1st International Seminar and Conference (ISC) 2011 on Islamic Economics Universitas Negeri Jakarta
Analysis of Mudharabah Account Holders’ Awareness on their Contract in Indonesia
Arrizal Alamin dan Dodik Siswantoro Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Email:
[email protected],
[email protected]
Abstract This research was conducted to determine the comprehension level of mudharabah contract by customers in Islamic bank (Indonesia). The questionnaires was sent to customers who have bank account under mudharabah contract (150 sent, final sample 101). Total banks involved were 5 out 10 Islamic banks in Indonesia. The results of this study indicate that some customers are familiar with the mudharabah contract in Islamic banks as well as the risk of mudharabah in Islamic banks. This research may conclude that if customer saved their fund for a longer time in a syariah bank, the customer should understand if they may bear all risks for certain cases. Keywords Mudharabah, Islamic banking, customer
1
1. Pendahuluan Menurut Muhlizar (2008), perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Secara umum bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat untuk menyimpan uang dan juga dapat menjadi tempat peminjaman uang di saat masyarakat yang membutuhkannya. Seiring dengan berjalannya waktu, bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi manusia. Riba bukan hanya merupakan persoalan masyarakat Islam, tetapi berbagai kalangan di luar Islam pun memandang serius persoalan ini (Antonio, 2006). Karenanya, kajian terhadap masalah riba dapat dirunut mundur hingga lebih dari dua ribu tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba. Maka, sepantasnya bila kajian tentang riba pun melihat perspektif dari kalangan non-Muslim tersebut. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan di bank syariah adalah penerapan sistem bagi hasil yang diatur dalam perjanjian antara kedua belah pihak. Semua transaksi pada bank syariah harus pada suatu transaksi ekonomi yang nyata, misalnya pada jual beli barang yang benar-benar nyata bukan pada jual beli saham yang tidak nyata bendanya. Dalam bank syariah tidak ada salah satu pihak yang merasa dieksploitasi untuk keuntungan pihak lainnya. Bank syariah juga tidak boleh melakukan pembiayaan pada hal-hal yang ditentang oleh Quran seperti perjudian dan pornografi. Pada saat nasabah melakukan transaksi dengan bank syariah nasabah melakukan akad bagi hasil dengan pihak bank. Lebih lanjut, di dalam PSAK No. 101-105 terdapat beberapa aturan tentang akad, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna. Sedangkan untuk akad tabungan hanya terdapat dua akad yaitu akad mudharabah dan wadiah Setiap jenis akad tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Banyak nasabah bank syariah yang tidak memahami jenis-jenis akad tersebut, mereka menabung di bank syariah berdasarkan kepercayaan untuk menghindari bunga atau riba yang diharamkan oleh agama islam. Padahal ada dalam salah satu akad tersebut yang bisa membuat tabungan nasabah menjadi habis bila bank tersebut mengalami kerugian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman nasabah terhadap akad tabungan mudharabah pada bank syariah.
