Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
ANALISIS TENTANG ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN : STUDI TENTANG EFEKTIFITAS BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: MASLIHATI NUR HIDAYATI FH – Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
[email protected]
ABSTRAK Globalisasi dan perdagangan bebas mengakibatkan berkembangnya saling ketergantungan pelakupelaku ekonomi dunia. Kecenderungan manusia untuk tidak dapat lepas dari bantuan dan pertolongan orang lain, dapat dilihat dalam interaksi kehidupan antar negara. Negara berkembang dengan segala keterbatasan yang dimiliki, berusaha dengan sekuat tenaga dalam rangka pembangunan ekonomi negaranya dan mensejajarkan diri dengan negara-negara maju di dunia. Disisi lain, kepentingan ekonomi negara maju sangat dominan dalam memperoleh pangsa pasar dunia di negara berkembang. Selain itu, kondisi dan fenomena tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang. Konsumen dapat menjadi objek aktivitas bisnis dari pelaku usaha yang dapat merugikan konsumen. Sehingga sangat dibutuhkan adanya pengaturan penyelesaian sengketa efektif yang dapat melindungi kepentingan-kepentingan konsumen yang selama ini terabaikan. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai hal tersebut di atas. Dengan diundangkannya UUPK, maka masyarakat konsumen yang dirugikan merasa terlindungi, dan mempunyai pilihan untuk mengadukan permasalahannya dengan mengajukan gugatan secara alternatif melalui lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). BPSK diharapkan mampu dapat berperan secara aktif dalam melakukan upaya-upaya baik sebelum maupun setelah terjadinya sengketa dalam rangka perlindungan konsumen tanpa meniadakan hak-hak pelaku usaha dan tercipta kondisi yang seimbang antara pelaku usaha dan konsumen yang mampu menciptakan persaingan bebas dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kata Kunci : Perlindungan konsumen, Penyelesaian Sengketa dan BPSK
Eropa dan Amerika. Sebaliknya import tekstil dan
Pendahuluan Berbicara tentang globalisasi ekonomi dan
barang-barang manufaktur, betapapun sederhana-
perdagangan internasional yang terkesan tanpa
nya, juga telah berlangsung lama (bayly and Holf,
batas, maka tentu saja dikaitkan dengan masyarakat
1986).
internasional sebagai pelaku ekonomi dengan
Dapat dikatakan bahwa globalisasi yang ada
kepentingan ekonominya masing-masing. (Hikma-
saat ini adalah bentuk lain yang baru dari pemba-
hanto Juwana, 2001) Globalisasi ekonomi sebenar-
ngunan kapitalisme sebagai sistem ekonomi interna-
nya sudah terjadi sejak lama, masa perdagangan
sional saat ini. Seperti pada waktu yang lalu, untuk
rempah-rempah, masa tanam paksa (cultuur stelsel)
mengatasi krisis, perusahaan multi nasional mencari
dan masa dimana modal swasta Belanda zaman
pasar baru dan memaksimalkan keuntungan dengan
kolonial dengan buruh paksa. Pada ketiga priode
mengekspor modal dan reorganisasi struktur pro-
tersebut hasil bumi Indonesia sudah sampai ke
duksi. (T. Keizerina Devi, 2004).
168
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
Pada masa lalu bisnis internasional hanya dalam
Perdagangan bebas dikatakan akan memba-
bentuk eksport – import dan penanaman modal.
wa keuntungan ekonomi bagi para pesertanya dan
Globalisasi menyebabkan berkembangnya saling
akan mengurangi kesenjangan antar negara. ”Free
ketergantungan
dunia.
Trade” akan meningkatkan ”economic growth”
Manufaktur, perdagangan, investasi melewati batas-
yang selanjutnya akan membawa perbaikan standar
batas negara, meningkatkan intensitas persaingan.
kehidupan. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan
Gejala ini dipercepat oleh kemajuan komunikasi
GNP. Dalam kenyataannya, hal itu adalah sebagian
dan transportasi teknologi (Jaqnes Delors, 1995).
dari skenario. Globalisasi sebagai gerakan perluasan
pelaku-pelaku
ekonomi
Seperti yang dikatakan di atas, bahwa glo-
pasar dan disemua pasar yang berdasarkan persai-
balisasi menyebabkan berkembangnya saling keter-
ngan, selalu ada yang menang dan kalah. Perdaga-
gantungan pelaku-pelaku ekonomi dunia. Kecen-
ngan bebas juga menambah kesenjangan antara
derungan manusia untuk tidak dapat lepas dari
negara-negara maju dan negara-negara pinggiran
bantuan dan pertolongan orang lain, dapat dilihat
(periphery) yang akan membawa akibat pada kom-
dalam interaksi kehidupan antar negara. Negara
posisi masyarakat dan kondisi kehidupan mereka.
