Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007
ISSN : 1978 – 9777
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN PENGOBATAN DI RUMAHSAKIT Rizaldy Pinzon Unit Epidemiologi Klinik dan Biostatistik FK UGM e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Medicine and the process of health care have always put patients at risk. The goal of patient safety is to reduce the risk of injury or harm to patients from the structure and process of care. Medication error is a major risk for hospitalized patients. Adverse drug events occur often in hospitals. Medical Information technology can be designed to improve the process and outcome of clinical decision-making. They can be prevented to a large extent by minimizing the human errors of prescription writing. The CPOE system has prevented and alerted the prescriber and pharmacist to dosage errors and allergies. Involvement of the pharmacist in reviewing the prescription and alerting the physician has minimized prescription errors to a great degree. Previous studies showed the potential role of information technology for preventing medication errors. Key words : medication error-information technology-computerized ordering system 1. Pendahuluan Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Para pengambil kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan, dan konsumen menempatkan keamanan sebagai prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari pelaksanaan konsep patient safety(1). Patient safety didefinisikan sebagai Bebas dari cedera aksidental atau menghindarkan cedera pada pasien akibat tindakan pelayanan(1). Salah satu bentuk risiko akibat tindakan pelayanan kesehatan di RS adalah kesalahan pengobatan (medication error), yang dapat berupa kesalahan identifikasi pasien, salah nama obat, salah dosis, salah cara pemberian, dan salah aturan pakai(2). Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam pelayanan medis di Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran teknologi informasi untuk meningkatkan keamanan pengobatan pasien di RS.
2. Metode Kajian kualitatif dan kuantitatif terhadap berbagai penelitian terdahulu tentang penggunaan teknologi informasi untuk keselamatan pasien. Observasi tentang penggunaan TI di pusat pelayanan kesehatan. Pembahasan lebih mendalam akan dilakukan pada topik keamanan pengobatan.
D ‐ 1
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007
ISSN : 1978 – 9777
3. Pembahasan 3.1. Konsep dasar keselamatan pasien di RS Patient safety melibatkan sistem operasional dan proses pelayanan yang meminimalkan kemungkinan terjadinya adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. Tujuan patient safety adalah untuk mengurangi risiko cedera atau harm pada pasien akibat struktur dan proses pelayanan kesehatan(3) . Penelitian Zhan dan Miller (4) dari 994 RS memperlihatkan bahwa cedera akibat tindakan medik (medical injuries) menyebabkan bertambahnya hari rawat inap sampai dengan 10,89 hari. Tambahan biaya perawatan sebesar $ 57.727, dan peningkatan angka mortalitas sampai 21,96% akibat sepsis pasca operasi. Sepsis pasca operasi merupakan cedera akibat tindakan medik yang paling merugikan, diikuti oleh dehisensi luka operasi, dan infeksi akibat tindakan medik lainnya. Kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumahsakit. Diantara kesalahan tersebut, 25-50% dapat dicegah, berasal dari kesalahan peresepan, dan 78% terjadi akibat kegagalan sistem(5). Berbagai upaya telah diusahakan secara terus menerus untuk mengurangi adverse event akibat tindakan medis. Upaya untuk meningkatkan patient safety adalah dengan: (1) pengembangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error, atau adverse event, (2) penggunaan teknologi informasi, dan (3) upaya perubahan kultur organisasi.
3.2. Penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan keselamatan pasien Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan patient safety. Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Research and Quality menganggarkan $ 60 juta bagi pengembangan teknologi informasi untuk menunjang patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan, mengurangi medication error, dan meningkatkan kepatuhan terhadap pelaksanaan standar pelayanan (clinical practice guideline) (6,7,8). Kajian sistematis Kawanoto, dkk(9) pada 70 penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis berbasis komputer terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada 68% studi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek peresepan, meningkatkan kepatuhan terhadap standar pelayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan (10). Komite Agency for Healthcare Research and Quality(11) mengkaji berbagai bukti ilmiah berbagai intervensi untuk meningkatkan patient safety. Sebagai contoh: pengurangan risiko efek samping karena obat dapat dilakukan dengan strategi sbb: (1) pengunnan sistem komputerisasi dan sistem pendukung keputusan klinis, (2) melibatkan farmasis klinik, (3) protokol standar untuk obatobat berisiko tinggi, (4) sistem distribusi obat unit-dosis, dan (5) penggunaan Automated Medication Dispensing Devices (12). 3.3. Teknologi informasi untuk keselamatan pengobatan Penelitian Jayawardena, dkk (13) menemukan bahwa terjadi 7,53 kesalahan per 1000 peresepan. Kesalahan dosis umum dijumpai. Kesalahan lain yang umum dijumpai adalah kesalahan pemberian obat akibat tulisan tidak terbaca. Penelitian menemukan bahwa teknologi informasi dengan sistem peresepan berbasis computer secara signifikan menurunkan kesalahan pengobatan. Kajian Waliser, dkk (14) menunjukkan bahwa kesalahan pengobatan yang umum dijumpai adalah salah nama obat, salah dosis, dan salah interval pemberian. Penelitian memperlihatkan bahwa kesalahan pengobatan umum dijumpai pada peasien di ICU, pasien tua, dan pasien dengan penurunan kesadaran di RS (15). D ‐ 2
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007
ISSN : 1978 – 9777
Gambar 1. Contoh tulisan resep. Peresepan demikian memiliki risiko besar untuk salah baca (termasuk salah obat, salah dosis, dan salah aturan pakai). Perbaikan sistem merupakan solusi untuk mencegah kesalahan pengobatan di masa datang, dan bukan menyalahkan individu. Teknologi informasi di bidang obat merupakan potensi besar untuk mengurangi risiko kesalahan pengobatan (16). Kajian Subramanian, dkk (17) memperlihatkan bahwa Computerized Physician Order Entry (CPOE) dapat sangat bermanfaat untuk menurunkan risiko medication error. Biaya yang cukup besar merupakan penghalang utama pengembangan CPOE secara luas.