2. Landasan Teori 2
Berdasarkan pasal 1 Undang–Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang– Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jadi bank mempunyai tugas untuk menghimpun dana masyarakat melalui sistem tabungan dan juga memberikan kredit pada masyarakat agar dapat menggunakan dana tersebut untuk melakukan kegiatan usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraanya. Menurut Wasilah dan Nurhayati (2008), mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan, kecuali disebabkan adanya misconduct, negligence atau violation dari pengelola dana. Mudharabah sendiri berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu melakukan perjalanan untuk berniaga. Mudharabah disebut juga qiradh, berasal dari kata qardh yang berarti qath (sepotong), karena pemilik modal mengambil sebagian dari hartanya untuk diperdagangkan dan ia berhak mendapatkan sebagian dari keuntungannya. Berdasarkan PSAK No. 105 mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Menurut Karim (2007), risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank. Didalam perbankan syariah risiko bank syariah sangat berpengaruh bagi nasabah yang menggunakan akad mudaharabah karena tidak seperti bank konvensional, bank syariah tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari investasi mudharabah. Bank syariah juga tidak menjamin keuntungan atas investasi mudharabah. Mekanisme pengaturan realisasi pembagian keuntungan final atas investasi mudharabah tergantung pada performance dari bank, lain dengan bank konvensional yang menjamin keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya. 3
Risiko nasabah jika menabung di bank syariah dengan menggunakan akad mudharabah sebanding dengan return yang akan didapat karena nasabah mendapatkan return berdasarkan bagi hasil dari profit bank tidak seperti bank konvensional yang mematok tingkat bunga tertentu. Tentu juga karena sistem bunga tersebut risiko menabung di bank konvensional menjadi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan prinsip high risk high return yang banyak diungkapkan di dalam buku-buku manajemen keuangan. Risiko bisa disebabkan oleh dua hal yaitu risiko yang sudah menjadi sunnatullah dalam berusaha dan risiko moral hazard pelaku usaha (mudharib) (Bacha, (1997). Risiko yang menjadi sunnatullah walau tidak dapat dipastikan, namun dapat diantisipasi dengan perencanaan yang baik. Namun jika risiko itu adalah moral hazard dari pelaku usaha, maka hal itu sudah pasti menjadi masalah yang berbeda. Karena hal itu disebabkan oleh mudharib yang menyampaikan informasi yang tidak transparan yang disampaikan oleh mudharib kepada shahibul mal, sehingga informasi menjadi tidak berimbang. Permasalahan tersebut adalah permasalahan yang terjadi pada sharing karena tidak adanya informasi yang berimbang (asymetric information). Sebab lainnya adalah preferensi dari bank syariah itu sendiri. Bank sebagai pengelola dana wajib memberikan informasi tentang produk-produk tabunganya agar nasbah mendapatkan pemahaman yang cukup tentang keuntungan dari risiko dan keuntungan yang akan di dapat. Jika tidak akan terjadi asymmetric information. Mishkin (2004) mengungkapkan asymmetric information terjadi karena salah satu pihak lebih mengetahui kelengkapan informasi dibandingkan pihak lain. Dalam hal ini pihak nasabah yang tidak mempunyai pemahaman yang cukup tentang produk-produk bank.
3. Metodologi Penelitian Metode pengambilan sampel adalah mengambil sampel secara random nasabah yang mempunyai rekening di bank syariah yang menggunakan akad mudharabah yang ada di Indonesia. Hal itu karena tujuan dari kuesioner ini untuk generalisasi tentang pemahaman nasabah terhadap akad mudharabah pada bank syariah. Nasabah bank syariah yang diambil sebagai sampel adalah nasabah bank syariah yang hanya menggunakan akad mudharabah saja dalam produk tabungan yang ditawarkan. Dalam penelitian target sampel yang ingin diperoleh oleh peneliti adalah sebanyak 101 responden, hal ini agar hasil penelitian ini dapat bersifat resprentatif. Untuk mengantisipasi adanya hasil dari kuesioner yang tidak dapat 4
dipergunakan maka peneliti menyebar sebanyak 150 kuesioner agar hasil kuesioner yang didapat nanti tidak kurang dari 101 responden. Perincianya dapat dilihat pada tabel 1.
Keterangan
Jumlah Responden
Kuesioner yang disebarkan
150
Kuesioner yang tidak di kembalikan
(30)
Kuesioner yang di kembalikan
120
Kuesioner yang tidak dapat digunakan
(19)
Kuesioner yang dapat digunakan
101
Tabel 1. Tabel Responden
Variabel Penelitan tentang tingkat pemahaman nasabah itu sendiri diukur dari 3 hal yaitu 1. Tingkat pemahaman tentang bank syariah 2. Tingkat pemahaman tentang keuntungan dari akad mudhrabah 3. Tingkat pemahaman tentang risiko dari akad mudharabah
Jadi pemahaman nasabah dalam akad tabungan syariah dilihat dari tiga hal yaitu apakah nasabah itu sendiri paham dengan bank syariah, apakah nasabah paham dengan keuntungankeuntungan menabung di bank syariah yang menggunakan akad mudharabah dibandingkan menabung di bank konvensional dan juga apakah nasabah paham akan risiko menabung di bank syariah menggunakan akad mudharabah.
