Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
ANALISIS TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK TERHADAP IKLAN ROSЀE HOEGAARDEN (BIR PINK) BERDASARKAN S-P-E-A-K-I-N-G
Puteri Risdayani, Eliza Gustinelly Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email :
[email protected]
Abstrak Makalah ini membahas tinjauan sosiolinguistik terhadap sebuah iklan yaitu iklan Rosѐe Hoegaarden (bir pink). Bir adalah salah satu minuman yang terkenal di dunia yang disukai dan dikonsumsi oleh banyak orang setiap hari, terlebih di belahan dunia yang memiliki 4 musim. Saat ini terdapat variasi yang baru dari bir, yaitu bir yang berwarna pink. Bir pink adalah salah satu produk yang cukup menarik perhatian masyarakat. Bir ini berbeda dengan bir pada umumnya, karena warnanya merah muda dan terlihat identik dengan perempuan karenanya rasanya lebih manis daripada bir pada umumnya. Pada iklan bir pink juga terlihat perbedaan dengan bir pada umumnya, karena biasanya dalam sebuah iklan bir, laki-laki selalu mendominasi dan menjadi pemeran utama yang disorot. Dalam makalah ini, penulis menganalisis iklan Rosѐe Hoegaarden (bir pink) berdasarkan SP-E-A-K-I-N-G yang merupakan singkatan dari Setting and Scene, Participants, Ends, Act Sequences, Key, Instrumentalities, Norms, Genres yang dikemukakan oleh Dell Hymes. Dari model tersebut, iklan dapat dipaparkan secara terperinci. Penilitian ini menggunakan metode kepustakaan karena dengan metode tersebut, peneliti dapat menggambarkan dan memaparkan bagaimana iklan tersebut ditinjau dari segi S-P-E-A-K-I-N-G. Data yang dianalisis sebanyak 4 buah iklan bir Hoegaarden dengan berbagai versi. Setelah dianalisis dari keseluruhan aspek yang diteliti, ada beberapa aspek yang paling menonjol yaitu Setting (Latar dan Tempat), Participants (Pelaku), Ends (Tujuan), dan Norms (Norma). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebuah iklan dapat diteliti dan dipaparkan berdasarkan S-P-E-A-K-I-N-G. Kata kunci : bir, iklan, pink, SPEAKING.
SOSIOLINGUISTIC ANALYSIS REVIEW TO A ROSЀE HOEGAARDEN COMMERCIAL BASED ON SP-E-A-K-I-N-G
Abstract This article discusses about a sociolinguistic review to an ad for Rosѐe Hoegaarden (the pink beer). Beer is one of the world most famous beverages which is liked and consumed by many people everyday, especially in parts of the world that has four seasons. Currently there are a whole lot of new variations of beer in the market, i.e. the pink beer. The pink beer is one of the products that caught people’s attention. This beer is different with other beers in general because of the unusual pink colour and often associated with women because the taste is sweeter than any other beers in general. In the pink beer commercial we can also see the distinction with the other brands because usually the ads are men orientated and they are the main focus of the ads. In this article, the author analyzed the Rosѐe Hoegaarden ad based upon S-P-E-A-K-I-N-G which is an abbreviation for Setting and Scene, Participants, Ends, Act Sequences, Key, Instrumentalities, Norms, Genres proposed by Dell Hymes. From these models, advertising can be described in details. This research uses literature methods because with this method researchers are able to describe and explain how the ads are reviewed by the S-P-EA-K-I-N-G terms. Data were analyzed by analyzing 4 Hoegaarden beer commercials with various versions. After all aspects that are being studied are analyzed, there are certain prominents aspects which really stands out that is the Setting and Scene, Participants, Ends and Norms. It shows that an advertisement can be studied and presented based on the S-P-E-A-K-I-N-G model. Keywords : beer, commercial, pink, SPEAKING.
Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
MAKALAH NON SEMINAR
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA
ANALISIS TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK TERHADAP IKLAN ROSЀE HOEGAARDEN (BIR PINK) BERDASARKAN S-P-E-A-K-I-N-G
Oleh : Puteri Risdayani 0906537573
PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK 2014
Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Popularitas bir sebagai minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi di dunia sudah tidak diragukan lagi, saat ini bir bahkan menduduki peringkat ketiga minuman terpopuler di dunia. Salah satu fakta yang menarik tentang bir: minuman ini ternyata merupakan salah satu minuman tertua yang dibuat manusia. Bukti-buktinya tercatat pada sejarah tertulis Mesir Kuno dan Mesopotamia. Produksi bir untuk tujuan komersil pertama kali tercatat pada tahun 1200 di suatu tempat yang saat ini masuk ke dalam wilayah negara Jerman. Di tahun 1506, Jerman mengeluarkan sebuah undang-undang yang mengatur kemurnian bir, dan pembotolan bir mulai diterapkan pada tahun 1605. Karakter bir telah berubah secara drastis sepanjang ribuan tahun. Meskipun pada esensinya bir merupakan minuman beralkohol, saat ini telah ada beberapa variasi bir dengan kadar alkohol mendekati atau tepat 0%1. Manfaat bir masih belum diketahui penuh oleh masyarakat umum di seluruh dunia walaupun banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsinya setiap hari terlebih di belahan dunia yang mempunyai empat musim. Pada sumber tertentu dikatakan bahwa sebagian masyarakat mengonsumsi bir untuk menghangatkan tubuh ketika tiba musim dingin.2 Akan tetapi pada kenyataannya justru terbalik, kebanyakan masyarakat dunia dengan empat musim banyak mengonsumsi bir pada saat musim panas karena bir memberi kesegaran ketika diminum. Dari sepenggal info tersebut, tidak heran apabila saat ini masyarakat Belanda mengonsumsi bir setiap hari bahkan setelah makan, mereka lebih suka minum bir daripada air mineral. Hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa banyak berdirinya perusahaaan bir di Belanda maupun Belgia yang juga terkenal di berbagai macam negara lainnya, diantaranya adalah Heineken, Amstel, Grӧlsch, Hoegaarden, Weicksen, dll. Tidak hanya sampai disitu, perkembangan variasi bir juga semakin beragam. 1 2
Data ini didapat dari website : http://indonesiaindonesia.com/f/123040-bir-minuman-tertua-dunia/ Data ini didapat dari website : http://www.sarindomakmur.com/manfaat-beer.html
2 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
Bir adalah minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Belanda. Biasanya bir dikonsumsi atau diminum oleh pria. Namun, bukan berarti tidak satu pun wanita di Belanda mengonsumsi minuman jenis ini. Mereka juga mengonsumsi bir tetapi tidak sebanyak jumlah pria yang mengonsumsi bir. Hal ini disebabkan karena rasa pahit yang ditawarkan minuman jenis ini tidak disukai oleh wanita (Rösken, 2010). Seiring perkembangan zaman, bir tidak lagi diproduksi hanya untuk pria. Saat ini muncul juga bir untuk wanita, yang disebut sebagai pink beer atau rosѐe bier. Bir ini hadir karena saat ini banyak juga wanita yang gemar mengonsumsi bir, tidak hanya untuk menghangatkan tubuh seperti manfaat awalnya, bir sekarang juga menjadi gaya hidup. Banyak para wanita yang pergi ke cafe hanya untuk sekedar duduk menikmati segelas bir. Bir yang dipesan bukanlah bir berwarna coklat yang seperti biasa dikonsumsi oleh para pria, melainkan bir yang berwarna pink. Minuman yang sekarang menjadi gaya hidup ini amat diminati oleh kaum wanita, selain warnanya yang cantik, rasanyapun juga unik, seperti minuman buah yang bersoda. Salah satu perusahaan bir asal Belanda yang memproduksi rosѐe bier adalah Hoegaarden. Hoegaarden merupakan merk bir yang terkenal asal Belgia dengan salah satu slogannya yaitu “Het bier van jouw leven!” yang artinya adalah “Bir hidup anda!”. Tentu saja dari perbedaan jenis bir yang diproduksi terdapat pula perbedaan bahasa yang disampaikan dari masing-masing iklan tersebut. Iklan Hoegaarden yang diperuntukkan bagi pria tentu saja menggunakan bahasa yang berbeda dengan iklan bir pink Rosѐe Hoegaarden yang lebih diperuntukkan bagi wanita, walaupun kedua bir tersebut diproduksi oleh perusahaan yang sama. Bir pink merupakan suatu produk yang baru dan belum banyak orang yang mengetahuinya. Kemunculan produk ini sangat menarik perhatian masyarakat. Warna yang eye-cathching juga merupakan daya tarik dan membuat masyarakat penasaran ingin mencoba dan mengetahui lebih lanjut tentang produk terbaru ini. Iklan bir pink tersebut dapat dilihat dan diteliti dengan model SPEAKING karena model ini merupakan salah satu model dari tinjauan sosiolinguistik yang diciptakan oleh Dell Hymes yang cocok digunakan untuk menelaah iklan bir tersebut secara terperinci. SPEAKING merupakan akronim dari :
3 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
1.
