ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG
Disusun oleh: Mohamad Ridwan NIM : 108081000059
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
Mohamad Ridwan Jl. Waru II No. 30 RT 003/003 Pamulang Barat Tangerang Selatan 15417 Telp : 0813 1711 8600 Email :
[email protected],id
DAFTAR RIWAYAT DATA DIRI Tempat / tanggal lahir
: Sumedang / 06-11-1990
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tinggi / berat badan
: 170 cm / 60 kg
Status
: Belum menikah
Telepon
: 0813 1711 8600
Email
:
[email protected]
v
PENDIDIKAN FORMAL 2008 – 2013
: Lulus Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (IPK 3,09)
2006 – 2008
: Lulus SMA Negeri 2 Pamulang, berijazah
2003 – 2005
: Lulus SMP Al Badar, berijazah
1996 – 2002
: Lulus SD Negeri II Pamulang, berijazah
KEAHLIAN Komputer
:
Microsoft Office Word Microsoft Office Excel Microsoft Office Power Point, Internet
vi
ABSTRACT This research aim to know the influence of macroeconomics indicators (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) to Return LQ 45 and also its impact to IHSG since 2006 – 2011. Data used in this research in the form of secondary data collected from result of Indonesian Bank publicizing in statistic of banking, BPS and the others of literature study. The method of processing data use Path Analysis method with SPSS 17. The result shows that variable of macroeconomics (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) having an effect on to Return LQ 45 and all of the variable to lending. And then in second structure, rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, PDB and Retrun LQ 45 having an effect on significant to lending. After trimming of Second structure, only variable exchange rate Rp/$ and Money Supply having an effect on significant to IHSG.
Keywords : rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, pdb, return LQ 45 and IHSG
vii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh indikator makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan produk domestic bruto) terhadap return LQ 45 dampaknya kepada IHSG selama tahun 2006 – 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang dikumpulkan dari hasil publikasi Bank Indonesia pada statistik perbankan, BPS dan studi literatur lain. Metode pengolahan data menggunakan metode analisis jalur dengan bantuan alat analisis SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan PDB) berpengaruh terhadap return LQ 45 dan seluruh variabel tersebut terhadap IHSG. Setelah trimming pada struktur kedua, hanya variabel suku bunga SBI dan inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga. Kemudian pada struktur kedua, nilai tukar Rp/$ dan uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Kata Kunci : Suku Bunga Riil, Nilai Tukar Rp/$, Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Return LQ 45 dan IHSG
viii
KATA PENGANTAR Bismillahrahmanirrahim Alhamdulillahi Robil „Alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Pada kesempatan ini perkenanankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih dan do‟a khususnya penulis berikan kepada: 1. Kedua orang tua ku Bapak Ajum dan Ibu Euis sangat ku cintai yang tidak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan do‟anya yang penuh keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan serta dukungan baik material maupun spiritual dalam kebaikan untuk keberhasilan anak-anaknya. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si , Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yulianti, SE, M.Si selaku Pudek Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Herni Ali HT. SE, MM selaku Pudek Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Suhendra, S.ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I dan Bapak Herni Ali HT. SE, MM selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya dengan penuh kesabaran yang selalu memberikan arahan dan nasihat serta waktu dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Staf fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan bantuan yang bermanfaat kepada penulis.
ix
9. Fitri Nur Handayani yang telah memberikan bantuan waktu, kesabaran maupun semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan kasih sayangnya. 10. Seluruh kawanku yang selalu memberikan canda tawa kejenakaan untuk memberikan bantuan moral serta semangat tak luput untuk Eris, Ega, Sukri, Feri, Fahmi, Fandi, Yaser, Hakim salam sukses dan damai untuk kita semuanya kawan. 11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang bersama-sama berjuang serta saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak jika disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen Perbankan B dan Manajemen B 2008 Terima Kasih atas kebersamaannya selama ini. Dan khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta support yang berharga untuk diriku dari sebelum hingga terselesainya skripsi ini. Semoga segala amalan yang baik tesebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini maih banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita.
