ANALISIS SWOT DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PROGRAM TRANSJAKARTA Ferry Taufik Hidayat1, Rainingsih Hardjo2 1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
E-mail:
[email protected]
Abstrak Setiap perusahaan atau organisasi khususnya yang bergerak dalam bidang jasa bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai organisasi publik memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, salah satunya adalah menyediakan sarana transpotasi umum yang efektif, efisien, nyaman, dan terjangkau. Program Transjakarta bermula dari gagasan perbaikan sistem transportasi umum yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai analisis SWOT dalam meningkatkan pelayanan Program Transjakarta sebagai tindakan yang diambil untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism dengan jenis penelitian deskriptif, murni, cross-sectional, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 4 alternatif strategi yang diperoleh dari menyusun matriks SWOT yang berasal dari identifikasi faktor internal dan eksternal. Dalam rangka meningkatkan pelayanan Program Transjakarta, alternatif strateginya adalah Strategi Weakness-Opportunity (WO), Strategi Strength-Opportunity (SO), Strategi StrengthThreat (ST), dan Strategi Weakness-Threat (WT). Kata Kunci: Analisis SWOT, Strategi, Pelayanan, Transjakarta
SWOT Analysis in Improving Service of Transjakarta Program Abstract Any company or organization, especially those work in the field of services aims to provide a better service to its customers. Jakarta Provincial Government as a public organization has an obligation to provide service to its society, one of which is to provide public transportation that is effective, efficient, comfortable, and affordable. TransJakarta program started from the idea of improvement public transportation system in Jakarta Province. This study discusses the SWOT analysis in improving service of TransJakarta program as the actions taken to utilize existing strengths and opportunities and minimize weaknesses and threats. This study uses the approach of post-positivism to the type descriptive approach, pure research, cross-sectional research, data collection techniques by depth interviews, observation, and literature study. The data analysis technique that used is the method of SWOT analysis. The result showed four alternative strategies acquired from the SWOT matrix formulation that comes from the identification of internal and external factors. In order to improve the service of TransJakarta Program, the alternative strategies are Weakness-
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Opportunity Strategy (WO), Strength-Opportunity (SO) Strategy, Strength-Threat (ST) Strategy, and Weakness-Threat (WT) Strategy. Keywords: SWOT Analysis, Strategy, Services, Transjakarta
Pendahuluan Provinsi DKI Jakarta merupakan ibukota negara Republik Indonesia dengan berbagai aktivitas. Mulai dari aktivitas politik, bisnis dan aktivitas lainnya. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, Provinsi DKI Jakarta selama ini berperan penting dalam upaya menggerakkan perekonomian nasional. Sementara dalam politik, predikat DKI Jakarta sebagai ibukota negara menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan, segala macam urusan yang berkaitan dengan kenegaraan diatur di Jakarta (Sutiyoso, 2007:53). Pertumbuhan kota Jakarta sebagai kota metropolitan sekaligus ibukota negara memiliki daya tarik tersendiri yang menyebabkan terus bertambahnya populasi penduduk yang tinggal maupun penduduk yang bekerja yang berasal dari kota lain. Pada pasca lebaran tahun 2013 yang lalu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta mencatat bahwa penduduk di DKI Jakarta bertambah sebanyak 22.383 orang (www.megapolitan.kompas.com, 2013). Tabel 1 Penduduk DKI Jakarta tahun 2000-2013 Uraian 1. Jumlah Penduduk
Satuan Ribu Orang
2000 8.347,1
2010 9.607,8
2011 9.891,9
2012 9.991,8
2013 10.090,3
a. Laki-Laki Ribu Orang 4.223,1 b. Perempuan Ribu Orang 4.124,0 2.Laju Persen 0,78 Pertumbuan Penduduk 3. Rasio Jenis Laki-Laki per 100 102,3 Kelamin (Sex Wanita Ratio) 4. Kepadatan Penduduk/Km² 12.618 Penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2013
4.870,9 4.736,8 1,42
4.998,9 4.893,0 1,08
5.042,9 4.948,9 1,01
5.087,1 5.003,2 0,99
102,8
102,2
101,9
101,7
14.506
14.935
15.085
15.234
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk di DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ketidakseimbangan antara infrastruktur publik yang tersedia dengan jumlah penduduk yang membutuhkannya menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan kota, termasuk di sektor transportasi. Provinsi DKI Jakarta diprediksikan akan mengalami stagnansi yang sangat akut akibat kemacetan lalu lintas yang tidak dapat terselesaikan (Hendratno,
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
2009:495). Menurut Mantan Menteri Perhubungan Indonesia Jusman Syafi’I Djamal, kemacetan yang dialami oleh Jakarta sebenarnya sudah diprediksi sejak menjabat sebagai Menteri Perhubungan pada tahun 2007. “Saat itu diprediksi bahwa pada tahun 2014 nanti akan terjadi kemacetan dimana orang
yang
keluar
dari
rumahnya
mungkin
langsung
mengalami
macet” (jakarta.kompasiana.com, 2014).
