Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 7 (1) Desember 2015
ISSN : 0216-7530
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN (UPJA) DI KABUPATEN SINJAI Oleh : Ahfandi Ahmad *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji factor-faktor internal dan eksternal pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA), serta merumuskan formulasi strategi pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA).Dimana penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sinjai yaitu pada Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) yang tersebar di Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai Barat, mulai bulan April sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (descriptive rescarch), yaitu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan pendekatan survey (Survey research), yaitu pendekatan penelitian yang penelahannya diarahkan pada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam dan mendetail, secara komprehensif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor internal yang menentukan pengambangan UPJA di Kabupaten Sinjai adalah kemampuan manajer dan pengalaman operator (kekuatan) serta administrasi pelayanan (kelemahan).Faktor eksternal adalah potensi lahan pengembangan yang masih cukup besar, jaminan dan kemudahan suku cadang serta minimnya angkatan kerja dari sektor pertanian.Sedangkan dari sisi ancaman, faktor yang perlu mendapat perhatian adalah kurangnya sarana infrastruktur dan kuatnya hubungan kekerabatan.Formulasi strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai adalah melakukan sosialisasi dengan dukungan instansi terkait, mengembangkan kemitraan dengan petani, meningkatkan atau menciptakan peluang usaha agribisnis lainnya, serta meningkatkan ketersediaan alsintan. Katakunci : Formulasi, strategi Pengembangan UPJA
subsistem produksi (On Farm). Agroindustri adalah subsistem dari sistem agribisnis yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang. Di Sulawesi Selatan jumlah kelompok UPJA sebanyak 475 kelompok dengan klasifikasi UPJA profesional 3 kelompok, berkembang 96 kelompok dan 376 kelompok pemula. Sedangkan di Kabupaten Sinjai, hingga tahun 2010 jumlah kelompok UPJA telah mencapai 33 kelompok yang mengelola 64 unit traktor roda dua, 27 unit Power Thresher, 36 unit Pompa Air, 9 unit Dryer dan 23 unit Rice Milling Unit (RMU) dengan klasifikasi UPJA profesional 1 kelompok, UPJA berkembang 5 kelompok dan 27 kelompok UPJA pemula.
PENDAHULUAN Latar Belakang Program utama pembangunan pertanian saat ini difokuskan pada pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan, dimana kunci sukses program tersebut terletak pada upaya peningkatan agroindustri (offfarm) dan mekanisasi pertanian (on farm). Pengembangan agribisnis sangat bertumpu pada subsistem agroindustri, baik agroindustri hulu ataupun agroindustri hilir. Di lain pihak, ketahanan pangan akan ditunjang oleh adopsi dan aplikasi teknologi oleh petani sebagai pelaku utama *) Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah Sinjai 78
Selama kurun waktu 2 tahun terakhir terjadi peningkatan pelayanan jasa alsintan di Kabupaten Sinjai sekitar 40 %. Namun peningkatan dalam kuantitas tidak berarti bahwa terjadi pula peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani karena tidak semua petani dapat menggunakan dan mengadopsi teknologi. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut misalnya biaya sewa yang mahal, keterbatasan jumlah alsintan, dan masih banyak petani yang tetap menggunakan teknologi tradisional. Walaupun demikian pengadaan alsintan belum dapat memenuhi tingginya kebutuhan akan penggunaan alsintan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya jumlah alsintan dan informasi yang terbatas tentang keberadaan kelompok UPJA pada seluruh wilayah di Kabupaten Sinjai. Distribusi bantuan alsintan oleh Dinas Pertanian TPH Kabupaten Sinjai dilakukan secara merata pada setiap kecamatan padahal kebutuhan masing-masing kecamatan memiliki luas areal atau kebutuhan akan alsintan yang berbeda.