berkembang dengan segala keterbatasan yang dimi-
Ini adalah kecenderungan sejak berakhirnya Perang
liki, berusaha dengan sekuat tenaga dalam rangka
Dunia II. Bertambahnya hutang negara-negara dunia
pembangunan ekonomi negaranya dan mensejajar-
ketiga, tidak seimbangnya neraca perdagangan, bu-
kan diri dengan negara-negara maju di dunia tidak
ruknya kehidupan kondisi buruh, lingkungan hidup
dapat melepaskan diri dengan bantuan luar negeri.
dan bidang-bidang lainnya. Perlindungan konsumen
Disisi lain, kepentingan ekonomi negara maju
adalah sebagian dari gejala-gejala negeri yang kalah
sangat dominan dalam memperoleh pangsa pasar
dalam dunia perdagangan bebas. (Erman Rajaguk-
dunia di negara berkembang. (Siti Hayati Hoesin,
guk, 2000)
2006).
Dilain pihak, kondisi dan fenomena perdaDengan ketidakseimbangan posisi inilah
gangan bebas tersebut dapat mengakibatkan kedu-
sehingga mampu membuat negara maju memak-
dukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak
sakan kehendaknya kepada negara berkembang
seimbang. Konsumen dapat menjadi objek aktivitas
dalam bentuk syarat-syarat yang harus dipenuhi jika
bisnis dari pelaku usaha melalui kiat iklan, promosi,
negara berkembang bermaksud mengadakan perjan-
cara penjualan serta penerapan perjanjian-perjanjian
jian ekonomi dengan negara maju. Disini, negara
standar yang merugikan konsumen. Hal ini disebab-
berkembang seperti tidak memiliki posisi tawar
kan karena kurangnya pendidikan konsumen, dan
yang tinggi sebagai negara berdaulat untuk menolak
rendahnya kesadaran akan hak-hak dan kewaji-
syarat-syarat yang diajukan jika memang ada
bannya. Kedudukan konsumen pada umumnya ma-
dampak negatif yang ditimbulkan. Sehingga wajar
sih lemah dalam bidang ekonomi, pendidikan dan
saja jika dikemudian hari, banyak sisi-sisi yang
daya tawar. Karena itu sangatlah dibutuhkan adanya
dikorbankan termasuk dunia perdagangan.
pengaturan yang melindungi kepentingan-kepenti-
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
169
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
ngan konsumen yang selama ini terabaikan. (Susanti
men adalah mewujudkan hubungan berbagai di-
Adi Nugroho, 2008)
mensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa per-
dan saling ketergantungan antara konsumen, pengu-
lindungan konsumen harus mendapat perhatian
saha dan pemerintah. Sehingga dengan demikian,
yang lebih karena berbagai alasan mengingat inves-
tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan penga-
tasi asing telah menjadi bagian pembangunan
turan perlindungan konsumen adalah untuk mening-
ekonomi Indonesia, dimana ekonomi Indonesia juga
katkan martabat dan kesadaran konsumen dan se-
telah terkait dengan ekonomi dunia. Persaingan
cara tidak langsung mendorong pelaku usaha di da-
dalam dunia perdagangan bebas dapat membawa
lam menyelenggarakan kegiatan usahanya dan dila-
implikasi negatif bagi perlindungan konsumen
kukan
(Susanti Adi Nugroho, 2008). Selain itu, untuk
(Nurmadjito)
mencegah aspek negatif dari industrialisasi dan
dengan
penuh
rasa
tanggung
jawab.
Pengaturan perlindungan konsumen dilaku-
mendorong persaingan barang-barang Indonesia di
kan dengan :
pasar internasional maupun dalam negeri, sudah
a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen
saatnya Indonesia semakin meningkatkan usaha-
yang mengandung unsur ketrebukaan akses dan
usaha perlindungan konsumen yang komperehensif.
informasi, serta menjamin kepastian hukum.
(Susanti Adi Nugroho, 2008)
b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha.
Usaha-usaha Perlindungan Konsumen di
c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.
Indonesia keseluruhan
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen
kaedah-kaedah hukum yang mengatur hubungan
dari praktek usaha yang menipu dan menye-
dan masalah antara berbagai pihak yang satu sama
satkan.
