ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK-BANK PEMERINTAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS DAN ANALISIS DISKRIMINAN PERIODE 2006-2008
Venny Dwi Lestari
Jurusan Akuntansi-Universitas Gunadarma
[email protected]
ABSTRAK Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, bukan sekedar sebagai defisiy unit dan sebagai surplus unit tetapi keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh aktivitas ekonomi masyarakat dan ini menempatkan bank menjadi sebuah lembaga keuangan yang sangat trategis.Melihat peran perbankan yang sangat strategis tersebut, maka kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat vital. Bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kesehatan dan stabilitas perbankan akan sangat berpengaruh terhadap pasang surut suatu perekonomian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kondisi dari tingkat kesehatan BankBank Pemerintah dengan menggunakan Metode CAMELS serta Untuk mengetahui dan menganalisis pengelompokan bank berdasarkan rata-rata rasio yang dimiliki dengan menggunakan analisis Diskriminan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat tidak secara lansung, melainkan didapat dari berbagai situs yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini, seperti www.bi.go.id, www.bapenas.go.id, dan www.bapepam.go.id. Untuk tambahan informasi penulis juga membaca dari berbagai buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini disimpulkan Dengan menggunakan metode CAMELS ada 2 bank dengan 3 periode yang mendapatkan predikat tidak sehat yaitu PT Bank Tabungan Negara pada tahun 2008 dan PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007 dan 2008. Menurut fungsi diskriminan terdapat 1 bank yang berasal dari BPD, setelah dilakukan analisis diskriminan rata-tara rasio yang dimiliki termasuk ke dalam kelompok BUMN, yaitu PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007. Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Perbankan, Metode CAMELS, Analisis Diskriminan
PENDAHULUAN Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, bukan sekedar sebagai sumber dana bagi pihak yang kekurangan dana (defisit unit) dan sebagai tempat penyimpanan uang bagi pihak kelebihan dana (surplus unit), tetapi memiliki fungsi-fungsi lain yang semakin luas saat ini. Terlebih karena kemajuan perekonomian dan semakin tingginya tingkat kegiatan ekonomi, telah mendorong bank untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dan kemudahan-kemudahan, seperti menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga dan penawaran jasa-jasa lainnya. Melihat peran perbankan yang sangat strategis tersebut, maka kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat vital. Bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kesehatan dan stabilitas perbankan akan sangat berpengaruh terhadap
pasang surut suatu perekonomian. Sebagai gambaran, dengan terganggunya fungsi intermediasi perbankan setelah terjadinya krisis perbankan di Indonesia, antara lain telah mengakibatkan melambatnya kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai lembaga kepercayaan, bank tidak hanya dibutuhkan atau bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam proses intermediasi, dana yang dikerahkan atau dimobilisasi oleh suatu bank selanjutnya akan disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif. Kegiatan bank ini tentu saja akan meningkatkan investasi, produksi, serta konsumsi barang dan jasa yang berarti akan meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara. Sementara itu, perbankan juga sangat berperan dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Efektivitas kebijakan moneter akan sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan stabilitas sektor perbankan. Dalam mengelola perbankan harus dilakukan secara profesional, sehingga dapat memperoleh keuntungan terus menerus, seperti tujuan utama bank didirikan. Tentunya untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerja keras dari manajemen bank dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Sedangkan Pangsa pasar aset bank- bank pemerintah cenderung menurun dari tahun ke tahun. Berbagai masalah yang menghimpit bank-bank pemerintah dalam beberapa tahun belakangan dan ekspansi yang signifikan dari bank-bank yang dimiliki asing merupakan faktor penyebab. Berdasarkan data Biro Riset InfoBank, porsi kepemilikan asing pada aset perbankan nasional meningkat dari 42,33 persen pada Maret 2005 menjadi 43,1 persen pada Juni 2007. Sebaliknya, porsi kepemilikan pemerintah turun dari 37,9 persen menjadi 36,42 persen. Penurunan kinerja bank pemerintah sedikit banyak akan memengaruhi perekonomian mengingat selama ini bank pelat merah merupakan andalan dalam pembiayaan investasi. Sebaliknya, bank-bank yang dimiliki asing belum berkontribusi optimal dalam membiayai kegiatan produktif. Kesehatan suatu bank tercermin dalam laporan keuangan yang dikeluarkan bank tersebut dimana laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Penilaian kesehatan perbankan dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Bagi bank yang sudah dinilai sebelumnya dapat pula dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatannya. Bagi bank yang menurut penilaian sehat atau kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya tetap dipertahankan terus, akan tetapi bagi bank yang terus-menerus tidak sehat, maka harus mendapatkan pengarahan atau bahkan sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku Dalam melakukan penilaian kesehatan, bank sentral melakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang telah ditetapkan. Adapun aspek-aspek yang harus dipenuhi meliputi Capital (modal), Asset (aktiva), Management (manajemen), Earning (rentabilitas), Liquidity (likuditas), dan Sensitivity to market risk (sensitifitas terhadap risiko pasar) yang diangkat menjadi CAMELS. Untuk itu, kesehatan suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang meliputi aspek-aspek tersebut. Selain menggunakan metode CAMELS dalam penelitian ini, untuk menentukan apakah bank tersebut sehat atau tidak sehat digunakan pula analisis diskriminan. Analisis ini dibentuk dengan memaksimumkan jarak antar kelompok, sehingga memiliki kemampuan untuk membedakan antar kelompok. Berdasarkan analisis ini, pengamatan yang belum diketahui kelompoknya dapat ditentukan kelompoknya, yang dimaksud dari kelompok ini adalah kelompok bank berdasarkan rata-rata rasio,apakah termasuk dalam kelompok BUMN atau kelompok BPD. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi dari tingkat kesehatan Bank-Bank Pemerintah dengan menggunakan Metode CAMELS. Untuk mengetahui dan menganalisis pengelompokan bank berdasarkan rata-rata rasio yang dimiliki dengan menggunakan analisis Diskriminan. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, bagi mahasiswa, danperusahaan, diantaranya:
1.
