URGENSI PUBLIC SPEAKING TERHADAP KINERJA GURU Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh SITI MAESAROH NIM 1110011000046
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Siti Maesaroh (NIM 1110011000046) Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pentingnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pendidik terhadap kinerja guru, khususnya dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) pengumpulan bahan keperpustakaan dengan banyak mengkaji, mengumpulkan, menganalisi data berupa membaca, mengikuti kuliah, menelaah buku-buku, dan bahan-bahan informasi lainnya. Dalam penelitian ini penulis menenukan hasil bahwa pentingnya public speaking terhadap kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksananaan pembelajaran. Yaitu: 1). Seorang guru perlu menyusun perencanaan dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya. Dalam mempraktikkan public speaking seorang guru akan merencanakan dan menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia sampaikan.. Ia juga mempersiapkan bagaimana membuka presentasinya, bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana yang akan disampaikan untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan. 2). Dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Maka guru sebagai pembicara harus mempertahankan konsistensi dalam berkomunikasi karena tujuan penyampaian pesan menempati posisi utama terutama dalam proses penyampaian pesan. Tidak hanya meteri saja yang perlu disiapkan, kecakapan guru dalam menyampaikan materi dan motivasi kepada siswa harus disiapkan secara matang. Karena pendidik sebagai pemberi materi ajar juga harus menyiapkan cara menyampaikan isi materi yang baik, memperhatikan kata demi kata yang disampaikan, mimik, dan gaya berbicara agar apa yang disampaikan bisa diserap dan pendidik faham dengan apa yang disampaikan agar kinerja guru tersebut dapat dilakasanakn dengan baik. Guru perlu menyampaikan materi pembelajaran secara tersusun dan sistematik, menggunakan bahasa yang jelas dan mudah, memberi informasi yang jelas serta memberi contoh-contoh yang saling berkaitan, memberi penekanan kepada materi esensial dan mengaitkan pelajaran itu dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang telah dimiliki peserta didik dan menggunakan alat bantu pembelajaran bagi membantu menjelaskan sesuatu konsep.
Kata kunci: Urgensi, Public Speaking, dan Kinerja Guru
ii
ABSTRACT Siti Maesaroh (NIM 1110011000046) Urgency of Public Speaking on Teacher Performance This purpose of this research is to know the importance of public speaking skills possessed by educators on teacher performance, especially in the planning of educated and dialogical learning and teaching practices. The Method of this study is qualitative research methods. In collecting the data, the writer used library research, collecting material with lots of assessing and analyzing data in the form of reading, attending class, studying books, and other information materials. In this research, the authors determined the result that the importance of public speaking on the performance of teachers in planning and learning process. The processes are 1). A teacher needs to prepare a plan in the form of systematic structure of what he would convey to their students. In practicing of public speaking, teacher will plan and create a framework that organizes content that will be delivered. He is also preparing for how to open the presentation, how to convey the essence of the material that will be delivered to conclude the entire content of which they had to say. 2). In the implementation of educational and dialogical learning. Then the teacher as a speaker must maintain consistency in the delivery of messages to communicate for the purpose occupies a prime position especially in the process of delivering a message. Not only material that need to be prepared, but also the skills of teachers in presenting the material and motivation to the students must be prepared carefully. Because educators as a giver of teaching materials should also set up a way of delivering content that good, pay attention to every word that was delivered, expression, and style of speaking process that what is delivered can be absorbed and educators familiar with what is delivered so that the teacher's performance can be done well. Teachers need to systematically deliver learning materials by using language that is clear and easy, delivering clear information and giving examples related to each other, giving emphasis to the essential materials and connect the knowledge and experience of learners who have owned learners and using a learning tool for helping explain something concepts. Keywords: Urgency, Public Speaking, and Teacher Performance
KATA PENGANTAR
Bismillahi Rahmani Rahim Al-hamdulillahi rabibbil-‘aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat kasih dan sayang-Nya yang senantiasa tercurah pada kita semua terutama bagi penulis sediri. Yang karena-Nya keberadaan penulis terutama dalam masa-masa penyusunan skripsi ini tidak dijumpai suatu kendala yang berarti. Shalawat serta ssalam tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW suri tauladan paling mulia bagi semesta alam. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulian skripsi ini, namun berkat dorongan dan bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Di ruang yang terbatas ini, penulis mengungkapkan perasaan hormat dan terima kasih yang tulus kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini, dengan sadar penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya peran serta dari orang-orang di sekitar penulis. Mereka adalah: 1.
Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2.
Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dosen Penasehat Akademik terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini.
3.
Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4.
Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya, memberi masukan, motivasi, perhatian serta doa dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga bapak senantiasa diberikan nikmat sehat serta dalam lindungan Allah selalu, dan menjadi suri tauladan kami.
iii
5.
Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku kuliah, semoga ilmu yang bapak/ibu berikan bermanfaat dan menjadi amal ibadah.
6.
Keluarga besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Kahfi Motivator School om Bagus dan keluarga, para pengajar, kaka senior dan teman-teman seangkatan, yang telah memberikan banyak ilmu dan inspirasi sehingga terselesaikan skripsi ini.
8.
Ibu (Muflikhatun) dan bapak (Muchari S.Pd.I) yang telah membesarkan, merawat, mendidik, mendoakan, memotivasi, memberikan dukungan baik moril maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kepada penulis. Kepada mereka penulis ucapkan sembah sujud sedalam-dalamnya, semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan selalu dalam lindungan-Nya. Amiiin.
9.
Adik-adikku tersayang Asnawi dan Abdul Syukur yang memberi doa motivasi, semangat dan nasehat *kadang lebih dewasa dari penulis. Kejar mimpi dan cita-cita kita agar menjadi manusia yang bermanfaat untuk sendiri dan orang lain.
10.
Mbah K.H. Ismail, Mbah Hj. Kamilah dan Mbah Iroh yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat/wejangan, dukungan baik moril maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dan memberi motivasi yang luar biasa kepada penulis, semoga selalu diberikan kesehatan keselamatan, kebahagiaan umur yang panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.
11.
Om tante dan pasangannya: Drs. H. Nuheri S.H, M.H./Upi Meliana S.H., Lutfiah/Fathullah, Abdul Jamil S.H.I./Nasrul Aeni S.H.I., Fathurozak S.Pt./ Sri
Dewi
A.Md.,
banget)/Baeturrohman Nurhayati/Rohidi,
Nurchikmah S.H.,
S.H.I
(tente
yang
memotivasi
Nasrudin S.Psi./secepatnya menyusul,
Suharti/Lanang
(Alm.)
dan
Tajilah/Suami
yang
memberikan doa motivasi dan semangat yang luar biasa kepada penulis,
iv
semoga selalu diberikan kesehatan keselamatan, kebahagiaan umur panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin. 12.
Sepupuku tersayang Aprilia Farchataeni, Toriq Farhan, Aulia, Fata, Billa, Fikri Aunilah, Kinzi, Affan, Fatah, Fatih, Abu, Umam, Indah, Habibi, Fadil, dan Faldo kejar terus mimpi dan cita-cita kita!!
13.
Keluarga besar PAI seangkatan khususnya P20AI (Ngeok, Puji, Titi, Ncek, Ncoop, Ella, Dian, Uci, Yani, Upi, Ijal,Yuda, Albert, Tio, Amin, Ali, dan semuanya) yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengukuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
14.
Keluarga besar: Pondok Pesantren DAAR EL-HIKAM,
KMPLHK
RANITA UIN JAKARTA, IMT CIPUTAT, HMI KOMTAR, LAPEMNI, dan FK2I yang memberikan banyak ilmu dan pengalaman luar biasa selama menjadi anggota, semoga manfaat! amiiin 15.
Sahabat-sahabat ku Suprapti, Alis Arsita, Endang, Uni Fadlilah, Siti Pujiat, Yully Khusniah dan Septia Rahayu yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.
16.
Terkakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dari dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam hotmat kepada mereka dan penulis panjatkan doa dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang lebih baik dari-Nya. Amiin. Akhirul kalam, Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses
yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, dan harapan. Penulis mohon maaf apabila skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan perbaikan-perbaikan pada dunia pendidikan khususnya pada bidang studi Agama Islam. Jakarta, 05 November 2014 Wasalam, Siti Maesaroh v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah . .............................................................................. 8 C. Pembatasan Masalah................................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 8 E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian....................................................... 9 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Public Speaking 1. Sejarah Public Speaking ..................................................................... 10 2. Pengertian Public Speaking ................................................................ 11 3. Faktor Pendukung Public Speaking.................................................... 12 4. Metode Public Speaking ..................................................................... 14 5. Instrumen Persuasive Public Speaking ............................................... 15 B. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru...................................................................... 17 2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru ............................................................ 19 3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru .......................................... 23 4. Penilaian Kinerja Guru ........................................................................ 24 5. Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar .................................... 25
vi
6. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru ................................ 28 C. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ...................................................................... 34 B. Metode Penelitian ...................................................................................... 34 C. Fokus Penelitian ........................................................................................ 35 D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 36 1. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 36 2. Instrumen Penelitian ............................................................................ 36 3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36 4. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif 1. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 39 B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif 1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kemampuan Public Speaking ................................................. 43 2. Kinerja Guru dalam Pelaksaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis yang Berkaitan dengan Kemampuan Public Speaking ......... 47 3. Interpretasi Hasil Analisis ................................................................... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 59 B. Saran .......................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 61
vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi di bidang pembangunan. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan banyak orang, dengan bermodal penguasaan materi itu sudah cukup, hal ini belumlah cukup dan dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki pekerjaan yang profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaan, menjaga kode etik. “Seorang guru yang profesional, memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi dari Ki Hajar Dewantara, “Ing garso sung talodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” Tidak cukup dengan menguasai materi pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh
1
2
atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju”. 1 Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literaturliteratur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, guru amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. 2 Akan tetapi pada kenyataan yang ada, para guru hanya berperan sebagai penyampai suatu pengetahuan. Upaya mereka kurang optimal, sehingga para lulusan yang dihasilkanpun kurang optimal dalam suatu bidang. Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas pelajaran di dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan berbagai seni yang lain, seperti seni berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau persuasive, seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal. Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa impresilebih dalam mengajar, di sinilah kemudian, makna guru dalam mengajar dirasa betul sifat pentingnya 3. “Guru atau pendidik memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam
proses
belajar-mengajar,
dalam
usahanya
untuk
mengantarkan
siswa/peserta didik ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya 4.” Disinilah seorang guru harus memahami bahwa siswa dalam dunia pendidikan sangat unik, guru harus memperlakukan siswa dengan tidak memihak, mampu membawa siswanya untuk serius dan bersemangat dalam menggapai cita1
Martinis Yamin, Sertifikasi ProfesiKeguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), Cet.1 hal 23 2 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144 3 Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18 4 Sardiman, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.125
3
citanya sesuai dengan kemampuan dan bidangnya. Tugas pendidik yaitu berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan komunikasi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Komunikasi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam peroses interaksi itu pihak pelajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal 5. Pendidik memiliki ciri khas yang berbeda dengan pendidik lainya dalam kemampuan berbicara atau diistilahkan dengan public speaking, jika pendidik tidak memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara dihadapan peserta didik, pastinya sangat sulit untuk bisa melakukan interaksi yang baik dengan peserta didik. Dengan adanya kemampuan berbicara yang baik yang dimiliki pendidik maka akan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memperoleh informasi yang telah disampaikan. Seorang guru yang pernah mengalami pengalaman buruk berbicara di depan publik kemungkinan besar akan memperbaiki sikap yang negatif terhadap public speaking. Seorang guru yang terlibat dalam public speaking, harus mengevaluasi sikapnya terhadap proses berbicara di depan publik dan menemukan alasan mengapa ia memiliki sikap demikian dengan berkaca dari pengalaman lampaunya. Selain sikap, persepsi seorang pembicara terhadap dirinya sendiri adalah faktor penting dalam menentukan karakternya sebagai seorang public speaker. Dalam konteks pengajaran, apabila seorang guru memiliki keyakinan terhadap dirinya bahwa ia dapat menjadi seorang public speaker yang baik, maka hal tesrebut akan tercermin dari caranya berbicara dan tampil di depan publik. Keterampilan berbahasa yang menyangkut tentang komunikasi adalah keterampilan berbicara. Pada hakikatnya, berbicara merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh manusia. Setelah pada awal proses pemerolehan bahasa, manusia menyimak setiap apa yang didengarnya, maka selanjutnya apa yang di 5
Sardiman, Ibid., h. 2
4
dengar itu akan diproses dalam alat pemerolehan bahasa yang selanjutnya akan dikeluarkan dalam bentuk perkataan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa separuh dari hidup manusia dihabiskan untuk berbicara terlebih seorang guru atau pendidik. Sebagaimana firman Allah swt yang terdapat dalam Q.S Ar-Rahman ayat 3 dan 4 mengenai kemampuan dalam berbicara atau kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seseorang : … “Dan menciptakan manusia, yang mengajarinnya pandai berbicara”. (Q.s Ar-rahman : 3-4). 6
“Ayat di atas dijelaskan dalam tafsir al-Qurthubi bahwa “Allah mengajarkan kepada setiap kaum bahasa kepada mereka, yang mereka gunakan untuk berkomunikasi”. 7 Dari penjelasan tafsir tersebut sudah jelas bahwa Allah telah menganugerahkan kemampuan berbahasa kepada manusia. Terlebih pada perkembangan jaman seperti saat ini dan meningkatkannya kemampuan manusia dibidang bisnis, tenaga kerja, dan dalam bidang pendidikan khususnya. Seorang pendidik dituntut untuk lebih terampil dalam berkomunikasi khususnya ketika “berbicara di depan peserta didik” untuk menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, sekaligus terampil menangkap informasi-informasi yang diterima oleh peserta didik. Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan nonverbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, cerita. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan para siswa.
6 7
515-517
Al-Qur’an dan terjemah Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi(17),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.
5
Didalam kelas guru menjelaskan, siswa bertanya, menyimak, sebaliknya guru mendapat informasi dari siswa-siswanya, dan menjawab pertanyaan siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator dan komunikan) aktif, dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau yang lebih aktif. Pada akhir dari penyajian materi, guru melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah dikomunikasikan 8. Guru yang mampu berbicara dengan baik di depan public dapat menyampaikan pesannya kepada pendengar. Bila ia berbicara pada anak didiknya, mereka akan mendengar dan memahami maksudnya, dan ketika ia membahas pelajaran di depan kelas, di depan forum, ia pun bisa menggerakan murid ke arah yang
dikatakannya.
Berbicara
yang
baik
akan
mudah
menyampaikan
pandangannya dan pasti didengarkan oleh patner bicarannya. Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan dari bahan ajarnya, sebagai seorang guru, pengajar haruslah menyampaikan bahan ajar dengan presepsi yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Terlibatnya dialog antara guru dan siswa merupakan titik awal dari seni itu sendiri. Dengan dialog, guru jelas berbeda dengan buku. Guru bukanlah media yang pasif. Guru dapat memotivasi belajar demi tujuan pembelajaran. 9 Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang siswa kadang kala timbul dan ada kalanya hilang sama sekali. Suatu saat siswa kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di depan muka kelas bukan disebabkan karna siswa tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya di ruang kelas atau seorang pendidik kurang memberikan teknik pengajaran yang bervariasi sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan oleh guru tersebut. Sebaliknya tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik. Perhatian yang dibangkitkan oleh guru tersebut perhatian yang disengaja, sedangkan perhatian 8
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), hal.Cet.1 24-25 9 Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), cet. 1 h. 15
6
yang timbul dengan sendirinya dalam diri sendiri tersebut dengan perhatian spontan. Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja maka guru harus dapat: a. Dapat menunjukan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa. b. Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan disajikan, c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat d. Berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana. Sedangkan perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara: a. Mengajar dengan persiapan baik b. Menggunakan alat peraga sebagai media c. Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu d. Mengadakan selingan yang sehat 10. Untuk itu, maka kemudian seorang guru harus memiliki berbagai pengetahuan, misalnya metode mengajar, pengelolaan pengajaran berbicara (public speaking) dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Pendidik dalam menyampaikan informasi tidak hanya sekedar berbicara di mana informasi yang disampaikan lewat begitu saja, akan tetapi seorang pembicara atau pendidik harus mempelajari tekhnik public speaking agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Pembicara yang mencoba bersikap sangat serius atau yang banyak akalnya mungkin saja gagal, namun pembicara yang menarik pendengarnya dengan keyakinan yang kongkret, tidak pernah gagal. Kalau sang pembicara sangat meyakini nilai pesan yang disampaikannya, penyampaiannya akan seperti kobaran api. Terlepas dari betapa penting kualitas percaya diri dan antusiasme yang sebagian orang tidak mempunyainya. “Ciptakan komunikasi telegrafis diantara kepala kita dengan hati kita.Bukan hanya memberi fakta-fakta melainkan juga menyingkapkan sikap kita sendiri terhadap fakta-fakta tersebut” 11. 10
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 8-9 11 Dale Canegie, Pubic Speaking for Success, (Ciputat: Karisma Publishing Group, 2010) h.166
7
Menciptakan suasana komunikatif yang baik dalam hubungan personal antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid merupakan suatu keadaan yang memungkinkan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Lembaga pendidikan tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada, diantaranya masalah kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Masalah kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran di mana guru masih ada yang belum membuat persiapan pembelajaran sebelum mengajar. Selain itu juga terlihat masalah yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari guru yang belum dapat mengkondusifkan keadaan kelas menjadi tenang ketika ada siswa yang melakukan keributan dikelas. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal. Guru yang kompeten akan akan melaksanakan tugas belajar mengajar didalam kelas dengan penuh semangat, serta penuh makna, murid selalu mendapatkan hal baru setiap kali masuk kelas untuk belajar. Murid tidak akan pernah bosan untuk belajar dikelas karena memiliki guru yang kompeten. Karena pada hakikatnya guru yang kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin belajar karena mereka mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar untuk masa depannya. Di sinilah pentingnya public speaking terhadap kinerja guru, agar komponen-komponen sistem lingkunagan itu saling mempengaruhi secara bervariasi, sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil, sistem lingkungan belajar, diperuntukan tujuantujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak dan seterusnya.
8
Keperihatinan terhadap kinerja guru yang masih kurang dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga belum sepenuhnya maksimal dan pengajar yang masih menggunakan model mengajar yang membuat peserta didik bosan, hal itu disebabkan karena kurangnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pengajar. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat tema penelitian ini dengan judul: “Urgensi public speaking terhadap kinerja guru”
B.
Identifikasi Masalah 1. Masih terdapat persoalan di mana kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran
dan
pelaksanaan
pembelajaran
belum
sepenuhnya
maksimal, sehingga penyerapan materi pelajaran yang diterima oleh siswa belum dapat diserap optimal. 2. Rendahnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pendidik sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal. 3. Kurangnya kecakapan guru untuk membangkitkan perhatian anak didik agar memiliki minat dan semangat dalam belajar.
C.
Pembatasan Masalah Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Untuk itu penulis membatasi masalah pada: Urgensi public speaking terhadap kinerja guru.
D.
Perumusan masalah Dari pembatasan masalah di atas, penulis menganggap perlu adanya
perumusan masalah agar pembahasannya terarah dan tidak meluas maka penulis merumuskan masalah pada: 1. Bagaimana urgensi public speaking terhadap kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran?
9
2. Bagaimana kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking?
E.
Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian penulisan skripsi ini adalah : a. Ingin menjelaskan urgensi public speaking terhadap kinerja guru. b. Untuk mengetahui kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking? 2. Manfaat penelitian Memberikan manfaat yang besar bagi para pendidik dalam menggunakan dan menerapkan urgensi public speaking yang baik agar dalam memberikan pengajaran atau informasi kepada siswa bisa diserap dan menghasilkan suasana belajar mengajar yang efektif, inovatif, dan menyenangkan.
