Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi ANALISIS SISTEM UNIT PELAYANAN JASA ALSINTAN (UPJA) DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI
BAB I
LAPORAN PENELITIAN
IR. THOMSON SEBAYANG, MSP Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program peningkatan produksi pertanian pada dasarnya merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan efisiensi pertanian dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia secara efisien, efektif dan selektif, dengan tujuan agar peningkatan produksi hasil pertanian dapat optimal. Dalam peningkatan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi kegiatan prapanen sampai pada pascapanen memerlukan dukungan dari berbagai sarana dan prasarana produksi yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat mesin pertanian (Alsintan). Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka penggunaan teknologi mekanisasi sudah dikembangkan pada pada subsektor Pertanian Tanaman Pangan. Dengan teknologi mekanisasi pertanian (alat mesin pertanian/Alsintan), sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia akan lebih termanfaatkan dalam rangka peningkatan produksi pertanian, yang pada gilirannya sekaligus akan mengembangkan ekonomi masyarakat. Alsintan yang lazim digunakan diantaranya adalah traktor roda empat, traktor roda dua (Hand Tractor), pompa air (Water Pump), perontok (Power Thresher) dan gilingan padi mini (Rice Milling Unit/RMU). Alat mesin pengolah tanah (tractor/hand tractor) mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan mendukung program pertanaman serempak pada areal yang lebih luas hingga indeks pertanaman (IP) dapat meningkat. Pompa air (Water Pump) ditujukan untuk penyediaan air, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kedua jenis alat tersebut digunakan dalam proses produksi pertanian. Alat mesin perontok (Power Thresher) dan Rice Milling Unit (RMU) merupakan peralatan mesin yang digunakan dalam kegiatan pasca panen. Kedua jenis peralatan tersebut mampu mempercepat proses pasca panen dan meningkatkan mutu hasil. Penggunaan berbagai jenis alat mesin pertanian tersebut, selain meningkatkan efektifitas dan efisiensi usahatani secara teknis dan ekonomis juga akan menciptakan lapangan kerja baru, berupa munculnya unit usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian, yang didukung oleh munculnya usaha penyediaan suku cadang (spare parts) dan perbengkelan perawatan alat dan mesin sebagai dampak ikutannya. Peluang ekonomi sebagai akibat efek ganda (multiplier effects) ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah maupun swasta (dunia usaha).
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-1
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Berdasar pada dampak positip dari pemakaian Alsintan ini, pemerintah melalui proyek sektoral (sub-sektor pertanian) telah menyediakan Alsintan untuk dioperasikan dan dimanfaatkan oleh para petani melalui kelompok yang dibentuk khusus untuk itu, yang dikenal dengan kelompok UPJA. Pada tahun 2000, pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah menyerahkan ke empat jenis peralatan sebagai disebut di atas kepada Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang ada di masing-masing kabupaten. UPJA penerima Alsintan ini mencakup 10 (sepuluh) kabupaten yaitu Langkat, Deli Serdang, Asahan, Simalungun, Labuhan Batu, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Pada setiap kabupaten tersebut alat diserahkan pada kelompok UPJA yang berlokasi di kecamatan/desa. Tarap uji coba telah dilakukan di bawah bimbingan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Utara, konsultan MMC dan produsen/distributor Alsintan itu sendiri. Untuk mengetahui kinerja sistem UPJA dan pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi masyarakat petani, diperlukan suatu penelitian dan analisis berkenaan dengan kelompok UPJA tersebut, dan dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh gambaran perkembangan dan permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya disusun rekomendasi berupa saran pengembangan.
1.2. Tujuan dan Output 1.2.1. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis penggunaan peralatan mesin pertanian (Alsintan) yang dikelola oleh Kelompok UPJA di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang dan dampaknya terhadap pengembangan ekonomi masyarakat. 1.2.2. Output Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya manfaat dan permasalahan yang ada dalam pemanfaatan Alsintan tersebut melalui kelompok UPJA, serta rekomendasi berupa strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangannya. 1.3. a.
Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian
Penetapan Wilayah Penelitian dan Sampel Wilayah penelitian ditetapkan secara purpossive sampling yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Penetapan kedua kabupaten tersebut didasari pertimbangan karena Kabupaten Langkat dan Deli Serdang menerima bantuan keempat jenis alat secara lengkap (pompa air, power thresher, hand tractor dan rice milling unit). Wilayah sampel dari masing-masing kabupaten ditentukan secara berjenjang turun (multi stages sampling) yaitu dua kecamatan, dua desa, tujuh kelompok UPJA di Kabupaten Deli Serdang, dan empat kecamatan, tujuh desa, tujuh kelompok UPJA di Kabupaten Langkat. Pemilihan kelompok UPJA dilakukan secara purpossive yaitu berdasarkan lengkapnya jenis Alsintan yang dikelola. Responden yang diambil ditampilkan dalam tabel 1.1. berikut ini.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-2
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Tabel 1.1. Kelompok UPJA Responden dan Jenis Alsintan Yang Dikelola
Kabupaten
Kecamatan Hamparan Perak
Desa Kota Datar
Deli Serdang Labuhan Deli
Stabat Wampu Langkat Hinai Secanggang
Karang Gading
Kelompok UPJA
Jenis Alsintan
Karya Bakti II Sumber Harapan Tunas Karya Karya Harapan Maju Jaya Jaya Tani Paguyuban
PA PA, PT, RMU HT PT, HT PT, HT, RMU PT, RMU HT
Mangga Pantai Gemi Stabat Lama Stabat Lama Barat Mukapaya Paya Rengas
Pembaharuan Mawar 1 Jambur Tani Lestari
RMU HT PT, HT PT
Subur Tani Ingin Giat
PT, HT RMU
Perkotaan
Suka Maju
HT, RMU
Keterangan : PA = Pompa Air, PT = Power Thresher, HT = Hand Tractor, RMU = Rice Milling Unit b. Survey dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengadakan survey lapangan untuk mengumpulkan data seperti manajemen organisasi UPJA, pengelolaan keuangan kelompok, skala pelayanan, serta kegiatan usahatani padi sawah baik secara mekanisasi dan maupun manual. Survey ini terutama dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung dengan pengelola UPJA dalam hal ini kepada manajer dan operator, dan juga dengan petani pengguna Alsintan milik kelompok UPJA ataupun swasta. Data sekunder diperoleh melalui survey instansional, yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang potensi wilayah penelitian, potensi pengembangan Alsintan, perkembangan luas lahan dan produksi tanaman pangan khususnya padi, kelembagaan dan kebijakan penunjang pengembangan Alsintan. Survey instansional ini dilakukan melalui metode pelacakan (browsing) data sekunder ke instansi/lembaga terkait, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi dan Kabupaten dan Biro Pusat Statistik (BPS). c. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dari lapangan maupun melalui pelacakan instansional selanjutnya dianalisis secara deskriptif melalui metode tabulasi. Sistem tabulasi dilakukan untuk menelaah tentang analisis biaya operasional Alsintan oleh kelompok UPJA dan analisis usahatani baik yang menggunakan alsintan maupun secara manual. d.
Formulasi Masalah Pengembangan Sistem UPJA
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-3
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Berdasarkan hasil analisis data maka selanjutnya diinformasikan permasalahan pengembangan sistem UPJA di wilayah penelitian, yang meliputi aspek organisasi dan aspek pengelolaan Alsintan. e.
Penyusunan Strategi Pengembangan Sistem UPJA Sesuai dengan permasalahan yang telah diformulasikan, maka selanjutnya disusun strategi pengembangan sistem UPJA yang meliputi strategi pengembangan UPJA dan peralatannya, strategi pengembangan pemenuhan modal usaha dan strategi pengembangan sumber daya manusia.
f.
Penyusunan Rekomendasi Rekomendasi disusun berdasarkan strategi pengembangan yang telah diformulasikan dan dititikberatkan pada pengembangan UPJA yang spesifik lokasi dan sesuai dengan kebutuhan petani.
1.4. Sistematika Laporan Sistematika laporan penelitian Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi adalah sebagai berikut : BAB
I
PENDAHULUAN Terdiri atas Latar Belakang, Tujuan dan Output, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pelaporan.
BAB
II
PROSPEK PENGEMBANGAN ALSINTAN Meliputi Potensi Lahan Persawahan, Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija, Kondisi Eksisting dan Prospek Alsintan.
BAB III.
KINERJA SISTEM UPJA DI WILAYAH PENELITIAN Uraian berisi kinerja Sub Sistem Pemberi Jasa, dan Sub Sistem Pengguna Jasa (Petani), Sub Sistem Perbengkelan dan Sub Sistem Permodalan.
BAB IV
PENGELOLAAN KELOMPOK USAHA PEMBERI JASA (UPJA) Meliputi Struktur Organisasi UPJA di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat, Manajemen Pelayanan UPJA, dan Pengelolaan Keuangan dan Sisa Hasil Usaha (SHU).
BAB V
ANALISIS USAHA ALSINTAN KELOMPOK UPJA DI WILAYAH PENELITIAN Terdiri atas Analisis Usaha Hand Tractor, Analisis Usaha Water Pump, Analisis Usaha Power Thresher, dan Analisis Usaha Rice Milling Unit (RMU).
BAB VI.
DAMPAK PENGEMBANGAN ALSINTAN Meliputi Dampak Pada Kesempatan Kerja dan Berusaha, Dampak Peningkatan Efisiensi Pengolahan Tanah dan Penanganan Pasca Panen dan Dampak Pada Percepatan Alih Teknologi.
BAB VII. MASALAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM WILAYAH PENELITIAN
UPJA DI
Masalah Pengembangan Sistem UPJA meliputi Aspek Organisasi dan Aspek Pengelolaan Alsintan. Sedangkan Strategi Pengembangan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-4
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi terdiri atas Strategi Pengembangan Sistem UPJA dan Pengembangan Peralatannya serta strategi pengembangan Sumber Daya Manusia dan Permodalan. BAB VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Menyajikan simpulan-simpulan secara menyeluruh yang mencakup semua kegiatan dalam sistem UPJA. Rekomendasi disajikan dalam bentuk saran-saran baik yang berdasar pada pendekatan teknis dan maupun non teknis, di dalam maupun diluar sistem UPJA.
PROSPEK PENGEMBANGAN ALSINTAN
2.1. Potensi Lahan Persawahan Areal pertanian lahan persawahan di propinsi Sumatera Utara pada dasarnya masih tersedia, namun luasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Lahan baku sawah pada tahun 1997 sebesar 550.243 Ha menurun menjadi 516.783 Ha pada tahun 1999, dengan penurunan sebesar 6,08 %. Jika dilihat penggunaan lahan baku sawah tersebut untuk pertanaman komoditas padi dan palawija, luasnya cenderung meningkat.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-5
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Pada tahun 1997, pertanaman padi seluas 797.545 Ha meningkat menjadi 850.594 Ha pada tahun 2000, atau meningkat sebesar 6,24 %, sedang untuk pertanaman palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar, luasnya cenderung menurun, yakni dari 328.067 Ha pada tahun 1997 menjadi 319.274 Ha pada tahun 2000 atau mengalami penurunan sebesar 2,68 %. Gambaran perkembangan luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat memperlihatkan hal yang sama dengan Propinsi Sumatera Utara. Walaupun sistem irigasi sudah lama dikembangkan, lahan persawahan di kedua kabupaten tersebut masih didominasi lahan sawah tadah hujan. Jenis dan luas lahan sawah di kedua kabupaten tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-6
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Tabel 2.1 Perkembangan Luas Lahan Sawah (Irigasi dan Non Irigasi) di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat No
Jenis Lahan
Deli Serdang
Langkat
1997
1999
1997
1999
4.610 Ha
5.092 Ha
4.995 Ha
6.279 Ha
29.635 Ha
29.894 Ha
1.668 Ha
1.045 Ha
7.475 Ha
4.965 Ha
1.496 Ha
1.699 Ha
1
Irigasi Teknis
2
Irigasi 1/2 Teknis
3
Irigasi S ederhana
4
Irigasi Desa
13.433 Ha
13.971 Ha
1.532 Ha
1.299 Ha
5
Tadah Hujan
31.541 Ha
30.468 Ha
46.051 Ha
38.793 Ha
6
Pasang Surut
497 Ha
2.640 Ha
2.816 Ha
2.258 Ha
6
Lebak, Polder, dll
3.891 Ha
672 Ha
899 Ha
2.203 Ha
91.082 Ha
87.702 Ha
59.457 Ha
53.576 Ha
Jumlah
Sumber : Statistik Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Propinsi Sum.Utara, BPS Sumatera Utara 2.2.
Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija
Perkembangan luas penen dan volume produksi dapat mengindikasikan adanya peluang atau prospek penggunaan alsintan, baik pada kegiatan pra panen maupun pada paska panen. Gambaran luas panen dan produksi tanaman pangan dan palawija di kabupaten Deli Serdang dan Langkat diperlihatkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat (1997) No
Jenis Komoditas
Deli Serdang
Langkat
LP
Pr
LP
Pr
1
Padi Sawah
149.027
659.389
78.826
311.700
2
Padi Ladang
3.757
8.511
467
887
3
Jagung
24.531
54.957
13.617
29.405
4
Kacang Tanah
4.469
4.449
1.177
1.223
5
Kacang Kedelai
14.033
15.920
8.989
9.498
6
Kacang Hijau
6.253
6.168
1.440
1.285
Keterangan : LP = Luas Panen (ha),
Pr = Produksi (ton)
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Sumut,1997
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-7
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Tabel 2.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat (2000) No
Jenis Komoditas
Deli Serdang LP Pr
Langkat LP
Pr
1
Padi Sawah
154.000
719.470
86.900
358.486
2
Padi Ladang
3.967
10.078
1.024
2.371
3
Jagung
25.967
78.914
10.940
31.704
4
Kacang Tanah
3.284
3.212
736
738
5
Kacang Kedelai
1.501
1.630
3.612
3.782
6
Kacang Hijau
2.835
2.816
1.774
1.735
Keterangan : LP = Luas Panen (ha), Pr = Produksi (ton) Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Sumut,2000 Dilihat dari data luas pertanaman dan produksi padi - palawija yang cukup besar dan cenderung meningkat, diperkirakan intensitas pertanaman (IP) padi dan palawija meningkat pula. Untuk mendukung pencapaian nilai intensitas pertanaman (IP) yang besar maka kebijakan dan upaya terobosan yang dilakukan antara lain dengan: •
Mengaktifkan pengairan dan mengoptimalkan penanaman padi dan palawija.