S (Setting and Scene) / Tempat dan Alur
2. P (Participants) / Pelaku 3. E (Ends) / Tujuan 4. A (Act sequences) / Peran 5. K (Key) / Nada 6. I (Instrumentalities) / Sarana 7. N (Norms)/ Norma 8. G (Genre) / Jenis
1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah makalah ini adalah : 1. Bagaimanakah iklan bir pink Rosѐe Hoegaarden ditinjau dari segi SPEAKING?
1.3 TUJUAN PENULISAN Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan memperlihatkan bagaimana iklan bir Rosѐe Hoegaarden yang khusus untuk wanita (Bir pink) ditinjau dari segi SPEAKING. Dengan metode tersebut, iklan bir pink dapat dipaparkan secara terperinci. Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan di bidang sosiolinguistik, khususnya yang berhubungan dengan metodologi SPEAKING dan menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membahas atau menliti sebuah iklan bir.
1.4 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode ini sangat tepat karena melalui metode tersebut, peneliti dapat menggambarkan dan memaparkan bagaimana iklan bir tersebut ditinjau dari segi SPEAKING. Sumber data dalam penelitian ini adalah iklan online yang terdapat pada media internet. Data yang dianalisis sebanyak 4 iklan, yaitu iklan bir pink Hoegaarden, iklan bir Hoegaarden, iklan Hoegaarden berupa tulisan
4 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
berjalan, serta videoclip yang terkait dengan iklan bir pink tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Mencari teori yang akan digunakan pada teori ini. 2. Mencari sumber data melalui media elektronik, internet. 3. Menonton sumber data yang digunakan secara berulang-ulang. 4. Menganalisis 4 iklan Hoegaarden dengan menerapkan model SPEAKING. 5. Menarik kesimpulan pada penelitian ini.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini terdiri dari 3 bab. Bab I berisi pendahulan, Bab II berisi analisis dan isi yang menjelaskan topik pembahasan, Bab III berupa kesimpulan.
5 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
BAB II ISI
2.1
SEJARAH DAN PENGERTIAN BIR
Bir adalah segala minuman beralkohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan berpati dan tidak melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Bir merupakan minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi di dunia3 dan kemungkinan yang tertua4. Selain itu, bir juga adalah minuman terpopuler ketiga di dunia, di bawah air dan teh5. Di seluruh dunia, ada lebih dari 20.000 merek bir yang diolah dalam 180 cita rasa, mulai dari bir keras (ales), lagers, pilsner dan bir hitam sampai bir pahit, cream ales dan iced beers6. Bir telah menjadi minuman terkenal sejak lama. Prasasti tanah liat di Babilon menjelaskan dengan rinci resep pembuatan bir di tahun 4.300 sebelum masehi. Bir juga telah dibuat oleh bangsa Cina kuno, Asiria dan Inka. Sebuah tulisan di Mesir pada tahun 1600 sebelum masehi menuliskan 100 resep pengobatan dengan menggunakan bir. Beberapa tahun yang lalu, New Castle Brewery di Inggris mengolah 1.000 botol Tutankhamun Ale berdasarkan sebuah resep kuno yang telah berumur 3.200 tahun yang ditemukan di kuil matahari Ratu Nefertiti. Pembuatan bir secara komersil dimulai di tahun 1200 masehi di suatu tempat yang dikenal sebagai Jerman saat ini. Di tahun 1506, undang-undang Jerman tentang kemurnian, mensyaratkan bahwa kandungan bir adalah hanya air, barley (sejenis tumbuhan semacam gandum), gandum dan buah hop. Pembotolan bir dimulai di tahun 16057. Awalnya orang Babilonia memanfaatkan bir untuk membayar upah. Sedangkan di Mesir, bir dibuat secara komersial untuk digunakan oleh keluarga bangsawan dan menjadi salah satu syarat dalam upacara penguburan. Pada abad ketujuh, pembuatan bir bergeser dari skala kecil
3
Data ini didapatkan dari "Volume of World Beer Production". European Beer Guide. Data ini didapatkan dari Arnold, John P (2005). Origin and History of Beer and Brewing: From Prehistoric Times to the Beginning of Brewing Science and Technology. Cleveland, Ohio: Reprint Edition by BeerBooks. ISBN 0-9662084-1-2. 5 Nelson, Max (2005). The Barbarian's Beverage: A History of Beer in Ancient Europe. Abingdon, Oxon: Routledge. hlm. 1. ISBN 0-415-31121-7. 6 Data ini didapatkan dari website : http://www.beritaunik.net/tahukah-kamu/sejarah-bir-beer.html 4
7
Data ini didapatkan dari website : http://www.beritaunik.net/tahukah-kamu/sejarah-bir-beer.html
6 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
menjadi fasilitas pembuatan yang lebih besar di Eropa. Bir banyak digunakan oleh para penziarah. Selama Abad Pertengahan, bir juga mulai digunakan untuk membayar persepuluhan, melakukan transaksi pembayaran, dan pajak8.