tahun, dengan harga sewa rata-rata Rp. 300.000 per hektar. Pola kemitraan tersebut memiliki kelemahan yakni kurang didukung oleh pihak terkait lainnya, seperti lembaga keuangan bank dan non bank, serta pemasok/supplier, karena hubungan dengan pihak-pihak tersebut masih direpresentasikan oleh Dinas Pertanian TPH Kabupaten Sinjai. Fenomena yang muncul kemudian adalah banyak permintaan untuk menjadi kelompok UPJA serta permintaan tambahan Alsintan bagi kelompok UPJA yang telah ada. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di Kabupaten Sinjai sangat prospektif untuk dikembangkan. Perbedaan kebutuhan alsintan berdasarkan luas areal persawahan pada setiap kecamatan di Kabupaten Sinjai serta kebutuhan yang variatif terhadap jenis alsintan memerlukan suatu strategi pengelolaan dan pengembangan Kelompok UPJA tersendiri. Hal tersebut memunculkan pertanyaan mendasar di bawah ini : 1. Bagaimanakah faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengembangan usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA). 2. Bagaimana formulasi strategi untuk pengembangan usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA).
Rumusan Masalah Masih rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan akan pengadaan dan pelayanan jasa alat dan mesin pertanian di Kabupaten Sinjai menyebabkan tingginya permintaan terhadap pelayanan jasa alsintan. Hingga awal tahun 2010, kebutuhan terhadap penggunaan alsintan khususnya traktor tangan, baru terpenuhi sekitar 30 % dari total kebutuhan (Dinas Pertanian TPH Kab. Sinjai, 2010). Perjanjian Kerja Sama Operasional (KSO) antara kelompok UPJA dengan Pemerintah Kabupaten Sinjai sebenarnyan relatif menguntungkan bagi kelompok UPJA, yaitu berupa pembinaan dan pelatihan baik manajerial maupun teknis oleh Dinas Pertanian TPH Kabupaten Sinjai. Namun kelompok UPJA diwajibkan membayar retribusi kepada pemerintah. Retribusi untuk satu buah handtractor adalah Rp. 1.000.000. per
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut diats, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA). 2. Merumuskan formulasi strategi pengembangan usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA).
79
dalam sistem Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA). 3. Observasi (Pengamatan); Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kondisi Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA), khususnya dalam hal kegiatan operasionalnya, tempat dan keterampilan operatornya. Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua macam : 1. Data Primer; Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, baik secara langsung maupun menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. 2. Data Sekunder; Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kabupaten Sinjai yaitu pada Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) yang tersebar di Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Selatan dan Kecamatan Sinjai Barat dengan pertimbangan bahwa ketiga kecamatan tersebut merupakan sasaran pengembangan UPJA oleh Dinas Pertanian TPH kab. Sinjai. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Agustus 2015. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (descriptive rescarch), yaitu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei (survey research), yaitu pendekatan penelitian yang penelaahannya diarahkan pada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam dan mendetail, secara komprehensif.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan saple menurut Sudjana (2005) secara garis besar terdiri atas: 1. Sampling seadanya 2. Sampling pertimbangan atau purposif. 3. Sampling peluang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus, dimana sample yang akan diambil adalah sebagian unit usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian (UPJA) di kabupaten Sinjai yang mendapatkan atau menerima bantuan alat mesin pertanian dari pihak pemerintah. Oleh karena itu, menurut peneliti penggunaan sampling purposif lebih cocok digunakan dalam penelitian ini karena: 1. Unit usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian (UPJA) dengan pertimbangan tertentu telah dipilih oleh peneliti. 2. Jumlah responden / sample untuk manager adalah 10 orang manager UPJA atas pertimbangan peneliti. 3. Sampel pengguna jasa, pada saat identifikasi yang pertama sejumlah 10 responden diambil 2 ketua kelompok tani pada tiap – tiap kecamatan, dengan pertimbangan peneliti bahwa ketua kelompok tani mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu : 1. Interview (Wawancara); Wawancara dilakukan secara langsung dengan petani pengguna jasa, operator, manager Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA), pesaing, bengkel alat mesin pertanian dan pihak -pihak lain dalam sistem Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA). 2. Kuesioner (Daftar Pertanyaan); Kuesioner diberikan kepada responden, antara lain Ketua Kelompok Tani, Manajer, Operator dan pihak-pihak lain yang terkait 80
peneliti dan dapat diajak komunikasi dengan baik. 4. Sample dari unsur penyedia alat mesin
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan. empat set kemungkinan alternatif strategis. Tujuan dari setiap alat pencocokan tersebut adalah untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak, bukan untuk memilih atau menetapkan strategi mana yang terbaik. Oleh karena itu tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi.
pertanian, terdiri pabrikan dan pengrajin / bengkel 3 orang.
