Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Spread Suku Bunga di Indonesia. (Studi Kasus Bank Umum di Indonesia) Muhamad Shodikin Shofwan, SE.,M.Si Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email :
[email protected] ABSTRAK
Stabilitas keuangan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Salah satu alat ukur stabilitas keuangan adalah spread suku bunga. Spread suku bunga bisa menunjukkan tingkat efesiensi atau kinerja perbankan disuatu negara. Semakin tinggi spread suku bunga bisa menunjukkan semakin tidak efisiensinya kinerja perbankan. Spread suku bunga Indonesia bila dibandingkan dengan spread suku bunga negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Brunei, Thailand dalam kurun waktu 5 tahun mulai 2009-2012, spread suku bunga Indonesia merupakan yang tertinggi diantara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor faktor yang di duga mempengaruhi spread suku bunga Indonesia serta mencari faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi spread suku bunga Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis Data yang digunakan adalah data sekunder bentuk time series yang bersumber pada website bank Indonesia dan Statistik perbankan Indonesia, dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara dokumentatif. Hasil penelitian menggunakan regresi linear berganda menunjukkan, bahwa mayoritas semua variabel yang digunakan terbukti signifikan mempengaruhi spread suku bunga. Dari semua variabel yang digunakan yakni biaya operasional, capital adequacy ratio (CAR), inflasi, pendapatan non bunga, pinjamn bermasalah, suku bunga deposito dan loan to deposit ratio ( LDR), hanya varibel Inflasi aja yang tidak signifikan dalam mempengaruhi spread suku bunga Indonesia. Dari 6 variabel yang signifikan mempengaruhi spread suku bunga, 3 diantaranya sesuai dengan hipotesis yang digunakan dan sisanya berbanding terbalik dengan hipotesis yang digunakan. Pengaruh variabel CAR, pinjaman bermasalah dan LDR sesuai dengan hipotesis yang digunakan dimana variabel CAR dan LDR berpengaruh negatif terhadap spread suku bunga, sedangkan variabel pinjaman bermasalah berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Pengaruh variabelbiaya operasional, pendapatan non bunga dan suku bunga deposito berbanding terbalik dengan hipotesis yang digunakan, dimana hasil penelitian menunjukkan variabel biaya operasional dan suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap spread suku bunga, sedangkan pendapatan non bunga berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Dari semua variabel yang signifikan mempengaruhi spread suku bunga, variabel pinjaman bermasalah dan suku bunga deposito merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi spread suku bunga Indonesia hal ini ditunjukkan nilai Konstantanya yang paling besar. Kata Kunci: Spread Suku Bunga, Kinerja, Efesien
1
A.
LATAR BELAKANG
Stabilitas dan perkembangan sektor keuangan erat kaitannya dengan pertumbuhan/pembangunan ekonomi. Studi yang dilakukan Inggrid (2006), menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2 dekade terakhir, dimana peranan sektor keuangan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi melalui ketersediaan kredit baik dari segi volume maupun harga. Adanya hubungan antara stabilitas keuangan dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi juga didukung oleh pernyataan dari Afzal dan Mirza (2012), menurut pendapat mereka, hubungan antara stabilitas sistem keuangan (sistem perbankan) dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi memang banyak diakui di banyak negara, yang ditunjukkan oleh otoritas pengawas diseluruh dunia, untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan ekonomi dinegara masing masing, berusaha untuk memastikan keamanan dan kesehatan sistem keuangannya. Dari kedua pendapat diatas menunjukkan bahwa erat kaitannya antara stabilitas sistem keuangan dengan pertumbuhan ekonomi. Afzal dan Mirza (2012), mengatakan bahwa spread suku bunga merupakan indikator stabilitas keuangan yang penting. Spread suku bunga merupakan selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan. Tingginya spread suku bunga menunjukkan sistem keuangan yang tidak efisien, dalam hal ini perbankan dalam perannya mengalokasi sumber daya yang efektif. Karena pada dasarnya tingginya spread suku bunga disebabkan oleh tidak efisiennya struktur informasi dan kelembagaan. Tingginya spread suku bunga dapat mengakibatkan peningkatan biaya modal yang lebih tinggi bagi peminjam sehingga mengakibatkan berkurangnya investasi karena resikonya yang tinggi. Spread suku bunga yang tinggi dapat mempengaruhi bisnis atau usaha ekonomi, terutama bagi usaha kecil menengah dan usaha yang mengandalkan modal dari pinjaman bank. Seperti yang diungkapkan Nasution (2012), tingginya spread suku bunga akan membuat Indonesia sulit bersaing dalam masyarakat ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 mendatang, hal ini karena spread suku bunga yang tinggi membuat kredit lebih mahal dan mengakibatkan penurunan kredit di masyarakat karena tingginya tingkat bunga. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa tingginya spread suku bunga akan menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Spread suku bunga di Indonesia bila dibandingkan dengan negara negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Philipina dan Thailand temasuk yang paling tinggi. Data spread suku bunga tersebut akan ditampilkan dalam tabel 1.1. Tabel 1:. Spread Suku Bunga Indonesia dan Negara Tetangga. Tahun
Indonesia
Brunei
Malaysia
Singapura
Philipina
Thailand
2009
5.2
4.8
3
5.1
5.8
4.9
2010
6.2
5
2.5
5.2
4.5
4.9
2011
5.5
5.1
2
5.2
3.3
4.6
2012
5.8
5.3
1.8
5.2
2.5
4.3
Sumber: World bank.Org (data diolah)
Berdasarkan data diatas, spread suku bunga di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan Negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Singapura, Philipina dan Thailand mulai tahun 2009 sampai tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi sistem perbankan di negara tetangga tersebut lebih baik daripada Indonesia. Spread suku bunga Indonesia mengalami fluktuasi dalam 4 tahun terakhir, hal ini menunjukkan kurang efisiensinya sistem perbankan dan sistem keuangan Indonesia, berbeda dengan Indonesia; Malaysia, Philipina dan Thailand, spread suku bunga mereka dalam 4 tahun terakhir mengalami penurunan secara terus menerus dan ini juga menandai efisiensi sistem perbankan di negara tersebut. Sangat menarik untuk diteliti mengapa spread suku bunga di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga dan mencari faktor dibalik tingginya spread suku bunga di Indonesia.
2
Berdasarkan kajian teori dan penelitian penelitian terdahulu ditemukan berbagai variabel variabel yang di duga dapat berpengaruh terhadap spread suku bunga Indonesia. Variabel variabel yang diduga berpengaruh tersebut adalah biaya operasional, CAR, inflasi, pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah, suku bunga deposito dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). Penentuan menggunakan teori Kasmir (2003) dimana suku bunga dipengaruhi oleh total biaya, laba yang di inginkan, cadangan resiko kredit macet, biaya operasi dan pajak. Total biaya ditunjukkan dengan suku bunga deposito, karena suku bunga deposito merupakan biaya atau beban untuk mendapatkan dana. Laba yang di inginkan dilakukan dengan penggunaan variabel pendapatan non bunga. Cadangan resiko kredit macet digunakan dalam menentukan spread suku bunga dengan menggunakan variabel CAR untuk melihat kemampuan permodalan, pinjaman bermasalah untuk melihat pinjaman yang bermasalah. Biaya operasi ditunjukkan dengan menggunakan variabel biaya operasional. Pajak tidak digunakan sebagai variabel yang diduga sebagai spread suku bunga, sebab dalam berbagai penelitian terkait sebelumnya tidak banyak yang menggunakan variabel ini, sebagai gantinya di gunakan variabel lain yakni inflasi dan LDR. Inflasi sebagai indikator makro ekonomi dan LDR sebagai penilaian kemampuan bank dalam menyalurkan kredit dan beban yang harus ditanggung bank. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diambil dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : (1). Apakah biaya operasional, CAR, inflasi, pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah, suku bunga deposito dan LDR berpengaruh terhadap spread suku bunga di Indonesia? (2). Dari berbagai variabel yang digunakan, variabel mana yang paling berpengaruh terhadap spread suku bunga di Indonesia? B. KAJIAN PUSTAKA Hubungan Aktivitas Bank dengan Spread Suku Bunga Bank menurut undang undang nomor 10 tahun 1998 merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan defenisi diatas bahwa kegiatan bank umum sebagai lembaga perantara terhadap masyarakat yang kelebihan dana dan masyrakat yang kekurangan dana. Pemberian fasilitas terhadap masyarakat yang kelebihan dana dalam fasilitas tabungan, sedangkan pada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit. Kegiatan menghimpun dana yang dilakukan oleh bank, dalam hal ini fasilitas pemberian simpanan bertujuan untuk memberikan tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Selain untuk hal diatas adanya fasilitas penerimaan simpanan masyrakat ini dengan uang mereka disimpan didalam bank akan memberikan keamanan yang lebih bagi uang masyarakat tersebut, selain itu juga dapat melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanan masyarakat tersebut. Setelah kegiatan penerimaan simpanan, dana tersebut akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui pemberian pinjaman (kredit) melalui proses permohonan peminjaman dana atau kredit, sebelum pemberian kredit, bank terlebih dahulu menilai apakah masyarakat tersebut layak diberikan kredit atau tidak, jenis kredit yang biasanya diberikan oleh bank adalah kredit investasi, modal kerja, perdagangan dan akhir akhir ini seperti kredit konsumsi dan kredit perumahan. Selain memberi fasilitas penyimpanan dan masyarakat dan pemberian pinjaman/kredit, aktivitas yang bisa dilakukan bank adalah memberi jasa jasa bank lainnya misalnya transfer atau pengiriman uang, penagihan surat berharga baik yang berasal dari dalam kota luar kota maupun luar negeri, letter of credit dan jasa penukaran lainnya (Kasmir, 2003).
