ANALISIS SPASIAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp:
[email protected]/Abstract This study aims to identify patterns of spatial concentration of Small and Medium Enterprises in East Nusa Tenggara judging by the amount of labor and production as well as the factors that affect the employment period 20052009. Analysis tools used include: Spatial Analysis, Geographic Information Systems, and multiple linear regression. This study found that the distribution of Small and Medium Enterprises in East Nusa Tenggara is not evenly distributed geographically, when viewed from the employment and production quantities. In some counties and cities experienced employment and production quantities are high, while some others were experiencing employment and production quantities are low. It also reinforced the results of multiple linear regression analysis with panel data with the result that all explanatory variables X1 (business units), X2 (investment), X3 (production) and X4 (raw materials) are able to explain to the employment of Small and Medium Industries in East Nusa Tenggara. Keywords: Spatial analysis, small and medium industry Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola konsentrasi spasial Industri Kecil dan Menengah di propinsi Nusa Tenggara Timur dilihat dari jumlah tenaga kerja dan produksi serta faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja periode 2005-2009. Alat analisis yang digunakan meliputi; Analisis Spasial, Sistem Informasi Geografis,dan regresi linear berganda. Penelitian ini menemukan bahwa distribusi Industri Kecil dan Menengah di Nusa Tenggara Timur memang tidak merata secara geografis, bila dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan jumlah produksi. Di beberapa kabupaten dan kota mengalami penyerapan tenaga kerja dan jumlah produksi yang tinggi, sementara sebagian yang lain justru mengalami penyerapan tenaga kerja dan jumlah produksi yang rendah. Hal ini juga diperkuat dari hasil analisis regresi linear berganda dengan data panel dengan hasil bahwa semua variabel penjelas X1 (unit usaha), X2 (investasi), X3 (produksi) dan X4 (bahan baku) mampu menjelaskan terhadap penyerapan tenaga kerja Industri Kecil dan Menengah di Nusa Tenggara Timur. Kata Kunci: Analisis spasial, industri kecil dan menengah
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) potensi
PENDAHULUAN Industri Kecil dan Menengah
lokal
termasuk
yang
mengatur
dimilikinya, IKM
daerah.
(IKM) merupakan salah satu sektor
Basis kegiatan IKM di daerah adalah
yang penting dalam perekonomian
rakyat
Indonesia. IKM menjadi sektor yang
merupakan salah satu pondasi penting
penting di Indonesia karena mampu
dalam
menyediakan sehingga
IKM
banyak
Karena
itu
perekonomian
IKM
nasional,
lapangan
kerja,
sehingga pemerintah daerah perlu
menjadi
sumber
memberikan perhatian yang lebih
pendapatan primer maupun sekunder bagi
kecil.
di
Di lain sisi, IKM memiliki
Indonesia. Selain itu, IKM juga
potensi berkembang dan telah terbukti
memiliki peran yang penting dalam
mampu
perekonomian daerah dan mendorong
perekonomian
pertumbuhan ekspor sektor non migas
misalnya krisis 1997/98. Karena itu,
dan menjadi industri pendukung yang
pemerintah daerah harus menciptakan
memproduksi komponen dan suku
lingkungan
cadang bagi perusahaan besar.
sehingga memudahkan IKM dapat
Di
rumah
era
tangga
banyak pada pengembangan IKM.
desentralisasi,
bertahan
pada
saat
menghadapi
krisis,
bisnis
berkembang
yang
secara
kondusif
optimal.
pemerintah daerah berusaha untuk
Kebijakan-kebijakan di setiap daerah
mengembangakan IKM di daerahnya
harus dapat membantu IKM untuk
sebagai
berkembang.
salah
satu
usaha
mendorong pertumbuhan
untuk
ekonomi
Berdasarkan data tahun 1996
bahwa
IKM di Indonesia mampu menyerap
pengembangan IKM di daerah sangat
221.972 tenaga kerja. Sedangkan
erat
tahun
daerah.
Kita
menyadari
kaitannya
dengan
dengan
2006
meningkat
otonomi daerah. Otonomi daerah
496.628.
yang
semenjak
perbandingan peringkat penyerapan
tahun 2001 menyebabkan daerah
tenagakerja, Propinsi Nusa Tenggara
memiliki kesempatan untuk mengatur
Timur
daerahnya
mengalami peningkatan penyerapan
diimplementasikan
Pemerintah
masing-masing. daerah
Bila
menjadi
merupakan
dilihat
propinsi
dari
yang
mengelola
yang cukup bagus. Dari peringkat 25
penggunaan sumberdaya berdasarkan
pada tahun 1996 dengan jumlah
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
157
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) tenaga kerja 540 orang, meningkat
tentang konsentrasi IKM di Propinsi
menjadi peringkat 15 pada tahun
Nusa Tenggara Timur dilihat dari
2006 dengan jumlah 9.305 orang.
jumlah penyerapan tenaga kerja dan
Bila
dilihat
dari
tabel
1,
produksi serta faktor-faktor yang
perbandingan peringkat penyerapan
mempengaruhi
tenagakerja, Propinsi Nusa Tenggara
kerja periode 2005-2009.