2.2 SEJARAH HOEGAARDEN Hoegaarden menjadi sebuah perusahaan bir yang besar mulai pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1709. Mereka memiliki 12 perusahaan bir. Awalnya bir ini dikenal dengan birnya yang terbuat dari gandum. Banyak orang Belanda dan Belgia maupun orang di luar negara tersebut menggemari bir ini. Bir ini terkenal di mancanegara. Konsumen bir ini sebagian besar adalah laki-laki. Akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang menggemarinya. Seiring perkembangannya, perusahaan ini membuat bir yang khusus untuk wanita, yaitu bir pink yang pembuatannya terinspirasi dari selai rasa buah-buahan. Bir ini memang berwarna pink, akan tetapi bahan dasar pembuatannya sama seperti bir pada umumnya yang terbuat dari gandum yang kemudian dicampur dengan ekstrak buah raspberries atau frambos dengan tekstur yang lembut dan ringan. Bir ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011.
Gambar Rosѐe Hoegaarden (Bir pink)
8
Data ini didapatkan dari website : http://www.amazine.co/14839/siapakah-penemu-bir-sejarah-penemuanbir/
7 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
2.3 MODEL TINDAK WICARA S-P-E-A-K-I-N-G Dalam satu situasi diperlukan beberapa peraturan agar sebuah percakapan bisa berlangsung dengan baik. Peraturan yang berlaku dalam satu situasi tentu saja berbeda dengan situasi yang lain. Seorang sosiolinguis asal Amerika Serikat, Dell Hymes, mengemukakan model yang berhubungan dengan permasalahan ini. Model ini dikenal dengan singkatan SPEAKING. Menurut Hymes, yang dikutip oleh Tom Boves dan Marinel Gerritsen dalam suatu budaya orang berkomunikasi dengan berbagai cara, tetapi dalam setiap pola komunikasi pasti ada suatu kode yang digunakan oleh komunikator. Oleh karena itu banyak perbedaan budaya satu dengan yang lainnya yang menyulitkan untuk membuat generalisasi, maka Hymes melakukan mengemukakan beberapa unsur sebagai pola kontras dalam penggunaan bahasa di masyarakat tutur yang ia sebut „Etnografi SPEAKING’. SPEAKING merupakan singkatan dari Setting and Scene, Participants, Ends, Act Sequences, Key, Instrumentalities, Norms, Genres.
1. S (Setting and Scene) / Tempat dan Alur Setting merupakan segala aspek yang berkaitan dengan sebuah kejadian, dilihat dari segi tempat, waktu dan segala bentuk fisik kejadian, sedangkan scene merupakan interpretasi dari setting yang berkaitan dengan suasana psikologis, misalnya suasana formal atau informal. Dalam hal ini, bisa terjadi dua scene yang berbeda dalam satu setting. Contoh: Pada hari Minggu ada sebuah arisan keluarga yang terjadi di rumah Nenek. Dalam sebuah arisan keluarga jika ada yang menceritakan sebuah cerita lucu maka suasana bisa menjadi menyenangkan, tetapi ketika dalam arisan keluarga itu juga diceritakan masalah yang sedang terjadi, suasana bisa berubah menjadi serius. Di sini, setting-nya adalah hari Minggu di rumah Nenek dan scene-nya suasana senang dan serius.
