ANALISIS TIME SERIES TERHADAP PENGELOLAAN SUT KACANG HIJAU BELU (klon berhipokotil Putih) DI LAHAN KERING SETELAH PANEN JAGUNG Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Lahan kering mendominasi wilayah NTT dan merupakan peluang yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan. Peluang ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada lahan kering masyarakat hanya mengusahakan tanaman jagung sebagai tanaman utama pada musim hujan dan tanaman ubi kayu, labu, kacang-kacangan sebagai tanaman sambilan. Dan setelah musim panen jagung usai, lahan yang diusahakan diberokan atau tidak diusahakan lagi pada hal masih tersisa kelegasan tanah yang cukup untuk mengusahakan tanaman kacang hijau. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penampilan tanaman kacang hijau Belu (berhipokotil putih) pada lahan kering setelah panen jagung musim tanam I atau musim hujan. Penelitian ini dilaksanakan di Trans AD Kelurahan Naibonat pada saat usai panen jagung sejak tahun 2003 sampai dengan 2007. Penelitian ini merupakan penelitian sistem Usahatani yang dilakukan setiap tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) yang diusahakan pada saat usai panen jagung memberikan hasil yang sangat berfluktuasi dengan kisaran produktivitas antara 350 kg/ha s/d 1100 kg/ha. Rata-rata tingkat produktivitas kacang hijau selama lima tahun diusahakan dapat mencapai 790 kg/ha. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pada lahan kering setelah panen jagung musim tanam I masih tersisa kelegasan tanah yang dapat dioptimalkan pemanfaatanya dari pada lahan diberokan. Dan komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) memiliki berpeluang yang cukup baik untuk dikembangkan. Kata Kunci : SUT kacang hijau, Time series, Lahan kering PENDAHULUAN Latar Belakang Keragaan tanaman kacang hijau yang dikembangkan di lahan kering setelah panen jagung musim hujan yang diusahakan selama lima tahun berturut-turut dapat mendeskripsikan kemampuan tanaman tersebut untuk diusahakan hanya dengan mengandalkan sisa-sisa kelegasan tanah. Keragaan komoditas ini menunjukkan pula bahwa lahan kering berpeluang untuk dapat ditingkatkan produktivitasnya dengan menambah indeks panen pada sistem usahatani lahan kering yang diusahakan masyarakat. Tradisi masyarakat di NTT dalam mengusahakan lahan kering yakni mengembangkan sistem perladangan berpindah dengan pemilihan komoditas jagung sebagai tanaman utama dan kacangkacangan, dan labu sebagai tanaman sambilan yang ditanam secara salome dan ubi-ubian ditanam sebagai tanaman sela, (Arjana, 2005). Pemilihan komoditas ini sangat beralasan karena petani menginginkan adanya keamanan pangan dalam keluarga. Pada umumnya masyarakat membudidayakan komoditas ini dengan tidak memasukan input produksi ke dalam sistem usahataninya. Penerapan jenis teknologi seperti ini dapat mengakibatkan rendahnya produtivitas yang diperoleh. Lahan kering yang diusahakan tanaman jagung pada umumnya diberokan usai panen. Pada hal lahan tersebut masih dapat diusahakan dengan komoditas lain yang toleran dan adaptif terhadap kondisi ikim diakhir musim hujan. Menurut Kasno (2007) bahwa Pengembangan kacang hijau pada lahan kering harus disesuaikan dengan pola tanam setempat. Karakteristik kacang hijau pada lahan kering akan ditanam pada musim kemarau sesudah komoditas utama. Dengan demikian lahan kering masih memiliki peluang yang dapat mengoptimalkan pemanfaatannya dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan. Tujuan Tujuan penelitian ini
1.