Timur
merupakan
propinsi
penyerapan
tenaga
yang
Suatu daerah umumnya dan
mengalami peningkatan penyerapan
suatu kota khususnya berkembang
yang cukup bagus. Dari peringkat 25
karena
pada tahun 1996 dengan jumlah
kota-kota dan daerah-daerah tidak
tenaga kerja 540 orang, meningkat
dapat
menjadi peringkat 15 pada tahun
(Isard,1975).
aglomerasi.
tanpa
aglomerasi
Karena
aglomerasi,
2006 dengan jumlah 9.305 orang.
perusahaan-perusahaan
dapat
Kondisi
bahwa
melakukan produksi dengan biaya
keberadaan IKM di propinsi Nusa
(rata-rata) yang lebih rendah atau
Tenggara Timur mampu memberikan
yang
kotribusi yang cukup besar terhadap
penghematan
aglomerasi
penyerapan tenaga kerja. Penelitian
(aglomeration
economies).
ini
ini
akan
menunjukkan
mengetengahkan
terjadi
Perkembangan
sering
disebut
dengan
kajian
Tabel 1. Perbandingan IKM Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Per Provinsi Tahun 1996 dan 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tahun 1996 Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur D K I Jakarta Sumatera Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Bali D I Yogyakarta Nusa Tenggara Barat Lampung Sumatera Selatan Nanggroe Aceh D
Jml TK (orang) % 64.444 29,0 40.946 18,4 38.745 17,5 19.469 8,8 5.870 2,6 4.945 2,2 4.716 2,1 4.650 2,1 4.251 1,9 3.920 1,8 3.685 1,7 3.563 1,6 3.178 1,4
Tahun 2006 Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Lampung D K I Jakarta Nanggroe Aceh D Banten Bali Sumatera Barat Sumatera Selatan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
Jml TK (orang) % 101.220 20,4 89.251 18,0 71.801 14,5 18.980 3,8 17.457 3,5 16.024 3,2 14.068 2,8 14.010 2,8 13.412 2,7 12.909 2,6 12.253 2,5 11.639 2,3 10.794 2,2
158
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) 2.891 2.626 2.131 2.081 2.005 1.539 1.164 1.024 981 977 944 540 402 285
14 Riau 15 Sumatera Barat 16 Maluku 17 Jambi 18 Kalimantan Selatan 19 Kalimantan Timur 20 Sulawesi Tenggara 21 Sulawesi Tengah 22 Kalimantan Barat 23 Bengkulu 24 Kalimantan Tengah 25 Nusa Tenggara Timur 26 Maluku Utara 27 Timor Timur 28 29 30 31 32 33 Total
221.972
1,3 1,2 1,0 0,9 0,9 0,7 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,2 0,2 0,1
D I Yogyakarta Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Riau Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Gorontalo Maluku Papua Sulawesi Barat Kepulauan Riau Bangka Belitung Maluku Utara Papua Barat 100 Total
10.293 9.305 9.042 6.717 6.657 6.299 5.130 4.897 4.839 4.822 4.248 2.976 2.856 2.782 2.775 2.373 2.100 1.934 1.550 1.215 496.628
2,1 1,9 1,8 1,4 1,3 1,3 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,2 100
Sumber: Dihitung dari BPS (1996; 2006) Ada dua macam agglomeration
Penghematan lokalisasi terjadi
economies; Pertama, penghematan
karena tiga alasan; pemilihan input
lokalisasi (Localization economies)
bersama dalam jumlah besar dari
terjadi
rata-rata
perusahaan-perusahaan sejenis dalam
perusahaan-
lokasi yang sama dari pemasok input
perusahaan yang sejenis (dalam suatu
yang sama, ekonomi pasar tenaga
industri) pada lokasi yang sama turun,
kerja
bila jumlah produksi dari industri itu
pekerjaan dilokasi yang sama), dan
naik. Kedua, penghematan urbanisasi
komunikasi
(urbanization economies) terjadi bila
pertukaran informasi dan penyebaran
biaya total rata-rata (produksi) dari
teknologi antara pekerja-pekerja dari
tiap perusahaan turun, bila jumlah
perusahaan-perusahaan).
produksi
Penghematan urbanisasi terjadi untuk
bila
biaya
(produksi)
disuatu
total
dari
dari lokasi
berbagai yang
(Supono, 1999:15).
industri
sama
naik
(pekerja
mudah
ekonomi
berganti
(mudahnya
alasan–alasan
yang
sama
penghematan
lokalisasi
seperti (Supono,
1999:16). Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
159
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Pendekatan mengkaitkan
lain
adalah
aglomerasi
Penghematan
akibat
skala
sebagai
ekonomi muncul karena perusahaan
suatu bentuk spasial dengan konsep
menambah produksi dengan cara
“penghematan aglomerasi” melalui
memperbesar pabrik (skala ekonomi).
konsep eksternalitas. Para ekonom
Penghematan biaya terjadi dengan
biasanya membedakan antara: (1)
meningkatkan skala pabrik sehingga
penghematan internal dan eksternal
biaya produksi per unit dapat ditekan.