8 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
2. P (Participants) / Pelaku Participants atau pelaku, mencakup tidak hanya penutur dan mitra tutur, tetapi juga adressor (juru bicara) yang terkadang yang diwakili, tidak berada di tempat dan audience (pendengar). Dalam sebuah percakapan tentu diperlukan pihak-pihak yang terlibat. Pihakpihak inilah yang disebut dengan participants yang terdiri dari pembicara dan pendengar. Untuk pendengar sendiri, ada pendengar langsung dan pendengar tidak langsung. Contoh: Masih mengambil dari contoh arisan keluarga sebelumnya. Di satu kejadian ada seorang Bibi yang menceritakan masa kecilnya kepada keponakan-keponakannya. Tentu saja di sekitar mereka ada juga orang-orang yang mendengar pembicaraan sang bibi walaupun pembicaraan itu pendengar utamanya adalah para keponakan. Dari contoh kejadian tersebut, pembicara adalah Bibi, pendengar langsung atau utama adalah keponakan-keponakan dan pendengar tidak langsung adalah orang-orang di sekitar mereka yang juga mendengar pembicaraan mereka, misalnya Nenek, Kakek dan Paman.
3. E (Ends) / Tujuan Ends atau tujuan mencakup maksud dan hasil yang akan dipilah atas tujuan dari peristiwa tutur dipandang dari sudut budaya (outcomes) dan tujuan dari masingmasing partisipan (goals). Ends merujuk pada hasil percakapan yang diperoleh secara sengaja atau tidak disengaja. Ends juga menunjuk pada tujuan percakapan. Percakapan yang baik adalah percakapan yang memiliki maksud, tujuan dan hasil. Setiap peserta percakapan diharapkan memiliki tujuan dan hasil dari apa yang ingin dibicarakan. Terdapat dua komponen yang terdapat dalam Ends, yaitu: a. Fungsi pemakaian bahasa Bahasa yang dipakai oleh peserta percakapan berkaitan dengan apa dan dimana mereka melakukan pembicaraan tersebut. Apakah pemakaian bahasa itu tepat 9 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
dipakai di sebuah pernikahan, rapat, atau bahkan kebaktian gereja? Peserta percakapan harus menyesuaikan pemakaian bahasa mereka ketika ingin melakukan percakapan.
b. Tujuan percakapan Setiap percakapan pasti memiliki tujuan dan maksud tersendiri. Contohnya, ketika Jan ingin melakukan percakapan dengan Maria. Jan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Jan selama ini telah menyukai Maria dan ia bermaksud untuk memberi tahu Maria bahwa ia telah lama menyukainya. Tujuan dari percakapan itu adalah agar Maria tahu bahwa Jan telah lama menyukainya. Hasilnya adalah jawaban serta reaksi dari Maria tentang apa yang telah disampaikan oleh Jan kepadanya. Entah itu jawaban atas rasa sukanya atau bahkan penolakan. Karena itulah semua percakapan yang terjadi pasti memiliki maksud, tujuan dan hasil tersendiri.
4. A (Act sequences) / Peran Act Sequences mencakup bentuk pesan (bagaimana pesan itu disampaikan dan isi pesan (apa yang disampaikan) yang merujuk pada bentuk dan isi percakapan dalam bentuk kata-kata dan pokok percakapan. Percakapan itu apakah berurutan, kata per kata, kalimat per kalimat atau tidak dan apakah percakapan itu tetap berlanjut atau terhenti. Terdapat dua komponen yang terdapat dalam Act Sequence, yaitu: a. Bentuk Cara bagaimana percakapan tersebut tetap berkembang dan berlanjut. b. Isi Tema dari percakapan. Bentuk dan isi percakapan tidak dapat dipisahkan. Bentuk pengungkapan sering menentukan bagaimana ungkapan tersebut diutarakan, apakah ungkapan tersebut dikategorikan sebagai lelucon, doa atau perintah dan sebagainya.
10 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
5. K (Key) / Nada Key atau nada mengacu pada bagaimana suatu tuturan disampaikan, misalnya serius, khidmat, lucu, sinis, dan sebagainya. Merujuk pada cara dan nada yang digunakan oleh pembicara dalam menyampaikan sebuah cakapan. Nada memiliki pengaruh yang besar terhadap keberterimaan suatu cakapan oleh pendengarnya. Contoh : Dalam sebuah upacara, terdapat perbedaan antara pembina upacara yang satu dan yang laiinya pada saat menyampaikan amanah kepada para peserta upacara. Ada sebagian pembina upacara yang memberikan amanah dengan amat bersemangat (menggebu-gebu), namun ada juga pembina upacara yang menyampaikan amanahnya dengan amat santai.
