Nilai Ruang Kemenangan Gubernur Terpilih pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012 di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Ipung L. Purwaka, Tuty Handayani, Djoko Harmantyo Abstrak Pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu terdapat fenomena yang menarik, yakni pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahja yang terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2012-2017. Kemenangan gubernur terpilih ini menjadi hal yang diluar perkiraan publik sebelumnya. Penelitian yang bersifat kualitatif dengan analisis isi dan deskriptif keruangan ini membahas kemenangan gubernur terpilih dengan mengungkap karakteristik ruang yang membentuk dan menggambarkan kemenangan gubernur terpilih di kecamatan yang merupakan salah satu daerah yan menjadi tolak ukur kekuatan politik dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, yakni Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ruang kemenangan gubernur terpilih, berada pada lokasi bercirikan perumahan teratur yang didominasi pemilih berorientasi pada faktor etnis dan ketokohan, dimana para pemilih ini sebagian besar beretnis Jawa, kelompok usia diatas 40 tahun, tingkat pendidikan yang tergolong dasar dan menengah, dengan sebagian besar pekerjaannya adalah wiraswasta dan ibu rumah tangga. Sehingga nilai ruang kemenangan gubernur terpilih yang tergolong klasifikasi tinggi berada di sebagian besar RW di Kelurahan Pasar Minggu, Cilandak Timur, dan Ragunan. Sedangkan nilai ruang kemenangan yang tergolong klasifikasi rendah berada di sebagian besar RW di Kelurahan Jati Padang, Pejaten Barat, dan Kebagusan. Abstract On the Jakarta governor election in 2012, there was an interesting phenomenon, that is the pair Joko Widodo and Basuki Tjahja elected as Governor and Deputy Governor of DKI Jakarta for the 2012-2017 period. This victory was elected governor a thing beyond previous public estimates. The research which is qualitative with content analysis and spatial descriptive discusses victory of elected governor by revealing the characteristics that make up a victory and describe the space value of a victory in the district governor-elect who is one area as a benchmark of political power in the elections of Governor of Jakarta, that is Pasar Minggu Subdistrict, South Jakarta. The results showed that the space characteristics of the governor-elect’s victory is at a location which is predominantly characterized by irregular housing oriented voters ethnic factors and persona, in which voters are mostly ethnic Javanese, above 40 years age group, education level are classified as primary and secondary, with most great work is selfemployed and housewives. So the space value of winning a governor-elect who belong to high classification are largely RW in Pasar Minggu, East Cilandak, and Ragunan. While the space value of a win is a relatively low classification in most of the RW in Jati Padang, West Pejaten, and Kebagusan. Keywords: Governor General Election, Characteristic of Space, Space Value of Victory
1. PENDAHULUAN Terdapat fenomena yang menarik pada pilgub DKI Jakarta ini, yakni kemenangan gubernur terpilih, yakni pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahja atau yang biasa dipanggil Jokowi-Ahok. Jokowi sebenarnya bukan pasangan yang diunggulkan bila
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
1
dibandingkan dengan incumbent, karena latar belakang dirinya yang merupakan Walikota Solo yang belum mengerti apapun tentang Kota Jakarta. Bahkan diawal kampanye, banyak pengamat politik mengatakan Jokowi hanya akan meramaikan persaingan tanpa memperoleh kemenangan. Namun realita berkata lain, diluar dugaan, Jokowi-Ahok berhasil memenangkan dua putaran berturut-turut dalam pilgub DKI Jakarta. Maka di sini banyak faktor yang menarik untuk dibahas. Pada umumnya, para pengamat politik mengatakan bahwa kemenangan Jokowi-Ahok dikarenakan strategi kampanye oleh tim sukses dan faktor ketokohan seorang Jokowi yang dipandang oleh masyarakat umum akan membawa banyak perubahan untuk Kota Jakarta, sehingga mempengaruhi orientasi para pemilih ibukota. Analisa para pengamat tersebut terlihat menggunakan sudut pandang ilmu komunikasi dan sosiologis yang diuraikan hanya melalui upaya pasangan tersebut selama berkampanye. Sedangkan dari aspek keruangan dalam proses pengambilan keputusan dari para pemilih belum diperhatikan secara khusus. Padahal, menurut Afan Gafar dan Clifford Geezt (Widagdo, 2004), Kecenderungan orientasi pemilih di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor yang paling berperan adalah yang berorientasi terhadap agama. Namun jika berpegang pada teori tersebut yang menyebutkan bahwa orientasi agama merupakan faktor kunci dalam memahami kecenderungan orientasi politik para pemilih maka analisa tersebut tidaklah tepat untuk Pilgub DKI Jakarta 2012. Karena jika dengan teori tersebut, seharusnya
pasangan
Fauzi-Nachrowilah
yang
mendapatkan
kemenangan,
mengingat pasangan Jokowi yakni Ahok adalah seorang nasrani. Fakta bahwa Jokowi-Ahok dapat memenangkan Pilgub inilah yang menjadi dasar pemikiran penelitian ini. Kecamatan Pasar Minggu dipilih sebagai daerah penelitian didasarkan pada fakta yang memperlihatkan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang tingkat persaingan suaranya tinggi dibanding daerah lain di Kota Jakarta. Selain itu, Kecamatan Pasar Minggu merupakan daerah yang tidak lepas dari kunjungan pasangan Jokowi-Ahok pada saat kampanye, mengingat tidak semua daerah di Jakarta dikunjungi oleh pasangan ini, melainkan hanya daerah yang menjadi prioritas utama saat kampanye. Fakta-fakta tersebut diperkuat oleh para pengamat politik yang mengatakan bahwa, Kecamatan Pasar Minggu menjadi salah satu tolak ukur kekuatan politik dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta kemarin ataupun selanjutnya.