3
Gambar 1: Mekanisme Terbentuknya Spread Bunga
Sumber: Kasmir (2003:7)
Kegiatan yang dilakukan bank sebagai lembaga keuangan adalah menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa jasa lainnya. Bank sebagai lembaga keuangan tentunya juga bertujuan untuk mencari keuntungan atau profit. Dari kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank dapat memperoleh keuntungan dari selisih bunga pinjaman (yang dibebankan kepada peminjam) dengan bunga simpanan (diberikan kepada penyimpan simpanan). Selisih antara bunga pinjaman atau kredit dengan bunga simpanan dikenal sebagai spread suku bunga. Selain mendapatkan keuntungan dari spread suku bunga, bank juga dapat memperoleh keuntungan melalui kegiatan jasa jasa bank lainnya, keuntungan ini didapatkan melalui biaya yang diterima bank atas jasa yang diberikan seperti biaya kirim, tagih administrasi, provisi, komisi, iuran sewa dan biaya lain atau lebih dikenal sebagai fee based. Pentingnya Spread Suku Bunga Menurut Navneet (2009), spread suku bunga merupakan selisih antara suku bunga simpanan dengan suku bunga pinjaman. Spread suku bunga didapatkan dengan suku bunga pinjaman dikurangi suku bunga simpanan. Spread suku bunga merupakan salah satu dari alat ukur stabilitas keuangan, dimana tingginya spread suku bunga menunjukkan tidak efisiennya bank. Menurut Afzal dan Mirza (2012), spread suku bunga merupakan indikator pengukur stabilitas keuangan yang penting. Penentuan spread suku bunga sebagai alat indikator stabilitas keuangan mengacu pada indikator stabilitas keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang tercantum pada tabel 1.1, indikator tersebut mengarah pada komponen komponen penentu spread suku bunga. Spread suku bunga sebagai indikator stabilitas keuangan, tingginya spread suku bunga menunjukkan sistem keuangan yang tidak efesien hal ini dikarenakan spread suku bunga yang tinggi disebabkan oleh tidak efisiennya struktur informasi dan kelembagaan. Menurut Mujeri dan Younus (2009), spread suku bunga secara konseptual mencerminkan biaya kegiatan intermediasi termasuk biaya operasional dan biaya kegiatan administrasi yang ditanggung oleh bank dalam menghubungkan antara penabung dan peminjam dana. Spread suku bunga yang tinggi bisa mencerminkan tingginya biaya kegiatan intermediasi bank seperti biaya operasional dan biaya administrasi. Tinggi rendahnya spread suku bunga dapat berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara mengacu pendapat Follalewo dan Tenant (2008), menurut mereka spread suku bunga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disuatu negara, sebagai contohnya semakin efesien benefitas sistem perbankan akan menguntungkan ekonomi secara nyata dengan mengijinkan pengembalian yang diharapkan untuk penyimpan dana dengan kelebihan finansial, dan merendahkan biaya pinjaman untuk para investor adalah project baru untuk keuangan eksternal, oleh karena itu jika spread suku bunga perbankan melebar penabung potensial enggan menabung karena rendahnya pengembalian dari deposit sehingga mengurangi pembiayaan untuk peminjam yang potensial, dengan pengurangan pembiayaan akan menghambat investasi yang membutuhkan dana dari pinjaman bank, sehingga investasi dapat terhambat dan berkurang yang pada akhirnya menghambat atau mengurangi pertumbuhan ekonomi.
4
Variabel Variabel yang Mempengaruhi Spread Suku Bunga Penentuan tinggi rendahnya suku bunga, menurut Judisseno (2005), menurutnya tinggi rendah suku bunga dipengaruhi oleh faktor dari bank, nasabah dan faktor makro ekonomi. Faktor dari nasabah seperti resiko kurang lancarnya pengembalian pinjaman, resiko perilaku tidak jujur dari nasabah. Sedangkan faktor dari bank seperti resiko pemenuhan likuiditas, penyediaan cadangan minimal, kurang efektif dan efesien operasional bank, resiko biaya administrasi dan transaksi bank. Faktor dari makro ekonomi seperti: inflasi yang mengakibatkan penyusutan dari nilai uang, resiko depresiasi atau apresiasi mata uang, resiko keadaan masalah ekonomi negara. Tinggi rendah suku bunga pinjaman di pengaruhi oleh beberapa faktor. Kasmir (2003) mengemukakan faktor penentu tinggi rendah suku bunga pinjaman, menurutnya hal itu dipengaruhi oleh: total biaya, laba yang di inginkan, cadangan resiko kredit macet, biaya operasi dan pajak. a) Total biaya, merupakan biaya bank untuk memperoleh simpanan dan ditambah cadangan wajib yang ditetapkan oleh pemerintah. Bunga dari produk simpanan memiliki pengaruh terhadap total biaya, semakin besar dan tinggi bunga yang di berikan ke pemilik simpanan maka semakin tinggi biaya dananya. b) Laba yang diinginkan, merupakan keuntungan yang ingin diperoleh bank dan biasanya dalam presentase tertentu. Penetuan besarnya laba juga sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sektor sektor yang dibiayai. c) Cadangan resiko kredit macet, merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang diberikan, karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko yang tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak sengaja. d) Biaya operasi, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya biaya lainnya. e) Pajak, pajak yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. Teori penentu spread suku bunga secara langsung memang tidak banyak ditemukan penulis dalam buku teks, akan tetapi banyak ditemukan teori teori penentu spread suku bunga dalam jurnal jurnal online, akan tetapi dalam jurnal itu biasanya tidak begitu rinci. Salah satu teori penentu spread suku bunga adalah teori atau model spread suku bunga yang dikembangkan oleh Ho dan Saunders (dalam Khawaja dan Din, 2007), model ini memprediksi bahwa spread suku bunga ditentukan oleh struktur pasar sektor perbankan, variabel makro ekonomi, biaya operasional, peraturan biaya dan resiko kredit. Penelitian yang dilakukan penulis dalam memprediksi spread suku bunga di Indonesia mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ho dan Saunders (1981) dan juga teori suku bunga Judisseno. Mengacu pada model Ho dan Saunder (1981) (dalam Khawaja dan Din, 2007), maka variabel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah biaya operasional, inflasi sebagai variabel makro ekonomi, pinjaman bermasalah dan CAR sebagai resiko kredit, dan penambahan penulis pendapatan non bunga sebagai variabel tambahan penentu spread suku bunga. Mengacu pada teori penentu suku bunga yang kemudian menentukan spread suku bunga menurut Judisseno (2005), bahwa suku bunga dipengaruhi faktor dari bank, nasabah dan faktor makro ekonomi. Dalam penelitian ini variabel faktor dari bank adalah biaya operasional, CAR, dan pendapatan non bunga., LDR, sedangkan variabel yang digunakan untuk faktor dari nasabah adalah pinjaman bermasalah, sedangkan inflasi sebagai variabel dari makro ekonomi serta penambahan variabel BI rate sebagai kebijakan dari pemerintah. Sehingga variabel variabel yang digunakaan dalam memprediksi penentu spread suku bunga di Indonesia dalam penelitian ini adalah , biaya operasional, CAR, inflasi, pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah, suku bunga deposito dan LDR.