5. Sample dari unsur subsistem permodalan dan pendanaan terdiri dari: Dinas Pertanian Kabupaten = 1 Orang Badan Perencanaan Pembangunan = 1 Orang Bank BRI = 1 Orang 6. Sample yang berasal dari subsistem pembinaan dan pengendalian, terdiri dari: Petugas Pertanian Kecamatan = 5 orang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) = 3 orang Petugas tingkat kabupaten = 1 orang 7. Sampel yang berasal dari pesaing usaha sejenis terdiri dari pesaing pesaing yang mempunyai jenis peralatan mesin pertanian yang sama dengan milik UPJA masing –masing 1 (satu) orang tiap kecamatan.
Definisi Operasional 1. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) adalah kelompok yang mengusahakan pelayanan jasa alat dan mesin pertanian, baik kelompok tersebut sebagai kelompok khusus usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian ataupun sebagai kelompok tani yang memiliki unit usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian atau yang mengelola usaha pelayanan jasa dan mesin peranian. 2. Strategi adalah suatu cara yang dilakukan dalam upaya pengembangan unit usha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) dengan menekankan pada penyesuaian UPJA dengan lingkungan eksternalnya. 3. Analisa SWOT adalah suatu analisa untuk membandingkan antara faktorfaktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) unit usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) 4. Analisis Lingkungan Intenal diartikan sebagai suatu proses yang digunakan dalam perencanaan strategi untuk memantau lingkungan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan UPJA 5. Analisis lingkungan eksternal diartikan sebagai suatu proses yang digunakan dalam perencanaan strategi untuk memantau lingkungan dalam menentukan peluang atau ancamanancaman yang dihadapi oleh UPJA.
Metode Analisis Data Metode analisa data yang digunakan adalah : 1. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal dalam pengembangan UPJA maka dilakukan analisis secara deskriptif. 2. Evaluasi hasil analisa SWOT yang dilakukan lebih dititikberatkan pada unsur-unsur strategi pengembangan unit Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) Semua informasi yang didapat dari analisis Strategi faktor internal dan eksternal dimasukkan dalam model kuantitatif perumusan Strategi. Alat yang dipakai adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan 81
untuk menerima UPJA berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kelompok tani terpilih ikut menentukan jumlah dan jenis alsintan yang dibutuhkan di wilayahnya, namun seringkali terjadi perubahan dengan alasan ketersediaan jenis alat dan anggaran yang terbatas. Hal ini mendasari jauhnya realita dari konsep pembentukan UPJA profesional seperti yang tercantum dalam Pedoman Umum Pengembangan UPJA (Ditjen Bina Sarana Pertanian, 2002). Program UPJA bukan merupakan bantuan penuh kepada petani, melainkan stimulan usaha dari pemerintah. Dalam KSO, 50% dari keuntungan bersih/SHU (Sisa Hasil Usaha) harus disetorkan kepada kas negara melalui Dinas Pertanian TPH kab. Sinjai, sedangkan sisanya masuk dalam kas UPJA dalam bentuk tabungan kelompok. Dalam perjalanannya, pola KSO ini kurang