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
2
2. RUMUSAN MASALAH Bagaimana nilai ruang kemenangan gubernur terpilih pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 di Kecamatan Pasar Minggu dan faktor-faktor apa yang menentukan kemenangan tersebut? 3. TUJUAN PENELITIAN • Mengetahui bagaimana karakteristik ruang kemenangan gubernur terpilih dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012. • Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam kemenangan gubernur terpilih pada pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012. 4. BATASAN PENELITIAN a. Pemilu yang dimaksud adalah Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta putaran II tahun 2012. b. Karakteristik ruang kemenangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri dan karakteristik dari ruang berdasarkan unit analisa, yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012. c. Nilai ruang kemenangan yang dimaksud disini ialah nilai suatu ruang dalam wilayah
penelitian
terhadap
kemenangan
gubernur
terpilih
berdasarkan
kesesuaian antara visi dan program dengan keinginan masyarakat, yang diperkuat dengan hasil karakteristik ruang yang diperoleh. 5. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif dan cara pandang keruangan, yang menjelaskan informasi ruang dan nilai-nilainya. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan areal (areal approach) yang berusaha menganalisa hubungan
yang
terjadi
antara
manusia
dan
lingkungan tempat tinggalnya dalam pengaruhnya terhadap hasil pengaruhnya terhadap
hasil
akhir
sebuah
pemilihan umum
dan
perolehan suara politik.
Pendekatan ini mengkaji kekuatan-kekuatan yang sifatnya nonpolitis seperti kondisi
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
3
lingkungan sosial, penyebaran populasi, dan pengaruh faktor lingkungan sosial serta manusia terhadap aktivitas politik para subjek politik. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui survei lapang. Metode Survey Lapang yang dilaksanakan, yaitu observasi lokasi dan mendatangi sampel penduduk di daerah Kecamatan Pasar Minggu sebagai pemilih pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012, yang diwawancara secara mendalam, serta melakukan ploting
pada lokasi sampel. Teknik sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode multistage sampling dan convenience sampling. Analisis yang digunakan yaitu Analisis isi
(content analysis). Analisis ini
menemukan kata kunci, kalimat pemicu, atau simbol utama yang terkait dengan substansi penelitian. Kemudian menggunakan analisis keruangan untuk kebutuhan meruangkan hasil pengolahan data. Metode analisis data yang digunakan selanjutnya adalah analisis komparasi keruangan, dimana yang menjadi tekanan dalam analisis adalah komparasi atau pembandingan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan membandingkan karakteristik ruang di dua daerah dalam satu unit analisis, yakni daerah, dalam hal ini RW, yang dimenangkan oleh gubernur terpilih dan daerah yang dimenangkan oleh kompetitornya. Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu mengungkap dan menjelaskan karakteristik ruang seperti apa, dimana pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernur terpilih dapat memenangkan Pilgub DKI Jakarta tahun 2012. . 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Perolehan Suara Perolehan suara pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomer urut satu, yakni Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli pada putaran dua Pemilihan Umum Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta Periode 2012-2017 di Provinsi DKI Jakarta sebesar 2.120.815 suara atau 46,18% dari total jumlah suara sah pemilih. Praktis pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli hanya dapat memenangkan satu daerah, yakni di Kabupaten Kepulauan Seribu. Fenomena yang hampir sama juga terjadi di Kecamatan Pasar Minggu. Perolehan suara pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli sebanyak 65.732 suara atau sebesar 48,18% dari keseluruhan jumlah suara sah pemilih, yang artinya, pasangan ini juga tidak memenangkan daerah Pasar Minggu.
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
4
Merunut ke hal yang lebih spesifik, yakni distribusi perolehan suara di tingkat kelurahan, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli sebenarnya dapat menang di tiga kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu, antara lain Kelurahan Pejaten Barat, kelurahan Pejaten Timur, dan Kelurahan Kebagusan, yang berarti perolehan suara pasangan ini dapat mengungguli perolehan suara pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahja. Dapat dilihat pada (gambar 5.1), Perolehan suara pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli di Kelurahan Pejaten Barat sebanyak 10.053 suara atau 51,59% dari total suara sah pemilih. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Pejaten barat, di kelurahan Pejaten Timur pasangan ini memperoleh suara sebanyak 15.085 suara atau mencapai 50,70%. Sementara itu di Kelurahan Kebagusan, pasangan incumbent ini memperoleh 11.387 suara atau 52,89% suara sah dari pemilih. Sementara itu, di kelurahan lain di Kecamatan Pasar Minggu, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli mendapat suara lebih sedikit dibanding pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja. Perolehan suara pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli di Kelurahan Pasar Minggu sebanyak 5000 suara atau 38,37% dari total jumlah suara sah pemilih. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Pasar Minggu, perolehan suara pasangan ini di Kelurahan Ragunan sebanyak 8758 suara atau 41,86%. Sedangkan perolehan suara di Kelurahan Jati Padang dan Kelurahan Cilandak Timur, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli berturut-turut memperoleh suara sebanyak 9896 suara (49,32%) dan 5553 suara (47,11%). Untuk lebih mudahnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1. Perolehan Suara Pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli Kelurahan
Jumlah Suara
%
Cilandak Timur
5.553
47,11
Jati Padang
9.986
49,32
Kebagusan
11.387
52,89
Pasar Minggu
5.000
38,37
Pejaten Barat
10.053
51,59
Pejaten Timur
15.085
50,70
Ragunan
8.758
41,86
Jumlah/Total
65.732
100
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
5