Tingkat pemahaman nasabah tentang bank syariah sendiri dilihat dari: 1. Pengetahuan nasabah tentang perkembangan bank syariah yang pesat (Wasilah dan Nurhayati, 2008) 2. Kemampuan bank syariah yang lebih baik dalam menghadapi krisis ekonomi (Muhlizar, 2010) 3. Pelarangan riba dalam agama Islam (Qur’an dan hadis) 4. Pelarangan riba dalam agama selain Islam (Antonio, 2006)
5
Tingkat pemahaman nasabah tentang keuntungan dari akad mudhrabah dilihat dari: 1. Sistem bagi hasil pada bank syariah lebih adil dibandingkan sistem bunga (Wasilah dan Nurhayati, 2008) 2. Besarnya keuntungan berdasarkan nisbah/kespakatan dari pihak bank dan nasabah (PSAK No.105) 3. Semakin besar keutungan pihak bank semakin besar nilai bagi hasil yang diterima nasabah (Rini, 2000) 4. bagi hasil pada akad mudharabah terdapat 2 jenis yaitu bagi hasil dan bagi laba (PSAK No.105) 5. Pihak bank telah menginformasikan keutungan menabung di bank syariah kepada nasabah (Mishkin, 2004)
Tingkat pemahaman nasabah tentang risiko dari akad mudhrabah dilihat dari: 1. Akad Tabungan mudharabah dapat lebih berisiko daripada akad wadiah di bank syariah (PSAK No.105). 2. Dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah (PSAK, No.105). 3. Akad Tabungan mudharabah dapat lebih berisiko daripada tabungan konvensional. (Bacha, 1997). 4. Dalam akad mudharabah tabungan nasabah dapat berkurang jika bank mengalami kerugian (PSAK No.105).
4. Analisis Setelah diuji validitas pernyataan dengan menggunakan seluruh sampel yang didapat yaitu sebanyak seratus dua responden peneliti mendapatkan hasil bahwa dari seluruh pernyataan yang dibuat oleh peneliti sebanyak lima belas pernyataan dinyatakan valid karena nilai rtabel untuk degree of freedom yaitu 0,192 lebih kecil dari nilai pearson correlation. Sedangakan ada satu pernyataan yang tidak valid karena rtabel untuk degree of freedom yaitu 0,192
lebih
besar dari nilai pearson correlation. Hasil dari pengujian statistik tersebut menunjukan bahwa seluruh pernyataan tersebut terbukti realibilitasnya karena menunjukan nilai alpha cronbach sebesar 0.563 lebih besar dari nilai tabel r product moment pada n = 101 dengan 0,05 (Two Tail) yaitu sebesar 0,195. 6
a. Tingkat pemahaman nasabah 1. Tingkat pemahaman tentang bank syariah Tingkat pemahaman tentang bank syariah sendiri diukur dari kepahaman nasabah terhadap lima butir pernyataan yang diberikan kepada responden. Semakin tinggi rata-rata score pada masing-masing pernyataan tersebut berarti nasabah semakin setuju dengan pernyataan yang diberikan oleh peneliti maka semakin besar kemungkinan nasabah paham akan pernyataan tersebut (lihat tabel 2).