Hukum
konsumen
adalah
lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsu-
e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan
men di dalam pergaulan hidup. (AZ Nasution,
dan pengaturan perlindungan konsumen dengan
2008). Hukum perlindungan konsumen merupakan
bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang
bagian dari hukum konsumen yang lebih luas yang
lain.
memuat asas-asas atau kaedah-kaedah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat melindungi
Sehingga dengan demikian, keperluan adanya hu-
kepentingan konsumen. (Susanti Adi Nugroho,
kum untuk memberikan perlindungan terhadap
2008).
konsumen tidak dapat dihindarkan karena sejalan Perlindungan konsumen merupakan masa-
dengan tujuan pembangunan nasional yaitu pemba-
lah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi
ngunan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk dapat
harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat
menjamin suatu pelaksanaan perlindungan konsu-
mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsu-
men, maka pemerintah menuangkan perlindungan
170
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
konsumen dalam suatu produk hukum. Hal ini
tentang hal tertentu. Satu pihak merasa dirugikan
penting karena hanya hukum yang memiliki kekua-
hak-haknya oleh pihak yang lain, sedang yang lain
tan yang memaksa pelaku usaha untuk mentaatinya,
tidak merasa demikian. Oleh karena itu batasan
dan juga hukum memiliki sanksi yang tegas. Meng-
sengketa
ingat dampak penting yang dapat ditimbulkan aki-
Nasution , 2002) :
bat tindakan pelaku usaha yang sewenang-wenang
”sengketa
dan hanya mengutamakan keuntungan dari bis-
konsumen dengan pelaku usaha(publik atau privat)
nisnya sendiri, maka pemerintah memiliki kewa-
tentang produk konsumen, barang dan/atau jasa
jiban untuk melindungi konsumen yang posisinya
konsumen tertentu”
konsumen konsumen
dimaksud adalah
adalah: sengketa
(AZ. antara
memang lemah, disamping ketentuan hukum yang
Beberapa hal yang perlu dijelaskan. Perta-
melindungi kepentingan konsumen belum memadai.
ma, pihak konsumen yang bersengketa itu haruslah
(Yusuf Shofie, 2000)
konsumen dimaksud dalam UU No.8 tahun 1999
Semakin terbukanya pasar nasional sebagai
tentang Perlindungan Konsumen (UUPN) (LN
akibat dari proses globalisasi ekonomi tersebut kon-
Tahun 1999 No.42 dan TLN tahun 1999 No.3821),
sumen harus tetap memperoleh jaminan kesejah-
yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat ke-
teraan, serta kepastian akan mutu, jumlah dan
luarga atau rumah tangganya dan tidak untuk tujuan
keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya
komersial. Kedua, produk yang diseng-ketakan ha-
dari pasar. Sementara itu, ditingkat nasional, pem-
ruslah produk konsumen, artinya produk itu
baruan hukum yang menyangkut perlindungan kon-
merupakan barang dan/atau jasa yang umumnya
sumen baru dimulai pada tahap komponen hukum-
dipakai, digunakan atau dimanfaatkan bagi meme-
nya saja, sedangkan komponen lainnya, seperti
nuhi kepentingan diri, keluarga dan/atau rumah
aparat penegak hukum, masyarakat dan budaya
tangga konsumen. (AZ. Nasution, 2002)
hukum belum menampilkan perubahan-perubahan
Dalam pasal 64 UU Perlindungan Konsumen
yang berkeadilan sosial (Susanti Adi Nugroho,
berbunyi :
2008). Di sisi lain, sengketa yang timbul dalam
”segala ketentuan peraturan perundang-undangan
kegiatan bisnis antara pelaku usaha dan konsumen
yang bertujuan melindungi konsumen yang telah
adalah kondisi yang tidak dapat dihindarkan sehing-
ada pada saat undang-undang ini diundangkan,
ga dibutuhkan suatu mekanisme penyelesaian seng-
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur
keta yang efektif antara para pihak dalam menyele-
secara khusus dan/atau tidak bertentang dengan
saikan sengketa yang terjadi.
ketentuan dalam undang-undang ini”. Oleh karena itu, setiap peraturan perundangundangan yang berlaku, hukum positif, tetap dapat
Tinjauan Teori Penyelesaian Sengketa Konsumen Sengketa terjadi apabila terdapat perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentu
digunakan dalam upaya perlindungan konsumen, sepanjang tidak diatur secara khusus atau bertentangan dengan ketentuan dalam UUPK. (AZ. Nasution, 2002)
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
171
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
Berdasarkan undang-undang perlindungan konsu-
usahanya. Apakah produsen atau pihak-pihak yang
men ini, penyelesaian sengketa konsumen dapat
dipersamakan dengannya menjalankan kegiatannya
dilakukan dengan menggunakan sistem semua
memang merugikan konsumen. (AZ. Nasution,
hukum yang berlaku. Hukum yang diberlakukan itu
2002)
adalah hukum umum yang berlaku untuk peradilan
Selain itu proses perkara sengketa konsu-
umum, dengan kewajiban pengadilan memper-
men ini harus pula mengikuti proses perkara
hatikan ketentuan pasal 45 UUPK dan/atau hukum
perdata, administratif atau pidana yang berlaku
yang ditetapkan khusus bagi perlindungan konsu-
dengan segala konsekuensi beban pembuktian dan
men.