•
Mengolah lahan pertanian dengan sistem mekanisasi.
•
Menyebarluaskan informasi tentang komoditi pertanian yang laku di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan dukungan teknis diantaranya melalui penggunaan alat-alat mesin pertanian (alsintan). 2.3.
Prospek Alat-Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
Usaha di sektor pertanian, termasuk di sub-sektor pertanian tanaman pangan, terus dikembangkan melalui program intensifikasi untuk mendukung swasembada pangan yang berkelanjutan dan program ketahanan pangan nasional maupun daerah. Dalam upaya mencapai peningkatan intensifikasi dalam budidaya tanaman ini maka penggunaan alat-alat dan mesin pertanian mempunyai prospek yang cukup baik. Walaupun penggunaan Alsintan ini di Propinsi Sumatera Utara mengalami penurunan, dimana pada tahun 1997, Alsintan yang masih layak beroperasi berjumlah 14.948 unit dan menurun jumlahnya menjadi 14.536 unit pada tahun 1999, hal ini bukan berarti bahwa alsintan menurun kebutuhannya, namun disebabkan oleh penurunan kemampuan teknis alat itu sendiri karena usia pakainya semakin sedikit (tua). Pada Tabel 2.4. ditampilkan perkembangan jumlah alsintan di propinsi Sumatera Utara.
Tabel 2.4
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-8
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Perkembangan Jumlah Alsintan di Sumatera Utara No
Tahun
Jenis Alsintan
1997
Traktor Roda dua Traktor Roda Empat Pompa Air Power Thresher Rice Milling Unit
1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah
1998
4.670 930 1.388 6.895 1.365
4.815 814 1.161 6.374 1.184
15.284
14.348
Sumber : Statistik Alat-Alat Pertanian, BPS Sumatera Utara Berdasarkan tujuan penggunaannya, berbagai jenis Alsintan yang digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.
Alsintan untuk kegiatan persiapan penanaman, seperti Traktor Roda Empat dan Traktor Roda Dua (Hand Tractor)
2.
Alsintan untuk kegiatan pemeliharaan tanaman, seperti Pompa Air (Water Pump)
3.
Alsintan untuk kegiatan Panen dan Paska panen, seperti Perontok (Power Thresher) dan Gilingan Padi Mini (Rice Milling Unit/RMU)
Di kabupaten Deli Serdang dan Langkat, jumlah alsintan yang masih layak beroperasi tidak seluruh jenis menurun, ada beberapa jenis yang meningkat jumlahnya. Perkembangan jumlah Alsintan di kedua kabupaten ini diperlihatkan pada Tabel 2.5. berikut. Tabel 2.5. Perkembangan Jumlah Alsintan di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat No.
Jenis Alsintan
1
Traktor Roda Dua
2
Deli Serdang 1997
2000
Langkat 1997
1999
1.867 unit
2.622 unit
753 unit
667 unit
Traktor Roda Empat
475 unit
554 unit
14 unit
14 unit
3
Pompa Air
877 unit
483 unit
307 unit
307 unit
4
Power Thresher
2.790 unit
3.331 unit
1.452 unit
1.452 unit
5
Rice Milling Unit
75 unit
70 unit
41 unit
36 unit
6.084 unit
7.060 unit
2.567 unit
2.476 unit
Jumlah
Sumber : Statistik Alat-Alat Pertanian, BPS Sumatera Utara. Ada beberapa macam Alsintan selama beberapa tahun terakhir meningkat dan ada juga yang jumlahnya menurun. Jenis Alsintan yang meningkat adalah Traktor Dari tahun 1997 sampai sebesar 40.6 %, Traktor
jumlahnya
ada di Kabupaten Deli Serdang yang jumlahnya Roda Dua, Traktor Roda Empat dan Power Thresher. dengan tahun 2000, Traktor Roda Dua meningkat Roda Empat meningkat sebesar 16.0 %, sedangkan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-9
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Power Thresher meningkat sebesar
19.4 %.
Alsintan yang menurun jumlahnya adalah Pompa Air dan Rice Milling Unit (RMU). Pada rentang waktu tersebut, pompa air menurun jumlah sebesar 44.9 %, sedang RMU menurun sebesar 6.7%. Penurunan jumlah penggunaan pompa air ini seiring dengan semakin luasnya pembangunan sistem irigasi dan drainase di kabupaten ini. Penggunaan RMU yang menurun diperkirakan disebabkan oleh karena jumlah penggilingan padi besar semakin meningkat. Hal yang berbeda ditemukan di Kabupaten Langkat. Jumlah setiap jenis Alsintan relatif tetap, walau ada beberapa jenis mengalami penurunan. Alsintan yang jumlahnya tetap adalah Traktor Roda Empat, Pompa Air dan Power Tresher, sedangkan Alsintan yang menurun jumlahnya adalah Traktor Roda Dua (-11.4%) dan Rice Milling Unit (-12.2%) Walaupun beberapa jenis Alsintan mengalami penurunan, namun secara umum penggunaan Alsintan semakin intensif dan berkembang, sebagai akibat konsekuensi logis dari teknis budidaya yang semakin berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pertanian di Propinsi Sumatera Utara sudah mulai mengarah ke sistem pertanian modern. Pemilihan tipe dan ukuran Alsintan umumnya dihubungkan dengan luas areal dan jenis tanaman yang dibudidayakan serta jenis kegiatannya. Alsintan yang selektif dalam pemakaiannya akan mampu menjamin keberhasilan petani pada tingkat komersil. Di antara berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan Alsintan adalah penurunan upah kerja yang merupakan komponen biaya produksi yang cukup besar, peningkatan produktivitas lahan karena pengolahan tanah yang lebih sempurna, percepatan waktu dalam penanaman, pemeliharaan dan panen, serta mengurangi kerugian akibat kehilangan hasil di saat panen. Dengan melihat besarnya potensi areal pertanian di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat terutama pada sub sektor pertanian tanaman pangan yang merupakan lapangan usaha sebagian besar masyarakat, besar kemungkinan peluang untuk pengembangan penggunaan Alsintan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja serta memenuhi kekurangan tenaga kerja akan semakin besar pula. Pengembangan penggunaan Alsintan di tingkat petani terus didorong oleh pemerintah. Salah satu upaya pengembangan Alsintan ini adalah melalui pengembangan unit Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). UPJA merupakan rekayasa sosial (social engineering) yang dimaksudkan untuk lebih mendorong pemanfaatan Alsintan oleh petani yang sekaligus merupakan terobosan untuk mengatasi masalah pada kondisi dimana kepemilikan lahan pertanian yang relatif sempit (small scale agribusiness)sehingga kepemilikan Alsintan secara individu tidak menguntungkan. Untuk itu pemecahannya adalah dengan memanfaatkan Alsintan secara bersama-sama (cooperativeness) dengan sistem sewa sehingga akan menguntungkan bersama. Metode ini juga akan mendukung berkembangnya usaha pertanian yang berwawasan agribisnis dimana dengan pengembangan sistim UPJA, akan mendorong tumbuhnya keterkaitan antara onfarm dan off-farm business. Melalui proyek SPL-OECF INP-22, telah didistribusikan 4 (empat) jenis Alsintan yaitu Traktor Roda-2 (hand tractor), Pompa Air (Water Pump), Perontok (Power Thresher) dan Rice Milling Unit (RMU) kepada kelompok UPJA di beberapa kabupaten di Sumatera Utara, dengan perincian seperti terlihat pada tabel 2.6. berikut ini Tabel 2.6. Jumlah Alsintan Pada Kelompok UPJA
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-10
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi melalui Proyek SPL-OECF INP. 22 Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Utara No.
Kabupaten
Kecamatan
Jumlah UPJA
1
Tapanuli Selatan
1.Bt.Angkola 2.Pd.Bolak 3.Barumun Tengah 4.Barumun
2
Tapanuli Tengah
3
Tapanuli Utara
Jenis Alsintan HT
PA
PT
RMU
12 20 33 5
10 20 24 6
0 63 88 13
12 24 26 7
5 5 7 3
1.Manduamas 2.Sorkam 3.Kolang 4.Tapian Nauli 5.Lumut 6.Sibabangun
1 3 4 1 2 2
4 6 10 4 5 6
4 11 13 4 8 8
1 3 5 1 2 3
1 3 3 1 3 4
1.Garoga 2.Muara 3.Pahae Julu 4.Pangaribuan 5.Parmonangan 6.Parlilitan 7.Sipoholon 8.Tarutung
5 6 5 4 4 6 5 4
3 7 4 4 3 4 5 6
4 3 3 4 3 5 5 2
3 7 3 3 3 5 6 6
1 4 1 3 1 1 2 2
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-11
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi
No.
Kabupaten
4
Toba Samosir
5
Labuhan Batu
6
Asahan
7
Deli Serdang
8
Simalungun
9
Karo
10 Langkat
Kecamatan 1.Laguboti 2.Onan Runggu 3.Palipi 4.Harian 5.Sianjur Mula-Mula 6.Habinsaran 7.Lumban Julu 1.Kualuh Hulu 2.Panai Hilir 3.Panai Tengah 4.Kualuh Hilir 1.Air Joman 2.Tjg.Tiram 3.Meranti 4.Pulau Rakyat 1. Labuhan Deli 2.Hamparan Perak 1.Tanah Jawa 2.Dlk.Panribuan 3.Siantar 1.Payung 2.Juhar 3.Lau Baleng 4.Mardingding 5.Tigabinanga 1.Hinai 2.Gebang 3.Selapian 4.Selesai 5.Stabat 6.Secanggang 7.Pd.Tualang 8.Babalan 9.Tj. Pura 6.Munte
Jumlah UPJA 7 5 5 5 6 7 5 3 2 4 4 4 3 2 1 8 6 1 1 2 4 4 2 2 3 6 4 7 5 9 3 6 8 2 2
Jenis Alsintan HT PA PT 7 4 1 5 11 1 5 10 1 5 2 1 6 6 1 6 0 1 5 2 1 8 3 9 12 5 12 24 10 25 20 6 17 11 9 10 11 5 10 11 12 11 13 28 10 16 11 25 23 11 20 4 0 2 4 0 2 7 0 4 4 2 3 4 5 3 3 2 2 4 0 1 3 2 2 4 3 2 4 0 4 5 1 6 4 3 4 5 11 4 3 1 2 4 0 3 5 0 6 2 0 2 2 0 2
Jumlah 270 390 406 Keterangan : HT = Hand Tractor, PA = Pompa Air, PT = Power Thresher, RMU = Rice Milling Unit. Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Utara, 2001
RMU
330
Keseluruhan Alsintan yang diserahkan kepada berbagai UPJA tersebut adalah 390 unit Hand Tractor, 406 unit Pompa Air, 330 unit Power Thresher dan 110 unit RMU. Pada pengadaan Alsintan tersebut Kabupaten Deli Serdang memperoleh 39 unit Hand Tractor, 22 unit Pompa Air, 45 unit Power thresher dan 6 Unit RMU, sedangkan Kabupaten Langkat memperoleh 36 unit Hand Tractor, 19 unit Pompa Air, 33 unit Power Thresher dan 7 unit RMU.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-12
3 1 1 1 1 3 3 2 1 3 6 5 3 4 2 5 1 2 2 4 0 0 0 0 0 1 1 0 1 2 1 1 0 0 0 110
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi III KINERJA SISTEM UPJA DI WILAYAH PENELITIAN Sistem Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan gabungan dari empat sub-sistem yang saling terkait. Keempat sub-sistem mencakup: 1). subsistem Pemberi Jasa, 2). sub-sistem Pengguna Jasa/Petani, 3). sub-sistem Perbengkelan (workshop) dan 4). sub-sistem Permodalan/Pendanaan. Untuk menggambarkan kinerja sistem UPJA secara komprehensif, maka berikut ini diuraikan kinerja setiap sub sistem dan selanjutnya dikaji dan dianalisis keterkaitan (linkages) antar sub-sistem tersebut. 3.1. Sub-sistem Pemberi Jasa (Kelompok UPJA) Sub-sistem Pemberi Jasa adalah kelompok UPJA (struktur) yang mempunyai kegiatan (fungsi) memberikan jasa pelayanan kepada pengguna jasa yaitu petani baik perorangan maupun kelompok tani. Dari kelompok UPJA yang di survey di kedua kabupaten, diketahui bahwa tidak seluruh UPJA mengelola ke empat jenis alsintan secara lengkap (Hand Tractor, Water Pump, Power Thresher dan RMU). Dari 7 kelompok UPJA yang di survey di Kabupaten Deli Serdang, hanya 3 kelompok yang mengelola alsintan secara lengkap sedang 4 kelompok lainnya mengelola hanya beberapa jenis saja. Di Kabupaten Langkat, seluruh kelompok UPJA mengelola hanya 1 sampai 3 jenis alsintan (tidak lengkap). Tabel 3.1 Gambaran Kelompok UPJA Responden Kabupaten
Deli Serdang
Langkat
Kelompok UPJA
Manajer
Jumlah Operator
HT
PA
PT
RM
Karya Bakti II
Suradi
20
4
5
4
-
Sumber Harapan
Arbain
13
2
2
2
1
Tunas Karya
Sarli
24
5
-
4
-
Karya Harapan
Arbani
14
3
-
3
-
Paguyuban
Sofyan
10
2
1
3
-
Jaya Tani
Muhadi
15
2
1
3
1
Maju Jaya
Sukardi
13
2
1
3
1
Mawar
Sanik
8
1
3
-
Pembaharuan
Warsino
2
-
-
1
Lestari
Aris
3
-
1
1
-
Jambur Tani
Kasim
2
1
1
1
-
Suka Maju
Suyono
5
1
-
-
1
Subur Tani
Haryanto
2
1
-
1
-
Ingin Giat
Supomo
3
-
-
-
1
Sasaran layanan jasa yang diberikan selama ini tidak saja ditujukan kepada anggota kelompok UPJA, tetapi ada juga kepada petani di luar kelompok tani di desa bersangkutan. Beberapa kelompok telah merencanakan untuk menawarkan pemberian jasa di luar desa sebagai upaya perluasan daerah pemasaran.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-13
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Jasa layanan yang ditawarkan dari sub-sistem Pemberi Jasa, terdiri dari empat jenis yaitu: 1. Jasa Pengolahan Tanah mempergunakan Hand Tractor, kegiatan utama adalah pelukuan dan pengglebekan/penggaruan. 2. Jasa Perontokan dengan Power Thresher, kegiatan utama perontokan gabah padi yang memenuhi standar kualitas Alsintan.
adalah
3. Jasa Pengairan dengan Water Pump (pompa air), baik untuk suplai air persawahan, penyiraman maupun untuk pengeringan lahan sawah (drainase). 4.
