ANALISIS SEMIOTIK VIDEO JOKOWI-AHOK DI YOUTUBE DALAM MASA KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA 2012 Oleh : Mahanti Sari Nastiti (071015061) - A
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada pesan yang ada di dalam video Jokowi-Ahok di YouTube, dengan mengesksplorasi dan menganalisa unsur ikon, indeks, simbol, lirik serta alur cerita menggunakan semiotik Peirce yang berpijak pada metodologi visual. Kritikan dan dukungan pada Jokowi-Ahok dan Foke-Nara diartikulasikan pada video yang diunggah di YouTube dengan judul “What Makes You Beautiful”, menarik untuk diteliti sebab menjadi sebuah visual image sekaligus audio berbentuk lirik saat memanasnya Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 pada putaran kedua. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah pesan mengenai belum dapat terselesaikannya masalah kota Jakarta dan harapan masyarakat mendapatkan pemimpin yang dapat menyelesaikan permasalahn tersebut. Isu–isu yang digunakan adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap gubernur sebelumnya dan antrian panjang sekaligus pemungutan liar dalam birokrasi pembuatan KTP. Kata Kunci: Semiotik, Metodologi Visual, Video, Politik, YouTube
PENDAHULUAN Penelitian ini merupakan analisis semiotik terhadap video kampanye politik Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau sering disebut dengan Jokowi-Ahok yang ada di YouTube pada masa kampanye Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengeksplorasi bagaimana video sebagai media kampanye Jokowi-Ahok mengonstruksi pesan untuk kepentingan pencitraan politik. Fokus penelitian ini adalah pesan untuk pembentukan citra pada video kampanye politik melalui media YouTube dengan menganalisa unsur ikon, indeks, simbol, lirik serta alur cerita yang ada di dalam video. Melalui analisa tersebut, maka akan terungkap tentang makna tanda yang ada di dalam video untuk menjadi inti pesan yang disampaikan, mengapa pesan ataupun isu tersebut diangkat dalam konteks kampanye Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, serta bagaimana pesan atau isu
itu dapat muncul di media khususnya media
YouTube untuk memperkuat citra kandidat. Penelitian ini penting dilakukan karena kegiatan politik sekarang ini tidak hanya milik elit politik saja, setiap warga negara berhak melakukan kegiatan politik, salah satunya adalah melakukan dukungan terhadap kandidat yang maju pada pemilihan umum. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa pemberian suara saat pemilihan, namun muncul cara kreatif yang bisa dilakukan. Tidak hanya media seperti televisi dan surat kabar saja yang digunakan
untuk melakukan sebuah kampanye politik, namun dengan perkembangan teknologi maka dapat menggunakan video YouTube sebagai media kampanye. Media menjadi salah satu alat pendongkrak untuk menyampaikan kampanye oleh kaum elite politik. Seperti ucapan Senator Marcado bahwa It is clear that media needs poltician, as needs media. There are inextricably joined togetherin a love-hate relationship (Cangara 2009, p.128). Hubungan antara media dan politisi dapat dikatakan tidak bisa dipisahkan, bukan hanya wartawan membutuhkan politisi sebagai sumber informasi tetapi juga politisi membutuhkan media untuk menyampaikan kebijakan yang diambil. Ditambahkan pula oleh Agung Laksamana (2012) yang merupakan seorang Praktisi dan Sekjen Perhumas Indonesia mengatakan bahwa dalam kampanye politik USA, Senator Barack Obama adalah fenomena sukses tahun 2008. YouTube telah menjadi media advertising para calon presiden, baik dari partai Demokrat ataupun Republic. YouTube digunakan secara maksimal dan sangat extensive terutama oleh Senator Barack Obama, seperti dalam menuliskan salah satu pidatonya yang terkenal itu – “Hope Action Change.”. Laksamana (2012) menambahkan bahwa Senator Obama mampu menarik lebih dari 4.5 juta hits, jumlah yang luar biasa pengunjung untuk sebuah video politik yang berdurasi 37 menit 39 detik. Kajian ini menarik karena kampanye yang dilakukan melalui YouTube belum banyak dilakukan di Indonesia. Video yang ditayangkan berupa adopsi dari lagu What Makes You Beautiful milik One Direction, boyband terkenal asal Inggris-Irlandia yang menceritakan sekelompok anak muda yang mengalami kesulitan hidup di kota Jakarta. Sekelompok anak muda ini mengalami kesulitan saat harus mencari kerja dan mengurus KTP di kantor kelurahan. Video ini menceritakan mengenai dukungan kepada Jokowi-Ahok untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur untuk dapat menyelesaikan permasalahan kota Jakarta. Video berdurasi 3.22 menit yang telah diuggah ke dalam YouTube dapat diakses secara berulangulang. Seperti yang dikatakan oleh Raharja Ucu (2012) bahwa Video berjudul 'JOKOWI DAN BASUKI - what makes you beautiful by one direction [PARODY]' itu diunggah seseorang yang mengatasnamakan 'CameoProject' pada Sabtu (25 Agustus 2012). Baru satu hari diunggah, hingga Senin (27 Agustus 2012) pukul 11.00 WIB, sudah ditonton 121.382 orang. Berdasar bentuk audio visual, video ini banyak dilihat oleh masyarakat terbukti dengan jumlah penonton yang tidak sedikit, dan juga karena lebih mudah dicerna oleh panca indera, sehingga membuat calon pemilih lebih tertarik. Video kampanye politik ini dapat lebih efektif karena menyampaikan pesan dalam bentuk verbal dan nonverbal lewat YouTube. Munurut Herwibowo (2008,p.4) dalam bukunya yang berjudul YouTube : A succes
