ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BANK AGRONIAGA (TBK) DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS Farhani Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok
ABSTRAK Sektor perbankan mempunyai peranan penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Dengan semakin terbukanya perekonomian nasional, akan semakin tinggi pula eksposure risiko yang dihadapi Bank, yang pada gilirannya akan membebani modal dan mempengaruhi tingkat kesehatan Bank tersebut. Penilaian tingkat kesehatan suatu bank yang mencerminkan kondisi kinerja Bank tidak hanya penting bagi Bank itu sendiri, tetapi juga penting bagi pemerintah dan terutama bagi masyarakat, karena modal utama Bank dalam usahanya adalah dana masyarakat yang dipercayakan pada Bank.. Masalah yang ingin diteliti ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan Bank Umum dengan sample penelitian pada PT. Bank Agroniaga, Tbk yang merupakan bank go publik dengan fokus usaha pada sektor agrobisnis. Penilaian tingkat kesehatan Bank ini dilakukan dengan menggunakan metode CAMELS (Capital adequacy, quality of productive Asset, Management risks, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk) berdasarkan laporan keuangan Bank periode tahun 2005 – 2008 yang telah di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), dengan berpedoman pada PBI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan SE-BI No.6/23/DPNP tgl. 31 Mei 2004 perihal “Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesehatan PT. Bank Agroniaga, Tbk untuk periode tahun 2005, 2007 dan 2008 memperoleh Predikat “Baik”, sedangkan untuk tahun 2006 memperoleh Predikat “Cukup Baik”. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Bank ini masih memiliki kelemahan yang tidak material pada beberapa komponen yang dinilai terutama berkaitan dengan perkreditan, sehingga untuk kedepan manajemen Bank perlu melakukan perbaikan atas kelemahan tersebut agar tidak semakin memburuk yang berdampak pada menurunkan tingkat kesehatannya. Kata kunci : Tingkat Kesehatan, Bank
1
1. PENDAHULUAN 11. Latar Belakang Masalah Kesehatan satu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, antara lain menetapkan ; 1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 2. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Mengingat pesatnya perkembangan sektor perbankan dan perubahan kompleksitas usaha serta profil risiko bank, dan juga adanya perubahan metodologi dalam penilaian kondisi bank yang diterapkan secara internasional, maka Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan baru perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menggunakan metode CAMELS melalui Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 dengan peraturan pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tgl. 31 Mei 2004, yang mulai diterapkan sejak posisi bulan Desember 2004. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank penting, karena hal ini sekaligus menunjukkan bagaimana kondisi kinerja keuangan dan prestasi bank dalam menjalankan usahanya dan dalam meraih kepercayaan masyarakat. Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik mengambil topik untuk bahan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan PT. Bank Agroniaga (Tbk) Dengan Menggunakan Metode CAMELS”. 1.2 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis terhadap kondisi Tingkat Kesehatan PT. Bank Agroniaga, Tbk dilakukan dengan menggunakan metode CAMELS selama periode tahun 2005 – 2008. 2. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap risiko pasar juga menetapkan potential loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning. Namun karena keterbatasan data, maka dalam penilaian peringkat faktor Sensitivitas ini, komponen yang dapat dilakukan perhitungan dan penilaian adalah terhadap ekses modal yang telah dibentuk Bank untuk mengcover Risiko Kredit dan Risiko Pasar, termasuk didalamnya perhitungan sensitivitas Suku Bunga dan sensitivitas Nilai Tukar. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana kondisi Tingkat Kesehatan PT. Bank Agroniaga, Tbk selama periode tahun 2005 - 2008 dengan menggunakan metode CAMELS?
