Studi Kasus Deskripsi sesi: Penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian yang sering digunakan di bidang manajemen pada umumnya, termasuk manajemen rumah sakit. Istilah studi kasus disini berbeda dengan case-based method, yang merupakan suatu proses pembelajaran menggunakan kasus yang dikembangkan untuk tujuan tertentu. Materi pembelajaran ini menjabarkan karakterisik penelitian studi kasus yang membedakan dengan jenis penelitian lainnya, jenis rancangan penelitiannya, serta diakhiri dengan komponen dalam protokol studi kasus.
Tujuan sesi: Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Membedakan karakteristik penelitian studi kasus epidemiologis, kualitatif dan action research 2. Memilih jenis rancangan penelitian studi kasus 3. Memahami bagian-bagian dari protokol studi kasus
dengan
penelitian
Materi pembelajaran: 1. Hand-out penelitian studi kasus. 2. Article untuk critical appraisal: 3. Bahan bacaan: a. Yin RK. 2009. Case study research: design and methods. Fourth edition. London: Sage Publications. b. Yin RK. Enhancing the quality of case study in health services research. Health Services Research 1999; 34 (5) Part II: 1209-1224.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 1
RANCANGAN PENELITIAN STUDI KASUS Pendahuluan Studi kasus mum dipakai dalam penelitian manajemen. Ini karena studi kasus umumnya dipakai dalam pengambilan keputusan. Tulisan ini akan mendeskripsikan karakteristik dalam rancangan penelitian studi kasus, pemilihan kasus dan analisisnya.
Karakteristik Studi Kasus Pemilihan strategi penelitian dapat mempertimbangkan tiga hal, yaitu pertanyaan penelitian yang diajukan, kontrol atau kendali yang dimiliki oleh peneliti atas peristiwa yang akan diamati, dan fokus terhadap peristiwa yang terjadi pada masa kini (kontemporer).
Tabel 1 membedakan berbagai strategi penelitian berdasarkan tiga pertimbangan tersebut. Tabel 1. Berbagai strategi penelitian (Yin, ....) Jenis Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Eksperimental Survey
Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, seberapa banyak, kapan Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa
Kualitatif Action Research Studi Kasus
Kontrol terhadap Peristiwa Ya Tidak
Fokus terhadap peristiwa kontemporer Ya Ya
Tidak Ya Tidak
Tidak Ya Ya
Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok apabila pokok pertanyaan penelitian berkenaan dengan bagaimana atau mengapa, atau bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, atau bilamana fokus penelitiannya adalah pada fenomena yang terjadi pada masa kini (bukan historis) atau kontemporer dalam konteks kehidupan yang nyata. Terdapat 3 ciri khas studi kasus adalah suatu strategi penelitian yang: •
Menyelidiki suatu fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana:
•
Batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan
•
Cara pengumpulan datanya memanfaatkan multi sumber bukti.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 2
Jenis studi kasus Berdasarkan tujuannya, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus eksplanatori, eksploratoris dan deskriptif. Studi kasus eksplanatori digunakan bila peneliti akan menjelaskan sebuah rangkaian peristiwa yang bersifat sebab-akibat (kausalitas). Studi kasus eksploratori digunakan bila peneliti akan menggali lebih dalam dari berbagai sumber tentang sebuah fenomena, sedangkan studi kasus deskriptif akan digunakan pada saat peneliti menggambarkan sebuah fenomena menggunakan berbagai sumber data. Desain dalam Penelitian Studi Kasus Desain penelitian menunjukkan logika keterkaitan antara data yang harus dikumpulkan dengan pertanyaan penelitian dan kesimpulan yang akan dihasilkan. Dalam bahasa sehari hari, desain penelitian menggambarkan “suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini ke sana”. Di dalamnya termasuk serangkaian pertanyaan yang akan dijawab, sejumlah langkah pokok untuk mengumpulkan dan menganalisis datanya, serta cara penarikan kesimpulannya. termasuk di dalamnya sejumlah langkah pokok, termasuk pengumpulan dan analisis datanya. 1. Komponen dalam desain penelitian studi kasus Dalam penelitian studi kasus, terdapat lima komponen desain penelitian yang sangat penting, yaitu: 1. Pertanyaan-pertanyaan penelitian: pertanyaan memfokuskan pada bagaimana dan mengapa