2. 3.
Hasil penelitian ini diharapakan berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis baik secara teoritis maupun praktis dalam bidang ilmu ekonomi tentang tingkat kesehatan pada Bank-Bank Pemerintah dengan menggunakan Metode CAMELS dan dengan menggunakan analisis Diskriminan. Hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi mahasiswa fakultas ekonomi jurusan Akuntansi, untuk meperdalam teori-teori dari disiplin ilmu terkait. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi manajemen bank-bank tersebut dalam menentukan kebijakan yang akan diambil dalam kaitannya memelihara tingkat kesehatan bank-bank tersebut agar tetap sehat.
TELAAH PUSTAKA Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan SKAPI. Menurut Kasmir (2003:175) Jenisjenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Neraca merupakan laporan menunjukkan pososisi keuangan Bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksud adalah pisisi aktiva (harta), passive (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. b. Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmet penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agrement (REPO), sedangkan laporan Kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disajikan tanpa pos lama. c. Laporan Laba Rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. d. Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. e. Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi Devisa Neto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. f. Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang Bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan Laporan Bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:284), analisis laporan keuangan perbankan bertujuan antara lain untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, untuk mengetahui perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional dan rencana kerja anggaran bank, memonitor pelaksanaan dari kebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan penyempurnaan di masa yang akan datang, dan sebagainya. Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51) “ Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.” Menurut Riyadi (2006:175) “ Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu tolak ukur kinerja keuangan bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil penilaian ini akan dapat diketahui performance pemilik dan profesionalisme pengelola bank tersebut. Terdapat beberapa pihak yang sangat membutuhkan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yaitu : pengelolaan bank (Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Pemilik), masyarakat pengguna jasa bank, Bak Indonesia (selaku Pembina dan pengawas Bank), Counterparty Bank (adanya hubungan coresponden).”
Kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap fakto-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah memperkembangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382). Pada dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian terhadap hasil usaha bank dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan dgolongkan dalam lima peringkat komposit masingmasing faktor. Adapun kriteria penetapan peringkat komposit tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berkut ini: Tabel 1 Peringkat Komposit Setiap Faktor Peringkat Komposit 1
2
3
4
5
Keterangan Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangan. Mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik, namum terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitive terhadap pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangna/ bank memiliki kelemahan keuangan yang serius/ kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha. Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitf terhadap pengaruh negative kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mangalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan Tingkat Kesehatan Bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut: a. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 1 (PK-1) atau Peringkat Komposit 2 (PK-2); b. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 3 (PK-3);
c.
Untuk predikat Tingkat kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 4 (PK-4); d. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 5 (PK-5). Analisis rasio CAMELS merupakan salah satu bagian di teknik analisis laporan keuangan bank. Analisis CAMELS ini adalah perkembangan dari analisis CAMEL terdahulu, dimana analisis ini menambahkan faktor Sensitivitas dalam perhitungan rasionya. Rasio Camels digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yang diperoleh suatu bank terhadap perhitungan kegiatan operasionalnya dengan suatu tingkat persentasi tertentu yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan suatu bank dalam bentuk peringkat komposit. Rasio CAMELS digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yang dilakukan dari berbagai faktor seperti Capital (modal), Asset (aktiva), Management (manajemen), Earning (rentabilitas), Liquidity (likuiditas), and Sensitivity to market risk (sensitivitas terhadap risiko pasar).yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko dan kepatuhan bank. Sedangkan pertimbangan unsur judgement merupakan pengambilan kesimpulan yang dilakukan secara obyektif dan independent berdasarkan hasil analisis yang didukung oleh fakta, data dan informasi yang memadai serta terdokumentasi dengan baik guna memperoleh hasil penilaian yang mencerminkan kondisi bank yang sebenarnya (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). a. Capital (permodalan) penilaian berdasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Penilaian ini adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). (Kasmir, 2003:185). Menurut Dendawijaya (2005:121), Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. b. Asset (Aktiva) Asset (aktiva) auatu bank akan dinilai berdasarkan Kualitas Aktiva Produkif (KAP) yang dimiliki bank tersebut, yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Menurut Sigit Triandaru (2008:58), sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mai 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, Matriks Perhitungan/Analisis Komponen atas setiap faktor. Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut : 1) 2) 3)
25% dari kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) 50% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar (KL) 75% dari kredit yang digolongkan Diragukan (D)
4) c.
100% dari kredit yang digolongkan Macet (M) Earnings (Rentabilitas) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rasio rentabilitas suatu bank anatara lain: 1)
ROA (Return on Total Asset) Menurut Riyadi (2006:155), Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak pada bank dengan total aktiva bank, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Dendawijaya (2005:118), Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. 2) BOPO (Biaya Operasional Dibandingkan dengan Pendapatan Operasional) Menurut Dendawijaya (2005:119), BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Riyadi (2006:159), BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO baerarti semakin bik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahan. d. Liquidity (Likuiditas) Menurut Kasmir (2003:268), Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun faktor Likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMELS ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). LDR (Loan to Deposito Ratio) ini menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya. Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Menurut Santoso (2004:143) “Analisis diskriminan adalah teknik multivariate yang termasuk dependence method, yakni adanya variable dependen dan independent. Dengan demikian ada variable yang hasilnya tergantung dari data variable independent. Ciri khusus adalah variabel dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independent justru berupa data non kategori.” fungsi Diskriminan Z
=
Dimana Z
W1X1 + W2X2 + W3X3 + W4X4 + W5X5
: Score pada fungsi diskriminan.
W1, W2, W3, W4, W5 X1, X2, X3, X4, X5
: Koefisien fungsi diskriminan. : Nilai variabel pembeda.