2
1.4 Tujuan Masalah Untuk mengetahui tingkat kesehatan PT. Bank Agroniaga, Tbk selama periode tahun 2005 - 2008 dengan menggunakan metode CAMELS. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat bagi kalangan akademisi maupun perusahaan perbankan dalam rangka melakukan penilaian tingkat kesehatan bank. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.2 Pengertian CAMELS Dalam kamus perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999), CAMELS adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan bank. CAMELS merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank dan dapat memberikan gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.. Metode CAMELS merupakan hasil penilaian kuantitatif dan atau kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. 2.2.1
Faktor Permodalan (Capital) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi kecukupan modal bank dalam mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan datang. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a) Kecukupan pemenuhan KPMM, komposisi permodalan, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan Bank dalam mengcover aset bermasalah; b) Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan penerapan manajemen risiko kredit. Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
3
a) Kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP); b) Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. Faktor Manajemen (Management) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi kemampuan manajerial pengurus bank dalam menjalankan usahanya, dan penerapan kecukupan manajemen risiko serta kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Penilaian faktor manajemen meliputi penilaian kualitataif terhadap 3 (tiga) komponen yang memiliki tingkat signifikansi yang relatif sama, sebagai berikut : a) Manajemen umum, yaitu penerapan prinsip-prinsip manajemen umum (good corporate governance – GCG) yang mencerminkan tata kelola organisasi Bank. b) Penerapan manajemen risiko, yang mencerminkan kemampuan pengurus Bank untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko-risiko yang melekat pada seluruh aktivitas Bank. c) Kepatuhan Bank terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Faktor Rentabilitas (Earning) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan bank. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a) Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank; b) Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan aktiva produktif, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. 2.2.5
Faktor Likuiditas (Liquidity) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a) Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan To Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow. Dan konsentrasi pendanaan; b) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. Faktor Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) Tujuan faktor ini untuk mengevaluasi pengaruh risiko pasar terhadap kondisi keuangan bank dan kecukupan manajemen risiko pasar. Penilaian terhadap faktor sensitifitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
4
a) Komponen modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar; b) Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. 3. METODE PENELITIAN Sehubungan dengan dikeluarkannya ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia. No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating). Metode CAMELS merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitis dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian dan penetapan Peringkat faktor CAMELS dilakukan berdasarkan hasil penilaian terhadap komponen-komponen dalam faktor CAMELS. Berdasarkan hasil penilaian dan Penetapan Peringkat faktor CAMELS tersebut ditetapkanlah Peringkat Komposit yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank. a). Penilaian faktor Permodalan (Capital) : 1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku : Modal CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Tier 1 2. Komposisi Permodalan
= Tier 2 + Tier 3
3. Trend Kedepan / Proyeksi KPMM Modal (penilaian – sebelumnya) a) Persentase Pertumbuhan Modal = Modal sebelumnya ATMR (penilaian – sebelumnya) b) Persentase Pertumbuhan ATMR = ATMR sebelumnya
5
4. Kemampuan permodalan Bank dalam mengcover asset bermasalah : Aktiva Produktif yang diklasifikasikan Modal Bank 5. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan) Dividen a. Dividend Pay Out Ratio = Laba setelah Pajak Laba ditahan b. Retention Rate
= Modal
6. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha Modal (penilaian – sebelumnya) a. Persentase Pertumbuhan Modal
= Modal sebelumnya Vol Usaha (penilaian – sebelumnya)
b. Persentase Pertumbuhan Vol.Usaha = Vol. Usaha sebelumnya 7. Akses kepada sumber permodalan Laba setelah pajak a. Earning per share (EPS)
= Jumlah Saham Harga Saham
b. Price earning ratio (PER)
= EPS Laba sebelum pajak
c. Return on asset (ROA)
= Total Assets Laba setelah pajak
d. Return on equity (ROE)
= Modal Sendiri
6
8. Kinerja Keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank. Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Kondisi keuangan pemegang saham; b. Peringkat perusahaan pemegang saham (apabila ada); c. Core business pemegang saham; d. Track record pemegang saham dalam memenuhi komitmen kepada Bank Indonesia dalam penambahan modal. b) Penilaian Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) 1. Kualitas Aktiva Produktif Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan BDR = Total Aktiva Produktif 2. Konsentrasi eksposur risiko kredit Debitur Inti Total Kredit 3. Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah (Non Performing Asset-Gross) Aktiva Produktif Bermasalah APB
= Aktiva Produktif
4. Tingkat Kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) PPAP yang telah dibentuk PPAP yang wajib dibentuk 5. Kecukupan kebijakan dan Prosedur Aktiva Produktif Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Keterlibatan pengurus bank dalam menyusun kebijakan keperkreditan; b. Konsistensi antara kebijakan kebijakan dengan pelaksanaan, tujuan dan strategi usaha bank (rencana bisnis); c. Kecukupan sistem dan prosedur. 6. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap Aktiva Produktif Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Frekuensi review yang dinilai dari kesesuaian antara kualitas portofolio aktiva produktif dengan frekuensi reviewnya;
7
b. c. d. e.