dalam
studi
kasus
2. Proposisinya, jika ada: proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam ruang lingkupnya. 3. Unit analisisnya: unit analisis secara fundamental berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus”. Unit analisis dapat berupa individual (misalnya studi kasus untuk pasien klinik, para mahasiswa teladan, atau tipe kepemimpinan tertentu), kelompok, peristiwa, keputusan, program, proses implementasi, perubahan organisasi, dan seterusnya. 4. Logika yang mengkaitkan data dengan proposisi tersebut, dan 5. Kriteria untuk menginterpretasi temuan: komponen empat dan lima menunjukkan cara analisis data dalam studi kasus, antara lain pola penjodohan (pattern matching) yang dideskripsikan oleh Donald Campbell (1975). Peneliti studi kasus perlu menetapkan kriteria bahwa temuannya cocok dengan proposisi tertentu dan bukan dengan proposisi tandingannya. 2. Kriteria untuk menetapkan kualitas desain penelitian studi kasus Seperti halnya dalam strategi penelitian yang lain (survey, eksperimental dst.), terdapat kriteria untuk menetapkan bagaimana desain penelitian studi kasus untuk “berangkat dari sini ke sana”. Kriteria ini juga berlaku dalam strategi penelitian yang lain, meskipun aplikasinya dalam setiap strategi penelitian dapat berbeda. Empat kriteria yang digunakan adalah: Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 3
1. Validitas konstruk: menetapkan ukuran operasional yang tepat terhadap konsep yang akan diteliti; 2. Validitas internal: kriteria ini penting untuk studi kasus eksplanatori yang mengungkapkan hubungan sebab akibat, yaitu dengan menunjukkan bahwa kondisi-kondisi tertentu mengakibatkan terjadinya kondisi yang lain; 3. Validitas eksternal: menetapkan ranah (domain) dalam hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan. Generalisasi studi kasus tidak menggunakan generalisasi statistik (seperti halnya dalam penelitian survey, case-control, cohort, eksperimental), akan tetapi generalisasi analitik (yaitu generalisasi hasil peneltian ke teori yang lebih luas); 4. Reliabilitas: menunjukkan bahwa apabila peneliti mengulangi suatu penelitian studi kasus dengan menggunakan prosedur penelitian yang sama, maka peneliti tersebut akan memperoleh hasil dan membuat kesimpulan yang sama. Pengulangan ini dilakukan pada studi kasus yang sama, bukan pada studi kasus yang lain. Untuk itu, dibutuhkan dokumentasi proses yang memadai. Khusus untuk penelitian studi kasus, keempat dioperasionalkan dalam taktik sebagai berikut (Tabel 2):
kriteria
tersebut
dapat
Tabel 2. Taktik penelitian studi kasus untuk memenuhi empat kriteria kualitas desain Kriteria
Taktik dalam studi kasus
Validitas konstruk
-Menggunakan multisumber bukti -Menyusun serangkaian bukti -Meminta informan kunci untuk mereview draft laporan studi kasus Validitas internal -Melakukan pola penjodohan -Mengembangkan eksplanasi (penjelasan) -Melakukan analisis deret waktu Validitas eksternal Menggunakan logika replikasi dalam studi multikasus Reliabilitas -Menggunakan protokol studi kasus -Mengembangkan database studi kasus
Tahap penelitian yang relevan -Pengumpulan data -Pengumpulan data -Penyusunan laporan -Analisis data -Analisis data -Analisis data Desain penelitian -Pengumpulan data -Pengumpulan data
3. Desain dalam penelitian studi kasus Studi kasus mempunyai empat desain sebagai berikut, yang digambarkan dalam tabel 2x2 di bawah ini: 1. 2. 3. 4.