Story mengatakan bahwa selama musim panas 2006, YouTube telah menjadi website dengan pertumbuhan tercepat dan menempati posisi website terpopuler kelima melebihi pertumbuhan MySpace. Menurut survei pada 16 Juli 2006, setiap hari 100 juta video klip dilihat di YouTube. Ini masih ditambah 65.000 video baru yang diunggah setiap 24 jam. Situs YouTube rata-rata diakses hampir 20 juta pengunjung per bulan. Menurut Nielsen / Net Ratings, pengunjung YouTube sekitar 44% adalah wanita dan 56 % adalah pria. Berdasarkan usia, pengunjung dominan berusia 12 hingga 17 tahun. Keunggulan YouTube dalam pasar video online sangat besar. Menurut website Hitwise.com YouTube memimpin pasar video online di Inggris 64%. Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya Pemilihan Umum Legislatif atau Presiden, maka perhatian, pikiran dan energi para elit politik dicurahkan untuk menyiapkan kampanye politik, mengadakan konsolidasi, mengunjungi berbagai tempat umum, menemui rakyat kebanyakan, membagikan pamflet atau kartu nama, memasang foto diri di jalanan, mengirim pesan singkat ke masyarakat, mengaktifkan website, berbicara di radio dan memasang iklan diri di media elektronik (Tinarbuko 2009, p.vii). Berangkat dari fenomena yang peneliti sering lihat yaitu mengenai banyaknya iklan sebagai salah satu media kampanye politik hadir dalam masa-masa kampanye, maka peneliti melihat video kampanye sebagai alat konstruksi citra tokoh politik. Melalui media kampanye berupa video maka calon kandidat dapat menyuguhkan atau menciptakan citra yang baik untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari calon pemilih. Kampanye politik sendiri merupakan penciptaan ulang dan pengalihan lambang signifikansi secara sinambung melalui komunikasi (Rakhmat 2001, p.173). Kemudian Imawan (1 999 dalam Cangara 2009, p.276) menambahkan kampanye adalah sebuah upaya persuasif untuk mengajak orang lain yang belum sepaham atau belum yakin pada ide-ide yang ditawarkan agar calon pemilih bersedia bergabung dan mendukungnya. Berbagai bentuk kampanyepun ternyata banyak dilakukan di Indonesia. Berbagai pesan verbal, nonverbal dan visual berusaha disampaikan kepada khalayak. Namun yang banyak terlihat adalah angka yang ditulis sangat besar, foto wajah politisi atau calon pemimpin daerah yang besar, janji politik yang ditulis dengan font besar (Tinarbuko 2009, p.31). Lalu ada pertanyaan yang muncul yaitu apakah dengan angka, foto dan janji yang ditulis besar menunjukkan karya nyata untuk melakukan tugas sebagai pemimpin. Fenomena yang muncul ini juga menggambarkan para kandidat yang berpikiran instan dalam mencapai tujuan mereka merebut kursi pemerintahan. Dengan andalan visualisasi peci, deretan gelar akademik, menyantuni orang miskin diyakini mampu mendongkrak citra calon kandidat.
Namun kenyataannya tidak, kampanye politik yang hanya memasang wajah saja, diindikasikan si kandidat yang tidak merakyat. Popularitas sesorang haruslah dibangun sejak dulu, dengan membuat karya nyata di tengah-tengah masyarakat. Tanpa itu, caleg ataupun kandidat hanya akan membuang uang, waktu dan tenaga untuk bersiap-siap jatuh bangkrut. Bagi pemilih, hal yang terpenting adalah kerja nyata, bukan tampang, citra ataupun sekedar nama tenar. Citra pemimpin hanya dapat dibuktikan melalui, sikap perilaku, pola pikir dan kinerja nyata. Beberapa catatan yang dapat dilihat bahwa banyak politisi, calon pemimpin daerah ataupun ketua partai yang mengejar popularitas lewat media kampanye salah satunya iklan politik, namun realitas di lapangan mengatakan sebaliknya. Menurut Tinarbuko (2009, p.37) mereka secara kasat mata memang populer di hadapan calon pemilih, namun kenyataannya mereka justru tidak dipilih. Dengan kata lain kualitas dari citra sang politisi atau kandidat jauh lebih penting daripada sekedar gembar-gembor di media untuk berkampanye. Kualitas citra dari politisi atau kandidat dapat dibuktikan melalui karya nyata yang bermanfaat bagi siapapun. Berdasar berbagai fenomena dan komunikasi politik yang terjadi, peneliti tertarik dengan video Jokowi-Ahok karena penayangan yang dikhususkan bagi pengguna YouTube, serta adanya unsur etnisitas Jawa, Tionghoa, Betawi yang dimasukkan di dalam isu-isu politik yang digulirkan. Satu hal lagi yang menjadi perhatian peneliti adalah persaingan dari lawan pasangan Jokowi-Ahok yang merupakan incumbent. Peneliti menggunakan video YouTube Jokowi-Ahok dalam melakukan penelitian karena adala alasan penting yang melatarbelakangi, yaitu : Pertama, pasangan Jokowi-Ahok mempunyai latar belakang budaya dan etnis berbeda yang kemudian disatukan untuk maju pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Hal ini menjadi unik karena masih belum banyak ditemui sepasang calon pemimpin daerah yang memiliki latar belakang budaya Jawa yang kental dengan latar belakang Tionghoa yang kemudian berani mencalonkan diri menjadi Gubernur di Jakarta.