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Public Speaking 1. Sejarah Public Speaking “Dahulu public speaking dikenal sebagai retorika. Retorika (retoric) biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan tujuannya adalah menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain agar mereka mengikuti kehendak kita.” 1 Menurut Aristoteles yang dikutip oleh saifuddin Zuhri, dalam retorika terdapat 3 bagian: a. Ethos (ethical) Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara berkomunikasi b. Pathos (emosional) Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi massa”. c. Logos (logikal) Yaitu pemilihan kaat atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara. 2 Zaman modern, di Prancis gerakan humanisme melahirkan penyair, pengarang, moralis yang terkenal sampai pada Revolusi Prancis. Mereka adalah Mirabeus. Dia adalah sosok yang terkenal sebagai ahli pidato atau berbicara didepan public. Di Inggris, orang Inggris mempelajari retorika atau seni bicara secara sistematis dan mengembangkan dengan karakter tersendiri. Ilmu retorika di Inggris dipergunakan dalam usaha untuk memperluas kekuasaan Kerajaan Inggris. Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu prilaku 1
Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2 Ibid.,h. 2
2
10
11
seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika mulai digeser speech communication, atau oral communication atau lebih dikenal dengan public speaking. 3 “Pada abad pertengahan ilmu retorika (public speaking) dengan sebutan lain ‘gaya berani berbicara’ telah lahir sejak abad pertama. Savonarola adalah tokoh ilmu retorika atau public speaking di abad petengahan sebelum masehi (SM). Ajaran Savonalora yang terkenal ialah dialektika dan logika”. 4 Pada zaman Renaisans dan Humanisme pada abad-14 dan abad ke-16, berkembanglah Renaisans di Italia. Sajak saat itulah, muncul suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu retorika atau public speaking dikembangkan kembali. Pada era itu pula, buku-buku mengenai ilmu retorika atau public speaking, seni sastra, filsafat, dan pendidikan banyak diterbitkan 5. 2. Pengertian Public Speaking Secara etimologis, public menurut Kamus Inggris Indonesia, berarti “masyarakat umum”. Sedangkan speaking “ialah berbicara, berpidato.” 6
Jadi
public speaking dapat diartikan secara harfiyah adalah berbicara atau berpidato dihadapan masyarakat umum. “Menurut Sirait mendiskripsikan pengertian public speaking sebagai berikut: public speaking adalah rangkaian cara berfikir yang didasarkan dari seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang dan dipadukan dengan etika, pola perilaku, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, analisis keadaan dan faktor lainnya 7.” Public speaking/ komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Apapun nama-namanya, komunikasi publik menunjukan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar.
3
Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.3 Op.cit., h.3 5 Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2-3 6 Jhon M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hal. 455 7 Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013), h.102-103 4
12
Komunikasi publik memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal 8. “Public speaking merupakan ilmu berbicara didepan umum, berani berbicara di depan publik, berbicara di depan publik/sejumlah orang/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi” 9. Sedangkan pengertian lain dalam buku Tubagus Wahyudi menjelaskan bahwa public speaking bukan hal yang bisa terjadi dengan sendirinya pada seseorang. Tetapi public speaking adalah sebuah ilmu yang kita semua sadari bahwa tidak akan mungkin sebuah ilmu itu dikuasai oleh seseorang kalau dia tidak menyiapkan waktu, menginvestasikan waktu untuk belajar. Public speaking adalah sebuah keterampilan yang diawali oleh sebuah pemahaman sebuah ilmu 10. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa public speaking merupakan seni atau keterampilan berbicara didepan umum dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada didalam komunikasi agar informasi yang disampaikan pembicara dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Dan Public speaking merupakan rumpun keluarga dari ilmu komunikasi yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan dan merupakan metode untuk dapat berbicara di depan khalayak dengan baik dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup.
3. Faktor Pendukung Public Speaking Menurut Albert Mehrabian seorang professor di University of Colivornia, dan dikutip oleh Tubagus Wahyudi menemukan hasil penelitian yang menyatakan ada tiga faktor pemdukung pembicara/public speaking antara lain :
8
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005),
h.34 9
Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h.1 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h.61 10
13
a. Verbal (7%) Verbal yaitu bagaimana seorang pembicara memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan konsep atau esensi, maksud dan tujuan berbicara didepan umum. b. Vokal (38%) Vokal yaitu bagaimana seorang pembicara harus sadar bahwa dia mengeluarkan suara sesuai dengan komoditas pesannya yang akan disampaikan. c. Visual (55%) Visual yaitu bagaimana seorang pembicara mampu menghadirkan mimik, gesture, dan body language-nya. 11 “Aspek vokal dengan persentase 38% menempati tempat kedua dan memiliki kontribusi besar bagi kesuksesan Aspek ini sangat penting. Banyak pihak percaya bahwa cara kita mengartikulasikan dan menyarankan pesan yang akan kita sampaikan ke audiens tiga kali lebih penting daripada pesan itu sendiri. Dan setiap manusia ternyata punya kemampuan menciptakan suara yang baik. 12” Dalam public speaking, bahasa tubuh kita sangat penting karena mempengaruhi perhatian audiens. Keseluruhan tubuh kita merupakan seperangkat yang sangat membantu dalam setiap penampilan kita dihadapan audiens. Tidak hanya menyiratkan apa yang sedang dipikirkan oleh pembicara, tetapi juga dapat membantu pemahaman audiens mengenai isi pembicaraan asalkan disampaikan dengan tepat dan benar. Menurut pandangan penulis, meskipun materi yang sudah disampaikan berjalan lancar, menarik dan pada waktu yang tepat, namun ketika audiens tibatiba terganggu dengan gerakan spontan yang dilakukan oleh pembicara maka hasilnya mereka hanya menyukai topiknya saja dan tidak menyukai performance pembicara. Menjadi pembicara memang tidak mudah. Sebagai pembicara kita dituntut untuk menyampaikan pesan yang menarik tidak hanya materi namun 11
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h.180 12 Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013), h.102-103
14
penampilan juga merupakan syarat yang penting yang harus dimiliki oleh pembicara.
4. Metode Public Speaking Menurut Helena Olii dalam buku Public Speaking ada empat metode public speaking yang dilakukan pembicara dalam pemilihan saat akan berlangsung public speaking, sebagai berikut: a. Metode naskah (Menuskrip) Naskahnya dibuat tertulis secara lengkap sesuai dengan apa yang akan disampaikan kepada public. Pembicara mengembangkan gagasan-gagasannya dalam kalimat-kalimat atau alinea-alinea. Bahkan ada pembicara tertentu menuliskan salam atau sapaan pembukaan dan salam saat penutupan. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi akan disebarluaskan dan dijadikan contoh bagi siapa saja yang akan mendengarkannya. b. Metode menghafal (memoriter) Cara ini sebenarnya lanjutan seperti membaca naskah. metode menghafal merupakan sebuah persiapan yang dilakukan oleh seoramg pembicara dan naskah yang telah dipersiapkan sebelum dipresentasikan bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal. c. Metode spontanitas (Impromtu) Cara ini berbeda dengan kedua cara sebelumnya. Pembicaraan tidak menyiapkan naskah, atau tidak membaca naskah. Pembicara hanya memikirkan masalah pada apa yang akan dikemukakan. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak. d. Metode penjabaran kerangka (ekstemporer) Metode penjabaran kerangka yaitu menjabarkan materi yang berpola secara lengkap. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus
15
disiapkan garis-garis besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan 13. Menurut hemat penulis, dari keempat metode dalam public speaking di atas terdapat kekuatan dan kelemahan masing-masing. Untuk itu seorang pembicara atau public speaking harus mampu menempatkan dan memilih metode mana yang harus digunakan tentunya hal ini disesuaikan dengan kecocokan dari masingmasing metode dan penyesuaian acara yang sedang berlangsung dalam artian apakah perlu menggunakan naskah, kerangka, atau hafalan akan tetapi terlepas dari itu semua seorang pembicara harus memperhatikan dan mengutamakan audiens agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens.
5. Instrumen Persuasive Public Speaking Yang dimaksud dengan instrument persuasive adalah elemen yang merupakan alat-alat dalam membantu seseorang public speaker melakukan persuasi, adalah sebagai berikut : a. Ice breaker.Upaya untuk membuka sebuah penampilan disaat kita berbicara dengan membantu menciptakan suasana yang nyaman, suasana yang lebih membuat audiens percaya kepada kita. 1) Ice breaker merupakan pelumas atau pembuka tabir jarak antara kita sebagai seorang pembicara dengan audiens. 2) Ice breaker adalah memenuhi kebutuhan kodrat manusiawi, yaitu gradasi. Manusia adalah makhluk yang tidak senang pada kondisi atau suatu yang tidak berangsur-angsur. Sehingga seorang pembicara ketika tampil menjalankan tugasnya, dia tidak boleh langsung menyampaikan materi. 3) Ice breaking bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan audiens kepada kita 14. “Bagian awal ini juga berfungsi untuk menarik minat pendengar, dan memperkenalkan topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik untuk mendengar pembicara lebih lanjut”. 15
13
Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.38-
41
14
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h. 217-218 15 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), h.3
16
Penulis menyimpulkan bahwa Ice breaker merupakan sebuah jembatan penghubung bagi pembicara dihadapan audiens saat membuka penampilan baik berupa mativasi, humor, cerita atau hiburan. b. Energizer. Merupakan poin-poin yang sama dengan ice breaker, hanya berbeda pada peletakannya. Sekali lagi, energaizer diletakan ditengah-tengah penampilan kita disaat menyampaikan materi. Kenapa harus ada energaizer di setiap penampilan atau di pertengahan pembicaraan. 1) Karena kesadaran akan cara kerja otak dimana fokus manusia di setiap 20 menit akan terjadi penurunan. Penurunan itu harus distimulus, harus diberikan semacam suplemen dalam bentuk energizer sehingga itu kembali membaik. 2) Untuk mempertahankan fokus audiens. 3) Menyegarkan suasana 4) Mampu menjaga suasana komunikatif. 16 Pada bagian tengah ini berfungsi untuk menyajikan, topik yang dibicarakan, secara lebih mendalam lagi. Di bagian inilah, semua informasi dituangkan untuk mendukung topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin berminat untuk mendengarkan pembicaraan sampai selesai 17. Menurut hemat penulis energaizer merupakan upaya yang dilakukan oleh pembicara ditengah-tengah penampilan untuk membangkitkan kembali semangat audiens. Agar audiens lebih fokus dalam menerima informasi. c. Closing power, yaitu penutup yang berisi: 1) Kesimpulan-kesimpulan 2) Ajakan-ajakan dan motivasi 3) Kata-kata bijak atau mungkin kita bisa mengutip ayat suci 4) Sebutkan tujuan hidup yang baik, benar, dan bagus, yang berkaitan dengan materi yang baru saja kita sampaikan. Sekaligus mungkin kita tambahkan kata-kata mutiara, lalu kita akhiri dengan closing power kita dengan saran, berterima kasih kepada audiens, dan kita menyampaikan salam. Sampaikanlah pula di mana dan dengan cara apa audiens bisa menghubungi kita kemudian hari 18. Seperti yang telah dijelaskan diatas dapat penulis dapat menyimpulkan Closing power merupakan bagian penutup dalam sebuah penampilan berisikan tentang kesimpulan, motivasi, saran, ajakan dan ucapan terima 16
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h. 218. 17 Helena Olii, Op,cit, h.3 18 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013), h 218-219
17
kasih kepada audiens agar pembicara memilki kesan yang baik dihadapan audiens. B. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru Berbicara tentang kinerja guru terdapat beberapa pengertian atau makna kinerja guru, seperti beberapa pendapat dibawah ini: Kinerja atau performance yang diartikan “dengan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, dan penampilan kerja.” 19 Menurut Poerwadarmita dalam kamus besar bahasa Indonesia. “Kinerja adalah suatu yang ingin dicapai, prestasi yang ingin di perlihatkan dan kemampuan kerja seseorang 20”. Mulyasa menjelaskan bahwa, “kinerja dapat diartika sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian, atau unjuk kerja”. 21 “Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi 22.” Guru menurut kamus besar bahasa Indonesia “adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar, kencing berdiri, murid kencing berlari, kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang atasanya)” 23. Guru merupakan suatu profesi yang “berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan” 24. ”Menurut Undang-undang guru No.14 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1: Guru adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
19
Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 53 WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 56 21 E mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2003), h. 136 22 Yaslis Ilyas, KINERJA teori, penilaian dan penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002), h.65 23 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 377 24 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), h.15 Cet.5 20
18
pada pendidikan anak usia dini dan jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” 25. Jadi guru merupakan tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus sebagai pendidik/pengajar yang tugasnya mendidik, mengajar, melatih siswanya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat dilingkungan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dimasyarakat. Kinerja guru “merupakan kinerja atau untuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan /pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah” 26. Kinerja guru “merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas peserta didik dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik” 27. Menurut Suryo Subroto yang dimaksudkan dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah Kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan komunikasi dan edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran 28. Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan. Dari definisi yang telah dijelaskan diatas penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan didalam lingkungan pendidikan. 25