Desain kasus tunggal holistik atau single-case (holistic) design Desain kasus tunggal terpancang atau single-case (embedded) design Desain multikasus holistik atau mutiple-case (holistic) design Desain multikasus terpancang atau multiple-case (embedded) design
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 4
Desain tunggal Holistik (unit analisis tunggal)
kasus Desain multi kasus
Tipe 1
Tipe 3
Terpancang (unit analisis multiple) Tipe 2
Tipe 4
Gambar 1. Tipe-tipe desain dalam penelitian studi kasus
3.1 Penggunaan desain studi kasus tunggal Studi kasus tunggal dapat dianalogikan dengan melakukan satu eksperimen (eksperimen tunggal). Oleh karenanya, studi kasus tunggal digunakan apabila: 1. Studi kasus tersebut merupakan kasus yang sangat penting (critical case) untuk menguji suatu teori. Misalnya sebuah sekolah dipilih oleh karena mempunyai histori inovasi tanpa mengalami berbagai hambatan. Kasus ini sangat penting oleh karena pada umumnya hambatan-hambatan tersebut merupakan alasan utama kegagalan inovasi. Sekolah tersebut dipilih oleh karena kegagalan inovasi bukan karena hambatan tersebut, tetapi oleh karena proses implementasinya. 2. Studi kasus tersebut merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Misalnya di bidang psikologi klinis, dilakukan studi kasus terhadap satu sindroma klinis yang sangat jarang terjadi. 3. Studi kasus tersebut merupakan revelatory case atau sebuah penyingkapan, yaitu manakala peneliti mempunyai kesempatan untuk mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang sebelumnya tidak dapat diselidiki secara ilmiah. Penetapan holistik atau terpancang pada studi kasus tunggal. Studi kasus dapat mencakup lebih dari satu unit analisis. Misalnya dalam studi kasus tunggal, digunakan satu atau beberapa subunit analisis. Misalnya dalam studi kasus program pengendalian Tuberkulosis, peneliti dapat mengkaji sifat umum program yang bersangkutan (desain holistik) atau mengkaji pula hasil kelompok-kelompok kerja dalam program tersebut (desain terpancang). Desain holistik menguntungkan apabila tidak ada satupun subunit yang logis yang dapat diidentifikasi, dan apabila teori yang relevan untuk mendasari studi kasus tersebut bersifat umum. Akan tetapi kelemahannya adalah apabila pendekatan umum tersebut justru menghindarkan peneliti dari pengkajian fenomena yang lebih spesifik secara terinci dan operasional. Kelemahan berikutnya adalah bahwa studi kasus tersebut secara keseluruhan bersifat abstrak, sehingga kurang menggunakan ukuran-ukuran yang operasional atau data. Selain itu, kelemahan lain adalah perubahan fokus studi kasus tanpa disadari oleh peneliti.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 5
Desain terpancang juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah apabila studi kasus hanya memfokuskan pada tingkat subunit analisis, dan tidak dikaitkan kembali dengan unit analisis yang lebih luas. Contohnya, suatu evaluasi program dapat mencakup karakteristik proyek-proyek atau kegiatan-kegiatan sebagai subunit analisisnya, akan tetapi tidak satupun dikerjakan pada unit analisis yang lebih besar, yaitu program. Sebuah penelitian mengenai iklim organisasi dapat mencakup individual staf sebagai subunitnya. Namun apabila hanya berfokus pada unit analisis individual staf, maka penelitian tersebut tidak menjadi penelitian organisasi, melainkan penelitian pekerjaan staf. Fokus fenomena yang semula ingin diteliti (yaitu iklim organisasi) kemudian beralih menjadi konteks yang diteliti, dan bukan sasaran penelitian itu sendiri. 3.2 Penggunaan desain multikasus Suatu penelitian studi kasus dapat mempunyai lebih dari satu kasus, sehingga digunakan desain multikasus. Sebagai contoh dalam studi mengenai inovasi di sekolah, ternyata beberapa sekolah melakukan inovasi yang berbeda. Oleh karenanya, studi kasus tunggal dilakukan di setiap sekolah. Secara keseluruhan desain studi kasus yang digunakan adalah desain multikasus. Desain multikasus mempunyai beberapa kelebihan dibanding desain studi kasus tunggal. Bukti-bukti yang dihasilkan dari desain multikasus lebih kuat dibanding dengan studi kasus tunggal. Akan tetapi, pertimbangan dalam pemilihan studi kasus tunggal (yaitu critical case, rare case atau revelatory case) tidak dapat dipenuhi oleh desain studi multikasus. Selain itu, desain multikasus membutuhkan sumber daya dan waktu yang lebih besar. Oleh karenanya keputusan untuk menggunakan desain multikasus sama halnya dengan keputusan untuk melakukan beberapa eksperimen (bukan analog dengan beberapa responden dalam suatu survei). Desain multikasus menggunakan logika replikasi, yaitu mereplikasi desain kasus tunggal. Setiap