berkembang, dimana salah satu penyebabnya adalah pengelola merasa tidak memiliki alsintan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perkembangan UPJA Di Kabupaten Sinjai Unit Usaha Pelayanan Jasa alsintan di Kabupten Sinjai mulai terbentuk pada tahun 1999 dengan adanya bantuan alat dan mesin pertanian melalui Proyek SPLJBIC-INP.22 (Sector Program LoanJapan Bank International Corporation). Pada saat itu alokasi bantuan alsintan terdiri atas traktor tangan, alat perontok padi dan mesin penggilingan padi (rice milling unit) kepada 9 kelompok (tabel 1.) yang selanjutnya membentuk kelompok UPJA. Secara operasional, Dinas Pertanian TPH Provinsi Sulawesi Selatan mengawali program dengan melakukan sosialisasi misi program ke instansi dibawahnya, dalam hal ini adalah Dinas Pertanian TPH Kabupaten Sinjai. Selanjutnya Dinas Pertanian TPH Kab. Sinjai akan memilih lokasi yang diusulkan
Tabel 1. Data Awal Pengelola UPJA Di Kabupaten Sinjai Jenis Alsintan (Unit) NO
Nama UPJA
Manager
Alamat
HT
PT
RMU
WP
1 2 3
Kamsau Kaloling Biroro
H. Indo Becce Abdul Salam Syakir , S.Ag/Benteng
Desa Kaloling Lasiai Biroro
Kecamatan Sinjai Timur Sinjai Timur Sinjai Timur
2 2 2
2 1 1
2 1 1
1 1 1
4 5 6 7
Patpan Lasiai Sanpan Kanrung
A. Abd. Azis S.Pd Bustan, S.Sos M. Ismail Bohari, BA
Pattalasang M. Tellue Kanrung Balakia
Sinjai Sinjai Sinjai Sinjai
Timur Timur Timur Tengah
2 2 2 2
2 1 2 2
1 1 2 1
2 1 1 1
8
Samaenre
Haeruddin
G. Perak
Sinjai Tengah
2
2
1
9
Mattunreng Tellue
Marzuki
Saukang
Sinjai Tengah
2
2
1
1
18
15
11
9
Jumlah
HT : hand tracktor, PT : Power Thresher, RMU : Rice Milling Unit, WP : Water Pump Sumber : Dinas Pertanian TPH kab. Sinjai (2010)
82
-
Struktur Organisasi UPJA
Analisis Ekonomi Kegiatan UPJA
Di kabupaten Sinjai, terdapat dua pola pengelolaan UPJA. Pola pertama sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) dari pemerintah pusat. UPJA merupakan unit usaha alsintan yang mandiri, independen, dari kelompok tani (gambar 2)
Berdasarkan tabel 2 dibawah ini, secara umum keragaan ekonomi pengelolaan UPJA di kabupaten Sinjai, terlihat bahwa seluruh tipe/jenis alsintan yang diusahakan belum mampu menutupi biaya operasionalnya. Asumsi dasar yang dipakai untuk menentukan kelayakan ekonomis disajikan pada tabel lampiran 3. Untuk semua tipe alsintan, perhitungan B/C ratio belum mencapai nilai kelayakan suatu usaha (rata-rata < 1). Analisa perhitungan titik impas (BEP) akan tercapai jika ketiga alat tersebut mampu mengolah 31.19 Ha untuk hand tracktor, 64,25 ton untuk mesin perontok dan 75.57 ton untuk mesin penggilingan padi (RMU). Variabel yang sangat berpengaruh dan memberikan kontribusi besar dalam pengelolaan UPJA adalah investasi awal dan bagaimana menekan biaya operasional. Secara ekonomi kegiatan UPJA di Kabupaten Sinjai dapat ditunjukkan pada tabel 2 berikut :
Gambar 2. Struktur UPJA di Kabupaten Sinjai
Struktur organisasi di atas menggambarkan adanya satu komando atau perintah. Setiap operator hanya menerima perintah dari satu orang dan bertanggung jawab kepada orang itu juga, dalam hal ini manajer. Setiap operator bertanggung jawab kepada manajer dalam hal pelaporan hasil kerja dan perawatan alat dan mesin.