5
Hubungan Biaya Operasional Terhadap Spread Suku Bunga Biaya operasional bank merupakan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional bank. Biaya operasional selain bunga adalah beban penghapusan aktiva produktif, beban estimasi kerugian komitmen, beban administrasi dan umum, beban personalia, beban penurunan sekuritas, beban kerugian transaksi valuta asing dan lain sebagainya. Biaya operasional diduga dapat mempengaruhi spread suku bunga, tingginya biaya operasional menunjukkan ketidakefesienan bank dalam mengelola biaya operasional. Bank merupakan lembaga yang salah satu tujuannya mencari keuntungan atau profit. Menurut Navneet (2009), bank akan melebarkan spread suku bunga apabila tingginya biaya operasional. Biaya operasional kemungkinan berpengaruh terhadap spread suku bunga, pengaruhnya positif, apabila semakin tinggi biaya operasional maka semakin tinggi spread suku bunga, dan sebaliknya semakin rendah biaya operasional semakin rendah pula spread suku bunga. Ketika biaya operasional meningkat bank yang mengejar profit atau keuntungan maka harus meningkatkan pula pendapatannya untuk mengcover dari kenaikan biaya operasional tersebut, salah satu cara bank menambah pendapatannya dengan menambah tingkat suku bunga pinjaman atau kredit dan menurunkan suku bunga simpanan sehingga akhirnya menaikkan spread suku bunga. Were dan Mambua (2013), berpendapat sehubungan dengan biaya operasional dan risiko kredit, peningkatan biaya intermediasi keuangan menyebabkan naiknya suku bunga kredit karena bank-bank berusaha untuk menutup biaya Ini termasuk biaya yang dikeluarkan dalam menilai profil risiko debitur, pemantauan dari berbagai proyek pinjaman yang telah maju yang menjangkau banyak orang dan wilayah geografis melalui perluasan jaringan cabang. Biaya operasional diharapkan memiliki pengaruh positif pada spread suku bunga. Biaya operasi yang tinggi mungkin termasuk biaya akibat inefisiensi menyebabkan spread lebih tinggi dan karenanya variabel ini umumnya digunakan sebagai indikator inefisiensi operasional. Ketika biaya operasional lebih tinggi maka intermediasi keuangan akan menaikkan suku bunga pinjaman dan menurunkan suku bunga simpanan. Hubungan Capital Adequacy Ratio Terhadap Spread Suku Bunga Modal yang ada dalam lembaga usaha mempunyai fungsi untuk melakukan kegiatan produksi yang menghasilkan pendapatan, jumlah modal yang dimiliki bank mencerminkan kemampuan menutup resiko kerugian bank menjadi suatu persyaratan yang penting, peningkatan modal wajib dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan bank. Dalam peraturan bank, bank wajib memiliki penyedian modal minimum paling minim 8%. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal bank diantaranya keuntungan atau laba yang diperoleh bank yang dapat meningkatkan modal bank, kerugian bank yang dapat mengurangi jumlah modal. Pengukuran modal dalam menilai kesehatan bank menurut keputusan bank Indonesia 29 mei 1993, diukur menggunakan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (Sudirman, 2000:116). Penilaian pemenuhan modal minimum, yang dihitung menggunakan capital adequacy ratio menurut keputusan bank Indonesia tanggal 29 mei 1993 (Dalam Sudirman, 2000:117), bank dikatakan memiliki kesehatan modal apabila nilai CAR 8% atau lebih, nilai CAR 6,5-7,9% menandakan kondisi permodalan bank kurang sehat sedangkan nilai 0,0-6.4% menunjukkan kondisi permodalan yang tidak sehat. Sudirman ( 2000), Modal dari bank merupakan sebagian dari faktor faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung resiko kerugian bank yang bisa berasal dari resiko kredit, resiko fluktuasi harga surat berharga, resiko perubahan tingkat bunga dan resiko nilai tukar. kegunaan penyediaan modal minimum menurut Sudirman (2000), adalah sebagai dasar pengembangan usaha bank yang sehat sehingga dapat menampung resiko kerugian, untuk menyesuaikan rencana ekspansi dalam batas batas yang ditampung oleh permodelan bank dan sebagai pemantauan terhadap kondisi permodalan bank yang sehat. Capital adequacy ratio diduga berpengaruh terhadap spread suku bunga. Pengaruh dari capital adequacy ratio ini diduga negatif terhadap spread suku bunga. Peningkatan variabel CAR akan menurunkan spread suku bunga. Penurunan spread suku bunga bisa melalui penurunan suku bunga kredit atau pinjaman dan juga peningkatan suku bunga simpanan. Menurut Kasmir (2003), suku bunga kredit atau pinjaman di pengaruhi oleh beberapa variabel salah satunya cadangan
6
resiko kredit macet, sehingga suku bunga kredit dapat ditekan atau diturunkan apabila cadangan resiko kredit yang dibebankan berkurang. Peningkatan modal (CAR) menurut Sudirman (2000) dapat digunakan untuk menampung kerugian bank yang berasal dari resiko kredit, sehingga ketika peningkatan CAR akan meningkatkan kemampuan bank dan menampung resiko kredit yang sebelumnya di bebankan ke tingkat suku bunga kredit sebagian dialihkan ke modal, yang kemudian menurunkan suku bunga kredit yang dapat berakibat pada penurunan spread suku bunga. Hubungan Inflasi Terhadap Spread Suku Bunga Inflasi dapat mempengaruhi spread suku bunga, penelitian yang dilakukan (Navnet 2009) (Beck & Hesse, 2006), (Eita 2012) dan (Hossain 2012), (Crowley 2007) penelitian mereka menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap spread suku bunga yang artinya peningkatan inflasi akan berpengaruh pada peningkatan spread suku bunga. Hal ini beralasan pada ketika tingkat inflasi tinggi akan menyebabkan meningkatnya premi resiko bank dan juga karena biaya dana bagi bank umum meningkat sehingga diteruskan kepada konsumen dengan cara meninggikan suku bunga pinjaman atau kredit dan menurunkan suku bunga simpanan sehingga spread suku bunga menjadi lebih tinggi. Hubungan Pendapatan Non Bunga Terhadap Spread Suku Bunga Pendapatan non bunga menurut Hossain (2012), dapat mempengaruhi spread suku bunga bisa secara positif maupun negatif tergantung keadaan perekonomian. Pendapatan non bunga berhubungan negatif dengan spread suku bunga, mengacu pada teori Mujeri dan Younus (2009), peningkatan pendapatan non bunga akan menurunkan spread suku bunga, sebaliknya penurunan pendapatan non bunga akan meningkatkan spread suku bunga. Hal ini disebabkan bank yang pada dasarnya memiliki tujuan memperoleh keuntungan sesuai dengan yang ditargetkan apabila pendapatan non bunga tinggi atau meningkat, bank tidak akan mengambil keuntungan yang besar dari spread suku bunga dan berakibat menurunnya spread suku bunga. Hal sebaliknya, apabila pendapatan non bunga bank rendah maka apabila bank mengincar keuntungan yang ditargetkan bank dapat menaikkan bunga pinjaman atau kredit dan menurunkan suku bunga simpanan demi mencapai target laba yang diinginkan sehingga meningkatkan spread suku bunga. Hubungan pendapatan non bunga terhadap spread suku bunga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Mujeri dan Younus (2009). Pendapatan non bunga dapat berpengaruh terhadap spread suku bunga. Ada perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mujeri Dan Younus, 2009) dengan yang dilakukan (Hossain, 2012). Hasil penelitian Yang dilakukan Mujeri dan Younus menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan non bunga dengan spread suku bunga, apabila terjadi peningkatan pendapatan non bunga akan menurunkan spread suku bunga. Hal ini didasari bahwa pada dasarnya bank juga membutuhkan profit atau keuntungan sehingga apabila pendapatan non bunga tinggi, mereka tidak akan mengambil keuntungan yang banyak dari spread suku bunga, dan apabila rendahnya pendapatan non bunga, sehingga bank akan mengandalkan pendapatan yang bersumber dari selisih suku bunga pinjaman dengan suku bunga simpanan. Sehingga mereka menurunkan bunga simpanan dan meningkatkan bunga pinjaman sehingga terjadi peningkatan spread suku bunga. Sedangkan hasil penelitian Hossain menunjukkan hubungan positif pendapatan non bunga terhadap spread suku bunga. Hubungan Pinjaman Bermasalah Terhadap Spread Suku Bunga Teori Baraja (1999) Efek dari kualitas pinjaman dalam hal ini pinjaman yang tidak berjalan dengan lancar (non performing loans) berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Pinjaman yang tidak berjalan dengan lancar dapat menggakibatkan manager bank menambah biaya operasional untuk menghadapi resiko dari adanya pinjaman tidak lancar tersebut. Hubungan pinjaman tidak lancar (non performing loans) terhadap biaya operasional dijelaskan oleh teori Berger 1997 (dalam Baraja, 1999), teorinya berbicara bahwa ditemukan hubungan positif antara biaya operasional bank dengan presentase pinjaman yang bermasalah (NPL), ketika terjadi peningkatan pinjaman bermasalah (berdampak penurunan) akan membawa peningkatan biaya operasional (berdampak penurunan), bank harus memonitoring secara intensif dan menjalankan penambahan biaya atau beban akibat dari pinjaman bermasalah tersebut. Menghadapi kenaikan
7