kasus harus dipilih secara teliti sehingga dapat: (a) memprediksi hasil yang serupa (replikasi literal); atau (b) menghasilkan hasil yang berbeda akan tetapi dengan alasan yang dapat diprediksi sebelumnya (replikasi teoritis). Sebagai contoh, seorang peneliti menyusun proposisi bahwa pemanfaatan komputer di sekolah akan optimal apabila komputer tersebut digunakan baik untuk kepentingan administratif maupun instruksional pendidikan (bukan salah satu saja). Dalam desain multikasus, dapat dipilih 3-4 kasus yang menggunakan kedua aplikasi komputer (replikasi literal, yaitu bahwa pada sekolah-sekolah yang memanfaatkan komputer untuk kedua aplikasi tersebut, maka pemanfaatan komputernya akan terus meningkat ) atau dipilih 3-4 kasus yang hanya menerapkan komputer untuk aplikasi administratif saja atau aplikasi instruksional pendidikan saja (replikasi teoritis, yaitu bahwa sekolah yang hanya menggunakan untuk salah satu aplikasi, maka pemanfaatan komputernya rendah atau terbatas). Protokol Studi Kasus Protokol merupakan salah satu taktik untuk meningkatkan reliabilitas studi kasus, sekaligus panduan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian studi kasus. Oleh karenanya protokol bukan sekedar mencakup instrumen, akan tetapi juga prosedur dan aturan umum dalam menggunakan instrumen. Protokol studi kasus terdiri dari bagian-bagian berikut ini: (1) Gambaran umum studi kasus; (2) Prosedur lapangan; (3) Pertanyaan studi kasus; dan (4) Panduan Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 6
penyusunan laporan studi kasus. Keempat bagian tersebut dijelaskan secara rinci dalam penjelasan berikut. 1. Gambaran umum studi kasus Gambaran umum studi kasus terdiri dari terdiri dari tujuan dan ciri-ciri studi kasus, isu yang dipelajari, kepustakaan yang relevan dengan topik yang dipelajari. Setiap studi kasus mempunyai konteks dan perspektif khusus. Bagian ini merupakan rangkuman dari latar belakang dilakukannya studi kasus. Isi bagian ini merupakan pernyataan mengenai penelitian studi kasus yang dapat dijelaskan kepada siapa saja yang ingin mengetahui tentang studi kasus ini. Tujuan, pihak yang terlibat, pendanaan merupakan bagian dari gambaran umum. Pernyataan ini dapat pula ditulis dalam surat pengantar kepada organisasi dan pihak-pihak yang merupakan subjek penelitian. Demikian pula alasan pemilihan lokasi, proposisi atau hipotesis yang akan diuji serta relevansi teori dan kebijakan dari studi kasus ini penting dicantumkan dalam bagian ini. 2. Prosedur lapangan Prosedur lapangan terdiri dari kredensial peneliti, akses ke lokasi studi kasu s, sumber informasi umum dan catatan prosedural. Prosedur lapangan memfokuskan pada kegiatan utama dalam pengumpulan data, termasuk:
Memperoleh akses ke organisasi atau pihak yang akan diwawancarai;
Memiliki sumber daya yang memadai ketika di lapangan, termasuk komputer, alat-alat tulis, kertas serta perlengkapan lainnya
Menyusun prosedur untuk meminta bantuan dan bimbingan, jika diperlukan, dari peneliti studi kasus atau kolega lain
Membuat jadwal kegiatan pengumpulan data yang jelas yang harus diselesaikan dalam suatu periode waktu tertentu
Mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, misalnya dalam hal ketersediaan pihak yang akan diwawancara, perubahan perasaan dan motivasi peneliti studi kasus. Semakin rinci dan operasional prosedur-prosedur yang akan diterapkan di lapangan, akan lebih baik. 3. Pertanyaan studi kasus Bagian utama dalam protokol studi kasus adalah pertanyaan studi kasus. Bagian ini mencakup pertanyaan spesifik yang ingin dijawab peneliti studi kasus dalam mengumpulkan datanya, tabel bantu untuk data yang spesifik dan sumber informasi potensial untuk menjawab setiap pertanyaan. Terdapat dua perbedaan utama antara pertanyaan studi kasus dengan pertanyaan dalam survei ataupun penelitian kualitatif:
Pertanyaan studi kasus ditujukan kepada penelitinya, bukan respondennya. Pertanyaan ini merupakan pengingat (reminder) bagi peneliti tentang informasi apa yang dibutuhkan dan mengapa. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 7
Setiap pertanyaan diikuti dengan sumber data yang potensial serta pertanyaan spesifik kepada pihak yang diwawancara Contoh pertanyaan studi kasus: Bagaimana suatu program diorganisasi, siapa yang dipekerjakan, kapan keputusan dibuat dan siapa yang membuatnya? Sumber data:
Direktur program
Supervisor program
Struktur organisasi
Deskripsi tugas Contoh strategi:
Membuat organogram yang menunjukkan posisi program tersebut
Menyusun daftar jenis dan jumlah staf instruksional dan non-instruksional (termasuk spesialis, koordinator, manajer dll)
Kepada siapa direktur program melapor?