Sumber: Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2013
Gambar 1 Ilustrasi Jumlah Kendaraan (roda 4 atau lebih) Terhadap Luas Jalan di DKI Jakarta Jumlah kendaraan di DKI Jakarta tidak seimbang dengan ketersediaan ruas jalan. Beban jalan menjadi semakin meningkat dari tahun ke tahun dan diprediksi pada tahun 2014 beban jalan tidak mampu lagi menampung jumlah kendaraan bermotor di jalan. Selain itu, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta yang didominasi oleh kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil) sangat tinggi dibandingkan dengan kendaraan umum (mobil penumpang). Berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, dapat dilihat mengenai peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2012 sampai tahun 2013, dengan peningkatan 9,8% pertahun (Tirta, 2014). Kondisi transportasi di DKI Jakarta perlu diperbaiki agar tidak menjadi kota dengan kemacetan lalu lintas yang tinggi akibat kelebihan jumlah pengguna jalan yang didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Kurangnya pelayanan sarana transportasi umum yang terjangkau, aman dan nyaman turut menyebabkan masyarakat menjadi lebih senang membawa kendaraan pribadi daripada naik transportasi umum.
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai organisasi publik memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pada masyarakat, memberikan perlidungan rasa aman, mewujudkan kesejahteraan sosial dan keadilan, dalam hal ini adalah menyediakan sarana transpotasi umum yang efektif, efisien, nyaman, dan terjangkau. Salah satu bentuk program pengembangan sistem transportasi adalah perbaikan pelayanan transportasi umum pada program Transjakarta. Program ini bermula dari gagasan perbaikan sistem angkutan umum di DKI Jakarta yang mengarah kepada kebijakan prioritas angkutan umum. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun Pola Transportasi Makro (PTM) sebagai perencanaan umum pengembangan sistem transportasi di wilayah DKI Jakarta yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas, Angkutan Jalan, dan Perkeretaapian serta Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2007 tentang Pola Transportasi Makro. Mengacu pada PTM tersebut, untuk tahap awal realisasinya dibangun suatu jaringan sistem angkutan umum massal yang menggunakan bus pada jalur khusus (Bus Rapid Transit/BRT). Dalam perkembangannya, sarana transportasi Transjakarta mengalami permasalahan dari segi pelayanan yang diberikan seperti tidak berfungsi nya fasilitas di halte-halte maupun di dalam bus Transjakarta sendiri.
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2014
Gambar 2 Antrian Penumpang dan Rusaknya Fasilitas Transjakarta
Masalah lainnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 adalah lamanya waktu tunggu bus, khususnya di jam-jam macet seperti pada jam berangkat dan pulang kerja. Pada jam-jam tersebut pengguna Transjakarta harus menunggu antara 30 menit hingga 1 jam untuk bisa mendapatkan bus. Minimnya fasilitas penumpang diffable, walaupun telah ada lift untuk mempermudah penumpang menuju halte-halte tertentu seringkali ditemukan rusak dan tidak berfungsi. Selain itu, jembatan penghubung halte yang belum steril dari para pedagang yang mengganggu kenyamanan dan kebersihan.
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Sebagai dampak dari permasalah kurang optimalnya pelayanan yang diberikan pada Program Transjakarta, terjadi penurunan tren jumlah penumpang yang terjadi pada tahun 2011 lalu jumlah penumpang transjakarta mencapai 114.783.824 orang pertahun sedangkan pada tahun 2012 hanya mencapai 111.251.687 orang pertahun (Unit Pengelola Transjakarta, 2014). Menentukan strategi yang tepat dengan melihat kondisi internal dan eksternal menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan pelayanan Program Transjakarta. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui analisis SWOT dalam meningkatkan pelayanan Program Transjakarta. Tinjauan Teoritis Agar dapat menganalisis dan membahas penelitian, Peneliti mengambil beberapa teori dari berbagai pendapat para ahli. Teori-teori yang digunakan adalah teori pelayanan publik, strategi pelayanan, analisis SWOT dan transportasi. Menurut Lovelock (1991:7), service adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami. Pelayanan publik merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991:39). Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ratminto, 2005:5). Pelayanan transportasi Transjakarta termasuk kedalam produk penyediaan layanan yang disediakan oleh pemerintah, Lembaga Adminisrasi Negara (2003:183) membedakan karakteristik penyediaan pelayanan oleh pemerintah mencangkup hal-hal antara lain: 1) Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraanya, 2) memiliki kelompok kepentingan yang luas termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholder), 3) memiliki tujuan sosial, 4) dituntut untuk akuntabel kepada publik, 5) memiliki konfigurasi indicator kinerja yang perlu kelugasan (complex and debated performance indicators), serta 6) seringkali menjadi sasaran isu politik.