Distribusi kemenangan perolehan suara yang lebih spesifik, yakni tingkat RW, menunjukkan keragaman perolehan suara antara peserta pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012. Untuk Kelurahan Pejaten Barat, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli memenangkan perolehan suara di lima RW, yakni RW 01, RW 03, RW 04, RW 07, dan RW 08. Sementara di Kelurahan Pejaten Timur, pasangan ini memenangkan perolehan suara di enam RW, yaitu RW 02, RW 03, RW 04, RW 05, RW 09, dan RW 11. Tidak jauh berbeda, di Kelurahan Kebagusan, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dapat memenangkan tujuh RW, antara lain di RW 01, RW 02, RW 04, RW 05, RW 06, RW, 07 dan RW 08. Kemenangan perolehan suara di tingkat RW pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli terbanyak secara jumlah terdapat di Kelurahan Jati Padang, yakni sebanyak delapan RW. Sedangkan di Kelurahan Cilandak Timur dan Ragunan merupakan kelurahan yang sedikit dimenangkan oleh pasangan ini, yakni masing-masing secara berturut dua RW dan satu RW. Perolehan suara pasangan Gubernur Terpilih, yaitu Joko Widodo dan Basuki Tjahja pada putaran dua Pemilihan Umum Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta Periode 2012-2017 di Provinsi DKI Jakarta sebesar 2.472.130 suara atau 53,82% dari total jumlah suara sah pemilih. Pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja atau yang biasa dipanggil Jokowi-Ahok dapat memenangi di seluruh daerah kotamadya di Jakarta, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu. begitu juga yang terjadi di Kecamatan Pasar Minggu. Perolehan suara pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja sebanyak 70.703 suara atau sebesar 51,82% dari keseluruhan jumlah suara sah pemilih, yang itu berarti, pasangan ini memenangkan daerah Pasar Minggu. Distribusi perolehan suara di tingkat kelurahan, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja unggul di empat dari tujuh kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu, antara lain Kelurahan Cilandak Timur, kelurahan Jati padang, Kelurahan Pasar Minggu dan Kelurahan Ragunan, yang berarti perolehan suara pasangan ini dapat mengungguli perolehan suara pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Perolehan suara pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja di Kelurahan Cilandak Timur sebanyak 6.234 suara atau 52,89% dari total suara sah pemilih. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Cilandak Timur, di kelurahan Jati Padang pasangan ini memperoleh suara sebanyak 10.169 suara atau mencapai 50,68%. Sementara itu di Kelurahan Pasar minggu, pasangan ini jauh mengungguli lawannya dengan memperoleh 8.031 suara atau 61,63% suara sah dari pemilih. Sedangkan di Kelurahan Ragunan, perolehan
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
6
suara didapat sebanyak 12.162 suara atau sebesar 58,14%. Hal yang menarik untuk dibahas adalah kemenangan besar pasangan Joko Widodo – basuki Tjahja di Kelurahan Pasar Minggu. Namun untuk menjawab fenomena ini, akan dijelaskan lebih lanjut pada sub-Bab berikutnya. Sementara itu, di kelurahan lain di Kecamatan Pasar Minggu, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja mendapat suara lebih sedikit dibanding pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Perolehan suara pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja di Kelurahan Pejaten Barat sebanyak 9.298 suara atau 48,05% dari total jumlah suara sah pemilih. Tidak jauh berbeda dengan Kelurahan Pejaten Barat, perolehan suara pasangan ini di Kelurahan Pejaten Timur sebanyak 14.667 suara atau 49,30%. Sedangkan perolehan suara di Kelurahan Kebagusan, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja memperoleh suara sebanyak 10.142 suara atau sebesar 47,11% dari total suara sah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.2. Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo – Basuki Kelurahan
Jumlah Suara
%
Cilandak Timur
6.234
52,89
Jati Padang
10.169
50,68
Kebagusan
10.142
47,11
Pasar Minggu
8.031
61,63
Pejaten Barat
9.298
48,05
Pejaten Timur
14.667
49,30
Ragunan
12.162
58,14
Jumlah/Total
70.703
100
(Sumber: KPUD Jakarta Selatan) Untuk distribusi kemenangan perolehan suara yang lebih spesifik, yaitu tingkat RW, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja juga mengungguli pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Untuk Kelurahan Cilandak Timur, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja memenangkan perolehan suara di lima dari tujuh RW, yakni RW 01, RW 04, RW 05, RW 06, dan RW 07. Hal yang sama juga terjadi di Kelurahan Pejaten Timur, pasangan ini memenangkan lima dari 11 RW, antara lain RW 01, RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 10. Sementara di Kelurahan Pejaten Barat, pasangan ini
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
7
memenangkan perolehan suara di tiga dari delapan RW, yaitu RW 02, RW 06, dan RW 05. Berbeda, di Kelurahan Ragunan, pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja dapat menang di sembilan dari sepuluh RW, yakni RW 02 hingga RW 10. Kemenangan perolehan suara di tingkat RW pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli terbesar secara jumlah terdapat di Kelurahan Pasar Minggu, yakni seluruh daerah RW dapat dimenangkan oleh pasangan ini, yaitu 10 RW. Sedangkan di Kelurahan Jati Padang dan Kebagusan merupakan kelurahan yang sedikit dimenangkan oleh pasangan ini, yakni masing-masing secara berturut dua RW dan satu RW. Karakteristik Ruang Kemenangan Gubernur Terpilih Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai ruang kemenangan dalam penelitian ini akan dibentuk berdasarkan teori Yi Fu-Tuan, dimana individu dapat menangkap nilai-nilai yang hadir dari ruang tersebut dengan membuat ruang yang lebih spesifik dengan karakteristik objek. Ruang kemudian hadir ketika setiap individu 'membaca' tempat sesuai dengan persepsi masing-masing pada waktu dan kondisi tertentu. Maka, nilai ruang disini dibentuk oleh karakteristik ruang kemenangan gubernur terpilih, yakni pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja (Jokowi-Ahok), dimana karakteristik tersebut merupakan hasil perpaduan antara karakteristik lokasi, karakteristik orientasi pemilih, dan karakteristik sosial masyarakat. Karakteristik Lokasi Seperti yang telah dijelaskan di batasan penelitian, karakteristik lokasi meliputi ketersediaan fasilitas umum, yakni fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, dan jaringan jalan; serta letak perumahan teratur dan tidak teratur. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat hubungan perilaku pemilih dengan faktor keruangan, dimana didalamnya terdapat faktor lokasi dan faktor infrastruktur.