Jasa Penggilingan Padi dengan RMU berupa kegiatan penggilingan gabah sesuai standar giling.
Besarnya balas jasa (sewa) yang diterima dari petani ditetapkan secara musyawarah dalam kelompok tani atau bersama sama dengan pengurus UPJA. Pada kelompok UPJA Lestari di Kecamatan Wampu dan UPJA Subur Tani di Kecamatan Hinai besarnya balas jasa ditetapkan oleh pengurus UPJA dan kelompok tani secara bersama. Besarnya sewa penggunaan Hand Tractor berkisar Rp.10.000 s/d Rp.12.000 per rante, Pompa Air Rp. 17.500 per hari, Power Thresher Rp. 265 s/d Rp. 280 per kg gabah atau 15% dari gabah yang dirontok, sedang sewa RMU berkisar Rp.275 s/d Rp. 290 per kg beras atau 6-8 % dari hasil giling. Tinjauan dan analisis keterkaitan antar sub-sistem memperlihatkan bahwa aktivitas sub sistem Pemberi Jasa selama ini, secara empiris mempunyai keterkaitan erat dengan sub sistem Pengguna Jasa (petani). Hal ini ditunjukkan oleh adanya transaksi sewa menyewa penggunaan alsintan untuk semua jenis. Keterkaitan sub sistem ini dengan sub sistem Perbengkelan juga memperlihatkan hal yang sama, ditandai dengan besarnya transaksi perbaikan dan perawatan alsintan selama ini. Secara kuantitatif keterkaitannya dalam hal perbaikan dan perawatan alsintan diuraikan pada pembahasan sub sistem Perbengkelan. 3.2. Sub-sistem Pengguna Jasa (Petani) Pengguna jasa alsintan UPJA adalah petani, baik yang tergabung sebagai anggota kelompok tani maupun non-anggota kelompok tani. Pelayanan jasa yang dimanfaatkan petani masih terbatas (didominasi) pada jasa Hand Tractor untuk pengolahan tanah, Power Thresher untuk perontokan padi, serta jasa RMU untuk penggilingan padi. Jasa alat Water Pump belum banyak dimanfaatkan (masih minim), oleh karena sawah milik petani umumnya adalah sawah tadah hujan dan ketersediaan air di sawah sudah mencukupi saat musim hujan. Beberapa petani menggunakan jasa Water Pump justru untuk menyedot dan membuang air dari areal persawahan (drainase). Petani yang ingin menggunakan Alsintan milik kelompok UPJA dapat menghubungi manajer atau operator. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pelayanan jasa UPJA sudah cukup memuaskan petani, karena pelayanannya selalu tepat waktu dengan biaya yang serupa atau lebih murah daripada pihak swasta (non UPJA). Untuk penggunaan Hand Tractor dikenakan biaya sewa yang serupa dengan biaya oleh pihak swasta. Di Kabupaten Deli Serdang pelunasan biaya sewa hand tractor oleh petani umumnya dilakukan setelah panen. Pada saat pengolahan tanah petani hanya membayar 30-40 % dari biaya sewa sedangkan sisanya dibayar setelah panen. Sedangkan di Kabupaten Langkat pelunasan biaya sewa oleh petani sebagian besar dilakukan lebih awal yakni setelah lahannya selesai
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-14
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi diolah, sebagian kecil lainnya membayar setelah panen. Pada penggunaan Power Thresher, petani harus mencari sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengarit padi. Tenaga kerja mengarit yang digunakan umumnya berjumlah sekitar 15-20 orang/Ha. Biaya sewa Power Thresher di Kabupaten Deli Serdang ditetapkan sebesar 20% dari hasil padi yang dirontok. Di Kabupaten Langkat bervariasi antara 15 – 20 % dari hasil padi yang dirontok. Biaya sewa ini serupa dengan biaya yang diterapkan oleh pihak swasta. Penggunaan RMU oleh para petani masih terbatas pada penggilingan padi untuk konsumsi petani dan keluarganya. Pelayanan yang diberikan pihak UPJA sudah cukup memuaskan petani karena biaya sewa yang lebih murah dari pihak swasta. Namun kendala yang dihadapi adalah belum adanya lantai penjemuran milik kelompok UPJA, sehingga harus menjemur padi di rumah masing-masing. 3.3. Sub-sistem Perbengkelan Sub-sistem Perbengkelan merupakan unit usaha yang kegiatannya bergerak dalam bidang usaha sebagai penyedia/penyalur Alsintan, penyedia suku cadang (spare parts) serta pelayanan perawatan dan perbaikan alat. Untuk menunjang kelancaran operasionalisasi Alsintan, maka peran sub sistem ini sangat penting, oleh karenanya sub sistem perbengkelan perlu mendapat pembinaan dalam pengembangannya, terutama dalam hal peningkatan mutu pelayanan perawatan dan perbaikan Alsintan. Melalui proses pembinaan diharapkan bengkel Alsintan dapat meningkatkan pelayanan perawatan serta perbaikan alat dan mesin. Hal ini dibutuhkan sebagai layanan keahlian mekanik maupun penyediaan suku cadang, secara tepat waktu, tepat mutu, tepat layanan dengan biaya yang terjangkau. Layanan perbaikan dan perawatan Alsintan di wilayah penelitian diperoleh dari bengkel-bengkel Alsintan milik swasta yang ada di sekitar lokasi operasional Alsintan, baik yang telah mendapat binaan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Utara maupun yang belum dibina secara langsung. Bengkel ini umumnya adalah usaha perorangan, dimana mekaniknya sendiri berperan sebagai pengusaha. Di Kabupaten Deli Serdang, bengkel yang melayani perawatan dan perbaikan Alsintan kelompok UPJA adalah bengkel “Sumber Mulia Makmur” (Pak Selamat) di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak serta bengkel “Rudi” (Pak Abdul Sanip) di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli. Keduanya merupakan bengkel binaan Dinas Pertanian. Perawatan dan perbaikan Alsintan milik kelompok UPJA di Kabupaten Langkat umumnya dilayani oleh mekanik perorangan atau oleh operator alat itu sendiri. Hasil wawancara dengan pengusaha, mekanik bengkel dan operator Alsintan, maka layanan perbaikan dan perawatan bengkel Alsintan masing-masing alat sering dilakukan. 1. Hand Tractor Layanan perbaikan dan perawatan berupa.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-15
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Tabel 3.2. Jenis Layanan Perbaikan dan Perawatan Alsintan Yang Diberikan Sub Sistem Perbengkelan Jenis Layanan Perbaikan dan Perawatan
Total Biaya
•
Servis mesin, termasuk penggantian spare parts (pompa, ring, metalan, dan lain-lain)
1.240.000
•
Membuat gerobak dan gandengan (trailler) untuk ditarik Hand Tractor, baik dengan konstruksi roda ban mobil maupun roda ban sepeda motor
13.000.000
•
Minyak gedang untuk rantai dan reparasi rantai
158.000
•
Bubut sokar
400.000
•
Ganti baut dan ring
345.000
•
Memodifikasi gelebek
575.000
•
Memodifikasi luku (pisau, daun dan rel luku)
•
Mengganti dan menempel ban karet
•
Merombak tali pulley
2.685.000 20.000 275.000
Penambahan dan penyempurnaan peralatan dilakukan saat Alsintan diterima oleh kelompok UPJA. Seperti pembuatan trailler, modifikasi gelebek dan luku. Penyempurnaan alat tersebut dilakukan untuk penyesuaian alat dengan kondisi lahan di daerah tersebut. Perombakan tali pulley dilakukan oleh kelompok UPJA di Desa Stabat Lama. Karena pada uji coba jalannya Hand Tractor lambat, sehingga dilakukan penambahan ukuran tali pulleydepan dan pengurangan tali pulley belakang. Kegiatan servis mesin dilakukan sebagai perawatan dan perbaikan Hand Tractor. Perbaikan alat sering dilakukan. Mengganti atau menempel ban. Mengganti pisau luku setiap musim tanam, dan mengganti daun roda besi. Perbaikan alat dilakukan jika ada kerusakan. 1. Power Thresher Pelayanan dilakukan untuk perbaikan atau perawatan Power Thresher. Hal ini tersedia pada sub-sistem Perbengkelan. Dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut: Tabel 3.3. Jenis Layanan Perbaikan dan Perawatan Power Thresher Yang Diberikan Oleh Sub Sistem Perbengkelan Jenis Perbaikan dan Perawatan
•
Memodifikasi gigi perontok (threshing tooth) agar proses perontokan padi lebih cepat, memodifikasi outlet untuk pembuangan sampah, memperbesar inlet untuk pemasukan gabah, merombak kipas agar sampah dan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
Total Biaya 2.891.000
I-16
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi debu lancar keluar 100.000
•
Mengganti ban luar, karena ban masak yang digunakan kurang baik
•
Memotong talang
•
Mengganti tali pulley, karena tali yang ada terlalu besar
•
Mengganti lahar roda
50.000
•
Mencuci mesin
45.000
-
Total
104.000
3.190.000
Modifikasi alat dilakukan oleh kelompok UPJA di Kabupaten Deli Serdang, karena alat yang diterima oleh kelompok UPJA kurang sesuai untuk padi sawah di wilayah kajian. Modifikasi alat yang dilakukan adalah mengurangi gigi perontok, mengganti ban luar, memodifikasi outlet untuk pembuangan, memotong talang, merombak kipas, dan memperbesar inlet pemasukan gabah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan setelah uji coba alat atau sebelum alat dioperasikan, dan dilakukan oleh mekanik dari bengkel Alsintan. Modifikasi alat di Kabupaten Langkat adalah mengurangi gigi perontok, mengganti ban luar, mengganti lahar roda, memotong talang, mengganti tali pulley, dan merombak kipas. Perombakan ini dilakukan oleh operator atau mekanik perorangan yang ada di sekitar lokasi UPJA. 2. Water Pump Layanan perbaikan dan perawatan Water Pump belum pernah dilakukan, karena alat belum dioperasikan secara efektif, sehingga belum mengalami kerusakan yang berarti. 3. Rice Milling Unit (RMU) Layanan perbaikan dan perawatan RMU. Untuk sub-sistem perbengkelan. Dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Jenis Layanan Perbaikan dan Perawatan RMU Yang Diberikan Oleh Sub Sistem Perbengkelan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-17
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Jenis Layanan Perbaikan dan Perawatan
Total Biaya 1.140.000
•
Mengganti rol karet (rubber roll)
•
Mengganti saringan beras segi enam (hexagonal screen)
•
Mengganti selang oli mesin
•
Servis mesin
•
Las knalpot
•
Membuat dan mengganti tapak mesin
430.000
•
Mengganti roda gigi mesin (gear)
136.000
•
Mengganti piano mesin, klep, dan ring
•
Mengganti baut pengencang saringan
•
Mengganti tali pulley tiga
•
Merombak pembuangan asap
475.000 22.000 359.500 46.000
Total
68.500 6.000 71.000 115.000 2.869.000
Perbaikan dan perawatan RMU yang sering dialami di Kabupaten Deli Serdang adalah bocornya saringan beras segi enam (hexagonal screen) disebabkan oleh adanya batu dan paku. Kegiatan tersebut dilakukan oleh bengkel-bengkel Alsintan yang ada di sekitar lokasi. Operasionalisasi RMU di Kabupaten Langkat relatif lebih intensif penggunaannya. Perbaikan dan perawatan mesin RMU dilakukan selama satu musim tanam. Di kabupaten ini dilakukan servis mesin sebanyak limakali. Las knalpot mesin satu kali. Mengganti piano mesin, klep dan ring satukali. Mengganti roda gigi mesin (gear); mengganti selang oli mesin; penggantian rol karet (rubber roll) sebanyak tiga kali; mengganti saringan beras sebanyak tiga kali; dan mengganti tapak/dudukan alat satu kali. Untuk perbaikan dan perawatan Alsintan di sekitar lokasi kegiatan, maka bengkel Alsintan telah dilengkapi dengan peralatan-peralatan khusus. Seperti mesin listrik (genset), mesin las karbet, kompresor, mesin potong besi, grenda, bor, mesin pres dan peralatan kunci. Usaha perbengkelan Alsintan ini didirikan dan dioperasikan dengan modal sendiri dan belum pernah menperoleh bantuan modal dari pemerintah dan juga belum pernah memanfaatkan fasilitas kredit dari bank. Keterbatasan modal menyebabkan sub-sistem perbengkelan di daerah ini tidak dapat menyediakan semua suku cadang Alsintan yang dibutuhkan oleh pihak pengelola. Kerjasama usaha perbengkelan dengan pihak pengelola Alsintan telah berlangsung secara rutin, dimana dalam melaksanakan perbaikan Alsintan milik kelompok UPJA, pelayanan lebih diprioritaskan dan upah layanan lebih murah daripada Alsintan non UPJA. 3.4. Sub-sistem Permodalan Sub-sistem Permodalan merupakan lembaga keuangan. Baik berupa Bank dan Non Bank, ataupun pemilik modal perorangan yang berfungsi untuk mendukung ketersediaan modal bagi pengadaan Alsintan maupun suku cadang, baik untuk investasi baru maupun untuk pengembangan.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-18
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Pengadaan modal investasi awal untuk kelompok UPJA pada awalnya dibantu oleh pemerintah. Bantuan yang diberikan berupa penyertaan modal dalam kegiatan UPJA dalam bentuk alat dan mesin pertanian (Alsintan) seperti Hand Tractor, Power Thresher, Water Pump dan Rice Milling Unit (RMU). Alsintan yang telah diserahkan kepada kelompok UPJA di Kabupaten Deli Serdang adalah 39 unit Hand Tractor. Sejumlah 22 unit Water Pump, 45 unit Power Thresher dan 6 Unit RMU. Di Kabupaten Langkat adalah 36 unit Hand Tractor. Juga 19 unit Water Pump, 33 unit Power Thresher dan 7 unit RMU. Pengelolaan Alsintan selanjutnya diatur dalam perjanjian tersendiri, dalam bentuk Kerjasama Operasional (KSO). Untuk modal kerja UPJA atau modal operasional Alsintan di dua kabupaten ini nampaknya masih menggunakan modal sendiri ditambah sisa hasil usaha pengoperasian Alsintan tersebut. Kelompok usaha ini belum memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. Juga modal seperti ventura. Karena berbagai alasan. Beberapa pengelola menyatakan karena tidak mempunyai penjamin (collateral) guna memenuhi persyaratan. Ada anggota menyatakan untuk mendapatkan kredit terlalu lama atau sulit. Serta beberapa menyatakan belum diperlukan karena masih dapat dibiayai oleh hasil operasional Alsintan itu sendiri. Hubungan keterkaitan antara keempat sub-sistem disajikan pada diagram.