Pernyataan
Rata-rata
Suku bunga dilarang oleh agama Islam
4,54
Perkembangan bank syariah di Indonesia sangat pesat belakangan ini
4,28
Bank syariah lebih baik lebih dari bank konvensional dalam menghadapi
4,13
krisis ekonomi Suku bunga dilarang oleh agama selain Islam
3,18
Tabel 2. Tabel pemahaman bank syariah
Dari hasil diatas terlihat bahwa rata-rata score jawaban dari kelima pernyataan tentang pemahanan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bank syariah tidak terlalu berbeda secara signifikan. Rata-rata yang paling tinggi ada pada pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam hal itu sesuai dengan teori yang diungkapkan di dalam Quran dan hadis yaitu sebesar 4,54. Score sebesar itu didapat karena dari seratus satu responden yang didapat yang menjawab setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 33 responden atau sebesar 32,7% dari total responden, bahkan yang sangat setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 62 responden atau sebesar 61,4% dari total responden. Rata-rata jawaban dari responden yang paling rendah ada pada pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama selain Islam hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Antonio (2006), yaitu sebesar 3,18. Score sebesar itu didapat karena dari seratus satu responden yang didapat yang menjawab ragu-ragu dengan pernyataan tersebut 60 responden atau sebesar 55,4% dari total responden. Responden yang tidak setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 16 responden atau sebesar 15,8% dari total responden. Banyaknya reponden yang setuju dengan pernyataan “riba dilarang oleh agama Islam” itu menujukan bahwa responden paham bahwa sebenarnya agama Islam itu melarang riba atau suku bunga. Hal itu dapat terjadi karena di zaman sekarang ini informasi sangat mudah di dapat dan karena bank syariah giat mempromosikan keunggulan mereka yang tidak 7
menggunakan sistem riba yang dilarang oleh agama Islam. Selain itu tingginya score yang didapatkan dari pernyataan “riba dilarang oleh agam Islam” karena dari seratus satu responden, sebanyak 98 responden beragama Islam, jadi mereka mengetahui bahwa riba itu dilarang oleh agama mereka. Banyaknya reponden yang ragu-ragu dengan pernyataan “riba dilarang oleh agama selain Islam” itu terjadi karena karena dari seratus satu responden, hanya sebanyak tiga responden beragama selain Islam, jadi mereka yang beragam Islam yang menjadi mayoritas ragu-ragu bahwa riba juga dilarang di agama lain 2. Tingkat pemahaman tentang keuntungan akad tabungan mudharabah bank syariah Tingkat pemahaman tentang keuntungan akad tabungan mudharabah bank syariah sendiri diukur dari kepahaman nasabah terhadap lima butir pernyataan yang diberikan kepada responden. Semakin tinggi rata-rata score pada masing-masing pernyataan tersebut berarti semakin besar kemungkinan nasabah paham akan pernyataan tersebut (lihat tabel 3).
Pernyataan
Rata-rata
Bagi hasil lebih adil dibandingkan suku bunga
4,30
Semakin besar keutungan pihak bank semakin besar nilai bagi hasil yang
4,21
diterima nasabah Besarnya keuntungan dari bagi hasil bank syariah berdasarkan
4,04
nisbah/kesepakatan dari pihak bank dan nasabah Pihak bank telah menginformasikan tingkat keuntungan menabung di
3,87
bank syariah kepada nasabah Bagi hasil pada akad mudharabah terdapat 2 jenis yaitu bagi hasil dan bagi
3,57
laba
Tabel 3. Tabel pemahaman keuntungan akad mudharabah
Dari hasil diatas terlihat bahwa rata-rata score jawaban dari kelima pernyataan tentang pemahanan tentang keuntungan akad tabungan mudharabah bank syariah tidak terlalu berbeda secara signifikan. Rata-rata yang paling tinggi ada pada pernyataan Bagi hasil lebih adil dibandingkan suku bunga yang dinyatakan oleh Wasilah dan Nurhayati (2008), yaitu sebesar 4,30. Score sebesar itu didapat karena dari seratus satu responden yang didapat yang menjawab setuju dengan pernyataan tersebut 56 responden atau sebesar 55,4% dari total responden. Responden yang sangat setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 38 responden atau sebesar 37,6% dari total responden. Hasil tersebut menunjukan bahwa mereka paling setuju dengan pernyataan peneliti bahwa bagi hasil lebih adil dibandingkan suku bunga. Itu 8
terjadi mungkin karena mereka paham tentang perbandingan sistem bagi hasil atau bunga atau juga bisa karena mereka sebenarnya tidak paham tentang bagi hasil tapi mempunyai presepsi yang negatif terhadap bunga bank. Rata-rata jawaban dari responden yang paling rendah ada pada pernyataan bahwa bagi hasil pada akad mudharabah terdapat 2 jenis yaitu bagi hasil dan bagi laba (PSAK No.105). Hasil itu didapat dari responden yang ragu-ragu dengan pernyataan tesebut sebanyak 41 responden atau sebesar 40,6% dari total responden. Responden yang tidak setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 5 responden atau sekitar 5% dari total responden. Hal ini menunjukan bahwa responden masih ragu-ragu dengan pernyataan tesebut. Hal ini karena pernyataan ini kemungkinan besar hanya diketahui oleh orang yang pernah mempelajari tentang syariah, baik mempelajarinya di dalam bangku kuliah maupun dari sumber-sumber lainya seperti buku-buku, media cetak dan elekronik. Jadi kemungkinan orang yang tidak mempelajari tentang syariah tidak paham dengan pernyataan tersebut.