Siapa yang melapor ke direktur program?
Siapa yang disupervisi oleh direktur program?
Keputusan-keputusan apa yang harus dibuat oleh direktur program dan dengan siapa keputusan tersebut dibuat?
Susun organogram (bila belum ada) yang menunjukkan kaitan antara direktur dengan kepala sekolah, guru serta guru-guru spesifik
Lengkapi tabel berikut yang menunjukkan keputusan mana yang dibuat dan kapan keputusan tersebut dibuat (lihat buku Yin di hal 90) 4. Laporan studi kasus Laporan studi kasus terdiri dari kerangka, bentuk narasi, spesifikasi informasi bibliografi dan dokumentasi lainnya. Penyusunan laporan suatu penelitian akan lebih mudah dilakukan apabila telah dirancang strukturnya terlebih dahulu. Sayangnya, belum tersedia struktur yang baku untuk penelitian studi kasus. Meskipun struktur ini belum baku, struktur tentatif sebaiknya dimasukkan dalam protokol studi kasus untuk kemudian dimodifikasi sambil berjalannya penelitian. Melakukan Studi Kasus: pelaksanaan pengumpulan data Terdapat enam sumber data yang dapat digunakan dalam studi kasus, yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi partisipasi, dan artefak fisik. Setiap sumber data mempunyai kekuatan dan kelemahan berikut ini: Tabel 3. Kekuatan dan kelemahan enam sumber data dalam studi kasus Sumber data Dokumen
Kekuatan
Kelemahan
Contoh
-Stabil, dapat direview berulang kali -Tidak obtrusif-bukan merupakan hasil studi kasus -Pasti, mencakup informasi yang pasti
-Kemungkinan untuk ditemukan (retrievability) bisa rendah -Selectivity bias, apabila dokumentasi tidak lengkap -Reporting bias, mencerminkan bias penulis
-Surat, MOU, pengumuman resmi -Agenda, notulen, laporan kegiatan -Dokumen administratif: proposal, laporan kemajuan, dokumen
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 8
Rekaman arsip
mengenai nama, referensi dan kejadian secara terinci
dokumen -Akses, bisa tidak dapat diakses oleh peneliti
-Sama dengan dokumentasi -Akurat dan kuantitatif
-Sama dengan dokumentasi -Masalah aksesibilitas karena alasan pribadi
Wawancara ‐Tepat sasaran, terfokus pada topik studi kasus ‐Kaya pemikiran, memberikan informasi mengenai inferensi kausal yang dipersepsikan oleh responden
‐ Bias oleh karena pertanyaan yang disusun kurang tepat ‐Response bias ‐Tidak akurat oleh karena daya ingat rendah ‐Refleksivitas, responden memberikan jawaban sesuai keinginan pewawancara Observasi ‐Kenyataan, ‐Boros waktu langsung menggambarkan kejadian ‐Selektivitas, kecuali kalau nyata pada saat itu (real cakupannya luas time) ‐Refleksivitas, kejadian ‐Kontekstual, mencakup menjadi berbeda karena konteks suatu kejadian diamati ‐Biaya untuk pihak yang mengamati Observasi ‐Sama dengan observasi ‐Sama dengan observasi partisipasi langsung langsung ‐Kaya pemikiran dalam ‐Bias karena peneliti perilaku dan motivasi memanipulasi kejadian interpersonal yang diamati Artefak fisik ‐Kaya pemikiran ‐Selektivitas mengenai ciri‐ciri budaya ‐Ketersediaan ‐Kaya pemikiran mengenai pelaksanaan teknis
internal lainnya -Penelitian atau evaluasi di lokasi yang sama -Kliping atau artikel lain di media massa -Data layanan -Data organisasi: organogram, anggaran -Peta dan karakteristik geografis -Daftar nama dan komoditi yang relevan -Data survey atau sensus sebelumnya -Catatan personel: buku harian, kalender, daftar nomor telepon ‐Wawancara terbuka ‐Wawancara terfokus ‐Wawancara terstruktur seperti dalam survei
Observasi dalam pertemuan, kelas, kegiatan kunjungan dst. Sebaiknya dilakukan oleh >1 pengamat
Melakukan observasi sambil berpartisipasi secara aktif dalam peristiwa yang diamati Bukti‐bukti fisik, misalnya alat, teknologi, instrumen, ceklis, atau bukti fisik lainnya.