Sub Sistem Perbengkelan / Penyedia Alsintan
Sub Sistem Permodalan (Bank dan Modal Ventura) Sub Sistem Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)
Sub Sistem Pengguna Jasa/Petani
Gambar 3.1 Sistem dan Keterkaitan UPJA.
PENGELOLAAN 4.1. 4.1.1.
U PJ A
Struktur Organisasi UPJA Kabupaten Deli Serdang
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-19
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Organisasi UPJA dibentuk melalui musyawarah kelompok tani yang dimaksudkan untuk melayani pemanfaatan jasa Alsintan oleh para petani/anggota kelompok tani. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 14 kelompok UPJA, yakni 8 kelompok di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak dan 6 kelompok di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli. Masing-masing kelompok UPJA dipimpin oleh seorang manajer dan dibantu oleh beberapa orang operator. Jumlah operator yang dimiliki oleh tiap kelompok berbeda-beda, sesuai jenis dan jumlah alat yang dikelola. Untuk setiap 1 unit Hand Tractor dibutuhkan 2 orang operator, Water Pump 1 orang operator, Power Thresher 1-2 orang operator, dan RMU 3 orang operator. Untuk keperluan usaha, kerjasama antara manajer dan operator sangat diperlukan. Prinsip kerja sama itu dapat diperinci atas: prinsip sasaran atau tujuan, prinsip pengelompokan dan pembagian kerja, prinsip pendelegasian kewenangan, prinsip rentang kendali, prinsip kesederhanaan, prinsip koordinasi, kesatuan perintah dan tanggung jawab, dan prinsip karyawan. Struktur organisasi UPJA di Kabupaten Deli Serdang digambarkan sebagai berikut :
Manajer
Operator Hand Tractor
Operator Water Pump
Operator Power Thresher
Operator RMU
Gambar 4.1. Struktur Organisasi UPJA di Kabupaten Deli Serdang Struktur organisasi di atas menggambarkan adanya satu komando atau perintah. Setiap operator hanya menerima perintah dari satu orang dan bertanggung jawab kepada orang itu juga, dalam hal ini manajer. Setiap operator bertanggung jawab kepada manajer dalam hal pelaporan hasil kerja dan perawatan alat dan mesin. Pelaporan hasil kerja umumnya dilakukan setiap kali selesai kerja maupun secara rutin setiap minggu. Manajer bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan alat dan mesin. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan mengontrol perawatan alat dan mesin, mengawasi kerja operator di lapangan, serta membuat pembukuan berdasarkan catatan hasil kerja yang dibuat oleh operator. 4.1.2.
Kabupaten Langkat
Seperti halnya di Kabupaten Deli Serdang, pembentukan organisasi UPJA di Kabupaten Langkat juga dimusyawarahkan melalui kelompok tani. Di Kabupaten Langkat terdapat 50 kelompok UPJA yang tersebar di beberapa kecamatan, sehingga masing-masing kelompok UPJA hanya mengelola 1-2 jenis Alsintan.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-20
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Setiap kelompok UPJA dipimpin oleh seorang manajer dan dibantu oleh beberapa orang operator, yang bertugas untuk mengoperasikan alat. Di samping itu, beberapa kelompok UPJA seperti UPJA Lestari di Kecamatan Wampu dan Subur Tani di Kecamatan Hinai telah mengangkat seorang sekretaris dan bendahara yang bertugas untuk membantu manajer dalam hal pengelolaan dan pembukuan keuangan kelompok UPJA. Mereka diangkat oleh manajer dengan persetujuan pengurus dan anggota kelompok tani. Dalam menjalankan usaha pelayanan jasa Alsintan, manajer selalu menjalin hubungan kerjasama dengan pengurus dan anggota kelompok tani. Kerjasama ini diwujudkan dalam hal pengawasan pengelolaan UPJA oleh ketua kelompok tani dan lebih mengutamakan pelayanan untuk anggota kelompok tani. Struktur berikut:
organisasi
UPJA
di
Kabupaten
Langkat
digambarkan
sebagai
Manajer
Bendahara
Operator
Sekretaris
Operator
Gambar 4.2. Struktur Organisasi UPJA di Kabupaten Langkat Struktur organisasi UPJA diatas menggambarkan aliran tugas dari manajer ke operator, bendahara dan sekretaris. Antara manajer dan operator terjalin hubungan timbal balik, yang berarti bahwa operator bekerja berdasarkan perintah manajer, sedangkan manajer bertugas untuk mengawasi hasil kerja operator. Bendahara dan Sekretaris bertanggung jawab kepada manajer dan bekerja atas perintah manajer sebagai penanggung jawab organisasi. Struktur organisasi di Kabupaten Langkat berbeda dengan di Kabupaten Deli Serdang. Di Kabupaten Langkat sebuah kelompok UPJA mengelola satu atau 2 jenis Alsintan, sehingga satu orang manajer hanya membawahi satu atau dua orang operator.
4.2. 4.2.1.
Manajemen Pelayanan UPJA Fungsi/Tugas Manajer dan Operator
Dalam suatu organisasi yang baik harus ada kejelasan dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab. Pembagian dan pengelompokan tugas ini dilakukan oleh satu orang yang ditunjuk dan diserahi tugas untuk memegang pusat kewenangan dan pusat pertanggungjawaban, dalam hal ini manajer. Manajerlah yang memecah-mecah seluruh pekerjaan ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil beserta uraian tugasnya. Pengelompokan tugas ini dapat didasarkan atas wilayah kerja, jenis produk, langganan, fungsi dan waktu. Disetiap kelompok perlu diuraikan tugasnya, wewenangnya dan kepada siapa bertanggung jawab dan dari siapa menerima
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-21
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi laporan pertanggungjawaban. Juga perlu diuraikan bagaimana hubungan antar fungsi agar tercapai koordinasi pekerjaan sebaik-baiknya. Setiap organisasi UPJA telah membuat susunan organisasi, batas wewenang, sistem penggajian dan lain-lain yang menyangkut keorganisasian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena setiap organisasi betapa pun kecilnya harus menjalankan prinsip keorganisasian, sekalipun dengan bentuk yang sederhana dan luwes agar mudah dilakukan penyesuaian dengan keadaan yang baru. Diharapkan agar setiap orang dalam organisasi harus tahu tugas, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga kesemrawutan yang dapat menjadi pangkal ketidakberhasilan organisasi dapat terhindari. Pembagian tugas dan tanggung jawab antara manajer dan operator dalam organisasi UPJA ditujukan untuk dapat memberikan pelayanan jasa Alsintan kepada petani/kelompok tani, dan mengelola Alsintan yang dimiliiki seoptimal mungkin agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal. Penjelasan tentang fungsi, tugas serta tanggungjawab manajer dan operator pada organisasi UPJA adalah sebagai berikut:
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-22
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi 1. Fungsi, tugas dan tanggung jawab manajer
•
Memilih dan menunjuk operator
•
Membuat rencana kerja pelayanan jasa Alsintan di wilayahnya maupun di wilayah lain yang terjangkau oleh kelompok tani UPJA
•
Berusaha mencari konsumen/pengguna jasa Alsintan
•
Mengendalikan dan mengawasi operator dalam mengoperasikan Alsintan
•
Memungut hasil operasional Alsintan
•
Mengeluarkan biaya operasi dan pemeliharaan alat, upah operator, gaji manajer
•
Membukukan secara rapi dan teratur pelaksanaan operasional Alsintan berdasarkan catatan kerja harian operator
•
Mengontrol sekaligus melakukan perawatan dan pemeliharaan Alsintan yang dikelola
•
Mengelola keuangan kelompok UPJA
•
Membuat laporan pelayanan jasa dan jumlah uang jasa terkumpul kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
•
Memberikan setoran ke kas negara
Fungsi, tugas dan tanggung jawab manajer di atas belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh manajer UPJA. Dari beberapa manajer UPJA yang diwawancarai, diketahui bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut mereka menghadapi beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut. Misalnya dalam hal perencanaan jadwal kerja, masih dilakukan secara lisan yaitu dengan perintah langsung kepada operator yang bersangkutan. Demikian juga dalam pembukuan dan laporan pelayanan jasa dan keuangan, masih dilakukan secara sederhana yaitu dengan membuat pencatatan tentang hasil kerja, biaya bahan bakar/pelumas, reparasi alat, biaya sewa yang dibayar oleh petani dan upah operator, dalam sebuah buku. Hampir semua manajer yang diwawancarai belum ada yang mengelola 8 (delapan) pembukuan yang seharusnya dikelola, karena menurut mereka hal itu tidak efisien dan merepotkan. Untuk itulah pencatatan tentang operasioanal alat dilakukan dalam satu buku sehingga dapat memudahkan manajer untuk mengelola pembukuan tersebut. Penyetoran sebagian sisa hasil usaha ke kas negara telah dilakukan, walaupun masih belum sesuai dengan target yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena operasionalisasi alat yang masih belum optimal, sehingga keuntungan operasional yang diperoleh masih minim. Walaupun demikian, masing-masing manajer kelompok UPJA telah berusaha untuk memenuhi kewajiban ini dengan membayar setoran secara cicilan. 2. Fungsi, tugas dan tanggung jawab operator
•
Mengoperasikan Alsintan untuk melayani permintaan petani baik untuk pelayanan air, pengolahan tanah, dan pelayanan pasca panen
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-23
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi
•
Memungut hasil operasional Alsintan dari konsumen/petani
•
Melakukan pemeliharaan, perawatan dan penyimpanan Alsintan untuk menghindarkan kerusakan dan tidakan pencurian
•
Melakukan pencatatan-pencatatan mengenai kegiatan operasional Alsintan seperti bahan bakar, luas areal yang diolah/diairi, jumlah hasil perontokan, jam kerja mesin, dan sebagainya
•
Melaporkan hasil kerja operasional Alsintan yang menjadi tanggung jawabnya kepada manajer UPJA
Beberapa kelompok UPJA yang menjadi responden, masing-masing operator melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, sesuai dengan yang telah digariskan oleh manajer. Namun ada beberapa operator yang tidak dapat mengoperasikan alat yang seharusnya dikelolanya oleh karena tidak adanya permintaan layanan dari petani, misalnya operator pompa air dan beberap operator Power Thresher. Dalam hal pembukuan, umumnya operator hanya membuat catatan sementara dan kemudian melaporkannya kepada manajer. Ada juga operator yang melaporkan hasil kerja operasional secara lisan kepada manajer, kemudian manajer-lah yang membukukannya dalam pembukuan yang dikelolanya. Pelaksanaan tugas-tugas di atas menuntut manajer dan operator untuk bekerjasama dan saling melengkapi. Artinya, dalam hal perawatan dan pemeliharaan alat ada temuan bahwa seorang manajer melakukan tugas tersebut, karena ada operator tidak mengerti teknik perawatan dan pemeliharaan alat/mesin secara baik. Sebaliknya juga terjadi bahwa manajer tidak mengetahui bagaimana tekniik pemeliharaan dan perawatan alat/mesin secara baik, sehingga segala sesuatunya dipercayakan kepada operator sendiri tanpa pengawasan rutin dari manajer.
4.2.2.
Skala Pelayanan
Setiap kelompok UPJA berfungsi untuk memberikan pelayanan jasa Alsintan kepada petani/kelompok tani yang membutuhkan. Pelayanan yang diberikan berupa pengolahan tanah, pengairan, perontokan padi, dan penggilingan padi. Tugas pelayanan jasa Alsintan ini dilakukan oleh operator dengan pengawasan dari manajer. Pihak pengelola selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan prinsip tepat harga, tepat mutu, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat sasaran. Prinsip-prinsip ini haruslah tetap dipertahankan untuk dapat bersaing dengan pihak lain (swasta). Penetapan harga (biaya sewa alat) dilakukan sesuai dengan harga yang sedang berlaku di pasaran setempat, bahkan khusus untuk penggilingan padi (RMU) harga ditetapkan lebih murah dari pada yang dikelola pihak swasta. Cara pelayanan dan pengelolaan Alsintan di masing-masing UPJA berbedabeda menurut kebijaksanaan pengurus dan musyawarah bersama dengan anggota kelompok UPJA.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-24
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi 4.3.