Faktor
lokasi
dan
infrastruktur
ini
meliputi
pembangunan,
perumahan/pemukiman, serta ketersediaan fasilitas umum yang ada di lokasi pemilu. Hal ini dapat berpengaruh pada perilaku pemilih karena tentunya pemilih akan menjadikan fasilitas umum yang ada di tempat tinggalnya sebagai pertimbangan dalam memilih calon pejabat publik, yang dapat memungkinkan memenuhi kebutuhan mereka dalam hal ketersediaan fasilitas umum. (Fauzan, dalam Geografi Politik, Pilihan Raya, dan SIG, 2006).
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
8
Kelurahan Cilandak Timur dan Kelurahan Jati Padang merupakan kelurahan yang memiliki ketersediaan fasilitas umum yang paling lengkap dibandingkan kelurahan lainnya di Kecamatan Pasar Minggu. Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Cilandak Timur tersebar merata di seluruh daerah di kelurahan ini, dari jenjang Taman Kanakkanak (TK), hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT). Tercatat, terdapat 10 unit TK, 13 unit SD, lima unit SMP, tiga unit SMA, empat unit SMK, dan tiga unit Perguruan Tinggi. Begitu juga di Kelurahan Jati Padang, fasilitas Pendidikan di berbagai jenjang juga sudah sangat lengkap. Fasilitas kesehatan di dua Kelurahan ini juga terbilang lengkap dengan tersedianya masing-masing satu rumah sakit dan satu puskesmas, dan terdapat 23 unit posyandu di Kelurahan Cilandak Timur, serta 30 unit Posyandu tersedia di Kelurahan Jati Padang. Untuk fasilitas peribadatan, kedua kelurahan ini terdapat sejumlah masjid dan gereja, serta wihara khusus di Kelurahan Cilandak timur. Secara umum, ketersediaan fasilitas umum di Kecamatan Pasar Minggu telah lengkap dan memadai serta cukup memuaskan bagi warga setempat, sehingga ketersediaan fasilitas umum tidak banyak mempengaruhi para pemilih dalam mempertimbangkan keputusan politiknya. Hal ini disampaikan oleh salah seorang warga Kelurahan Kebagusan: Yaa cukup mudah dan dan fasilitas disini juga sudah sangat lengkap menurut saya.” Pernyataan yang mewakili tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas umum bukan menjadi kendala yang berarti untuk dipermasalahkan, sehingga faktor ini tidak berpengaruh banyak dalam pengambilan keputusan pemilih pada pemilihan gubernur yang lalu. Namum hal yang yang perlu disampaikan adalah bahwa kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu yang memiliki fasilitas peribadatan berupa gereja merupakan kelurahan yang dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja, yakni Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Jati Padang, dan Kelurahan Pasar Minggu . Sedangkan kelurahan yang tidak memiliki gereja, dimenangkan oleh pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, kecuali Kelurahan Ragunan yang tetap dimenangkan oleh pasangan gubernur terpilih. Sementara itu, untuk perumahan teratur dan tidak teratur cukup bervariasi di setiap wilayahnya. Berdasarkan hasil, perumahan tidak teratur mendominasi atau paling banyak berada di Kelurahan Pejaten Timur dan Kelurahan Jati Padang. Sebagian lain perumahan tidak teratur berada di Kelurahan Kebagusan dan
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
9
Kelurahan Pejaten Barat. Dan sebagian kecil lainnya berada di Kelurahan Cilandak Timur dan Kelurahan Ragunan. Sedangkan untuk perumahan teratur mendominasi atau paling banyak berada di Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Ragunan, dan Kelurahan Pasar Minggu. Sebagian lainnya berada di Kelurahan Pejaten Barat dan sebagian kecil menyebar di Kelurahan lainnya di Kecamatan Pasar Minggu. Berdasarkan peta tersebut, daerah kemenangan gubernur terpilih, baik dalam skala kelurahan maupun skala RW, justru didominasi wilayah yang bercirikan perumahan teratur dibandingkan perumahan tidak teratur. Hal tersebut terlihat jelas pada Kelurahan Pejaten Timur, Cilandak Timur, Ragunan, dan Kebagusan. Namun cukup bervariasi bila di Kelurahan Jati Padang, yang sebagian besar merupakan perumahan tidak teratur, tetapi tetap dimenangkan pasangan gubernur terpilih dalam skala kelurahan. Karakteristik Orientasi Pemilih Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, karakteristik orientasi pemilih di daerah yang dimenangkan oleh gubernur terpilih atau pasangan Jokowi-Ahok cukup beragam
di
masing-masing
daerahnya.