3. Tingkat pemahaman tentang risiko akad tabungan mudharabah pada bank
syariah
Tingkat pemahaman tentang risiko akad tabungan mudharabah pada bank syariah sendiri diukur dari kepahaman nasabah terhadap enam butir pernyataan yang diberikan kepada responden. Semakin tinggi rata-rata score pada masing-masing pernyataan tersebut berarti semakin besar kemungkinan nasabah paham akan pernyataan tersebut (lihat tabel 4). Pernyataan Akad
Tabungan mudharabah dapat lebih berisiko daripada akad
Rata-rata 3,01
wadiah di bank syariah Dalam akad mudharabah tabungan nasabah dapat berkurang jika bank
2,91
mengalami kerugian Akad Tabungan mudharabah dapat lebih berisiko daripada tabungan
2,68
konvensional Dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh
2,58
nasabah
Tabel 4. Tabel pemahaman keuntungan akad mudharabah
Hasil diatas menunjukan bahwa rata-rata jawaban responden tentang risiko akad mudharabah pada bank syariah cukup rendah. Rata-rata yang paling rendah adalah jawaban Responden tentang pernyataan bahwa Pada akad mudharabah, jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah (PSAK, No.105). Hasil itu didapat dari responden yang ragu-ragu dengan pernyataan 9
tesebut sebanyak 30 responden atau sebesar 29,7% dari total responden. Responden yang tidak setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 36 responden atau sekitar 35,6% dari total responden. Responden yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 14 responden atau sekitar 13,9% dari total responden. Hasil ini menunjukan bahwa rata-rata responden ragu-ragu bahkan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, ini berati sebagian besar dari responden tidak mengetahui bahwa sebenanya pada sistem akad mudhrabah jika ada kerugian yang menangung kerugian adalah pemilik dana, dalam hal ini pemilik dana tersebut adalah nasabah. Akad tabungan mudharabah dapat lebih berisiko daripada akad wadiah di bank syariah hal tersebut sesuai yang diungkapkan di dalam PSAK 105, hal itu didapat dari banyaknya responden yang sangat setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 4 responden atau sebesar 4% dari total responden. Responden yang setuju dengan pernyataan tesebut sebanyak 15 responden atau sebesar 14,9% dari total responden.
b. Hubungan demografi dengan tingkat pemahaman nasabah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan akad mudharabah
1. Hubungan antara lama menabung di bank syariah dengan pernyataan bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semakin lama responden menabung di bank syariah dia paham bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah. Hubungan antara lama menabung di bank syariah dengan pernyataan bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah dapat dilihat pada tabel 5.