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), hal. 210-211 Cet.2 26 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144 27 Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2013), Cet. 1 h.54 28 Suryo subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1 h. 8
19
2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru Keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari tingkat kompetensi guru dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Kemampuan yang harus di miliki guru telah disebutkan dalam “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi: a. Kompetensi paedagodik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi professional d. Kompetensi sosial. 29” Untuk lebih jelas, berikut pendeskripsikan secara singkat empat macam kemampuan yang mutlak yang harus dikuasai oleh seorang guru: 1) Kompetensi Paedagogik “Kompetensi Paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya 30.” Kriteria kompetensi paedagogik meliputi : a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembanagan yang mendidik. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 31
29
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005), h.26 30 Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 1 h. 9 31 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5 h. 54-55
20
Jadi penulis menyimpulkan kompetensi paedagogik berkaitan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni pesiapan mengajar yang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa. 2) Kompetensi Kepribadian “Kompetensi
kepribadian
merupakan
kemempuan
personal
yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.” 32 Kriteria kompetensi kepribadian meliputi : a) b) c) d) e) f) g) h) i)
Mantap Stabil Dewasa Arif dan bijaksana Berwibawa Berakhlak mulia Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat Mengevaluasi kinerja sendiri Mengembangkan diri secara berkelanjutan. 33
“Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan kepribadian guru meliputi halhal berikut: 1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi 3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4) Melaksanakan administrasi sekolah 5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran 34.” Dalam pandangan penulis bahwa kepribadian yang dimiliki seorang guru penting, karena guru merupakan cerminan prilaku yang dapat mempengaruhi prilaku siswa-siswanya. Guru yang memiliki kepribadian yang baik akan membawa siswanya kepada sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. 3) Kompetensi Profesional
32
Martinis Yamin, op. cit., Cet. 1, h. 8 Martinis Yamin, op. cit., Cet. 1, h. 9 34 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-17, h.16 33
21
Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatannya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemampuan belajar yang tidak pernah putus. 35 Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai suatu yang menggambarkan kemampuan seorang guru, baik kemampuan kualitas maupun kuantitas yang dapat digunakan dalam melaksanakan kuwajibannya secara bertanggung jawab dan layak. “Kompetensi profesional mencakup beberapa hal yaitu: a) Penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsepkonsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut. b) Penguasaan dan penghayatanatas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. c) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran peserta didik.” 36 Menurut hemat penulis seorang guru harus memiliki kompetensi profesional karena seorang guru harus menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah. Kompetensi profesional guru penting dalam hubungannyadengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah, kurukulum didalamnya dan lingkungan sekolah akan tetai juga ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswanya. 4)
Kompetensi Sosial
35
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5, h. 56-57 Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.40-41
36
22
Kompetensi sosial yang dimiliki guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman) 37. Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Kriteria kompetensi sosial meliputi : a) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan b) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kemampuan berkomunikasi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. c) Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat 38. Dalam pandangan penulis kemampuan sosial yang dimiliki seorang guru sangat penting karena guru adalalah makhluk individu yang tidak hidup sendiri. Seorang guru harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Karena segala kegiatannya pasti dipengaruhi oleh pengaruh lingkunagan sosial disekitar. Jadi, guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan tertentu dan akan mengaplikasikan dan mengembangkan kemampuan tersebut diperlukan tersebut diperlukan suatu latihan dan kependidikan. Seorang guru agar ia dapat menajdi guru yang mampu berkompeten dan professional dalam bidangnya maka guru harus memiliki kriteria kemampuan dasar sebagaimana yang dijelaskan di atas. Sebagai mana firman Allah SWT …
37
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), Cet.5 h.19 Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.38
38
23
Artinya:“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya. Termasuk dalam pengertian Keadaan disini ialah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya.”(QS. Al-Isra:84) 39. Ayat tersebut diatas, menjelaskan bahwa setiap orang (guru) yang melakukan suatu peerbuatan, mereka akan melakukan sesuai dengan keahlian dan keadaan yang dimiliki masing-masing.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Menurut Syafri Mangkupiwara dan Aida Vitayala kinerja merupakan suatu kontruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Uraian rincian faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas meneger dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru. b. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim. c. Faktor sistem, meliputi sistem kinerja, fasilitas, kerja yang diberikan oleh pemimpin sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah). d. Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. 40 Gambar di bawah ini pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi (sekolah), Seperti terlihat pada gambar di bawah, kinerja individu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi dan peran individu yang bersangkutan. Kinerja individu ini akan mempengaruhi kinerja kelompok dan akhirnya kinerja ini akan mempengaruhi kinerja oganisasi. Kinerja kelompok juga dipengaruhui oleh faktor-faktor yang terkait dengan
39
Al-Quran dan Terjemahnya Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) cet. 1 h. 129-130 40
24
karakteristik tim. sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karekteristik organisasi. Sebagai berikut:
Kinerja Individual
41
Kinerja Organisasi
Kinerja Kelompok
Faktor Kinerja : Faktor Kinerja :
Pengetahuan Keterampilan Motivasi Peran
Faktor Kinerja:
Keeratan tim Kepemimpinan Kekompakan Peran tim Norma
Lingkungan Kepemimpinan Struktur organisasi Pilihan strategi Teknologi Kultur organisasi Proses organisasi
Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa baik buruknya kinerja guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor saling mempengaruhi, seperti yang telah dipaparkan diatas. Apabila memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, berarti upaya untuk mengembangkan kinerja guru kearah yang diinginkan oleh guru dan lingkungan sekolah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan.
4. Penilaian Kinerja Guru Penilaian kinerja terhadap kinerja guru sangat diperlukan. Karena penilaian kinerja guru bermanfaat dalam mengetahui tentang: Perbaikan prestasi kerja, adaptasi kompetensi, keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan karir, penyimpangan proses staffing ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil, dan tantangan eksternal. 41
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) h. 129-130 cet. 1
25
Agar penilaian kinerja guru mudah dilaksanakan serta membawa manfaat diperlukan pedoman dalam penilaian kinerja. Pedoman penilaian terhadap kinerja guru mencakup: a. Kemampuan memahami meteri bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya (subject mastery and content knowledge) b. Keterampilan metodologi yaitu merupakan keterampilan cara penyempaian bahan pelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi (methodological skills atau technical skills) c. Kemampuan berinteraksi dengan peserta didik sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif yang bisa memperlancar pembelajaran. d. Di samping itu, perlu juga adannya sikap profesional (professional standard-professional attitude), yang turut menentukan keberhasilan seorang guru di dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan panggilan sebagai seorang guru. 42 Dengan melihat dari subjek utama dalam menejemen sumber daya manusia, yaitu guru dan madrasah. Kegunaan penilaian kinerja pada umumnya memenuhi dua tujuan, yaitu: meningkatkan kinerja guru dengan cara membantu mereka menyadari dan menggunakan potensi mereka sepenuhnya dalam menjalankan misi-misi organisasi, serta menyediakan informasi kepada guru dan kepala madrasah yang akan dipakai dalam keputusan-keputusan pekerjaan terkait. Apabila indikator tersebut diatas sudah berhasil dilakukan oleh guru dan siswa maka proses kegiatan belajar mengajar akan tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan.
5. Peranan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Guru sangat berperan dan membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan
bahwa
setiap
orang
membutuhkan
orang
lain
dalam
perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan
42
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2013), h.72
26
anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik serta individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang ynag sangat mendasar. Peranan dan kompetensi guru di dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak banyak hal yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Guru sebagai Demonstrator
b.
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar.Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik 43. Guru sebagai Pengelola kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. 43
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-17 h.9
27
Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum mengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manager guru bertanggung jawab memlihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa. Sebagai
manager
lingkungan
belajar,
guru
hendaknya
mampu
mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan. 44 c.
Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi hasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggusahakan media yang
44
Ibid., Cet. Ke-17 h.10
28
baik. Untuk itu guru perlu memahami latihan-latihan praktik secara kontinue dan sistematis, baik melalui pre-service maupun melalui in-service training. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai
mediator
guru
pun
menjadi
perantara
dalam
hubungan
antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa. “Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-
mengajar, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. 45” d. Guru Sebagai Evaluator Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya.Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. 46 Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat 45
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), Cet.5 h.64 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), Cet.5 h.24
46
29
mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar-mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. 47 Jadi dapat disimpulkan dari urarian di atas bahwa guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, di mana kegiatan belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
6. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru Kegiatan komunikasi bagi diri manusia, merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok. Bahkan dapat dikatakan melalui komunikasi akan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan
antara
komunikator
dengan
komunikasi
biasannya
karena
menginteraksi sesuatu, yang di kenal dengan istilah pesan.Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran. Jadi unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan, pesan, dan saluran atau media. Begitu juga hubungan dengan manusia lain, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada. 47
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013) Cet. Ke-17, h.11-12
30
Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan komunikasi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar suatu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. komunikasi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam proses komunukasi itu pihak pelajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. 48 ”Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan yang dipandanng dapat menunjang terciptannya suatu poses pendidikan yang mungkin produktif (efektif,efisien), baik aspek sarana prasarana, kurikulum, maupun peningkatan kualitas SDM pendidik”. 49 Ketika di depan kelas, guru menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian sekaligus objek penyidikan. Para siswa melihat guru dari atas sampai bawah.Karena itu, mengajar merupakan sesuatu yang pribadi yang tidak dapat digantikan begitu saja. Mengajar itu melibatkan guru sebagai sosok yang menyeluruh, bukan hanya sebagai seorang yang mencoba menyampaikan sepotong pengetahuan. Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas pembelajaran di dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan berbagai seni yang lain, seperti seni berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau persuasife, seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal. Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa impresi lebih dalam mengajar, di sinilah kemudian, makna guru dalam mengajar dirasa betul sifat pentingnya. 50 Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal sesuatu yang berguna, sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu secara efektif, dengan tugasnya menciptakan situasi interaksi edukatif. Guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan diajarkan kepada siswa, tetapi juga harus mengetahui bagaimana cara penyampaiannya (public 48
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 2 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.
