat bahwa kita kurang beruntung, kurang baik. Kita membandingkan diri kita dengan orang lain dan berpikir bahwa kita tidak cukup berharga. Hal itu berarti ada yang tidak beres dalam diri kita. Keadaan yang seperti ini berhubungan erat dengan ‘semangat dari satu zaman’. Kita hidup dalam satu zaman di mana dianut satu paham bahwa hanya yang baiklah yang dianggap sempurna. Cukup baik dianggap tidak cukup. Kita hidup dalam satu masa yang disebut zaman ekonomi, di mana masyarakat selalu menginginkan yang lebih dan lebih lagi, dan tak pernah puas atau cukup. Hal yang seperti ini merupakan suatu perangkap atau tipuan. Siapa saja yang terperangkap di dalamnya, akan menjadi lebih mudah untuk tidak berbelaskasih terhadap diri sendiri dan merasa tidak bahagia. Banyak orang yang berkata bahwa hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang muda cenderung mau bunuh diri. Juga tindakan-tindakan kekerasan yang sebenarnya tidak perlu terjadi diduga ada hubungannya dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Orang yang beranggapan bahwa dirinya tidak cukup baik, mereka ini juga akan lebih cenderung untuk melihat bahwa orang lain merupakan obyek, yang menganggap dapat berbuat apa saja yang dia mau. 4
BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
Puteri dan Putera Terkasih Allah Mencintai diri sendiri, berbelaskasih terhadap diri sendiri … apa artinya? Menerima diri sendiri seperti apa adanya, dengan hal-hal yang baik dan hal-hal yang kurang baik dalam dirimu. Sadari bahwa Anda tidak sempurna dan tidak usah juga sempurna. Lihat di dalam cermin dan berani mengatakan: saya baik adanya, saya layak hidup. Bersahabat dengan diri sendiri. Berbelaskasih terhadap diri sendiri dapat juga berarti, bahwa Anda kadangkadang mau menjadi sesama buat orang lain yang Anda jumpai dalam hidupmu, tetapi tidak sanggup mewujudkannya atau gagal. Tanganmu terlalu pendek. Hal itu berarti bahwa Anda boleh mengatakan ‘tidak’, tanpa harus merasa bersalah. Dapat juga berarti bahwa Anda setiap kali mau memaafkan diri sendiri. Anda sudah mencapai suatu keberhasilan, jika Anda mampu melihat diri sendiri dengan kelembutan dan rasa humor. Hal itu adalah satu jalan yang Anda harus jalani sepanjang hidup: semakin menjadi pribadi yang semakin mampu mencintai dan semakin mengalami kebebasan sejati dalam hidup. Cinta yang berbelaskasih dapat bercermin kepada cara hidup Yesus, bagaimana Yesus sendiri memperlakukan orang. Terutama mereka yang menderita atau yang tidak diperhitungkan, dia sembuhkan, dia ampuni dan dia berkati. Yesus berkata bahwa dia tidak datang untuk orang-orang yang ‘menganggap diri sehat’ (orang-orang benar), tetapi ‘dia datang’ untuk orangorang-sakit (para pendosa) yang mengalami bahwa mereka tidak mampu membuatnya sendiri (Markus 2,17). Dan kepada kita Yesus berkata, kadangkadang ada saatnya Anda merasa: bahwa tidak ada orang yang memperhitungkan Anda: ketahuilah ‘Engkau puteri terkasih Allah, Engkau putera terkasih Allah.’ Gambaran satu pohon Saya mau menyimpulkan dengan satu lagi ‘gambaran’: manusia merupakan satu pohon. Merupakan satu gambaran yang menolong saya untuk melihat betapa pentingnya memberikan perhatian kepada diri sendiri, memelihara dan merawat diri sendiri dengan baik. Akar-akarnya sebagai sumber belaskasih. Batangnya sebagai simbol berbelaskasih terhadap diri sendiri. Cabang-cabang dan daun-daun dibutuhkan untuk berbelaskasih dan sudah berkembang dalam diri orang lain. Gambaran ini membuat begitu jelas, bahwa perhatian untuk diri sendiri sangat penting sehingga memungkinkan pohon tersebut berkembang seutuhnya. BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
5
Saya teringat dengan teks yang tercantum dalam mazmur 1: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik. Dia seperti sebatang pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada waktunya; dan daunnya tidak akan kering. Apa saja yang dia perbuat berhasil.