10
Lama menabung < 1 tahun 1-3 tahun 3-5 tahun >5 tahun Total
STS 2 11,1% 7 14,0% 3 20,0% 2 11,1% 14 13,9%
TS 6 33,3% 16 32,0% 6 40,0% 8 44,4% 36 35,6%
RR 5 27,8% 19 38,0% 5 33,3% 1 5,6% 30 29,7%
S 5 27,8% 7 14,0% 1 6,7% 7 38,9% 20 19,8%
SS 0 ,0% 1 2,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 1,0%
Total 18 100,0% 50 100,0% 15 100,0% 18 100,0% 101 100,0%
Tabel 5 Tabel hubungan antara lama menabung di bank syariah dengan pernyataan bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah Sumber: Hasil pengolahan data oleh peneliti
Keterangan: STS= Sangat tidak setuju TS = Tidak setuju RR = Ragu-ragu S
= Setuju
SS = Sangat setuju Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak yang tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan pernyataan tesebut adalah responden yang telah menabung selama 1-3 tahun yaitu sebanyak 16 dan 7 responden, tetapi dilihat dari persentese terhadap jumlah total masing-masing interval lama menabung, responden yang menabung antara 3-5 tahun paling tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan pernyataan pernyataan bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah. Hal ini ditunjukan dengan 6 responden atau 20% dari total 15 responden yang menabung antara 3-5 tahun tidak setuju dengan pernyataan tersebut bahkan, 3 orang atau 20% dari total 15 responden yang menabung antara 3-5 tahun sangat tidak setuju. Sedangkan persentase responden yang paling setuju dengan pernyataan tersebut adalah responden yang telah menabung lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 7 responden atau sebesar 38,9% dari total 18 responden yang menabung lebih dari 5 tahun. Hal ini menujukan bahwa nasabah yang menabung lebih dari 5 tahun mungkin lebih memahami bahwa dalam akad mudharabah jika ada kerugian semua ditanggung oleh nasabah. Itu bisa disebabkan karena mereka cukup lama menabung di bank syariah dengan menggunakan akad mudharabah, sehingga mereka memahami hal tersebut. 11
2. Hubungan antara nama bank tempat responden menabung dengan pernyataan bahwa pihak bank telah menginformasikan keuntungan dalam menabung di bank syariah Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pihak bank telah menginformasikan keuntungan menabung di bank syariah. Hubungan antara nama bank tempat responden menabung dengan pernyataan bahwa pihak bank telah menginformasikan keuntungan dalam menabung di bank syariah dapat dilihat pada tabel 6.
Bank
STS
BCA syariah
TS
RR
S
SS
Total
0
0
0
1
0
1
,0%
,0%
,0%
100,0%
,0%
100,0%
0
5
14
33
17
69
,0%
7,2%
20,3%
47,8%
24,6%
100,0%
1
2
1
5
0
9
11,1%
22,2%
11,1%
55,6%
,0%
100,0%
0
0
0
1
0
1
,0%
,0%
,0%
100,0%
,0%
100,0%
0
2
2
9
8
21
,0%
9,5%
9,5%
42,9%
38,1%
100,0%
1
9
17
49
25
102
1,0%
8,9%
16,8%
48,5%
24,8%
100,0%
BSM
CIMB niaga syariah
DKI syariah
Muamalat
Total
Tabel 6 Tabel hubungan antara nama bank tempat responden menabung dengan pernyataan bahwa pihak bank telah menginformasikan keuntungan dalam menabung di bank syariah Sumber: Hasil pengolahan data oleh peneliti
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang setuju dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pihak bank telah menginformasikan keuntungan dalam menabung di bank syariah paling banyak adalah responden yang menabung di Bank Syariah Mandiri, yaitu sebanyak 33 dan 17 responden. Hal itu karena jumlah responden yang menabung di Bank Syariah Mandiri adalah yang paling banyak yaitu sebesar 50 responden. Dilihat dari persentasenya, persentase terbesar responden yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah responden yang menabung di bank DKI syariah dan bank BCA syariah yaitu sebesar 100% dari total masing-masing 1 responden. Dan persentase yang terkecil adalah responden yang 12
menabung di bank CIMB niaga syariah yaitu sebesar 22,2% yang tidak setuju dan 11,1% yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini terjadi kemungkinan karena pihak bank DKI syariah dan bank BCA telah menginformasikan keuntungan dalam menabung di bank syariah secara lengkap sedangkan bank CIMB niaga syariah kurang menjelaskan tentang keuntungan dari menabung di bank syariah secara lengkap.
3. Hubungan antara lama menabung dengan pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semakin lama nasabah menabung di bank syariah maka nasabah semakin paham bahwa suku bunga itu dliarang oleh agama Islam. Hubungan antara lama menabung dengan pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam dapat dilihat pada tabel 7.