6. I (Instrumentalities) / Sarana Instrumentalities atau saran, mencakup saluran (lisan, tulis, e-mail) dan bentuk tutur (misalnya mengacu pada bahasa, dialek, kode, register, dan sebagainya). Komponen ini berkaitan dengan ragam bahasa dan bentuk dari pesan yang ingin kita sampaikan dalam sebuah cakapan. Pada komponen ini pembicara akan memutuskan untuk menggunakan ragam bahasa yang sesuai untuk menyampaikan sebuah cakapan, pembicara juga akan menyampaikan pesan dalam sebuah cakapan dalam suatu bentuk (melalui ucapan, tulisan, dan sebagainya). Contoh : Seorang dosen menggunakan bahasa formal ketika menyampaikan materi mengenai sosiolinguistik di dalam kelas, beliau menerangkan materi tersebut dalam bentuk lisan (ceramah) maupun tulisan (keterangan-keterang tambahan yang dituliskan di papan tulis).
7. N (Norms)/ Norma Norms atau norma merujuk kepada aturan-aturan perilaku yang diikuti oleh para peserta percakapan. Norma-norma tersebut dibagi menjadi 2: a. Norma dalam berinteraksi Norma dalam berinteraksi mengacu pada tata aturan dalam interaksi suatu percakapan, misalnya aturan dalam giliran berbicara. Contohnya adalah situasi di dalam perkuliahan. Dalam perkuliahan situasi cenderung bersifat satu arah, yakni dari dosen ke mahasiswa. Mahasiswa berhak berbicara jika sudah diberikan 11 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
kesempatan oleh dosen, karena jika seorang mahasiswa menginterupsi komunikasi satu arah yang dilakukan oleh dosen, maka ia akan dianggap tidak sopan. b. Norma dalam menginterpretasi Norma ini merujuk pada tata cara ekspresi dan gerakan saat percakapan agar tidak terjadi salah paham di antara peserta percakapan. Di Belanda, seseorang menunjuk orang lain dengan telapak tangan menghadap ke atas, namun di Ethiopia gerakan ini menunjukkan sebuah penghinaan, karena gerakan ini hanya digunakan untuk menunjuk anjing. 8. G (Genre) / Jenis, yang mengacu pada jenis-jenis wacana yang dipakai, misalnya puisi, khutbah, lawa. (Boves, Tom., dan Marinel Gerritsen : 127-130)
12 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
2.4
TINJAUAN TERHADAP IKLAN ROSЀE HOEGAARDEN (BIR PINK)
BERDASARKAN S-P-E-A-K-I-N-G 1. S (Setting and Scene) / Tempat dan Alur Latar tempat pada iklan ini adalah sebuah cafe besar dengan suguhan live music dan dalam keadaan banyak pengunjung. Pada iklan ini digambarkan suasana yang awalnya menyenangkan yang terlihat dari canda tawa 4 wanita muda yang sedang berkumpul kemudian berubah menjadi serius dan kebingungan, ini terlihat dari mimik wajah mereka karena salah satu dari mereka tidak mendapat tempat duduk. Lalu salah satu dari mereka mencari tempat duduk atau meja lain, di sana ada seorang laki-laki muda yang duduk sendirian. Dalam iklan ini terdapat suasana yang berbeda dalam satu setting, yaitu suasana senang dan serius.
2. P (Participants) / Pelaku 1. 4 wanita muda dengan penampilan berkelas dan anggun. 2. Seorang laki-laki yang sedang duduk tidak jauh dari meja mereka. 3. Para pemain musik. 4. Pengunjung lain yang berada di cafe tersebut.
3. E (Ends) / Tujuan Tujuan dari iklan ini adalah untuk memperkenalkan sebuah produk bir yang lain dari biasanya, ini adalah bir pink yang lebih diperuntukkan bagi wanita. Selain itu, iklan bir ini juga menunjukkan kehidupan sosial masyarakat saat ini yang menjadikan bir sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, iklan ini menunjukkan bahwa saat ini masyarakat pergi ke cafe hanya untuk menikmati segelas atau beberapa gelas bir. Dalam iklan ini juga diperlihatkan bahwa wanita akan bertambah kepercayaan dirinya setelah meminum bir pink tersebut.