Etnis Tionghoa yang
dahulu masih mendapatkan cap miring dari pemerintahan Orde Baru, sekarang
berani
mencalonkan diri sebagai pemimpin daerah. Orang Jakarta yang notabene adalah orang Betawi dapat menjadi kepala daerah dari latar belakang budaya yang berbeda. Seperti yang dikatakan lagi oleh Samandayu (2012) bahwa aroma usaha merangkul beberapa ‘tipikal / etnis/agama’ dalam iklan pun tercium pekat. Selain itu dilihat dari lawan kandidat pasangan Jokowi-Ahok yaitu Foke yang merupakan incumbent dan merupakan putra daerah asli tanah
Betawi, menjadi menarik jika Jokowi-Ahok akhirnya mendapatkan kemenangan berkat wajah baru yang diinginkan kota masyarakat dalam memimpin kota Jakarta. Menjadi menarik lagi bahwa video ini masih mengalami simpang siur dalam mengungkap fakta dibalik pembuatnya. Dalam salah satu wawancara yang dilakukan kepada Jokowi, beliau membantah jika video itu merupakan hasil produksi tim suksesnya. Meski demikian Jokowi mengakui cara yang dilakukan simpatisannya tersebut elegan, kreatif dan jauh dari unsur SARA. Bahkan tercatat sejak diunggah 25 Agustus lalu hingga saat ini video tersebut sudah ditonton oleh ribuan orang (Alrosid, 2012). Namun jika dilihat dari hasil kualitas gambar, setting, skenario yang tidak main-main maka dapat terjadi spekulasi bahwa yang membuat adalah tim sukses Jokowi-Ahok. Namun pada akhirnya peneliti tidak berkonsentrsi terhadap siapa pembuat video ini, karena peneliti hanya akan mengungkapkan makna di balik tanda. Kedua, kehadiran video untuk kampanye politik pada masa kampanye bukan tidak mempunyai tujuan, namun banyak dengan kepentingan pencitraan diri. Misalnya saja dengan munculnya representasi sosok masyarakat yang merasakan persoalan kota Jakarta menghambat kehidupan, lalu Jokowi-Ahok menjadi sosok pahlawan dalam mengatasi Jakarta yang digambarkan macet dan birokrasi yang tidak baik. Makna sosial budaya yang disimbolkan lewat video ini menarik untuk dieksplorasi, dan dimaknai sesuai dengan konteksnya. Memandang video sebagai produk budaya visual (visual culture) maka perhatian akan tertuju pada efek-efek gambaran yang dipublish (Gillian Rose 2001 dalam Budiharjo & Aryani 2009). Pengertian ini dipertegas oleh John Storey (2007 dalam Budiharjo & Aryani 2009) yang berpendapat, bahwa budaya dipahami sebagai teks dan praktik sehari-hari yang dipublish, artinya budaya tidak pernah lepas dari kontribusi keseharian dan lingkungan di mana manusia hidup. Dengan demikian budaya diproduksi dan dipraktikkan di tempat lain, sebagaimana yang diungkapkan Twaites, bahwa kebudayaan sebagai tempat memproduksi makna, bukan merupakan ekspresi makna ( Sachari 2007 dalam Budiharjo & Aryani 2009) Peneliti ingin melihat makna dibalik tanda-tanda, bahasa dan jalan cerita yang digunakan dalam video dan juga bagaimana konsep personal yang ingin diciptakan JokowiAhok dalam video sebagai kampanye politik. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Prosedur ini meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain ( Strauss & Corbin 2009, p. 5). Diperdalam dengan menggunakan metodologi visual , analisis semiotik pendekatan Peirce, diharapkan mampu memberikan pemaknaan pada setiap gambar, bahasa
ataupun adegan yang ada dalam video tersebut serta pada akhirnya dapat diteliti secara intertekstual dengan membandingkan teks-teks yang lain.
PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pesan yang terdapat dalam video Jokowi-Ahok di YouTube menggunakan semiotik Peirce dengan menggunakan tiga tahap yaitu tekstual, intepretasi tekstual dan intertekstualitas. Dengan menggunakan tiga tahap maka akan dapat menemukan makna yang tersembunyi di balik tanda. Tahap pertama adalah dengan analisis terhadap perangkat tekstual dari objek yang diteliti antara lain meliputi ikon, indeks dan simbol, lalu deskripsi jalan cerita yang terdapat dalam video tersebut. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal didekati dari ragam bahasa, gaya penulisan, tema dan pengertian yang didapat. Tanda visual dilihat dari cara menggambarnya, apakah secara ikonis, indeksikal atau simbolis (Tinarbuko, 2008). Ditambahkan oleh Danesi (2004, p.34) bahwa ikonis atau disebut pula dengan ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungankan dengan sumber acuan. Sedangkan simbol adalah tanda yang dirancang untuk menyandikan sumber acuan melalui sebuah kesepakatan atau persetujuan. Secara tekstual, adegan yang terdapat dalam video ini terbagi menjadi beberapa adegan sehingga memudahkan untuk dianalisis. Peneliti memilih beberapa adegan yang memiliki makna yang cukup dalam. Salah satunya adalah adegan saat terlihat banyaknya antrian yang memenuhi ruangan. Sebelah kanan dan kiri dipenuhi antrian dengan membawa pula kertas ataupun map. Terdapat empat pemuda yang ikut duduk mengantri sambil mengipas-ngipaskan map yang dipegang ke arah badan dengan mengatakan
Kududuk
bersama tiga puluh orang, Kipas-kipas kita semua kepanasan. Selain mengipas-ngipaskan map yang dibawa, terlihat pemuda pemilik gerobak yang memiliki handuk di lehernya menggunakan handuk tersebut untuk mengelap keringat sambil mengatakan keringetan pun mulai bercucuran. Lalu saat menyanyikan dimana’aa petugas kelurahan, adegan diiringi dengan melemparkan kertas ke tengah-tengah. Kemudian muncul sesosok laki-laki dengan memakai batik berwatna coklat, peci di kepala serta kumis melekat di wajahnya. Dengan kepala sedikit mendongak ke atas dan berekspresi galak, laki-laki tersebut berjalan di tengah-tengah antrian dan kertas-kertas yang dijatuhkan. Seolah para antrian menyambut kehadiran sesosok laki-laki berkumis dengan
kertas dan koran yang dilemparkan ke atas. Laki-laki berkumis itu kemudian bertatap muka dengan pemuda berkemaja putih dan menunjukkan jari berjumlah tiga sambil berkata Akhirnya muncul satu orang, Wajahnya garang dengan kumis yang panjang , Katanya buat kelar butuh tiga bulan. Laki-laki berkumis tersebut kemudian menempelkan kepalanya di kepala pemuda berkemeja putih dan menggunakan tangannya untuk menunjukkan gerakan nonverbal berupa setoran uang. Adegan tersebut kemudian diiringi dengan nyanyian Asalkan’aan kalau kasih setoran’aan. Lalu pemuda tersebut merogoh saku celananya dan mengeluarkannya sambil berkata Duit gua pas-pasan, Itu-tu-tu duit darimana ketinggalan dirumah, Katanya ku datang besuk saja. Yang terakhir adalah saat keempat pemuda tersebut merasa kecewa dan mulut mereka menganga keheranan, sambil mengatakan Mulutku pun ternganga. Ikon dari adegan diatas adalah pada potongan gambar yang menyatakan sosok lakilaki tersebut menantang pemuda berkemeja putih. Indeks nya berupa Jakarta diindikasikan kota yang kurang memiliki birokarsi yang baik, terlihat dari sosok laki-laki berkumis tebal yang meminta bayaran untuk memudahkan dalam pembuatan KTP. Simbolnya adalah lakilaki berkumis tebal yang ada di dalam video menjadi sebuah simbol pemerintahan terdahulu yaitu pemerintahan Fauzi Bowo. Adegan berikutnya adalah saat empat pemuda kemudian melepaskan baju yang mereka pakai dan tiba-tiba sudah memakai baju kotak-kotak merah. Dengan melewati antrian di dalam kantor, keempat pemuda tersebut berjalan ke luar kantor diiringi dengan para antrian yang juga ikut menari sambil mengatakan Macet jakarta teratasi, Kumau kumuh jakarta diberesin. Saat berada di luar kantor, terdapat beberapa warga yang juga memakai baju kotak-kotak merah ikut menari dan sambil mengatakan Jangan lagi setoran kanan dan kiri, Kumau’uu jokowi dan basuki. Kemudian keempat pemuda tersebut menari