ANALISIS TINDAK TUTUR PERSUASIF DALAM VIDEO KAMPANYE SHINZO ABE TAHUN 2012 Feny, Timur Sri Astami Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480 (021) 532 7630,
[email protected]
ABSTRACT The persuasive speech act is often used in everyday routine, both conscious and unconsciously. The purpose of this research is to understand the method to execute such persuasive speech act in an effective way by utilizing the example of Prime Minister Shinzo Abe's campaign video, when he won the election in 2012. Documentation and descriptive analytical methods were used as the research method. Specifically, the research reviews 2 aspects which are to describepersuasive speech act and to describe persuasive strategies within the campaign. Writer found that there are 5 forms of speech acts present in the video of Shinzo Abe's campaign in 2012. Writer also found some persuasive strategies that are utilized by Shinzo Abe to assist him in winning the election. Keywords: Speech Acts, Persuasive.
ABSTRAK Tindak tutur persuasif sering digunakan dalamkehidupansehari-hari secara sadar maupun tidak sadar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui cara melakukan tindak tutur persuasif yang baik dan efektif dengan mengambil sumber dari video kampanye Perdana Menteri Shinzo Abe yang berhasil memenangkan pemilihan umum tahun 2012. Metode kepustakaan dan deskriptif analitis digunakan sebagai metode penelitian. Secara khusus penelitian ini mengkaji 2 aspek yaitu mendeskripsikan wujud tindak tutur persuasif dan mendeskripsikan strategi persuasif dalam kampanye tersebut. Penulis menemukan bahwa 5 macam tindak tutur dari Searle terdapat dalam video kampanye Shinzo Abe tahun 2012. Penulis menemukan juga beberapa strategi persuasi yang digunakan oleh Shinzo Abe sehingga iadapat memenangkan pemilihan umum tersebut. Kata Kunci: TindakTutur, Persuasif.
PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, bermasyarakat, dan bekerja sama dalam kehidupannya sehari-hari. Sarana manusia untuk bersosialisasi adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana dalam buku yang berjudul Kamus Linguistik (2008:5), bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi secara sempurna dalam penyampaian pesan.
Komunikasi terjadi dalam dua belah pihak yaitu penutur dan penerima pesan. Pihak pertama menyampaikan pesan kepada pihak kedua. Pesan yang diberikan oleh pihak pertama pasti memiliki suatu tujuan. Hovlan (dalam Riswandi 2009:1) menyatakan komunikasi adalah suatu tindakan komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Menurut Nurudin (2011:137) komunikasi digolongkan dalam dua jenis, yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi massa. Komunikasi antarpersonal merupakan komunikasi yang hanya melibatkan komunikator, pesan, penerima, dan umpan balik. Sedangkan komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan untuk orang banyak yang melibatkan pesan, gatekeeper (orang yang bertanggung jawab sebagai penyedia informasi), jumlah audience, dan penggunaan media massa sebagai saluran. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu bentuk komunikasi massa adalah berupa kampanye. Di Jepang, tepat pada tanggal 24 bulan September tahun 2012, diadakan kampanye pemilihan umum legislatif yang diikuti beberapa calon Perdana Menteri, untuk memberikan gagasan atau opini yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi massa agar memilih kontestan menjadi Perdana Menteri yang baru. Kampanye pemilihan umum legislatif merupakan suatu bentuk komunikasi massa karena berisi pesan, melibatkan gatekeeper yang disebut dengan juru kampanye, sejumlah audience, dan menggunakan media massa. Pesan tersebut memiliki banyak makna. Untuk memahami makna yang berada pada pesan sang juru kampanye, kita harus mempelajari pragmatik yaitu ilmu yang mempelajari makna dalam sebuah tuturan. Sehubungan dengan hal tersebut, Austin dalam buku How to Do Things with Words (1962) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan ketika mengungkapkan suatu tuturan. Menurut teori tindak tutur ketika seseorang menggunakan bahasa yang berupa kata dan