Jakarta, Agustus 2013
Mohamad Ridwan (Penulis)
x
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ......................................................i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................iii Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................iv Daftar Riwayat Hidup .....................................................................................v Abstract ...............................................................................................................vii Abstrak ...............................................................................................................viii Kata Pengantar .................................................................................................ix Daftar Isi ............................................................................................................xi Daftar Tabel.......................................................................................................xiii Daftar Gambar ..................................................................................................xiv Daftar Lampiran ...............................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ..........................................................................1 B. Perumusan Masalah ...................................................................................9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................9 BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal ..................................................11 B. Makro Ekonomi .........................................................................................14 1. Suku Bunga Riil .................................................................................14 2. Nilai Tukar..........................................................................................16 3. Produk Domestik Bruto ......................................................................19
xi
4. Uang Beredar ......................................................................................21 C. Indeks Harga saham ...................................................................................22 D. Return Saham.............................................................................................24 E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................26 F. Kerangka Pemikiran ..................................................................................31 G. Hipotesis ....................................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................................36 B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................36 C. Metode Pengumpulan Data........................................................................37 D. Metode Analisis .........................................................................................38 E. Analisis Jalur Model Trimming .................................................................43 F. Definisi Operasional Variabel ...................................................................44 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..........................................................48 B. Deskriptif Variabel Penelitian ...................................................................51 C. Pengujian Hipotesis ...................................................................................62 1. Analisis Korelasi ................................................................................62 2. Menguji dan Memaknai Sub Struktur I ..............................................71 3. Menguji dan Memaknai Sub Struktur II .............................................81 4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Trimming Struktur II ............94 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................................103 B. Implikasi ....................................................................................................104 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................105 LAMPIRAN .......................................................................................................109
xii
DAFTAR TABEL No. Keterangan
Hal
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................................29
4.1
Data Perkembangan IHSG .........................................................................52
4.2
Data Return LQ 45.....................................................................................54
4.3
Data Perkembangan Tingkat SukuBungaRiil ............................................55
4.4
Data Perkembangan Kurs Periode ............................................................57
4.5
Data Perkembangan PDB ..........................................................................59
4.6
Data Perkembangan Uang Beredar ............................................................61
4.7
Koefisien Korelasi .....................................................................................63
4.8
Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel .................................................64
4.9
Koefisien Determinasi Strukutur I .............................................................72
4.10 Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ....................................................72 4.11 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ..............................................................74 4.12 Koefisien Determinasi Stuktur II ..............................................................82 4.13 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ......................................................82 4.14 Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...........................................................85 4.15 Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ............................................95 4.16 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming .....................................96 4.17 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...........................................97 4.18 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Setelah Trimming ...................102
xiii
DAFTAR GAMBAR No. Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................................32
4.1
Grafik Perkembangan IHSG ......................................................................53
4.2
Grafik Perkembangan Return LQ 45 .........................................................55
4.3
Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil .......................................56
4.4
Grafik Permbangan Kurs ...........................................................................58
4.5
Grafik Perkembangan PDB .......................................................................60
4.6
Grafik Perkembangan Uang Beredar .........................................................62
4.7
Gambar Paradigma Struktur I ....................................................................71
4.8
Diagram Analisis Jalur Struktur I ..............................................................76
4.9
Gambar Paradigma Struktur II...................................................................81
4.10 Diagram Analisis Jalur Struktur II.............................................................87 4.11 Paradigma Analisis Jalur Trimming Struktur II ........................................94 4.12 Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II .................................98 4.13 Diagram Analisis Jalur Model Setelah Trimming .....................................101
xiv
DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan
Hal
1.
Lampiran Data Perkembangan IHSG Periode 2006-2011.........................109
2.