(internal
external
Ini berbeda dengan penghematan
economies); (2) penghematan akibat
akibat cakupan yang terjadi karena
skala
cakupan
sejumlah aktivitas atau sub-unit usaha
(economies of scale dan economies of
secara internal maupun eksternal
scope) (Scott & Storper, 1992: 6-7).
dapat dilakukan pada saat yang
economies
ekonomis
dan
dan
Penghematan internal adalah
bersamaan
sehingga
menghemat
suatu hubungan pengurangan biaya
biaya. Skala ekonomis pada tingkat
secara
perusahaan
internal
di
dalam
suatu
agaknya
perusahaan atau pabrik. Seberapa jauh
ditransformasikan dalam keuntungan
pengurangan biaya dapat dicapai pada
yang meningkat (increasing returns)
suatu perusahaan tergantung apakah
pada
efisiensi dapat ditingkatkan
interaksi kumulatif dari keterkaitan ke
atau
dipertahankan. Beberapa faktor yang
tingkat
perkotaan
melalui
depan dan belakang.
berperanan dalam pengurangan biaya
Markusen (1996) menyatakan
secara internal meliputi: pembagian
bahwa aglomerasi merupakan suatu
kerja (spesialisasi), digantinya tenaga
lokasi yang “tidak mudah berubah”
manusia dengan mesin, melakukan
akibat adanya penghematan eksternal
sub-kontrak beberapa aktifitas proses
yang terbuka bagi semua perusahaan
produksi kepada perusahaan lain, dan
yang letaknya berdekatan dengan
menjaga titik optimal operasi yang
perusahaan lain dan penyedia jasa-
meminimalkan biaya (Toyne, 1974:
jasa; dan bukan akibat kalkulasi
59-62). eksternal
Sedang
penghematan
perusahaan atau para pekerja secara
merupakan
pengurangan
individual.
Weber (1929) adalah
biaya yang terjadi akibat aktifitas di
salah seorang yang pertama-tama
luar lingkup perusahaan atau pabrik.
mengajukan
pertanyaan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
mengapa 160
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) pabrik-pabrik
cenderung
berlokasi
sebagai fungsi dari output dan tenaga
saling berdekatan. Menurut Weber,
kerja.
ekonomi aglomerasi (deglomerasi)
estimasi
menentukan
homogenitas (degree of homogeneity)
apakah
industri
Dari
parameter-parameter diperoleh
tingkat
terkonsentrasi di suatu tempat atau
yang
tersebar di lebih dari satu tempat
ekonomi atau ekonomi lokalisasi
(lihat Kuncoro, 2002).
untuk
Kuncoro studi
(2002),
tentang
melakukan
dinamika
industri
manufaktur
dengan
tahun
di
spasial Indonesia
pengamatan
1976
merepresentasikan
tingkat
skala
industri.
Hasilnya
memperlihatkan bahwa hampir semua industri
tiga
mempunyai
dijit
di
tingkat
Indonesia
homogenitas
lebih besar daripada satu. Keadaan ini
sampai 1999. Studi ini menegaskan
merupakan
bahwa aglomerasi industri besar dan
ekonomi
sedang sangat berhubungan dengan
terkonsentrasinya industri di daerah
konsentrasi
perkotaan besar (large urban areas).
perkotaan
di
Jawa.
Aglomerasi industri manufaktur dan
pertanda
pentingnya
lokalisasi
Fonomena
yang
bagi
sekarang
populasi yang besar telah berkembang
banyak berkembang pada bidang
di Jabotabek dan Greater Bandung di
industri adalah terbentuknya kluster
bagian barat, dan Greater Surabaya di
industri
bagian timur pulau Jawa. Daerah-
perusahaan yang ada didalamnya
daerah tersebut menawarkan daya
memiliki
aglomerasi yang kuat, yang pada
ketergantungan
akhirnya akan menarik baik orang
Konsentrasi
maupun perusahaan-perusahaan.
yang
Juoro
(1989),
geografis
dimana
hubungan yang
antar
saling kuat.
perusahaan-perusahaan
memiliki
kesamaan
proses
menganalisa
produksi maupun saling melengkapi
faktor-faktor penentu bagi konsentrasi
kebutuhan input, mendominasi pasar
di
dunia
Indonesia
(sekaligus
ia
juga
belakangan
ini.
Sebuah
menganalisa konsentrasi industri di
perusahaan akan memilih lokasi kerja
Filipina). Dengan mempergunakan
yang berdekatan dengan perusahaan
fungsi
yang
penghasil bahan bakunya. Sebuah
dikembangkan oleh Dhrymes (1965),
perusahaan akan memilih lokasi kerja
ia melakukan regresi upah (wages)
yang berdekatan supplier, konsumen,
serupa
CES
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
161
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) maupun kompetitor mereka karena
Porter mengemukakan dua tipe
hal tersebut akan menurunkan biaya
kluster yaitu kluster vertikal dan
transaksi,
proses
kluster horisontal. Kluster vertikal
produksi menjadi lebih efesien dan
terbenuk oleh industri yang memiliki
membuat usaha adopsi teknologi
hubungan
terbaru menjadi lebih mudah.
Sedangkan
serta
Kluster
membuat
digunakan
menggambarkan
untuk
konsentrasi
pembeli
dan
kluster
penjual. horisontal
terbentuk oleh industri yang memiliki kesamaan
pasar
produknya,
perusahaan-perusahaan yang mampu
teknologi, tenaga kerja, serta sumber
menghasilkan sinergi karena faktor
daya alam (Porter, 1990).
kedekatan
geografis
maupun
hubungan
ketergantungan
diantara
Sedangkan menurut Rosenfeld (1997),
kluster
industri
adalah
mereka walaupun bukan merupakan
industri yang terkonsentrasi secara
kumpulan perusahaan yang mampu
geografis yang bergerak pada bidang
menyerap
yang sama, atau merupakan yang
tenaga
kerja
secara
dominan.
terkait, maupun industri pendukung
Studi
yang
paling
sering
yang memiliki hubungan komunikasi,
dijadikan acuan oleh pendekaan ini
pengunaan infrastruktur yang sama,
adalah hasil studi Porter (1990) yang
tenaga
menetapkan
menghadapi peluang dan ancaman
empat
Diamond-diamond
diamond. itu
adalah
kerja
dan
jasa
serta
yang sama.
persaingan antar perusahaan dalam
Beberapa ciri kluster (Hunphrey
kluster, permintaan lokal, peranan
& Schmitz, 1995,p.3) yaitu: pertama,
industri
industri
Kluster regional adalah konsentrasi
faktor
beberapa perusahaan pada lokasi dan
teorinya
sektor tertentu. Konsentrasi geografis
terkait
dan
pendukung,
serta
kondisi
produksi.