Menurut Bhuono Agung (2005:77) “Analisi diskriminan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan kemudian menganalisis perbedaan pada kelompok tersebut.” Menurut Imam Ghozali (2008:185) “Diskriminan analisis merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-metrik atau kategori.” Tujuan dari analisis ini adalah: a. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara kedua kelompok. b. Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk menyusun persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel baru atau indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara dua kelompok. c. Menggambarkan variabel yang telah teridentifikasi atau indek untuk mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi di masa datang kedalam satu dari kedua kelompok. Fungsi diskriminan (score diskriminan) Z
=
w1 EBITASS + w2 ROTC
Dimana Z adalah fungsi diskriminan, maka tujuan analisis diskriminan adalah menentukan nilai w1 dan w2. Menurut Santoso (2004:144), proses analisis diskriminan sebagai berikut: a. Memisahkan variabel-variabel menjadi variabel dependen dan independent b. Menentukan metode untuk membuat fungsi diskriminan. Pada prinsipnya ada dua metode dasar untuk itu, yakni: 1) Simultancous Estimation, dimana semua variabel dimasukkan secara bersama-sama dan kemudian dilakukan proses diskriminan. 2) Step-Wise Estimation, dimana variabel dimasukkan satu per satu kedalam model diskriminan. Pada proses ini, tentu ada variabel yang tetap ada pada model, dan ada kemungkinan satu atau lebih variabel independent yang dibuang dari model c. Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan yang telah terbentuk, dengan menggunakan Wilk’s Lambda, Pilai, F test, dan lainnya d. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan, termasuk mengetahui ketepatan klasifikasi secara individual dengan Casewise Diagnostics e. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan f. Melakukan uji validasi fungsi diskriminan. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah Bank-Bank milik Pemerintah Pusat dan milik Pemerintah Daerah periode 2006-2008. Dalam penelitian ini terdapat 16 bank, adapun jumlah bank milik Pemerintah Pusat sebanyak 4 bank dan jumlah bank milik Pemerintah Daerah sebanyak 12 bank. Berikut ini adalah variabel yang akan dianalisis yaitu: a. Capital (permodalan) Pada aspek permodalan ini yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequity Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni paling sedikit 8%. Langkah-langkah perhitungan rasio CAR: 1) 2)
Lihat laporan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Hitung total Modal Inti dan Modal Pelengkap
3) 4)
Hitung total ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) Hitung rasio CAR dengan menggunakan rumus: CAR =
Total Modal Total ATMR
x 100%
b.
Asset (aktiva) Asset (aktiva) auatu bank akan dinilai berdasarkan Kualitas Aktiva Produkif (KAP) yang dimiliki bank tersebut, yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Langkah-langkah perhitungan : a) Lihat laporan kualitas aktiva produktif b) Hitung total aktiva produktif, yaitu jumlah dari aktiva produktif yang termasuk dalam kategori L, DPK, KL, D dan M c) Hitung Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan d) Tentukan rasio Kualitas Aktiva Produktif dengan rumus:
KAP = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Total Aktiva Produktif
x100%
c.
Earnings (Rentabilitas) Rentabilitas merupakan ukuran komponen bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukurt tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas terus meningkat. Penilaian pendekatan kualitatif faktor profitabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) Return On Asset (ROA) Langkah-langkah perhitungan: a) b) c) d)
Lihat Neraca dan Laporan Laba Rugi Tentukan nilai laba sebelum pajak Tentukan total aktiva Tentukan rasio ROA dengan rumus: ROA =
Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
x 100%
2) Biaya Operasional Dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Langkah-langkah perhitungan: a) b) c) d)
Lihat Laporan Laba Rugi Tentukan jumlah Beban Operasional Tentukan jumlah pendapatan Hitung rasio BOPO dengan rumus: BOPO =
d.
Beban Operasional x 100% Pendapatan Operasional
Liquidity (Likuiditas) Menurut Kasmir (2003:268), “Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.” Adapun
faktor Likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMELS ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). Langkah-langkah perhitungan: a) Lihat Neraca b) Tentukan jumlah kredit, yaitu kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir/ditarik/dicairkan c) Tentukan dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan berbagai jenis deposito d) Hitung rasio LDR dengan rumus: LDR =
Kredit Dana Pihak Ketiga
x 100%
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat tidak secara lansung, melainkan didapat dari berbagai situs yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini, seperti www.bi.go.id, www.bapenas.go.id dan www.bapepam.go.id. Untuk tambahan informasi penulis juga membaca dari berbagai buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan penelitian. Predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut: e. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 1 (PK-1) atau Peringkat Komposit 2 (PK-2); f. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 3 (PK-3); g. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 4 (PK-4); h. Untuk predikat Tingkat kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 5 (PK-5). Namun dalam penelitian ini, predikat tingkat kesehatan bank digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: a. Peringkat Komposit 1 (satu) samapi dengan 3 (tiga) diberi predikat sehat b. Peringkat Komposit 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) diberi predit tidak sehat. Dalam penelitian ini digunakan model analisis diskriminan yang disebut TwoGroup Discriminant Analysis, karena dalam penelitian ini tingkatan bank hanya dikategorikan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok BUMN dan kelompok BPD. Didalam penelitian ini penggolongan data menggunakan bantuan program SPSS versi 12,0 for windows. Menurut Santoso (2004:144), proses analisis diskriminan sebagai berikut: a. Memisahkan variabel-variabel menjadi variabel depanden dan variabel independent. Yang menjadi variabel-variabel yang disebutkan diatas dalam penelitian ini, adalah: 1) Variabel dependen adalah kelompok bank berdasarkan rata-rata rasio, maksudnya bank-bank termasuk kedalam kelompok BUMN atau kelompok BPD, yang dilambangkan dengan Z score. 2) Variabel independent yaitu rasio keuangan bank-bank milik pemerintah pusat dan milik pemerintah daerah, antara lain: X1 : CAR X4 : BOPO X2 : KAP X5 : LDR X3 : ROA b. Membuat fungsi Diskriminan Z
=
W1X1 + W2X2 + W3X3 + W4X4 + W5X5
c. d. e. f.