resiko dari adanya pinjaman tidak lancar dan kenaikan biaya operasional, bank kemungkinan akan berusaha untuk meningkatkan pendapatan mereka. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya, akan tetapi cara yang paling mudah dan banyak diambil oleh bank untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan menurunkan suku bunga simpanan serta meningkatkan suku bunga kredit atau pinjaman, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan spread suku bunga. Sedangkan teori Were dan Mambua (2013), sehubungan dengan biaya operasional dan risiko kredit, peningkatan biaya intermediasi keuangan menyebabkan naiknya suku bunga kredit karena bank-bank berusaha untuk menutup biaya ini termasuk biaya yang dikeluarkan dalam menilai profil risiko debitur, pemantauan dari berbagai proyek pinjaman yang telah maju dan menjangkau banyak orang dan wilayah geografis mungkin melalui perluasan jaringan cabang. Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Spread Suku Bunga Menurut Manurung (2004), Tabungan dan deposito merupakan sumber dana terbesar bagi perbankan dengan porsi dari keseluruhan sumber dana merupakan bisa mencapai 80%. Karena jangka waktu deposito sudah ditentukan, maka banka akan lebih mudah untuk memprediksi penggunaan deposito dengan tujuan menghasilkan keuntungan bagi bank, dengan digunakan sebagai sarana pemasaran dalam memperkenalkan dan menjual produk produk bank lain seperti kredit dan lain sebagainya. Bank banyak mengumpulkan dana yang berasal dari deposito berjangka. Dalam model alokasi aset deposito berjangka merupakan sumber dana yang optimal untuk disalurkan ke kredit karena cenderung tidak fluktuatif dibandingkan tabungan dan giro. Sehingga perubahan tingkat bunga deposito di duga dapat mempengaruhi perubahan spread suku bunga, pengaruh tersebut dapat secara positif maupun negatif tergantung dengan kondisi bank dan perekonomian. Karena sumber dana dari kredit sebagian besar berasal dari deposito, ketika terjadi kenaikan bunga deposito maka beban yang harus dibayar bank bertambah dan bank memindahkan beban tersebut ke bunga kredit dengan kenaikan lebih tinggi dibandingkan kenaikan suku bunga deposito sehingga akan meningkatkan spread suku bunga. Hubungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Spread Suku Bunga Rasio Loan to deposit merupakan rasio untuk mengukur kredit terhadap total dana pihak ketiga, dan juga merupakan salah satu pengukur dari resiko likuiditas. Rasio likuiditas merupakan resiko yang timbul karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendek pada masyarakat saat dibutuhkan. Likuiditas penting bagi bank, jika likuiditas dapat dipenuhi maka bank mampu memenuhi kewajiban jangka pendek pada setiap nasabah, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang mampu menjamin dana masyarakat yang dititipkan ke bank, dan sebaliknya apabila kebutuhan likuiditas tidak terpenuhi maka menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap bank dan dapat mengambil dana mereka yang tersimpan dibank sehingga dapat merugikan bank tersebut (Latumaerissa, 2011). Angka standar rasio LDR yang disepakati menurut Manurung dan Rahardja (2004), adalah 85%-110%. Nilai LDR yang rendah dari 85%, mengakibatkan bank dinilai memiliki dana yang menganggur yang besar, sedangkan jika nilai LDR lebih besar dari 110% maka resiko likuiditas yang dihadapi sangat besar. Rasio LDR di duga dapat berpengaruh terhadap spread suku bunga, LDR dapat berpengaruh negatif maupun positif terhadap spread suku bunga. Pengaruh negatif LDR, ketika penurunan LDR akan meningkatkan spread suku bunga, hal dikarenakan rasio LDR menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit dari sumber dana mereka. Jika terjadi penurunan rasio LDR, bank akan memelihara alat likuit yang besar dan dapat menimbulkan tekanan terhadap pendapat bank, berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur, sehingga bank menyalurkan peningkatan biaya tersebut kepada peminjam dana dengan meningkatkan tingkat suku bunga kredit yang berakibat pada peningkatan spread suku bunga. C. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data bank umum di Indonesia, dengan menggunakan data time series, dalam hal ini bulanan, menggunakan data yang ada pada bank umum periode januari
8
2008-Februari 2012. Dalam penelitian ini menggunakan populasi bank umum dan tidak menggunakan sampel, sehingga tidak perlu menggunakan teknik penentuan sampel. Data yang digunakan peneliti mulai januari 2008-february 2012 sehingga menjadi 50 pengamatan, pemilihan januari 2008 karena data lengkap baru tersedia pada januari 2008. Data sampai akhir february 2012 dipilih karena terjadi perubahan struktur data pada statistik perbankan indonesia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari website bank Indonesia dan statistik perbankan Indonesia. Statistik perbankan Indonesia sendiri didapatkan melalui download dalam data yang ada di website bank Indonesia. Untuk variabel inflasi dan BI rate bersumber dari website bank Indonesia dan tidak ada dalam statistik perbankan Indonesia. Sedangkan data variabel spread suku bunga, biaya operasional, CAR, pendapatan non bunga, pinjaman bermasala, suku bunga deposito dan LDR bersumber pada statistik perbankan Indonesia. Teknik pengumpulan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi menurut Hasan (2002) teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukkan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang bisa digunakan berupa publikasi statistik perbankan indonesia. Teknik dokumentasi sendiri dilakukan karena berbagai alasan sebagai berikut: pilihan alternatif untuk subyek penelitian yang tidak bisa dijangkau, pilihan terbaik untuk penelitian yang menggunakan data masa lalu, serta besarnya sampel Metode Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif sendiri merupakan penelitian yang menekankan pada data data berupa angka yang diolah dengan metode statistika pada analisisnya. Metode statistika yang digunakan dalam penelitian in adalah analisis resgresi linear berganda.Penggunaan metode analisis regresi berganda dilakukan karena penelitian ini menggunakan variabel multivariat dengan satu variabel terikat yang bersifat matrik. Metode analisis ini ber-guna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regre-si linier berganda pada penelitian ini adalah + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + β8 X8 + £ Keterangan : Y = spread suku bunga ( tingkat suku bunga) a = intercept (konstanta). Β2 – β8 = koefesien regresi untuk X2 - X8 X2 = biaya operasional (rasio), (biaya operasional : pendapatan operasional).(%) (BO) X3 = capital adequacy rasio (modal : aktiva tertimbang menurut resiko) (%) (CAR) X4 = inflasi (tingkat inflasi) (%) (INF) X5 = pendapatan non bunga (pendapatan non bunga : pendapatan bunga) (%) (PNB) X6 = pinjaman bermasalah (pinjaman bermasalah : total pinjaman) (%) (NPL) X7 = deposito (rata rata tingkat bunga deposito) (%) (SDEP) X8 = loan to deposit ratio (kredit : dpk) (%) (LDR) £ = nilai residual D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Stabilitas Keuangan Indonesia Indonesia merupakan negara berkembang yang terletak dikawasan Asia Tenggara dengan jumlah penduduk 246,9 juta serta gdp sebesar 878 miliar pada tahun 2012. Kondisi keuangan Indonesia pada semester 1 2013, menunjukkan terjadi peningkatan tekanan di pasar keuangan, namun pengaruh tekanan tersebut terbatas karena stabilitas institusi keuangan masih terjaga dan cukup baik. Arah perkembangan atau tekanan terhadap sektor keuangan di picu oleh ekspektasi kebijakan tapering dari Federal Reserve Bank (FRB) AS, yang ditunjukkan oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang terus melemah. Tekanan pada sistem keuangan juga disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pasar obligasi (yield obligasi) dan pasar saham (IHSG) serta peningkatan risiko likuiditas pasar (PUAB). Pengaruh dari kebijakan tapering sehingga
9
menimbulkan tekanan pada stabilitas keuangan, kebijakan tapering dinilai sebagai upaya Amerika Serikat untuk mengurangi stimulus ekonomi yang bertujuan memulihkan perekonomiannya, dengan melakukan pembelian obligasi pemerintah Amerika Serikat, akibatnya investor menganggap bahwa perekonomian Amerika Serikat sudah membaik sehingga mereka kembali memburu mata uang dan fortofolio dalam nilai dollar AS dan menarik portofolio di emerging market termasuk di Indonesia. Akibat dari penarikan portofolio di emerging market berdampak pada peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah, indeks pasar saham dan yield obligasi pemerintah sehingga berdampak pada pasar keuangan mengalami tekanan bagi Indonesia. Tekanan bagi keuangan Indonesia selain oleh isu kebijakan tapering, juga disebabkan oleh defisitnya neraca transaksi berjalan akibat berkurangnya ekspor dan masih tingginya impor, peningkatan inflasi akibat gejolak kenaikan harga bahan pangan, dan ekspektasi perlambatan ekonomi Indonesia menurunkan kepercayaan investor asing pada perekonomian Indonesia. Pangsa dalam sistem keuangan Indonesia, perbankan masih mendominasi dengan pangsa 77,9% dari keuangan Indonesia, akan tetapi dominasi perbankan tersebut mengalami penurunan pada periode sebelumnya periode semester II 2012, perbankan mendominasi sebesar 77,9% dari keuangan Indonesia, penurunan pangsa perbankan ini disebabkan oleh peningkatan aset lembaga non bank seperti asuransi, perusahaan pembiayaan karena meningkatnya peningkatan permintaan masyarakat terhadap kredit kepemilikan kendaraan, perusahaan modal ventura dan pegadaian. Komposisi aset dari keuangan Indonesia akan ditunjukkan dalam gambar komposisi aset keuangan Indonesia pada semester I 2013. Gambar 2: Komposisi Aset Keuangan Indonesia
Sumber: Kajian Stabilitas Keuangan September 2013.