Walaupun
berdasarkan pada sistim nasional
biasanya
merupakan
tetapi dia menekankan bahwa faktor
tenaga kerja dan sering digunakan
kedekatan lokasi adalah hal yang
sebagai representasi pasar tenaga
penting dan daerah dalam banyak hal
kerja daerah dan kemudian dijadikan
lebih berperan daripada bangsa dalam
sebagai pembanding pasar tenaga
menciptakan keuntungan kompetitif.
kerja nasional.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
konsentrasi
162
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Kedua, Sebuah kluster biasanya terdiri
dari
perusahaan
perusahaan akan bekerja sama dalam
kecil
dan
melakukan inovasi berdasarkan asas
pada
kepercayaan dan aktivitas inovasi ini
dalam
akan dilakukan oleh sebuah lembaga
perekonomian sebuah negara. Ketiga,
formal seperti pusat jasa industri,
Perusahaan-perusahaan dalam kluster
pusat
membentuk jaringan produksi lokal
maupun pusat pelatihan tenaga kerja.
yang menggabungkan subkontraktor
Dengan demikian maka kluster akan
pada level produksi yang sama dan
memiliki
kemudian external ekonomi akan
meningkatkan
muncul ketika beberapa perusahaan
Berdasarkan
melakukan spesialisasi pada beberapa
penelitian
fase
industri kecil dan menengah di Nusa
(biasanya
perusahaan
menengah) industri
beberapa
sistem inovasi regional. Perusahaan-
yang yang
dalam
bergerak dominan
jaringan
produksi.
Perusahaan-perusahaan itu berkerja
pengembangan
teknologi
kemampuan
untuk
produksinya. uraian
ini
akan
ini,
maka
menganalisis
Tenggara Timur.
bersama seperti layaknya sebuah unit produksi yang sangat besar. Keempat,
METODE PENELITIAN
itu
Tahapan analisis yang pertama
mengadopsi sistem produksi yang
dilakukan dengan mengikuti langkah
fleksibel sehingga mereka memiliki
sebagai
peralatan produksi yang fleksibel.
Memberikan peringkat dari terbesar
Menggunakan
yang
sampai terkecil dari data yang akan
fleksibel ataupun bergantung pada
dianalisis. Kedua, Mencari rata-rata
subkontraktor
data dan standar deviasi. Ketiga,
Perusahaan-perusahaan
tenaga
maupun
kerja
perusahaan
berikut:
pertama,
lain dalam mengadopsi perubahan
Membagi
4
kategori
dengan
volume
menjumlahkan
rata-rata
dengan
produksi
maupun
model
standar deviasi dan mengurangkan
produk. Kelima, Pada sebuah distrik
rata-rata
dengan
standar
deviasi,
kluster
sehingga terbentuk 4 katerogi yaitu:
ditentukan oleh kondisi sosial dan
1) Kategori peringkat I di atas rata-
kebudayaan daerah tersebut. Keenam,
rata di tambah standar deviasi; 2)
pada beberapa kluster akan tumbuh
Kategori peringkat II di antara rata-
industri,
aktivitas
sebuah
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
163
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) rata dan penambahan rata-rata dengan
beberapa prosedur standar dalam
standar deviasi; 3) Kategori peringkat
merancang dan menggunakan SIG,
III
dan
yaitu: pengumpulan data, pengolahan
pengurangan rata-rata dengan standar
data awal, konstruksi basis data,
deviasi; dan 4) Kategori peringkat IV
analisis
di
penyajian grafis.
di
antara
bawah
rata-rata
pengurangan
rata-rata
dengan standar deviasi. Analisis
yang
dan
kajian
spasial,
dan
Tahapan analisis yang ketiga yaitu
yaitu analisis regresi dengan data
Informasi
panel. Dengan mempertimbangkan
Geografi (SIG). SIG digunakan untuk
keung-gulan-keunggulan data panel
memetakan data jumlah tenaga kerja,
maka dalam penelitian ini akan
unit usaha, produksi dan investasi
digunakan pendekatan data panel
berdasarkan peringkat pada analisis
dalam upaya mengestimasi model
spasial. SIG pada dasarnya adalah
yang ada. Teknik yang dipakai adalah
suatu tipe sistem informasi, yang
OLS
memfokuskan pada penyajian dan
Adapun spesifikasi model panel yang
analisis
akan diestimasi dalam penelitian ini
menggunakan
Sistem
realitas
beratnya
kedua
geografis.
adalah
menganalisis
mengelola
data
dengan
Titik dan suatu
(Ordinary
Least
Square).