49
192 50
Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18
31
speaking) dengan benar, sehingga mampu memberikan motivasi, dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional sebagai seorang pendidik dan mencapai target kinerja atau usaha pencapaian tujuan dalam proses belajarmengajar. Karakter seorang guru sebagai pembicara publik adalah faktor penting yang menentukan bagaimana ia menghadapi proses pertukaran pesan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Mendalami dengan sepenuhnya karakter pribadi seorang guru sama pentingnya dengan mendalami karakter siswa sebagai audiens. Jika seorang guru tidak merasa senang dengan subjek yang ia ajarkan atau tidak merasa cukup menguasainya, jangan memaksakan diri dan jangan berpura-pura untuk memahami segalanya hanya karena predikat sebagai seorang guru. Pengenalan terhadap diri, dan kenyamanandalam mengajar sangat tercermin dari gaya mengajar dan gaya berbicara yang ditampilkan oleh seorang guru. Dilihat dari peranan guru didalam kelas, mereka berperan sebagai seorang komuikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan nonverbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, dan lain sebagainya. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan para siswa. Pesan dalam bentuk verbal tersebut dirancang untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan, diterapkan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, media, dan dalam alokasi waktu yang sesuai dengan beban muatan materi. Komunikasi meteri pelajaran tidak terbatas didalam teks semata tetapi dirancang untuk diluar kelas, berupa tugas yang terkontrol dan terukur, baik materi teoritis dan praktis, sehingga materi pelajaran yang disajikan lebih komunikatif. Di dalam kelas guru menjelaskan, siswa bertanya, menyimak, sebaliknya guru mendapat informasi dari siwa-siswanya, dan menjawab pertanyaan siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator, komunikan) aktif, dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau siswi yang lebih aktif. Pada akhir dari penyajian materi, guru
32
melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah dikomunikasikan. Komunikasi pembelajaran dapat dilakukan dalam komunikasi interpersonal dan komuniksi kelompok kecil. Komunikasi interpersonal dilakukan secara bertatap muka (face to face) dan jumlah partisipan, tidak terdapat kesatuan pendapat para ahli tentang itu, yang prinsip adanya interaksi, komunikator dan komuikan dapat berpartisipasi, dapat melihat, mendengar, tertawa, meraba satu sama lain, maka di sini pesan non verbal berupa perilaku mempunyai pengaruh yang amat penting, dan secara langsung dapat memberi umpan balik, baik sengaja ataupun tidak sengaja. 51 Mengajar dilakukan dengan tujuan untuk membantu siswa dalam belajar, maka seorang guru perlu memperhatikan kualitas mengajar. Guru diharapkan memiliki keterampilan untuk menciptkan suasana komunikatif dengan siswa. Dengan memiliki keterampilan tersebut maka siswa akan berpartisipasi secara aktif
dalam
menyampaikan
pendapat,
mengembangkan
imajinasi,
dan
menyalurkan daya kreativitas. Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang digambarkan banyak orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. 52 Menciptakan suasana komunikatif yang baik dalam hubungan personal antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid merupakan suatu keadaan yang memungkinkan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Seorang guru perlu memperhatikan kinerja, menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya. Dalam mempraktikkan public speaking, seorang guru harus menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia sampaikan. Ia harus merencanakan konten serta urut-urutan apa yang akan ia sampaikan di dalam kelas. Ia juga harus mempersiapkan bagaimana 51
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press, 2007), Cet. 1 hal. 24-25 52 Ibid., Cet. 1 hal. 22-23
33
membuka presentasinya, bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana serta apa yang akan disampaikan untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan, agar kinerja guru tersebut dapat dilakasanakn dengan baik. Guru yang kompeten akan melaksanakan tugas belajar mengajar didalam kelas dengan penuh semangat, serta penuh makna, murid selalu mendapatkan hal baru setiap kali masuk kelas untuk belajar. Murid tidak akan pernah bosan untuk belajar dikelas karena memiliki guru yang kompeten. Karena pada hakikatnya guru yang kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin belajar karena mereka mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting belajar untuk masa depannya. C. Hasil Penelitian Relavan Berdasarkan
penelusuran
penulis
terhadap
karya
ilmiah
skripsi/tesis/disertasi di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa yang membahas tentang public speaking terhadap Kinerja Guru belum penulis temukan secara khusus, namun ada beberapa skripsi yang menulis tentang public speaking, yaitu skripsi sodari Hartika Yuliasari (2012), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang berjudul Strategi Kahfi Motivator School dalam meningkatkan kemampuan public speaking mahasiswa. Dia menjelaskan bahwa pentingnya public speaking di kampus kahfi untuk meningkatkan kemampuan mahasiswanya dalam berbicara. Dan dengan strategi tersebut pengajar di Kahfi Motivator School dapat memahi sejauh mana kelebihan dan kekurangan mahasiswannya, sehingga demikian dapat meningkatkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswanya dalam public speaking. Skripsi dari saudara Dede Anik Fh, Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMP al-Shighor. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan. Dia menjelaskan bahwa aspek peningkatan kinerja guru diawali dengan pembinaan kinerja guru yaitu dengan cara
memberikan
pelatihan
pembuatan
RPP,
pengenalan
media/
alat
34
pembelajaran, pendidikan dan pelatihan/diklat, serta mikro teaching. Dengan pembinaan tersebut, maka kualitas kinerja guru meningkat dengan baik. Selanjutnya sekripsi soudari Mia Huzaima (2012), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), yang berjudul “Urgensi Metode Keteladanan dalam Pendidikan Islam”. Dia menjelaskan keteladanan dalam pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Karena dengan keteladanan ini peserta didik akan menilai dan meniru. Pada dasarnya manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya. Orang tua dan para pendidik harus mengerti dampak buruk dari hilangnya keteladanan dalam mendidik anak. Karena ketika para pendidik tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya maka umat secara umum dan anak didik secara khusus akan hancur sehingga muncul berbagia macam dekadensi moral, kerusakan mental, kehancuran akhlak dan kebodohan merajalela serta kenakalan remaja terjadi dimana-mana. Namun penelitian pada penulisan skripsi ini tetap memiliki perbedaan dengan skripsi-skripsi di atas, karena lebih difokuskan pada urgensi public speaking terhadap kinerja guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek dan Waktu Penelitian 1. Obyek Penelitian Dalam penelitian library research ini yang dijadikan objek ialah literatur-literatur yang berkaitan dengan: a. Public speaking b. Kinerja guru 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian Penelitian yang berjudul “URGENSI PUBLIC SPEAKING TERHADAP KINERJA GURU’’ ini tidak ditentukan batasan waktunya, karena sejalan dengan berkembangnya literatur
yang
sedang
dibahas
hingga
benar-benar
dinyatakan
selesai.Digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang yang diperoleh dari teks books yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan public speaking terhadap kinerja guru, metode dan materi dari berbagai sumber sebagai sumber primer. 3. Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya
35
36
dengan menggunakan data empiris dan memahami fenomena sosial melalui memperbanyak pemahaman mendalam makna (mearning). Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis mengumpulkan bahan keperpustakaan, dengan cara membaca, mengikuti kuliah, menelaah buku-buku, dan bahan-bahan informasi lainnya terutama yang berkaitan dengan public speaking terhadap kinerja guru dan beberapa sumber diantarannya sebagai berikut: a.
Sumber data primer: The Power of Public Speaking the Secret karya Charles Bonar Sirait, Public Speaking era Konseptual karya Tubagus Wahyudi, ST., MSi., MCHt., CHI., Model-model Pembelajaran karya Dr. Rusman, M.Pd., Administrasi Pendidikan karya Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. Standarisasi Kinerja Guru karya Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd. dan Dra. Maisah, M.Pd.I
b.
Sumber data skunder: yang merupakan buku-buku penunjang ataupun pembanding terhadap judul yang akan diteliti.
Penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
4. Fokus Penelitian ”Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penulis dilapangan" 1. Fokus penelitian ini adalah public speaking terhadap kinerja guru. Yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking. Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah 1
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2011) h.378-379
37
menjelaskan tentang pengertian, faktor-faktor, macam-macam, tujuan dari sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang dan pembanding terhadap yang akan diteliti.
5. Prosedur Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.M mendefinisikan “metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati”. 2 Sedangkan pengertian deskriptif yang dimaksud adalah peneliti menguraikan secara teratur seluruh konsep. Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam skripsi ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis yang penulis kaji mengenai urgensi public speaking terhadap kinerja guru. b. Instrumen Penelitian “Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrument atau alat. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. 3” Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan diri sebagai instrument,
bertindak
sebagai
perencana,
pelaksana,
pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data mengenai public speaking terhadap kinerja guru.
2
Lexy J.M., Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 3. Ibid., h. 121.