Pengelolaan Keuangan dan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pengelolaan keuangan kelompok UPJA dilakukan oleh manajer dengan membuat pembukuan yang sederhana. Dalam mengelola keuangan kelompok, manajer perlu melakukan pencatatan-pencatatan mengenai pengeluaran (biaya) dan pendapatan usaha, berdasarkan catatan harian dan laporan lisan operator. Pencatatan ini penting dilakukan untuk memudahkan manajer dalam memberikan laporan keuangan kepada Dinas Pertanian Kabupaten. Setiap usaha yang bergerak di bidang bisnis betapa pun kecilnya, selalu mengharapkan adanya keuntungan dari usaha yang dikelolanya. Demikian halnya dengan pengelolaan Alsintan oleh kelompok UPJA, bahwa tujuan usaha adalah agar usaha tersebut dapat memberikan keuntungan atau SHU yang memadai yang dapat digunakan kelak sebagai modal usaha untuk dimasa datang. Manajer UPJA bertanggung jawab untuk menyimpan SHU (keuntungan) tersebut, termasuk modal cadangan untuk perawatan dan perbaikan Alsintan. Hasil wawancara dengan manajer (pengelola UPJA) menyatakan bahwa ada kelompok UPJA, anggota kelompok/responden, telah membuka bank rekening di Bank (BRI), untuk menyimpan keuntungan yang telah diperoleh, namun sebagian lagi masih menyimpan keuntungan tersebut di kas kelompok atau disetorkan kepada PPL/PPK setempat. Sisa hasil usaha merupakan hasil kotor operasional Alsintan dikurangi dengan biaya operasional yang terdiri dari gaji/upah manajer dan operator, biaya bahan bakar dan pelumas, biaya perawatan dan perbaikan alat, biaya administrasi dan biaya mobilitas Alsintan. SHU ini tidak sepenuhnya menjadi milik kelompok UPJA. Menurut perjanjian KSO setiap kelompok UPJA diwajibkan menyetorkan 50 % dari SHU ke kas negara setempat. Penyetoran ini dilakukan melalui Petugas Dinas Pertanian dan bukti setorannya disampaikan kepada Bendaharawan Dinas Pertanian Kabupaten. Dari hasil evaluasi di wilayah kajian diketahui bahwa terdapat beberapa kelompok UPJA yang belum melaksanakan kewajibannya untuk memberikan setoran tersebut ke kas negara. Di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, diketahui bahwa belum ada kelompok UPJA responden yang telah menyetor ke kas negara. Dari 4 kelompok UPJA hanya terdapat satu kelompok (UPJA Karya Harapan) yang sudah mempunyai tabungan (simpanan), namun belum disetorkan ke kas negara karena masih belum sesuai target. Dua kelompok UPJA (UPJA Karya Bakti II dan UPJA Tunas Karya) menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh masih sangat minim karena petani pengguna jasa belum semua melunasi biaya sewa alat, khususnya biaya sewa hand tractor. Penunggakan ini terjadi karena sistem pembayaran sewa alat dilakukan setelah selesai panen, sementara pada musim tanam sekarang ini para petani mengalami gagal panen akibat banjir. Ada juga kelompok UPJA (UPJA Sumber Harapan) menjelaskan bahwa hasil usaha Alsintannya tidak memadai disebabkan masa pengelolaan sekitar 1.5 bulan. Di Kecamatan Labuhan Deli sisa hasil usaha yang diperoleh kelompok ditabung di BRI dan buku tabungan dipegang oleh PPK/PPL setempat. Ketiga kelompok UPJA responden yaitu UPJA Jaya Tani, Maju Jaya, dan Paguyuban sudah memiliki tabungan sisa hasil usaha dengan nilai yang berbeda-beda. Namun sisa hasil usaha ini masih dalam bentuk tabungan dan belum disetorkan ke kas negara. Di Kabupaten Langkat hampir semua UPJA responden sudah memberikan setoran ke kas negara. Dari tujuh kelompok UPJA responden, terdapat dua kelompok yang sudah dua kali menyetor sisa hasil usaha ke kas negara yaitu UPJA Pembaharuan di Kecamatan Stabat dan Suka Maju di Kecamatan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-25
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Secanggang. Dari hasil kajian ditemukan 5 kelompok UPJA yang telah pernah melakukan penyetoran SHU satu kali. Mereka adalah kelompok UPJA Lestari dan Jambur Tani di Kecamatan Wampu, Subur Tani dan Ingin Giat di Kecamatan Hinai serta Mawar 1 di Kecamatan Stabat. Sisa hasil usaha ini ada yang disetorkan langsung Dinas Pertanian Kabupaten Langkat dan ada juga yang melalui PPK/PPL setempat.
ANALISIS USAHA ALSINTAN KELOMPOK UPJA DI WILAYAH PENELITIAN
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-26
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi
5.1.
Analisis Usaha Hand Tractor
Seperti telah dikemukakan pada Bab I, beberapa asumsi yang diajukan akan digunakan sebagai pertimbangan dasar dalam analisis ini. Artinya, walaupun sistem mekanisasi bersaing dengan sistem manual disatu sisi, namun sebagai akibat dari kekurangan tenaga kerja maka kehadiran sistem ini adalah sebagai substitusi sifatnya dalam semua proses kegiatan usahatani. Pengolahan tanah sawah dengan menggunakan Hand Tractor pada umumnya dilakukan dalam 2 tahap yaitu pengolahan primer (membajak) dan pengolahan sekunder (menggaru). Pekerjaan membajak dan menggaru dapat dilakukan lebih dari satu kali hingga sawah siap tanam, tergantung pada kondisi tanahnya dan kebiasaan wilayah setempat. Traktor tangan yang dibagikan kepada masingmasing kelompok UPJA dilengkapi dengan luku untuk membalikkan tanah (pengolahan tanah pertama) dan gelebek untuk menggaru (pengolahan tanah kedua). Usaha pengolahan tanah dengan traktor tangan (Hand Tractor) akan menguntungkan bila penerimaan lebih besar daripada pengeluaran biaya. Penerimaan dari sewa traktor untuk pengolahan tanah harus dapat menutupi biaya penyusutan alat (depresiasi, yang dianggap sebagai proses pengembalian modal), bunga modal, biaya operasional, serta biaya perawatan dan perbaikan ditambah dengan keuntungan untuk dibagi bersama antara pemerintah dan kelompok UPJA, walupun dalam arti tidak baku. Pihak pengelola UPJA di wilayah kajian banyak melakukan perombakan pada Hand Tractor, reinvestasi, agar alat dapat digunakan sesuai dengan keadaan di daerah kajian. Perombakan-perombakan tersebut meliputi : modifikasi gelebek, modifikasi luku, pembuatan gerobak dan gandengan (trailler), serta merombak tali pulley. Modifikasi gelebek yang dilakukan antara lain adalah meninggikan gelebek sehingga operator lebih nyaman, serta merobah ukuran kepala pegas agar alat tidak terbalik sewaktu dioperasikan karena sawah yang lebih dalam. Modifikasi luku dilakukan dengan mengganti pisau dan daun luku. Pisau luku harus diganti setiap kali musim tanam, sedangkan daun luku dapat digunakan selama tujuh tahun dengan perawatan yang optimal. Pembuatan gerobak dan gandengan dilakukan untuk memudahkan operator membawa Hand Tractor ke lahan sawah yang akan diolah. Perombakan tali pulley dilakukan dengan memperbesar ukuran tali pulley depan dari ukuran 3.5 inch menjadi 4.0 inch dan pulley belakang dikurangi dari 6.0 inch menjadi 4.0 inch. Perombakan ini ditujukan untuk mempercepat jalannya Hand Tractor. Biaya perombakan ini diperoleh dari pinjaman kas kelompok tani maupun dari pihak swasta/perorangan. Biaya yang dikeluarkan untuk perombakan awal tersebut menjadi hutang kelompok UPJA, yang pengembaliannya diperoleh dari hasil operasional alat selama satu musim tanam pertama (masa uji coba). Analisis biaya operasional satu unit Hand Tractor selama satu musim tanam terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi penyusutan alat, yang diperoleh dengan mengurangkan harga pembelian terhadap nilai sisa kemudian dibagi dengan umur teknis traktor yang diperkirakan ± 7 tahun (14 musim tanam). Sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, oli/pelumas, reparasi alat, perawatan (untuk tahun kemudiannya) dan upah operator/manajer. Kebutuhan bahan bakar untuk operasional alat adalah ± 0,7 liter/jam dan kebutuhan oli ± 0,02 liter/jam. Besarnya biaya reparasi/perbaikan alat dipengaruhi oleh tingkat kerusakan alat dan mesin Hand Tractor. Analisis biaya dan pendapatan operasional
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
Hand Tractor selama 1 musim
I-27
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi tanam di Kabupaten Deli Serdang disajikan pada tabel 5.1. berikut ini : Tabel 5.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Hand Tractor per Musim Tanam di Kabupaten Deli Serdang. No. 1. A. 2.
Uraian
Volume
Biaya Tetap a. Penyusutan alat Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. reparasi alat - rombak gelebek - rombak luku - tambal ban karet e. Perawatan Alsin
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
1.189.286 1.189.289 198,67 ltr 5,6 ltr 356 rante
1.150 10.500 4.150
228.471 58.800 1.477.400
1 unit 1 unit 4 kali
15.000 200.000 5.000
15.000 200.000 20.000 832.500
B. C. 3.
Total biaya tidak tetap 2.832.171 Total biaya 4.021.456 Pendapatan a. Sewa alat 356 rante 11.625 4.138.500 Sisa Hasil Usaha (SHU) 117.044 Keterangan : - Harga beli alat (modal awal) = Rp 18.500.000. - Biaya perawatan Alsin sebesar 5% dari modal awal dikurangi nilai sisa. - Nilai Sisa = 10% dari modal awal. - Biaya perawatan dihitung pada tahun berikutnya. Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil kerja Hand Tractor selama satu musim tanam di Kabupaten Deli Serdang adalah 356 rante (14,24 Ha), dengan biaya sewa Rp 11.625/rante (Rp 290.625/Ha) dan kapasitas kerja 19,65 jam/Ha atau 0,05 Ha/jam. Upah operator adalah 35,7% dari biaya sewa dan keuntungan (SHU) yang diperoleh kelompok adalah Rp 117.044 (2,83 % dari total pendapatan). Untuk mengetahui titik impas pengelolaan Hand Tractor, maka berikut ini disajikan analisis Break Event Point (BEP) yang merupakan suatu kondisi dimana total pengeluaran (Y) sama dengan total pendapatan (Y1). Untuk mencapai BEP maka traktor harus dapat mengolah tanah sampai jumlah luas tertentu. Apabila traktor ternyata tidak dapat mencapai luasan tersebut maka usaha traktor tersebut rugi. Break Event Point akan dicapai apabila : Y1 = Y cX = a + bX
dimana : a = biaya tetap per musim tanam b = biaya tidak tetap per hektar c = biaya pengolahan lahan per hektar X = luas lahan yang diolah per musim tanam (Ha)
Analisa BEP pengelolaan Hand Tractor di Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut: Y1 = Y Rp 290.625/Ha . X = Rp 1.189.286 + Rp 198.888/Ha . X
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-28
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Rp 1.189.286
X = Rp 91.737/Ha
X=
12,96 Ha
Berdasarkan analisis diatas diketahui bahwa pengelolaan Hand Tractor di Kabupaten Deli Serdang akan memberikan keuntungan apabila dapat mengolah tanah lebih dari 12,96 Ha per musim tanam, dengan R/C ratio (Revenue Cost) = 1,03. Analisis biaya dan pendapatan operasional Hand Tractor selama 1 musim tanam di Kabupaten Langkat disajikan pada tabel 5.2. berikut ini :
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-29
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Tabel 5.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Hand Tractor per Musim Tanam di Kabupaten Langkat No. 1. A. 2.
B. C. 3.
Uraian Biaya tetap a. penyusutan alat Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. reparasi alat - rombak gelebek - rombak luku - tambal ban karet e. perawatan Alsin Total biaya tidak tetap Total biaya Pendapatan a. sewa alat Sisa Hasil Usaha (SHU)
Volume
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
1.189.286 1.189.286 157,2 ltr 3,56 ltr 238,63 rante
1.150 10.500 4.025
180.780 37.380 980.486
1 unit 1 unit 4 kali
15.000 200.000 5.000
15.000 200.000 20.000 832.500 2.246.146 3.435.432
238,63 rante
11.450
2.732.314 (703.118)
Dari tabel 5.2. diatas dapat dilihat bahwa hasil kerja Hand Tractor selama satu musim tanam di Kabupaten Langkat adalah 238,63 rante (9,55 Ha), dengan biaya sewa Rp 11.450/rante (Rp 286.250/Ha) dan kapasitas kerja 21,97 jam/Ha atau 0,046 Ha/jam. Upah operator adalah 35,15% dari biaya sewa. Analisa BEP pengelolaan Hand Tractor di Kabupaten Langkat sebagai berikut: Y1 = Y Rp 286.250/Ha . X = Rp 1.189.286 + Rp 235.199/Ha . X Rp 1.189.286 X = Rp 51.051/Ha X = 23.3 Ha Berdasarkan analisis diatas diketahui bahwa pengelolaan hand tractor di Kabupaten Langkat akan memberikan keuntungan apabila dapat mengolah tanah lebih dari 23,3 Ha per musim tanam, dengan R/C ratio (Revenue Cost) = 0.8. 5.2. Analisis Usaha Water Pump Pemanfaatan Water Pump untuk pertanaman padi sawah terutama ditujukan untuk mengairi sawah pada musim kemarau. Untuk itu diperlukan adanya sumber air di daerah operasional alat. Dari beberapa kelompok UPJA yang termasuk dalam wilayah kajian, diketahui bahwa pemanfaatan Water Pump untuk mengairi sawah masih kurang, yang disebabkan karena beberapa kendala. Kendala utama yang dijumpai di lapangan adalah tidak adanya sumber air yang memadai untuk pengairan. Hal ini terjadi misalnya di Desa Karang Gading (Deli Serdang) dan di Desa Stabat Lama Barat (Langkat). Sedangkan di beberapa daerah lain dijumpai bahwa pada saat musim tanam, ketersediaan air sangat mencukupi sehingga tidak memerlukan pengairan tambahan. Analisis biaya operasional Water Pump terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, yang umur ekonomisnya
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-30
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi diperkirakan ± 7 tahun (7 musim tanam). Sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, oli/pelumas, dan upah operator/manajer. Kebutuhan bahan bakar untuk operasional pompa air adalah 0,77 liter/jam, sedangkan kebutuhan oli/pelumas adalah 0,017 liter/jam. Analisis biaya dan pendapatan operasional Water Pump selama 1 musim tanam di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5.3. berikut ini : Tabel 5.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Water Pump per Musim Tanam di Kabupaten Deli Serdang No. 1. A. 2.