Independent review (4 eyes principles); Ketaatan terhadap internal dan external regulation; Sistem informasi aktiva produktif; Proses keputusan manajemen yang didukung oleh laporan yang dihasilkan dari sistem informasi dan prosedur yang jelas serta berjenjang.
7. Dokumentasi Aktiva Produktif Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Kelengkapan dokumen dan kemudahan audit trail; b. Sistem penatausahaan dokumen; c. Back Up dan penyimpanan dokumen. 8. Kinerja Penanganan Aktiva Produktif Bermasalah a)
Kredit yang direstruktur Total Kredit
b) Kredit yang direstruktur L dan DPK Kredit yang direstruktur c) Kredit bermasalah – PPAP Total Kredit d) Penyertaan Modal Sementara L dan DPK Penyertaan Modal Sementara e)
Agunan Yang Diambil Alih Total Kredit
c) Penilaian Faktor Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen yang meliputi 3 (tiga) komponen kualitatif tersebut yaitu : 1) Manajemen Umum : 1. Struktur dan Komposisi Pengurus Bank 2. Penanganan Conflict of Interest 3. Indepedensi Pengurus Bank 4. Kemampuan Untuk Membatasi/Mencegah Penurunan Kualitas Good Corporate Governance (GCG) 5. Transparansi Informasi dan Edukasi Nasabah 6. Efektifitas Kinerja Fungsi Komite
8
2) Penerapan Sistem Manajemen Risiko : 1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi 2. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit 3. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Pengendalian Risiko Serta System Informasi Manajemen Risiko 4. Sistem Pengendalian Intern Yang Menyeluruh 3) Kepatuhan Bank 1). Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) 2). Posisi Devisa Neto (PDN) 3). Prinsip Mengenai Nasabah (Know Your Customer/KYC Principles) 4). Kepatuhan terghadap komitmen dan ketentuan lainnya. d) Penilaian Faktor Rentabilitas (Earnings) 1. Return on Assets (ROA) Laba sebelum Pajak ROA = Total Assets 2. Return on Equity (ROE) Laba sebelum Pajak ROE = Modal Inti
3. Net Interest Margin (NIM) Pendapatan Bunga Bersih NIM = Aktiva Produktif 4. Tingkat Efisiensi Bank Total Beban Operasional BOPO = Total Pendapatan Operasional 5. Perkembangan Laba Operasional = Pendapatan Operasional – Biaya Operasional
9
6. Komposisi Portfolio Aktiva Produktif dan Diversifikasi Pendapatan a) Komposisi portofolio aktiva produktif dibandingkan dengan komposisi pendapatan operasional dari aktiva produktif b) Pendapatan Operasional diluar Pendapatan bunga Pendapatan Operasional 7. Penerapan prinsip akutansi dalam pengakuan Pendapatan dan Biaya Indikator pendukungnya antara lain : konsisten pengakuan pendapatan bunga yang berkaitan dengan Kualitas Aktiva Produktif serta metodologi akuntansi untuk pengakuan pendapatan dan biaya. Analisis dilakukan terhadap penerapan standar akuntansi yang terkait dengan pengakuan pendapatan dan biaya. 8. Prospek Laba Operasional Pendapatan Operasional – Biaya Operasional e) Penilaian faktor likuiditas (Liquidity) 1. Rasio Aktiva / Pasiva Likuid Alat likuid < 1 bulan Passiva Likuid < 1 bulan 2. Potensi Maturity Mismatch Selisih aktiva dan passiva yang akan jatuh tempo 1 bulan Passiva yang akan jatuh tempo 1 bulan 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) Kredit LDR = Dana pihak ketiga 4. Proyeksi Cash Flow Net cash flow Dana pihak ketiga
10