kalimat, yang tidak hanya semata-mata mengucapkan kalimat tersebut. Masih menurut sumber yang sama, menyatakan bahwa katakata yang diucapkan oleh penutur memiliki dua jenis makna, yaitu makna proposional atau makna lokusiner (locusionary meaning) dan makna ilokusi (illocutionary meaning). Makna proporsional adalah makna harfiah. Untuk memahami makna ini, pendengar cukup mengadakan pengkodean (decoding) terhadap kata-kata tersebut dengan bekal pengetahuan kosa kata. Sedangkan makna ilokusioner merupakan efek yang ditimbulkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur. Ilokusioner, menurut Austin (1962) berhubungan dengan tuturan dari sebuah kalimat dengan pengertian dan referensi tertentu yang dapat berupa pernyataan, janji, dan sebagainya. Kekuatan ilokusioner yang berupa pernyataan, harapan, pengaruh, maupun janji digunakan oleh juru kampanye untuk mempengaruhi media massa. Karena ilokusi yang dimaksud untuk mempengaruhi, sehingga disebut tindak tutur persuasif. Tuturan persuasif memiliki fungsi untuk memerintah, menyuruh, atau meminta kepada lawan tutur untuk melakukan tindakan. Tindak tutur semcam ini mempunyai nilai-nilai persuasif, karena konteks tuturannya didasarkan pada maksud dan keinginan penuturnya yang bertujuan untuk mempengaruhi lawan-tutur. Tindak tutur tersebut disampaikan kepada audiens atau massa yang akan memilih pasangan calon perdana menteri. Secara teknis, dapat dikatakan bahwa tuturan yang digunakan dalam kegiatan kampanye dapat dikategorikan sebagai tuturan persuasif. Selanjutnya menurut Poerwadarminta (1984) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kampanye diartikan sebagai gerakan atau tindakan serentak untuk melawan atau mengadakan aksi; atau kegiatan yang dilakukan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing untuk memperebutkan kedudukan di parlemen dan sebagainya untuk mendapatkan dukungan massa pemilih dalam suatu pemilihan suara. Pada prinsipnya semua tuturan persuasif berfungsi untuk mengajak atau mempengaruhi orang lain agar melakukan suatu tindakan yang diinginkan penuturnya. Hal ini dikemukakan oleh Simons (1976:19) sebagai berikut. “Persuasion is manipulative act, but it also leaves receivers with the perception of choice. It involves attempted influence such as a politician attempts to attract votes, a legislator seeks a bill, a student seeks permission to take a make-up exam. In some context it may be appropriate to refer to “persuasion” as an effect already produced by messages, whether intended or not”. (Persuasi merupakan tindakan yang bersifat manipulatif, akan tetapi tindakan tersebut memberikan persepsi pilihan kepada penerimanya. Tindakan tersebut berusaha mempengaruhi orang lain seperti politikus berusaha menarik suara pemilih, anggota dewan meminta tanda bukti pembayaran, dan mahasiswa minta ijin ujian perbaikan. Dalam konteks-konteks tertentu, persuasi mungkin tepat digunakan sebagai efek yang telah dihasilkan oleh pesan-pesan baik yang disengaja atau tidak).
説得). Dalam kamus Shinmeikaikokugo Jiten (1997:256), 説得 「自分の意思や主張を十分に話して相手に納得させること」 Maka dalam Bahasa Jepang, persuasi adalah settoku ( settoku ( ) bermakna:
“Jibun no ishi ya shuchou wo jyuubun ni hanashite aite ni nattoku saseru koto.” “Tindakan meyakinkan mitra tuturdengan mengutarakan keinginan atau pendapat pribadi sesuai yang dibutuhkan.” Jadi, dalam kegiatan kampanye, tindakan yang bersifat persuasif sangat diperlukan. Tindakan yang bersifat persuasif tersebut, diharapkan mampu menggerakan hati khalayak (calon pemilih). Dengan demikian kampanye merupakan ajang persuasif yang bertujuan untuk memperoleh kemenangan dalam Pemilihan Umum. Selain itu, kampanye juga sangat berguna untuk memperoleh jabatan atau kedudukan yang diperebutkan melalui pemungutan suara.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kajian pustaka dan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Menurut Ratna (2010:196) metode pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui buku-buku dari tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan. Sebagai pengumpulan data non-lapangan, dan data yang digunakan sekaligus sebagai objek primer maupun sekunder. Sedangkan metode deskriptif analitis menurut Ratna (2010:336-337) adalah analisis penelitian yang menggunakan metode dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara secara bersama-sama, maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal. Data dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan simpulan