Dimana : Z : Score pada fungsi diskriminan. W1, W2, W3, W4, W5 : Koefisien fungsi diskriminan. X1, X2, X3, X4, X5 : Nilai variabel pembeda. Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan yang telah terbentuk, dengan menggunakan Wilk’s Lambda, F test, dan lainnya. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan, termasuk. mengetahui ketepatan klasifikasi secara individual dengan Casewise Diagnostics. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan. Melakukan uji validasi fungsi diskriminan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Hasil Perhitungan Rasio CAR 2006-2008 CAR NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
2006
2007
2008
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero) , Tbk
16.39
16.26
13.86
2 PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
18.91
16.03
13.56
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
17.20
14.54
16.33
4 PT Bank Mandiri(Persero) , Tbk
26.54
22.61
17.37
5 BPD Kalimantan Timur
27.78
20.82
23.13
6 BPD Yogyakarta
16.38
16.31
19.07
7 PT Bank DKI
17.80
13.01
13.67
8 PT BPD Aceh
21.70
26.06
25.07
9 PT BPD Sumatera Barat
23.42
20.19
18.57
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
15.34
17.86
15.51
11 PT BPD Jawa Timur
36.89
32.28
24.84
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
17.51
14.48
14.12
13 PT BPD Sulawesi Utara
14.29
12.48
15.24
14 PT BPD Bali
20.60
18.50
14.97
15 PT BPD Papua
32.24
34.45
28.72
16 PT BPD Riau 30.67 31.95 12.05 Sumber: Data diolah Berdasarkan Tabel 4.1, CAR pada tahun 2006, 2007 dan 2008 bahwa seluruh perusahaan pada penelitian ini memilki nilai CAR diatas batas minimal yaitu 8% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, artinya menunjukkan modal yang dimiliki bank mampu untuk menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 2, terdapat 7 perusahaan perbankan yang mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun, diantaranya yaitu: PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Mandiri, PT BPD Sumatera Barat, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Nusa Tenggara Barat dan PT BPD Bali. Penurunan CAR terjadi sebagai akibat dari peningkatan jumlah ATMR yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan total modal. Peningkatan CAR terjadi akibat peningkatan jumlah modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah ATMR. Sedangakn 9 perusahaan perbankan lainnya mengalami fluktuasi, diantaranya yaitu: PT Bank Tabungan
Negara, BPD Kalimantan Timur, BPD Yogyakarta dan PT BPD Sulawesi Utara, pada tahun 2007 mengalami penurunan rasio dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan kembali. Sedangkan PT BPD Aceh, PT BPD Jawa Barat & Banten, PT BPD Papua dan PT BPD Riau, pada tahun 2007 mengalami peningkatan rasio dan pada tahun 2008 mengalami penurunan rasio. Rasio CAR dalam penelitian ini, pada tahun 2006 nilai tertinggi dimilki PT BPD Jawa Timur dan terendah dimilki PT BPD Sulawesi Utara. Pada tahun 2007 nilai CAR tertinggi dimilki PT BPD Papua dan terendah dimilki PT Bank DKI. Pada tahun 2008 nilai CAR tertinggi dimilki PT BPD Papua dan terendah dimilki PT BPD Riau. Tabel 3 Hasil Perhitungan Rasio KAP 2006-2008 KAP NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
2006
2007
2008
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero) , Tbk
5.32
5.54
4.38
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
3.65
2.61
2.69
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
4.50
4.75
4.75
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
5.33
5.89
4.19
5 BPD Kalimantan Timur
0.18
0.63
0.71
6 BPD Yogyakarta
0.87
0.81
1.01
7 PT Bank DKI
1.98
2.31
2.29
8 PT BPD Aceh
0.44
0.60
0.94
9 PT BPD Sumatera Barat
2.47
2.95
2.89
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
0.32
0.51
0.55
11 PT BPD Jawa Timur
0.22
0.38
0.41
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
2.12
3.66
2.81
13 PT BPD Sulawesi Utara
0.69
1.33
1.15
14 PT BPD Bali
1.19
1.01
0.71
15 PT BPD Papua
0.50
0.53
0.58
16 PT BPD Riau 0.47 0.60 0.62 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 3 terdapat 6 perusahaan perbankan yang mengalami peningkatan rasio KAP selama periode penelitian yaitu BPD Kalimantan Timur, PT BPD Aceh, PT BPD Jawa Barat & Banten, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Papua, PT BPD Riau. Peningkatan ini di karenakan peningkatan jumlah APYD yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva produktif. PT Bank Tabungan Negara mengalami peningkatan pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 memiliki nilai yang sama dengan 2008. PT BPD Bali mengalami penurunan rasio KAP pada tahun 2008 dan 2008, penurunan ini diindikasikan jumlah aktiva produktif mengalami peningkatan lebig besar dibandingkan dengan jumlah APYD bank. Pada rasio KAP terdapat 8 perusahaan perbankan yang mengalami fluktuasi selama periode penelitian, yaitu terdapat 6 perusahaan perbankan yang pada tahun 2007 mengalami peningkatan dan pada tahun 2008 mengalami penurunan diantaranya PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT Bank DKI, PT BPD Sumatera Barat, PT BPD Nusa Tenggara Barat dan PT BPD Sulawesi Utara. Terdapat 2 perusahaan perbankan yang pada tahun 2007 mengalami penurunan dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu PT Bank Rakyat Indonesia dan BPD Yogyakarta. Adapun nilai rasio KAP pada tahun 2006 tertinggi dimiliki PT Bank Mandiri dan terendah dimiliki PBD Kalimantan Timur. Pada tahun 2007 tertinggi dimiliki
PT Bank Mandiri dan terendah PT BPD Jawa Timur. Pada tahun 2008 tertinngi dimiliki PT Bank Tabungan Negara dan terendah dimiliki PT BPD Jawa Timur. Tabel 4 Hasil Perhitungan Rasio ROA 2006-2008 ROA NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
