Rumah-Sakit Berbelaskasih
Aku menjadi mata bagi orang buta, dan menjadi kaki bagi orang lumpuh. (Ayub 29: 15)
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. (Matius 14: 14)
Kita harus berusaha membuat hati kita semakin lembut, agar bisa lebih peka terhadap penderitaan dan kesusahan sesama manusia, dan memohon kepada Tuhan agar mencurahkan kepada kita semangat berbelaskasih yang tulus dan sejati, yang merupakah Roh dan Semangat Allah juga. (St. Vinsensius de Paul) BELAS KASIH KINI! Juni 2016
1
Apabila kita menjadi tua atau lemah kita tetap mengambil bagian dalam perutusan kongregasi, dengan kehadiran kita, dengan doa kita, dan dengan penderitaan kita. Dengan demikian kita mengambil bagian secara khusus dalam misteri Kristus yang menyelamatkan manusia, dan kita bertumbuh sampai mencapai penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. (Konstitusi SCMM, 21)
Setiap rumah-sakit atau rumah-perawatan dapat menjadi satu tanda nyata dan menjadi satu tempat yang strategis untuk mendorong terciptanya satu budaya bertemu untuk membangun suasana damai, di mana pengalaman perjumpaan dengan orang sakit dan yang menderita, dan dengan bantuan para ahli dan pertolongan persaudaraan, memungkinkan untuk mangatasi keterbatasan dan perpecahan. (Paus Fransiskus)
Pertemuan dengan sesama kita yang sakit, dapat menolong kita yang sehat untuk menyadari bahwa kita pun sama rentan dan fananya. Pertemuan dengan orang sakit, dapat membangkitkan pengertian yang wajar dalam diri kita. Apalagi, jika Anda mensharing-kan hal terbut kepada mereka yang sakit, maka Anda pun telah memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada orang sakit tersebut. Keadaan sakit dan sehat dapat menjadi satu alasan untuk berbagi satu sama lain. Tak seorang pun yang berada pada posisi yang lebih kuat atau lemah dari yang lainnya. Tetapi bersama-sama Anda saling menguatkan. (Paul Bruggeman / Gerard Zuidberg)
2
BELAS KASIH KINI! Juni 2016
Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi dan / atau sharing 1. Bagaimana (sikap) Anda berkenaan dengan penyakit dan cacat? Jika hal tersebut terjadi kepadamu dan semua orang disekitarmu sakit atau lemah? Apakah ada seseorang yang kehadirannya engkau rindukan dan kagumi, ketika berada dalam keadaan sakit dan tak berdaya? Apa sesungguhnya, hal yang Anda kagumi itu? 2.
Apa yang membuat Anda berharap? Bagaimana caranya agar Anda tetap peka terhadap sesamamu? Bagaimana caranya Anda menghargai budaya pertemuan dan perdamaian? Bagaimana caranya Anda menguatkan satu sama lain?
Penderita lepra dan dokter. BELAS KASIH KINI! Juni 2016
3
Saya menujukan seruan ini kepada kalian yang menderita dan dengan berbagai cara dipersatukan dengan tubuh Kristus yang (telah) menderita juga, tetapi, juga kepada para ahli dan para petugas tenaga suka-relawan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam seruan tersebut saya mengundang dan meminta Anda untuk merenungkan kalimat yang dikutip dari buku Ayub: ‘Aku menjadi mata bagi orang buta, dan menjadi kaki bagi orang lumpuh’ (Ayub 29, 15). Saya lebih suka mengambil ungkapan terbut dengan sudut pandang ‘sapientia cordis’ – kebijaksanaan sebuah hati. Kebijaksanaan yang praktis ‘Kebijaksanaan’ ini bukanlah teori, pengetahuan abstrak, atau hasil dari suatu argumentasi. Melainkan, sesuatu yang nyata, sebagaimana santo Yakobus menulis dalam suratnya, ‘Hikmat yang dari atas pertama-tama adalah murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan menghasilkan buah-buah yang baik, tidak memihak, jujur dan tidak munafik’ (Yak. 3, 17). Hal itu, merupakan satu cara dalam hal menilai sesuatu, dan dengan pertolongan Roh Kudus yang menanamkannya ke dalam pikiran dan hati orang-orang