HASIL DAN BAHASAN Pada bab ini penulis akan menganalisis tindak tutur persuasif pada korpus data video kampanye Shinzo Abe sesuai dengan teori yang telah dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi.: 1. Analisis Tindak Tutur persuasif Yang Berupa Tindak Tutur Ekspresif Atau Hyoushutsugata (
表出型)
Data 1 Menit 4:10 - 4:35 Kutipan :
野田さんは自民党の政権公約について、色々な、いちゃもんをつけています。私たちは「マニフェス ト」と言う言葉はもう恥ずかしくて使えない。「近いうちに」も使えない。 Noda san wa jimintou no seikenkouyaku nit suite, iroiro na, ichamon wo tsuketeimasu. Watashi tachi wa “manifesto” to iu kotoba wa mou hazukashikute tsukaenai. “chikai uchi ni” mo tsukaenai. Terjemahan : Noda san banyak berdalih dari masalah tentang manifest dari Partai Demokrasi Liberal. Bagi kami, kami malu menggunakan kata “manifest”. Bahkan, kami juga tidak menggunakan kata “segera”. Analisis : Maka pada data 1 ini, Shinzo Abe menggunakan prinsip kontras sebagai strategi persuasifnya. Publik bisa melihat dua hal yang ditampilkan oleh penutur. Pertama, adalah sudut pandang yang buruk tentang Mantan Perdana Menteri Noda yang sering berdalih saat lalai dalam mewujudkan manifest. Kedua, adalah sudut pandang Shinzo Abe yang ingin menjabat menjadi perdana menteri untuk menggantikan posisi Mantan Perdana Menteri Noda yang dengan lantangnya ia mengatakan bahwa ia malu bila mengumbar janji. Dengan demikian, publik diperlihatkan perbedaan persepsi atau sudut pandang yang sebelumnya buruk, sehingga posisi Shinzo Abe di mata publik menjadi terlihat lebih baik. Dengan begitu, muncul rasa percaya dari publik kepada Shinzo
Abe.Tindak tutur perlokusi terlihat dalam tuturan Shinzo Abe yang tidak hanya menyatakan informasi namun juga dapat memberikan efek pada pendengarnya. Dan dengan bantuan komunikasi persuasifnya, Shinzo Abe ingin membentuk sikap rakyat Jepang agar percaya dan memilihnya menjadi Perdana Menteri berikutnya dengan mengekspresikan emosinya. Tindak tutur seperti ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi (2001) yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan ekspresi dari perasaan batin penutur sehubungan dengan keadaan tertentu. Wujud dari tindak tutur ekspresif adalah rasa syukur, terima kasih, kekecewaan, permohonan maaf, keprihatinan, kekaguman, dan sebagainya. Dari kalimat di atas, terdapat wujud dari tindak tutur eskpresif yang berupa kekecewaan yang terbukti dari kata “ …” . Kata ini merupakan ekspresi dari perasaan Shinzo Abe dari suatu kondisi saat mantan Perdana Menteri Noda menjabat ia banyak berdalih dari permasalahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, definisi kekecewaan berarti perasaan kecewa. Kata “kecewa” itu sendiri memiliki arti kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya); tidak senang. Menurut kamus bahasa Jepang Kojien (1998:2141), definisi “ ” adalah sebagai berikut :
恥ずかしくて
自分の至らなさ、みっともなさを感じてきまりが悪い。
恥ずかしい
Jibun no itaranasa, mittomonasa wo kanjite kimari ga warui. Terjemahan :Perasaan tidak senang atas ketidak kompetenan diri sendiri dan pencapaian diri. Sehubungan dengan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa Shinzo Abe dalam tuturan di atas mengekspresikan perasaan malunya apabila mengatakan kata manifest namun tidak dapat terlaksana sesuai dengan kenyataan. Berikut ”. Definisi manifesto menurut KBBI online adalah pernyataan definisi manifesto dikaitkan dengan “ terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok. Dan definisi “ ” seperti yang sudah dicantumkan di atas adalah perasaan tidaksenang atas ketidakkompetenan diri atau pencapaian diri. Di sini, Shinzo Abe membentuk sikap rakyat Jepang agar mendukungnya karena rakyat Jepang percaya melalui prinsip kontras yang digunakan Shinzo Abe bahwa ia tidak akan seperti perdana menteri Noda.