2006
2007
2008
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
1.82
0.81
0.98
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
3.82
3.82
3.59
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
1.66
1.36
1.91
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
3.03
2.04
2.34
5 BPD Kalimantan Timur
2.93
3.31
4.13
6 BPD Yogyakarta
2.65
2.40
3.82
7 PT Bank DKI
1.82
1.66
1.27
8 PT BPD Aceh
2.44
2.88
2.54
9 PT BPD Sumatera Barat
2.84
2.92
3.28
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
2.71
2.82
3.32
11 PT BPD Jawa Timur
3.93
3.73
4.31
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
3.43
3.45
4.95
13 PT BPD Sulawesi Utara
4.56
2.52
2.48
14 PT BPD Bali
4.62
4.29
4.16
15 PT BPD Papua
2.11
2.51
3.29
16 PT BPD Riau 2.83 2.53 3.07 Sumber: Data diolah Berdasarkan Tabel 4, bahwa terdapat 5 perusahaan perbankan yang mengalami peningkatan rasio ROA selama periode penelitian, yaitu BPD Kalimantan Timur, PT BPD Sumatera Barat, PT BPD Jawa Barat & Banten, PT BPD Nusa Tenggara Barat dan PT BPD Papua. Peningkatan ini diindikasikan adanya peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimiliki. Terdapat 3 perusahaan perbankan yang mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu PT Bank DKI, PT BPD Sulawesi Utara dan PT BPD Bali. Penurunan ini diindikasikan adanya penurunan perolehan laba dari aset yang dimiliki. Sedangkan pada PT Bank Rakyat Indonesia hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan rasio ROA. Pada rasio ROA terdapat 7 perusahaan perbankan yang mengalami fluktuasi, diantaranya 6 bank pada tahun 2007 mengalami penurunan dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan kembali, yaitu PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Tabungan Negara, PT Bank Mandiri, BPD Yogyakarta, PT BPD Jawa Timur dan PT BPD Riau. Sedangkan 1 perusahaan perbankan pada tahun 2007 mengalami peningkatan dan pada tahun 2008 mengalami penurunan, yaitu PT BPD Aceh. Adapun rasio ROA dalam penelitian ini nilai tertinggi pada tahun 2006, yaitu pada PT BPD Bali dan nilai yang terendah pada tahun 2006, yaitu pada PT Bank Tabungan Negara. Pada tahun 2007, nilai tertinggi pada PT BPD Bali dan nilai terendah, yaitu pada PT Bank Tabungan Negara. Pada tahun 2008, nilai tertinggi yaitu pada PT BPD Nusa Tenggara Barat dan nilai terendah, yaitu pada PT Bank Negara Indonesia. Tabel 5 Hasil Perhitungan Rasio BOPO 2006-2008 BOPO NO
NAMA PERUSAHAAN
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
2006 82.89
2007 93.04
2008 90.16
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
74.38
69.80
72.65
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
87.74
86.14
86.68
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
90.13
75.85
73.65
5 BPD Kalimantan Timur
65.99
62.05
53.96
6 BPD Yogyakarta
76.77
77.25
73.19
7 PT Bank DKI
83.65
84.20
89.71
8 PT BPD Aceh
70.06
68.69
70.56
9 PT BPD Sumatera Barat
77.12
77.41
75.45
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
77.52
75.91
73.92
11 PT BPD Jawa Timur
69.59
70.42
67.27
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
76.73
78.50
73.06
13 PT BPD Sulawesi Utara
76.66
84.13
81.34
14 PT BPD Bali
67.19
67.17
44.80
15 PT BPD Papua
54.01
69.33
67.44
16 PT BPD Riau 65.46 72.45 73.50 Sumber: Data diolah Berdasarkan Tabel 6, pada rasio BOPO terdapat 2 perusahaan perbankan yang mengalami peningkatan selama periode penelitian, yaitu pada PT Bank DKI dan PT BPD Riau. Peningkatan ini diindikasikan adanya penurunan tingkat efisiensi dalam menggunakan sumber daya yang ada pada perusahaan. Terdapat 4 perusahaan perbankan yang mengalami penurunan selama periode penelitian, yaitu pada PT Bank Mandiri, BPD Kalimantan Timur, PT BPD Jawa Barat & Banten dan PT BPD Bali. Penurunan ini diindikasikan adanya peningkatan tingkat efisiensi dalam menggunakan sumber daya yang ada pada perusahaan. Pada rasio BOPO terdapat 10 perusahaan perbankan yang mengalami fluktuasi. Terdapat 7 perusahaan perbankan pada tahun 2007 mengalami peningkatan rasio BOPO dan pada tahun 2008 mengalami penurunan, yaitu PT Bank Negara Indonesia, BPD Yogyakarta, PT BPD Sulawesi Utara, PT BPD Sumatera Barat, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Nusa Tenggara Barat dan PT BPD Papua. Bank yang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 terdapat 3 perusahaan perbanakan, yaitu PT Banjk Rakyat Indonesia, PT Bank Tabungan Negara dan PT BPD Aceh. Adapun rasio BOPO pada penelitian ini nilai tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada PT Bank Mandiri, nilai terendah pada tahun 2006 yaitu pada PT BPD Papua. Pada tahun 2007 nilai tertinggi pada PT Bank Negara Indonesia dan terendah pada BPD Kalimantan Timur. Rasio BOPO tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada PT Bank Negara Indonesia dan nilai terendah pada tahun 2008 yaitu pada PT BPD Bali. Tabel 7 Hasil Perhitungan Rasio LDR 2006-2008 LDR NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN NO 2006 2007 2008 1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
48.98
60.56
68.61
2PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
72.53
68.80
79.93
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
83.97
70.95
132.41
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
55.40
86.01
58.12
5 BPD Kalimantan Timur
17.90
20.26
45.21
6 BPD Yogyakarta
50.55
53.57
88.43
7 PT Bank DKI
52.44
68.60
66.92
8 PT BPD Aceh
19.88
30.54
39.09
9 PT BPD Sumatera Barat
69.48
98.27
93.48
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
75.64
79.15
88.06
11 PT BPD Jawa Timur