Mengetahui keragaan tanaman kacang hijau Belu (berhipokotil putih) pada lahan kering setelah panen jagung musim hujan. 2. Mengetahui keragaan produktivitas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) pada lahan kering setelah panen jagung musim hujan. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian ini dilaksanakan di Trans AD kelurahan Naibonat, kabupaten Kupang pada saat usai panen jagung sejak tahun 2003 s/d 2007. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian system usahatani yang dilakukan diatas lahan petani (on farm research) yang dilakukan setiap tahun. Prosedur Penelitian Cakupan kajian ini meliputi beberapa tahapan dalam pengelolaan sistem usahatani kacang hijau pasca pemanenan jagung musim hujan. Tahapan kegiatan meliputi: Persiapan; Kacang hijau yang ditanam setelah panen jagung musim hujan tidak membutuhkan persiapan lahan yang sempurna. Lahan kering yang ditanami dengan jagung dan direncanakan untuk diusahakan kacang hijau pasca panen jagung perlu dilakukan penyiangan secara intensif minimal dua kali penyiangan. Hal ini sangat bermanfaat ganda karena tanaman jagung bebas dari persaingan gulma dalam merebut makanan yang tersedia dan sekaligus mempersiapkan lahan bagi pengelolaan sistem usahatani kacang hijau pada musim berikutnya. Saat panen jagung, serasah tanaman ditebang dan diletakan secara teratur di lahan yang dapat berfungsi sebagai mulsa tanaman berikutnya. Dengan demikian setelah panen jagung dengan mudah dilakukan penanaman kacang hijau. Tanam; Penanaman kacang hijau dilakukan dengan jarak tanam 40 X 30 cm dan 2 biji/lubang tanaman. Penyiangan; Penyiangan hanya dilakukan satu kali Pemupukan; Pada kajian ini tanaman kacang hijau diaplikasikan pupuk organik cair sebanyak satu liter/ha. Pengendalian Hama; Hama dilekndalikan berdasarkan pada hasil pemantauan. Panen dan Prosesing; dilakukan berdasarkan pada kondisi di lapangan. Untuk tanaman kacang hijau Belu yang berhipokotil putih dapat dilakukan secara serentak dengan cara menyabit tanaman kemudian dilakukan perontokan. Parameter Penelitian Komponen paremeter penelitian yang diamati adalah : 1. Pertmbuhan 2. Produksi 3. Komponen Ekonomi Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap komponen pertumbuhan dan produksi serta harga produksi. Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka seperangkat alat analisis diterapkan. Data yang dikumpulkan ditabulasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik sederhana, Uji beda hasil antar waktu yang dikaji, (Gomez and Gomez, 1983), (2) Analisis finansial digunakan untuk mengevaluasi keragaan finansial teknologi yang dikaji. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Sistem Pertanian Lahan Kering eksisting Perladangan berpindah telah dilakukan oleh manusia sejak ratusan tahun silam. Menurut Ataupah (1995) dalam Benu (2005) bahwa perladangan telah dilaksanakan di Timor sejak 600 – 700 tahun silam. Pada sistem perladangan berpindah terdapat beberapa komoditas yang diusahakan secara bersama-sama pada lahan yang sama dan waktu yang bersamaan. Tanaman jagung yang diperkenalkan oleh Captain William Dampier pada tahun 1699 dan akhirnya menjadi tanaman penting untuk mengurangi resiko yang dihadapi petani menjadi makanan utama di Timor diusahakan sebagai tanaman utama pada sistem usahatani lahan kering. Praktek perladangan dilakukan oleh petani dengan mengembangkan jagung sebagai komoditas utama dan kacang-kacangan, labu dan ubi -ubian ditanam sebagai tanaman sambilan, Arjana (2005). Praktek perladangan memiliki suatu pandangan bahwa dapat tercukupinya kebutuhan akan bahan pangan bagi keluarga (food security). Pola ini memberikan gambaran bahwa petani yang melakukan praktek perladangan telah memperhitungan berbagai resiko yang akan terjadi akibat kondisi iklim yang tidak mendukung sehingga menerapkan pola tanam tersebut. Tanaman jagung yang diperkenalkan Captain William kemudian diadopsi dan dikembangkan secara turun-temurun serta menjadi komoditas integral dalam kehidupan masyarakat di lahan kering. Sistem usahatani