恥ずかしい 恥ずかしい
恥ずかしい
2. Analisis Tindak Tutur Persuasif Yang Berupa Tindak Tutur Direktif atau Shijigata (
指示型)
Data 2 Menit 8:32 – 8:55 Kutipan :
しかし皆さん、時代は変わりました。チャンネル桜も出来たし、今はインターネットもあります。イ ンターネットで皆さん!一緒に世論を変えて行こうじゃありませんか。 Shikasi minna san, jidai wa kawarimashita. Chaneru sakura mo dekitashi, ima intanetto mo arimasu. Intanetto de minna san! Isshoni seron wo kaete ikou jyaarimasenka. Terjemahan : Tetapi, jaman sudah berubah. Sakura Channel telah selesai, sekarang internetpun ada. Ayo dengan internet! Ayo kita bersama-sama ubah opini publik. Analisis : Maka pada data 2 ini, Shinzo Abe menggunakan prinsip timbal balik sebagai strategi persuasifnya. Prinsip hubungan timbal balik dibuktikan dari kalimat “ …” yang berarti Channel Sakura sudah selesai dibuat. Jasa yang dibuat oleh Shinzo Abe membuat publik melihat kinerja Shinzo Abe dan Shinzo Abe membuat publik sulit menolak terhadap apa yang dibutuhkan Shinzo Abe. Dalam situasi kampanye, maka yang dibutuhkan Shinzo Abe yaitu dukungan dan suara.Tindak tutur perlokusi terlihat dalam tuturan Shinzo Abe yang tidak hanya menyatakan informasi namun juga dapat memberikan efek pada pendengarnya. Dan dengan bantuan komunikasi persuasifnya, Shinzo Abe ingin membentuk sikap rakyat Jepang agar percaya dan memilihnya menjadi Perdana Menteri berikutnya dengan mengajak rakyat Jepang untuk ikut bersama-sama merubah Jepang. Tindak tutur seperti ini merupakan tindak tutur direktif. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi (2001) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tuturan yang mengandung ilokusi perintah, suruhan dan permintaan. Tindak tutur ini berfungsi untuk membuat orang-orang melakukan apa yang dituturkan penutur. Wujud dari tindak tutur direktif merupakan ajakan, permintaan atau permohonan, suruhan, dan larangan.Dari kalimat di atas tindak tutur tutur direktif terbukti dari kata “…
チャンネル桜も出来たし
変えて
行こう
変える
て行こう
…”. Secara gramatikal, kata kerja “ ” yang artinya ubah, memiliki bentuk “ ” yang bermakna mengajak lawan bicara untuk ikut melakukan kata kerja di depannya yaitu ubah sehingga memiliki arti arti mari ubah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi mengajak adalah meminta (menyilakan, menyuruh,dsb) supaya turut. Menurut kamus bahasa Jepang Kojien (1998:454), definisi “
事物の状態。質をそれまでと異なったものになる。
変える” adalah sebagai berikut :
Jibutsu no jyoutai. Shitsu wo soremadeto kotonatta mono ni naru. Terjemahan :Membuat perbedaan dari kualitas dan suatu kondisi .Bentuk gramatikal “ ” termasuk dalam bentuk ajakan atau kanyuu . Bentuk tersebut memiliki maksud mengajak orang yang diajak bicara untuk ikut melakukan kata kerja yang dituturkan oleh penutur. Menurut Iori (2000:151) dijelaskan definisi ”sebagai berikut :
“勧誘”
て行こう
“勧誘 勧誘とは話し手がする行為を聞き手もするように働きかけることです。
Kanyuu to wa hanashi te ga suru koui wo kiki te mo suru youni hatarakikakeru koto desu. Terjemahan :Ajakan adalah tindak tutur yang dilakukan agar pendengar melakukan apa yang penutur tuturkan.Lalu, hal ini diperkuat dengan kata “ ” yang berarti bersama-sama. Definisi “ ” menurut Kojien (1998:165) adalah sebagai berikut.
一緒に
一緒に
区区ののののの。 Kubetsu no nai koto. Terjemahan :Hal yang tidak terpisah. Dengan kata lain, Shinzo Abe bersama publik melakukan perubahan terhadap negara. 3. Analisis Tindak Tutur Persuasif Yang Berupa Tindak Tutur Deklaratif Atau Sengengata (
宣言型 )
Data 3 Menit 4:35 - 5:25 Kutipan :
野田さんは「憲法改正は直ちに出来ないのにマニフェストに載せている。(民主党に対して)マニフ ェスト違反と言える資格があるのか」と言っているが、バカ言ってんじゃありませんよ!! 私たちが憲法改正をしようと言うのは日本の骨格を変えて行こう、そういうレベルの話なんですよ。 彼らが言っているような詐欺師のレベルの話ではありません。
Noda san wa “kenpoukaisei wa tadachi ni dekinai no ni manifesto ni noseteiru.(minshutou ni taishite) manifesto ihan to ieru shikaku ga aru no ka” to itteiru ga, baka ittenjyaarimasenyo! Watashi tachi wa kenpoukaisei wo shiyou to iu no wa nihon no kokkaku wo kaeteikou, souiu reberu no hanashinan desu yo. Karera ga itteiru youna sagishi no reberu no hanashi dewaarimasen. Terjemahan : Noda san mengatakan bahwa “mengamandemen Konstitusi tidak mugkin bisa segera dilaksanakan tetapi terdapat di dalam Manifest. (kepada Partai Demokrasi) ada kualifikasi yang memungkinkan hal itu dikatakan sebagai pelanggaran manifest?”