38.77
42.11
54.04
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
87.82
113.12
128.54
13 PT BPD Sulawesi Utara
58.81
74.78
88.97
14 PT BPD Bali
81.42
80.65
90.40
15 PT BPD Papua
19.13
21.51
28.59
16 PT BPD Riau 17.11 30.00 43.20 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 7, hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa perusahaan perbankan memiliki rasio LDR melebihi batas minimal sebesar 50% dan tidak melebihi batas maksimal berkisar antara 85%-100% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 (lihat pada lampiran 7), pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing terdapat 10 perusahaan perbankan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perbanakan tersebut mampu untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan dana pihak ketiga dan perusahaan dapat memenuhi permohonan kredit yang layak dibiayai. Pada penilaian rasio LDR terdapat perusahaan perbankan yang memiliki rasio LDR kurang dari 50%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan pihak ketiga namun perusahaan tidak dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai, yaitu pada tahun 2006 terdapat 6 perusahaan perbankan diantaranya PT Bank Negara Indonesia, BPD Kalimantan Timur, PT BPD Aceh, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Papua, PT BPD Riau. Pada tahun 2007 terdapat 5 perusahaan perbankan, diantaranya BPD Kalimantan Timur, PT BPD Aceh, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Papua, PT BPD Riau. Pada tahun 2008 terdapat 4 perusahaan perbankan, diantaranya BPD Kalimantan Timur, PT BPD Aceh, PT BPD Papua, PT BPD Riau. Pada penelitian ini terdapat juga perusahaan perbankan yang memiliki rasio LDR lebih dari 100% yaitu PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007 dan 2008 serta PT Bank Tabungan Negara pada tahun 2008. Pada rasio LDR terdapat 10 perusahaan perbankan yang mengalami peningkatan selama periode penelitian, yaitu pada PT Bank Negara Indonesia, BPD Kalimantan Timur, BPD Yogyakarta, PT BPD Aceh, PT BPD Jawa Barat & Banten, PT BPD Jawa Timur, PT BPD Nusa Tenggara Barat, PT BPD Sulawesi Utara, PT BPD Papua, PT BPD Riau.. Peningkatan ini diindikasikan meningkatnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil. Penurunan rasio LDR diindikasikan menurunnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Pada rasio LDR terdapat 6 perusahaan perbankan yang mengalami fluktuasi. Terdapat 3 perusahaan perbankan pada tahun 2007 mengalami peningkatan rasio LDR dan pada tahun 2008 mengalami penurunan, yaitu PT Bank Mandiri, PT Bank DKI, PT BPD Sumatera Barat. Bank yang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 terdapat 3 perusahaan perbanakan, yaitu PT Banjk Rakyat Indonesia, PT Bank Tabungan Negara dan PT BPD Bali. Adapun rasio LDR pada penelitian ini nilai tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada PT BPD Nusa Tenggara Barat, nilai terendah pada tahun 2006 yaitu pada PT BPD Riau. Pada tahun 2007 nilai tertinggi pada PT BPD Nusa Tenggara Barat dan terendah pada PT BPD Papua. Rasio LDR tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada PT Bank Tabungan Negara dan nilai terendah pada tahun 2008 yaitu pada PT BPD Papua. Dari hasil perhitungan sebelumnya untuk masing-masing faktor selama periode 2006-2008 telah menghasilkan nilai peringkat untuk masing-masing faktor CAMELS sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, analisis dilanjutkan pada penetapan kesimpulan peringkat tingkat. Tabel 8 Nilai Peringkat Masing-masing Faktor tahun 2006 2006 NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
CAR KAP ROA BOPO LDR 2 3 2 2 3
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
2
3
1
1
1
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
2
3
2
2
3
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
1
3
1
2
1
5 BPD Kalimantan Timur
1
1
2
1
3
6 BPD Yogyakarta
2
1
2
1
1
7 PT Bank DKI
2
1
2
2
1
8 PT BPD Aceh
1
1
2
1
3
9 PT BPD Sumatera Barat
1
2
2
1
1
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
2
1
2
1
2
11 PT BPD Jawa Timur
1
1
1
1
3
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
2
2
1
1
3
13 PT BPD Sulawesi Utara
2
1
1
1
1
14 PT BPD Bali
1
1
1
1
2
15 PT BPD Papua
1
1
2
1
3
16 PT BPD Riau Sumber: Data diolah
1
1
2
1
3
Tabel 9 Nilai Peringkat Masing-masing Faktor tahun 2007 2007 NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
CAR KAP ROA BOPO LDR 2 3 3 2 1
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
2
2
1
1
1
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
2
3
2
2
1
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
1
3
2
1
3
5 BPD Kalimantan Timur
1
1
1
1
3
6 BPD Yogyakarta
2
1
2
1
1
7 PT Bank DKI
2
2
2
2
1
8 PT BPD Aceh
1
1
2
1
3
9 PT BPD Sumatera Barat
1
2
2
1
3
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
2
1
2
1
2
11 PT BPD Jawa Timur
1
1
1
1
3
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
2
3
1
1
4
13 PT BPD Sulawesi Utara
2
1
2
2
2
14 PT BPD Bali
2
1
1
1
2
15 PT BPD Papua
1
1
2
1
3
16 PT BPD Riau Sumber: Data diolah
1
1
2
1
3
Tabel 10 Nilai Peringkat Masing-masing Faktor tahun 2008 2008 NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
CAR KAP ROA BOPO LDR 2 3 3 2 1
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
2
2
1
1
2
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
2
3
2
2
5
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
2
3
1
1
1
5 BPD Kalimantan Timur
1
2
1
1
3
6 BPD Yogyakarta
2
2
1
1
3
7 PT Bank DKI
2
2
2
2
1
8 PT BPD Aceh
1
1
1
1
3
9 PT BPD Sumatera Barat
2
2
1
1
3
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
2
1
1
1
3
11 PT BPD Jawa Timur
1
1
1
1
1