6
BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
Pertanyaan untuk pendalaman dan meditasi 1. Renungkanlah beberapa waktu lamanya dalam keheningan tentang ketegangan di antara harapan dan keterbatasan pribadi. Bagaimana caranya Anda untuk mengatasi ketegangan tersebut? 2.
Dari mana Anda mendapat sumbernya, dari air belaskasih yang mengalir yang membuat Anda bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah-buah?
Beberapa Keterangan: ANDA YANG BERBELASKASIH adalah bagian kelima dan yang terakhir dari tema BELAS KASIH KINI!, serangkaian bahan meditasi yang disiapkan oleh Para Frater CMM dan Suster SCMM, Tilburg, Oktober 2016. Teks-Teks: Hal. 2: Francis de Sales, dari suratnya kpd. Ny. Brulart (1606, no. 353). Hal. 3: Brother Wim Verschuren CMM, teks yang dia tulis untuk ‘Merciful Love’ (in print). Hal. 8: Peraturan Khusus dari para Suster SCMM dan Frater CMM (1847 dan 1857). Gambar-Gambar: Hal. 1: Norman Rockwell: ‘Peraturan Emas’ mosaik dalam gedung PBB di New York. Hal. 6: Jendela ‘Glas-in-lood’ karya dari Jan Verhallen pada pengikraran kaul kekal frater Niek Hanckmann CMM. Teks pada jendela dalam bahasa Ibrani sbb: ‘Dengar, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ BELAS KASIH KINI! Oktober 2016
7
JIWA DAN RAGA HENDAKNYA SEIMBANG PEMELIHARAANNYA Terdapat satu hal di antara yang lainnya, yaitu peraturan tertua dari kongregasi Suster dan Frater yang memperingatkan, bahwa ada bahaya jika sesuatu hal terlalu dibesar-besarkan. Mereka hendaknya tidak terlalu keras bekerja dan pastikan bahwa kebutuhan jasmani dan rohani hendaknya seimbang. Oleh karena itu dicipta satu peraturan suci, bahwa mereka hendaknya menjaga dan memelihara kesehatan mereka dengan baik: ‘Sama halnya, jika terlalu khawatir akan perawatan kesehatan tubuh patut dicela, juga hal ini dapat menjadi hambatan atas perkembangan hidup rohani, demikian halnya: perawatan kesehatan secara teratur dan memadai harus dilaksanakan, agar dengan demikian dapat melaksanakan karya pelayanan kepada Allah, patut dipuji. Kebajikan yang sejati tidak hanya mengizinkan hal tersebut, bahkan hal ini dibuat menjadi satu kewajiban untuk dilaksanakan oleh para anggota kongregasi. Para pemimpin hendaknya memberikan perhatian secara khusus untuk topik ini, dan hal-hal lainnya yang dapat membahayakan kesehatan, seperti: kerja keras yang berlebihan, matiraga jasmaniah yang ketat, dan sebagainya hendaknya dihindari. Juga, mereka hendaknya didorong untuk mengupayakan sebanyak mungkin hal-hal yang dianggap dapat meningkatkan kwalitas kesehatan, seperti: persiapan yang memadai jasmani dan rohani dan cukup makanan bergizi, tidur cukup pada malam hari, menjaga kesehatan jiwa dan raga, memelihara kebersihan tubuh, dan sebagainya, hendaknya tetap dipelihara dan ditingkatkan. Para pemimpin hendaknya memperhatikan, agar para suster [frater], oleh karena jenis pekerjaan yang mereka pikul sehingga sedikit kesempatan untuk pergi ke luar, hendaknya sering pergi ke luar, misalnya ketika ada jam istirahat dan cuaca baik dianjurkan pergi ke luar untuk berjalan-jalan di udara terbuka.’ (Peraturan Khusus, art. 72/79)
Mgr Zwijsen sendiri yang menulis teks peraturan tersebut untuk dilaksanakan oleh para Suster dan Frater dalam kongregasi yang dia dirikan. Apakah mereka menuruti peraturan tersebut? Barangkali tidak. Pada awal-awalnya cara hidup sungguh keras dan ketat. Para Suster dan Frater mempraktekkan cara hidup berbelaskasih dengan berbagai cara, tetapi tidak selalu dalam pertimbangan akan keselamatan diri sendiri.
8
BELAS KASIH KINI! Oktober 2016