pembiayaannya. Sehingga dapat dibayangkan betapa Namun demikian, norma-norma perlindu-
sulitnya ”keadilan” yang harus dicari konsumen
ngan konsumen dalam sistem UUPK sebagai
dalam sengketa yang timbul dan merugikan kepenti-
”undang-undang payung” yang menjadi kriterian
ngannya, khususnya kepentingan-kepentingan kon-
untuk mengukur dugaan adanya pelanggaran hak-
sumen yang kecil baik dalam nilai maupun jum-
hak konsumen, yang semula diharapkan oleh semua
lahnya. Dari berbagai pengalaman tampak bahwa
pihak mampu memberikan solusi bagi penyelesaian
tanpa melihat besar kecilnya nilai sengketa seorang
perkara-perkara yang timbul sebagai pelaksanaan
konsumen, ia harus menjalani perkara gugatannya
dari undang-undang tersebut, ternyata dalam pene-
untuk mendapatkan keputusan pengadilan yang
gakan hukumnya atau dalam penerapannya terjadi
mempunyai kekuatan hukum pasti, dengan melam-
ketimpangan dan menimbulkan kebingungan bagi
paui waktu cukup panjang, yaitu antara 403 hari dan
pihak yang terlibat dalam proses implementasinya.
3.919 hari dan dibebani pula dengan beban pem-
(Susanti Adi Nugroho, 2008)
buktian serta biaya (AZ. Nasution, 2002).
Penyelesaian sengketa konsumen dengan
UUPK pada hakekatnya telah memberikan
menggunakan hukum acara yang umumnya berlaku
kesetaraan kedudukan konsumen dengan pelaku
itu, terdapat keuntungan dan kerugian yang harus
usaha, tetapi perlindungan konsumen sebagai suatu
dihadapi oleh konsumen. Antara lain tentang beban
kebutuhan harus senantiasa disosialisasikan untuk
pembuktian dan biaya pada pihak yang menggugat
menciptakan hubungan konsumen dan pelaku usaha
secara perdata, atau mengajukan tuntutan admins-
dengan prinsip kesetaraan yang berkeadilan, dan
tratif atau pidana, sebagaimana ditentukan dalam
untuk mengimbangi kegiatan pelaku usaha yang
hukum acara perdata, hukum acara administratif
menjalankan prinsip ekonomi untuk mendapat
atau hukum acara pidana. Keadaan seperti ini pada
keuntungan yang semaksimal mungkun dengan
umumnya
lebih berfungsi ”melemahkan” dan
modal yang seminimal mungkin sehingga dapat
”tidak memberdayakan” konsumen sesuai kehendak
merugikan kepentingan konsumen, langsung mau-
UU, karena membebankan kesulitan pada mereka
pun tidak langsung. (Susanti Adi Nugroho, 2008)
dalam membuktikan niat pelaku usaha, apakah
Untuk mengatasi lika-liku proses penga-
sengaja, alpa atau tidak hati-hati dalam menjalankan
dilan yang lama dan formal, UUPK memberikan
172
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian
b. Penyelesaian Sengketa melalui Badan Penye-
sengketa di luar pengadilan, melalui konsiliasi,
lesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dengan
mediasi dan arbitrase sebagai bentuk terobosan
menggunakan alternative disputes resolution,
alternatif karena kelemahan penyelesaian sengketa
yaitu konsiliasi, mediasi dan arbitrase.
melalui litigasi yang mengakibatkan terkurasnya
2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan.
sumber daya, dana, waktu, pikiran dan tenaga (Mas Achmad Santosa, 1995).
Masing-masing kelompok cara penyelesaian sengketa mempunyai ”kekuatan” dan ”kelemahan”
Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa
masing-masing. Penyelesaian sengketa diluar penga-
Setiap sengketa konsumen pada umumnya
dilan, membutuhkan kemauan dan kemampuan
dapat diselesaikan setidak-tidaknya melalui dua cara
berunding untuk mencapai penyelesaian sengketa
penyelesaian, yaitu :
secara damai baik yang dilakukan dengan damain
1. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
antara pelaku usaha dan konsumen maupun melalui
a. Penyelesaian sengketa secara damai, oleh
lembaga BPSK. Memang sangat diperlukan waktu
para pihak sendiri, konsumen dan pelaku
dan tenaga yang lebih banyak, disamping kesabaran
usaha/produsen;
dalam upaya ini. Faktor-faktor internal seperti
Dengan penyelesaian sengketa secara damai
”kepribadian”, ”gengsi” atau apa yang disebut de-
dimaksudkan penyelesaian sengketa antar
ngan ”kehormatan” perlu mendapatkan perhatian
para pihak, dengan atau tanpa kuasa/ pen-
khusus. Sedangkan penyelesaian melalui pengadilan
damping bagi masing-masing pihak, melalui
membutuhkan pengetahuan tentang tata cara dan
cara-cara damai. Perundingan secara musya-
atau aturan yang berlaku bagi penyelesaian sengketa
warah dan atau mufakat antar para pihak
tersebut (AZ Nasution, 2002).
