Purwani Indri Astuti, Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan
Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan Purwani Indri Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjend Sujono Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo, kode pos 57512. Telpon: +62-0271-593156, fax: +62-0271-591065 Abstrak
Kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi sesamanya merupakan kebutuhan hakiki yang harus selalu dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan bahasa sebagai alat komunikasi manusia yang paling sempurna. Bahasa selalu digunakan dan dikaitkan dengan masyarakat penuturnya, untuk itulah sosiolinguistik lahir dengan memberikan banyak kontribusi di dalamnya. Salah satu dukungan yang nyata adalah dalam bidang penerjemahan. Penerjemahan sebagai kegiatan yang menjembatani 2 (dua) masyarakat yang berbeda sistem bahasanya diharapkan mampu mengalihkan pesan secara tepat. Pengalihan pesan ini tentu saja tidak lepas dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat penutur maupun petutur. Kata-kata Kunci : Sosiolinguistik, Penerjemahan, Penutur, Petutur
Pendahuluan
Manusia lahir dan berkembang di muka bumi ini dengan membawa sifat dasar akan kebutuhan yang hakiki, yakni berkomunikasi. Sejak zaman dahulu kala, manusia sudah mengenal kegiatan komunikasi, meskipun dengan cara yang amat sederhana. Dengan berkomunikasi, manusia dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta dapat berinteraksi dengan sesamanya. Di dalam berkomunikasi dengan orang lain, dibutuhkan suatu alat yang dapat digunakan dan dipaharni dengan baik oleh manusia. Alat komunikasi yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama atau alat interaksi bagi manusia karena dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik dan paling sempurna (Chaer, 2004:11). Pada prinsipnya bahasa merupakan sarana komunikasi. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu dan yang paling penting, bahasa merupakan alat untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Di dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan seseorang berinteraksi dengan orang lain bukan semata-mata karena ingin menyampaikan informasi, mamun yang lebih penting lagi karena orang tersebut ingin menjalin hubungan dengan orang tersebut (Trudgill, 1977: 14). Suatu contoh ketika seorang mahasiswa bertemu dengan dosennya, dia akan menyapa dengan mengucapkan “Selamat siang, Pak/Bu”. Hal seperti ini bukan berarti mahasiswa tersebut ingin menyampaikan informasi bahwa hari sudah siang, akan tetapi mahasiswa ini lebih ingin menjalin hubungan dengan dosennya sesuai dengan norma dan budaya yang ada di dalam masyarakatnya. Proses mempelajari bahasa tidak terlepas dari penggunaan bahasa itu sendiri di
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
92
No.1 / Volume 19 / 2010
WIDYATAMA
dalam konteks masyarakat, yaitu bagaimana bahasa tersebut digunakan oleh penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Lebih jauh, peradaban manusia yang semakin modern sangat memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan manusia yang lain tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu. Masyarakat di suatu daerah tertentu dapat berkornunikasi dengan masyarakat tertentu lainnya di belahan bumi yang lain. Dalam kondisi seperti ini tentu saja dibutuhkan bahasa yang dapat dipahami kedua belah pihak. Namun demikian, hambatan semacam ini sering terjadi karena terbatasnya kemampuan manusia dalam memahami seluruh bahasa yang ada. Keadaan ini memunculkan suatu bidang ilmu lain yang disebut sebagai penerjemahan. Penerjemahan diharapkan dapat menjembatani permasalahan yang muncul akibat perbedaan dua bahasa yang berbeda. Sukses tidaknya pekerjaan penerjemahan tidak semata-mata tergantung pada kemampuan seorang penerjemah, namun juga didukung faktor-faktor lain, misalnya pengetahuan tentang bahasa itu sendiri, budaya yang melingkupi masyarakatnya dan lain-lain. Tulisan ini akan menguraikan tentang 2 (dua) hal utama, yakni tentang sosiolinguistik dan penerjemahan. Kedua, hal tersebut bukanlah masalah yang berdiri sendiri-sendiri, namun bila dikaji lebih mendalam akan dapat dilihat hubungan atau keterkaitan antara keduanya. Dalam pembahasan yang lebih khusus akan dijelaskan mengenai dukungan sosiolinguistik terhadap bidang penerjemahan. Sosiolinguistik A. Pengertian