adalah sebagai berikut: Yrt 0 1 X 1rt 2 X 2 rt 3 X 3 rt 4 X 4 rt ert
sistem informasi. SIG pada dasarnya adalah jenis khusus
informasi,
yang
kerja di kabupaten/kota selama tahun
representasi
dan
2005-2009; X1, X2, X3, X4 masing-
SIG
masing adalah unit usaha, investasi,
sistem
memperhatikan manipulasi
dimana Yrt adalah penyerapan tenaga
realita
geografi.
mentransformasikan
data
menjadi
produksi dan bahan baku.
informasi dengan mengintegrasikan sejumlah menerapkan
data
yang
analisis
berbeda,
fokus,
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari
dan
perhitungan
diskriptif
dengan
menyajikan output dalam rangka
analisis
mendukung pengambilan keputusan
bahwa distribusi penyerapan tenaga
(Juppenlatz & Tian, 1996: bab 1).
kerja pada tingkat kabupaten/kota di
Dalam studi ini, akan mengikuti
Nusa
Tenggara
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
memperlihatkan
Timur
memiliki 164
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) kecondongan
positif
(positive
pergeseran meliputi 1 kota dan 2
skewness) dan “tidak normal” secara
kabupaten,
statistik dengan nilai kurtosis dan
Kabupaten Kupang dan Kabupaten
skweness sebesar 3,75 dan 3,84.
Manggarai.
Demikian pula bila dilihat dari jumlah
tergolong peringkat tinggi meliputi 5
produksi, dengan nilai kurtosis dan
kabupaten, yaitu
skewness sebesar 15,50 dan 3,79.
Ndao, Timor Tengah Selatan, Ngada,
Kondisi ini menunjukkan adanya
Sumba Timur dan Kabupaten Sumba
ketidakmerataan
Barat.
dalam
distribusi
penyerapan tenaga kerja maupun
yaitu
Kota
Kupang,
Sedangkan
Dari
yang
Kabupaten Rote
awal
sampai
akhir
jumlah produksi yang dihasilkan pada
pengamatan
tingkat kabupaten di Provinsi Nusa
penyerapan tenaga kerja di seluruh
Tenggara
Timur.
kabupaten
kabupaten
dan
Di
dan
kota
bahwa
mengalami
mengalami
peningkatan secara terus menerus.
penyerapan tenaga kerja dan jumlah
Namun secara prosentase, kontribusi
produksi
kabupaten
yang
kota
beberapa
terlihat
tinggi,
sementara
dan
kota
terhadap
tenagakerja
Provinsi
sebagian yang lain justru mengalami
penyerapan
penyerapan tenaga kerja dan jumlah
Nusa
produksi yang rendah.
kabupaten dan kota ada yang selalu
Tenggara
Timur,
beberapa
Pada tabel 2 terlihat bahwa
mengalami peningkatan, sementara
tahun 2005 distribusi penyerapan
yang lain ada juga yang mengalami
tenaga
penurunan dan fluktuasi prosentase
kerja
Industri
Kecil
dan
Menengah di Nusa Tenggara Timur
kontribuasinya.
yang
tergolong
penyerapan tenaga kerja yang selalu
tinggi
meliputi
kabupaten Kabupaten
peringkat 1
kota
yaitu
Kota
Sumba
sangat dan
mengalami penigkatan adalah pada
Kupang,
Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten.
Timur
dan
Ngada dan Kabupaten Sumba Barat. Sedangkan
Pada
lainnya
2009
pada
2
Kabupaten Timor Tangah Selatan. tahun
Kontribusi
distribusi
kabupaten mengalami
dan
kota
penurunan
penyerapan tenaga kerja di Nusa
maupun berfluktuasi kontribusinya.
Tenggara
tergolong
Pada tahun 2005, Kota Kupang,
peringkat sangat tinggi mengalami
Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten
Timur
yang
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
165
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Timor Tengah Selatan dan Kabupeten
Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini
Timur Tengah Utara memberikan
menunjukkan
kontribusi masing-masing, 20,31%,
distribusi penyerapan tenaga kerja di
14,71%,
Provinsi
12,23%
dan
7,87%.
Nusa
bahwa
kontribusi
Tenggara
Timur
Kontribusi ke empat kabupaten dan
terkonsentrasi pada wilayah tersebut
kota ini mampu menyumbangkan
di atas.
lebih dari 50% terhadap Provinsi Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil dan Menengah Pada Tingkat Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Timur, 2005-2009 No
Kabupaten/Kota
2005
Tahun 2007
2006
2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kota Kupang Kab. Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Belu Kab. Alor Kab. Lembata Kab. Flores Timur Kab. Sikka Kab. Ende Kab. Ngada Kab. Manggarai Kab. Manggarai Barat
1.910 419 147 1.150 740 437 158 554 362 414 521 222 596 171
1.932 550 231 1.400 799 546 158 631 362 329 572 382 909 178
1.935 419 231 1.750 857 428 158 708 381 614 589 586 949 187
3.061 1.485 1.069 1.505 805 1.420 165 838 663 687 641 1.055 905 408
4.810 2.551 1.265 1.622 753 276 387 940 944 751 731 1.524 2.631 440
15 16
Kab. Sumba Timur Kab. Sumba Barat Jumlah
1.383 270 9.404
1.377 270 10.525
1.037 335 10.994
1.440 917 17.063
1.533 1.498 24.656
Sumber: Data diolah
Pada tahun 2009, Kota Kupang,
Timur. Kondisi ini menunjukkan
Kabupaten Kupang dan Kabupaten
bahwa
Manggarai memberikan kontribusi
penyerapan tenaga kerja pada tahun
masing-masing, 19,51%, 10,67%, dan
2009 di Provinsi Nusa Tenggara
10,
Timur
51%.