bersangkutan. Penyelesaian sengketa dengan
Penyelesaian sengketa konsumen di luar
cara ini disebut orang pula ”penyelesaian
pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kese-
secara kekeluargaan”.
pakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti
Dengan cara penyelesaian sengketa secara
kerugian, dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk
damai ini, sesungguhnya ingin diusahakan
menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan
bentuk penyelesaian yang mudah, murah dan
terulang kembali kerugian yang diderita oleh kon-
(relatif) lebih cepat. Dasar hukum penye-
sumen. Perlu diingat, bahwa pola-pola penyelesaian
lesaian tersebut terdapat dalam KUHPerdata
sengketa konsumen di luar pengadilan yang dike-
Indonesia (buku ke III, pasal-pasal 1851-
hendaki UUPK, memang merupakan pilihan yang
1854 tentang perdamaian/dading) dan dalam
tepat, karena jalan keluar yang dirumuskan berisikan
UU Perlindungan Konsumen No.8 tahun
penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak
1999, pasal 45 ayat (2) jo pasal 47.
yang sedang bersengketa. Selain itu, bentuk penyelesaian sengketa seperti ini bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia karena memang sudah sejak lama
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
173
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
mengenai dan menjalankan pola-pola penyelesaian
muanya diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
sengketa secara tradisional yang dilakukan melalui
Perindustrian dan Perdagangan. Keanggotaan Badan
peradilan adat maupun peradilan desa (Susanti Adi
terdiri dari ketua merangkap anggota, wakil ketua
Nugroho, 2008).
merangkap anggota dan anggota dngan dibantu oleh
Jika telah dipilih upaya penyelesaian seng-
sekretaris.
keta konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui
Tugas dan wewenang BPSK adalah :
pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya ter-
1. menyelesaikan sengketa konsumen melalui me-
sebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak
diasi, arbitrase atau konsiliasi;
atau oleh para pihak yang bersengketa. Ini berarti
2. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
penyelesaian sengketa melalui pengadilan tetap
3. pengawasan klausula baku;
dibuka setelah para pihak gagal menyelesaikan
4. melapor kepada penyidik umum apabila terjadi
sengketa mereka di luar pengadilan.
pelanggaran undang-undang ini;
Dengan diundangkannya UUPK, maka masyarakat konsumen yang dirugikan merasa terlindungi, dan mempunyai pilihan untuk mengadukan permasalahannya
dengan
mengajukan
gugatan
5. menerima pengaduan dari konsumen baik lisan maupun tertulis; 6. melakukan penelitian dan pemeriksaan tentang sengketa konsumen;
secara alternatif melalui lembaga Badan Penyele-
7. memanggil pelaku usaha yang melanggar;
saian Sengketa Konsumen (BPSK).
8. menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran itu;
Pembahasan Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Pe-
mereka tersebut di atas apabila tidak mau me-
nyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) BPSK
sebagaimana
dimaksud
9. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan
dalam
menuhi panggilan;
UUPK, yang dibentuk oleh pemerintah, adalah ba-
10. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat,
dan yang bertugas menangani dan menyelesaikan
dokumen atau alat-alat bukti lain guna penye-
sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, tetapi
lidikan dan/atau pemeriksaan;
bukanlah merupakan bagian dari institusi kekuasaan kehakiman. Pemerintah membentuk BPSK Tingkat II Inosentius Samsul, 2004) untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan, akan tetapi BPSK bukanlah lembaga pengadilan. BPSK mempunyai anggota-anggota dari
11. memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen; 12. memberitahukan keputusan kepada pelaku usaha pelanggaran undang-undang; 13. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha pelanggar undang-undang.
unsur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha. Setiap unsur tersebut berjumlah 3 (tiga) orang atau sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang kese-
Dalam menyelesaikan sengketa konsumen di bentuk Majelis yang terdiri dari setidaknya 3 (tiga) anggota dibantu oleh seorang panitera dan
174
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
putusan BPSK bersifat final dan mengikat. BPSK
Putusan BPSK sebagai hasil dari penye-
wajib menjatuhkan putusan selama-lamanya 21
lesaian sengketa konsumen secara konsiliasi, me-
(duapuluh satu) hari sejak gugatan diterima dan
diasi atau arbitrase, bersifat final dan mengikat.