Dalam melakukan pengumpulan data, terdapat 3 prinsip yang harus diikuti: 1. Menggunakan multi sumber bukti dengan triangulasi: dapat menggunakan triangulasi data (sumber data yang berbeda), triangulasi peneliti (peneliti yang berbeda), triangulasi teori (teori atau prespektif yang berbeda) dan triangulasi metode (cara pengumpulan data yang berbeda) Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 9
2. Menyusun database studi kasus, terdiri dari: (a) Data atau bukti; (b) Laporan peneliti dalam berbagai bentuk tulisan. Pengembangan database studi kasus terkait dengan empat komponen mendasar, yaitu catatan studi kasus, dokumen studi kasus, tabulasi dan naratif. 3. Menyusun rangkaian bukti untuk meningkatkan reliabilitas studi kasus, sehingga peneliti lain dapat melacak proses perjalanan dari bukti‐bukti menjadi kesimpulan dalam studi kasus.
Analisis Data dalam Studi Kasus Analisis data terdiri dari pengujian, pengkategorian, pentabulasian ataupun kombinasi dari berbagai data mengenai proposisi awal dalam penelitian studi kasus. 1. Strategi analisis umum Dalam melakukan analisis, setiap penelitian hendaknya dimulai dengan strategi umum analisis, yang menentukan prioritas tentang apa yang akan dianalisis dan mengapa. Terdapat 2 strategi umum analisis, yaitu strategi berdasarkan proposisi teoritis dan strategi mendeskripsikan kasus. Dua jenis strategi umum analisis akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian berikut. 1.1 Mendasarkan pada proposisi teoritis Strategi ini lebih disukai. Proposisi teoritis mendasari tujuan dan desain studi kasus serta pertanyaan‐pertanyaan yang ingin dijawab. Proposisi membantu peneliti untuk memfokuskan perhatiannya pada data tertentu dan mengabaikan data yang lain. Proposisi tersebut juga membantu pengorganisasian keseluruhan studi kasus dan menetapkan alternatif penjelasan yang harus diuji. 1.2 Mengembangkan deskripsi kasus Strategi umum analisis yang kedua adalah mengembangkan kerangka deskriptif untuk menata studi kasus. Strategi ini merupakan alternatif apabila tidak ada proposisi teoritis. Sebagai contoh, dalam laporan studi kasus mengenai Middletown, strategi mengembangkan kerangka deskriptif tercermin dari bab‐bab dalam laporannya, yaitu: getting a living, making a home, training the young, using leisure, engaging in religious practices, dan engaging in community activities. Strategi mengembangkan deskripsi kasus juga dapat digunakan dalam studi kasus eksplanatori untuk mengidentifikasi peristiwa‐peristiwa yang dapat dikuantifikasi dan mendeskripsikan pola kompleksitas secara umum yang digunakan secara kausal untuk menjelaskan kegagalan implementasi misalnya. 2. Teknik analisis Dalam setiap strategi, dapat digunakan tiga teknik analisis, yaitu penjodohan pola (pattern matching), pengembangan eksplanasi (explanationbuilding) dan analisis deret waktu (time series). Catatan kuliah ini hanya akan membahas teknik analisis penjodohan pola.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 10
Cara analisis utama dalam studi kasus adalah logika penjodohan pola. Logika ini membandingkan pola empirik dengan pola yang diprediksi. Apabila polanya sama, maka hasilnya akan membuktikan validitas internal studi kasus. Dalam studi kasus eksplanatori, pola dapat terkait dengan variable dependen, independen atau keduanya. Sebagai contoh, Campbell (1969) menunjukkan bagaimana jumlah kecelakaan lalu lintas yang fatal tampak menurun setelah pemerintah mengeluarkan aturan pembatasan kecepatan kendaraan 55 mil per jam. Setelah memeriksa data angka fatalitas kecelakaan beberapa tahun sebelum dan setelah peraturan tersebut, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pola yang sistematik. Oleh karenanya disimpulkan oleh Campbell bahwa pembatasan kecepatan tidak berpengaruh terhadap jumlah fatalitas kecelakaan. Studi tersebut dengan kata lain menggunakan dua proposisi, yaitu proposisi “berpengaruh” dan proposisi “tidak berpengaruh” sebagai proposisi tandingannya. Ternyata data Campbell cocok dengan proposisi “tidak berpengaruh” dan tidak cocok dengan proposisi berpengaruh.