Sosiolinguistik Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang memiliki kaitan yang sangat erat. Sebagian besar perkembangan sosiolinguistik ini terjadi pada akhir tahun 1960-an dan sekitar awal tahun 1970-an, sehingga sosiolinguistik merupakan salah satu disiplin ilmu yang masih baru. Namun demikian, bukan berarti penemuan ilmu sosiolinguistik ini terjadi pada tahun-tahun tersebut. Studi tentang dialek telah dilaksanakan jauh sebelumnya. Hal yang baru adalah perhatian atau minat yang semakin luas terhadap ilmu sosiolinguistik dan realisasinya yang banyak memberikan pencerahan baik di dalam sifat-sifat bahasa maupun sifat-sifat masyarakat (Hudson, 1980: 1). Untuk dapat memahami dengan lebih baik apa sosiolinguistik, berikut ini disampaikan beberapa definisi sosiolinguistik dari beberapa pakar. Hudson (1980: 1) mengatakan, sociolinguistics as the study of language in relation to society. Sementara itu, Fishman (1972) dalam Chaer (2004: 2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai, 'the study of characteristics of language varieties, the characteristics of their function's and the characteristics of their speaker as these three constantly interact, change and change one another within a speech community. Hickerson (1980) dalam Chaer (2004: 4-5) mengatakan, Sosiolinguistik merupakan sub bidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa. Dari beberapa definisi yang telah disampaikan di atas, secara ringkas dapat dikatakan sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bell (1976: 17), '... that sociolinguistics attempts to make correlations between linguistic and social structure .... Sosiolinguistik melihat bahasa tidak sebagai bahasa, namun melihat bahasa sebagai sarana interaksi atau 93
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Purwani Indri Astuti, Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan
komunikasi dalam masyarakat manusia. 1. Masalah-masalah dalam Sosiolinguistik Telah disinggung di muka bahwa hubungan bahasa dengan masyarakat adalah bahan kajian utama dalam ilmu sosiolinguistik. Sosiolinguistik lebih menekankan pada perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa/dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan. Dalam kajian yang lebih luas, sosiolinguistik dapat mempelajari variasi-variasi bahasa seperti dialek dan idiolek yang melibatkan kelas-kelas sosial dalam masyarakat, tingkat dan jenis pendidikan, usia, jenis kelamin, suku/etnis, dan lain-lain. Berpijak dari masalah utama tersebut, dapat dijabarkan beberapa masalah dalam sosiolinguistik adalah: (a). Identitas sosial dari penutur, dapat berupa anggota keluarga, sahabat, atasan dan bawahan, guru, murid, tetangga, dan sebagainya. Identitas penutur dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. (b). Identitas sosial dari pendengar, dapat berupa anggota keluarga, sahabat, atasan dan bawahan, guru, murid, tetangga, dan sebagainya. Identitas pendengar dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Identitas sosial pendengar ini harus dilihat dari pihak penutur.(c). Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, dapat berupa ruang keluarga, mesjid, lapangan sepak bola, pasar, ruang perpustakaan, dan lain-lain. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. Contoh: Di ruang perpustakaan, orang akan berbicara berbisik-bisik atau dengan suara perlahan, namun tidak demikian dengan orang yang berbicara di lapangan sepak bola.(d). Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, berupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. (e). Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk ujaran, maksudnya setiap penutur tentunya memiliki kelas sosial tertentu di dalam masyarakat, yang dengan kelas sosialnya tersebut penutur dapat memiliki penilaian sendiri terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang berlangsung. (f). Tingkat variasi dan ragam linguistik maksudnya bahasa menjadi sangat bervariasi dikarenakan masyarakat tutur yang heterogen, banyaknya fungsi sosial dan politik bahasa serta adanya tingkat kesempurnaan kode. (g). Penerapan praktis dari penelitian linguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Sebagai contoh, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa. (Chaer, 2004: 5-6) Dari beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik sangat bermanfaat dalam kehidupan praktis karena bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia mempunyai aturan-aturan tertentu. Dengan kata lain, dalam penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Fishman (1967) dalam Chaer (2004: 7), bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah, “who speak, what language, to whom, when, and to what end”. 