kabupaten
Kontribusi dan
menyumbangkan
kota lebih
ke ini
tiga
mampu
dari
40%
terhadap Provinsi Nusa Tenggara
kontribusi
juga
distribusi
terkonsentrasi
pada
beberapa wilayah saja. Dari tenaga
kontribusi
kerja
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
industri
penyerapan kecil
dan
166
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) menengah pada tingkat kabupaten dan
pergeseran kontribusi. Hanya Kota
kota di Provinsi Nusa Tenggara
Kupang
Timur tahun 2005 hingga 2009
memberikan
menunjukkan
adanya
pergeseran
Penurunan
kontribusi
maupun
jumlah
yang
masih
mampu
kontribusi
terbesar.
kontribusi
pada
Kota
Kupang dan pergeseran kontribusi
kontribusinya. Pada tahun 2005 Kota
pada
Kupang, Kabupaten Sumba Timur,
menunjukkan
Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
aktivitas pada industri kecil dan
Kabupeten
menengah pada beberapa kabupaten
Timur
memberikan
Tengah
kontribusi
Utara
terbesar,
kabupaten
yang
adanya
lainnya
peningkatan
di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
namun pada tahun 2009 mengalami Tabel 3. Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil dan Menengah Pada Tingkat Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Timur, 2005-2009 (dalam %) No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kota Kupang Kab. Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Belu Kab. Alor Kab. Lembata Kab. Flores Timur Kab. Sikka Kab. Ende Kab. Ngada Kab. Manggarai
14
Kab. Manggarai Barat
15 16
Kab. Sumba Timur Kab. Sumba Barat
2005
2006
Tahun 2007
2008
2009
20,31 4,46 1,56 12,23 7,87 4,65 1,68 5,89 3,85 4,40 5,54 2,36 6,34
18,36 5,23 2,19 13,30 7,59 5,19 1,50 6,00 3,44 3,13 5,43 3,63 8,64
17,60 3,81 2,10 15,92 7,80 3,89 1,44 6,44 3,47 5,58 5,36 5,33 8,63
17,94 8,70 6,27 8,82 4,72 8,32 0,97 4,91 3,89 4,03 3,76 6,18 5,30
19,51 10,35 5,13 6,58 3,05 1,12 1,57 3,81 3,83 3,05 2,96 6,18 10,67
1,82
1,69
1,70
2,39
1,78
14,71 2,87
13,08 2,57
9,43 3,05
8,44 5,37
6,22 6,08
Sumber: Data diolah
Pada tabel 4 terlihat bahwa
peringkat sangat tinggi meliputi 1
tahun 2005 jumlah produksi Industri
kota dan 2 kabupaten yaitu Kota
Kecil
Kupang, Kabupaten
dan
Tenggara
Menengah Timur
yang
di
Nusa
tergolong
Kupang dan
Kabupaten Timor Tangah Selatan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
167
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Sedangkan yang tergolong peringkat
produksi di seluruh kabupaten dan
tinggi meliputi 4 kabupaten, yaitu
kota mengalami peningkatan secara
Kabupaten Rote Ndao, Flores Timur,
fluktuasi
Sikka dan Kabupaten Sumba Timur.
Kontribusi
Pada
tahun
2009
produksi
pada
setiap
kabupaten
Nusa
Tenggara
kabupaten
dan
mengalami
peningkatan
peringkat mengalami
sangat
yang
tergolong
tinggi
pergeseran
juga
peringkat
dan
kota
terhadap jumlah produksi Provinsi
Industri Kecil dan Menengah di Nusa Timur
tahunnya.