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
2
2
1
1
5
13 PT BPD Sulawesi Utara
2
1
1
2
3
14 PT BPD Bali
2
1
1
1
3
15 PT BPD Papua
1
1
1
1
3
16 PT BPD Riau Sumber: Data diolah
2
1
1
2
3
Tabel 11 Predikat Kesehatan Bank NO
NAMA PERUSAHAAN PERBANKAN 1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
2006 S
2007 S
2008 S
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
S
S
S
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
S
S
TS
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
S
S
S
5 BPD Kalimantan Timur
S
S
S
6 BPD Yogyakarta
S
S
S
7 PT Bank DKI
S
S
S
8 PT BPD Aceh
S
S
S
9 PT BPD Sumatera Barat
S
S
S
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
S
S
S
11 PT BPD Jawa Timur
S
S
S
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
S
TS
TS
13 PT BPD Sulawesi Utara
S
S
S
14 PT BPD Bali
S
S
S
15 PT BPD Papua
S
S
S
16 PT BPD Riau Sumber: Data diolah
S
S
S
Keterangan: S : Sehat TS
: Tidak Sehat Tabel 12 Uji Signifikansi
CAR KAP ROA BOPO LDR
Wilks' Lambd a .941 .298 .853 .799 .954
F 2.871 108.158 7.903 11.594 2.241
df1
df2 1 1 1 1 1
46 46 46 46 46
Sig. .097 .000 .007 .001 .141
Tabel diatas adalah hasil pengujian untuk setiap variabel bebas yang ada. Keputusan bisa diambil adalah sebagai berikut: Dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut a. Jika signifikansi > 0,05, maka tidak ada perbedaan dalam kelompok b. Jika signifikansi < 0,05, maka ada perbedaan dalam kelompok Dengan demikian hasil pengujian pada tabel 12 di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1) Hasil pengujian terhadap variabel CAR menghasilkan F-hitung sebesar 2.871 dengan Sig. adalah 0.097>0,05. hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antar dua kelompok perbankan terkait dengan rasio CAR yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan CAR tidak berpengaruh signifikan dalam membedakan kelompok tingkat kesehatan perbankan. 2) Hasil penelitian terhadap variabel KAP menghasilkan F-hitung sebesar 108.158 dengan Sig. adalah 0,000<0,05. hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antar dua kelompok perbankan terkait dengan rasio KAP yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan KAP berpengaruh signifikan dalam membedakan kelompok tingkat kesehatan perbankan. 3) Hasil penelitian terhadap variabel ROA menghasilkan F-hitung sebesar 7.903 dengan Sig. adalah 0.007<0,05. hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antar dua kelompok perbankan terkait dengan rasio ROA yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan ROA berpengaruh signifikan dalam pembedaan kelompok tingkat kesehatan perbankan. 4) Hasil pengujian terhadap variabel BOPO menghasilkan F-hitung sebesar 11.594 dengan Sig. adalah 0.001<0,05. hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antar dua kelompok perbankan terkait dengan rasio BOPO yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan BOPO berpengaruh signifikan dalam membedakan kelompok tingkat kesehatan perbankan. 5) Hasil pengujian terhadap variabel LDR menghasilkan F-hitung sebesar 2.241 dengan Sig. adalah 0.141>0,05. Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan antar dua kelompok perbankan terkait dengan rasio LDR yang dimiliki, sehingga dapat dismpulkan LDR tidak berpengaruh signifikan dalam membedakan kelompok tingkat kesehatan perbankan.
1
Tabel 13 Hasil Perhitungan Canonical Correlation % of Cumulative Canonical Function Eigenvalue Variance % Correlation 3.071(a) 100.0 100.0 .869 a First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Canonical Correlation mengukur keeratan hubungan antara discriminant score dengan grup (dalam hal ini, karena ada dua tipe bank, maka ada dua kelompok). Angka 0,869 menunjukkan keeratan (kolerasi) antarvariabel CAR, KAP, ROA, BOPO dan LDR cukup tinggi dalam menjelaskan tingkat kesehatan bank, dengan ukuran skala asosiasi antara 0 sampai 1. Tabel 14 Fungsi diskriminan Functi on 1 CAR -.044 KAP 1.378 ROA .206 BOPO -.023 LDR -.026 (Constant) .903 Unstandardized coefficients Berdasarkan hasil pengujian pada table 14, fungsi diskriminan yang terbentuk adalah sebagai berikut: Z = 0.903 – 0.044 CAR + 1.378 KAP + 0.206 ROA – 0.023 BOPO – 0.026 LDR Dari persamaan tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata rasio yang paling dominan untuk memprediksi perbedaan kelompok perbankan adalah rasio KAP, karena memiliki nilai koefisien yang tertinggi, yaitu 1.378. sedangkan rata-rata nilai rasio yang paling lemah untuk memprediksi perbedaan kelompok perbankan adalah rasio CAR, karena memiliki nilai loefisien –0.044. Tabel 15 Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients
CAR KAP ROA BOPO LDR
Functi on 1 -.278 1.318 .189 -.202 -.716
Tabel 15 diatas digunakan untuk mengetahui variabel diskriminan yang paling penting untuk membedakan dua kelompok. Tabel 16 Nilai Centroid Masing-masing Kelompok PREDIKAT 1.00 2.00
Function 1 2.972 -.991
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
Tabel 16 di atas menjelaskan tentang centroid (rata-rata) dari masing-masing kelompok. Angka yang dihasilkan pada tabel menunjukkan nilai yang memisahkan masingmasing kelompok tingkat kesehatan bank. Berdasarkan hasil centroid pada tabel 16 di atas, nilai cut off dapat dihitung dengan menggunakan rumus ZCU sebagai berikut. ZCU = ZA + ZB 2 Dimana ZCU ZA dan ZB Perhitungan: ZCU =
: Angka kritis, yang berfungsi sebagai cut off score : Angka centroid pada grup A dan B 2.972 – 0.991 2
=
0.9905
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai cut off yang dihasilkan adalah sebesar 0.9905, maka pengelompokan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut. a.