Seperti
yang
sudah
diungkapkan
sebelumnya, seluruh RW di Kelurahan Pasar Minggu berhasil dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa warga di Kelurahan Pasar Minggu, orientasi pemilih di daerah ini merupakan orientasi etnis. Tabel 5.4. Karakteristik Orientasi Pemilih per Kelurahan Kelurahan
Etnis
Ketokohan
Isu
Agama
Cilandak Timur
6,67 %
60 %
20 %
13,33 %
Jati Padang
18,75%
56,25 %
12,5 %
12,5 %
Kebagusan
69,23%
7,69 %
7,69 %
15,38 %
Pasar Minggu
80 %
20 %
0%
0%
Pejaten Barat
20 %
20 %
53,33 %
6,67 %
Pejaten Timur
54,55%
18,18 %
18,18 %
9,09 %
Ragunan
66,67%
16,67 %
8,33 %
8,33 %
Sementara itu, karakteristik orientasi pemilih di daerah kemenangan gubernur terpilih yang lain, memperlihatkan orientasi isu dan ketokohan. Masyarakat di RW
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
10
yang dimenangkan oleh gubernur terpilih di Kelurahan Cilandak Timur lebih berorientasi kepada faktor ketokohan seorang Joko Widodo yang dipandang santun dan merakyat. Begitu juga di RW yang dimenangkan oleh gubernur terpilih di Kelurahan Jatipadang dan Kelurahan Kebagusan, orientasi pemilih cenderung pada faktor ketokohan seorang Joko Widodo. Berbeda di RW yang dimenangkan gubernur terpilih di Kelurahan Pejaten Barat dan Pejaten Timur, orientasi pemilih lebih kepada isu atau program kerja yang dibawa oleh pasangan Jokowi – Ahok, dimana program yang ditawarkan sesuai dengan keinginan masyarakat sekitar. Sedangkan untuk orientasi agama, tidak ada pemilih yang murni hanya melihat faktor agama di daerah yang dimenangkan gubernur terpilih ini, melainkan tidak menjadi pertimbangan yang terlalu penting dan mendesak dalam memutuskan calon pilihannya. Karakteristik orientasi pemilih di RW yang tidak dimenangkan oleh gubernur terpilih cukup beragam di masing-masing daerah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data, karakteristik yang paling mencolok dan terbilang homogen terdapat di seluruh RW yang dimenangkan oleh pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli di Kelurahan Kebagusan, dimana orientasi pemilih bertumpu pada etnis. Pada sub-bab sebelumnya, sedikit disinggung fenomena yang menarik, mengapa di Kelurahan Kebagusan yang disebut-sebut menjadi basis perjuangan Pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja, tetapi justru yang memenangkan perolehan suara di Kelurahan ini adalah pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Hal ini tidak terlepas dari faktor orientasi pemilih di Kelurahan Kebagusan yang bertumpu pada etnis, dimana penduduk di Kelurahan Kebagusan sebagian besar masih beretnis Betawi. Sehingga tidak mengherankan bila pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dapat memenangkan hampir seluruh RW di Kelurahan Kebagusan. Sementara itu, karakteristik orientasi di RW lain yang tidak dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja, seperti di RW 02 dan RW 03 Kelurahan Cilandak Timur, serta sebagian besar RW di Kelurahan Jati Padang, orientasi pemilih lebih cenderung pada isu atau program kerja yang dibawa oleh pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, yang sesuai dengan keinginan masyarakat setempat. Sedangkan sebagian besar RW di Kelurahan Pejaten Timur dan Kelurahan Pejaten Barat yang dimenangkan oleh pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, menunjukkan orientasi pemilih bertumpu pada faktor ketokohan, dimana masyarakat setempat masih percaya pada calon incumbent yang telah berpengalaman memimpin Kota Jakarta pada periode sebelumnya. Sekali lagi, orientasi agama tidak
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
11
menjadi orientasi pemilih secara murni, melainkan hanya menjadi pertimbangan tambahan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh pengamat politik, Ridwan Saidi, yan mengatakan penduduk Jakarta tidak lagi terpaku pada orientasi agama dalam mempertimbangkan pilihannya memilih calon pemimpin. Karakteristik Sosial Masyarakat Menurut sintesis literatur, karakteristik sosial penduduk pada dasarnya akan menentukan pertimbangan keputusan si pemilih dalam memilih calon pemimpinnya. Seperti yang telah dijelaskan di batasan penelitian, karakteristik sosial masyarakat dalam penelitian ini meliputi usia, agama, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Dalam mengidentifikasi karakteristik sosial masyarakat, akan digunakan analisis isi dan analisis deskriptif keruangan dari hasil pengolahan data yang berasal dari wawancara sejumlah informan. Karakteristik sosial masyarakat di RW yang dimenangkan oleh gubernur terpilih, yakni pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja dapat dikatakan cukup beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah informan, karakteristik usia pemilih di daerah yang dimenangkan ini tidak ada kelompok usia yang mendominasi, yang berarti hampir semua kelompok umur dari sejumlah informan merata memilih pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja. Namun, terdapat kelompok usia yang hampir seluruhnya memilih pasangan ini, yakni kelompok usia (40-50 tahun) dan diatas 50 tahun. Tabel 5.5. Karakteristik Usia Pemilih Kelompok Usia
RW yang dimenangkan
RW yang dimenangkan
Jokowi - Basuki
Fauzi - Nachrowi
< 30 tahun
12,5 %
41,66 %
30 - 40 tahun
16,07 %
25 %
40 - 50 tahun
44,64 %
16,67 %
>50 tahun
26,79 %
16,67 %
Hal ini dapat terlihat dari petikan transkrip wawancara kepada informan yang tergolong kelmpok umur (40-50 tahun) di salah satu RW Kelurahan Pasar Minggu :
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
12
“pengennya dari dulu ada sosok baru buat pemimpin kita mas, biar ga itu lagi itu lagi. Naah kebetulan ada Pak Jokowi yang masih keliatan seger, makanya aku pilih beliau mas…” Pernyataan ini diperkuat oleh seorang warga di salah satu RW Kelurahan Ragunan yang berusia 58 tahun: “saya udah ngalamin banyak pemimpin mas, udah tau mana yang bagus mana yang enggak menurut saya. Dan menurut saya yang bagus buat dipilih yaa Pak Jokowi…” Berdasarkan uraian diatas dan hasil pengolahan data, kelompok usia pemilih (4050 tahun) dan diatas 50 tahun merupakan kelompok yang menjadi lumbung suara pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja di daerah yang dimenangkan pasangan ini. Sementara itu, karakteristik tingkat pendidikan di RW yang dimenangkan oleh gubernur terpilih relatif beragam, mulai dari tidak tamat SD hingga tamat SMA. Seperti di RW yang dimenangkan di Kelurahan Ragunan, Kelurahan Kebagusan dan Kelurahan Pasar Minggu, sebagian besar pemilih karakteristik tingkat pendidikannya adalah tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP. Sedangkan di RW yang dimenangkan di kelurahan Jati Padang, Kelurahan Pejaten Timur, dan Kelurahan Pejaten Barat sebagian besar pemilih tingkat pendidikannya tamatan SMP dan tamat SMA. Sebagian besar pemilih pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja adalah pemilih dengan tingkat pendidikan dasar dan menengah atau pemilih yang tidak tamat SD hingga pemilih yang tamat SMA. Hal ini terjadi di hampir seluruh RW yang dimenangkan
oleh
pasangan
gubernur
terpilih.