Dari gambar tersebut menujukkan sektor keuangan di Indonesia di dominasi oleh sektor perbankan, asuransi dan perusahaan pembiayaan. Dimana gabungan dari ketiga sektor tersebut mendominasi 95,5% dari sektor keuangan Indonesia, dimana perbankan dengan 77,9% dari sektor keuangan Indonesia, kemudian asuransi dengan presentase 10,8% dan perusahaan pembiayaan dengan presentase 6,8%. Komposisi sisa dari sektor keuangan Indonesia 4,5% merupakan sektor BPR dengan konstribusi 1,3%, pegadaian dengan 0,6%, dana pensiun, perusahaan modal ventura dan perusahaan penjamin masing masing memiliki kontribusi ke sektor keuangan sebesar 0,1%. Setelah mengetahui konstribusi sektor sektor terhadap sektor keuangan, selanjutnya akan ditunjukkan dalam gambar jumlah lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Gambaran Umum Kinerja Perbankan Indonesia Seperti dijelaskan diatas bahwa bank di Indonesia memiliki kontribusi terbesar dalam sektor keuangan Indonesia, sehingga stabilitas sistem perbankan menjadi sangat penting bagi penilaian sistem keuangan di Indonesia. Data pada bank Indonesia bulan november tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah bank di Indonesia sebanyak 120 bank umum dan 167 bank pengkreditan rakyat. Dari jumlah 120 bank umum tersebut terdapat jumlah 18303 kantor cabang, sedangkan dari 167 bank perkreditan rakyat terdiri dari 4669 kantor, bila dihubungkan dengan data bulan sebelumnya jumlah kantor bank umum maupun bank perkreditan rakyat mengalami kenaikan. Bank umum sendiri terdiri dari bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank asing dan bank campuran. Peningkatan kinerja perbankan Indonesia ditunjukkan dengan peningkatan penyaluran dana, sumber dana dan total aset bank umum dari waktu ke waktu, data pada statitik perbankan Indonesia menunjukkan bahwa penyaluran dana, sumber dana, total asset bank dari bulan november 2012 sampai november 2013 terus mengalami kenaikan atau pertumbuhan.
10
Pertumbuhan juga terjadi pada kredit yang disalurkan oleh bank seperti ditunjukkan pada gambar kredit bank. Gambar 3: Pertumbuhan Kredit Bank
Sumber: Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia Edisi November 2013
Data ditas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kredit pada semester I 2013 baik dari kredit dalam bentuk rupiah maupun valas serta secara total, akan tetapi pertumbuhan tersebut lebih lambat dari periode periode sebelumnya. Pertumbuhan kredit dalam bentuk rupiah lebih rendah dari pada periode periode sebelumnya, sedangkan pertumbuhan kredit dalam bentuk valas lebih tinggi daripada periode sebelumnya dan lebih rendah bila dibandingkan 2 periode sebelumnya, secara total pertumbuhan kredit pada semester I 2013 lebih rendah daripada periode periode sebelumnya. Penurunan pertumbuhan kredit ini diduga disebabkan karena adanya krisis global dan tidak ada kepastian dalam penyelesaiannya sehingga berdampak pada menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas ekspor serta perlambatan perekonomian nasional. Peningkatan kredit juga terjadi pada kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi, serta penyaluran kredit ke semua sektor produktif mengalami peningkatan. Gambaran umum Spread suku Bunga Indonesia Spread suku bunga di indonesia masih terlalu tinggi bila dibandingkan dengan spread suku bunga negara negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Data perbandingan spread suku bunga akan ditampilkan dalam gambar 4 Gambar 4: Perbandingan Spread Suku Bunga Indonesia dengan Negara Tetangga. 8 7 6 5 4 3 2 1 2004
2005
2006 B RUNE I M Y A NM A R THA ILA ND
2007
2008
2009
INDONE S IA P HILIP INA V IE TNA M
2010
2011
2012
M A LA Y S IA S INGA P URA
Sumber: World Bank, Data diolah.
Data diatas menunjukkan bahwa umumnya spread suku bunga Indonesia lebih tinggi daripada negara negara tetangga, mulai pada tahun 2004 hingga tahun 2012, hanya pada tahun 2009 saja spread suku bunga negara tetangga lebih tinggi dari spread suku bunga Indonesia yakni negara Philipina, akan tetapi pada tahun 2010-2012 spread suku bunga Philipina mengalami penurunan yang tajam, spread suku bunga Philipina pada tahun 2012 hanya sebesar 2,5% sedangkan Indonesia di tahun yang sama spread suku bunga sebesar 5,8%. Spread suku bunga indonesia lebih tinggi dibandingkan negara negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Tingginya spread suku bunga menunjukkan bahwa kinerja perbankan Indonesia kurang efesien dibandingkan dengan negara negara tersebut.
11
Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan salah satu persyaratan memenuhi asumsi klasik. Mahardika(2013) menyebutkan untuk pengujian autokorelasi dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak ada autokorelasi dalam model Ha = ada autokorelasi dalam model Jika hasil pengujian menunjukan bahwa p-value Obs*R-square < alpha, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Nilai p-value Obs*R-square adalah 0,1589, sedangkan nilai alpha sebesar 5% atau 0,05 sehingga p-value Obs*R-square > alpha (0,1589 > 0,05). Hasil pengujian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya pada tingkat kepercayaan 95% tidak ada masalah autokorelasi dalam model penelitian ini atau tidak ada korelasi di antara anggota atau variabel yang diurutkan menurut ruang atau waktu. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas merupakan salah satu persyaratan memenuhi asumsi klasik. Mahardika (2013) menyebutkan untuk pengujian heteroskedastisitas dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak ada heteroskedastisitas dalam model Ha = ada heteroskedastisitas dalam model Jika hasil pengujian menunjukan bahwa p-value Obs*R-square < alpha, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Nilai p-value Obs*R-square adalah 0,4391, sedangkan nilai alpha yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,05 sehingga p-value Obs*R-square > alpha (0,4391> 0,05). Hasil pengujian tersebut menyimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya pada tingkat kepercayaan 95% tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model penelitian ini atau semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi memiliki varians yang sama. Hasil Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas merupakan salah satu persyaratan memenuhi asumsi klasik. Menurut Muhadi (2014) “jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,9 maka terjadi multikolinearitas”. Semua nilai korelasi masing-maing variabel bebas kurang dari 0,9 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas atau tidak ada hubungan linear yang sempurna diantara semua variabel dalam persamaan regresi berganda pada penelitian ini. Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas merupakan salah satu persyaratan dari uji asumsi klasik. Mahardika (2013) menyebutkan untuk melakukan pengujian normalitas dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = error term terdistribusi normal Ha = error term tidak terdistribusi normal Jika hasil pengujian menunjukan bahwa p-value (probability) < alpha, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Nilai p-value (probability) adalah 0,3647, sedangkan nilai alpha sebesar 0,05 sehingga pvalue (probability) > alpha (0.3647 > 0,05). Hasil pengujian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya pada tingkat kepercayaan 95% error term model penelitian ini terdistribusi normal. Analisis Hasil Uji Regresi Berganda Analisis regresi berganda ini terdapat 5 uji yang dilakukan. Kelimat uji tersebut adalah uji simultan (Uji F), uji koefisien determinasi (Uji R2), dan uji Parsial (Uji t), uji koefisen dominan. Uji Simultan (Uji F) Nilai prob(F-statistic) pada penelitian ini adalah 0,000000 atau lebih kecil dari nilai alpha (0,05 > 0,000000) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya pada tingkat kepercayaan sebesar 95%, yang artinya biaya operasional, CAR, inflasi, pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah, suku bunga deposito dan LDR secara bersama sama berpengaruh terhadap spread suku bunga di Indonesia.
12
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Nilai R2 pada penelitian ini sebesar 0,805027. Nilai tersebut mengartikan bahwa proporsi variabel bebas yaitu dalam menjelaskan spread suku bunga di Indonesia sebesar 80,5%. Sedangkan sisanya sebesar 19,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model penelitian. Uji Parsial (Uji t) Uji parsial merupakan uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji parsial dapat dilakukan dengan melihat nilai prob dan nilai t statistik variabel independen. Variabel dikatakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai prob > alpha yang digunakan dan nilai t statistik > nilai t tabel. Tabel 2: Hasil Regresi Variabel C BO CAR INF PNB NPL SDEP LDR R squared F staitistik 24.77352
Koefisien 13.17943 -0.008651 -0.085877 -0.013554 0.006684 0.294986 -0.206888 -0.041011 0.805027 Probabilitas 0.000000
T Staitistik 8.093493 -2.164123 -2.870049 -1.810447 2.240001 3.559150 -8.070360 -3.005706
Prob 0.0000 0.0362 0.0064 0.0774 0.0304 0.0009 0.0000 0.0045
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Signifikan
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 2, maka model regresi linier berganda pada penelitian ini ada-lah: SPR= 13,17943 - 0,008651 BO - 0,085877 CAR - 0,013554 INF + 0,006684 PNB + 0,294986 NPL - 0,206888 SDEP - 0,041011 LDR + € Hasil tersebut mengartikan: 1. Nilai 13,17943., menunjukkan bahwa nilai spread suku bunga (SPR) , ketika tidak ada variabel seperti biaya operasional (BO), CAR (CAR), inflasi (INF), pendapatan non bunga (PNB), pinjaman bermasalah (NPL), suku bunga deposito (SDEP) dan LDR (LDR). 2. Nilai – 0,008651 BO, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan biaya operasional bopo (BO) akan menurunkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,008651 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap. 3. Nilai – 0,085877 CAR , menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel CAR akan menurunkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,085877 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap. 4. Nilai – 0,013554 INF, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel Inflasi (INF) akan menurunkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,013554 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap. 5. Nilai + 0,006684 PNB, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel pendapatan non bunga (PNB) akan meningkatkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,006684 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap. 6. Nilai + 0,294986 NPL, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel pinjaman bermasalah (NPL) akan meningkatkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,294986 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap. 7. Nilai – 0,206888 SDEP, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel suku bunga deposito (SDEP) akan menurunkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,206888 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap.