Format Laporan Studi Kasus Format laporan studi kasus dapat mengikuti enam jenis struktur berikut ini:
Struktur linear‐analitik Struktur komparatif Struktur kronologis Struktur pengembangan teori (theory building) Struktur “suspense” Struktur non‐sekuensial
1. Struktur linear analitik Struktur ini merupakan struktur baku dalam menyusun laporan penelitian. Secara berurutan strukturnya dimulai dengan masalah yang diteliti, review literatur yang relevan, metode yang digunakan, hasil penelitian dan kesimpulan serta implikasi hasil penelitian. Struktur ini digunakan di hampir seluruh artikel jurnal tanpa memandang strategi penelitian yang digunakan. 2. Struktur komparatif Struktur komparatif menuliskan hasil studi kasus 2 kali atau lebih, dengan membandingkan deskripsi atau eksplanasi dalam satu studi kasus tersebut. Pengulangan tersebut bertujuan untuk menunjukkan kesesuaian antara fakta‐fakta dengan deskripsi atau penjelasan tertentu, seperti yang dilakukan dalam penjodohan pola. Studi kasus deskriptif juga dapat dideskripsikan berulang kali dengan perspektif yang berbeda atau dengan model deskripsi yang berbeda dengan maksud memahami bagaimana mengkategorikan atau mendeskripsikan kasus dengan tepat. 3. Struktur kronologis Oleh karena studi kasus umumnya dilakukan pada kurun waktu tertentu, struktur kronologis dapat pula digunakan (misalnya fase awal, saat ini dan akhir). Kelemahan Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 11
struktur ini adalah kecenderungan untuk menjelaskan fase awal dan akhir secara tidak proporsional. Fase awal (dan histori) dijelaskan secara panjang lebar, akan tetapi penjelasan mengenai kondisi saat ini kurang memadai. Oleh karenanya, disarankan untuk menggunakan cara penulisan ‘backward’, yaitu dimulai dengan kondisi saat ini, baru diikuti dengan fase awal. 4. Struktur pengembangan teori Struktur laporan mengikuti logika pengembangan teori. Apabila struktur ditata dengan baik, maka keseluruhan urutan (sekuens) tulisan dapat menghasilkan pernyataan yang sangat impresif. Pendekatan ini dapat digunakan untuk studi kasus eksplanatori dan eksploratori. Pada studi kasus eksplanatori, strukturnya mengikuti penjelasan dalam argumentasi kausal, sedangkan pada studi kasus eksploratori struktur mengikuti pentingnya penelitian lanjutan mengenai berbagai hipotesis atau proposisi. 5. Struktur “suspense” Struktur ini merupakan kebalikan dari struktur linear analitik. Hasil studi kasus justru dituliskan di awal, diikuti dengan bagian‐bagian yang mendeskripsikan alternatif penjelasan hasil tersebut. 6. Struktur nonsekuensial Dalam struktur ini, urutan bagian‐bagian dalam laporan studi kasus tidak mencerminkan kepentingan tertentu. Bagian‐bagian tersebut dapat diubah urutannya, tanpa mengurangi nilai dari hasil studi kasus. Struktur ini dapat digunakan pada studi kasus deskriptif (seperti contoh struktur laporan dalam studi kasus Middletown).
Referensi Yin RK. Case study research: design and methods. 2nd edition. London: Sage Publications; 1994.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 12