Sedangkan
pemilih
yang
memutuskan pilihannya pada pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli sebagian besar tingkat pendidikannya dalam hal ini adalah menengah dan tinggi atau pemilih tamat SMA dan pemilih yang lulusan perguruan tinggi atau sederajat. Tabel 5.6. Karakteristik Tingkat Pendidikan Pemilih Tingkat Pendidikan RW yang dimenangkan RW yang dimenangkan Jokowi - Basuki
Fauzi - Nachrowi
Dasar
55,36 %
25 %
Menengah
23,21 %
50 %
Tinggi
21,43 %
25 %
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
13
(Sumber: Pengolahan Data, 2013) Selanjutnya, untuk karakteristik jenis pekerjaan di daerah yang dimenangkan gubernur terpilih, didominasi oleh pemilih memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta dan ibu rumah tangga. Sekali lagi, RW di kelurahan yang menunjukkan dominasi tersebut adalah RW yang dimenangkan di Kelurahan Pasar Minggu dan Ragunan. Sedangkan untuk daerah kemenangan lain di Kelurahan Cilandak Timur, Pejaten Barat, Pejaten Timur, Jati Padang, dan Kebagusan, menunjukkan variasi yang tidak terlalu mencolok atau dapat dikatakan tidak ada yang mendominasi antara jenis pekerjaan PNS, Pegawai swasta, wiraswasta, pelajar, dan ibu rumah tangga. Sebagian besar pemilih pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih adalah pemilih yang jenis lapangan pekerjaannya adalah wiraswasta atau pedagang dan ibu rumah tangga. Hal ini hampir terjadi di seluruh RW yang dimenangkan oleh pasangan gubernur terpilih dan juga RW yang tidak dimenangkan oleh pasangan tersebut. Sedangkan pemilih pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli sebagian besar pekerjaannya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tabel 5.7. Karakteristik Jenis Pekerjaan Pemilih Pekerjaan
RW yang dimenangkan
RW yang dimenangkan
Jokowi - Basuki
Fauzi - Nachrowi
Wiraswasta
37,5 %
8,33 %
PNS
7,14 %
44,44 %
Pegawai Swasta
16,07 %
13,90 %
Ibu Rumah Tangga
33,93 %
11,11 %
Pelajar
5,36 %
22,22 %
Untuk karakteristik agama di daerah yang dimenangkan pasangan gubernur terpilih dapat dikatakan relatif homogen. Hal ini juga tidak terlepas dari jumlah informan yang sebagian besar adalah beragama Islam. Karakteristik agama pemilih di RW yang dimenangkan pasangan ini di semua kelurahan sebagian besar merupakan pemilih yang beragama Islam. Namun informan yang beragama Kristen dan katolik, yang sebesar 4,35% dari seluruh jumlah informan, tepatnya yang berada di RW yang dimenangkan di Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Jati Padang, dan
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
14
Kelurahan Pasar Minggu, seluruhnya memilih pasangan Joko Widodo – basuki Tjahja. Hal ini disampaikan oleh seorang informan di RW 03 Kelurahan Jati Padang: “bukan bermaksud menyinggung mas, tapi kalau saya mendapat pilihan calon pemimpin yang seiman maka saya akan pilih dia…” Pernyataan ini juga hampir serupa dengan pernyataan informan lain yang beragama Kristen dan Katolik. Hal ini wajar, mengingat pasangan Joko Widodo, yakni Basuki Tjahja merupakan seorang yang beragama Kristen. Nilai Ruang dan Faktor Kemenangan Gubernur Terpilih Pada sub-bab sebelumnya telah dijabarkan dan dijelaskan karakteristik ruang kemenangan gubernur terpilih pada pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Selanjutnya karakteristik ruang ini akan menjadi acuan dalam mentransformasikan daerah dan karakteristik kemenangannya tersebut menjadi sebuah nilai ruang yang menunjukkan kekuatan pasangan gubernur terpilih pada saat kampanye berhasil meyakinkan dan “membeli” suara para pemilih di Jakarta melalui strategi yang beliau bawa. Seperti yang telah dijelaskan Yi Fu Tuan (1977), bahwa didasarkan pada kondisi dimana setelah mengidentifikasi sebuah ruang, maka individu bisa menangkap nilai – nilai yang hadir di ruang tersebut. Nilai ini yang kemudian menentukan apakah ruang terebut bisa 'menjadi' sebuah tempat yang terdefinisikan atau tidak, bagaimana kondisi yang abstrak tadi bisa menjadi lebih spesifik dan terdefinisikan dengan stabil oleh faktor pembentuk, yakni karakteristik dari ruang tersebut. Nilai ruang yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebagai wujud persepsi yang dibangun oleh peneliti dalam menggambarkan daerah di Kecamatan Pasar Minggu sebagai objek pengukuran kekuatan kemenangan pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012, dengan tiga klasifikasi yang telah dibuat, yakni tinggi, sedang, dan rendah. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan karakteristik ruang yang telah diperoleh dari masing-masing daerah penelitian. Sehingga nilai ruang kemenangan ini dapat menjadi gambaran kekuatan pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih di Kecamatan Pasar Minggu dengan segala apa yang dibawa oleh pasangan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data, didapat karakteristik ruang kemenangan dari gubernur terpilih pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012, antara lain dimulai dari karakteristik lokasi, dimana wilayah bercirikan