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Menurut Rangkuti (2009:3), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, pembahasan strategi pelayanan lebih mengacu pada strategi pelayanan sektor publik. Lembaga Administrasi Negara (2003:182), menjelaskan dalam rangka mewujudkan strategi pelayanan yang mampu memuaskan masyarakat pelanggan, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Visi dan Misi Pelayanan b. Pelanggan c. Tujuan dan Sasaran Pelayanan d. Standar Pelayanan dan Ukuran Keberhasilan Pelayanan e. Peningkatan Kualitas Pelayanan f. Rencana Tindak Pelayanan g. Kepuasan Masyarakat Pelanggan h. Penanganan Keluhan dan Pengaduan SWOT adalah suatu alat perencanaan strategi yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal (Kurtz 2008:45). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2001:18). Analisis SWOT dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui indikasi kekuatankekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini menitikberatkan pada kondisi stratejik internal dan eksternal organisasi. Kondisi internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan (S dan W), sedangkan faktor eksternalnya adalah peluang dan ancaman (O dan T). Fred R. David menjelaskan bahwa ada beberapa faktor pada kedua kondisi eksternal dan internal sebagai berikut (David, 2011:61): 1) Kondisi Eksternal Kondisi eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori: (1) kekuatan ekonomi; (2) sosial, budaya, lingkungan demografi, dan alam; (3) politik, pemerintahan, dan hukum; (4) teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. 2) Kondisi Internal Kinerja organisasi akan ditentukan oleh sumber daya internal yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yang mencakup: sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi. Sumber daya fisik meliputi semua pabrik dan peralatan, lokasi, teknologi, bahan baku, mesin; sumber daya manusia mencakup
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
semua karyawan, pelatihan, pengalaman, kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kemampuan; dan sumber daya organisasi termasuk struktur perusahaan, proses perencanaan, sistem informasi, paten, merek dagang, hak cipta, database, dan sebagainya (Barney, 1991:469). Berangkat dari pendapat Barney, Fred R. David menjabarkan lebih lanjut mengenai kondisi internal meliputi: (1) Budaya Organisasi; (2) Manajemen; (3) Pemasaran; (4) Keuangan; (5) Produksi; (6) Pengembangan; (7) Manajemen Sistem Informasi (David, 2011:97) Interaksi dari keseluruhan kombinasi tersebut dapat digambarkan dalam gambar 2.2 matriks SWOT. Tabel 2 Matriks SWOT INTERNAL (EFAS) (IFAS) EKSTERNAL Opportunities (O) Faktor-faktor peluang eksternal Threats (T) Faktor-faktor ancaman eksternal
Strengths (S) Faktor-faktor kekuatan internal
Weakness (W) Faktor-faktor kelemahan internal
Maxi-maxi (Strengths/Opportunities) ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Maxi-mini (Strengths-Threats) ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Mini-maxi (Weaknesses/Opportunities) ciptakan strategi yang menggunakan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Mini-mini (Weaknesses-Threats) ciptakan strategi yang menggunakan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman.
Sumber: Rangkuti, 2001:31
Istilah transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Nasution (1996:80) kemudian menjelaskan cara yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bus kota adalah dengan meningkatkan: 1
Keselamatan dan Keandalan Perjalanan Bus KotaKetepatan Waktu
2
Kemudahan Pelayanan
4. Kenyamanan 5. Kecepatan 6. Efisiensi Energi 7. Produktivitas 8. Subsidi 9. Tarif
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Metode Penelitian Pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan post-positivism. Guba dan Lincoln (1994) dalam Miller (2007: 144) menjelaskan bahwa post-positivisme memiliki perbedaan dari paradigma positivisme dengan memberikan keleluasaan dalam menganalisa suatu temuan dalam penelitian. Kedudukan teori bukan sebagai alat ukur atau menguji suatu hipotesa, akan tetapi sebagai guidance atau pemandu agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas. Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian murni (pure research/basic research) dan penelitian cross-sectional, yaitu pada periode Februari 2014 – Juni 2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Wawancara dilakukan kepada Deputi Gubernur Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta, beberapa manajer dan staff di Unit Pengelola Transjakarta, pramudi, masyarakat dan LSM Dewan Transportasi Kota (DTKJ). Observasi yang dilakukan peneliti adalah mengamati hal-hal yang berkaitan dengan kondisi internal dan eksternal yang selanjutnya dilakukan analisis SWOT dengan melakukan pengamatan di beberapa halte Transjakarta, bus Transjakarta dan dinas-dinas terkait. Penelusuran dokumen dilakukan dengan membaca literatur atau artikel yang terkait dengan penelitian yang diambil dari internet, buku, media massa, dan dokumen-dokumen terbitan pemerintah. Penelitian ini berlokasi di Jakarta, khususnya di Unit Pengelola Transjakarta, Gedung Balai Kota, dan halte Transjakarta. Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang telah didapatkan yang berasal dari wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen untuk membagi kedalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Selanjutnya dilakukan identifikasi unsur-unsur yang dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, kesempatan dan peluang dari Transjakarta yang kemudian diimplementasikan dalam matrik SWOT. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebelum menentukan strategi pelayanan program Transjakarta, peneliti perlu membagi dua faktor berupa faktor internal dan eksternal dari program Transjakarta. Faktor Internal dibagi kedalam beberapa faktor seperti segi organisasi, sumber daya manusia, produksi, pemasaran, keuangan, dan sistem informasi manajemen.