sehingga merasa peka jika menyaksikan penderitaan sesama dan mereka sanggup melihat dalam diri orang yang menderita tersebut, gambaran Allah sendiri. Oleh karena itu, marilah kita menyimak doa yang terdapat dalam mazmur: ‘Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana’ (Mazmur 90, 12). ‘Sapientia cordis’ tersebut, yang merupakan pemberian dari Allah, merupakan risalah dari hal-hal yang penting dan bermanfaat dari perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia. Layani Saudara dan Saudari-mu Kebijaksanaan sebuah hati berarti siap-sedia melayani para saudara dan saudari kita. Ayub sendiri berkata: ‘Aku menjadi mata bagi orang yang buta, dan menjadi kaki bagi orang lumpuh’, menyimak kepada pelayanan yang dia berikan kepada orang-orang yang membutuhkan, maka Ayub adalah seorang yang adil, sementara dia memiliki otoritas tertentu dan menempati kedudukan yang penting dan terhormat di kalangan para pengetua di negerinya. Keagungan moralitasnya terpancar dalam pertolongan yang dia berikan kepada 4
BELAS KASIH KINI! Juni 2016
orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongan, untuk para yatim-piatu dan janda (Ayub 29: 12-13). Dewasa ini, terdapat banyak orang Kristen yang sungguh giat menolong, bukan hanya dengan perkataan saja tetapi juga melalui cara hidup mereka yang sungguh dilandasi oleh iman yang sejati, bahwa mereka menjadi ‘mata bagi orang buta’ dan ‘menjadi kaki buat orang lumpuh’! Mereka ini, sangat dekat dengan orang-orang sakit yang terus-menerus sungguh membutuhkan pertolongan, dengan menolong mereka dalam hal memandikan, mengenakan pakaian dan menyuapi mereka. Pelayanan yang seperti ini, dapat sangat melelahkan dan menjadi beban berat, terutama jika hal itu berlangsung untuk jangka waktu lama. Sangat mudah untuk menolong seseorang untuk beberapa hari lamanya, tetapi sangatlah sulit untuk menolong dan merawat seseorang jika hal itu harus berlangsung berbulan-bulan malah bertahun-tahun lamanya, apa lagi untuk beberapa kasus, orang tersebut tidak mampu lagi untuk mengungkapkan rasa hormat dan terimakasihnya. Meskipun demikian, kegiatan tersebut merupakan suatu cara yang jitu untuk pengudusan diri! Pada saat-saat sulit, dengan suatu cara yang khusus kita dapat mengandalkan kehadiran Tuhan, dengan demikian kita mendukung Perutusan Gereja dengan suatu cara yang istimewa. Kehadiran Kebijaksanaan sebuah hati berarti berada bersama saudara dan saudari. Waktu yang dipergunakan bersama orang-sakit merupakan suatu waktu yang suci atau mulia. Merupakan suatu cara untuk memuji Tuhan yang membuat kita sama dengan Putera-Nya, yaitu ‘sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang’ (Mateus 20, 28). Yesus berkata: ‘Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan’ (Lukas 22, 27). Dengan iman yang bersemangat marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar memberi rahmatNya kepada kita agar mau menghargai sesuatu hal yang berharga yang sering tidak kita ungkapkan yaitu keinginan untuk memberi waktu, untuk (berada) bersama dengan para saudari dan saudara kita, sehingga merasa lebih dicintai dan tenteram, terimakasih untuk kedekatan dan kasih sayang. (...) BELAS KASIH KINI! Juni 2016
5