. Jangan bicara bodoh! Kami bermaksud mengamandemen Konstitusi untuk mengubah struktur negara Jepang. Level seperti itulah yang kami maksud. Bukan kata-kata penipuan seperti yang mereka katakan. Analisis : Maka pada data 3 ini, Shinzo Abe menggunakan prinsip kontras sebagai strategi persuasifnya. Shinzo Abe memperlihakan dua hal kepada publik. Pertama, adalah persepsi atau sudut pandang buruk Mantan Perdana Menteri Noda yang sering berdalih bila ada masalah dan bahkan ketika manifest nya tidak terwujud ia masih berdalih dengan manifest tidak mungkin bisa segera diwujudkan. Kedua, adalah persepsi sudut pandang baik yang dibuat Shinzo Abe yang menyatakan ingin membuat negara Jepang lebih maju dengan memperbaiki struktur negara Jepang dengan membuat amandemen konstitusi. Dengan memperlihatkan dua sudut pandang ini, dapat membuat kredibilitas Shinzo Abe meningkat di mata publik. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi (2001) yang menyatakan bahwa tindak tutur deklaratif merupakan suatu pernyataan yang dapat mengubah kondisi atau kenyataan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Apa yang dikatakan penutur akan dapat menghasilkan hal baru atau sesuatu yang tidak
sama dengan kenyataan ketika sebelum penutur mengucapkan tindak tutur deklaratif. Wujud dari tindak tutur deklaratif adalah mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, dan sebagainya. Dari kalimat di atas, terjadi suatu pernyataan yang yang akan mengubah kondisi negara Jepang. Shinzo Abe menyatakan akan mengamandemen konstitusi untuk mengubah struktur negara Jepang. Perubahan kondisi dari kondisi sebelumnya menjadi konstitusi dan struktur negara yang Shinzo Abe inginkan. Selanjutnya, Searle (Fujibayashi,2010) menjelaskan bahwa tindak tutur deklaratif ( ) merupakan tuturan ” yang berarti amandemen yang dapat mengubah suatu kondisi. Hal ini diperkuat dengan adanya kata “ konstitusi ditambah dengan kata kerja “ ” yang berarti akan melakukan. Menurut kamus bahasa Jepang Kojien (1998:869), definisi “ ” adalah sebagai berikut :
しようと
国家存立の基本的条件を定めた根元法。
憲法
宣言型 憲法改正
Kokka sonri no kihonteki jyouken wo sadameta nemotohou. Terjemahan :Akar dari hukum yang menentukan kondisi suatu keadaan negara.Menurut kamus bahasa Jepang Kojien (1998:438), definisi “ ” adalah sebagai berikut :
改めて正しくすること。
改正
Aratamete tadashiku suru koto.
憲法改正” memiliki arti “する” する”dalam bentuk “しよ しようと ” masuk dalam
Terjemahan :Memperbaiki lagi beberapa waktu lainnya.Dengan kata lain, kata benda “ perbaikan akar hukum suatu negara. Dan kata benda ini di tambahkan kata kerja ” yang berarti bermaksud untuk melakukan.Secara gramatikal, bentuk “ bentuk kalimat ikoukei ( ). Iori (2000) menyatakan bahwa:
うと
意向形 動詞の意向形は意志を表す形成ですが、自分がある行為をする意志があることを聞き手に伝える場合 には、「と思う」を付けて使うのが普通です。
Doushi no ikoukei wa ishi wo arawasu keisei desu ga, jibun ga aru ishi ga aru koto wo kikite ni tsutaeru baai ni wa, “to omou” wo tsukete tsukau no ga futsuu desu. Terjemahan :Bentuk maksud dari kata kerja adalah bentuk untuk mengekspresikan kehendak, penggunaan umum yang ditambahkan dengan “to omou” berfungsi sebagai ingin menyampaikan kepada pendengar bahwa penutur ada keinginan untuk membuat suatu tindakan dari diri sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan dengan deklaratif adalah tuturan ini diutarakan oleh penutur yang berisi suatu kehendak penutur untuk merubah suatu kondisi dari kondisi sebelumnya. 4. Analisis Tindak Data 4 Menit 7:00 - 7:15 Kutipan :
Tutur
Persuasive Dalam Tindak Tutur Komisif atau Kousokugata (
拘束型)
私たちは変えて行きます。私たちは新しい時代を確実に作って行くんです。
Watashi tachi wa kaeteikimasu. Watashi tachi wa atarashii jidai wo kakujitsu ni tsukutteikundesu. Terjemahan :Kami akan ubah. Kami pasti akan membuat zaman yang baru. Analisis: Maka pada data 4 ini, Shinzo Abe menggunakan prinsip otoritas sebagai strategi persuasifnya. Pendapat Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik (1982:183) yang menyatakan bahwa :
“Mayoritas dari perundang-undangan disiapkan oleh badan eksekutif, sedangkan badan legislatif tinggal membahas dan membuat amandemen. Lagipula undang-undang yang dibuat atas inisiatif badan legislatif sedikit sekali jumlahnya dan jarang menyangkut kepentingan umum. Hal ini tidak mengherankan, sebab negara modern badan eksekutif bertanggung jawab atas peningkatan taraf kehidupan rakyat dan karena itu harus memainkan peranan yang aktif dalam mengatur semua aspek kehidupan masyarakat. Dan kepemimpinannya tercermin dalam perundang-undanganan yang dipersiapkannya.”