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
1. Faktor Internal Organisasi Transjakarta telah mengalami beberapa kali perubahan. Dengan rencana berubahnya status organisasi Transjakarta menjadi PT, ada banyak potensi bisnis yang dapat dikembangkan. Namun, pelaksanaan perubahan status organisasi ini baru dilakukan tahun depan, dan saat ini masih dalam tahap peralihan dan dibawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Selain itu, status Transjakarta yang masih di bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta ini menjadi salah satu penghambat untuk mengembangkan rencana pengadaan sarana dan prasarana seperti pengadaan bus tahun lalu untuk mendukung pelayanan. Kebijakan pada bidang SDM yaitu upaya peningkatan produktivitas serta penyediaan tenaga-tenaga profesional melalui rekruitmen, pengembangan, dan penilaian kinerja. Selain itu untuk menjamin kualitas pelayanan yang dilakukan oleh SDM dapat meningkat, pihak Transjakarta menerapkan punishment atau sanksi bagi petugasnya yang melakukan pelanggaran. Hal lain yang menjadi kekuatan SDM pada Transjakarta adalah jumlah pegawai dan petugas yang dimiliki untuk mendukung pelayanan di lapangan. Tabel 3 Kekuatan SDM Transjakarta Berdasarkan Tempat Tugas No
Tempat Tugas
Jumlah
Keterangan
1
Tata Usaha
139 orang
2
Satuan Pengawas Internal
11 orang
3
Operasionak
2.348 orang
On Board, Pengemudi, Teknisi
4
Sistem Tiket
1.349 orang
Kasir
5
Pengendalian
1.537 orang
Petugas Patroli, Barrier, Pam Transit
6
Prasarana Total
971 orang
Pam Malam, Cleaning Service
6.355 orang
Sumber: Unit Pengelola Transjakarta, 2014
Berdasarkan tempat tugas hanya sedikit pegawai yang bekerja di dalam kantor, sebagian besar SDM nya yang berada di bidang Operasional, Sistem Tiket, Pengendalian, dan Prasarana, yang merupakan petugas lapangan dan garis terdepan dalam melakukan pelayanan langsung kepada penumpang. Kekurangan yang ditemukan adalah tidak ada pemberian reward atau penghargaan bagi petugas yang telah melakukan tugas dan fungsi dengan baik. Dalam upaya peningkatan produksi program Transjakarta, dilakukan dengan penambahan jumlah armada bus. Walaupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan telah melakukan penambahan jumlah armada, tetapi masih ada keluhan dari penumpang yang merasa kurangnya bus yang tersedia menyebabkan penumpang menunggu
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
bus terlalu lama. Yang menjadi kekurangan adalah masih ada bus-bus yang beberapa masih tipe lama dan belum dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti bus yang baru, seperti CCTV, layar pemberitahuan halte, voice announcer, dan lain-lain. Fasilitas keselamatan didalam bus banyak ditemukan kurang layak lagi, seperti tali pegangan penumpang yang lepas, pintu otomatis bus yang rusak dan harus ditutup secara manual oleh petugas on board, palu pemecah kaca apabila terjadi keadaan darurat tidak berada pada tempatnya, kotak P3K yang kosong, dan lain sebagainya. Masalah lainnya adalah terbatasnya SPBBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas). Karena SPBBG ini didukung untuk menyediakan bahan bakar bus Transjakarta selama 24 jam, maka SPBBG terus dipenuhi bus yang mengisi bahan bakar yang menyebabkan antrian bus setiap harinya. Dengan demikian waktu tempuh yang diperlukan untuk pengisian per-bus Transjakarta berkisar antara 2-3 jam per-hari, dengan terbuangnya waktu yang digunakan untuk mengisi bahan bakar akan berpengaruh pada ketersediaan bus di setiap halte untuk mengangkut penumpang. Pemasaran program Transjakarta dilakukan denan cara menggunakan e-ticketing system yang meniru sistem seperti di Transmilenio Bogota. Dalam prakteknya dilapangan terdapat pro dan kontra tentang sistem tiket yang baru ini. Sosialisasi mengenai e-ticketing ini dirasakan belum berjalan secara menyeluruh, menurut observasi peneliti di lapangan, masih ada beberapa halte seperti Juanda dan Petojo yang memperbolehkan penumpang untuk membeli tiket secara manual. Peneliti melihat belum adanya konsistensi untuk menerapkan sistem ini secara menyeluruh di semua halte. Walaupun demikian, Transjakarta dapat dikatakan berhasil dalam hal menarik masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Hal ini ditandai terjadinya peningkatan penumpang yang terjadi setiap tahunnya yang dapat dilihat pada Grafik berikut ini.
Sumber: Unit Pengelola Transjakarta, 2014
Grafik 1 Pertumbuhan Penumpang dari tahun 2004-2013
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini merupakan kekuatan utama dalam sumber pendapatan Transjakarta. Subsidi operasional masih diperlukan mengingat tarif penumpang ditetapkan oleh pemerintah sehingga kekurangannya harus dipenuhi dari subsidi pemerintah. Subsidi tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menjadikan Transjakarta sebagai angkutan umum yang murah namun berkualitas. Namun, adanya subsidi dari Pemerintah Daerah melalui APBD ini menyebabkan masalah lain pada Transjakarta. Ketergantungan terhadap subsidi dari pemerintah dapat menyebabkan terhambatnya pelayanan yang ingin dilakukan oleh pihak Transjakarta dan inovasi tidak berjalan karena kurang nya anggaran yang harus disesuaikan dengan APBD setiap tahun nya. Transjakarta telah memiliki sistem informasi baik yang ada di bus-bus yang baru saat ini maupun sistem untuk mengetahui keberadaan bus melalui GPS. Untuk menjamin pelayanan terhadap penumpang, petugas on board selain