3
38
c. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal dan lain sebagainya yang berhubungan dengan topik yang dikaji. Langkah ini biasanya dikenal dengan dengan metode dokementasi. Suharsimi berpendapat “bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya”. 4 Teknik ini digunakan oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan data yang berhubungan dengan urgensi public speaking terhadap kinerja guru d. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan membiarkan data menumpuk, untuk kemudian menganalisisnya. Bila demikian halnya, ia akan mendapatkan berbagai kesulitan dalam menangani data. Semakin sedikit data, semakin mudah penanganannya. Mumpung sedikit, segeralah data itu dibereskan.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), h. 206.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif 1. Urgensi public speaking terhadap kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Era reformasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan menjadi obat pelajaran untuk memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan. Apa pun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti sebagai kinerja guru. “Guru yang baik tidak akan putus asa, dan menjadikan kritikan sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan”. 1 Guru yang efektif mengatur kelas dengan prosedur yang telah disiapkan. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan. Jika guru memberi tahu 1
Pupuh Fathurrahman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Jakarta: Refika Aditama, 2012) h.30-31
39
40
siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar dikelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar. Di dalam perspektif siswa sebagai pusat pembelajaran, terdapat beberapa model yang dapat digunakan, misalnya: model diskusi, model proyek, model permainan, model ice breaker. Model diskusi mensyaratkan keaktifan siswa dalam berbicara atau menulis, serta mengkomunikasikan buah pikiran secara interaktif dengan sesama siswa dan guru. Diskusi ini bisa berupa obrolan pagi,diskusi berpasangan, diskusi tentang pemahaman teks, studi kasus, diskusi dengan film, serta debat. Walaupun
tampaknya
beberapa
model
yang
dianjurkan
dalam
pembelajaran yang berpusat kepada siswa mengurangi dominasi guru di kelas, namun tetap kegiatan belajar tidak akan lepas dari kemampuan seorang guru untuk berbicara di depan audiensnya, yakni para siswa. Justru, di dalam konteks pembelajaran berpusat pada siswa ini, kemampuan guru untuk menjadi speaker yang menginspirasi sangat penting untuk dipraktikkan sehingga menumbuhkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa. Penilaian tentang kinerja sering dilakukan atas kesetiaan, kejujuran, prestasi kerja, loyalitas, dedikasi dan partisipasi. Kesetiaan dapat diartikan sebagai kesediaan guru untuk mempertahankan nama baik, asas dan lambang negara, sesuai dengan janji dan sumpah yang telah diucapkan. Konsekuensi dari penerapan ini adalah kinerja guru dituntut untuk selalu taat, jujur, mampu berkerja sama dengan tim, memiliki prakarsa dan bersifat kepemimpinan yang mengayomi seluruh warga madrasah. Dengan demikian kinerja guru secara langsung mengacu kepada perwujudan keadaan tingkat perilaku guru dengan sejumlah persyaratan. Kinerja seseorang, kelompok atau organisasi tidak sama, satu dengan yang lain tergantung dengan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Dengan demikian guru madrasah berhubungan dengan peran sebagai pelatih yang akan mengfasilitasi seluruh aktivitas organisasi. “Kinerja guru dapat ditunjukkan dari seberapa besar kompetensikompetensi yang dipesryaratkan dipenuhi. kompetensi tersebut meliputi
41
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.” 2 Kinerja
guru
dapat
terlihat
jelas
dalam
pembelajaran
yang
diperlihatkannya dari prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peseta didik yang baik. Selanjutnya, “kinerja yang baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta didik.” Terdapat beberapa indikator kinerja guru yaitu: “akan tampak dalam hal kepuasan peserta didik dan orang tua peserta didik, prestasi belajar peserta didik, perilaku sosial dan kehadiran guru.” Maka jelaslah bahwa menilai dan memahami kinerja guru tidak lepas dari peserta didik sebagai subjek didik, dan tingkat prestasi belajar yang dicapai peserta didik merupakan gambaran kinerja guru sebagai perencana dan pengelola pembelajaran administrasi kelas. “Ukuran keberhasilan guru secara sederhana, adalah apabila peserta didik bertambah gairah dalam belajar, bila hasil belajar peserta didik meningkat, bila disiplin disekolah membaik, bila hubungan antara guru, orang tua, dan masyarakat menjadi mesra. Ringkasnya bila kompetensi guru menjadi lebih dan wajar”. 3 Dalam pandangan penulis seorang guru harus memberikan perhatian lebih kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik, pengajar haruslah menyampaikan bahan ajar yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Melibatkan dialog antar keduanya yaitu antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa yang lainnya, agar dalam proses belajar mengajar siswa tidak pasif, siswa memiliki minat lebih dalam belajar dan suasana kelas tidak membosankan. Kinerja
guru
dapat
terlihat
jelas
dalam
pembelajaran
yang
diperlihatkannya dari prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peseta didik yang baik. selanjutnya, kinerja yang baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta didik. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pemberian insentif kepada peserta didik. Cara-cara memberikan insentif ialah dengan menyediakan laporan 2
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013), Cet. 1 h.54-55 Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 12 3
42
kemajuan hasil belajar peserta didik kepada orang tua/wali peserta didik pada setiap minggu, atau memberi ganjaran kepada sekelompok peserta didik yang menunjukan tingkah laku dan kemajuan yang baik. Dengan adannya insentifinsentif dengan ganjaran akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyiapkan tugas-tugas rumah mereka. Mengacu pada model input-proses-output oleh Slavin dikutip oleh Supardi bahwa kinerja guru dapat dilihat dari kualitas pembelajaran, kesesuaian tingkatan pembelajaran, aspek insentif, dan waktu dapat dijelaskan sebagai berikut: 4 a.
Aspek
kualitas
pembelajaran
merupakan
upaya-upaya
guru
untuk
menyampaikan pembelajaran supaya mudah dipahami, mudah diingat dan menyenangkan. Guru perlu menyampaikan materi pembelajaran secara tersusun dan sistematik, menggunakan bahasa yang jelas dan mudah, memberi informasi yang jelas serta memberi contoh-contoh yang saling berkaitan, memberi penekanan kepada materi esensial dan mengaitkan pelajaran itu dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang telah dimiliki peserta didik dan menggunakan alat bantu pembelajaran bagi membantu menjelaskan sesuatu konsep. b. Aspek insentif adalah usaha guru untuk memberi motivasi kepada peserta didik agar terus belajar serta menyelesaikan tugas-tugas yang diperoleh oleh guru. “Terdapat dua cara dimana guru dapat memberi motivasi kepada peserta didik untuk terus belajar”. Pertama guru perlu melaksanakan pembelajaran yang dapat menarik minat dan menyenangkan peserta didik yaitu dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti menggunakan metode demonstrasi, bermain peran, drama, diskusi, dialog, metode inquiri, dan sebagainnya. Dengan ini peserta didik tidak akan merasa jenuh dan bosan untuk belajar sepanjang hari. Cara kedua melibatkan pemberian insentif kepada peserta didik melalui ganjaran atau pujian atas penguasaan materi pelajaran yang disampaikan atau memberi teguran kepada peserta didik yang tidak menguasai meteri pmbelajaran. c. Perlu dialokasikan waktu yang cukup bagi peserta didik mempelajari suatu keterampilan. Pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor waktu yaitu waktu yang 4
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2013), h.57
43
diperuntukkan yaitu waktu yang disediakan oleh pihak madrasah kepada guruguru untuk melaukan pembelajaran suatu mata pelajaran.Waktu ini agak sukar untuk diubah karena telah ditetapkan oleh pihak madrasah. Waktu kedua dipanggil engaged time atau time-on-task yang dimaksud adalah waktu yang digunakan oleh guru-guru pembelajaran dan waktu yang digunakan peserta didik untuk belajar bagi mendapatkan ilmu pengetahuan atau keterampilan. Dalam pandangan penulis seorang guru harus memberikan perhatian lebih kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik, pengajar haruslah menyampaikan bahan ajar yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Melibatkan dialog antar keduanya yaitu antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa yang lainnya, agar dalam proses belajar mengajar siswa tidak pasif, siswa memiliki minat lebih dalam belajar dan suasana kelas tidak membosankan.
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif 1. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public speaking Seorang guru perlu menyusun perencanaan dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya. Dalam mempraktikkan public speaking, seorang guru harus menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia sampaikan. Ia harus merencanakan konten serta urut-urutan apa yang akan ia sampaikan di dalam kelas. Ia juga harus mempersiapkan bagaimana membuka presentasinya, bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana serta apa yang akan disampaikan untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan. Perencanaan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
44
Dalam hal ini perencanaan pembelajaran dikatakan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan apa yang dipelajari siswa. 5 Perencanan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. a. Identifikasi kebutuhan Identitas kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran. 2) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunanakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar. 3) Peserta didik dibantu untuk mengenali dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar, baik yang datang dari dalam (internal) maupun yang datang dari luar (eksternal). 6 Ketiga hal tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan peserta didik mengekspresikan pendapat masingmasing secara langsung, dan guru membantu mereka dalam menyusun kebutuhan belajar
beserta
hambatan-hambatannya.Secara
kelompok
peserta
didik
mendiskusikan kebutuhan belajar sehingga menjadi kesepakatan kelompok. Berdasarkan
identifikasi
terhadap
kebutuhan
belajar
bagi
pembentukan
kompetensi peserta didik, baik secara kelompok maupun perorangan, kemudian diidentifikasi sejumlah kompetensi untuk dujadikan bahan pembelajaran. 5
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.3 h. 83-84 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009) Cet. Ke-4h.100-101 6
45
Menurut hemat penulis sebagai pengajar identifikasi kebutuhan belajar bertujuan untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan mereka. Seorang guru melibatkan siswa agar berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Keaktifan siswa didorong oleh peran seorang guru. Seorang guru dengan motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berprilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas. Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting dapat dilakukan melalui aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual. Guru mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar. Perencanaan pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini. Pertama, siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar. Pengulanagan materi perlu sebatas untuk penguatan. Kedua, menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat dalam belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Ketiga, belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang dan belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa saat berhadapan dengan guru yang mengajar salalu tanpa persiapan atau kadang siap kadang tidak siap (mengajar). 7 Dalam kegiatan belajar motivasi sangatlah diperlukan, karena dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri siswa yang memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai. Guru mempunyai motivasi karena terpenuhi kebutuhankebutuhannya dilingkungan sekolah. Disinilah public speaking memiliki keterkaitan dengan identifikasi kebutuhan belajar karena dalam memotivasi peserta didik seorang guru harus memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan peserta didik penyampaian yang jelas (public speaking) dan mudah dipahami oleh peserta didikdan agar motivasi yang disampaiakan bisa diterima dan diserap oleh peserta didik dengan baik. 7
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011)
h.37
46
b. Perumusan kompetensi dasar. Kompetensi merupakan suatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta pemberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu, setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 8 Dalam pandangan penulis peran guru dalam hal ini sebagai penyampai materi pelajaran, penetapan metode dan media pembelajaran agar kompetensi bisa tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Kompetensi yang merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Guru lah yang harus mampu membawa kompetensi tersebut agar bisa dipelajari dan dimiliki oleh peserta didik. Dengan memadukan tingkat kemapuan public speaking pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa impresi lebih dalam mengajar. c. Penyusunan program pembelajaran Penyusunan program
pembelajaran akan
bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi. 9 Perencanaan pembelajaran erat kaitannya dengan kemampuan public speaking karena didalam proses belajar mengajar seorang guru akan berusaha sedapat mungkin agar apa yang disampaikan didengar dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan matang sehingga akan mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan seperti yang telah diharapkan. Faktor yang bisa 8
Op. cit., Cet. Ke-4 h. 101-102 Op. cit., Cet. Ke-4 h. 102
9
47
membawa keberhasilannya tersebut adalah dari perencanaan sebelumnya. Guru mempersiapkan segala sesuatunya agar saat melaksanakan proses belajar mengajar memiliki kepercayaan diri dihadapan peserta didik. Tidak hanya meteri saja yang perlu disiapkan, kecakapan guru dalam menyampaikan materi dan motivasi kepada siswa harus disiapkan secara matang. Karena pendidik sebagai pemberi materi ajar juga harus menyampaikan isi materi
yang baik, memperhatikan
menyiapkan cara
kata demi kata yang
disampaikan, mimik, dan gaya berbicara agar apa yang disampaikan bisa diserap dan pendidik faham dengan apa yang disampaikan.