Gambar 2. Bila terintegrasi dengan rekam medik elektronik, dapat berfungsi sebagai “alert system”
3.4. Hambatan dalam penggunaan teknologi informasi dalam praktek klinik Bates dan Gawande (6) mengidentifikasi 3 faktor penghambat utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek klinik sehari-hari, yaitu: (1) hambatan finansial, pengembangan sistem pendukung keputusan klinis memerlukan biaya tersendiri, (2) belum adanya standar, sistem yang ada masih sangat bervariasi, (3) hambatan kultural, penggunaan teknologi informasi belum dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi para dokter dan manajer kesehatan. Pada situasi di
D ‐ 3
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007
ISSN : 1978 – 9777
negara berkembang seperti Indonesia, menurut pandangan penulis hambatan yang lain adalah penguasan teknologi informasi oleh para praktisi pelayan kesehatan. Resep sukses suatu teknologi informasi untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan kultural dan kesiapan semua pihak dalam organisasi pelayanan kesehatan untuk berubah. Resep sukses yang lain adalah TI yang digunakan harus mudah dipahami, efektif, dan tersedia onsite dalam pelayanan (6) 1. Simpulan Pelayanan klinik akan selalu menempatkan pasien-pasien dalam risiko akibat tindakan medik. Teknologi informasi berperan untuk meningkatkan kewaspadaan, mengelola kompleksitas masalah klinis, dan meningkatkan kepatuhan dalam program pengobatan. Sebuah ungkapan yang harus selalu diingat adalah: Primum non nocere—above all, do no harm.
2. Kepustakaan
1. Zorab JSM, Patient Safety is More Important than Efficiency, BMJ; 2002, 324:365 2. Bates DW, Cullen DC, et, al, Incidence of Adverse Drug Events and Potential Adverse Drug Events, JAMA, 1995, 274; 29-34
3. Batles JB, Lilford RJ, Organizing Patient Safety Research to Identify Risks and Hazards, Qual Saf Health Care ; 2003, 12
4. Zhan C, Miller MR, Excess Length of Stay, Charges, and Mortality Attributable to Medical Injuries during Hospitalization, JAMA, 2003, 290:1868-1874
5. Aiken LH, Clarke SP, dkk, Hospital Nurse Staffing and Patient Mortality, Nurse Burnout, adn Job Dissatisfaction, JAMA, 2002, 228(16): 1987-1993
6. Bates DW, Gawande AA, Improving Patient Safety with Information Technology, N Engl J Med, 2003, 348: 2536-2534
7. Kaushal R, Shojania KG, Bates DW. Effects of computerized physician order entry and clinical decision support systems on medication safety: a systematic review. Arch Intern Med, 2003;163: 1409-16.
8. Walton RT, Harvey E, Dovey S, Freemantle N. Computerised advice on drug dosage to improve prescribing practice. Cochrane Database Syst Rev; 2001, 1
9. Kawamoto K, Haullian CA, dkkImproving clinical practice using clinical decision support systems: a systematic review of trials to identify features critical to success, BMJ: , 2005, 330:765
10. Wilson T,Pringle M, Promoting Patient Safety in Primary Care, BMJ, 2001, 323:583-584 11. AHRQ, Making Health Care Safer: A Critical Analysis of Patient Safety Practices, Evidence Report/Technology Assessment, 2001, Number 43
12. Bates DW, Teich JM, Lee J, Seger D, Kuperman GJ, Ma'Luf N, et al. The impact of computerized physician order entry on medication error prevention. J Am Med Inform Assoc; 1999, 6: 313-21
13. Jayawardena S, Eisdorfer J, Pal AA, Indulkar J, Prescription Errors and the Impact of Computerized Prescription Order Entry System in a Community-based Hospital, Am J Ther, 14(4): 336-40
D ‐ 4
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007
ISSN : 1978 – 9777
14. Walliser G, Grossberg R, Read MD, Look-alike medications: a formula for possible morbidity and mortality in the long-term care facility, J Am Med Dir Assoc, 2007, 8(8); 541-2
15. Hurstey FM, Wallis N, Miller J, Inappropriate Prescribing in Older ED Population, Am J Emerg Med, 2007, 25(7); 804-7
16. Burker PJ, Preventing Medication Errors, N Eng J Med, 2007, 357; 624-625 17. Subramanian S, Hoover S, Gilman B, Computerized Physician Order Entry with Clinical Decision Support in Long-Term Care Facilities: Costs and Benefits to Stakeholders, J Am Geriatr Soc, 2007, 55(9); 1451-7
D ‐ 5