bertugas mengawasi penumpang dan pramudi bus mempunyai fungsi sebagai penyedia informasi kepada penumpang mengenai rute yang dituju. Kedepannya, Transjakarta akan menggunakan sistem fleet management untuk memenuhi kebutuhan pelayanan. Sistem GPS saat ini memiliki kekurangan karena sekedar alat untuk memonitor dan memantau posisi bus saja. Selain sistem informasi yang digunakan, penyampaian informasi terkait adanya masalah dalam pengoperasian bus seperti kerusakan bus dapat dikatakan telah ditanggapi dengan cepat. Walaupun ada respon yang cepat dari teknisi dari kantor pusat, namun dari segi perawatan bus masih dikatakan kurang. Operator banyak yang belum merenovasi secara maksimal bus-bus yang keadaannya sudah kurang layak lagi. 2. Faktor Eksternal Pada analisis faktor eksternal ini peneliti membagi dalam beberapa faktor seperti segi politik, sosial, ekonomi dan budaya. Faktor-faktor eksternal ini merupakan faktor yang membentuk ancaman/hambatan (threat) dan peluang (opportunity) untuk menganalisis strategi dengan teknik SWOT, dengan penjelasan sebagai berikut: Dalam politik, pada saat mengambil kebijakan seringkali ada ketidaksesuaian kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Pusat. Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginginkan diselenggarakannya transportasi masal yang terintegrasi dan berkesinambungan yang didukung dengan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi. Disisi lain pemerintah pusat menginginkan kebijakan terselenggaranya mobil murah bagi masyarakat. Konsistensi untuk menekan pertumbuhan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor juga tidak didukung dengan kebijakan
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
pembatasan BBM bersubsidi, ditambah lagi dengan kebijakan baru yang memberikan kesempatan kepada rakyat membeli mobil murah yang pada akhirnya menyebabkan semakin banyak orang menggunakan BBM yang bersubsidi. Peluang untuk tetap dikembangkannya program Transjakarta ini didukung dengan adanya kebijakan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memprioritaskan pada program pengembangan sistem transportasi pada RAPBD tahun 2014. Selain itu program Transjakarta termasuk kedalam PTM (Pola Transportasi Makro) dengan ditetapkannya Keputusan Gubernur No. 103 tahun 2007 tentang Transportasi
Makro
Pemerintah
Provinsi
DKI
Jakarta
yang
merupakan
Pola
rencana
pengembangan sistem transportasi di Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2004 hingga 2020. Kondisi sosial, pengembangan wilayah kota secara horizontal ke pinggiran kota (urban sprawl) akibat urbanisasi dan pertambahan jumlah penduduk yang besar, meningkatkan perjalanan komuter yang tinggi sehingga menyebabkan tuntutan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Penduduk DKI yang semakin mengalami pertumbuhan ini merupakan demand atau tuntutan kebutuhan yang tinggi untuk mendapatkan sarana transportasi yang aman dan nyaman. Untuk itu Pemerintah DKI Jakarta terus merencanakan menambahkan jumlah armada sebagai supply, guna menutupi kebutuhan transportasi saat ini. Semakin bertambahnya penduduk yang menggunakan Transjakarta, maka semakin besar potensi pasar yang menyebabkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan karcis/tiket. Selain dari faktor peluang, terdapat kondisi sosial di Jakarta yang menyebabkan ancaman terhadap pelayanan Transjakarta. Seperti banyaknya pelanggaran yang dilakukan pengendara kendaraan pribadi yang menerobos jalur busway dikarenakan lalu lintas yang macet di satu sisi jalan. Akibat dari ketidakpatuhan berlalu lintas, banyak terjadi kecelakaan yang menyebabkan banyak korban jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2013 sendiri tercatat ada 904 kasus yang terdiri dari 10 korban meninggal dunia, 4 orang luka berat dan 53 orang luka ringan(Laporan Unit Pengelola Transjakarta, 2014). Tidak tersedianya asuransi kecelakaan bagi penumpang menjadi faktor penghambat karena Transjakarta harus mengalokasikan anggaran yang tidak terduga apabila terjadi kecelakaan. Kondisi ekonomi dilihat berdasarkan terbatasnya supply bahan bakar dari SBBG menjadi ancaman bagi pelayanan Transjakarta. Hal
ini menyebabkan lama nya waktu
pengisian bahan bakar di Stasiun SPBBG. Bus Transjakarta yang seharusnya mengangkut penumpang di halte menjadi terlambat kedatangannya. Ditambah lagi dengan kualitas bahan bakar yang buruk. Masalah ini menjadi mata rantai menurunnya pelayanan yang dilakukan Transjakarta. Akibat kualitas BBG yang buruk dan kurangnya pemeliharaan komponen, menyebabkan komponen bahan bakar bus lebih cepat mengalami kerusakan sehingga tidak
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