jagung yang dikembangkan pada lahan kering menerapkan jenis teknologi yang masih sangat sederhana. Masyarakat pada umumnya belum mengaplikasikan penggunaan eksternal input produksi. Penyiangan terkadang hanya dilakukan pada awal pertumbuhan jagung sehingga dapat ditemukan lahan yang penuh gulma pada saat panen. Dan setelah jagung dipanen lahan dibiarkan atau diberokan tanpa intervensi petani sampai awal musim hujan tahun berikutnya. Pada hal masih terdapat komoditas kacang hijau yang cukup adaptif terhadap kondisi kering di akhir musim hujan. Keragaan Sistem Usahatani Kacang Hijau Belu (Klon Hipokotil Putih) Kacang hijau yang diusahakan di lahan kering setelah panen tanaman jagung memberikan penampilan yang cukup baik walaupun pada umumnya hanya mengandalkan sisa hujan dan sisa kelembaban tanah diakhir musim hujan. Pengembangan pola tanam seperti ini bagi masyarakat di Kawasan Besikama sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan bahkan pola tanam kacang hijau pada akhir musim hujan tersebut telah teradaptasi baik secara teknis, sosial budaya maupun dengan kondisi perekonomian masyarakat. Dan sebaliknya bagi masyarakat lainnya di luar Kawasan Besikama pengembangan komoditas kacang hijau setelah panen jagung masih merupakan hal yang baru dan belum tentu dipraktekan. Kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan masyarakat yang belum terbiasa menanam kacang hijau selama lima tahun sejak tahun 2003 sampai dengan 2007. Keragaan pertumbuhan tanaman kacang hijau yang ditanam pada akhir musim hujan setelah panen tanaman jagung dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keragaan pertumbuhan tanaman kacang hijau yang ditanam setelah panen jagung Tahun Waktu Tanam Tinggi tanaman saat panen (cm) 2003 12 Februari 97.9a 2004 1 Maret 76.5 bc 2005 4 Maret 73.8 c 2006 12 maret 79.2 b 2007 1 April 64.2 d Keterangan :Pada kolom produksi yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada 1%
Dari Tabel 1 memberikan gambaran bahwa tanaman kacang hijau yang ditanaman di lahan kering setelah panen tanaman jagung pada beberapa waktu tanam tertentu memberikan keragaan yang bervariasi. Penanaman pada bulan Februari memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi yang diikuti penanaman pada bulan Maret dan pertumbuhan tanaman kacang hijau yang terrendah adalah pada penanaman bulan April. Perbedaan pertumbuhan ini dapat dijelaskan bahwa penanaman pada bulan Februari, tanaman kacang hijau berkesempatan mendapatkan sisa hujan yang cukup banyak. Hal ini memberikan peluang bagi tanaman kacang hijau untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatifnya. Sebaliknya penanaman di bulan April pertumbuhan tanaman kacang hijau menjadi kerdil. Hal ini disebabkan oleh kelegasan tanah semakin berkurang sehingga kemampuan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif berkurang. Namun penanaman pada bulan Maret memberikan pertumbuhan
sedang yakni antara 70 hingga 80 cm/tanaman. Jika dikorelasikan dengan kondisi iklim terutama curah hujan (Grafik 1) maka pertumbuhan tanaman kacang Hijau pada awal Februari sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim terutama curah hujan. Penanaman pada bulan Februari tanaman kacang hijau mendapat curah hujan lebih banyak. Penanaman pada bulan Maret mendapat curah hujan yang cukup untuk pertumbuhannya karena pada bulan april masih terdapat hujan. Sebaliknya penanaman pada bulan April tanaman kurang mendapat hujan. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan tanaman kacang hijau. Curah Hujan (mm) 50 Februari Maret
Curah Hujan (m m )
45
April Mei
40
35
30
25
20
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Tanggal