Uraian
Volume
Biaya tetap a. penyusutan alat Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. perawatan Alsin
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
1.928.571 1.928.571 39,45 ltr 0,87 ltr 6,8 hari
1.150 10.500 5.000
45.367 9.135 34.000 1.012.500
B. C. 3.
Total biaya tidak tetap 1.101.003 Total biaya 3.029.574 Pendapatan a. sewa alat 6,8 hari 17.500 119.000 Sisa Hasil Usaha (SHU) (2.910.574) Keterangan : - Harga beli alat (modal awal) = Rp 15.000.000 - Biaya perawatan Alsin sebesar 7,5 % dari modal awal dikurangi nilai sisa - Nilai Sisa = 10% dari modal awal Data analisis biaya dan pendapatan di atas merupakan rata-rata dari dua kelompok UPJA yang sudah mengoperasikan alat tersebut dengan jam kerja yang masih sangat minim. Dari dua kelompok UPJA tersebut diperoleh bahwa selama 1 kali musim tanam, Water Pump yang dikelola hanya beroperasi selama ± 51 jam dengan jam kerja per hari ± 7,5 jam dan kapasitas kerja 13,33 jam/Ha atau 0,075 Ha/jam. Sehingga luas areal yang diairi selama satu musim tanam (51 jam atau 6,8 hari) adalah 3,825 Ha, dengan biaya sewa sebesar Rp 31.111/Ha. Upah operator sebesar 28,57 % dari biaya sewa per hari. Pengoperasian alat ini masih belum efektif sesuai dengan yang telah direncanakan, oleh karena kendala-kendala operasional sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Analisis Break Event Point usaha pengelolaan pompa air di Kabupaten Deli Serdang tidak dapat disajikan oleh karena pengelolaannya masih belum layak dimana biaya tidak tetap per hektar (Rp 287.844/Ha) lebih besar daripada pendapatan (biaya sewa per hektar yaitu Rp 31.111/Ha). Revenue Cost (R/C) usaha pompa air di kabupaten ini adalah 0,04. Analisis biaya dan pendapatan operasional Water Pump untuk Kabupaten Langkat tidak dapat disajikan oleh karena semua kelompok UPJA responden menyatakan bahwa Water Pump yang diterima belum dioperasikan secara rutin, sehingga tidak ada data akurat yang dapat mendukung analisis biaya dan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-31
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi pendapatan. 5.3.
Analisis Usaha Power Thresher
Penggunaan Power Thresher untuk merontok padi terutama ditujukan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas produksi. Penggunaan Power Thresher yang sudah mencapai hasil guna dan daya guna akan membantu penekanan besarnya kehilangan yang terjadi selama proses perontokan padi, dan juga mampu meningkatkan kapasitas kerja serta menekan gabah pecah atau rusak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pemanfaatan Power Thresher di wilayah kajian masih kurang. Hal ini disebabkan karena konstruksi alat tidak sesuai dengan kondisi lahan sawah di wilayah kajian. Power Thresher yang diterima terlalu berat sehingga sulit untuk dibawa ke sawah, dan pada musim hujan alat tersebut tidak dapat digunakan karena sawahnya dalam. Di beberapa daerah, seperti di Desa Mukapaya Kabupaten Langkat, Power Thresher yang dikelola oleh UPJA belum beroperasi karena sejak alat diterima (Agustus 2000) daerah ini mengalami dua kali gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama (ganjur) dan banjir. Untuk dapat mengoperasikan Power Thresher tersebut pihak pengelola juga melakukan beberapa perombakan, yaitu : mengurangi gigi perontok (threshing tooth), memperbesar inlet pemasukan padi dan outlet pembuangan sampah. Biaya untuk perombakan awal diperoleh dari pinjaman kelompok tani dan juga dari pinjaman perorangan/swasta. Analisis biaya pengoperasian 1 unit Power Thresher selama 1 musim tanam meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, dengan umur ekonomis ± 7 tahun (14 musim tanam). Sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, oli/pelumas dan upah operator. Kebutuhan bahan bakar di wilayah kajian ± 0,9 liter/jam dengan kebutuhan oli ± 0,02 liter/jam. Biaya sewa alat ditetapkan sebesar 20% dari hasil kerja (padi yang dirontok), dengan harga gabah basah Rp 1.400/kg. Sedangkan upah operator dan pekerja ditetapkan sebesar 90% dari biaya sewa alat,dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 19 orang ditambah 1 orang operator. Analisis biaya pengoperasian 1 unit Power Thresher di Kabupaten Deli Serdang diuraikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.4. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Power Thresher per Musim Tanam di Kabupaten Deli Serdang No.
Uraian
Volume
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
Harga/Satuan
Nilai
I-32
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi (Rp)
(Rp)
1.
Biaya tetap a.penyusutan alat 514.286 A. Total biaya tetap 514.286 2. Biaya tidak tetap 75.682 1.150 65,81 ltr a. bahan bakar 16.275 10.500 1,55 ltr b. oli 2.485.715 196,22 12.668 kg c. upah operator 360.000 d. perawatan Alsin B. Total biaya tidak tetap 2.937.671 C. Total biaya 3.451.957 3. Pendapatan a. sewa alat 12.668 kg 265 3.357.020 Sisa Hasil Usaha (SHU) (94.937) Keterangan : - Harga beli alat (modal awal) = Rp 8.000.000 - Biaya perawatan Alsin sebesar 5% dari modal awal dikurangi nilai sisa - Nilai Sisa = 10% dari modal awal. Data analisis biaya dan pendapatan operasional Power Thresher di atas merupakan rataan dari 4 kelompok UPJA di Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli, dengan rata-rata operasional selama satu musim tanam adalah 77,42 jam dan kapasitas kerja 174,18 kg padi per jam. Untuk mengetahui titik impas pengelolaan Power Thresher, maka berikut ini disajikan analisis Break Event Point (BEP). Untuk mencapai BEP, maka Power Thresher harus dapat merontokkan gabah dengan jumlah tertentu. Apabila Power Thresher ternyata tidak dapat mencapai jumlah tersebut maka usaha Power Thresher tersebut rugi. Break Event Point akan dicapai apabila : Y1 = Y cX = a + bX dimana : a = biaya tetap per musim tanam b = biaya tidak tetap per kg gabah c = biaya perontokkan per kg gabah X = jumlah gabah yang dirontokkan per musim tanam Analisis BEP pengelolaan Power Thresher di Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut: Y1 = Y Rp 265/kg gabah. X = Rp 514.286 + Rp 231,9 /kg gabah . X Rp 514.286 X = Rp 33,1/kg gabah X = 15.537,34 kg gabah Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa pengelolaan Power Thresher di Kabupaten Deli Serdang akan memberikan keuntungan apabila dapat merontokkan gabah lebih dari 15.537,34 kg gabah per musim tanam, dengan R/C ratio (Revenue Cost) = 0,97. Analisis biaya pengoperasian 1 unit Power Thresher di Kabupaten Langkat diuraikan dalam tabel berikut ini : Tabel 5.5.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-33
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Power Thresher per Musim Tanam di Kabupaten Langkat No. 1. A. 2.
B. C. 3.
Uraian Biaya tetap a. penyusutan alat Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. perawatan Alsin Total biaya tidak tetap Total biaya Pendapatan a. sewa alat Sisa Hasil Usaha (SHU)
Volume
Harga/Satua n (Rp)
Nilai (Rp) 514.286 514.286
14,88 ltr 0,35 ltr 4.463 kg
1.150 10.500 200
17.122 3.675 892.600 360.000 1.273.387 1.787.673
4.463 kg
280
1.249.640 (538.033)
Data analisis biaya dan pendapatan di atas rataan dari dua kelompok UPJA yang terdapat di Kecamatan Wampu, dengan rata-rata lama operasional selama satu musim tanam adalah 17,5 jam dan kapasitas kerja 279,33 kg padi/jam. Pengelolaan Power Thresher di Kabupaten Langkat masih belum layak, karena biaya tidak tetap per kg gabah lebih besar (Rp 285,32/kg gabah) daripada pendapatan (biaya sewa yaitu Rp 280/kg gabah), sehingga untuk itu tidak dilakukan analisis Break Event Point. Adapun R/C ratio (Revenue Cost) usaha Power Thresher di Kabupaten Langkat adalah 0,7. 5.4.
Analisis Usaha Rice Milling Unit (RMU)
Pengelolaan RMU oleh kelompok UPJA di wilayah kajian bertujuan untuk membantu petani dalam penanganan pasca panen. Adanya RMU di wilayah kajian diharapkan dapat menampung produksi padi petani, sehingga pihak pengelola dapat menjual beras ke konsumen (pasar). Tetapi saat ini RMU masih digunakan untuk penggilingan padi konsumsi petani dan keluarga. Hal ini disebabkan oleh karena terbatasnya modal yang dimiliki oleh kelompok UPJA. Untuk dapat mengoperasikan RMU, diperlukan adanya gedung (rumah mesin) dan lantai penjemuran. Namun hampir semua kelompok UPJA responden belum memiliki lantai penjemuran. Rumah mesin yang dimiliki oleh kelompok UPJA masih belum permanen, dan biaya pembangunannya diperoleh dari pinjaman perorangan anggota kelompok tani. Pengoperasian RMU di beberapa daerah masih belum optimal karena adanya bencana banjir yang menyebabkan terjadinya gagal panen. Misalnya di Desa Kota Datar dan sebagian Desa Karang Gading, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini mengakibatkan minimnya produksi padi petani, sehingga padi yang digiling menjadi sedikit. Analisis biaya pengoperasian 1 unit RMU selama 1 musim tanam terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari penyusutan alat dan penyusutan gedung. Nilai penyusutan alat diperoleh dengan memperhitungkan umur ekonomis alat ± 7 tahun (14 musim tanam), sedangkan umur ekonomis gedung ± 3 tahun (6 musim tanam). Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan bahan bakar, oli/pelumas, upah operator, dan reparasi alat. Kebutuhan bahan bakar untuk operasional Alsintan adalah 1,6 liter/jam dan kebutuhan oli adalah 0,03 liter/jam.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-34
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Biaya sewa alat berbeda-beda untuk setiap kelompok UPJA. Rata-rata biaya sewa alat di Kabupaten Deli Serdang adalah Rp 289,-/kg beras sedangkan di Kabupaten Langkat adalah Rp 277,-/kg beras. Biaya sewa ini mencakup 6-8% dari total hasil penggilingan padi ditambah dengan penjualan dedak. Analisis biaya dan pendapatan operasional RMU selama 1 musim tanam di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut : Tabel 5.6. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional RMU per Musim Tanam di Kabupaten Deli Serdang No. 1. A. 2.
Uraian Biaya tetap a. penyusutan alat b. penyusutan gedung Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. reparasi alat - ganti saringan - ganti baut e. perawatan Alsin
Volume
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
1.028.571 375.000 1.403.571 73,53 ltr 1,37 ltr 10.000 kg
1.150 10.500 116
84.560 14.385 1.160.000
6 pasang 6 buah
25.000 500
150.000 3.000 1.092.000
B. C. 3.
Total biaya tidak tetap 2.503.945 Total biaya 3.907.516 Pendapatan a. sewa alat 10.000 kg 289 2.890.000 Sisa Hasil Usaha (SHU) (1.017.516) Keterangan : - Harga beli alat (modal awal) = Rp 16.000.000 - Biaya perawatan Alsin sebesar 7,5% dari modal awal dikurangi nilai sisa - Nilai Sisa = 10% dari modal awal Data analisis biaya dan pendapatan di atas berasal dari tiga kelompok UPJA yaitu satu di Kecamatan Hamparan Perak dan dua di Kecamatan Labuhan Deli. Rata-rata lama operasional RMU dari ketiga kelompok UPJA tersebut adalah 45,71 hari, dengan kapasitas giling rata-rata 236,67 kg beras/jam, sehingga rata-rata banyaknya beras yang digiling selama operasional alat adalah ± 1 Ton. Untuk mengetahui titik impas pengelolaan RMU, maka berikut ini disajikan analisis Break Event Point (BEP). Untuk mencapai BEP, maka RMU harus dapat menghasilkan beras dengan jumlah tertentu. Apabila RMU ternyata tidak dapat mencapai jumlah tersebut maka usaha RMU tersebut rugi. Break Event Point akan dicapai apabila :
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-35
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Y1 = Y cX = a + bX dimana : a = biaya tetap per musim tanam b = biaya tidak tetap per kg beras c = biaya penggilingan X = hasil giling per musim tanam Analisis BEP pengelolaan RMU di Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut: Y1 = Y Rp 289/kg beras. X = Rp 1.403.571 + Rp 250,4 /kg beras . X Rp 1.403.571 X = Rp 38,6/kg beras X = 36.362 kg beras Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa pengelolaan RMU di Kabupaten Deli Serdang akan memberikan keuntungan apabila dapat menghasilkan beras lebih besar 36.362 kg beras per musim tanam, dengan R/C ratio (Revenue Cost) = 0,74. Analisis biaya dan pendapatan operasional RMU selama 1 musim tanam di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel 5.7. berikut ini: Tabel 5.7. Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Rice Milling Unit (RMU) per Musim Tanam di Kabupaten Langkat No.