keputusan BPSK wajib dilaksanakan pelaku usaha
Pengertian final berarti bahwa penyelesaian seng-
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan
keta telah selesai dan berakhir. Sedangkan kata
diterimanya, atau apabila ia keberatan dapat menga-
mengikat mengandung arti memaksa dan sebagai
jukannya kepada Pengadilan Negeri dalam jangka
sesuatu yang harus dijalankan oleh pihak yang diwa-
waktu 14 (empat belas hari). Pengadilan Negeri
jibkan untuk itu. Prinsip res judicata pro veritate
yang menerima keberatan pelaku usaha memutus
habetur, menyatakan bahwa suatu putusan yang
perkara tersebut dalam jangka waktu 21 hari sejak
tidak mungkin lagi untuk dilakukan upaya hukum,
diterimanya keberatan tersebut. Selanjutnya kasasi
dinyatakan sebagai putusan yang mempunyai kekua-
pada putusan pengadilan negeri ini diberi jangka
tan hukum yang pasti. Berdasarkan prinsip tersebut,
waktu 14 hari untuk mengajukan kasasi kepada
putusan BPSK harus dipandang sebagai putusan
Mahkamah Agung. Keputusan Mahkamah Agung
yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti (in
wajib dikeluarkan dalam jangka waktu 30 (tiga
kracht van gewijsde). Namun jika pasal tersebut
puluh) hari sejak permohonan kasasi
dihubungkan dengan pasal 56 ayat (2) UUPK
Lembaga penyelesaian di luar pengadilan yang
dilaksanakan
oleh
BPSK
ini
ternyata para pihak dapat mengajukan ”keberatan”
memang
kepada pengadilan negeri paling lambat 14 hari
dikhususkan bagi konsumen dan pelaku usaha yang
kerja setelah pemberitahuan putusan BPSK. Hal ini
pada umumnya meliputi jumlah nilai yang kecil,
bertentangan dengan pengertian putusan BPSK yang
tetapi dalam pelaksanaannya tidak ada batasan nilai
bersifat final dan mengikat tersebut, sehingga de-
pengajuan gugatan, sehingga dimungkinkan guga-
ngan demikian ketentuan pasal-pasal tersebut saling
tan konsumen meliputi jumlah nilai yang kecil
kontradiktif dan menjadi tidak efisien. (Susanti Adi
sampai nilai yang besar.
Nugroho, 2008)
Meskipun BPSK bukan pengadilan dan
Menyikapi adanya permasalahan hukum
lebih tepat disebut dengan peradilan semu tetapi
hukum yang ditimbulkan oleh UUPK, terbitnya
keberadaannya bukanlah sekedar tampil sebagai
suatu PERMA dengan tujuan untuk menjembatani
pengakuan hak konsumen untuk mendapatkan
kekosongan prosedural sangatlah dibutuhkan. Oleh
perlindungan dalam upaya penyelesaian sengketa
karena itu, Mahkamah Agung dengan tujuan untuk
konsumen secara patut, tetapi keberadaannya yang
menyamakan persepsi pada seluruh lembaga pera-
lebih
pengawasan
dilan telah menerbitkan PERMA No.1 Tahun 2006
terhadap pencantuman klausula baku (one-sided
mengenai Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum
standard form contract) oleh pelaku usaha dan
Keberatan Terhadap Putusan BPSK.
penting
adalah
melakukan
untuk mendorong kepatuhan pelaku usaha pada UUPK. (Susanti Adi Nugroho, 2008)
Dalam ketentuan ini, Mahkamah Agung menetapkan bahwa keberatan merupakan upaya hukum yang hanya dapat diajukan terhadap putusan
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
175
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
arbitrase yang dikeluarkan oleh BPSK saja, tidak
2. Belum terdapat peraturan/petunjuk tentang tata
meliputi putusan BPSK yang timbul dari mediasi
cara mengajukan permohonan eksekusi terhadap
dan konsiliasi. Putusan mediasi dan konsiliasi dapat
putusan BPSK.
disepadankan dengan adanya suatu perdamaian (dading) di luar pengadilan atau di dalam penga-
Masalah lain sehubungan dengan fiat
dilan sehingga putusannya bersifat final dan
eksekusi adalah pengaturan oleh pasal 42 ayat (2)
mengikatt.
Keputusan Menperindag No.350/MPP/Kep/12/2001,
Selanjutnya,
putusan
arbitrase
BPSK,
yang menyatakan bahwa terhadap putusan BPSK
meskipun digunakan terminologi arbitrase, tetapi
dimintakan penetapan eksekusi oleh BPSK kepada
UUPK sama sekali tidak mengatur mekanisme
pengadilan negeri di tempat konsumen yang dirugi-
arbitrase seperti yang ditentukan dalam UU No.30
kan. Pengaturan semacam ini dalam hukum acar
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
perdata tidak lazim, karena permohonan penetapan
Penyelesaian Sengketa, melainkan membuat suatu
eksekusi adalah demi kepentingan pihak yang
aturan tersendiri yang relatif berbeda dengan apa
dimenangkan dalam putusan. Oleh karena itu, yang
yang telah ditentukan dalam UU No.30 tahun 1999
seharusnya mengajukan permohonan penetapan
tersebut. Sehingga timbul pertentangan antara
eksekusi adalah pihak yang berkepentingan sendiri
arbitrase dalam putusan BPSK, dengan putusan ar-
bukan lembaga BPSK.