bersama di luar ruangan, terlihat pula sosok laki-laki berkumis yang juga memakai baju kotak-kotak merah serta beberapa warga yang ikut menari, sambil mengatakan Kumau banjir diberesin, Anggaran pembangunan gak dicomotin, Rakyat miskin juga bisa diayomin, Kumau’uu , Kumau mas Jokowi’i, Juga mas Basuki’ii. Di akhir adegan keempat emuda tersebut melompat dengan mengatakan Jokowi dan Basuki. Ikon dari adegan diatas adalah pada gambar yang merepresentasikan kebersamaan mereka dalam mendukung Jokowi-Ahok lewat tarian dan baju kotak-kotak merah. Baju kotak-kotak merah menjadi sebuah indeks. Baju tersebut mengindikasikan dukungan mereka terhadap Jokowi-Ahok. Rasa kecewa yang dialami empat pemuda sebelumnya yang ditunjukkan lewat ekspresi, dalam adegam ini rasa kecewa itu juga ditunjukkan dengan
melepas baju yang dipakai dan menggantinya dengan baju kotak-kotak merah sebagai simbol kekecewaan terhadap pemerintah terdahulu dan dukungan terhadap Jokowi untuk dapat mengatasi permasalahan kota Jakarta. Tahap kedua adalah tahap tekstual intepretation atau intepretasi tekstual untuk menemukan makna yang terkandung dalam teks video yang telah dideskripsikan di tahap pertama.Video ini memiliki pesan visual yang disampaikan dengan gaya humor atau parodi. Linda Hutcheon dalam Tinarbuko (2008, p.71) mengungkapkan parodi sebagai sebuah relasi formal atau struktur antara dua teks. Dijelaskannya, sebuah teks baru diciptakan sebagai hasil dari sebuah sindiran, plesetan atau unsur lelucon dari bentuk, format, atau struktur teks rujukan. Artinya sebuah teks atau karya parodi biasanya lebih menekankan aspek penyimpangan atau plesetan dari teks atau karya rujukan yang biasanya serius. Permasalahan pelayanan umum pun tak luput mendapatkan perhatian. Menurut peneliti, pelayanan umum khususnya dalam pembuatan KTP masih belum dianggap layak. Maraknya kasus suap yang sekarang ini banyak diungkap oleh KPK, menjadi perhatian tersendiri oleh Cameo Project. Hal itu bisa terlihat saat pada saat adegan keempat pemuda melewati gang sempit dan memunculkan ekpresi kecewa serta marah saat datang ke kantor Kelurahan. Mereka kaget saat melihat antrian yang membludak sampai ke luar kantor. Saat mereka masuk ke dalam kantor, ternyata masih banyak antrian yang juga menunggu untuk membuat KTP. Saat menunggu untuk dipanggil, tiba-tiba muncul sosok laki-laki berkumis tebal yang memakai baju batik coklat dan peci di kepalanya. Laki-laki berkumis tebal tersebut kemudian mengatakan jika ingin mendapatkan giliran lebih cepat maka harus mengeluarkan uang lebih.
Gambar : Sosok laki-laki berkumis
Video ini diunggah pada 25 Agustus 2012, yaitu pada saat menuju pemilihan putaran kedua. Diantara dua kandidat yaitu Jokowi dan Ahok serta Foke dan Nara, dari keempat orang tersebut yang memiliki kumis tebal hanyalah Foke saja. Selain itu, pada periode sebelumnya yaitu 2007-2012, Foke sudah menggunakan “Bang Kumis” sebagai tagline
dalam mempromosikan dirinya (Ramdhansyah dalam Rizki 2012). Sehingga dapat dikatakan jika sosok laki-laki berkumis tersebut merupakan sosok Foke. Menurut peneliti, video ini ingin mengatakan bahwa pada saat masa kepemimpinan Foke, masih terjadi kecurangan dalam birokrasi di pelayanan umum, khususnya pembuatan KTP. Sulitnya mendapatkan KTP yang seharusnya mudah dan gratis didapatkan oleh warga Jakarta membuat warga tidak mau tinggal diam. Salah satu yang dikeluhkan oleh seorang warga bernama Herman (2010) adalah sulit dan mahalnya dalam membuat KTP. Biaya pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) dari dulu mahal sekali. Masak saya mau pindah saja dari Tangerang ke Jakarta dikenai biaya Rp 300,000 per orang. Saya pindah bersama 5(lima) orang anggota keluarga. Jadi saya harus mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta. Bukannya pembuatan KTP itu sudah gratis. Sekedar untuk pengetahuan saya bahwa dari dulu sejak kuliah saya tidak menggunakan KTP. Sewaktu wekerja saya memakai KTP aspal. Kemudan membuat KTP tembak. Ketika membuat rekening memakai KTP tembak tersebut. (suarapembaca.detik.com 2010)