sesuai dengan lifetime pabrikan. Dari faktor peluang, dengan rencana perubahan bentuk kelembagaan menjadi PT membuat pihak manajemen Transjakarta dapat memanfaatkan kerja sama dengan pihak swasta dengan mengadakan perjanjian bisnis. Pada tahun lalu terdapat beberapa perusahaan swasta yang menyumbangkan bus BKO pada pihak Transjakarta, tetapi karena masih ada yang bermasalah dari segi teknis dan administrasinya, bus tersebut baru mulai disetujui beroperasi saat ini. Dimulainya pengoperasian bus ini salah satu peluang Transjakarta untuk menggali potensi bisnis dengan pihak swasta dengan pemasukan dari iklan-iklan. Budaya masyarakat yang ingin cepat sampai tujuan dan ingin mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya, seringkali mengakibatkan terjadinya antrian penumpang di halte yang tidak teratur. Ditambah lagi kondisi cuaca yang panas menyebabkan penumpang jadi emosi dan terkadang melampiaskan kekecewaannya kepada petugas. Bentuk desain halte yang baru juga tidak efektif mengatasi panas yang dirasakan penumpang yang menunggu di halte. Setelah peneliti melakukan observasi di Halte Karet yang baru saja diresmikan pada Jum’at, 6 Juni 2014, yang perlu diperhatikan pertama, adalah pada cuaca yang panas dan berangin menyebabkan kondisi menjadi berdebu, ditambah posisi halte yang berada di tengah jalan besar. Kedua, apabila terjadi hujan air dapat masuk ke dalam halte, akibatnya terjadi genangan air yang mengganggu penumpang menunggu bus. 3. Matriks SWOT Sebelum membuat matriks SWOT, peneliti mengelompokkan faktor-faktor internal yaitu unsur Strength atau Kekuatan dan Weakness atau Kelemahan seperti yang ditampilkan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Faktor-Faktor Internal dalam Analisis SWOT dalam Meningkatkan Pelayanan Program Transjakarta No 1 2 3 4 5 6
Isu Utama Rencana perubahan bentuk organisasi dari BLUD menjadi PT Sudah ada fit and proper test untuk menjaring SDM yang berkualitas Penambahan jumlah armada bus yang terus dilakukan dan bertahap Penumpang yang meningkat Tarif bus murah karena di subsidi Terdapat voice announcer dan petugas on board untuk membantu penumpang
Unsur SWOT
STRENGTH
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
7 8 9 10 11 12 13 14
Saat ini masih berbentuk BLUD yang kurang fleksibel membuat kebijakan sendiri Belum disahkannya SOP dan SPM baru yang jelas dan lengkap Belum berjalannya pemberian reward kepada pegawai Banyaknya bus yang tidak beroperasi dan fasilitas keselamatan (P3K, palu kaca, tali pegangan) tidak tersedia. Terbatasnya produksi dan jumlah SPBBG Sistem e-ticketing kurang maksimal Masih tergantung pada subsidi dan APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Sistem GPS yang hanya sekedar monitoring dan sistem pusat tidak online dengan BCT di halte
WEAKNESS
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2014
Selain faktor internal, peneliti mengelompokkan faktor-faktor eksternal yaitu unsur Opportunity atau Peluang dan Threat atau Ancaman seperti yang ditampilkan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5Faktor-Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT dalam Meningkatkan Pelayanan Program Transjakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25
Isu Utama Didukung kebijakan PTM dan RAPBD 2014 dengan prioritas pengembangan sistem transportasi Meningkatnya jumlah penduduk Rencana kerja sama dengan swasta mengenai bus BKO, iklan, dan investasi bisnis lainnya. Ketidaksesuaian kebijakan Pemda dan Pusat dalam hal transportasi Memerlukan persetujuan dari politik, dari DPRD, Gubernur untuk pengadaan bus Banyak pelanggar jalur busway karena tingkat kemacetan semakin tinggi Banyaknya kecelakaan lalu lintas Wewenang petugas dibawah kepolisian Kualitas BBG kurang bagus Kondisi cuaca yang panas menyebabkan penumpang emosi Desain halte baru belum memberi kenyamanan bagi penumpang
Unsur SWOT
OPPORTUNITY
THREAT
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2014
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Tahap selanjutnya adalah memasukkan semua faktor-faktor internal dan eksternal kedalam sebuah matriks yang disebut Matriks SWOT untuk menemukan strategi antara gabungan dari keempat unsur Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6 Matriks SWOT (IFAS) INTERNAL
Strengths (S)
Weakness (W)
1. Rencana perubahan bentuk organisasi dari BLUD menjadi PT 2. Sudah ada fit and proper test untuk menjaring SDM yang berkualitas 3. Penambahan jumlah armada bus yang terus dilakukan dan bertahap 4. Penumpang yang meningkat 5. Tarif bus murah karena di subsidi 6. Terdapat voice announcer dan petugas on board untuk membantu penumpang
1. Saat ini masih berbentuk BLUD yang kurang fleksibel membuat kebijakan sendiri 2. Belum disahkannya SOP dan SPM baru yang jelas dan lengkap 3. Belum berjalannya pemberian reward kepada pegawai 4. Banyaknya bus yang tidak beroperasi dan fasilitas kurang memadai 5. Terbatasnya produksi dan Stasiun pengisian BBG 6. Sistem e-ticketing kurang maksimal 7. Masih tergantung pada subsidi dan APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 8. Sistem GPS yang hanya sekedar monitoring dan sistem pusat tidak online dengan BCT di halte
(EFAS) EKSTERNAL Opportunities (O)
1.
1. Didukung oleh kebijakan PTM dan RAPBD 2014 dengan prioritas pengembangan 2. sistem transportasi 2. Meningkatnya jumlah penduduk 3. Rencana kerja sama 3. dengan swasta mengenai bus BKO, iklan, dan investasi bisnis lainnya.
Threats (T)
1.
Membentuk kebijakan 1. pengembangan transportasi umum dengan tetap memberikan subsidi serta bantuan sarana dan prasarana 2. kepada penyedia layanan. Memperluas dan meningkatkan layanan untuk melayani 3. penduduk Jakarta yang semakin bertambah. Mengembangkan dan memberikan kemudahan kerja sama dengan pihak swasta.
Menjalankan standar pelayanan dengan baik dan didukung
Mulai merencanakan kebijakan dan strategi bisnis yang mandiri dan inovatif tanpa harus bergantung pada bantuan pemerintah. Melakukan perbaikan bus dan fasilitas penunjang pelayanan dengan kerjasama dengan swasta. Membangun sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi lain dan lalu lintas di Provinsi DKI Jakarta.