2. Hubungan Sosiolinguistik dengan Linguistik Dikaji dari maknanya, sosiolinguistik merupakan sub bagian dari linguistik. Namun demikian, pembahasan mengenai keduanya merupakan 2 (dua) hal yang sangat berbeda. Linguistik membahas mengenai aturan-aturan atau kaidah suatu bahasa, sementara sosiolinguistik berada dalam ranah aturan-aturan yang berhubungan dengan
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
94
No.1 / Volume 19 / 2010
WIDYATAMA
masyarakat. Sebagai contoh, cara alternatif dalam mengekspresikan hal-hal yang sama yang dipilih oleh kelompok sosial yang berbeda (Hudson, 1980: 3). Secara konkret contoh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: seseorang bersuku Jawa dari masyarakat daerah Jawa Tengah, ketika menggunakan kata ‘mangan/ maem’ untuk mengistilahkan makan, ketika mengatakan bangun dari tidur menggunakan kata 'tangi'. Namun bagi orang suku Jawa dari masyarakat daerah Jawa Timur akan menggunakan kata 'mbadog' untuk istilah makan tersebut. Pendapat di atas bagi kelompok lain nampaknya tidak sepenuhnya bisa diterima. Masih di dalam buku dan halaman yang sama, dikatakan oleh kelompok ini karena ujaran secara nyata merupakan perilaku sosial (social behaviour), maka untuk mempelajari ujaran tersebut tanpa referensi mengenai masyarakat tertentu itu, hanyalah merupakan perilaku permukaan saja (tanpa menghubungkan perilaku seseorang dengan orang lain). Hal ini bisa ditegaskan karena ujaran memiliki fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi dan juga alat identifikasi kelompok sosial. Dengan demikian, jelas bahwa sosiolinguistik mempunyai hubungan yang nyata dengan linguistik. Suatu ujaran tidak akan mempunyai makna apapun tanpa dikaitkan dengan konteks sosial suatu masyarakat. 3. Interaksi Bahasa dan Kehidupan Sosial Bahasa mempunyai peran sentral dalam melibatkan manusia untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Interaksi manusia dalam masyarakat memungkinkan penggunaan beragam bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan ujaran suatu bahasa memunculkan masalah dalam berbagai sektor kehidupan; pendidikan, perkembangan nasional, dan komunikasi antar budaya. Hal ini bisa terjadi karena belum adanya agreement mengenai model deskripsi bahasa dalam interaksi dengan kehidupan sosial. Hubungan keakraban sosial atau bahkan jarak sosial bisa ditandai dengan switching antara bahasa-bahasa yang berbeda, antara variasi dialek, atau antara kata ganti yang ada dalam dialek tersebut. (Hymes, 1973: 30). Teori umum mengenai interaksi bahasa dan kehidupan sosial ini harus mencakup berbagai hubungan antara makna-makna linguistik dan makna sosial dalam komunitas tertentu merupakan problem nyata, di antaranya menyampaikan cara berbicara sebagai salah satu di antara seperangkat bentuk-bentuk simbol di dalam masyarakat. Penerjemahan 1. Penerjemahan sebagai salah satu Kajian Ilmu Bahasa Dewasa ini perkembangan ilmu penerjemahan semakin banyak diminati oleh banyak orang dari berbagai disiplin ilmu. Majunya bidang teknologi dan ilmu pengetahuan di beberapa negara maju mendorong negara-negara lain untuk mempelajari ataupun mengadopsi kemajuan tersebut. Hal ini menjadi suatu kendala bagi negara-negara tertentu yang secara kebetulan tidak menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa dari negara yang dimaksud. Dalam keadaan seperti ini, dibutuhkan seorang mediator (penerjemah) yang dapat menjembatani perbedaan dua bahasa tersebut. Di Indonesia, banyaknya buku-buku terjemahan yang tersedia sekarang ini dan banyaknya film-film impor yang ditayangkan merupakan suatu fenomena lain yang menunjukkan bahwa penerjemahan memang sangat diminati oleh banyak orang. 95
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Purwani Indri Astuti, Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan
Penerjemahan dianggap sebagai salah satu kajian ilmu bahasa karena di dalam penerjemahan mengungkap struktur intern suatu bahasa. Menurut Chaer (2004: 1), yang dimaksud dengan struktur intem bahasa meliputi struktur fonologis, struktur morfologis, atau struktur sintaksisnya. Pengkajian secara internal ini hanya menggunakan teori dan prosedur linguistik saja. Beberapa pakar mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut : (a)"Translating consists of reproducing in the receptor 10-Iguage the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning, secondly in terms ofstyle " (Nida and Taber, 1982: 12). (b)."translation as the replacement of texture material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL) (Catford, 1965: 10). (c). "translation as the transfer of meaning from one set to another set of language signs" (Lawendowski (1978) dalam Shuttleworth and Cowie, 1997: 182). Dilihat dari maknanya, penerjemahan merupakan suatu proses yang sangat rumit yang terjadi di dalam otak manusia (dikenal sebagai proses kognitif), dan dari beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa di dalam penerjemahan melibatkan berbagai unsur bahasa. Unsur bahasa tersebut bisa dalam tataran kata, kalimat, bahkan lebih luas lagi dalam tataran teks. Dengan demikian, tepatlah kiranya dikatakan bahwa penerjemahan menjadi salah satu kajian ilmu bahasa. 2. Peran Penerjemahan dalam Masyarakat Di era globalisasi yang sernakin kompetitif, menuntut manusia sebagai pelaku di dalamnya membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan seseorang dalam menerima bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan menguasai bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional diharapkan seseorang dapat menerima informasi lebih banyak lagi dari negara luar, sehingga seseorang tersebut dapat mengembangkan i1mu dan pengetahuannya untuk kemajuan negaranya. Pada kenyataannya, tidak banyak orang Indonesia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Untuk itulah, kehadiran penerjemah sangat dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan komunikasi yang terjadi antara penutur dan petutur. Penerjemahan pada dasarnya tidak sekedar mengalihbahasakan dari satu bahasa ke bahasa lain. Hal terpenting yang harus selalu diingat bahwa pesan yang akan disampaikan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran harus sama. Di dalam perkembangannya, penerjemahan tidak hanya sekedar mendasarkan pada proses pengalihbahasaannya, namun lebih jauh juga mempertimbangkan pada pembaca sasaran (target reader) dan tujuannya. Nord (1997: 2) mengatakan, "Translating thus, involves aiming at a particular communicative purpose that may or may not be identicall with the one that other participants have in mind". Dari sini jelas terlihat bahwa peran penerjemahan dalam masyarakat sangat penting, mengingat masyarakat itu sendiri merupakan sekumpulan manusia yang heterogen yang memiliki dasar dan tujuan yang berbeda-beda. Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan Kegiatan penerjemahan yang dihasilkan oleh seorang penerjemah, sudah barang tentu ditujukan bagi individu-individu tertentu atau masyarakat tertentu yang membutuhkan karya terjemahan tersebut. Untuk itu, dalam menghasilkan karya tejemahan, seorang penerjemah tidak dapat mengabaikan unsur-unsur di luar masalah
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
96
No.1 / Volume 19 / 2010
WIDYATAMA
kebahasaan itu sendiri. Ketika dua orang manusia dari dua negara yang-berbeda dengan bahasa yang berbeda pula mereka berinteraksi, mereka akan berusaha untuk mendapatkan beberapa petunjuk yang dapat dipakai untuk memperjelas hal-hal yang akan disampaikannya. Hal yang sama terjadi dalam penerjemahan, petunjuk tersebut (bisa berupa latar belakang geografis, kelas sosial yang berbeda, dan lain-lain) sangat perlu diperhatikan untuk menentukan jenis terjemahan yang akan dihasilkan. Untuk menerjemahkan suatu teks percakapan misalnya, seorang penerjemah perlu menganalisis dari masyarakat penutur yang bagaimana dan untuk masyarakat petutur yang mana. Istilah dialek dan idiolek bisa menjadi petunjuk yang dapat digunakan untuk menerjemahkan teks tersebut dengan baik dan berterima. Apabila penerjemah tidak memahami faktor-faktor tersebut, bisa jadi hasil terjemahan tersebut menjadi suatu hasil terjemahan yang kurang berterima. Hal ini perlu diperhatikan, mengingat penerjemah tidak hanya sekedar mengalihkan bahasa, tetapi juga menyampaikan pesan yang dimaksud dengan baik. Selain itu, unsur emosi atau kejiwaan dalam menterjemahkan