Dilihat dari pembuktian di atas, bahwa dapat disimpulkan bahwa Shinzo Abe akan menggunakan kekuasaannya sebagai Perdana Menteri yang berada dalam badan eksekutif sebagai kepala pemerintahan untuk mewujudkan janjinya.Dengan menggabungkan janjinya dengan prinsip otoritas, ia akan menggerakan hati publik dan menambah kepercayaan publik agar memilihnya sebagai Perdana Menteri agar mewujudkan janjinya. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi (2001) yang menyatakan bahwa tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengharuskan penutur melakukan tindakan yang terdapat di dalam tuturannya. Tindak tutur ini terikat pada suatu tindakan di masa depan atau yang akan datang. Wujud dari tindak tutur komisif berupa bersumpah, menawarkan dan berjanji. Searle mengungkapkan tindak tutur komisif adalah tuturan yang mengandung ungkapan janji, kaul, tawaran, perbuatan, kontrak, ancaman, dan sumpah. Wujud tindak tutur komisif dari data di atas adalah berupa janji. Shinzo Abe mengungkapkan janji bila ia terpilih menjadi perdana menteri berikutnya, ia akan mengubah Jepang, mendapatkan kembali negara Jepang dan mendapatkan kembali harga diri kita sebagai masyarakat Jepang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi “janji” adalah ucapan yg menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Salah satu janji yang Shinzo Abe tuturkan adalah “ ” yang berarti membuat jaman baru. Ungkapan janji pada kalimat ini terlihat pada akhir kalimat yang diakhiri dengan bentuk yang berarti mulai dari sekarang. gramatikal ~
“ ていく“ ていく“
新しい時代を確実に作って行くんです。
5. Analisis Tindak Tutur Persuasif Dalam Tindak Tutur Asertif atau Data 5 Menit 01.40 – 2:15 Kutipan :
Danteigata (
断定型)
皆さんご承知のように、日教組は国民の税金である主任手当てを泥棒して選挙の票のお金として使っ た。それで起きたのが北教組の選挙違反の問題じゃありませんか。それを取り締まり、是正勧告する のは文部科学省。おかしいでしょう?泥棒が裁判官になるようなものなんですよ。
Minna san goshouchi no youni, nikkyouso wa kokumin no zeikin de aru shuninteate wo dorobou shite senkyo no hyou no okane toshite tsukatta. Sore de okita no ga kitakyouso no senkyouihan no mondai jya arimasenka. Sore wo tori shimari, zeseikankoku suru no wa monbukagakushou. Okashiideshou? Dorobo ga saibankan ni naru youna mono nan desuyo. Terjemahan :Seperti yang kalian ketahui, Perkumpulan Guru Jepang mencuri uang tunjangan dari pajak penduduk dan menggunakannya untuk pemilihan umum. Bukankah hal itu terjadi karena kelalaian dari pemilihan menteri pendidikan? Setelah hal itu dikontrol, diperbaiki dan direkomendasikan oleh Menteri Pendidikan. Aneh bukan? Sang pencuri malah menjadi Hakim. Analisis :
Maka pada data 5 ini, Shinzo Abe menggunakan prinsip konsistensi sebagai strategi persuasifnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi konsisten adalah tetap, tidak berubah-ubah, taat asas. Asas dalam KBBI merupakan hukum dasar. Sikap konsisten Shinzo Abe terlihat pada kalimat di atas bahwa ia menyalahi penyelewengan uang yang terjadi karena melanggar dasar kemanusiaan. Pernyataan Shinzo Abe dengan diakhiri dengan bentuk “ ” . Lalu kalimat tersebut diakhiri dengan partikel “ ”. Sehubungan dengan hal tersebut, kaitannya dengan prinsip konsistensi adalah Shinzo Abe menekankan bahwa penyelewengan dana bisa terjadi karena kelalaian Perdana Menteri. Dan itu hal yang salah ketika Perdana Menteri itu sendiri yang mengurus tentang hal itu. Sistem pemerintahan seperti ini yang akan diperbaiki oleh Shinzo Abe ketika ia menjadi perdana menteri.