Tabel 2. Analisa Ekonomi Pemanfaatan Alsintan Di kabupaten Sinjai Uraian Harga (Rp) Kapasitas Jasa Sewa (Rp) Penerimaan (Rp/tahun) Pengeluaran (Rp/Tahun) Depresiasi (Rp/Tahun) B/C Ratio BEP
Hand Tracktor 18,000,000 25.90 Ha/Tahun 300,000/Ha 7.770.000 8,894,000 3,000,000 0.87 31.19 Ha
Jenis Alsintan Power Threser 15,000,000 45 Ton/tahun 100,000/ton 4,500,000 6,420,000 2,200,000 0.70 64.25 Ton
RMU 17,500,000 18 Ton/tahun 120,000/ton 2,160,000 7,245,000 3,300,000 0.30 75.57 Ton
Sumber : Data Primer dan Dinas Pertanian TPH (2005), diolah
merupakan sumberdaya kelompok UPJA yang dapat menjadi kekuatan jika dikelola secara efektif dan efisien, sebaliknya bila tidak dikelola dengan baik justru menjadi kelemahan UPJA itu sendiri. Hasil analisis faktor internal disajikan pada tabel 3 berikut
Analisis Faktor Internal & Eksternal Analisis Faktor Internal Analisis faktor internal merupakan kegiatan analisis terhadap kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pengembangan UPJA. Analisis ini juga meliputi bagian dalam usaha yang 83
Tabel 3. Matrik Analisis Strategi Faktor Internal (IFAS) Pengembangan UPJA Di Kabupaten Sinjai No.
ANALISIS FAKTOR INTERNAL
BOBOT
RATING
SKOR
1
Kekuatan/Strength Kemampuan manajerial
0.24
4
0.94
2
Jasa sewa kompetitif
0.18
3
0.53
3
Kemampuan operator
0.24
4
0.94
4
Modal investasi
0.18
3
0.53
5
Teknologi alsintan
0.18
3
0.53
Jumlah
1.00
3.47
1
Kelemahan/Weakness Alsintan tersedia terbatas
0.11
2
0.22
2
Administrasi Pelayanan
0.22
4
0.89
3
Koordinasi Instansi terkait
0.33
4
1.33
4
Disiplin Pengurus
0.11
4
0.44
5
Sosialisasi Kurang
0.22
2
0.44
Jumlah
1.00
3.33
Sumber : data primer, diolah
Pada tabel 3 diatas terlihat bahwa skor tertinggi untuk faktor internal dari sisi kekuatan adalah kemampuan manajerial (0.94) dan pengalaman operator. Sedangkan dari sisi kelemahan, skor tertinggi yang menentukan arah pengembangan UPJA adalah administrasi pelayanan (0.89). Hal ini dapat dipahami bahwa faktor kemampuan manajerial dan pengalaman operator alsintan memang merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pelayanan jasa alsintan. Manajer UPJA yang handal adalah manajer yang mampu mengorganisasi anggota dalam UPJA sehingga dapat bekerja sesuai dengan tugas masing-masing, serta mampu mencari peluang-peluang kerjasama/pasar dengan petani pengguna jasa alsintan baik di dalam wilayah kerjanya maupun di luar wilayah kerja. Faktor administrasi pelayanan menjadi faktor kelemahan yang harus diperhatikan bila arah pengembangan UPJA menuju UPJA yang profesional ingin diwujudkan.
Prinsip dasar administrasi pelayanan adalah mencatat segala hal, baik yang berkaitan dengan biaya pengembangan UPJA maupun administrasi lainnya sehingga tata kelola UPJA tersebut akan mencerminkan/ menggambarkan kinerja unit usaha yang sesungguhnya. Analisis Faktor Eksternal Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai disajikan pada tabel 4. Faktor eksternal yang mempunyai nilai tertinggi dari sisi peluang adalah potensi lahan pengembangan yang masih cukup besar, jaminan dan kemudahan suku cadang serta minimnya angkatan kerja dari sektor pertanian. Sedangkan dari sisi ancaman, faktor yang perlu mendapat perhatian adalah kurangnya sarana infrastruktur dan kuatnya hubungan kekerabatan.
84
Tabel 4. Matrik Analisis Strategi Faktor Eksternal (IFAS) Pengembangan UPJA Di Kabupaten Sinjai No.
Analisis Faktor Eksternal Peluang/Opportunity
Bobot
Rating
Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Dukungan dan Bantuan Pemerintah Potensi lahan tersedia Jaminan Suku Cadang Kurangnya Tenaga kerja Keuntungan ekonomis Jumlah Ancaman/Threats
0.17 0.22 0.22 0.22 0.17 1.00
3 4 4 4 3
0.50 0.89 0.89 0.89 0.50 3.67
1. 2. 3. 4. 5.