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
15
perumahan teratur merupakan wilayah yang mendominasi daerah kemenangan gubernur terpilih. Hal ini dapat terjadi karena, wilayah perumahan tidak teratur, yang dalam hal ini adalah menjadi wilayah dominan kemenangan pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, merupakan perumahan yang ditinggal oleh masyarakat etnis betawi, dimana masyarakat betawi di Kecamatan Pasar
Minggu ini cenderung
menetap mengelompok dan berdekatan antara saudara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak terlalu memperhatikan ketaraturan perumahan. Hal ini diungkap oleh salah satu warga RW 08 Kelurahan Kebagusan: “Kita orang betawi ibarat sudah diusir dari kampungnya sendiri mas, jadi ya kita cari tempat dimanapun yang bisa ditinggali dan yang paling penting sekeluarga berdekatan…” Pernyataan ini juga diperkuat oleh salah seorang warga RW 09 Kelurahan Pejaten Timur: “Kebiasaan kita memang tinggal harus berdekatan, ga boleh mencar…” Berdasarkan dua pernyataan diatas cukup menjadi bukti bahwa masyarakat etnis betawi di Kecamatan Pasar Minggu ini cenderung tinggal mengelompok dan berdekatan, serta tidak memikirkan keteraturan dari rumah mereka. Maka fenomena wilayah perumahan tidak teratur adalah hal yang wajar bila menjadi wilayah yang sebagian besar tidak dimenangkan oleh gubernur terpilih dan menjadi daerah yang nilai ruang kemenangannya rendah, seperti RW di bagian utara Kelurahan Cilandak Timur, RW di bagian timur Kelurahan Pejaten Timur, serta sebagian besar RW di Kelurahan Jati padang, Kelurahan Kebagusan, dan Kelurahan Pejaten Barat. Sehingga tidak mengherankan bila banyak RW di Kelurahan Kebagusan yang tidak dimenangkan oleh gubernur terpilih, meski disebut-sebut akan menjadi lumbung suara besar pasangan gubernur terpilih dikarenakan di Kelurahan tersebut tinggal seorang ketua umum partai pengusung pasangan tersebut, namun sebagian besar masyarakat di kelurahan tersebut merupakan masyarakat beretnis betawi, sehingga daerah tersebut justru dimenangkan oleh pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Sedangkan untuk karakteristik lokasi lain, yakni ketersediaan fasilitas umum, sudah tidak menjadi hal yang signifikan berpengaruh terhadap pertimbangan keputusan para pemilih dikarenakan di Kecamatan Pasar Minggu ketersediaan fasilitas umum sudah lengkap dan memadai bagi warga setempat. Karakteristik ruang lain yang mengidentikkan kemenangan gubernur terpilih adalah karakteristik orientasi. Karakteristik orientasi warga Kecamatan Pasar Minggu
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
16
sebagian besar masih bertumpu pada faktor etnis dan faktor ketokohan (lihat tabel 5.3), baik di daerah yang dimenangkan oleh gubernur terpilih maupun tidak. Karakteristik sosial masyarakat dari ruang kemenangan gubernur terpilih juga menjadi faktor penentu kemenangan pasangan ini. Masyarakat dengan karakteristik kelompok usia (40-50 tahun) dan diatas 50 tahun, serta pemilih dengan karakteristik tingkat pendidikan dasar dan menengah menjadi masyarakat dominan yang memilih pasangan gubernur terpilih (lihat tabel 5.4 dan tabel 5.5). hal ini dapat terjadi karena pemilih dengan karakteristik usia dan tingkat pendidikan tersebut dipengaruhi faktor kepercayaan pada opini publik yang digambarkan melalui berita-berita di media elektronik terhadap sosok gubernur terpilih dan tidak terlalu berfikir lebih dalam dan kritis dalam menilai dan mempertimbangkan keputusan memilihnya. Hal ini tercermin dari kutipan pernyataan warga RW 01 Kelurahan Cilandak Timur di bawah. Faktor penentu kemenangan lain adalah jenis pekerjaan dari para pemilih. Berdasarkan data, pemilih dengan pekerjaan wiraswasta dan ibu rumah tangga merupakan menjadi basis pemilih pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar wiraswasta di Kecamatan Pasar Minggu adalah pedagang, dimana para pedagan ini merupakan masyarakat dengan etnis Jawa. Begitu juga dengan profesi ibu rumah tangga, dimana masyarakat ini merupakan orang yang intensitas keberadaaan di rumah paling tinggi, sehingga sangat sering melihat pemberitaan di media elektronik mengenai pasangan gubernur terpilih. Hal ini disampaikan oleh salah seorang ibu rumah tangga di RW 01 Kelurahan Cilandak Timur: “yaa kata berita-berita di TV beliau bagus mas, katanya salah satu walikota terbaik di dunia…” Pernyataan tersebut menunjukkan keinginan masyarakat terhadap sosok pemimpin berdasarkan pemberitaan melalui media elektronik. Sedangkan untuk karakteristik agama para pemilih tidak terlalu menjadi tumpuan bila dihadapkan pada Agama Islam, karena semua pemilih pasangan gubernur terpilih ataupun pasangan kompetitor mayoritas merupakan pemilih beragama Islam. Namun menjadi karakteristik tersendiri bagi pemilih pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja, yaitu pemilih yang beragama nasrani, dimana hasil wawancara menunjukkan semua pemilih yang beragama nasrani memutuskan untuk memilih pasangan gubernur terpilih. Hal yang sangat logis dikarenakan wakil dari gubernur terpilih, yakni Basuki Tjahja merupakan seseorang yang beragama nasrani. Maka dalam hal ini, daerah