13
8.
Nilai – 0,041011 LDR, menunjukkan bahwa setiap peningkatan satuan variabel LDR (LDR) akan menurunkan variabel spread suku bunga (SPR) sebesar 0,041011 dengan asumsi varibel lain dianggap tetap.
Uji Koefisien Dominan dalam Regresi Untuk mengetahui variabel independen yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel dependen adalh dengan melihat nilai standarized coeffecient pada hasil regresi, nilai yang paling besar menunjukkan variabel yang paling dominan. Nilai standarized coefficient menggunakan SPSS 15 ditampilkan dalam tabel 4.11 Regresi linear berganda menggunakan SPSS Tabel 3: Regresi linear Berganda Menggunakan SPSS Coefficients(a)
Model 1
(Constant) bo car inf pnb npl sdep ldr sumber:data diolah
Unstandardized Coefficients B Std. Error 13,179 1,628 -,009 ,004 -,086 ,030 -,014 ,007 ,007 ,003 ,295 ,083 -,207 ,026 -,041 ,014
Standardized Coefficients Beta -,165 -,335 -,137 ,191 ,554 -,930 -,460
t B 8,093 -2,164 -2,870 -1,810 2,240 3,559 -8,070 -3,006
Sig. Std. Error ,000 ,036 ,006 ,077 ,030 ,001 ,000 ,004
Berdasarkan tabel diatas dengan melihat nilai standarized coefficient beta menunjukkan bahwa variabel suku bunga deposito merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi penurunan spread suku bunga karena diantara variabel yang berpengaruh negatif terhadap spread suku bunga, nilai standarized coefficient variabel suku bunga deposito merupakan yang paling tinggi. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi peningkatan spread suku bunga adalah variabel pinjaman bermasalah (NPL), karena nilai standarized coefficien beta variabel NPL paling tinggi diantara variabel yang berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Spread Suku Bunga Hasil penelitian yang dilakukan penulis menujukkan bahwa biaya operasional berpengaruh signifikan dan negatif terhadap spread suku bunga. Hasil ini berbeda dengan hipotesis dan teori yang digunakan. Hipotesis awal yang digunakan adalah biaya operasional berpengaruh positif terhadap spread suku bunga, namun hasil penelitian justru menunjukkan bahwa peningkatan biaya operasional justru menurunkan spread suku bunga Indonesia. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Navnet (2009), hasil penelitian Navnet menunjukkan bahwa biaya operasional berpengaruh positif terhadap spread suku bunga Mauritius. Penurunan spread suku bunga dapat menunjukkan peningkatan efesien suatu bank. Peningkatan biaya operasional juga dapat meliputi peningkatan biaya kompensasi (gaji, upah, bonus dan komisi) dan juga biaya pelatihan kemampuan karyawan bank. Biaya Kompensasi menurut Hariandja, 2010 (dalam Man, Sunuharyo dan Utami, 2013) dapat berfungsi sebagai alat penarik dalam meningkatkan kinerja karyawan, sehingga peningkatan kompensasi meliputi kenaikan gaji dan juga bonus mendorong kinerja karyawan bank untuk lebih efesien dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Pelatihan juga dapat meningkatan kinerja karyawan menurut Heidrachman dan Suad, 2001 (dalam Wulandari, 2012), pelatihan dapat berguna untuk membantu memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya bagi karyawan serta meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan organisasi dalam mencapai tujuannya. Peningkatan kompensasi dan pelatihan mendorong kinerja karyawan bank lebih efektif dan efesien sehingga mampu menghimpun dan menyalurkan dana secara efektif
14
dan efesien sehingga dapat menurunkan spread suku bunga, perlu diketahui bahwa tingginya spread suku bunga menunjukkan kurang efesiennya suatu bank. Gambar 5: Data Biaya Lain Lain Biaya Lain lain (Miliaran Rupiah) 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 2008
2009
2010
2011
Sumber:Statistik perbankan Indonesia, data diolah. Berdasarkan gambar biaya lain lain menunjukkan bahwa terjadi peningkatan biaya lain lain dari waktu ke waktu, peningkatan biaya lain lain kemungkinan juga terdapat peningkatan biaya kompensasi dan pelatihan bagi karyawan bank. Pengaruh CAR Terhadap Spread Suku Bunga CAR merupakan rasio yang digunakan untuk menukur kemampuan permodalan bank dalam menghadapi berbagai resiko yang mungkin dihadapi bank. Hasil penelitian penulis menujukkan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif terhadap spread suku bunga Indonesia. Hasil ini sejalan dengan hipotesis yang digunakan dimana CAR diduga berepengaruh negatif terhadap spread suku bunga. Peningkatan car akan menurunkan spread suku bunga Indonesia. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Mujeri dan Younus (2009), hasil penelitiannya menunjukkan variabel CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap spread suku bunga di Bangladesh dan juga penelitian oleh Hossain (2012) yang juga menunjukkan pengaruh LDR secara negatif terhadap spread suku bunga Bangladesh. Akinlo dan Owayemi (2013) juga menujukkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap spread suku bunga Nigeria. Menurut Sudirman (2000), adanya modal adalah sebagai dasar pengembangan usaha bank yang sehat sehingga dapat menampung resiko kerugian, untuk menyesuaikan rencana ekspansi dalam batas batas yang ditampung oleh permodelan bank dan sebagai pemantauan terhadap kondisi permodalan bank yang sehat. Peningkatakan CAR dapat menurunkan spread suku bunga disebabkan sebelum terjadinya peningkatan modal, bank dalam menyalurkan kredit akan menambahkan seluruh resiko kredit yang dihadapi kepada peminjam dana melalui tingginya suku bunga kredit, ketika permodalan bank meningkat bank akan mengurangi resiko kredit yang diberikan terhadap peminjam karena sebagian antisipasi resiko kredit dialihkan ke modal, sehingga suku bunga kredit pun turun dan pada akhirnya akan menurunkan spread suku bunga. Peningkatan capital adequacy ratio akan menyebabkan biaya dana akan menurun karena salah satu komponen bunga kredit adalah antisipasi/premi resiko sehingga ketika peningkatan car sebagian premi resiko akan dialihkan ke CAR sehingga suku bunga kredit turun dan mengakibatkan penurunan spread suku bunga. Tidak Berpengaruhnya Inflasi Terhadap Spread Suku Bunga Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap spread suku bunga. Hasil ini tentu berbeda dengan hipotesis yang digunakan dimana varaibel Inflasi diduga berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Khawaja dan Din (2007), dimana hasil penelitiannya menunjukkan variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap spread suku bunga di Pakistan. Hasil penelitian Navnet (2009), juga menujukkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap spread suku bunga Bangladesh. Tidak ada pengaruh anatara Inflasi dengan spread suku bunga sesuai dengan teori dan penelitian Cukierman dan Herkowitch, 1990 (dalam Ngugi,2001), mereka menemukan dan berpendapat bahwa ketika jumlah perbankan terbatas kenaikan Inflasi akan menyebabkan peningkatan spread
15
suku bunga, akan tetapi bila banyak jumlah perbankan (persaingan kompetitif) tidak ditemukan hubungan Inflasi terhadap spread suku bung, hal ini dikarenakan peningkatan spread suku bunga cenderung ke arah peningkatan biaya intermediasi karena peningkatan jumlah bank. Jumlah bank di Indonesia banyak serta persaingannya kompetitif sehiingga ketika peningkatan inflasi bank akan memilih menurunkan margin daripada menyesuaikan suku bunga, sehingga Inflasi tidak berpengaruh terhadap spread suku bunga Indonesia. Pengaruh Pendapatan Non Bunga Terhadap Spread Suku Bunga Pengaruh positif pendapatan non bunga terhadap terhadap spread suku bunga menunjukkan setiap peningkatan rasio pendapatan non bunga akan meningkatkan spread suku bunga. Peningkatan rasio pendapatan non bunga secara tidak langsung mengindikasikan bahwa proporsi pendapatan bunga menurun. Bank yang tidak ingin kemampuan pendapatan bunganya menurun berusaha untuk meningkatkan pendapatan bunga dengan menurunkan suku bunga simpanan dan meningkatkan suku bunga pinjaman, sehingga pendapatan bunga bank meningkat namun disisi lain spread suku bunga terus melebar. Pengaruh Pinjaman Bermasalah Terhadap Spread Suku Bunga Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnnya seperti yang dilakukan Beck dan Hesse (2006), Nampewo (2012), dan Were & Mambua (2013). Hasil penelitian Beck dan Hesse menunjukkan bahwa pinjaman bermasalah berpengaruh signifikan dan positif terhadap spread suku bunga Uganda. Penelitian Nampewo menunjukkan bahwa pinjaman bermasalah berpengaruh signifikan dan positif terhadap spread suku bunga Uganda, demikian pula dengan hasil penelitian Were dan Mambua yang juga menunjukkan pengaruh positif pinjaman bermasalah terhadap spread suku bunga Kenya. Pengaruh positif pinjaman bermasalah terhadap spread suku bunga Indonesia, sesuai teori Sutojo (1997) dan berger peningkatan pinjaman bermasalah akan mempengaruhi profitabilitas bank, ketika terjadi peningkatan pinjaman bermasalah (berdampak penurunan) akan membawa peningkatan biaya operasional (berdampak penurunan), bank harus memonitoring secara intensif dan menjalankan penambahan biaya atau beban akibat dari pinjaman bermasalah tersebut. Menghadapi kenaikan resiko dari adanya pinjaman tidak lancar dan kenaikan biaya operasional, bank kemungkinan akan berusaha untuk meningkatkan pendapatan mereka. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya, akan tetapi cara yang paling mudah dan banyak diambil oleh bank untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan menurunkan suku bunga simpanan serta meningkatkan suku bunga kredit atau pinjaman, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan spread suku bunga. Pengaruh Suku Bunga Deposito Terhadap Spread Suku Bunga Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian poenelitian sebelumnya yang dilakukan Khawaja dan Din(2007) , dan.Mujeri dan Younus (2009). Khawaja dan Din (2007) penelitiannya menunjukkan bahwa suku bunga deposito berpengaruh positif terhadap spread suku bunga Pakistan. Penelitian Mujeri dan Younus (2009) menunjukkan bahwa suku bunga deposito berpengaruh positif terhadap spread suku bunga. Pengaruh negatif deposito terhadap spread suku bunga di duga karena keadaan perekonomian dimana kekurangan dana simpanan dan kekurangan investasi serta konsumsi yang berusaha untuk meningkatkan aktivitas ekonominya. Deposito merupakan sumber utama dana bank yang juga dapat disalurkan sebagai kredit, peningkatan suku bunga deposito akan mendorong masyarakat untuk menyimpan atau meningkatkan simpanannya ke bank sehingga kebutuhan akan dana yang akan digunakan dalam kredit terpenuhi.. Dalam transmisi kebijakan moneter bank Indonesia kebijakan yang dapat dilakukan untuk mendorong perekonomian yang sedang lesu melalui jalur suku bunga dengan kebijakan moneter yang ekspansif dengan menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat yang disebabkan karena penurunan suku bunga kredit menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi, sehingga akan meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi yang dapat menjadikan aktivitas perekonomian kembali bergairah. Peningkatan suku bunga deposito akan meningkatkan tingkat simpanan masyarakat, sedangkan penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan investasi masyarakat, sehingga terjadi peningkatan suku bunga deposito dan juga penurunan suku bunga kredit sehingga spread suku bunga pun turun.