Keluhan tersebut diposting oleh Herman pada suarapembaca.detik.com pada selasa, 12 Januari 2010. KTP sendiri merupakan kartu yang berisi identitas resmi seseorang sebagai penduduk. Kartu ini wajib dimiliki oleh penduduk yang telah berusia 17 tahun dan atau telah menikah. Demikian juga di Provinsi DKI Jakarta. Pembuatan KTP ini dilakukan selambatlambatnya 14 hari sejak berusia 17 tahun, tanggal pernikahan atau menjadi penduduk Jakarta. Penggantian KTP dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sejak berakhir masa berlakunya KTP. Dalam lirik lagu yang dinyanyikan oleh CameoProject yaitu : Akhirnya muncul satu orang, Wajahnya garang dengan kumis yang panjang , Katanya buat kelar butuh tiga bulan , Asalkan’aan kalau kasih setoran’aan, Duit gua pas-pasan
Dari lirik diatas maka dapat diartikan bahwa untuk dapat membuat KTP memerlukan waktu selama 3 bulan. Padahal menurut kompas.com (2012) bahwa pelayanan KTP berlokasi di kantor Kelurahan dengan masa 1 hari untuk perpanjangan, dan maksimal 14 hari untuk KTP baru, mutasi, ataupun hilang. Tiga bulan merupakan waktu yang berlebihan dalma pembuatan KTP. Setoran dalam lirik yang dimaksud adalah uang untuk mempermudah kelancaran dalam pembuatan KTP. Dapat diperjelas lagi bahwa uang tersebut merupakan uang korupsi. Philip (1997) dalam Azra (2002) mendefinisikan korupsi sebagai tingkah laku dan tindakan pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau orang-orang tertentu yang berkaitan erat dengannya seperti keluarga, kerabat dan teman. Korupsi juga berarti penyalahgunaan kekuasaan oleh
seorang pegawai atau pejabat pemerintah untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari publik. Kedudukan publik dijadikan lahan bisnis untuk memperoleh pendapatan sebesarbesarnya. Pada adegan terakhir, keempat pemuda dengan sosok laki-laki berkumis tebal dan sejumlah warga menari bersama di depan kantor kelurahan. Warga mengikuti tarian dari keempat pemuda tersebut dan juga ikut menyanyikan serta menyebut pula nama Jokowi. Dengan memakai baju kotak-kotak merah, maka terlihat bahwa video ini berusaha untuk mengajak para warga untuk memilih Jokowi sebagai Gubernur baru DKI Jakarta. Baju kotakkotak merah yang digunakan oleh keempat pemuda tersebut menyimbolkan dukungan terhadap Jokowi-Ahok. Jika dilihat dari lirik lagu yang dinyanyikan oleh keempat pemuda pada bagian akhir, yaitu : Kumau’uu , Kumau mas Jokowi’i, Juga mas Basuki’ii, Jokowi dan Basuki Keikutsertaan laki-laki dengan kumis tebal memiliki makna bahwa sosok Fauzi Bowo turut mendukung pencalonan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selain itu, penyebutan nama Jokowi dalam video ini jelas sekali sebagai sebuah dukungan terhadap Jokowi. Berbeda jika Cameo Project sebagai pembuat video ini tidak memasukkan nama Jokowi ataupun nama calon Gubernur lainnya, maka akan menjadi sebuah video sindiran biasa mengenai permasalahan kota Jakarta. Tahap
ketiga
adalah
contextual
intepretation
atau
intertektualitas
yaitu
mengintegrasikan hubungan makna tekstual video dengan konteksnya. Atau dapat dikatakan dengan relasi di antara teks tertentu dengan teks-teks lain. Pada tahap ini peneliti akan menghubungkan berbagai teks yang behubungan dengan video obyek penelitian untuk menemukan makna dibalik tanda. Namun
penting untuk diingat adalah tidak mencari
kebenaran mutlak, akan tetapi memunculkan ungkapan yang memberikan makna terhadap ide tentang suatu hal. Menurut Piliang (dalam Tinarbuko, 2008) obyektifitasnya terletak pada derajat kelogisannya ; intepretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lainnya Aktivitas dalam video ini adalah untuk mengurus pembuatan KTP di kantor kelurahan. KTP adalah identitas resmi seseorang sebagai penduduk DKI Jakarta. Kartu ini wajib dimiliki oleh penduduk DKI Jakarta yang telah berusia 17 tahun dan atau telah menikah. Kantor kelurahan merupakan sebuah instansi pemerintahan yang bertanggungjawab atas permasalahan kependudukan termasuk pembuatan ataupun perpanjangan KTP.
Saat mengantri untuk menyelesaikan urusan KTP, muncul sosok laki-laki berkumsi tebal dengan memakai baju batik dan peci di kepalanya. Sesuai dengan ciri khas kumis yang dipakai, maka sosok laki-laki tersebut diasosiasikan sebagai Fauzi Bowo yaitu Gubernur pada masa tersebut.