Gambar 1. Curah hujan bulan Februari hingga Mei, (Stasiun BPTP NTT). Pada grafik 1 menunjukkan bahwa curah hujan yang tinggi pada bulan Februari dapat mendorong pertumbuhan vegetatif secara cepat dan menambah umur panen tanaman kacang hijau. Sebaliknya penanaman yang dilakukan pada curah hujan yang telah berkurang akan mendorong pertumbuhan generatif dan proses pembentukan polong. Dari grafik 1 dan tabel 1 dapat menunjukkan korelasi postif antara tinginya curah hujan dengan pertumbuhan kacang hijau. Semakin tinggi durah hujan maka semakin tinggi pula tanaman kacang hijau yang diusahakan. Keragaan Produktivitas Kacang Hijau Belu (Klon berhpokotil putih) Keragaan produktivitas kacang hijau Belu (klon berhipokotil putih) menampilkan produktivitas yang bervariasi pula. Produktivitas kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 2 dan Grafik 3. Tabel 2. Keragaan produktivitas kacang hijau Belu yang ditanam setalah panen jagung No Tahun Tanggal Tanam Produksi (kg/ha) 1 2003 Februari 350 c 2 2004 1 Maret 850 ab 3 2005 4 Maret 1100 a 4 2006 12 Maret 900 ab 5 2007 1 April 750 b Keterangan : Pada kolom produksi yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada 1%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) yang diusahakan pada saat usai panen jagung memberikan hasil yang sangat berfluktuasi dengan kisaran produktivitas antara 350 kg/ha s/d 1.100 kg/ha. Rata-rata tingkat produktivitas kacang hijau selama lima tahun diusahakan dapat mencapai 790 kg/ha. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pada lahan kering setelah panen jagung musim tanam I masih tersisa kelegasan tanah yang dapat dioptimalkan pemanfaatanya dari Pada diberokan. Dan komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) memiliki berpeluang yang cukup baik untuk dikembangkan. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara statistik terdapat perbedaan produktivitas terutama yang terjadi pada penanaman pada bulan Februari. Perbedaan tingkat produktivitas kacang hijau sangat berkaitan erat dengan kondisi iklim. Pada penanaman pada bulan Februari, tanaman kacang hijau hanya mampu menghasilkan 350 kg/ha. Tingkat produktivitas yang diperoleh pada penanaman bulan Februari menunjukkan suatu korelasi yang negatif dengan pertumbuhannya. Menurut seran (2004) bahwa tanaman Kacang Hijau Varietas Lokal Belu memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap cekaman kekeringan. Dengan kata lain jika tanaman kacang Hijau diusahakan pada kondisi curah hujan
tinggi maka pertumbuhan vegetatif menjadi dominan. Hasil ananlisis statistik terhadap pertumbuhan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang paling baik namun produktivitas yang dihasilkan adalah paling rendah. Jika kondisi dikaitkan dengan curah hujan tahunan maka penanaman pada bulan Februari dominan dipengaruhi oleh faktor iklim yang mendorong pertumbuhan vegetatif dominan. Tingkat produktivitas kacang hijau yang ditanam pada bulan Maret memberikan hasil yang cukup baik yakni berkisar antara 850 kg/ha samapi 1100 kg/ha. Dan pada penanaman bulan April tingkat produktivitasnya menurun. Penanaman pada bulan Maret, tanaman masih mendapatkan kelegasan tanah yang cukup karena didukung oleh sisa curah hujan yang terjadi pada akhir musim hujan. Kondisi ini sangat membatu tanaman pada awal pertumbuhannya dan memacu pertumbuhan vegetatifnya. Dan pada bulan April tanaman memasuk masa primodia. Pada fase ini tanaman membutuhkan banyak sinar matahari. Dengan demikian produktivitas yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Tingkat produktivitas kacang hijau yang ditanam pada bulan April memberikan produktivitas yang menurun jika dibandingkan dengan penanaman pada bulan Maret. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa kelegasan tanah semakin berkurang sehingga pada awal pertumbuhan, tanaman kacang hijau kurang dipacu pertumbuhan vegetatifnya. Kacang hijau Belu pada umumnya sangat adaptif terhadap kondisi iklim kering asalkan pada awal pertumbuhan tersedia kelegasan tanah yang cukup bagi pertumbuhannya. Dengan demikian lambatnya pertumbuhan vegetatif ini dapat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diperoleh. Nilai Tambah Pengelolaan Kacang Hijau Belu Pengelolaan sistem usahatani kacang hijau setelah usai panen jagung musim hujan memberikan manfaat ganda bagi petani. Beberapa nilai tambah yang diperoleh yakni lahan usahatani tetap dipelihara dan tidak membiarkan