Uraian
1.
Biaya tetap a. penyusutan alat b. penyusutan gedung Total biaya tetap Biaya tidak tetap a. bahan bakar b. oli c. upah operator d. reparasi alat - ganti rol - ganti saringan beras - ganti selang oli - servis mesin - las knalpot - ganti tapak mesin - roda gigi dan klep - ganti piano e. perawatan
A. 2.
B. C. 3.
Total biaya tidak tetap Total biaya Pendapatan a. sewa alat Sisa Hasil Usaha (SHU)
Harga/Satuan (Rp)
Volume
Nilai (Rp) 1.028.571 375.000 1.403.571
306,3 ltr 5,5 ltr 46.256 kg
1.150 10.500 130,46
352.245 57.750 6.034.558
3 pasang 6 buah
130.000 25.000
390.000 150.000
kali kali kali kali
22.000
1 kali
68.500
22.000 209.000 46.000 30.000 136.000 68.500
1 5 2 1
23.000 30.000
8.588.053 9.991.624 46.256 kg
276,82
12.804.586 2.812.962
Data analisis biaya dan pendapatan di atas merupakan rataan dari tiga kelompok UPJA yang terdapat di Kecamatan Secanggang, Hinai dan Stabat.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-36
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Lama operasional RMU selama satu musim tanam adalah 183,41 jam dengan kapasitas giling 246,67 kg beras/jam, sehingga banyaknya beras yang digiling selama satu musim tanam adalah ± 46.256 kg. Analisa BEP pengelolaan RMU di Kabupaten Langkat sebagai berikut: Y1 = Y Rp 276,82/kg beras. X = Rp 1.403.571 + Rp 189,74 /kg beras. X Rp 1.403.571 X = Rp 87,08/kg beras X = 16.118 kg beras Berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa pengelolaan RMU di Kabupaten Langkat akan memberikan keuntungan apabila dapat menghasilkan beras lebih dari 16.118 kg beras per musim tanam, dengan R/C ratio (Revenue Cost) = 1,28. Analisis usaha ke-empat jenis alsintan sebagaimana telah diuraikan di depan pada dasarnya belum dapat dipergunakan sebagai ukuran “profitabilitas” usaha tersebut secara menyeluruh. Kajian tersebut masih merupakan asessment sementara karena operasionalisasi alsintan tersebut masih berjalan 1 tahun dan belum full capacity, oleh karenanya tidak dapat dipergunakan sebagai ukuran evaluasi kelayakan usaha tersebut.
DAMPAK PENGEMBANGAN ALSINTAN
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-37
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi 6.1. Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha yang dimaksud dalam kajian ini diukur dari sejauh mana kehadiran Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada masyarakat. Seperti diuraikan pada Bab III mengenai kinerja sistem UPJA dapat dilihat, bahwa pengelolaan sub sistem usaha pemberi jasa (UPJA) harus didukung oleh 3 sub sistem lainnya yang saling berkaitan yaitu sub sistem permodalan, sub sistem perbengkelan dan sub sistem pengguna jasa (petani). Artinya dengan melakukan pengembangan pada sub-sistem usaha pemberi jasa (UPJA). Maka, muncullah peluang berusaha diketiga sub sistem lainnya. Yang kemudian dapat lebih berkembang. Pengembangan sistem UPJA yang merupakan salah satu alternatif untuk membantu petani memperoleh Alsintan yang dibutuhkan telah memberikan kesempatan kerja bagi petani (masyarakat pedesaan). Artinya, bahwa dengan mengelola UPJA (sebagai manajer maupun operator) petani dapat memanfaatkan waktu luang dan mendapatkan tambahan penghasilan di luar usaha tani yang dikelola. Kehadiran Alsintan memberikan dampak positip pada sub-sistem perbengkelan. Peluang usaha di bidang ini masih besar, oleh karena jasa bengkel Alsintan di wilayah kajian masih terbatas. Selama ini pihak pengelola kebanyakan memanfaatkan jasa bengkel lokal (bengkel sepeda motor) dan mekanik perorangan yang terdapat di daerah setempat. Juga peluang ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pengusaha swasta untuk membuka usaha bengkel Alsintan. Jenis usaha demikian ini mampu berkembang secara bersamaan dengan usaha penyediaan spare parts Alsintan yang sangat dibutuhkan oleh pihak pengelola. Sub-sistem permodalan yang dapat berfungsi sebagai lembaga keuangan baik berupa Bank dan Non Bank (ventura, leasing, dll.), maupun pemilik modal perorangan, memiliki peluang besar dalam membantu pengembangan UPJA. Sub sistem ini, diharapkan memberikan bantuan modal baik dalam bentuk uang (ventura), maupun dengan pengadaan Alsintan (leasing) untuk dikelola oleh UPJA.
6.2.
Dampak Efisiensi Pengolahan Tanah dan Penanganan Pasca Panen
Pemilihan tipe dan ukuran Alsintan umumnya dihubungkan dengan luas areal dan jenis tanaman. Alsintan yang selektif dalam pemakaiannya mampu menjamin keberhasilan petani pada tingkat on-farm dan off-farm. Diantara ragam manfaat penggunaan Alsintan adalah penurunan biaya tenaga kerja yang merupakan komponen biaya produksi yang cukup besar. Juga peningkatan produktivitas lahan dengan tercapainya pengolahan tanah yang lebih sempurna, percepatan waktu dalam penanaman, pemeliharaan dan panen, serta mengurangi kerugian akibat kehilangan hasil di saat panen. Dari hasil wawancara dengan petani pengguna jasa Alsintan diketahui bahwa penggunaan Hand Tractor untuk mengolah tanah lebih efisien daripada pengolahan secara manual (menggunakan tajak dan kaut). Perbandingan efisiensi penggunaan Hand Tractor dan manual, untuk pengolahan lahan sawah seluas 1 Ha dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.1.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-38
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Perbandingan Efisiensi Waktu, Biaya, dan Kualitas Hasil Pengolahan Tanah per Ha Menggunakan Hand Tractor dan Manual
No 1. 2.
3.
Variabel Waktu
Biaya
Kualitas
Hand Tractor
Manual (Tajak dan Kaut)
-Luku 2 HBM (2 orang).
- Tajak : 6 HBP (3 orang).
-Gelebek 1,5 HBM (2 orang).
- Kaut : 3 HBP (3 orang). - Tajak : Rp 375,000.
Rp 287.500.
- Kaut : Rp 250,000.
- Pembalikan, Gembur/Pecah.
- Tanpa olah tanah.
- Aerase bagus.
- Aerase kurang baik.
- Kedalaman olah tinggi.
- Kedalaman olah rendah.
Catatan: HBM = Hari Bekerja Mesin. Waktu yang dibutuhkan untuk mengolah tanah dengan menggunakan Hand Tractor menjadi lebih singkat dan menghemat biaya yang seharusnya dikeluarkan petani jika pengolahan dilakukan secara manual. Pengolahan tanah secara mekanik dapat menghemat biaya dibandingkan biaya pengolahan secara manual. Dengan adanya penghematan biaya tersebut, maka petani dapat menyisihkannya untuk keperluan lain, misalnya untuk membeli pupuk atau pestisida. Kualitas hasil pengolahan tanah menggunakan Hand Tractor lebih baik karena selain pembalikan tanah, Hand Tractor juga memecahkan gumpalan-gumpalan tanah menjadi lebih halus sehingga aerase tanah menjadi gembur. Teknik penanganan atau pengelolaan pasca panen sampai sekarang dapat dikatakan belum atau kurang mendapat perhatian dari para petani pada umumnya. Masih banyak petani yang bertindak kurang tepat pada saat panen dan selepas panen, sehingga kehilangan dan kerusakan hasil banyak terjadi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kehilangan gabah diperhitungkan 2 - 6% saat perontokan (production loss), tergantung pada jenis padi dan metoda perontokannya. Metoda perontokan yang umum dilakukan adalah teknik injakinjak (diiles) atau dibanting atau dipukul/ditumbuk. Metoda mekanisasi menggunakan thresher. Alat perontok digerakkan oleh kaki atau mesin (power). Penggunaan Power Thresher untuk merontok padi ditujukan untuk mengurangi kerugian akibat kehilangan hasil. Perbandingan efisiensi perontokan gabah metoda mekanis dan manual dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.2. Perbandingan Efisiensi Waktu dan Biaya serta Kualitas Hasil Perontokan Padi Produksi per Ha Metoda Mekanisasi dan Manual (standar produksi lokal)
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-39
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi
Variabel
Mekanisasi
Manual
Waktu
1 hari (15 orang)
7 hari (15 orang)
Biaya
15-20 % dari gabah yang dirontokkan
15-20 % dari gabah yang dirontokkan
Kualitas hasil rontokan
rendamen tinggi dan lebih bersih.
rendamen rendah kurang bersih.
Di wilayah kajian, sebagian besar petani telah menyadari pentingnya penggunaan Alsintan dalam penanganan pasca panen. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa petani telah menggunakan mesin perontok lokal sebelum adanya Power Thresher yang dikelola oleh UPJA. Penggunaan mesin perontok lokal ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga kerja, serta kualitas hasil. Dalam hal penanganan pasca panen (penggilingan padi), petani umumnya melakukannya secara mekanisasi baik dengan menggunakan RMU maupun penggiling padi (kilang padi). Perbandingan efisiensi penggunaan RMU dan penggiling padi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.3. Perbandingan Biaya, Kapasitas Kerja, Kondisi, dan Kualitas Hasil Penggilingan Padi Menggunakan RMU dan Kilang Padi Variabel Biaya
RMU
Kilang Padi
6% - 8% dari hasil giling
10 % dari hasil gililng
± 300 kg beras/jam
± 450 kg beras/jam
Kondisi
Kadar air 14 % - 15%
Kadar air bisa lebih tinggi
Kualitas beras
- Kurang putih
-Lebih putih
- Kulit ari sedikit terbuang
-Kulit ari banyak terbuang
Kapasitas kerja
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya penggunaan RMU untuk menggiling padi lebih murah daripada jasa penggiling padi yang umumnya dikelola oleh pihak swasta. Namun dari segi kualitas beras giling, terdapat sedikit perbedaan yaitu beras giling RMU kurang putih yang berarti bahwa kulit ari beras hanya sedikit yang terbuang. Sedangkan beras giling penggiling padi berwarna lebih putih, tetapi kulit arinya banyak yang terbuang.
6.3. Dampak Pada Percepatan Alih Teknologi Penggunaan Alsintan di berbagai kegiatan on-farm dan off-farm, mengindikasikan adanya minat dan kesadaran petani untuk mengadopsi teknologi mekanisasi. Untuk itu, penggunaan Alsintan ini perlu lebih dikembangkan untuk
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-40
dan
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi membantu petani meningkatkan produktivitas dan efisiensi tenaga kerja, serta memenuhi kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian (secara literalis). Dengan melihat potensi areal pertanian di Deli Serdang dan Langkat terutama sub sektor pertanian tanaman pangan yang merupakan lapangan usaha sebagian besar masyarakat petani, besar peluang untuk pengembangan penggunaan mekanisasi pertanian. Dengan melihat wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Langkat yang dekat dengan ibukota propinsi Sumatera Utara memberikan berbagai keuntungan. Setidaknya terdapat dua keuntungan. Disatu sisi terdapat kemudahan dalam kepentingan inovasi teknologi mekanisasi pertanian. Disisi lainnya mobilisasi tenaga kerja yang terserap ke ibukota tertanggulangi dengan kehadiran alat dan mesin pertanian. Untuk mendukung upaya penyerapan teknologi mekanisasi oleh petani, maka pengembangan sub sistem UPJA merupakan suatu metoda yang tepat untuk memudahkan petani menerapkan teknologi tersebut (keteraturan) dalam kegiatan usaha taninya. Kemudahan yang dimaksud dalam hal ini adalah karena dalam kelompok UPJA petani turut dilibatkan, sehingga dengan demikian penggunaan Alsintan tersebut menjadi lebih praktis dalam operasionalisasinya. Artinya bahwa petani yang mengelola dan petani juga yang menggunakannya. Dari seluruh uraian diatas, maka dampak pengembangan dari kehadiran atau prospeknya kedepan mencakup seluruh kegiatan on-farm dan off-farm. Hal ini dapat diartikan juga sebagai suatu percepatan terhadap terwujudnya sistem Agribisnis (secara teoritis) yang didukung oleh pemanfaatan Alsintan dalam bentuk UPJA. Olehkarenya perlu dipikirkan keterkaitan antara sistem UPJA dengan sistem Agribisnis secara formal kedepan, sekaligus mencakup keberadaan Kawasan Sentra Produksi (KSP) Pertanian serta pengembangannya diwilayah dimaksud. Perlu juga diperhatikan bahwa keterlibatan semua pihak (stakeholders) secara partisipatip. Karena komponen sistem Agribisnis menuntut hal tersebut. Misal pihak investor lokal, regional maupun luar negeri harus dapat didorong masuk kedalam sisitem tersebut. Dipihak lainnya, sistem pengawasan atau pembinaan dapat berjalan sejajar, Seperti dari pihak lainnya (stakeholders) unsur pemerintah, legislatip, Perguruan Tinggi, dll.
MASALAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM UPJA 7.1. Masalah Pengembangan Sistem UPJA 7.1.1. Pengelolaan Sistem UPJA (Management System of UPJA)
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-41
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Pengelolaan Alsintan dengan sistem UPJA yang berlangsung selama satu tahun lebih, telah menunjukkan hasil positip di beberapa kelompok. Namun dibeberapa kelompok lainnya masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Keberhasilan maupun kegagalan pengelolaan UPJA di wilayah kajian tidak terlepas dari berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan Alsintan dan kelompok UPJA itu sendiri. Walupun sudah memiliki institusi (struktur organisasi) dan pembagian tugas (fungsi) yang jelas pihak pengelola UPJA dalam hal ini manajer dan operator sering kali tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini mengakibatkan adanya manajer yang mengambil alih tugas operator karena operator tidak dapat mengoperasikan alat yang dikelolanya dengan baik. Demikian juga sebaliknya beberapa operator bertindak sekaligus sebagai manajer oleh karena manajer tidak menguasai sistem pengelolaan alat dan pembukuan yang baik. Kondisi perekonomian petani yang masih tergolong ekonomi lemah menjadi salah satu faktor penghambat pengembangan sistem UPJA di wilayah kajian sehingga biaya sewa altsintan dibayar setelah panen. Keadaan ini mengakibatkan pengelolaan keuangan kelompok UPJA menjadi sedikit terganggu. Seperti diuraikan pada Bab sebelumnya bahwa beberapa petani tidak melunasi biaya sewa alat yang telah ditetapkan oleh karena adanya gagal panen. Hal ini menghambat kelompok UPJA di daerah tersebut untuk memberikan setoran ke kas negara. Keterbatasan dalam hal permodalan juga merupakan masalah yang dihadapi kelompok UPJA dalam mengembangkan usahanya. Hal ini menyebabkan beberapa point perencanaan kelompok UPJA tidak dapat terealisasi dengan baik. Misalnya kelompok UPJA yang mengelola RMU, tidak dapat merealisasikan rencana untuk pembuatan lantai jemur dan tidak mampu untuk membeli gabah produksi petani. Selain kedua faktor SDM dan keuangan tersebut ternyata sistem pengawasan atau pembinaan terhadap struktur dan fungsi belum dilakukan intensip. Pelayanan purnajual (after sale services) dari pihak penyalur Alsintan yang berkaitan dengan aspek non-teknis (pengelolaan) tidak pernah dilakukan. Misalnya pengaturan atau penjadwalan perawatan Alsintan atau pengawasannya dari sisi manajemen UPJA. 7.1.2. Pengelolan Teknologi Alsintan (Management Alsintan Technology) Yang dimaksudkan dengan Pengelolaan Teknologi Alsintan mencakup dua hal yaitu menyangkut aspek teknik pengoperasiannya (technical or technique implementation aspects) dan aspek teknologinya (technological aspects). Hal ini terkait dengan sistem UPJA. Pengelolaan Alsintan dengan sistem UPJA di wilayah kajian tidak terlepas dari beberapa masalah yang dapat menghambat operasionalisasinya. Bahkan sebelum alat dioperasikan telah ditemui beberapa kendala teknologinya yang bersumber dari alat itu sendiri. Kendala dimaksud adalah tidak sesuainya beberapa komponen alat yang diterima dengan kondisi lahan persawahan di beberapa daerah. Untuk itu pihak pengelola harus melakukan perombakan alat agar dapat digunakan sesuai kebutuhan petani di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer dan operator Hand Tractor diketahui bahwa luku dan gelebek yang diterima tidak sesuai dengan kondisi areal persawahan yang dalam (keadaan tanah sawah berlumpur) seperti yang terdapat di wilayah kajian sehingga luku atau glebek yang asli mengakibatkan
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-42
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi pengaruh yang berat sewaktu pengolahan. Untuk itu pihak pengelola melakukan perombakan luku dan gelebek supaya dapat digunakan dengan baik. Ketersediaan suku cadang Alsintan yang masih terbatas di wilayah kerja UPJA juga menjadi faktor penghambat penggunaan Hand Tractor. Jika terjadi kerusakan berat, pihak pengelola umumnya mencari/membeli spare parts ke luar daerah yaitu di ibukota propinsi (Medan). Pengelolaan pompa air (Water Pump) di wilayah kajian masih belum efektif, karena tidak adanya sumber air yang memadai untuk mengairi seluruh areal persawahan. Beberapa manajer dan operator pompa air juga menyatakan bahwa daya isap pompa air lebih besar daripada ketersediaan air. Selain itu pola tanam di wilayah kajian umumnya masih satu kali setahun. Disini telah terjadi kesalahan penempatan lokasi Pompa (dislocation). Kendala bagi operator mengoperasikan Power Thresher karena terlalu berat sehingga sangat sulit memindahkannya. Seperti halnya Hand Tractor, Power Thresher juga mengalami perombakan sebelum dioperasikan, agar dapat berfungsi dengan baik di daerah setempat. Perombakan yang dilakukan antara lainnya mengurangi jumlah gigi perontok, memperbesar outlet pembuangan sampah dan inlet pemasukan gabah, serta merombak kipas agar sampah dan debu mudah keluar (separation technique problems). Kendala operator mengoperasikan Rice Milling Unit (RMU) antara lainnya apabila gabah/padi yang dibawa oleh petani tidak bersih (terdapat batu atau paku) sering menimbulkan kebocoran saringan beras sehingga kualitas beras yang digiling kurang bagus. Akibat ikutanya adalah kerusakan alat sehingga kegiatan sering terhenti. 7.2. Strategi Pengembangan Sistem UPJA (Development Strategy of UPJA) Dari permasalahan yang diuraikan, maka strategi pengembangan Alsintan dengan sistem UPJA di wilayah kajian dirumuskan sebagai berikut. 7.2.1.
Strategi Pengembangan Struktur, Fungsi dan Sumber Daya Manusia
a.
Diperlukan restrukturisasi organisasi yang memisahkan antara pengelolaan Alsintan pada sub-sistem on-farm dan off-farm. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menyederhanakan sekaligus memperkuat posisi personil organisasi pada fungsi dan kegiatan masing-masing. Misal bagi manajer, operator, pengelola keuangan atau pengawas. Untuk ini disarankan untuk melakukan studi dan diskusi tersendiri. Juga diperlukan diklat khusus, menyangkut kurikulum dan silabus yang jelas untuk itu.
b.
Pada tingkat sekarang ini, keberadaan dan penerapan model manajemen serta modifikasinya dapat dilakukan, artinya menunggu persiapan perencanaan yang disebutkan pada butir a.
c.
Sosialisasi dan Penyuluhan kepada petani terkait dengan semua stakeholders tentang pentingnya organisasi dengan sistem UPJA perlu direncanakan untuk dilaksanakan.
d.
Peningkatan pemahaman personil berkaitan dengan peningkatan kemampuannya tentang sistem UPJA secara komprehensif perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
7.2.2. a.
Strategi Modal Usaha Pengembangan modal usaha kedepan perlu memperhatikan sumbersumber modal yang dapat diperoleh melalui perbankan, ventura, leasing,
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-43
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Joint Operation (modal kemitraan). b.
Pemanfaatan modal dimaksud pada butir a mencakup semua sub sistem yang terkait didalam UPJA seperti, perbengkelan, kelompok UPJA sendiri, penyedia suku cadang dan lainnya.
c.
Sistem sewa menyewa harus memperhatikan jaminan pembayaran. Artinya kegagalan panen tidak menjadi factor penghalang utama bagi sistem keuangan organisasi. Misal penyewa dapat diberikan sangsi dengan bunga uang rendah disatu sisi dan pendekatan kepihak perbankan (lembaga keuangan lainnya) dapat mejamin/melakukan/mendahulukan pembayaran cicilan agar struktur keuangan organisasi tidak terganggu.
d.
Akumulasi modal perlu diperhatikan, artinya SHU (jika untung) agar tidak segera dibagikan sebagai dividen. Modal pemerintah yang harus dikembalikan (swebesar 50%) agar dimohon untuk penambah modal usaha dengan bunga lunak dan berjangka panjang serta dengan pengaturan sistim cicilan (rephasing).
e.
Pada tingkat sekarang ini pemberian bantuan modal usaha bagi bengkelbengkel binaan untuk pengadaan spare parts dan kelancaran perbaikan/perawatan Alsintan milik kelompok UPJA perlu diperhatikan dalam jangka waktu pendek.
f.
Pemberian bantuan modal kerja pada tingkat sekarang bagi kelompok UPJA untuk pengembangan usaha dapat dilakukan, misal kelompok UPJA yang mengelola RMU dapat menampung gabah dari petani sehingga kelompok UPJA dapat menjual beras kepada konsumen.
7.2.3.
Strategi Pengembangan Alsintan
a. Strategi pengembangan Alsintan yang diartikan untuk menambah jumlah unit dan jenis lainnya adalah tepat. Untuk itu sudah harus direncanakan sejak dini. Pertimbangan secara spesifik lokasi dan yang sesuai dengan kebutuhan petani perlu diperhatikan. b. Penambahan jumlah unit Alsintan dengan melihat luas lahan tanaman pangan yang tersedia dan terolah setiap tahun sangat menjanjikan. Jumlah Alsintan yang dapat dikelola oleh pihak swasta di suatu daerah sebaiknya disesuaikan dengan kapasitas kerja Alsintan per unit per tahun. c. Mempertimbangkan jenis adanya tenaga (manusia dan ternak) yang tersedia di daerah yang bersangkutan untuk dimanfaatkan pada pengolahan tanah secara manual, agar tidak bersaing dengan kehadiran mekanisasi yang dapat merugikan kedua pihak. Diperlukan pemikiran pengorganisasian yang saling mendukung (mutual organizing). d. Kejadian seperti kesalahan penempatan (displacement or dislocation) Alsintan di kabupaten Langkat perlu dipertimbangkan untuk melakukan kebijakan pemindahan tempat (relocation or replacement). Dari uraian tentang masalah dan strategi pengembangan UPJA (termasuk Alsintan) baik sebagai sistem atau struktur dan fungsi organisasi yang dapat mengembang menuntut tindakan-tindakan berdasarkan perencanaan yang matang. Perencanaan dan Penetapan strategi yang berjangka menengah dan panjang lebih bijaksana daripada strateg yang berjangka pendek saja. Hal ini perlu dipertimbangkan dan diperhatikan lebih bijaksana agar berbagai aspek teknis dan non-teknis yang berimplikasi ganda (multi implications) atau berdampak luas (multi impacts) dapat diantisipasi (anticipation on multiplier effect either positively or negatively).
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-44
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8. 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. a.
Pengembangan sistem UPJA ditujukan untuk mendukung pencapaian tujuan mekanisasi pertanian yang membantu petani mencapai peningkatan produksi, peningkatan nilai produksi per satuan luas, dan efisiensi usahatani. Pencapaian dimaksud masih jauh daripada yang diharapkan.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
I-45
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi b.
Pengembangan sistem UPJA memberikan dampak positip pada peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan efisiensi usahatani, dan percepatan alih teknologi mekanisasi kepada para petani.
c.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan sistem UPJA menyangkut manajemen organisasi yang masih kurang, modal kerja kelompok UPJA masih rendah, ketersediaan suku cadang yang masih terbatas di daerah kajian serta adanya persaingan yang sangat kuat dengan pihak swasta. Juga keberadaan factor SDM teknik dan non-teknik masih belum memuaskan baik dalam arti kualifikasi personal atau secara internal organisasi.
d.
Penempatan Alsintan pada lokasi yang salah (dislocation/displacement) telah terjadi. Hal ini memerlukan pertimbangan kebijaksanaan yang tepat agar semua aspek yang direncanakan semula dapat dicapai. Juga terdapat ketidakcocokan teknis (unspecipication technique) jenis Alsintan menyebabkan ekstra biaya bagi perlakuan modifikasi.
8. 2. Rekomendasi Dalam rangka peningkatan pemanfaatan Alsintan melalui pengembangan sistem UPJA, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut. a.
Meningkatkan penyuluhan tentang pertanian kepada para petani.
pentingnya
teknologi
mekanisasi
b.
Perlu dikembangkan tenaga profesional yang berjiwa bisnis untuk mengelola kelompok UPJA.
c. Perlu penyediaan modal kredit untuk modal kerja bagi pengembangan kelompok UPJA dan usaha perbengkelan Alsintan. d.
Tindakan relokasi (relocatrion) Alsintan Water Pump perlu diperhatikan.
e.
Perencanaan yang bersifat lebih komprehensif (Comprehensive Planning) perlu diperhatikan kedepan sekaligus mengantisipasi berbagai implikasi dan dampak yang terjadi dalam jangka menengah atau jangka panjang kedepan.
f.
Jika diperlukan berbagai penilaian kembali (review or reassessment) terhadap berbagai factor yang mencakup sistem dan Alsintan merupakan hal yang direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Anonim (1997).
Meningkatkan Intensitas Tanaman Pangan di Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara Medan.
2.
Anonim (1999).
Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan dan Pengembangan Alsintan Melalui UPJA. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Deptan RI, Jakarta.
3.
Anonim (1999).
Petunjuk
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
Teknis
Pengelolaan
dan
I-46
Analisis Sistem UPJA Terhadap Pengembangan Ekonomi Penggunaan Power Thresher dan Pompa Air. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Deptan RI, Jakarta. 4.
Daulay, SB (1999).
Program Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Kabupaten Deli Serdang (Makalah). Fakultas pertanian USU, Medan.
5.
Dauney, WD dan Ericson, SP (1987).
6.
Hapsah, MJ. (1999).
Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7.
Nazir, M (1988).
Metode Penelitian Ghalia Indonesia, Jakarta.
8.
Purwono, I (1992).
Mesin Perontok Padi Dasar Penggunaan dan Karakteristik Thresher. Penerbit Kamisius, Yogyakarta.
9.
Rangkuti, F (1997).
Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pustaka Utama,, PT. Gramedia, Jakarta.
Agribusiness Management McGrow-Hill, Inc. Ny.
10. Soekartawi, Dkk (1985)
Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI, Jakarta.
11. Wibowo, S. Dkk (1999)
Pedoman Mengelola Perusahaan kecil . PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
12. Wijanto (1996)
Memilih, Menggunakan dan Traktor Tangan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
! Laporan Akhir 2002 digitized by USU digital library
Untuk
Merawat
I-47