Apabila nilai Z yang dihasilkan lebih besar dari 0.9905, maka masuk ke dalam kelompok BUMN (1.00).
b.
Apabila nilai Z yang dihasilkan lebih kecil dari 0.9905, maka masuk ke dalam kelompok BPD (2.00). Tabel 17 Hasil Perhitungan Skor Z Fungsi Diskriminan Skor Z Diskriminan
NO
NAMA PERUSAHAAN
2006
2007
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
4.7039
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
2008
Kelompok Bank 2006
2007
2008
4.2676 2.6717
1
1
1
2.2866
1.1909 1.0034
1
1
1
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero)
2.4915
3.2591 1.6823
1
1
1
4 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
4.1908
4.4700 3.1866
1
1
1
5 BPD Kalimantan Timur
-1.4490 -0.4148 -0.702
2
2
2
6 BPD Yogyakarta
-1.1573 -1.3706 -1.735
2
2
2
7 PT Bank DKI
-0.0701
0.1292 -0.079
2
2
2
8 PT BPD Aceh
-1.0724 -1.1940 -1.017
2
2
2
0.3450 0.5771
2
2
2
10 PT BPD Jawa Barat & Banten
-2.5258 -2.3979 -2.326
2
2
2
11 PT BPD Jawa Tiimur
-2.2201 -1.9433 -1.687
2
2
2
12 PT BPD Nusa Tenggara Barat
-0.2848
1.2805 0.1468
2
1
2
13 PT BPD Sulawesi Utara
-1.1303 -1.1777 -1.861
2
2
2
14 PT BPD Bali
-1.0753 -1.2718 -1.297
2
2
2
15 PT BPD Papua
-1.1283 -1.5194 -1.172
2
2
2
2
2
2
9 PT BPD Sumatera Barat
0.2841
16 PT BPD Riau Keterangan tabel 17 :
-1.159 1 = BUMN
-1.596
-0.95
2 = BPD Tabel 18 Classification Result PREDIKA Predicted Group T Membership
Original
Count %
Crossvalidated(a)
Count
1.00 2.00 1.00 2.00 1.00
1.00 12 1 100.0 2.8 9
Total
2.00 0 35 .0 97.2
12 36 100.0 100.0
3
12
2.00 1 35 36 % 1.00 75.0 25.0 100.0 2.00 2.8 97.2 100.0 a Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b 97.9% of original grouped cases correctly classified. c 91.7% of cross-validated grouped cases correctly classified. Tabel 18 diatas dapat dilihat pada bagian original menunjukkan bahwa kelompok 1 adalah bank BUMN dan kelompok 2 adalah bank BPD. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa terdapat 12 bank masuk ke dalam kelompok 1 (BUMN). Dari 36 bank kelompok 2 (BPD) 1 diantaranya masuk kedalam klasifikasi kelompok 1 (BUMN) karena memiliki nilai rata-rata rasio pada variabel diskriminan lebih mendekati kelompok 1 (BUMN). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS dan analisis diskriminan pada 16 bank pemerintah periode 2006 sampai dengan 2008 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. Dengan menggunakan metode CAMELS ada 2 bank dengan 3 periode yang mendapatkan predikat tidak
sehat yaitu PT Bank Tabungan Negara pada tahun 2008 dan PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007 dan 2008. Menurut fungsi diskriminan terdapat 1 bank yang berasal dari BPD, setelah dilakukan analisis diskriminan rata-tara rasio yang dimiliki termasuk ke dalam kelompok BUMN, yaitu PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, dapat diutarakan beberapa saran antara lain. a. Bagi pihak manajemen agar terus memperhatikan tingkat kesehatan bank secara hati-hati terhadap semua aspek tingkat kesehatan bank, hal ini dilakukan agar pihak manajemen dapat melakukan koreksi dan perbaikan sedini mungkin bila terdapat ketidak sesuian dalam kesehatan bank bersangkutan sehingga tidak menyebabkan kerugian pada bank bersangkutan dan pihak-pihak yang berhubungan dengan bank bersangkutan. b. Bagi Nasabah dan investor yang ingin menabung ataupun yang ingin menanamkan dananya untuk lebih berhati-hati, khususnya pada tingkat kesehatan perbankan yang dapat dilihat salah satunya melalui rasio yang diperoleh bank yang bersangkutan, yang secara langsung dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Dengan begitu hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan apakah dana yang dimiliki akan ditabung atau ditanamkan pada bank tersebut dan untuk menghindari kerugian yang akan dialami dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi Bank, www.bi.go.id. Bank Indonesia, Surat Edaran No 6/23/PPNP Tanggal 31 Mei 2004, Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank, www.bi.go.id. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004, Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, www.bi.go.id. Bapepam, Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perbankan, www.bapepam.go.id. Bastian, Indra Suhardjono, 2006, Akuntansi Perbankan, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Ghazali, Imam, 2001, Analisis Multivariate Denagn Program, BP UNDIP, Semarang. Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasibuan, Malayu S.P., 2008, Dasar – Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2004, Salemba Empat, Jakarta. Irmanto, Juli, dkk, 2002, Bank Dan Lembaga Keuangan, Universitas Trisakti, Jakarta. Kasmir, 2003, Manajemen Perbankan, PT Raja Garfindo, Jakarta. Kasmir, 2004, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT Raja Garfindo, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan Teori Dan Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Marta,
M.Fajar, 2008, Tahun 2008 Menentukan Bagi http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Tahun 2008.pdf
Bank
Aplikasi,
Pemerintah,
Nugroho, Bhuono Agung, 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Andi, Jakarta. Rahardjo, Budi, 2005, Laporan Keuangan Perusahaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Riyadi, Slamet, 2006, Banking Assets And Liability Management, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Santoso, Singgih, 2004, Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, PT Elek Media Komputindo, Jakarta. Triandaru, Sigit Dan Totok Budisantoso, 2008, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.