bitrase dalam UU No.30 tahun 1999, yang
Permasalahan lainnya juga timbul jika
memerlukan penafsiran lebih lanjut. Ketidak jelasan
pelaku usaha setelah menerima pemberitahuan atas
peraturan dalam UUPK ini menimbulkan kebi-
keputusan BPSK tidak setuju atau berkeberatan
ngungan dalam mengimplementasikannya.
terhadap putusan tersebut dan mengajukan permo-
Agar putusan BPSK mempunyai kekuatan
honan keberatan kepada pengadilan negeri. Timbul
eksekusi, putusan tersebut harus dimintakan pene-
suatu permasalahan dikarenakan keberatan bukanlah
tapan fiat eksekusi pada pengadilan negeri di tempat
suatu upaya hukum yang dikenal dalm hukum acara
tinggal konsumen yang dirugikan. Dalam praktek
di Indonesia, dan UUPK tidak memberikan suatu
timbul kesulitan untuk meminta fiat eksekusi
petunjuk teknis bagaimana prosedur pengajuan
melalui pengadilan negeri karena berbagai alasan
permohonan keberatan ini diajukan, dan bagaimana
yang dikemukakan oleh pengadilan negeri antara
pengadilan negeri memproses permohonan kebera-
lain :
tannya mengingat belum ada acara yang secara jelas
1. Putusan BPSK tidak memuat irah-irah ”Demi
mengatur perihal proses keberatan ini.Berikut alur
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
penyelesaian sengketa melalui BPSK :
Esa”, sehingga tidak mungkin dapat dieksekusi.
176
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
Sumber: Hasil Olahan Data
Adapun
mengenai
sanksi
administratif
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) terhadap
diatur dalam pasal 60 UUPK. Sanksi administratif
para pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
ini merupakan suatu hak khusus yang diberikan oleh
terhadap/dalam rangka :
UUPK kepada BPSK atas tugas dan/atau kewena-
1. tidak dilaksanakannya pemberian ganti rugi oleh
ngan yang diberikan untuk menyelesaikan perseng-
pelaku usaha kepada konsumen, dalam bentuk
ketaan konsumen diluar pengadilan.
pengembalian uang atau penggantian barang
Menurut ketentuan pasal 60 ayat (2) jo
dan/atau jasa yang sejenis, maupun perawatan
pasal 60 ayat (1) UUPK, sanksi administratif yang
kesehatan atau pemberian santunan atas keru-
dapat dijatuhkan oleh BPSK adalah berupa peneta-
gian yang diderita oleh konsumen.
pan
ganti
rugi
sampai
setinggi-tingginya Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
190
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
2. terjadinya kerugian sebagai akibat kegiatan
rangkat penyelesaian sengketa yang diatur dalam
produksi iklan yang dilakukan oleh pelaku usa-
Hukum Acara Perdata pada umumnya (HIR/RBg).
ha periklanan;
Termasuk dengan adanya prosedur alternatif penye-
3. pelaku usaha yang tidak dapat menyediakan
lesaian sengketa di luar pengadilan baik dengan cara
fasilitas jaminan purna jual, baik dalam bentuk
damai maupun dengan bantuan Badan Penyelesaian
suku cadang maupun pemeliharaannya, serta
Sengketa Konsumen. Diharapkan dengan adanya
pemberian jaminan atau garansi yang telah
prosedur alternatif ini, penyelesaian sengketa konsu-
ditetapkan sebelumnya; baik berlaku terhadap
men secara cepat, sederhana dan dengan biaya yang
pelaku usaha yang memperdagangkan barang
murah dapat diwujudkan.
dan/atau jasa.
Diharapkan dengan adanya BPSK mampu dapat berperan secara aktif dalam melakukan upaya-
Ketentuan ini memperjelas bahwa BPSK memang
upaya baik sebelum maupun setelah terjadinya
tidak memiliki kewenangan untuk menjatuhkan
sengketa dalam rangka perlindungan konsumen se-
sanksi atas setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
perti yang menjadi tujuan akhir dari UUPK tanpa
pelaku usaha. Ini sejalan dengan ketentuan pasal 47
meniadakan hak-hak pelaku usaha. Sehingga dengan
UUPK yang menyatakan bahwa penyelesaian
demikian, tercipta kondisi yang seimbang antara
sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk
pelaku usaha dan konsumen yang mampu mencip-
mencapai kesepatakan mengenai tindakan tertentu
takan persaingan bebas dan mampu meningkatkan
untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau
pertumbuhan ekonomi nasional.
tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Walau demikian, UUPK guna
Daftar Pustaka
menegakkan kepastian hukum, sesuai proporsinya
Behrens, Meter, “Alternative Methods of Dispute
telah memberikan hak dan kewenangan kepada
Settlement in Inter Economic Relations
BPSK untuk menjatuhkan sanksi administratif bagi
Dalam ERNsT – Wrich Petersman on
pelaku usaha yang tidak memberikan ganti rugi
Gunther
kepada konsumen atas tindakannya yang merugikan
Internacional
konsumen. Dapat berjalan atau tidaknya sanksi-
Internacional
sanksi yang telah ditentutkan sangat bergantung
Law”, U.P, Fribrourg, 1992.
pada siap tidaknya berbagai pihak yang terkait termasuk BPSK.