lahan diberokan, serasah jagung dan rerumputan lainnya pada lahan usahatani tidak dibakar baik secara sengaja maupun tidak disengaja, selain tanaman kacang hijau memberikan sumbangan pupuk bagi tanah melalui biomas yang dihasilkan maupun melalui fixsasi nitrogen dari udara, hasil kacang hijau dijadikan sebagai bahan pangan bergizi bagi keluarga dan sumbangan ekonomi terhadap penerimaan atas pengelolaan sistem usahatani kacang hijau tersebut. Sumbangan pengelolaan sistem usahatani kacang hijau terhadap pemeliharaan lahan usahatani cukup signifikan. Dalam memudahkan penanaman kacang hijau setelah panen jagung maka lahan usahatani perlu disiapkan sejak tanaman jagung musim hujan belum dipanen dengan melakukan penyiangan secara rutin terhadap gulma yang tumbuh pada pertanaman jagung. Dengan demikian tanaman kacang hijau segera ditanam setelah panen jagung. Sumbangan ekonomi terhadap penerimaan keluarga atas pengelolaan sistem usahatani kacang hijau setelah panen jagung cukup berarti. Hal ini dapat berarti petani mendapat peluang untuk memperoleh uang tunai melalui pengelolaan tanaman kacang hijau setelah panen jagung. Penerimaan petani atas pengelolaan sistem usahatani kacang hijau setelah panen jagung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Keragaan Penerimaan petani atas pengelolaan sistem Usahatani kacang hijau Belu (klon berhipokotil putih) yang ditanam setalah panen jagung No
Tahun
Tanggal Tanam
1 2 3 4 5
2003 2004 2005 2006 2007
Februari 1 Maret 4 Maret 12 Maret 1 April
Produksi (kg/ha) 350 850 1100 900 750
Harga Jual (Rp/kg) 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500
Penerimaan (Rp/ha) 1.575.500 3.150.000 4.950.000 4.275.000 3.375.000
Dari tabel dapat dilihat bahwa pengelolaan tanaman kacang hijau setelah panen jagung dapat menghasilkan uang tunai bagi petani dengan kisaran antara Rp 1.6 sampai dengan 5 juta/ha. Hal ini dapat diimplikasikan bahwa lebih baik lahan dimanfaatkan dengan penanaman kacang hijau setelah panen jagung dari pada lahan usahatani diberokan atau dibiarkan dan menimbulkan persoalan baru bagi lahan usahatani dengan memberikan peluang bagi terjadinya kebakaran baik disengaja maupun tidak disengaja.
SIMPULAN Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) yang diusahakan pada saat usai panen jagung memberikan hasil yang sangat berfluktuasi dengan kisaran produktivitas antara 350 s/d 1.100 kg/ha. Rata-rata tingkat produktivitas kacang hijau selama lima tahun diusahakan dapat mencapai 790 kg/ha. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pada lahan kering setelah panen jagung musim tanam I masih tersisa kelegasan tanah yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya dari pada lahan diberokan. Tanaman kacang hijau yang ditanam lebih awal terutama pada bulan Februari pertumbuhan vegetatif lebih dominan dan hanya menghasilkan produktivitas sebesar 350 kg/ha. Sedangkan penanaman pada pada bulan Maret menghasilkan produktivitas yang lebih baik dengan kisaran produktivitas antara 850 s/d 1.100 kg/ha. Dan nilai ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp 5 juta/ha/musim. Dengan dimikian komoditas kacang hijau Belu (berhipokotil putih) memiliki berpeluang yang cukup baik untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA Anonimuos. 2007 . Laporan Klimatologi Stasion BPTP NTT Arjana I Gusti Bagus. 2005. Nusa Tenggara Timur membangun pertanian lahan kering. Sebuah kajian dalam perspektif budaya dan lingkungan. Makalah yang disampaikan pada Simposium Kebudayaan Indonesia Malaysia IX. Bandung Benu Fredrik L. 2005. Nusa Tenggara Timur dalam dinamika pembangunan sosial ekonomi. Lembaga penelitian Undana. Kupang K.A. Gomez and A.A. Gomez. 1983. Statistical Prosedures For Agricultural Research. Los Banos, Philipines. Kasno
Astanto. 2007. Kacang Hijau Alternatif Lahan http://www.baliprov.go.id/lomba_ti/gianyar/web/Artikel3.htm. Tanggal akses 2 Juni 2008.
Kering
Sarah, F.D.T. 2004. Pengaruh cara pengolahan tanah terhadap hasil beberapa varietas kacang hijau di Oesao, Fakultas Pertanian Undana. Skripsi.