Kepemilikan Lahan Sempit Kurangnya Sarana Infrastruktur Kuatnya hubungan sosial petani Tingkat Pengetahuan Rendah Kemampuan Modal Petani Rendah Jumlah
0.11 0.22 0.22 0.33 0.11 1.00
2 4 4 2 4
0.22 0.89 0.89 0.67 0.44 3.11
Sumber : Data primer, diolah
strategi SWOT didasarkan pada nilai/skor kekuatan – skor kelemahan sebagai titik x dalam diagram. Sedangkan posisi titik y merupakan pengurangan nilai/skor dari Peluang – skor Ancaman. Adapun Matriks Pembobotan Analisis SWOT disajikan pada tabel 5 berikut ini.
Analisis SWOT Matriks SWOT Diagram analisis SWOT dimaksudkan untuk memberikan gambaran posisi strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai. Penempatan posisi
Tabel 5. Matriks Pembobotan Analisis SWOT Kekuatan /Strenghts
Skor
Kelemahan/Weakness
Skor
Kemampuan manajerial Jasa sewa kompetitif Kemampuan operator Modal investasi Teknologi alsintan
0.94 0.53 0.94 0.53 0.53 3.47
Alsintan tersedia terbatas Administrasi Pelayanan Koordinasi Instansi terkait Disiplin Pengurus Sosialisasi Kurang
0.22 0.89 1.33 0.44 0.44 3.33
Jumlah
Jumlah
Peluang/Opportunities
Skor
Ancaman/Threats
Skor
Dukungan dan bantuan Pemerintah Potensi lahan tersedia Jaminan Suku Cadang Kurangnya Tenaga kerja Keuntungan ekonomis
0.50
Kepemilikan Lahan Sempit
0.22
0.89 0.89 0.89 0.50 3.67
Kurangnya Sarana Infrastruktur Kuatnya hubungan sosial Petani Tingkat Pengetahuan Rendah Kemampuan Modal Petani Rendah Jumlah
0.89 0.89 0.67 0.44 3.11
Jumlah
85
Pada gambar 1 di atas, strategi pengembangan UPJA di kabupaten Sinjai adalah strategi agresif (kuadran I) yaitu strategi yang dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Matrik SWOT berisi alternatif strategi dibuat berdasarkan perpaduan antara sumber daya dan kemampuan internal dengan berbagai peluang dan ancaman eksternal, yang ditunjukkan pada tabel 6.
Diagram SWOT Dari matriks pembobotan SWOT pada tabel 5 diatas, nilai x adalah 0.14 (total skor kekuatan-kelemahan) sedangkan nilai y adalah 0.56 (totall skor PeluangAncaman). Posisi strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai ditunjukkan pada diagram berikut: Y O: 3,36
Penyusunan Strategi Pengembangan UPJA Di Kabupaten Sinjai Matrik SWOT merupakan penggabungan faktor-faktor strategi internal dan eksternal sehingga dihasilkan strategi operasional untuk mencapai tujuan pengembangan UPJA. Berdasarkan matrik SWOT diatas, dapat ditentukan empat kombinasi strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai, yaitu :
0 X 0
W: 3,33
S: 3,47
T: 3,11
Gambar 1. Posisi Strategi Pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai
Tabel 6. Matriks SWOT Pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai
IFAS EFAS
OPPORTUNITIES Dukungan dan ban tuan pemerintah Potensi lahan tersedia Jaminan Suku Cadang Kurangnya Tenaga kerja Keun t ungan Ekonomi s / Komparatif
THREATS Kepemilikan Lahan Sempit Ku r a n g n y a S a r a n a Infrastruktur Kuatnya hubungan sosial petani Tingkat Pengetahuan Petani Rendah Kemampuan modal petani rendah
STRENGTHS
WEAKNESS
Kemampuan Manajerial Jasa sewa kompetit if Kemampuan operator Modal investasi Teknologi alsintan STRATEGI S-O Sosialisasi dengan dukungan instansi terkait (S5O1) Mengembangkan kemitraan dengan petani (S1O2) Meningkatkan Peluang usaha agribisnis (S4O5) Meningkatkan ke tersediaan alsintan (S4O3)
Alsintan tersedia terbatas Administrasi Pelayanan Koordinasi Instansi terkait Disiplin Pengurus Sosialisasi Kurang STRATEGI W-O Sosialisasi penggunaan alsintan untuk meningkatkan produktivitas (W5O2) Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan petani (W2O4)
STRATEGI S-T Ban t u a n Mod a l Un t u k Pengembangan Usaha(S2T5) Pembangunan inf ras t ruktur pertanian (S4O3)
STRATEGI W-T Membentuk Kelompok Tani dan Pemberian bantuan pelayanan secara kolektif (W1T1,3) Efis iensi Usaha Penggunaan Alsintan oleh Kelompok UPJA (W1T4,5)