Jeanicke,
Adjuscation
Trade and
Dispute
Nacional
of in
Economic
C. Fasseur, C, “The Cultivation System and Its Impact on the Dutch
Colonial Economy
and the Society in Nineteenth Century Java. “dalam Two Colonial Empires”, ed, C.A.
Kesimpulan Perangkat pengaturan prosedur penyelesaian sengketa konsumen menurut UUPK secara
Bayly
D.H.A.
Martinus Nijhoff, 1986.
tertulis telah memadai, dibandingkan dengan pe178
and
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Kolf.
Dordrecht:
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
Cassese, Antonio, “International Law in a Divided
Posner,
World”, University Press, Oxford, 1986.
Richard
A,
Jurisprudence”,
Devi, T. Keizerina, “Poenale Sanctie: Studi Tentang
“The
Problems
Cet.
IV,
of
Harvard
University Press, Cambridge, 1994.
Perubahan
Rajagukguk, Erman, “Analisis Ekonomi Dalam
Hukum di SUmatera Utara (1870-1950)”,.
Hukum Kontrak”, Makalah disampaikan
Pusat Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas
Pada Pertemuan Ilmiah Tentang Analisis
Hukum Universitas
Ekonomi
Globalisasi
Ekonomi
Dan
Indonesia,
Medan,
2004.
Terhadap
Hukum
Dalam
Menyongsong Era Globalisasi. Jakarta,
Gill, Stephen and David Law, “The Global Political Economy:
erspectives,
Problem,
and
1996. ______.
“Globalisasi
Hukum
dan
Kemajuan
Politics”, The John Hopkins University
Teknologi: Implikasinya Bagi Pendidikan
Press, Baltimore, 1988.
Hukum
Hoesin, Siti Hayati, ”Globalisasi Ekonomi dan
Fakultas
Hukum
Universitas
Reitzel, J. David, ”Contemporary Business Law Principle and Cases”, Fourt Edition, Mc
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen No.8 tahun 1999, LN Tahun
Graw-Hill.Inc, New York, 1999. Shofie, Yusuf, “Perlindungan Konsumen Dan
1999 No.42 dan TLN tahun 1999 No.3821. Samsul,
Konsumen:
Hukum
Sumatera Utara ke 44, 20 November 2001.
Indonesia, Jakarta, 2006.
Inosentius
Pembangunan
Indonesia”, Pidato Dies Natalis Universitas
Kehidupan Perempuan Pemetik Teh”, Pasca Sarjana
dan
Instrumen-Instrumen Hukumnya”, PT Citra
“Perlindungan
Inosentius, Kemungkinan
Penerapan
Aditya Bakti, Jakarta, 2000. Susanti
Adi
Nugroho,
Susanti
Adi,
“Proses
Tanggung Jawab Mutlak”, Program Pasca
Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau
Sarjana
dari
Fakultas
Hukum
Universitas
Indonesia, Jakarta, 2004. Lumbuun,
T.
Gayus,
Lingkungan
Acara
Serta
Kendala
Implementasinya”, Kencana Prenada Media
“Confusianisme
Hidup
Hukum
(Budaya
Dan
Hukum
Grup, Jakarta, 2008. Syawali Husni dan Neni Sri Imanayati, “Hukum
Masyarakat Hukum Pasiran)”, Fakultas
Perlindungan
Konsumen”,
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,
Maju, Bandung, 2000.
CV
Mandar
Todaro, Michael P, “Pembangunan Ekonomi Di
2002. Miru, Ahmadi dan Sutarman Yudo, “Hukum
Dunia Ketiga (Economic Development In
Perlindungan Konsumen”, PT Rajagrafindo
The Third World)”, Penerbit Erlangga,
Utama, akarta, 2004.
Jakarta, 1994.
Nasution, AZ, ”Hukum Perlindungan Konsumen:
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, “Hukum Tentang
2002.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008
Perlindungan
Konsumen”,
Suatu Pengantar”, Diadit Media, Yakarta,
PT
179
Analisis Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen: Studi Tentang Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen
_______,
Gunawan,
Sengketa:
Seri
“Alternatif Hukum
Penyelesaian Bisnis”,
PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2001.
180
Lex Jurnalica Vol.5 No. 3, Agustus 2008