13 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
4. A (Act sequences)/ Peran 1. Seorang wanita muda bergaun kuning yang berada di cafe, mengundang beberapa teman wanitanya untuk datang ke cafe tersebut dengan cara mengunggah sebuah bir pink ke social media yang sedang populer untuk wanita. 2. 3 orang wanita yang datang karena diundang oleh teman mereka yang bergaun kuning, untuk datang ke sebuah cafe untuk berkumpul bersama. 3. Seorang pria yang kira-kira seusia dengan para wanita tersebut. 4. Home band yang bermain musik di cafe tersebut.
5. K (Key) / Nada Nada pada iklan ini sangat riang dan ceria, menunjukkan suasana yang menyenangkan. Dari awal iklan ini dimulai, musik yang berasal dari home band cafe tersebut mengalunkan lagu dari Christina Aguilera yang berjudul Lady Marmalade, lagu tersebut menandakan suasana yang santai dengan bentuk komunikasi informal tetapi tetap berkelas.
6. I (Instrumentalities) / Sarana Sarana dalam iklan ini, antara lain adalah lisan, yang dapat terlihat dan terdengar pada percakapan tokoh dalam iklan tersebut. Berdasarkan analisis tempat dan nada pada iklan tersebut, ragam yang digunakan adalah ragam tidak formal atau informal.
7. N (Norms)/ Norma Seorang wanita muda bergaun kuning sedang duduk sendiri disebuah cafe sambil menikmati segelas bir berwarna pink. Kemudian wanita ini memfoto bir tersebut lalu mengunggahnya ke social media, tidak lama setelah itu, 3 orang temannya datang ke cafe tersebut. Mereka berpenampilan sama, ketiganya memakai gaun indah dengan gaya yang berkelas.
14 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
Wanita bergaun kuning tersebut menyambut teman-temannya dengan senyuman dan ramah serta ceria disertai tawa riang. Kemudian mereka berempat duduk dimeja yang sudah disiapkan, akan tetapi salah satu dari mereka yaitu wanita cantik bergaun pink tidak mendapatkan kursi, karena kapasitas di meja mereka hanya cukup untuk tiga orang. Kemudian wanita tersebut menghampiri sebuah meja yang terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk sendiri dan kebetulan terdapat beberapa kursi kosong, wanita bergaun pink tersebut akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi itu. Awalnya wanita tersebut malu-malu untuk mengajak pria tersebut mengobrol, akan tetapi setelah wanita tersebut meminum bir pink, suasana berubah yang kemudian menjadi lebih akrab. Mereka mengobrol seperti sudah lama kenal. Di sisi lain, dimeja yang berisi 3 wanita lainnya juga terlihat suasana yang berbeda. Setelah mereka meminum bir pink tersebut, mereka terlihat menjadi lebih percaya diri. Salah satu dari mereka, menghampiri panggung home band dan ikut bernyanyi bersama, mengalunkan lagu Lady Marmalade dari Christina Aguilera. Kemudian suasana menjadi semakin ceria, terlihat bahwa para wanita tersebut lebih percaya diri dan ceria setelah meminum bir pink. Iklan ini menggambarkan norma yang berbeda dari biasanya yang terjadi dalam masyarakat secara luas. Pada kehidupan sehari-hari, biasanya pria selalu menghampiri atau mendatangi wanita terlebih dahulu untuk menyapa dan kemudian mengobrol. Akan tetapi iklan ini menggambarkan hal yang berbeda, yaitu dengan meminum bir pink wanita menjadi lebih percaya diri dan dapat melakukan hal yang berbeda dari biasanya.
8. G (Genre) / Jenis Komunikasi ini termasuk kategori iklan yang persuasif, karena terlihat jelas bahwa iklan tersebut memperkenalkan sebuah produk baru yang berbeda dari biasanya dan mengajak masyarakat, khususnya wanita untuk mencoba dan menikmatinya, yaitu bir yang berwarna pink yang dikhususkan untuk wanita dengan tujuan agar para wanita dapat lebih percaya diri setelah meminum bir tersebut.