1. Menetapkan dan melaksanakan SPM dan SOP yang sudah jelas dan
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
93
1. Ketidaksesuaian kebijakan Pemda dan Pusat dalam hal transportasi 2. 2. Memerlukan persetujuan dari DPRD untuk pengadaan bus 3. Banyak pelanggar jalur busway karena tingkat kemacetan semakin tinggi 4. Banyaknya kecelakaan lalu lintas 5. Wewenang petugas dibawah kepolisian untuk sterilisasi jalur 6. Kualitas BBG kurang bagus 7. Kondisi cuaca yang panas menyebabkan penumpang emosi 8. Desain halte baru belum memberi kenyamanan bagi penumpang Sumber: Data Olahan Peneliti, 2014
keputusan politik yang memprioritaskan pengembangan transportasi umum. Memperkuat kerja sama dengan polisi dan garnisun yang konsisten menjaga jalur tetap steril.
lengkap untuk menjamin kualitas pelayanan 2. Memperbaiki kualitas bahan bakar dan memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang.
4. Strategi Strength – Opportunity (SO) Pertama, yaitu dengan membentuk kebijakan pengembangan transportasi umum dengan tetap memberikan subsidi serta bantuan sarana dan prasarana kepada penyedia layanan. Kebijakan untuk menyediakan transportasi publik harus didukung dengan kebijakan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat diharapkan mendukung kebijakan untuk menggunakan transportasi umum, daripada mengeluarkan kebijakan mobil murah lebih baik mengeluarkan kebijakan pengadaan bus atau angkutan umum yang murah dan melengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Selain itu, strategi yang kedua adalah memperluas dan meningkatkan layanan untuk melayani penduduk Jakarta yang semakin bertambah. Diperlukan evaluasi tentang pertumbuhan jumlah penduduk untuk menentukan kebijakan penambahan bus. Strategi SO yang terakhir adalah dengan mengembangkan dan memberikan kemudahan kerja sama dengan pihak swasta dengan skema Public Private Partnership. Dengan rencana perubahan bentuk organisasi menjadi PT, Transjakarta memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kerja sama dengan pihak swasta untuk menambah pendapatan. 5. Strategi Strength – Threat (ST) Pertama adalah menjalankan standar pelayanan dengan baik dan didukung keputusan politik yang memprioritaskan pengembangan transportasi umum. Standar pelayanan seperti
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Key Performance Indicator secara bertahap harus dilaksanakan oleh setiap operator dan petugas Transjakarta. Hal ini dikarenakan operator dan petugas Transjakarta yang dahulu belum terbiasa dengan aturan perlu dilatih untuk mematuhi aturan secara bertahap. Untuk mengatasi hambatan lain seperti jalur yang tidak steril, strategi yang kedua adalah memperkuat kerja sama dengan polisi dan garnisun yang konsisten menjaga jalur tetap steril. Program sterilisasi jalur harus secara konsisten diterapkan tanpa melihat status yang melanggar. Jika diperlukan pihak Transjakarta membentuk perjanjian kerja yang secara tegas dengan polisi dan garnisun agar mematuhi kontrak perjanjian kerja guna menjamin jalur Transjakarta tetap steril dari kendaraan pribadi. Selain itu, untuk memastikan jalur yang disterilisasi tadi berjalan dengan efektif dan terus menerus perlu didukung dengan penambahan separator dan perbaikan jalan berlubang yang berkordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum. 6. Strategi Weakness – Opportunity (WO) Strategi yang pertama adalah mulai merencanakan kebijakan dan strategi bisnis yang mandiri dan inovatif tanpa harus bergantung pada bantuan pemerintah. Rencana Transjakarta untuk menjadi PT harus diiringi dengan pembentukan rencana bisnis yang matang dengan melakukan evaluasi hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki saat masih menjadi BLUD dibawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu strategi yang kedua adalah dengan melakukan perbaikan bus dan fasilitas penunjang pelayanan dengan kerjasama dengan swasta. Pihak Transjakarta diharapkan melakukan manajemen perawatan bus dengan baik untuk meminimalkan terjadi kerusakan bus, perawatan dapat dilakukan dengan kerja sama dengan pihak swasta seperti pengadaan onderdil dan kelengkapan bus pada perusahaan-perusahaan otomotif. Kemudian mengadakan kerja sama untuk menyediakan layanan menuju halte Transjakarta dengan pihak ketiga, seperti park and ride di tempat-tempat tertentu yang berdekatan posisinya dengan jalur Transjakarta. Strategi selanjutnya adalah dengan membangun sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi lain dan lalu lintas di Provinsi DKI Jakarta. Terjadinya penumpukkan penumpang yang terjadi di halte salah satunya diakibatkan oleh bus yang beroperasi pada jalur tersebut kurang memadai. Sistem fleet management yang saat ini diharapkan dapat diterapkan pada seluruh koridor. 7. Stategi Weakness – Threat (WT) Tindakan yang diambil pertama adalah menetapkan dan melaksanakan SPM dan SOP yang sudah jelas dan lengkap untuk menjamin kualitas pelayanan. Dengan adanya SPM dan SOP yang baru, apabila terjadi pelanggaran dapat dikenai sanksi dan dapat digunakan sebagai
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