Gambar : Fauzi Bowo vs Sosok Berkumis
Pada gambar di atas terlihat bahwa pada foto keduanya memiliki persamaan dalam hal batik yang dipakai, kumis serta peci yang selalu melekat pada Fauzi Bowo. Kumis tebal menjadi ciri khas dari Fauzi Bowo yang dijadikan sebagai ikon. Pada saat pemilihan Gubernur yang menjadi menarik adalah dari keenam kandidat saat putaran pertama, kandidat yang memiliki kumis hanya Fauzi Bowo saja. Hal ini semakin mematenkan bahwa kumis merupakan simbol yang hanya mengasosiasikan Fauzi Bowo adalah sosok laki-laki dalam video tersebut. Pemakaian kata “kumis” pun sempat mengalami sebuah persoalan. Menurut Ramdhansyah selaku ketua Panwaslu DKI dalam Rizki (2012) menyatakan hal tersebut terjadi saat pemilihan Gubenur Jakarta putaran pertama salah seorang kandidat yaitu Hendardji-Riza memiliki slogan "Jakarta Jangan Berkumis". Slogan tersebut dianggap menyerang pasangan Foke-Nara. Ternyata sejak tahun 2007, Fauzi Bowo menggunakan “Bang Kumis” sebagai sebuah tagline dalam mempromosikan dirinya pada masyarakat Jakarta. Pada video tersebut terlihat sosok berkumis yang berhadapan dengan pemuda yang memakai baju putih. Foke digambarkan secara religius dengan memakai peci di kepala serta batik yang sering digunakannya. Secara kontradiksi Foke juga digambarkan secara antagonis karena mengeluarkan ekspresi wajah angkuh pada seorang pemuda berbaju putih. Menurut Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jaleswari Pramordhawardhani (2012) dalam majalah Tempo dengan judul artikel Berpacu Menuju Putaran Final, citra yang terkesan muncul dari Fauzi Bowo adalah sosok yang arogan. Sutiyoso dalam sumber yang sama juga mengatakan bahwa Fauzi terlalu kaku dan tak turun mau lapangan. Wajah angkuh dan arogan yang berhadapan dengan seorang pemuda diartikan bahwa Foke ingin membenturkan kalangan anak muda dengan kalangan orang tua. Ingin memperlihatkan bahwa orang yang lebih tua atau lebih penglaman merupakan orang yang bisa menang. Baju putih yang dipakai
oleh pemuda ingin menggambarkan bahwa keinginan dari kaum muda adalah sederhana, yaitu ingin Jakarta yang nyaman. Maka terlihat bahwa video ini ingin menggambarkan Foke yang selalu membenturkan kepentingan kaum muda serta tidak pernah mendengarkan aspirasi mereka. Sosok laki-laki berkumis dengan gaya angkuh trsebut kemudian meminta imbalan uang untuk mempermudah urusan KTP dari para antrian. Dari lirik berikut : Katanya buat kelar butuh tiga bulan , Asalkan’aan kalau kasih setoran’aan, terlihat bahwa politik uang masih digunakan di dalam sebuah instansi pemerintah. Nyatanya, dalam mengurus KTP tidak dibutuhkan waktu sampai 3 bulan , namun hanya 14 hari. Untuk memudahkan jalannya birokrasi ataupun pelayanan umum, uang menjadi faktor utama dalam memuluskan setiap urusan. Budaya korupsi pun menjadi budaya yang meng-gurita. Bagaimana tidak, saat ini banyak kasus suap yang mulai terungkap ke masyarakat. Lewat KPK yang sudah menjerat beberapa pejabat negara karena mengalami kasus suap uang. Dari sini terlihat bahwa makna video ini adalah mengkritik gaya kepemimpinan Fauzi Bowo yang masih belum dapat memberantas budaya suap ataupun korupsi di dalam tubuh pemerintahan Jakarta khususnya. Berdasar banyaknya permasalahan kota Jakarta yg belum terselesaikan, ekspresi marah pun muncul dari wajah mereka . Akhirnya empat pemuda tersebut membuka pakaian mereka dan memakai kemeja kotak-kotak merah dan keluar dari kantor kelurahan. Di luar kantor mereka mengajak orang yang antri dan masyarakat sekitar untuk ikut menari bersama mereka. kemeja kotak-kotak yang dipakai menjadi ciri khas dari Jokowi-Ahok. Jokowi-Ahok selalu menggunakan pakaian bercorak tersebut saat melakukan kampanye. Empat pemuda yang memakai kemeja kotak-kotak
tersebut merasa bahwa
memerlukan sosok yang dapat membuat Jakarta tidak macet dan korupsi lagi. Hal tersebut dikemukaan lewat lirik berikut : Macet jakarta teratasi, Kumau kumuh jakarta diberesin, Jangan lagi setoran kanan dan kiri, Kumau’uu jokowi dan basuki, Kumau banjir diberesin, Anggaran pembangunan gak dicomotin, Rakyat miskin juga bisa diayomin, Kumau’uu , Kumau mas Jokowi’i, Juga mas Basuki’ii, Jokowi dan Basuki
Macet, perumahan kumuh, suap uang, banjir dan kemiskinan merupakan permasalahan Jakarta menahun yang harus segera diberantas. Dengan tagline Jokowi-Ahok yaitu “ Jakarta Baru”, Cameo Project merasa bahwa Jokowi-Ahok dapat menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan oleh gubernur periode sebelumnya. Dengan adanya sosok Jokowi-Ahok maka Jakarta dapat memiliki wajah baru yaitu Jakarta yang terhindar dari macet, masalah suap uang, banjir ataupun kemiskinan. Cameo Project sebagai pembuat video
memiliki harapan terhadap Jokowi-Ahok untuk memimpin kota Jakarta. Seperti dikutip dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh merdeka.com (2012) terhadap salah satu anggota dari Cameo Projact yang bernama Lee. Lee merupakan salah satu anggota dari Cameo Project yang sempat mengutarakan maksud dalam pembuatan video kampanye yang mengadopsi lagu One Direction. Saat ditanya mengenai latar belakang membuat video tersebut Lee mengatakan bahwa miris saat melihat Jakarta sekarang, jadi ingin Jakarta lebih baik saja. Kemudian Toto Titi Cameo 'n Friends yang memang komunitas pecinta seni mendapat ide untuk membuat parodi musik sindir KTP itu. Kemudian saat ditanya mengenai kebenaran dana yang didapatkan berasal dari Jokowi, berikut jawaban yang dilontarkan Lee : Banyak yang berkomentar seperti itu, tapi kenyataannya kami membuat video itu secara saweran. Kalau ada yang memiliki uang ya nyumbang, kalau tidak ada, ya nyumbang tenaga atau skill. Karena semuanya sendiri, jadi cost-nya tidak besar, tidak sampai puluhan juta kok. Hanya beberapa juta saja.