15 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
Komponen SPEAKING yang menonjol pada iklan ini adalah Setting (Latar dan Tempat),
Participans (Pelaku), Ends (Tujuan), dan Norms (Norma). Iklan ini
memperlihatkan sebuah produk baru berupa bir yang berbeda dari bir biasanya, bir ini berwarna pink atau merah muda yang ditawarkan untuk wanita yang diwakili oleh empat wanita muda dengan penampilan berkelas dengan menunjukkan gaya hidup sosial masyarakat saat ini yang gemar pergi ke cafe untuk sekedar minum bir. Setelah meminum bir tersebut, digambarkan bahwa wanita akan menjadi lebih percaya diri dalam kehidupan sosial. Suasana yang dihadirkan pada iklan tersebut juga suasana ceria dengan alunan musik yang juga ceria. Pada iklan bir ini, terlihat sekali bahwa produk ini lebih dikhususkan untuk wanita. Hal pertama yang mencolok adalah warnannya yaitu pink atau merah muda. Musik yang mengirinya juga sebuah lagu yang terkenal pada tahun 2002 dari Christina Aguilera yang berjudul Lady Marmalade.
16 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
BAB III KESIMPULAN
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah iklan dapat ditinjau dengan menggunakan model SPEAKING. SPEAKING merupakan akronim dari Setting and Scene, Participants, Ends, Act Sequences, Key, Instrumentalities, Norms, Genres yang dicetuskan oleh Dell Hymes. Melalui tinjauan dengan model ini, iklan bir Rosѐe Hoegaarden dapat diteliti secara terperinci karena semua aspek yang terdapat pada iklan ini dapat Dari keseluruhan aspek yang diteliti, ada beberapa aspek yang paling menonjol pada iklan bir pink Rosѐe Hoegaarden, yaitu Setting (Latar dan Tempat), Participans (Pelaku), Ends (Tujuan), dan Norms (Norma). Terlihat jelas latar dan tempat tersebut sebuah cafe yang ramai pengunjung serta diriingi oleh alunan musik yang riang. Pelaku atau pemeran yang ada pada iklan tersebut adalah empat wanita muda yang pergi berkumpul disebuah
cafe
untuk
menikmati bir yang dapat membuat mereka ceria. Sedangkan tujuan dari iklan tersebut adalah mengenalkan sebuah produk bir yang terbaru yaitu bir pink. Selain itu, iklan ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat khususnya wanita untuk mencoba produk tersebut. Yang terakhir adalah norma, norma yang terdapat pada iklan tersebut adalah norma dalam berinteraksi. Pada kehidupan sehari-hari, biasanya pria selalu menghampiri atau mendatangi wanita terlebih dahulu untuk menyapa dan kemudian mengobrol. Akan tetapi iklan ini menggambarkan hal yang berbeda, yaitu dengan meminum bir pink wanita menjadi lebih percaya diri dan dapat melakukan hal yang berbeda dari biasanya. Wanita biasanya dihampiri atau didatangi oleh pria, tetapi pada iklan ini wanita yang datang dan menghampiri seorang pria untuk berkenalan dan mengajak mengobrol.
17 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Boves, Tom., dan Marinel Gerritsen. 1995. Inleiding in de Sociolinguïstiek. Utrecht : Het Spectrum. Chaer, Abdul., dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hymes, Dell (Ed). 1964. language In Culture and Society. New York: Harper and Row. Van Dijk, Teun. 1997. Text and Context, Exploration In The Semantics and Pragmatics of Discourse. London: Longman Group Limited. Wahab, Abdul. 1990. Butir-butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.
http://www.youtube.com/watch?v=C0AOylmOE2I diakses pada tanggal 9 desember 2013. http://www.youtube.com/watch?v=HWU4VaFVR1E diakses pada tanggal 9 desember 2013. http://hoegaarden.com/en/ diakses pada tanggal 9 desember 2013. http://vinsen-gande.blogspot.com/2012/01/etnografi-komunikasi.html diakses pada tanggal 10 desember 2013. http://indonesiaindonesia.com/f/123040-bir-minuman-tertua-dunia/ diakses pada tanggal 10 desember 2013. http://anisahanwar.weebly.com/4/post/2013/06/jingle-lagu-dalam-iklan.html diakses pada tanggal 11 desember 2013.
http://www.youtube.com/watch?v=RQa7SvVCdZk diakses pada tanggal 23 desember 2013. http://www.christinaaguilera.com/us diakses pada tanggal 24 desember 2013. http://www.beritaunik.net/tahukah-kamu/sejarah-bir-beer.html diakses pada tanggal 10 maret 2014.
18 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014
19 Analisis tinjauan…, Puteri Risdayani, FIB UI, 2014