karya sastra perlu diperhatikan. . Tanpa mengetahui latar belakang budaya, geografis, dan petunjuk-petunjuk lain yang digunakan oleh penutur, mustahil seorang penerjemah dapat mentransfer pesan yang dimaksud dengan baik. Sebagai contoh: seorang penutur asli bahasa Inggris yang mengatakan kekagumannya terhadap suatu hal yang dilihatnya dengan mengatakan, "How beautiful the view is”. Bilamana kalimat tersebut ditejernahkan ke dalam bahasa petutur Jawa dari masyarakat menengah ke bawah, tidak cukup hanya ditejemahkan dengan, "Apike pemandangan iku". Di sini unsur emosi kurang terlihat secara nyata terjemahan tersebut akan jauh berbeda bila diterjemahkan dengan menggunakan seruan yang sering diungkapkan oleh orang Jawa ketika dia mengagumi sesuatu hal. Misalnya, terjemahan tersebut akan menjadi seperti ini, "Biyuh, apik tenan pemandangane". Terjemahan seperti ini tidak akan bisa dihasilkan bila di dalam penerjemahan mengabaikan hal-hal yang terjadi di dalam masyarakat. Dari ilustrasi di atas, dapat dikatakan secara umum ada pengaruh masyarakat di dalam penggunaan bahasa, yaitu : 1) Banyak contoh tentang lingkungan fisik di dalam kehidupan masyarakat yang direfleksikan dalam bahasa. Misalya kata snow dalam bahasa Inggris hanya menunjuk pada satu (atau mungkin dua) kata dan satu benda, namun dalam bahasa Eskimo kata itu mempunyai makna banyak. 2) Lingkungan sosial dapat direfleksikan dalam bahasa dan kadang-kadang memiliki efek pada sktruktur kosa kata. Contoh : sistem kekerabatan dalam masyarakat pada umumnya direfleksikan dalam kosa kata kekerabatan. Dalam kenyataannya, masyarakat penutur bahasa Inggris mengenal son, daughter, grandson, granddaughter, mother, father, dan sebagainya. Tentu saja selain itu dapat dibicarakan hubungan yang mengarah pada perbedaan antara hubungan paternal dan maternal, yang di dalam masyarakat yang berbahasa Inggris hubungan seperti itu tidak perlu disebutkan. Hal tersebut akan berbeda di dalam masyarakat yang menganut sistem paternal atau maternal semacam ini (Trudgill, 1977:27). Dari contoh dan penjelasan di atas jelas terlihat bahwa dukungan sosiolinguistik terhadap penerjemahan sangat nyata dan penting. Ujaran suatu bahasa tidak akan mempunyai arti bilamana dia hanya berdiri sendiri tanpa memperhatikan konteks kalimat yang menyertai dan masyarakat tempat penutur dan petutur berada.
97
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Purwani Indri Astuti, Dukungan Sosiolinguistik Terhadap Penerjemahan
Kesimpulan Bahasa merupakan alat komunikasi yang vital bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan segala sesuatu yang ada di dalam benaknnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ujaran suatu bahasa tidak akan berarti apapun bila ujaran tersebut berdiri sendiri tanpa memperhatikan konteksnya. Bahasa juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat masyarakat penutur dan petutur berada. Dalam perkembangan ilmunya, bahasa juga dipelajari oleh disiplin ilmu lain yang pada akhirnya menjadi ilmu antar displiner, salah satunya adalah sosiologi dan linguistik yang kemudian disebut sosiolinguistik. Dukungan sosiolinguistik dalam penerjemahan sangat nyata dan penting, karena dalam menghasilkan terjemahan yang baik dan berterima, seorang penerjemah tidak hanya memperhatikan unsur kebahasaan saja namun juga unsur non kebahasaan, misalnya ragam bahasa yang ada dalam masyarakat.
Daftar Rujukan
Abdul Chaer, Leonie Agustian. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bell, Roger T. 1976. Sociolinguistics (Goals, Approaches and Problems). London: BT Batsford. Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. Oxford Univel-sity Press. Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press. Hymes, Dell. 1973. Foundation in Sociolinguistics (An Ethnographic Approach). Philadelpia: University of Pennsylvania Press. Nida, E and Taber, C. 1982. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Bill Nord, Christiane. 1997. Translating as a Purposeful Activity (Funclionalist Approach Explained). Manchester U.K: St. Jerome Publishing. Shuttleworth, Mark and Moira Cowie. 1997. Dictionary of Translation Studies. Manchester U.K: St. Jerome Publishing. Trudgill, Peter. 1977. Sociolinguistics (An Introduction). England: Penguin Books Ltd, Harmondsworth, Middlesex.
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
98