5. Konsentrasi Pendanaan Antar bank passiva a) Total dana Deposan Inti b) Dana pihak ketiga 6. Kebijakan dan Pengelolaan Likuiditas (Assets and Liabilities Management - ALMA) Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Kecukupan Contigency Funding Plan; b. Kesesuaian kebijakan dengan struktur asset dan liabilities; c. Kecukupan penetapan dan prosedur limit; d. Kecukupan akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang. 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada Pasar Uang, Pasar Modal atau sumber-sumber pendanaan lainnya. Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a. Peringkat Bank (bila ada); b. Persyaratan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP); c. Track record dan ketersediaan money market line. 8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK) Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain : a) Pertumbuhan DPK b) Pertumbuhan Deposan Inti f) Penilaian Faktor Sensitifitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) 1. Modal atau cadangan yang dibentuk (ekses modal) untuk mengcover potensi risiko kredit dan risiko pasar termasuk potensi risiko akibat perubahan suku bunga dan perubahan nilai tukar. Ekses Modal Potential Loss Suku Bunga dan Nilai Tukar 2. Kecukupan Penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar a. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi Bank terhadap potensi eksposur Risiko Pasar. b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko Pasar. c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko Pasar serta sistem informasi Manajemen Risiko Pasar.
11
d. Efektivitas pelaksanaan pengendalian intern (Internal Control) terhadap eksposur risiko pasar termasuk kecukupan fungsi audit intern. 4.
HASIL Penilaian dan penetapan Peringkat faktor CAMELS dilakukan berdasarkan hasil penilaian terhadap komponen-komponen dalam faktor CAMELS setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap Komponen yang dinilai. Berdasarkan hasil penilaian dan Penetapan Peringkat faktor CAMELS tersebut ditetapkanlah Peringkat Komposit PT. Bank Agroniaga, Tbk, yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu sebagai berikut :
Komponen Capital (25%) Asset Quality (25%) Management (20%) Earnings (10%) Liquidity (10%) Sensitivity to Market Tisk (10%) Total Predikat Kesehatan
Table 4-1 Penentuan Nilai dan Peringkat Komposit PT. Bank Agroniaga, Tbk 2005 2006 2007 7,5 7,5 7,5 10 7,5 10 8 8 8 4 2 2 4 3 4 4 4 4 37,5 Peringkat 2 (Predikat Baik)
32 Peringkat 3 (Predikat Cukup Baik)
35,5 Peringkat 2 (Predikat Baik)
2008 7,5 10 8 3 3 4 35,5 Peringkat 2 (Predikat Baik)
Peringkat Komposit Bank pada tahun 2006 menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2005 yaitu dari Peringkat 2 ke Peringkat 3, dikarenakan Bank masih memiliki kelemahan minor, antara lain berupa kelemahan pengawasan intern dan kelemahan operasional khususnya berkaitan dengan Aktiva Produktif Kredit, dimana jumlah kredit bermasalah meningkat sangat signifikan yang berdampak mempengaruhi Rentabilitas Bank dari sebelumnya memperoleh laba pada tahun 2005 menjadi rugi sebesar (Rp10.112.811 ribu) pada tahun 2006. Perbaikan Peringkat Komposit Bank pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 yaitu dari Peringkat 3 menjadi Peringkat 2, dikarenakan Bank telah melakukan langkah-langkah korektif di bidang perkreditan khususnya kredit bermasalah yang menurun cukup signifikan, yang di satu sisi berdampak menurunkan kerugian Bank dan di sisi lain telah meningkatkan modal Bank. Pada tahun 2008, Peringkat Komposit Bank masih berada pada peringkat 2, namun dengan kondisi yang secara umum semakin membaik dimana jumlah kredit bermasalah terus menurun dan Bank telah memperoleh laba.