16
Pengaruh negatif suku bunga deposito juga bisa terjadi karena adanya tingkat persaingan bank yang tinggi, bank yang berusaha untuk mengumpulkan dana dari masyrarakan dengan meningkatkan suku bunga deposito, karena persaingan yang tinggi dan kompetitif bank berusaha untuk menarik minat peminjam dana dengan menurunkan suku bunga kredit sehingga berakibat pada penurunan spread suku bunga. Pengaruh LDR Terhadap Spread Suku Bunga Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif, terhadap spread suku bunga di Indonesia. Peningkatan LDR dapat menunjukkan efisiensi sehingga bank dapat meningkatkan bunga simpanan atau menurunkan suku bunga kredit sehingga berakibat pada penurunan spread suku bunga. Hasil ini sama dengan hipotesis yang digunakan dimana variabel LDR diduga berpengaruh negatif terhadap spread suku bunga. Peningkatan LDR akan menurunkan spread suku bunga di Indonesia. Hasil ini sejalan dengan penelitian penelitian sebelumnya yang dilakukan Mujeri & Younus (2009) dan juga Akinlo & owoytemi (2012). Hasil penelitian Mujeri dan Younus menunjukkan bahwa LDR berpengaruh signifikan dan positif terhadap spread suku bunga Bangladesh, demikian pula Akinlo dan owayemi (2012), hasil penelitian mereka menunjukkan variabel LDR berpengaruh secara negatif terhadap spread suku bunga Nigeria. Pengaruh secara negatif dari LDR terhadap spread suku bunga mengacu pada angka standar rasio LDR yang disepakati, menurut Manulung dan Rahardjo (2011) LDR menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit atau pinjaman dari dana pihak ketiga, sehingga semakin tinggi nilai LDR menunjukkan peningkatan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Pengaruh negatif LDR terhadap spread suku bunga, peningkatan LDR akan menurunkan spread suku bunga, hal ini peningkatan LDR menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit bertambah sehingga beban biaya pemeliharaan kas yang menganggur berkurang, karena jika terjadi peningkatan biaya pemeliharaan kas bank akan menyalurkan biaya tersebut kepada peminjam dana melalui suku bunga yang tinggi karena terjadi penurunan biaya pemeliharaan bank akan mengurangi beban yang diberikan kepada peminjam dengan menurunkan suku bunga pinjaman, sehingga spread suku bunga pun turun.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. .Tingginya Spread suku bunga di Indonesia dipengaruhi oleh variabel variabel seperti biaya operasional, capital adequacy ratio (CAR), pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah (NPL), suku bunga deposito dan loan to deposit ratio (LDR) 2. Inflasi dan BI rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap spread suku bunga, tidak berpengaruhnya inflasi terhadap spread suku bunga disebabkan karena ketika terjadi peningkatan inflasi bank lebih memilih menurunkan margin daripada menyesuaikan suku bunga, sedangkan variabel BI rate tidak diketahui pengaruhnya karena dihilangkan dalam model sebagai dampak adanya gejala multikolinieritas. 3. Nilai r quare dalam penelitian ini adalah 0,8050, yang artinya biaya operasional, CAR, inflasi, pendapatan non bunga, pinjaman bermasalah, suku bunga deposito dan LDR mempengaruhi spread suku bunga sebesar 80,5% dan 19,5% spread suku bunga di Indonesia dijelaskan variabel lain diluar model. 4. Ditemukan hubungan negatif antara biaya operasional dengan spread suku bunga, pengaruh ini berbeda dengan hipotesis yang digunakan. Peningkatan biaya operasional akan berakibat pada penurunan spread suku bunga, hal ini kemungkinan terjadi karena peningkatan biaya operasional untuk alokasi dana kompensasi dan pelatihan akan mendorong kinerja karyawan bank lebih efesien sehingga spread suku bunga dapat berkurang. 5. Ditemukan hubungan negatif antara capital adequacy ratio dengan spread suku bunga, hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan. Peningkatan capital adequacy ratio (CAR) akan menurunkan spread suku bunga, dengan alasan ketika peningkatan
17
permodalan (CAR), akan menyebabkan penurunan premi resiko yang dihadapi bank, salah satu komponen tingkat suku bunga kredit atau pinjaman adalah premi resiko, sehingga ketika terjadi penurunan premi resiko dapat menurunkan suku bunga kredit, sehingga pada akhirnya berdampak pada penurunan spread suku bunga. 6. Pendapatan non bunga berhubungan positif dengan spread suku bunga, pengaruh ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan. Peningkatan pendapatan non bunga akan meningkatkan spread suku bunga, hal ini disebabkan ketika peningkatan pendapatan non bunga dapat mengindikasikan kemampuan pendapatan bunga bank menurun, menghadapi permasalahan tersebut bank berusaha untuk meningkatkan pendapatan bunga nya salah satunya melalui peningkatan suku bunga kredit atau penurunan suku bunga simpanan, sehingga berakibat pada peningkatan spread suku bunga. 7. Pengaruh positif pinjaman bermasalah terhadap spread suku, hasil ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan. Peningkatan pinjaman bermasalah berpengaruh terhadap peningkatan spread suku bunga hal ini beralasan karena meningkat pinjaman bermasalah akan meningkatkan premi resiko yang dihadapi oleh bank, sehingga berakibat pada peningkatan suku bunga kredit dan berdampak pada peningkatan spread suku bunga. 8. Pengaruh negatif suku bunga deposito terhadap spread suku bunga. kemungkinan disebabkan kondisi ekonomi dan tingkat persaingan atau kompetisi yang tinggi, kondisi ekonomi yang lesu dan kekurangan sumber dana untuk kredit, sehingga terjadi peningkatan suku bunga deposito untuk mendorong masyarakat untuk menyimpan dana nya ke bank sehingga sumber dana untuk kredit terpenuhi, disisi lain karena ekonomi yang lesu mendorong bank untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit meningkat dan menjadikan aktivitas ekonomi bergairah, peningkatan suku bunga deposito yang diikuti penurunan suku bunga kredit tersebut berakibat pada penurunan spread suku bunga. 9. Pengaruh negatif loan to deposit ratio (LDR) terhadap spread suku bunga, kemungkinan disebabkan ketika peningkatan LDR akan menurunkan beban pemeliharaan kas sehingga suku bunga kredit dapat diturunkan dan berakibat pada penurunan spread suku bunga. 10. Suku bunga deposito merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi penurunan spread suku bunga, sedangkan pinjaman bermasalah merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi peningkatan spread suku bunga. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka ada beberapa saran untuk pemerintah maupun pihak bank dalam menurunkan spread suku bunga Indonesia. 1. Bank harus melakukan kebijakan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan permodalan dan juga kemampuan dalam menyalurkan kredit, jika terjadi peningkatan kemampuan permodalan dan penyaluran kredit maka suku bunga kredit dapat ditekan sehingga dapat menurunkan spread suku bunga Indonesia. 2. Bank harus melakukan kebijakan kebijakan yang dapat menekan atau menurunkan resiko kredit dan menyeimbangkan pendapatan non bunga dengan pendapatan bunga. Peningkatan resiko kredit dan rasio pendapatan non bunga dapat meningkatkan suku bunga kredit sehingga dapat berakibat pada peningkatan spread suku bunga, sehingga untuk menurunkan atau menekan spread suku bunga maka harus menekan peningkatan pinjaman bermasalah dan rasio pendapatan non bunga.