alat pengukur kinerja dari Transjakarta. Strategi kedua adalah memperbaiki kualitas bahan bakar dan menyediakan tempat pengisiannya. Kendala yang terjadi saat ini ditemukan bahwa kualitas BBG masih rendah, karena bercampur air dan oli, selain itu masih banyak SPBBG yang penuh dan terjadi antrian bus yang mengakibatkan berkurangnya waktu operasi bus dan menumpuknya penumpang di halte. Rencana pembangunan SPBBG perlu didukung dengan program alternatif seperti pengisian berjalan. Strategi lainnya adalah memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menempatkan petugas-petugas yang tidak memakai seragam yang menyamar sebagai penumpang. Perlu dikembangkan upaya baru yang lebih efektif menangkap para pelaku. Setiap bus juga harus memenuhi standar keselamatan penumpang, misalnya palu pemecah kaca darurat, tali pegangan, kamera CCTV, kotak P3K, dan lain sebagainya. Apabila penumpang merasa aman dan nyaman, diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan kesimpulan dan saran analisis SWOT dalam meningkatkan pelayanan Program Transjakarta sebagai berikut: 1. Strategi
Strength-Opportunity
(SO)
yaitu
dengan
membentuk
kebijakan
pengembangan transportasi umum dengan tetap memberikan subsidi serta bantuan sarana dan prasarana kepada penyedia layanan, memperluas dan meningkatkan layanan untuk melayani penduduk Jakarta yang semakin bertambah, mengembangkan dan memberikan kemudahan kerja sama dengan pihak swasta. 2. Strategi
Weakness-Opportunity
(WO)
yang
dilakukan
diantaranya
mulai
merencanakan kebijakan strategi bisnis yang mandiri dan inovatif tanpa harus bergantung pada bantuan pemerintah, melakukan perbaikan bus dan fasilitas penunjang pelayanan dengan kerjasama dengan swasta, membangun sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi lain dan lalu lintas di Provinsi DKI Jakarta. 3. Strategi Strength-Threat (ST) yaitu dengan menjalankan standar pelayanan dengan baik dan didukung keputusan politik yang memprioritaskan pengembangan transportasi umum, memperkuat kerja sama dengan polisi dan garnisun yang konsisten menjaga jalur tetap steril. 4. Strategi Weakness-Threat (WT) yaitu dengan menetapkan dan melaksanakan SPM dan SOP yang sudah jelas dan lengkap untuk menjamin kualitas pelayanan,
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
memperbaiki kualitas bahan bakar serta memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Saran Saran yang peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan kerjasama dan kordinasi antara kepolisian, TNI, pemerintah pusat, swasta dan pihak lain yang terkait. Kerjasama dapat dilakukan dengan dibuatnya MoU (Memorandum of Understanding) yang bersifat memaksa bagi para pihak, dan dapat melakukan upaya hukum perdata atas dasar gugatan wan prestasi atau ingkar janji. 2. Diperlukan kerja keras dari pihak Unit Pengelola Transjakarta untuk terus mendesak pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk memberi perhatian lebih terhadap peningkatan pelayanan Program Transjakarta dalam bentuk penyampaian usulan dan rencana pengembangan program. 3. Melakukan penyesuaian pelayanan yang disediakan dengan melihat supply and demand yang ada. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu melakukan evaluasi secara berkala agar dapat mengambil kebijakan secara cepat dan tepat untuk memenuhi demand yang diperlukan masyarakat, dan didukung dengan supply yang cukup, baik dari segi anggaran dan sumber daya. Daftar Referensi Buku: David, Fred. R. (2011). Strategic management: concepts and cases. Fred R. David.—13th ed. Francis Marion University, Florence, South Carolina. Lembaga Administrasi Negara. (2003). Sistem Admnistrasi Negara Kesatuan Indonesia (SANKRI) Buku I. Perum Percetakan Negara RI, Jakarta.
Republik
Lovelock, Cristoper. (1991). Service Marketing. Eaglewoold Cliffts: NJ Pretice Hall Inc, 1991. Miller, Gerald J. (2007). Kaifeng Yang Handbook of Research Methods in Public Administration, Second Edition Public Administration and Public Policy. CRC Press, Tailor & Francis Group. Nasution, HMN, (1996). Manajemen Transportasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Rangkuti, Freddy. (2001). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Pustaka Utama. _______, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ratminto dan Winarsih Atik Septi.(2005). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014
Sutiyoso. (2007). Megapolitan: Pemikiran tentang Strategi Pengembangan Kawasan Terpadu dan Terinterigasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur. Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.Thoha, Miftah. (1991). Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. Yogyakarta: media Widya Mandala Jurnal/Artikel/Online/Database: Hendratno, Edie Toet. (2009). Masalah Transportasi Kota Dilihat dengan Pendekatan Hukum, Sosial dan Budaya. Mimbar Hukum Volume 21, Nomor 3. Diunduh pada 5April 2014.http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/viewFile/315/170 Januarius K, Fabian. (2013). Pasca-Lebaran, Penduduk DKI Bertambah 22.383. Diunduh pada 1 April 2014. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/23/1315382/PascaLebaran. Penduduk.DKI.Bertambah.22.383 Saputra, Andika Tirta. 2014. Jumlah Kendaraan Bakal Terus Meningkat. Diunduh pada 10 Februari 2014. http://www.jurnas.com/news/119061/Jumlah_Kendaraan_Bakal_Terus_Meningkat/1/Nusanta ra/Ibu_Kota#sthash.oQdwZb0Y.dpuf Soleh, Ahmad. (2014). Kado ultah Jakarta raport merah jokowi. Pada 1 Juli 2014. http://jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2014/06/21/kado-ultah-jakarta-raport-merahjokowi-663483.html Unit Pengelola Transjakarta. (2014). Laporan Rencana Strategi Bisnis. UP Transjakarta, DKI Jakarta.
Analisis SWOT..., Ferry Taufik Hidayat, FISIP UI, 2014