12
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penilaian peringkat masing-masing faktor CAMELS, Peringkat Komposit yang merupakan penilaian akhir Tingkat Kesehatan PT. Bank Agroniaga, Tbk pada tahun 2005, 2007 dan 2008 berada pada Peringkat 2 (Predikat Baik) dengan bobot masing-masing sebesar 37,5 , 35,5 dan 35,5 yang mencerminkan bahwa Bank ini tergolong “Baik” (Sehat) dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan indutri keuangan, namun Bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi dengan tindakan rutin. Sedangkan pada tahun 2006 Peringkat Komposit Bank ini berada pada Peringkat 3 (Predikat Cukup Baik) dengan bobot sebesar 32 yang mencerminkan bahwa Bank tergolong “Cukup Baik” (Cukup Sehat) namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila Bank tidak segera melakukan tindakan korektif. 5.2 Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada PT. Bank Agroniaga, Tbk sehubungan dengan kesimpulan tersebut diatas, sebagai berikut : 1. Untuk dapat tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan Bank, maka manajemen PT. Bank Agroniaga, Tbk perlu melakukan langkah-langkah korektif terhadap kebijakan sistem audit intern, yaitu dengan melakukan perubahan pendekatan pemeriksaan dari yang mengedepankan Compliance Base menjadi Risk Base. Sedangkan untuk memperbaiki kinerja operasional Aktiva Produktif Kredit, Bank perlu lebih selektif dalam pemberian kredit dengan memperhatikan perkembangan ekonomi makro dan objek yang dibiayai. Hal ini mengingat sebagian besar kredit Bank disalurkan di sektor pertanian yang rentan terhadap faktor eksternal termasuk faktor alam. Selain itu, pengawasan/pemantauan terhadap usaha debitur perlu lebih ditingkatkan agar secara lebih dini Bank dapat mengendalikan dan mengantisipasi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah yang berdampak mempengaruhi kondisi Bank. 2. Manajemen dan atau pemilik Bank perlu lebih memperhatikan perbaikan permodalan Bank terutama yang bersumber dari laba Bank guna lebih meningkatkan ekses modal agar mampu mengcover kemungkinan risiko yang timbul, baik berkaitan dengan risiko kredit maupun risiko pasar.
13
Daftar Pustaka
[1]
Drs. Selamet Riyadi, M.Si, Banking Assets and Liability Management, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jalarta, 2003.
[2]
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
[3]
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.
[4]
Surat Edaran Bank Indonesia No. 5 / 21 DPNP / 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Republik Indonesia, Jakarta.
[5]
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6 / 23 / DPNP / 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Republik Indonesia, Jakarta.
[6]
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6 / 73 / INTERN / 2004 tentang Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS RATING), Republik Indonesia, Jakarta.
[7]
Peraturan Bank Indonesia No. 2 / 27 / PBI / 2000 tentang Bank Umum, Republik Indonesia, Jakarta.
[8]
Peraturan Bank Indonesia No. 5 / 12 / PBI /2003 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar, Republik Indonesia, Jakarta.
[9]
Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004 tentang Sistem Peniliaan Tingkat Kesehatan Bank Umum, Republik Indonesia, Jakarta.
[10]
Peraturan Bank Indonesia No. 8 / 14 / PBI / 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance, Republik Indonesia, Jakarta.
[11]
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Cetakan Pertama, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
[12]
Totok Sudisantoso, Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemban Empat, Jakarta, 2006.
[13]
Y. Sri Susilo; Sigit Triandaru; A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.
14