18
Daftar Pustaka Afzal, Ayesha & Mirza, Nawazish. 2012. Interest Rate Spread In An Emerging Economy: The Case Of Pakistan Commercial Banking Sector, Economic Research Vol 25 2012, (Hal 987-1004). Akinlo, Anthoni E & Owoyemi, Babatunde Olanrewaju. 2012. The Determinants of Interest Rate Spreads in Nigeria: An Empirical Investigation, Scientific Research Modern Economy, 2012, 3,(Hal 837-845). Nigeria: Departement Of Economics. Bank Indonesia 2014. Data inflasi http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx diakses 05 february 2014 Bank
Indonesia. Transmisi Kebijakan Moneter http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisikebijakan/Contents/Default.aspx. Diakses 01 maret 2014.
Bank
Indonesia . 2010. Kerangka Stabilitas Keuangan. Http://Www.Bi.Go.Id/Web/Id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indo nesia/Kerangka+SKK/ Diakses Pada 24 Oktober 2013
Bank Indonesia. 2013. Kajian Stabilitas Keuangan September 2013. Jakarta:Bank Indonesia. Baraja & Adolfo& Salazar. 1999. Interest Spreads In Banking In Colombia, 1974-1999. ProQuest pg. 196 Beck, T & Hesse, H. 2006. Bank Efficiency, Ownership and Market Structure: Why Are Interest Spreads So High in Uganda?, World Bank Policy Research Working Paper4027, October. Case, Karl E & Fair, Ray C. 2006. Prinsip Prinsip Ekonomi. Edisi 8. Jilid 2. Terjemahan Oleh Wibi Hardani Dan Barnadi. 2007. Jakarta: Erlangga. Crowley, Joseph. 2007. Monetary and Capital Markets Department Interest Rate Spreads in English-Speaking African Countries. International Monetary Fund. IMF Working Paper WP/07/101 Damawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:Bumi Aksara Eita, Joel Hinaunye. 2012. Explaining Interest Rate Spread In Namibia, International Business & Economics Research Journal – October 2012 Volume 11, Number 10. South Africa: The Clute Institute. Fabya. 2011. Analisis pengaruh sektor perkembangan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Skripsi tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institute Pertanian Bogor. Folawewo, Abioudin dan Tenannt, David. 2008. Determinants Of Interest Rate Spreads In SubSaharan African Countries: A Dynamic Panel Analysis 13th Annual African Econometrics Society Conference, 9 – 11 July, 2008, Pretoria, Republic of South Africa Gujarati, Damodar N.2006. Dasar Dasar Ekonometrika. Edisi 3. Jilid 1. Terjemahan Oleh Julius, A Mulyadi. 2006. Jakarta:Erlangga. Gujarati, Damodar dan Porter, Dawn c. 2012. Dasar Dasar Ekonometrika. Edisi 5. Buku 1. Terjemahan Oleh Eugenia mardanugraha, Siti Wardhani dan Carlos mangunsong. Jakarta:Salemba Empat.
19
Gujarati, Damodar dan Porter, Dawn c. 2012. Dasar Dasar Ekonometrika. Edisi 5. Buku 2. Terjemahan Oleh Carlos mangunsong. Jakarta:Salemba Empat. Hasan, M Iqbal. 2002. Pokok Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:Ghalia Indonesia. Hossain, Monzur. 2012. Financial Reforms And Persistently High Bank Interest Spreads In Bangladesh: Pitfalls In Institutional Development?, ScindirectJournal of Asian Economics 23 (2012) (hal 395-408). Bangladesh: Bangladesh Institute of Development Studies. Inggrid. 2006. Sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di indonesia: pendekatan kausalitas dalam multivariate vector error correction model (vecm). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.8, no. 1, maret 2006: 40-50. Judisseno, Rimsky K. 2005. System Moneter Dan Perbankan Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Kasmir. 2003. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Khawaja, M Idress & Din, Musleh-Ud. 2007. Determinants of Interest Spread in Pakistan, The Pakistan Development Review 46 : 2 (Summer 2007) ( Hlm 129-143). Pakistan: Pakistan Development. Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Jakarta:Salemba Empat. Lipsey, Richard G Dkk. 1993. Pengantar Makroekonomi. Edisi 10. Jilid 1. Terjemahan Oleh: Jaka wismana dan Kirbrandoko serta Budijanto. 1995. Jakarta:Binarupa Aksara. Mahardika, Putu. 2013. Modul Mata Kuliah Ekonometrika 1, disajikan dalam Pelatihan Eviews Bagi Mahasiswa Feb Ub, HMJ Ilmu Ekonomi, 21 September. Man, Fahrian & Sunurahyo, Bambang swasto& Utami, Hamidah Nayati. 2013. Pengaruh Kompensasi Karyawan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Survei Pada Karyawan Ud. Dinikoe Keramik Malang). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. VOL 6, NO 1 (2013). Malang: FIA UB. Mankiw, N.Gregory. 1998. Pengantar Ekonomi. Jilid 2. Terjemahan Oleh Haris Munandar Dan Emil Salim. 2001. Jakarta: Erlangga Manurung, Mandala dan Rahardja, Pratama. 2004. Uang Perbankan Dan Ekonomi Moneter Kajian Konstekstual Indonesia. Jakarta:FE UI Mujeri, Mustafa K& Younus, Sayera. 2009. An Analysis of Interest Rate Spread in the Banking Sector in Bangladesh, The Bangladesh Development Studies Vol. XXXII, December 2009, No. 4.Bangladesh: Bangladesh Institute of Development Studies Muhadi,
Werner. Regresi dengan http://wernermurhadi.files.wordpress.com/2011/08/regresi-dengan-eviews.pdf pada tanggal 3 Januari 2014.
Eviews. diakses
Mulyono, Sri. 2000. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE. Nampewo, Dorothy. 2012. What Drives Interest Rate Spreads in Uganda’s Banking Sector?, International Journal of Economics and Finance; Vol. 5, No. 1; 2013, (Hal 76-85). Uganda: Canadian Center of Science and Education.
20
Nasution, Darmin. 2012. Spread Suku Bunga Harus Turun. http://economy.okezone.com/read/2012/05/24/457/634562/redirect diakses 23 oktober 2013 Navneet, Seetaram; Boopen, Seetanah; Shalini, Ramessur & Sawkut, Rojid. 2009. Determinants of Interest Rate Spread in Mauritius, The Business Review, Cambridge * Vol. 14. Mauritius: University of Technology, Mauritius. Ngugi, Rose W. 2001. An empirical analysis of interest rate spread in Kenya. AERC Research Paper 106., Nairobi: African Economic Research Consortium. Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter. Edisi Keempat. Yogyakarta:BPFE. Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Uang & Bank. Jakarta:PT RINEKA CIPTA. Sudirman, I wayan. 2000. Manajemen Perbankan Suatu Aplikasi Dasar. Denpasar:PTBP Denpasar. Sugiyanto, Catur.2002.Ekonometrika Terapan. Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Yogyakarta:BPFE Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan:Teori dan Aplikasi Dengan SPSS. Yogyakarta:Andi Offset. Sumodiningrat, Gunawan. 2012. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Yogyakarta:BPFE. Sutojo, Siswanto. 1997. Menangani Kredit Bermasalah Konsep Teknik dan Kasus. Jakarta:Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen. Todaro, Michael P & Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi 9. Terjemahan oleh Haris Munandar. 2006. Jakarta:Erlangga. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Universitas Brawijaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi. 2011. Pedoman Skripsi, KKNP, Artikel Dan Makalah, Malang. Usman, Hardius. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrika, Pendekatan Popular Dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis Dan Pengelolaan Data Dengan Menggunakan Paket Program Spss. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan Spss. Edisi 3. Cetakan 1. Yogyakarta:Graha Ilmu. Were, Maureen & Wambua, Joseph. 2013. Assessing The Determinants Of Interest Rate Spread Of Commercial Banks In Kenya: An Empirical Investigation, Working Paper Series Kenya Banker Association Centre For Research On Financial Market and Policy. Kenya: Kenya Banker Association. Wirartha, I Made. 2006. Metodologi penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta:Andi Offset. Worldbank. 2013. Indonesia http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG/countries/ID-4EXN?display=graph (diakses 25 oktober 2013)
Data.
Wulandari, Astri. 2012. Pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada yayasan pendidikan telkom. Banking and Management Review Volume I Nomor I, Mei 2012.
21