Lama menabung < 1 tahun
1-3 tahun
3-5 tahun
>5 tahun
Total
TS
RR
S
SS
Total
0
0
6
12
18
,0%
,0%
33,3%
66,7%
100,0%
1
4
15
30
50
2,0%
8,0%
30,0%
60,0%
100,0%
0
1
9
5
15
,0%
6,7%
60,0%
33,3%
100,0%
0
0
3
15
18
,0%
,0%
16,7%
83,3%
100,0%
1
5
33
62
101
1,0%
5,0%
32,7%
61,4%
100,0%
Tabel 7 Tabel hubungan antara lama menabung dengan pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam Sumber: Hasil pengolahan data oleh peneliti
Hasil diatas menjukan bahwa hampir semua responden setuju dengan pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam, itu terjadi karena sebagian besar responden beragama 13
Islam. Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang paling banyak setuju dengan pernyataan tersebut adalah responden yang telah menabung selama 1-3 tahun yaitu sebanyak 30 responden. Dilihat dari persentasenya, persentase terbesar yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah nasabah yang menabung diatas 5 tahun dan di bawah 1 tahun hal itu menunjukan bahwa lama menabung tidak mempengaruhi pemahaman nasabah terhadap pernyataan bahwa suku bunga dilarang oleh agama Islam.
5. Kesimpulan Penelitian ini menujukan bahwa nasabah lebih paham tentang hal-hal mengenai bank syariah dan keuntungan akad mudharabah pada bank syariah dibandingkan risikonya, jadi dapat disimpulkan bahwa nasabah tidak begitu paham dengan keseluran akad mudharabah di bank syariah. Penelitian ini juga dapat diketahui bahwa orang non-Muslim tidak mengetahui bahwa sebenarnya riba juga dilarang di dalam agama mereka. Penelitian ini juga menujukan bahwa nasabah yang telah menabung cukup lama di bank syariah lebih paham tentang risiko dari akad mudharabah. Penelitian ini juga menunjukan bahwa nasabah kurang memahami tentang dasar perhitungan bagi hasil pada bank syariah. 6. Referensi Al Faizin, Abdul wahid (2010). Tafsir ekonomi kontemporer. Jakarta. Mutiara Qolbun Salim Anshori, Hafizh (2010). Larangan riba dalam islam. 25 maret 2011 < http://blog.umy.ac.id/absolut/2010/12/08/larangan-riba-dalam-islam/> Antonio, Muhammad syafii (2006). Riba dalam prespektif agama dan sejarah. 25maret 2011 < http://dennyhendrata.wordpress.com/2006/09/07/riba-dalam-perspektif-agama-dansejarah/> Bacha, Obiyathulla (1997). Adapting Mudarabah Financing toContemporary Realities: A ProposedFinancing Structure. Munich Personal RePEc Archive El Hawary, D., Grais, W., Iqbal, Z., (2004) . Regulating Islamic financial institutions: The nature of the regulated. World Bank Policy Research Working Haldir (2002). Perhitungan validitas dengan menggunakan spss. 3 mei 2011 < http://haldir24.wordpress.com/2009/07/15/perhitungan-validitas/ >
Ikatan Akuntan Indonesia (2009), Standar Akutansi Keuangan tahun 2009 Khan, Feisal (2010). “How “islamic” is islamic banking?“. Elsevier Kholid (2009). Rukun mudharabah 25 maret 14
< http://ustadzkholid.com/fiqih/muamalah-fiqih/rukun-mudharabah/ > Mishkin. Frederic S.(2004). The Economist of Money, Banking and Financial Markets. Seventh Edition. United States Amerika. Columbia University Muhlizar, Adietya (2010). Evaluasi dan Prospek Perbankan Syariah. Paper dipresentasikan pada Sharia Economics Training (SET). Nazir (2005) . Pengertian skala likert 10 april 2011 < http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/pengertian-skala-likert.html > Nurhayati, Sri. Dan Wasilah (2008). Akuntansi syariah di indonesia. Jakarta.Salemba Empat Pengumpulan dan pengolahan data 10 april 2011 < http://digilib.petra.ac.id > Sygma publishing (2010). AL QURAN NUL KARIM Umar, Husein (2001). Manajemen risiko bisnis pendekatan finansial dan nonfinansial Husein Umar. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Umar, Husein (2002). Metode Riset Bisnis: Panduan mahasiswa untuk melaksanakan Riset dilengkapi contoh proposal bisnis dan hasil riset bidang Manajemen dan Akuntansi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Undang-undang Perbankan (1999), Sinar Grafika, Jakarta, 1999.
15