tahun
Tenggara
Timur, kota
berikutnya
beberapa ada
yang
kemudian mengalami
meliputi 1 kota dan 3 kabupaten,
penurunan. Pada tahun 2005 hingga
yaitu Kota Kupang, Kabupaten Timur
tahun 2009, Kota Kupang mampu
Tengah Utara, Flores Timur dan
memberikan kontribusi lebih dari
Kabupaten Sikka. Sedangkan yang
50%,
tergolong peringkat tinggi meliputi 5
kabupaten. Kondisi ini menunjukkan
kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang,
bahwa kontribusi distribusi jumlah
Rote Ndao, Belu, Manggarai,
produksi di Provinsi Nusa Tenggara
dan
Kabupaten Sumba Timur. Dari
awal
sampai
selebihnya
tersebar
di
15
Timur terkonsentrasi di Kota Kupang. akhir
pengamatan terlihat bahwa jumlah Tabel 4. Jumlah Produksi Industri Kecil dan Menengah Pada Tingkat Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Timur, 2005-2009 (Ribuan Rp) No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kota Kupang Kab. Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Belu Kab. Alor Kab. Lembata Kab. Flores Timur Kab. Sikka Kab. Ende Kab. Ngada Kab. Manggarai Kab. Manggarai Barat Kab. Sumba Timur Kab. Sumba Barat
2005 130.098 23.119 5.111 2.119 22.773 3.254 1.517 4.796 8.132 7.002 3.962 1.775 4.608 437 7.446 2.246
2006 145.145 13.466 6.044 5.008 22.773 5.933 1.517 9.274 9.161 7.020 3.962 2.405 3.163 330 8.141 2.453
Tahun 2007 153.495 14.067 6.044 5.835 20.811 10.643 1.517 8.563 17.996 25.800 2.192 2.630 6.732 1.507 5.707 4.238
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
2008 208.548 16.626 7.881 3.257 23.449 9.424 3.052 3.948 27.506 23.299 3.181 2.668 5.716 2.473 9.408 4.533
2009 218.357 16.568 7.444 3.865 25.074 10.079 4.607 2.572 27.406 25.081 3.263 2.820 6.785 4.141 9.946 5.082
168
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Jumlah Sumber: Data diolah
228.387
245.840
290.775
355.040
373.090
Tabel 5. Kontribusi Jumlah Produksi Industri Kecil dan Menengah Pada Tingkat Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Timur, 2005-2009 (%) No
Kabupaten/Kota
2005
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kota Kupang Kab. Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Belu Kab. Alor Kab. Lembata Kab. Flores Timur Kab. Sikka Kab. Ende Kab. Ngada Kab. Manggarai Kab. Manggarai Barat
15
2006
Tahun 2007
2008
2009
56,96 10,12 2,24 0,93 9,97 1,42 0,66 2,10 3,56 3,07 1,73 0,78 2,02 0,19
59,04 5,48 2,46 2,04 9,26 2,41 0,62 3,77 3,73 2,86 1,61 0,98 1,29 0,13
52,79 4,84 2,08 2,01 7,16 3,66 0,52 2,94 6,19 8,87 0,75 0,90 2,32 0,52
58,74 4,68 2,22 0,92 6,60 2,65 0,86 1,11 7,75 6,56 0,90 0,75 1,61 0,70
58,53 4,44 2,00 1,04 6,72 2,70 1,23 0,69 7,35 6,72 0,87 0,76 1,82 1,11
Kab. Sumba Timur
3,26
3,31
1,96
2,65
2,67
Kab. Sumba Barat Jumlah Sumber: Data diolah
0,98 100,00
1,00 100,00
1,46 100,00
1,28 100,00
1,36 100,00
16
Tabel 6. Hasil Estimasi Faktor-faktor Penentu Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil dan Menengah di Nusa Tenggara Timur, 2005-2009 Variabel Independen Konstanta ( C ) X1 (Unit Usaha) X2 (Investasi) X3 (Produksi) X4 (Bahan baku) Adjusted R2 F-statistik DW-statistik Jumlah obserasi Catatan: * **
Model -0,997 0,627 0,099 0,139 0,126
Uji t Hitung -3,354* 12,700* 2,170** 2,051** 2,071** 0,833 99,646 1,44 80
menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 1% menunjukkan signifikansi statistik pada derajat kepercayaan 10%
Dari pengamatan 2005 hingga 2009,
terlihat
bahwa
kontribusi
penyerapan tenaga kerja berbeda dengan kontribusi jumlah produksi
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
169
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) pada tingkat kabupaten dan kota di
kabupaten/kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di
Tenggara Timur periode 2005-2009.
Kota Kupang, kontribusi penyerapan
Angka statistik t disajikan dalam
tenaga kerja produksi pada industri
tanda
kecil dan menengah berkisar 20%
diuraikan interpretasi hasil analisis
namun
ekonometrika berdasarkan model di
kontribusi
produksi
bisa
mencapai lebih dari 50%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa
di
kurung.
Berikut
ini
Nusa
akan
atas.
aktifitas
X1 (Unit Usaha) yang positif
produksi pada produksi industri kecil
mengindikasikan
dan menengah di Kota Kupang, lebih
penambahan
banyak
mengadalkan
(perusahaan)
daripada
penggunaan
teknologi
Propinsi
bahwa
jumlah
bila
unit
maka
ada usaha akan
tenagakerja
menyebabkan meningkatnya tingkat
seperti yang dilakukan di beberapa
penyerapan tenaga kerja di industri
kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara
kecil menengah.
Timur. Sementara pada kabupaten
X2
(Investasi)
menunjukkan
selain Kota Kupang masih lebih
hubungan yang positif dan signifikan
banyak
mengindikasikan
bahwa
dalam proses produksi industri kecil
tinggi
telah
dan menengah.
penyerapan tenaga kerja industri kecil
menggunakan
tenagakerja
Pembahasan berikutnya yaitu mengenai
faktor-faktor
investasi
penentu
X3
(Produksi)
hubungan
menengah di Nusa Tenggara Timur.
mengindikasikan
dukungan
estimasi empiris
memberikan untuk
model
penyerapan tenaga kerja pada tabel 6
tinggi
positif
produksi
signifikan
bahwa
semakin
akan
semakin
X4 (Bahan baku) mempunyai hubungan
(produksi) dan X4 (bahan baku).
mengindikasikan
adalah
dan
di sektor industri kecil menengah.