86
Strategi Strength – Opportunity (S-O) Strategi S-O adalah strategi yang memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dalam hal ini terdapat empat stategi utama yaitu : 1. Sosialisasi dengan dukungan instansi terkait dengan memanfaatkan kekuatan kemampuan manajerial pengelola UPJA dan peluang dukungan kuat dari Pemerintah Daerah bagi pengembangan UPJA. 2. Mengembangkan kemitraan dengan petani , yaitu menggunakan kekuatan imbalan jasa yang kompetitif serta potensi lahan sawah yang cukup tersedia 3. Meningkatkan peluang usaha agribisnis lainnya dengan memanfaatkan kekuatan adanya modal investasi dan potensi lahan. 4. Meningkatkan ketersediaan alsintan melalui pemanfaatkan peluang jaminan suku cadang alsintan yang semakin mudah dan teknologi alsintan yang semakin ramah lingkungan. Strategi Strenght – Threats (S-T) Strategi S-T adalah strategi yang memaksimumkan kekuatan untuk menghadapi ancaman. Termasuk dalan strategi ini adalah : 1. Bantuan modal untuk pengembangan usaha, dengan memanfaatkan kekuatan kemudahan bantuan modal investasi dan ancaman kemampuan modal petani yang rendah 2. Membangun infrastruktur pertanian untuk mengantisipasi teknologi alsintan yang ramah lingkungan dan mudah dalam pengoperasionalnya serta ancaman kirangnya sarana dan prasarana pertanian, khususnya infrastruktur jalan dan jembatan. Strategi Weakness – Opportunity (WO) Strategi W-O adalah strategi yang meminimumkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Termasuk dalam strategi ini adalah : 1. Melakukan sosialisasi penggunaan alsintan untuk peningkatan
produktivitas, yaitu dengan memanfatkan peluang potensi lahan yang tersedia dan keuntungan ekonomis serta mengurangi dampak ketersedian alsintan yang terbatas dan kurannya sosialisasi. 2. Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan petani dengan memaksimalkan dukungan dan bantuan pemerintah serta mengatasi kurangnya sosialiasi dan lemahnya koordinasi instansi terkait. Strategi Weakness – Threats (W-T) Strategi W-T adalah strategi yang meminimumkan kelemahan untuk mengatasi ancaman. Termasuk dalam strategi ini adalah : 1. Melakukan pembentukan kelompok tani dan pemberian bantuan pelayanan secara kolektif, yang bertujuan mengatasi lemahnya administrasi pelayanan serta sempitnya tiingkat kepemilikan lahan. 2. Melakukan efisiensi usaha penggunaan alsintan oleh kelompok UPJA guna mengatasi kuatnya hubungan sosial antar petani dan terbatasnya jenis alsintan. Pemaduan faktor dari lingkungan internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi efektif. Setiap perusahaan/institusi memiliki peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat dipadupadankan untuk memformulasikan alternatif strategi yang layak (feasible). Berdasarkan hal tersebut, formulasi strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai adalah dengan menggunakan strategi agresif, yaitu : 1. Melakukan sosialisasi dengan dukungan instansi terkait 2. Mengembangkan kemitraan dengan petani 3. Meningkatkan atau menciptakan peluang usaha agribisnis lainnya 4. Meningkatkan ketersediaan alsintan Alternatif strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai tersebut diatas lebih 87
mengarah pada peran Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk secara aktif membina dan mendukung upaya-upaya pengembangan UPJA antara lain dengan cara : 1. Melakukan Sosialisasi mengenai konsep dasar pengembangan UPJA bagi seluruh pengelola UPJA 2. Melakukan penyuluhan, pembinaan, monitoring dan evaluasi program penguatan UPJA yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. 3. Membuat kebijakan berupa regulasi dalam hal yang terkait dengan dukungan permodalan dan penyempurnaan / rehabilitasi infrastruktur untuk kelancaran operasional alat mesin pertanian.