2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis yang berkaitan dengan kemampuan public speaking Setelah perancanaan selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Setelah pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan maka guru sebagai pembicara perlu mempertahankan konsistensi dalam berkomunikasi di mana tujuan penyampaian pesan menempati posisi utama terutama dalam proses penyampaian pesan. Pada saat seorang guru sedang berbicara untuk mempertahankan suatu argumen, ia harus konsisten dalam alur argumentasinya meskipun ia menemukan tanda-tanda keberatan dari audiens. Tentu saja penting baginya untuk bersikap terbuka pada pertanyaan maupun komentar dari audiens. Tetapi penting bagi guru, sebagai seorang pembicara publik, untuk menjawab pertanyaan dan komentar siswa dengan menjelaskan alasan dan tujuan mengapa materi tersebut disampaikan dengan cara yang dapat dimengerti oleh siswa. “Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh penerapan metode pendidikan konvensional, anti dialog, pewarisan pengetahuan, dan tidak bersumber pada realitas masyarakat.” 10 Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam hal interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik 10
Op. cit.,Cet. Ke-4 h. 103
48
faktor internal yang datang dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dai lingkungan. Pengetahuan public speaking dan penerapannya didalam kelas merupakan nilai lebih bagi seorang pendidik. Sebaliknya jika seorang guru melewatkan atau tidak menggunakan public speaking didalam kelasnya akan pembelajaran dan nilai kinerja guru tersebut belum dikatakan sempurna. Terutama dalam management kelas dan hal inilah yang terkadang menjadi batu permasalahan didalam kelas.Berbagai permasalahan didalam kelas ternyata lebih berakar pada kemampuan seorang guru dalam mengfasilitasi kelas.Dan salah satunya adalah kemampuan public speaking guru yang rendah. Tidak heran jika para siswa merasa tidak semangat, bosan dan tidak memiliki ketertarikan terhadap proses pembelajaran. “Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan dari bahan ajarnya. Sebagai seorang guru, haruslah menyampaikan bahan ajar dengan presisi yang tepat demi kepentingan pembelajaran.terlibatnya dialog antara guru dan siswa merupakan titik awal dari seni itu sendiri. Dengan dialog guru jelas berbeda dengan buku”.
11
Pada diri siswa, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi penyampaian atau isinya. “Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kurang dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai duniannya sendiri”. 12 Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah pertemuan antara aktivitas murid belajar dan guru sedang 11
Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 15 12 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) h.37
49
mengajar, yaitu untuk meningkatkan kemapuan baik di ranah kognitif, efektif, dan ranah keterampilan melalui aktivitas interaksi antar elemen-pembelajaran yaitu guru, siswa dan sumber belajar. Apabila terjadi interaksi yang sempurna antara ketiganya, maka itulah yang disebut dengan pelaksanaan pembelajaran yang aktif. Guru bukanlah media yang pasif, guru dalah sang motivator yang memotivasi siswa demi tujuan pembelajaran. Kegiatan interaksi belajar-mengajar dilihat dari aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk aktif baik secara fisik maupun mental. Di sini guru berperan sebagai pembimbing agar semua siswa bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa agar dalam prosesnya tidak terjadi kegagalan untuk mencapai tujuan pelaksanaan pembelajaran yang diinginkan. Untuk mencapai interaksi
belajar mengajar, maka perlu adanya
komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar yang dilalukan oleh guru dan siswa dapat mencapai tujuan pelaksanaan pembelajaran. Di sini seorang guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena lemahnya sistem komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan dalam tujuan pembelajaran. Interaksi dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang optimal agar bisa mendapatkan pola komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Kegiatan belajar mengajar yang efektif karena setiap orang didalam kelas diberikan kesempatan untuk ikut serta sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan menimbulkan situasi sosial dan emosional yang menyenangkan bagi setiap orang, baik bagi guru, dan siswa didalam menjalakan tugas dan tanggung jawab. Dalam mengkondisikan
pembelajaran, lingkungan
tugas agar
guru
yang
lingkungan
paling agar
utama
adalah
menunjang
terjadinyaperubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:
50
a. Pre Tes (tes awal) “Fungsi tes ini adalah untuk menilai sampai mana para siswa mengetahui kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam instruksional sebelum mengikuti program pengajaran yang telah disiapkan.” 13 Pelaksanaan pembelajaran biasannya dimulai dengan pre tes, untuk menjajangi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain: 1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan berfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan. 2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peseta didik sehubungan denga proses pembelajaran yang dilakukan, denagn cara membandingkan hasil pre tes dengan post tes 3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi kompetensi dasar yang akan dijadikan topic dalam proses pembelajaran 4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetesni dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. 14 b. Proses Proses dimaksudkan sebagai kegiatan ini dari pelaksanaaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntuk kreativitas dan aktivitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruhan peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. 15 Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkahlangkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi mengamati, menannya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.
13
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet.2 h. 54 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009) Cet. Ke-4 h.103-104 15 E. Mulyasa, Ibid., Cet. Ke-4 h.104-105 14
51
Pendekatan scientifik dimaskudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik agar dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. 16 Dalam proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifatsifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Disini akan dijelaskan pendekatan scientifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 yang dikaitakan dengan faktor pendukung Public speaking (visual, vokal dan verbal) disajikan sebagai berikut: 1) Mengamati. “Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya”. 17 Pada pendekatan mengamati ini, kegiatan belajaran yang dapat dilakukan siswa misalnya membaca, mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi. Jika pendekatan mengamati dikaitkan dengan faktor pendukung public speaking (verbal, visual dan vokal) maka keduanya harus sama-sama digunakan untuk
mendukung
tercapainya
proses
pembelajaran.
Dalam
pendekatan
mengamati dibutuhkan kemampuan visual yaitu bagaimana seorang pendidik harus mempertahankan perhatian dan minat peserta didik. Visual yang baik akan banyak memberikan variasi dan menghilangkan situasi atau suasana monoton didalam proses belajar mengajar. Dalam menggunakan komunikasi tulisan pendidik mengenal penggunaan tanda baca, seperti koma, titik, tanda kutip, dan lain sebagainya, menandakan adanya jeda dan paragraf baru.Dan saat guru berbicara dihadapan perserta didik, memakai jeda, variasi vokal, dan gerak tubuh. 16
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014) h. 95 Ibid., h.100
17
52
Apabila bahasa tubuh (verbal) tidak sejalan dengan yang kita sampaikan, maka dapat dipastikan kita mengirimkan masalah atau konflik pesan kepada peserta didik. Oleh karena itu agar pendidik dalam menyajikan bahan ajar kepada peserta didik efektif dan dapat di amati dengan baik oleh peserta didik maka perlu mengatur suara dan gerak tubuh, menyelaraskan suara dan gerak tubuh agar bekerja dengan baik sebagai satu kesatuan. Dan guru secara luas dan bervariasi memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan. 2) Menannya. “Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memamandu pesertadidiknya belajar dengan baik”. 18 Pada pendekatan menannya pendidik membutuhkan kemampuan verbal dan vokal yang baik. Bagaimana peserta didik menerima apa yang disampaikan oleh pendidik. Kemampuan berdramatika adalah bakat seseorang sehingga pembawaan yang efektif sulit diajarkan. Hal terpenting adalah diksi (pemilihan kata-kata) yang tepat. Gaya berbicara atau gaya berbahasa harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Hal yang terpenting adalah kejelasan. Kejelasan dapat dicapai apabila kata-kata yang digunakan sesuai dengan perkembangan jaman dan dapat dimengerti orang. Seorang guru harus mampu berbicara menggunakan bahasa tutur yang baik dan mudah dimengerti. Mengatur nafas yang normal sehingga mudah memenggal kata/kalimat nada dan bunyi vokal, agar enak didengar, bersih dan jelas. Belajar yang dapat dilakukan siswa untuk pengalaman belajar menannya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang telah disampaikan oleh pendidik, apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang sedang mereka amati. Pertanyaan yang siswa ajukan semestinya dapat dimulai dari pertanyaanpertanyaan yang bersifat faktual saja hingga mengarah kepada pertanyaanpertanyaan yang sifatnya hipotetik (dugaan). Kompetensi yang dikembangkan dari 18
Ibid,.h. 103
53
pengalaman belajar menannya adalah pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan pembentukan karakter pebelajar sepanjang hayat. 3) Menalar atau mengasosiasi. “Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal san situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru”. 19 Pada pendekatan ini juga berkaitan dengan faktor visual dan vokal dalam public speaking. Bentuk kegiatan belajar yang dapat diberikan guru untuk menyediakan pengalaman belajar (langkah pembelajaran) mengasosiasikan atau menalarini antara lain pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling mendukung, bahkan yang berbeda atau bertentangan. Dan guru harus mampu menghindari monoton pada kata, memberikan warna pada dialog dan menghidupkan suasana agar membiasakan kelancaran bicara sesuai dengan maksud dan tujuan informasi yang disampaikan.Vokal nada suara enak didegangar dihadapan siswa, memiliki kekuatan dalam memainkan emosi, terampildalam melakukan permainan vokal sesuai dengan suasana di dalam kelas. Melalui pendekatan menalar ini diharapkan siswa akan mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat kepada aturan, bekerja keras, mampu menerapkan suatu prosedur dalam berpikir secara deduktif atau induktif untuk menarik suatu kesimpulan.