Kamu melakukannya kepada-Ku Kebijaksanaan sebuah hati berarti keluar dari diri sendiri dan pergi menjumpai saudara dan saudari. Kadang-kadang dunia kita lupa atas nilai waktu yang kita berikan ketika kita pergi mengunjungi sesama yang sakit, oleh karena kita selalu sibuk dan tergesa-gesa; terjebak karena berada dalam kesibukan yang luar-biasa, atau sedang memproduksi sesuatu, kita lupa bahwa kita hendaknya juga memberikan diri kita secara bebas untuk memperhatikan sesamamanusia dan bertanggungjawab untuk mereka. Dibalik sikap ini, sering ada iman yang suam-suam kuku oleh karena kita melupakan sabda Tuhan sbb.: ‘Kamu telah melakukannya untuk Aku’ (Mt 25, 40). Oleh karena itu, sekali lagi saya mau menekankan “prioritas utama agar ‘keluar dari diri sendiri dan pergi menjumpai saudara dan saudari’, menegaskan, hal ini merupakan salah satu dari dua perintah utama yang terdapat pada setiap nilai moral yang ada, dan sebagai tanda yang paling jelas dalam proses pertumbuhan hidup rohani sebagai jawaban atas anugerah Allah yang sungguh tanpa syarat” (Evangelii Gaudium, 179). (…) Kemurahan hati yang sejati Kebijaksanaan sebuah hati berarti menunjukkan kesetiakawanan dengan saudara dan saudari kita dan tidak menghakimi. Berbuat kasih membutuhkan waktu; waktu untuk mengurus orang sakit dan waktu untuk mengunjungi mereka; waktu untuk berada di sisi mereka seperti teman-teman Ayub: ‘Mereka duduk bersama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam dan tak seorang pun yang mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat bahwa sangat berat penderitaannya’ (Ayub 2, 13). Teman-teman Ayub pun, mempunyai satu pandangan tersembunyi atas dirinya: mereka berpendapat bahwa kemalangan Ayub adalah suatu hukuman dari Allah untuk dosa-dosanya. Kasih sejati adalah suatu kesempatan untuk berbagi dalam dan dengan hidup orang lain, dan tidak menghakimi, tidak menuntut pertobatan dari pihak lain; hendaknya bebas dari kerendahan hati yang palsu, di dalam lubuk hati yang dalam, mencari pujian dan merasa bangga atas perkerjaan baik yang dilakukannya. (…)
6
BELAS KASIH KINI! Juni 2016
Pertanyaan untuk pendalaman dan meditasi 1. Paus Fransiskus menguraikan dalam pesannya berbagai
unsur dari ‘kebijaksanaan sebuah hati’ sbb.: hendaknya praktis, melayani, sabar, penuh kasih dan tanpa penilaian. Berdasarkan unsur-unsur tersebut coba renungkan situasi dalam pekerjaan dan hidupmu sendiri. Bagaimana tentang ‘sapientia cordis’ atau kebijaksanaan sebuah hati? 2. Dengan berbagai cara Paus mengatakan dengan jelas
bahwa tidaklah mudah, untuk selalu hadir dan dengan setia. Pengalaman apa yang Anda miliki dengan suatu penyakit atau cacat yang berlangsung lama, dengan kenyataan ini apa usaha Anda agar tetap bisa hadir dan dengan cara yang baik dan tetap berbelaskasih? Bunga Matahari Bunga Matahari, selalu terarah ke matahari, bersinar dan berwarna, berguna untuk mata dan hati.
Bunga Matahari, dengar murah-hati memberi sebagai simbol kehangatan dan sinar yang dari Dia dan kau, bagi siapa saja yang ingin dekat denganmu.
BELAS KASIH KINI! Juni 2016
7
Mengunjungi orang sakit. Beberapa Keterangan: RUMAH-SAKIT YANG BERBELASKASIH adalah bagian ketiga dari tema BELAS KASIH KINI!, serangkaian meditasi yang disiapkan oleh Para Frater CMM dan Para Suster SCMM, Juni 2016. Teks-Teks: Hal. 1: Vincent de Paul dalam ‘Coste XI, 308’. Hal. 2: Pesan Paus Franciskus pada perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia ke-24, 11 Februari 2016; kutipan ke tiga oleh Gerard Zuidberg/Paul Bruggeman dari buku dengan judul God’s Way: Undangan untuk Berbelaskasih, Daughters of St. Paul, Nairobi, hal. 77, 1994. Hal. 4-6. Teks diambil dari Pesan Paus Franciskus pada perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia ke-23, 11 Februari 2015. Hal. 7; Puisi dari buku doa Gebedsdiensten: De 7 werken van Barmhartigheid (Ke 7 Karya Berbelaskasih), Vlaamse Interdiocesane Commissie voor het Permanent Diaconaat, Licap, 2002. Gambar-gambar: Hal. 1: Illumination dari satu ‘manuscript’ pada abad 13 oleh Avicenna; hal. 3 Rotha Mary Clay, Medieval Hospitals of England pada Abad Pertengahan, hal. 58; hal. 8: Manuscript illumination dalam ‘Cantigas of Alfonso X’.
8
BELAS KASIH KINI! Juni 2016