Saran Untuk mendukung alternatif strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan sosialisasi penggunaan alsintan dalam rangka mencapai produktivitas optimal. 2. Mempermudah prosedur kepemilikan alsintan 3. Dukungan Pemerintah Daerah dalam mendukung pembangunan pertanian melalui kebijakan peningkatan produksi dan sistem kredit dalam usaha tani. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Pembinaan Penumbuhan dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertania (UPJA). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian Ananto, E. 1990. Simulasi Model untuk Mengevaluasi Penerapan Teknologi Makanisasi pada Sistem Produksi Padi Sawah : Kasus Kabupaten Karawang. Disertasi FPS-IPB (Tidak Dipublikasikan). Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai, 2010. Sinjai Dalam Angka. Sinjai Bryson, J. M. 1999. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Terjemahan Oleh Miftahudin. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. David, 2001. Manajemen Strategis. Terjemahan. Edisi ke-7. PT. Prehalindo, Jakarta. Dawe, Bell. 1999. Increasing The Impact Of Engineering in Agricultural an Rural Development. The Mc Millan Company, New York. Ditjen Produksi Tanaman Pangan. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian. Jakarta Dirgantoro, C. 2001. Manajemen Strategik: Konsep, Kasus dan Implementasi. Penerbit PT. Gramedi Widiasarana Indonesia. Jakarta. Direktorat Alat dan Mesin Pertanian -
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor internal yang menentukan pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai adal kemampuan manajerial dan pengalaman operator (kekuatan) serta administrasi pelayanan. Faktor eksternal yang ikut menetukan arah pengembangan UPJA adalah potensi lahan pengembangan yang masih cukup besar, jaminan dan kemudahan suku cadang serta minimnya angkatan kerja dari sektor pertanian. Sedangkan dari sisi ancaman, faktor mendapat perhatian adalah kurangnya sarana infrastruktur dan kuatnya hubungan kekerabatan. Formulasi strategi pengembangan UPJA di Kabupaten Sinjai adalah strategi agresif (kuadran I) yaitu strategi yang menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki, dengan alternatif strategi adalah : 1. Melakukan sosialisasi dengan dukungan instansi terkait 2. Mengembangkan kemitraan dengan petani 3. Meningkatkan atau menciptakan peluang usaha agribisnis lainnya 4. Meningkatkan ketersediaan alsintan 88
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian -Kemeterian Pertanian RI. 2011. Pedoman Teknis Penguatan Usaha Jasa Pelayanan Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) Pemula, Berkembang dan Profesional. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pengembangan UPJA di Lahan Sawah. Jakarta Dinas Pertanian TPH Kabupaten Sinjai, 2010. Laporan Tahunan Tahun 2010. Sinjai. Hidayat, A.F. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Sentra Distribusi Rumput Laut Di Kawasan Pesisir Lasongko Kabupaten Buton. Tesis. Program Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta. Makhiyani, A. 1975. Enery and Agricultural in the third World. Ballinger Publishing Company, Cambridge Mass. Nepa, J.A. 1999. Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Putong, I. 2003. Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2 Jilid.8. Fakultas Ekonomi. Universitas Bina Nusantara. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sebayang, Thomson. 2002. Analisis Sistem Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Ekonomi. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian – Universitas Sumatera Utara. Medan Sudjana, 2005. Metode Statistika. Edisi Ke -6 . Tarsito Bandung Siam, S. 2000. Membangun Sistem dan Kelembagaan Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) Mendukung Program Ketahanan Pangan. Direktorat Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta : Departemen Pertanian. Wahyudi, S. A. 1996. Manajemen Strategik, Pengantar Proses Berfikir Strategik. Binarupa Aksara, Jakarta.
89