4) Menyajikan “Hasil tugas yang telah disajikan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portopolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru”. 20 19
Ibid,.h.108 Ibid,.h. 116
20
54
Pada pendekatan menyajikan ini peran vokal, verbal dan visual sangat dibutuhkan. Karena pada saat menyajikan kita harus memperhatikan visual atau bahasa tubuh dengan menyajikan secara alami, karena gerakan atau bahasa tubuh yang kaku atau tidak alami akan mengakibatkan ketidak tulusan hati dan tidak memperjelas nilai penyampaian yang disajikan. Karena seorang pembicara yang baik tentu akan tahu bagaimana menyesuaikan bahasa tubuh pada setiap menyajikan. Verbal juga dapat menjadi penolong, karena beragam gerak itu memiliki fungsi menekankan atau memperjelas pesan yang disampaikan pada saat menyajikan presentasi.
5) Mengkomunikasikan “Guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki”. 21 Kegiatan mengkomunikasikan memiliki keterkaitan dengan public speaking karna dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan memberi informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.Disini peranan public speaking (vokal, verbal dan visual) sangat dibutuhkan. Maka diharapkan kemampuan vokal harus diperhatikan, tempo bicara yang ideal, tempo yang tidak terlalu lambat dan jugaterlalu cepat. Menggunakan tempo yang sedang, namun apabila menghadapi waktu yang terbatas atau dalam keadaan memaksa, maka harus dapat meyelesaikan presesntasi atau menyampaikan informasi
dengan
cepat.
Menggunakan
verbal
dengan
mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas. Menggunakan visual atau gerak isyarat pada saat menginformasikan akan membantu menghilangkan ketegangan dan rasa gugup pada saat menyampaikan informasi. Karena gerak fisik kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi verbal yang kita lakukan. Maka 21
Abdul Majid, Ibid,. h 116
55
dengan kondisi ini saat menyampaikan informasi tidak dapat menghilangkan gerakan tubuh, isyarat tangan, dan ekspresi. Semua itu merupakan suatu bagian dari cara mengkomunikasikan. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya, yaitu bahwa pebelajar harus sebanyak-banyaknya harus berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Dengan demikian penggunaan media sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting. Selain melengkapi, memelihara dan memperkaya proses pembelajaran media berkedudukan untuk meningkatkan kegiatan akademik pebelajar. Dengan dimanfaatkannya media secara maksimal, penggunaan public speaking yang baikmaka pemahaman tidak akan terbatas pada apa yang diperolehnya melalui kegiatan tatap muka tetapi akan mampu menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan terutama yang sesuai dengan bidang keahliannya. c. Post Test Pada umumnya metode pembelajaran diakhiri dengan post test. Seperti halnya pre tes, post test memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat kebehasilan pembelajaran. Fungsi post test antara lain dapat dikemukakan sbagai berikut: 1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan pre tes dan post tes 2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali 3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengeyaan, serta untu mengetahui tingkat kesulitan belajar. 4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah
56
dilaksanakan, baik terhadap evaluasi. 22
perencanaan,
pelaksanaan maupun
Jadi tugas guru adalah menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, memahami segala hal yang terkait dengan segala kompetensi yang harus dimiliki agar seorang guru bisa disebut guru profesional. Karena itu guru harus terus belajar disela kesibukannya, tidak mudah menjadi guru professional apalagi ditengah persaingan era globalisasi sekarang ini.Seorang guru harus lebih tanggap dalam menanggapi berbagai persoalan yang sedang terjadi dimasyarakat. Mengajar adalah proses dua arah, yaitu di mana siswa dapat mengklarifikasi yang belum dipahaminya dari apa saja yang sedang disampaikan guru dalam kelas. Jika mengajar merupakan proses satu arah, kita akan belajar dengan baik dan memuaskan dari buku dan video, dan kehadiran guru akan dibutuhkan lagi. Siswa berkomuniasi secara langsung dengan guru, dan guru memeriksa tugas siswa, merupakan dua contoh umpan balik belajaran berlangsung. Guru harus menunjukan hasil tugas siswa tersebut kepada masing-masing siswa karena mereka akan belajar dari hasil tersebut”. 23 Menurut Petty di kutip oleh Jejen Musfah, “Komunikasi dan belajar menuntut bahwa rangkaian berikut ini berjalan sempurna: Apa yag saya maksud, apa yang saya katakana, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka mengerti.” 24 Rangkaian Komunikassi dan Proses Belajar Apa yang saya maksud
Apa yang saya katakan
Apa yang mereka mengerti
Apa yang mereka dengar
Pesan dapat berubah pada saaat tanda panah dalam rangkaian tersebut. Pesan yang dikirim bukan pesan yang diterima, dan apa yang diajarkan bukan apa yang dipelajari. Inilah mengapa umpan balik ini begitu penting. 22
Mulyasa, Op. cit., Cet. Ke-4 h.105-106 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Cet.1 h.37-38 24 Jejen Musfah, Ibid., Cet.1 h.38 23
57
Demikian pula belajar harus aktif. Pelajar tidak boleh menjadi penerima yang pasif terhadap apa yang diajarkan, dia harus terlibat dalam proses belajar. Artinya, kita tidak hanya “bercerita” namun mengfasilitasi pembelajaran, membantu siswa belajar untuk diri mereka sendiri. Dari sini dapat dikatakan pentingnya pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis tugas guru tidak hanya sekedar memberikan meteri, namun seorang guru yang baik adalah guru yang bisa menunjukkan bukan yang hanya ingin mereka ajarkan kepada peserta didik, tetapi bagaimana agar siswa dapat memahami dan bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Dan seorang guru juga harus tahu apa yang dibutuhkan oleh siswanya.
C. Interpretasi hasil Analisis Praktik mengajar dipandang sebagai sebuah metode sekaligus sebagai sebuah seni yang unik. Demikian pula public speaking. Penelitian ini menemukan bahwa public speaking dapat dipraktikkan dengan mengikuti seperangkat teknik yang penting untuk dikuasai oleh seorang guru dalam berbicara pada siswanya. Tetapi pada akhirnya, karakter seorang guru dan pengenalannya tentang diri sendiri sebagai seorang pengajar dan seorang pembicara sama pentingnya untuk menentukan keberhasilannya dalam mengenali audiensnya dan mempraktikkan public speaking yang efektif. Siswa dipandang sebagai komponen yang paling penting di dalam public speaking. Seorang guru sebagai speaker benar-benar harus mengenali siapa siswayang akan dihadapinya sehingga materi dapat diterima dengan baik. Beberapa konsep yang perlu dikuasai oleh seorang guru sebagai speaker adalah bagaimana melakukan riset terhadap siswa sebagai audiens di kelas, bagaimana mengenali suara baik secara internal maupun eksternal yang mengganggu audiens di kelas. Pendekatan ini sangat sesuai diterapkan dalam konteks pembelajaran di Indonesia mengingat saat ini sedang terus digalakkan sistem pendidikan nasional yang berpusat pada siswa.
58
Seorang guru perlu memperhatikan kinerja, menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya. Dalam mempraktikkan public speaking, seorang guru harus menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia sampaikan. Ia harus merencanakan konten serta urut-urutan apa yang akan ias ampaikan di dalam kelas. Ia juga harus mempersiapkan bagaimana membuka presentasinya, bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana serta apa yang akan di sampaikan untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan, agar kinerja guru tersebut dapat dilakasanakan dengan baik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan yang perlu diungkapkan. Di antara kesimpulan yang perlu dikemukakan di sini adalah: Seorang guru penting memperhatikan kinerja, menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk struktur yang sistematis tentang apa yang akan di sampaikan kepada siswanya. Pengetahuan public speaking serta kaitannya dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan nilai lebih bagi seorang pendidik. Sebaliknya jika seorang guru melewatkan atau tidak menggunakan public speaking didalam kelasnya akan pembelajaran dan nilai kinerja guru tersebut belum dikatakan sempurna. Terutama dalam manajemen kelas dan hal inilah yang terkadang menjadi batu permasalahan didalam kelas. Berbagai permasalahan didalam kelas ternyata lebih berakar pada kemampuan seorang guru dalam mengfasilitasi kelas. Dan salah satunya adalah kemampuan public speaking guru yang rendah. Tidak heran jika para siswa merasa tidak semangat, bosan dan tidak memiliki ketertarikan terhadap proses pembelajaran.
B.
Saran 1.
Bagi guru, disarankan untuk belajar dan menggunakan public speaking mempelajari hal di dalamnya seperti intonasi, penampilan, cara berbicara, cara menyita perhatian umum dan banyak lainya, yang 59
60
pada dasarnya kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting untuk dikuasai oleh seorang guru. Agar segala kompetensi dalam kinerja guru dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah. 2.
Bagi peneliti selanjutnya, apabila tertarik mengadakan penelitian yang sejenis agar dapat lebih memaksimalkan hasil penelitian, disarankan untuk
melakukan
penelitian
dilingkungan sekolah.
langsung
dilapangan,
khususnya
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahnya Canegie, Dale. Pubic Speaking for Success, Ciputat: Karisma Publishing Group, 2010 Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005 Faidi, Ahmad. Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak, Jogjakarta: Diva Press, cet. 1 2013. Firdaus, Arif. Profil Guru SMK Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Ilyas, Yaslis. KINERJA teori, penilaian dan penelitian, Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002. Echols Jhon M. & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2003. Lexy J.M., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2005. Majid, Abdul. Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Interes Media, 2014. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2003. -------. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Rosdakarya, Cet. Ke-4, 2009. Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta: Prenada Media Group, Cet.1, 2011. Olii, Helena. Public Speaking, Jakarta: PT Macananjaya Cemerlang 2007. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: CV. Eko Jaya, 2005. Pupuh Fathurrahman dan Aa Suryana, Guru Profesional, Jakarta: Refika Aditama, 2012. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
61
62
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Sardiman, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2003. Sirait, Charles Bonar. The Power Of Public Speaking, Jakarta: PT Gramedia, 2013. Subroto, Suryo. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2011. Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan, Bandung: PT RefikaAditama, Cet. 1, 2010. Supardi, Kinerja Guru, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2013. Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi(17), Jakarta: Pustaka Azzam, 2009. Usman, Uhar. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.3, 2008. -------. Profesi Kependidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet.5, 2010. Usman, Basyiruddin. MetodologiPembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Wahyudi, Tubagus. The Secret of Public Speaking era Konseptual, Jakarta: BBC Publisher, 2013. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005. Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Tim Gaung Persada Press, Cet.1, 2007. -------. Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet.1 2010. Zainuddin, A. Rahman. Private and Public Speaking, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Zuhri, Saifudin. Public Speaking, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2010