(unit usaha), X2 (investasi), X3
dependen
mempunyai
mendorong penyerapan tenaga kerja
berdasarkan variabel penjelas X1
Variabel
mendorong
menengah yang lebih besar.
penyerapan tenaga kerja industri kecil
Hasil
semakin
tinggi
positif
produksi
dan
signifikan
bahwa
semakin
akan
semakin
penyerapan tenaga kerja industri kecil
mendorong penyerapan tenaga kerja
menengah
di sektor industri kecil menengah.
untuk
masing-masing
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
170
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Terkonsentrasinya
tenaga kerja dan jumlah produksi
PENUTUP Secara penelitian
umum ini
kesimpulan,
penyerapan
dari
hasil
Industri Kecil dan Menengah pada
diambil
beberapa kabupaten dan kota tertentu,
pertumbuhan
sementara sebagaian yang lain justru
dapat
bahwa
Industri Kecil dan Menengah di Nusa
memiliki tingkat kepadatan
Tenggara
rendah, pada akhirnya akan semakin
Timur
pada
periode
yang
pengamatan 2005-2009 tidak merata
meningkatkan
kesenjangan
antar kabupaten. dan jumlah produksi.
antardaerah. Kondisi ini akan terus
Dari analisis spasial terlihat
berjalan, manakala perintah daerah
bahwa distribusi Industri Kecil dan
maupun
Menengah di Nusa Tenggara Timur
kebijakan tidak segera mengantisipasi
memang
permasalahan tersebut.
tidak
merata
secara
pusat
sebagai
penentu
geografis, bila dilihat dari penyerapan
Pentingnya pembuatan kluster-
tenaga kerja dan jumlah produksi. Di
kluster bagi lokasi Industri Kecil dan
beberapa
Menengah menuntut para penentu
kabupaten
dan
kota
mengalami penyerapan tenaga kerja
kebijaksanaan
dan jumlah produksi yang tinggi,
perhatian yang lebih besar pada
sementara sebagian yang lain justru
pembangunan
mengalami penyerapan tenaga kerja
(infrastruktur)
dan jumlah produksi yang rendah.
peranan
Hal ini juga diperkuat dari hasil analisis
regresi
menaruh
prasarana yang
cukup
mempunyai
besar
dalam
mencipatkan kluster-kluster Industri
berganda
Kecil dan Menengah. Selain itu untuk
dengan data panel dengan hasil
sektor Industri Kecil dan Menengah
bahwa semua variabel penjelas X1
juga perlu diberikan aksesibilitas
(unit usaha), X2 (investasi), X3
yang memadai baik ke pasar maupun
(produksi) dan X4 (bahan baku)
ke
mampu
prasarana
menjelaskan
penyerapan Kecil
linear
haruslah
dan
tenaga
kerja
Menengah
Tenggara Timur.
terhadap
di
faktor
produksi. dan
Perbaikan aksesibilitas
Industri
memungkinkan Industri Kecil dan
Nusa
Menengah untuk berlokasi di daerah perkotaan yang lebih kecil atau bahkan
di
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
daerah
pedesaan. 171
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Tersedianya prasarana transportasi, seperti jalan bebas hambatan, dan sistem kemunikasi yang baik, relatif mudahnya diperoleh jasa-jasa teknik dan keuangan, tersedianya tenaga kerja yang memadai dan relatif rendahnya harga tanah menupakan faktor-faktor yang antara lain menarik industri untuk berlokasi di daerah lain.
Dharmapatni, I. A. I., & Firman, T. (1995). Problems and Challenges of Mega-Urban Regions in Indonesia: The Case of Jabotabek and the Bandung Metropolitan Area. In T. G. McGee & I. M. Robison (Eds.), The MegaUrban Regions of Southeast Asia . Vancouver: UBC Press. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Data Industri Kecil dan Menengah tahun 2005-2009.
DAFTAR PUSTAKA Isard, Aziz, I. J. (1994). Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia (Regional Economics and Its Some Applications in Indonesia). Jakarta: Brulhart, M. (1998a). Economic Geography, Industry Location and Trade: The Evidence. The World Economy, 21(6), 775801.
W. (1960). Methods of Regional Analysis: An Introduction to Regional Science. Cambridge and London: M.I.T Press.
Krugman, P. (1996). Urban Concentration: The Role of Increasing Returns and Transport Costs. International Regional Science Review, 19(1&2), 5-30.
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Data Industri Kecil dan Menengah tahun 2005-2009.
Kuncoro, M. (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. (1st ed.). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Chinitz, B. (1961). Contrasts in Agglomeration: New York and Pittsburg. American Economic Review, 51(2), 279-89.
Kuncoro, M. (2001). Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPPAMP YKPN.
Crampton, G., & Evans, A. (1992). The Economy of an Agglomeration: The Case of London. Urban Studies, 29(2), 259-71.
Kuncoro, M., Adji, A., & Pradiptyo, R. (1997). Ekonomi Industri: Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia (Industrial Economics: Theory, Policy, and Empirical
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
172
Analisis Spasial Industri Kecil .… (Zainal Arifin) Studies in Indonesia). Yogyakarta: Widya Sarana Informatika. Pangestu, M. (1992). Indonesia: Toward Non-oil Exports. In H. Hughes (Ed.), The Dangers of Export Pessimism (pp. 25076). San Fransisco: ICS Press. Pangestu, M. (1997, December 1718). Domestic Competition Policy. Paper presented at the Sustaining Economic Growth in Indonesia: A Framework for the Twenty-First Century, Jakarta.
Porter, M. E. (1998a). Clusters and the New Economics of Competition. Harvard Business Review, NovemberDecember(6), 77-91. Zeitlin, J. (1992). Industrial Districts and Local Economic Generation: Overview and Comment. In F. Pyke & W. Sengenberger (Eds.), Industrial Districts and Local Economic Regeneration. Geneva: ILO.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
173