なんです
よ
Tindak tutur perlokusi terlihat dalam tuturan Shinzo Abe yang tidak hanya menyatakan informasi namun juga dapat memberikan efek pada pendengarnya. Dan dengan bantuan komunikasi persuasifnya, Shinzo Abe ingin membentuk sikap rakyat Jepang agar percaya dan memilihnya menjadi Perdana Menteri berikutnya dengan memberikan pemerintahan yang transparan yaitu dengan mengingatkan. Ia mengingatkan publik tentang peristiwa penyelewengan dana yang pernah terjadi karena pemerintahan Noda yang lalai dan tidak transparan. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Searle dalam Fujibayashi (2001) yang menyatakan bahwa tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya terhadap kebenaran proposisi yang dikatakan. Tindak tutur ini memiliki fungsi untuk memberitahu orang-orang mengenai sesuatu. Tindak tutur ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, mengklaim atau mengecam, melaporkan, dan mengingatkan. Wujud tindak tutur asertif dari kalimat di atas adalah mengingatkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi mengingatkan adalah memberi ingatan agar tidak lupa. Dan hal tersebut terlihat dari kalimat “ ...”. Menurut Kamus Bahasa Jepang Kojien (1998:1322) kata “ ” memiliki definisi sebagai berikut.
承知のように 承知のように
承知
皆さんご
知っていること。
Shitteiru koto.
ように
” ungkapan yang mengekspresikan perasaan Terjemahan :Hal yang sudah diketahui.Ditambah ada kata “ si penutur yang berfungsi sebagai penekanan terhadap hal yang sudah diketahui pendengar. Sehubungan dengan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa Shinzo Abe ingin mengingatkan publik bahwa masa pemerintahan Noda tidak transparan karena terjadi penyelewengan uang dalam kementrian pendidikan. Lalu, masalah ini diadili oleh menteri pendidikan itu sendiri. Hal seperti ini merupakan tindakan tidak adil yang melanggar asas keadilan. Dengan kata lain, Shinzo Abe ingin membentuk sikap rakyat Jepang agar memilihnya menjadi perdana menteri dengan memberikan pemerintahan yang transparan dan dibantu oleh tuturan persuasifnya dapat mempengaruhi rakyat Jepang agar mendukungnya. Setelah menganalisis tindak tutur persuasif dalam bahasa Jepang dari korpus data video kampanye Shinzo Abe, penulis menemukan beberapa strategi persuasif yang berwujud dalam bentuk prinsip persuasi yang digunakan oleh Shinzo Abe dalam kampanye agar menggerakan hati publik untuk mendukung Shinzo Abe menjadi Perdana Menteri berikutnya. Dan strategi persuasif tersebut didukung dengan tindak tutur tutur perlokusi yang wujudnya terlihat pada kalimat bahasa Jepang berikut ini.
Data Data 1
Data 2
Prinsip Persuasi Kontras
Timbal balik
Data 3
Kontras
Data 4
Otoritas
Data 5
Konsistensi
Tabel Tindak Tutur Perlokusi Tindak Tutur Wujud Perlokusi Ekspresif Rasa syukur, terima kasih, kekecewaan, keprihatinan, kekaguman, dan sebagainya. Direktif Ajakan, permintaan atau permohonan, suruhan, dan larangan. Deklaratif Mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, mengubah situasi, dan sebagainya. Komisif Janji, kaul, tawaran, perbuatan, kontrak, ancaman, dan sumpah. Asertif Menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, mengklaim atau mengecam, melaporkan dan mengingatkan.
Bentuk
“
恥ずかしくて …”
“…
変えて行こう …”
憲法改正をしよ うと…”
“
“…
作って行く …”
皆さんご承知の ように…”
“
SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan dari analisis data pada bab 4. Berdasarkan analisis data dari kampanye milik Shinzo Abe, penulis menemukan strategi tindak tutur persuasif dalam kalimat-kalimat yang dituturkan Shinzo Abe. Berikut kesimpulan yang dapat dilihat dari tabel tersebut. 1. Data 1 : Shinzo Abe dalam tuturan persuaifnya menggunakan prinsip kontras dan dalam tuturannya pula ia membuat hati rakyat Jepang agar percaya padanya dengan mengekspresikan rasa malunya bila tidak dapat memenuhi manifesto yang berwujud pada kata “ ”. 2. Data 2 : Shinzo Abe dalam tuturan persuasifnya menggunakan prinsip timbal balik dan dalam tuturannya pula ia membuat rakyat Jepang yakin padanya agar berjuang bersama dia dalam bentuk kata “… ” 3. Data 3 : Shinzo Abe dalam tuturan persuasifnya menggunakan prinsip kontras dan dalam tuturannya pula ia meyakinkan rakyat Jepang untuk mendukungnya menjadi Perdana Menteri agar mengubah keadaan Jepang pada kalimat “ ...” 4. Data 4 : Shinzo Abe dalam tuturan persuasifnya menggunakan prinsip otoritas dan dalam tuturannya pula ia membentuk rasa percaya rakyat Jepang dengan berjanji akan membuat jaman yang baru yang berwujud pada kalimat “ ”.