Lee juga menyatakan bahwa Jokowi-Ahok mengetahui pembuatan video tersebut. Sebelum membuat video tersebut Cameo Project izin terlebih dahulu karena takut dikatakan sebagai sebuah kampanye terselubung. Saat Jokowi setuju dan mempersilakan untuk membuat video, maka Cameo Project langsung membuatnya. Kemudian saat ditanya mengenai kekhawatiran akan ditanggapi serius oleh Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu), Lee menyatakan cuek saja karena pada dasarnya hanya menyalurkan ide dari pecinta seni. Lalu saat ditanya apakah akan memilih jokowi saat Pemilihan nanti, berikut jawaban yang diberikan oleh Lee : Ya bisa jadi. Kan dia (Foke) sudah dikasih kesempatan, tapi belum ada perubahan. Jadi berilah kesempatan bagi Jokowi memimpin Jakarta.
Dari hasil wawancara diatas, maka sudah sudah cukup menjelaskan bahwa CameoProject sebagai bagian dari masyarakat lebih mendukung Jokowi-Ahok dalam memimpin DKI Jakarta sebagai Gubernur baru, periode 2012-2017. Apalagi melihat jawaban terakhir yang dilontarkan oleh Lee, dia merasa tidak puas dengan kepemimpinan Foke pada periode sebelumnya. Hal ini semakin memperjelas jika video parodi ini selain mendukung keberhasilan Jokowi-Ahok juga menyindir dan mengkritisi kepemimpinan Foke.
KESIMPULAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif terhada video Jokowi-Ahok di Youtube yang berjudul “What Makes You Beautiful”. Dari hasil analisis peneliti, ditemukan pesan yaitu mengenai adanya ketidakpuasan masyarakat atas kepemimpinan gubernur terdahulu karena berbagai permasalahan Jakarta yang belum terselesaikan, termasuk
permasalahan pembuatan KTP. Isu yang ada adalah berupa pemungutan liar yang masih terjadi dalam proses pembuatan KTP, antrian yang panjang dan birokrasi yang tidak efektif. Dari permasalah tersebut akan memunculkan isu mengenai dukungan terhadap Jokowi-Ahok dan kritikan terhadap Foke.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, W., Mustika, A., Teresia, A. & Sufa, I. 2012, Tempo : Berpacu Menuju Putaran Final, edisi 16 – 22 Juli 2012, p.38 Alrosid, Harun 2012. Jokowi Bantah Tim Suksesnya Buat Video Kampanye. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013 dari http://manteb.com/berita/6638/Jokowi.Bantah.Tim.Suksesnya.Buat.Video.Kampany e Budiardjo & Aryani 2009. Iklan : Penempatan Pencitraan dan Penggambaran, Insight Journal of Communication & Media Studies Edisi ke-4 No.100 / H3.1.7/KD/2009 , Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga, Surabaya Cangara, H. 200, Komunikasi Politik Konsep Teori dan Strategi, PT Rajagrafindo Persada , Jakarta Danesi, M. 2002, Pengantar Memahami Semiotikan Media, Jalasutra, Jogjakarta. Herman 2010. Pengurusan KTP di DKI Jakarta Memang Mahal, Susah, Sulit. Diakses pada tanggal 20 November 2013 dari http://suarapembaca.detik.com/read/2010/01/12/093637/1276386/283/ Herwibowo, Y. 2008, YouTube : A Succes Story, B-rirst, Yogyakarta. Laksamana, Agung 2012. Global Village, YouTube dan Aplikasi PR. diakses pada tanggal 28 Mei 2013 dari http://theprworld.com/360/opinion/200-global-village-YouTube-danaplikasi-pr Rakhmat, Jalaludin 1989. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Rizki 2012. Perlu Ahli Bahasa dan Iklan untuk Kontroversi “Berkumis”. Diakses pada tanggal 25 November 2013 dari http://news.detik.com/read/2012/06/05/160259/1933404/10/ Samandayu 2012. Menelisik Iklan TV Kampanye Jokowi dan Foke. diakses pada tanggal 26 September 2012 dari http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/09/16/menelisikiklan-kampanye-tv-jokowi-dan-foke/ Strauss & Corbin 2003, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Tinarbuko, S. 2009, Iklan Politik dalam Realitas Media, Jalasutra, Yogjakarta. Ucu, Raharja 2012. Video Parodi Jokowi Sindir Foke Beredar . diakses pada tanggal 28 Mei 2013 di http://www.republika.co.id/berita/menuju-jakarta-1/news/12/08/27/m9ecxqvideo-parodi-jokowi-sindir-foke-beredar