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
17
yang menjadi basis kekuatan kemenangan gubernur terpilih adalah daerah yang sebagian besar penduduknya beretnis Jawa, seperti di RW bagian selatan Kelurahan Cilandak Timur, serta sebagian besar RW yang terdapat di Kelurahan Pasar Minggu dan Kelurahan Ragunan, menjadikan daerah ini memiliki nilai ruang kemenangan gubernur terpilih yang tinggi. Faktor penentu kemenangan gubernur terpilih yang lain adalah kesesuaian antara keinginan masyarakat setempat dengan sosok calon gubernur terpilih dan program kerja yang dijanjikannya. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pasar Minggu menginginkan sosok pemimpin yang merakyat dan mau terjun langsung ke bawah memperhatikan rakyatnya, dimana sosok ini sangat tepat diidentikkan dengan gubernur terpilih, Joko Widodo. Hal ini terungkap dari salah satu wawancara dengan seorang warga di RW 04 Kelurahan Pasar Minggu : “pengen gubernur yang merakyat mas, tau langsung kondisi di bawah kayak gimana, ga cuma di kantor aja…” Pernyataan serupa juga disampaikan oleh salah seorang warga RW 02 Kelurahan Ragunan: “tentu yang merakyat, ga malu turun langsung ketemu sama rakyatnya, peduli sama rakyatnya, dan ga mikirin dirinya aja…” Berdasarkan dua pernyataan diatas, masyarakat di Kecamatan Pasar Minggu menginginkan sosok pemimpin yang merakyat dan mau terjun langsung bekerja di lapangan. Hal ini sesuai dengan sosok yang selama ini digambarkan oleh publik terhadap Joko Widodo dan juga program kerja beliau yang dikutip dari sub-Bab sebelumnya, “Gubernur dan Wakil Gubernur hanya akan berada dikantor selama 1 jam saja, dan sisanya meninjau proses pembangunan dan pelayanan publik di lapangan”. Maka dengan kesesuaian antara keinginan masyarakat dengan apa yang ditawarkan gubernur terpilih tersebut menggambarkan kekuatan kemenangan gubernur terpilih yang kuat di daerah kemenangan pasangan tersebut. Secara keseluruhan, nilai ruang kemenangan gubernur terpilih pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 berdasarkan unit analisis digambarkan pada gambar peta berikut:
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
18
Gambar 5.2. Peta Nilai Ruang Kemenangan Gubernur Terpilih (Sumber : Pengolahan Data, 2013) 6. KESIMPULAN Nilai Ruang Kemenangan Gubernur Terpilih pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 dipengaruhi oleh faktor lokasi, orientasi pemilih, dan faktor sosial masyarakat, dimana faktor-faktor ini membentuk karakteristik ruang dari kemenangan tersebut. Karakteristik ruang kemenangan gubernur terpilih itu sendiri merupakan wilayah, yang sebagian besar bercirikan perumahan teratur dengan ketersediaan fasilitas umum yang lengkap dan memadai, serta daerah yang memiliki fasilitas peribadatan berupa gereja, didominasi pemilih berorientasi pada faktor etnis dan ketokohan, dimana para pemilih ini sebagian besar beretnis Jawa, kelompok usia diatas 40 tahun dengan tingkat pendidikan yang tergolong dasar dan menengah, serta sebagian besar pekerjaannya adalah wiraswasta dan ibu rumah tangga.
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
19
DAFTAR PUSTAKA Alfandi, W. 2002. Reformasi Indonesia: Bahasan dari Sudut Pandang Geografi Politik dan Geopolitik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Bintarto, R. dan Surastopo Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. Budiarjo. M. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia. Daljoeni, N. 1998. Dasar-dasar Geografi Politik. Bandung: Citra Aditya Bhakti. Denny, J.A, dkk. 2009. Partai Indonesia. Jakarta: LSI.
Politik
dan
Peta
Studi
Perilaku
Pemilih
di
Dikshit, R.D. 1982. Political Geography: A Contemporary Perspektif. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company. Duverger, Maurice. 2000. Sosiologi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ganderton, Paul. 2000. Mastering Geography. England: Macmillan. Glassner, I. Martin, dkk. 1980. Systematic Political Geography. John Willey & Sons. USA. Hayati, S & A, Yani. 2007. Geografi Politik, Bandung: Refika Aditama. Khamamah, 2009. http://referensi-pemilu09.blogspot.com/2009/06/pemilu.html (diakses: Kamis, 7 Maret 2013. Jam16.30). Latuconsina. 2009. Pemilih Maret 2013. Jam17.00).
Kota, www.ambonekspres.com (diakses: Kamis, 7
Lubis, M. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai, Perkembangan Moral Keagamaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nursal, A. 2004. Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tuan, Yi-Fu. 1977. Space and Place, The Perspective of Experience. Minneapolis: University of Minnesota Press. Widagdo, B. 2004. Manajemen Pemasaran Parpol Menangkan PEMILU 2004. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Nilai ruang…, Ipung L. Purwaka, FMIPA UI, 2013
20