恥ずかしくて
変えて行こう
私たちが憲法改正をしようと
新しい時代を確実に作って行くんです
5. Data 5 : Shinzo Abe dalam tuturan persuasifnya menggunakan prinsip konsistensi dan dalam tuturannya pula ia membuat rakyat Jepang percaya dengan membuat pemerintahan yang transparan dengan mengingatkan peristiwa penyelewengan dana dalam Kementerian Pendidikan yang berupa kalimat ““ …”
皆さんご承知 さんご承知のように 承知のように
Penulis mengaitkan prinsip persuasi dengan tindak tutur perlokusi. Karena penulis melihat hubungan yang saling mendukung antara prinsip persuasi yang mempengaruhi mitra tutur digabungkan dengan tindak tutur yang mampu membentuk sikap mitra tutur sesuai dengan keinginan penutur. Dalam kegiatan kampanye, tuturan bersifat persuasif sangatlah terlihat. Pada penelitian ini penulis hanya menganalisis tindak tutur perlokusi persuasif yang terdapat pada video kampanye Shinzo Abe tahun 2012. Untuk penelitian selanjutnya dalam kegiatan kampanye juga dapat meneliti prinsip persuasi dalam poster, banner atau flyer yang bersifat non-verbal. Tindak tutur persuasif tidak hanya ditemukan dalam kegiatan kampanye namun banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat meneliti tindak tutur persuasif dalam kegiatan lain seperti jual-beli, iklan dan lain-lain
REFERENSI Budiardjo, M. (1982). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cialdini, R.B. (1984). The Psikology Influence of Persuasion “Psikology Persuasif” Merekayasa Kepatuhan. (Edisi Terjemahan oleh Tri Wibowo Budi Santoso, 2007) Jakarta: Prenada Media Fujibayashi, M. (2001). Hatsuwa Koui no Goyouronteki kenkyuu. Dokkyo Daigaku. diakses 10 Mei 2015 dari http://www2.dokkyo.ac.jp/~esemi008/papers/fujibayashi.pdf Hayashi. (1990). Nihongo Kyouiku Handobukku. Tokyo: Kuroshio Shuppan. Iori, I. (2000). Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3a Corporation. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari http://kbbi.web.id/ Krisdalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Cetakan keempat. Jakarta: Gramedia Kusniati. (2014). Tindak Tutur Persuasif Dalam Wacana Kampanye Pemilu Legislatif Tahun 2014. Universitas Islam Malang. Diakses 23 Mei 2015 dari http://www.pbindoppsunisma.com/wp-content/uploads/2014/09/7.-Kusniati-668-683.pdf Lee, B. (2014). Hatsuwa Koui Riron Kara Mita. Hokkaido Daigaku. diakses 11 Mei 2015 dari http://www.imc.hokudai.ac.jp/rfmc/teacher/000911.html Leech, Geoffrey. (1983). Principles of Pragmatics. New York: Longman Group Limited. Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta : Obor, 2005. Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Gravindo Persada Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rahardi, R. Kunjana. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Searle, R.J. (1969). Speech Act. Edinburgh: Cambridge University Press Simons, Herbert W. (1976). Persuasion: Understanding, Practice, and Analysis. New York: Newberry Award Records,Inc. Shinmura, I. (1998). Koujien. Tokyo: Iwanami Shoten Yamada, T. (1997). Shinmeikaikoku Jiten. Tokyo: Sanseido Co.,Ltd Yamaoka, M. (2007). Hatsuwa Koui to Hatsuwa Kinou no Hikaku. Sokka Daigaku. Diakses 13 Mei 2015 dari http://libir.soka.ac.jp/dspace/bitstream/10911/2933/1/KJ00004859987.pdf
RIWAYAT PENULIS Feny lahir di Jakarta pada tanggal 6 Oktober. Penulis menamatkan pendidikan S1 di di Universitas Bina Nusantara dalam Sastra Jepang pada tahun 2015.