Lampiran Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 ....................................109
3.
Lampiran Data Perkembangan Suku Bunga Riil Periode 2006 2011........110
4.
Lampiran Data Perkembangan Kurs Periode 2006-2011 ..........................110
5.
Lampiran Data Perkembangan PDB Periode 2006-2011 ..........................111
6.
Lampiran Data Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011............111
7.
Lampiran Koefisien Korelasi .....................................................................112
8.
Lampiran Koefisien Determinasi Strukutur I ............................................112
9.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...................................113
10.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I .............................................113
11.
Lampiran Koefisien Determinasi Stuktur II ..............................................113
12.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ......................................114
13.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...........................................114
14.
Lampiran Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ............................114
15.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming .....................115
16.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...........................115
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini semakin pesat dan memiliki daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya, dengan harapan akan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dimasa yang akan datang. Dalam memperoleh keuntungan yang besar, seorang investor harus melakukan analisis keuangan yang tepat berdasarkan perkembangan saat ini.Dalam menganalisa tingkat keuntungan dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari sisi mikro ataupun makro suatu negara. Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan kekuatan yang lebih besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi langsung dan investasi tidak langsung.Investasi melalui pasar modal sebagai bentuk investasi tidak langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia termasuk di Bursa Efek Jakarta (Mansyur, 2009:1). Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari‐hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatankeputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. 1
Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan PDB (Suci, 2012:1). Perkembangan harga saham dapat dilihat pada Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) dimana indeks harga saham yang naik menunjukan kegairahan sedangkan indeks harga saham yang turun menunjukan adanya kelesuan pasar.Perubahan IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan perkembangan perusahaan atau industri suatu negara, bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara.Maksudnya, IHSG suatu negara yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tersebut
yang sedang mengalami
permasalahan.Sebaliknya, indeks harga saham yang mengalami peningkatan bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam untuk mengetahui faktorfaktor
yang
berkaitan
dengan
perubahan
harga
saham
tersebut
(Murwaningsari, 2008:1). Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga kondisi di negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal.Indeks harga saham di bursa efek merupakan indikator yang
2
menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh beberapa perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat pengembalian di BEI.Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk mengamati pergerakan harga saham. Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian. Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung
3
perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi. Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan
4
meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.
Dapat dilihat dari grafik tersebut pergerakan IHSG sangat fluktuatif dan tidak stabil dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 pergerakan IHSG anjlok dikarenakan terjadi krisis yang melanda negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dilanda kredit macet, tetapi lambat laun IHSG bergerak naik dikarenakan pertumbuhan kian semakin baik. Ini merupakan penurunan yang cukup signifikan.Kemudian sepanjang periode bulan Januari-Juli 2009 dan 2010, BEI terus-menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukan prestasi yang sangat menggembirakan.Dan pada tahun 2011 bulan Juli IHSG menguat tajam pada angka 4.130,8 yang artinya IHSG mencetak rekor dalam sejarah. (www.yahoofinance.com).
5
Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian global menuntut setiap perilaku ekonomi untuk berfikir secara kritis dalam menyikapi hal tersebut. Perekonomian nasional bergantung pada situasi negara.Pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, nilai kurs rupiah bagai layang-layang putus dan berfluktuasi dari hari ke hari. Pergantian masa pemerintahan mempengaruhi situasi politik kenegaraan yang berdampak pada perekonomian nasional yang hingga saat ini. Terlihat dari kabinet saat ini yang pembentukannya saja sudah dihadapkan pada masalah-masalah yang maha besar. Salah satu hikmah yang dapat ditarik adalah peninjauan kembali seluruh kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan nilai tukar rupiah selama ini menunjukan kecenderungan terdepresiasi, walaupun rupiah sangat menguat namun melemah kembali akibat keadaan yang kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya factor market confidence yang berangkat dari peningkatan country risk dan perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculantive motive. Didik J. Rachbini (2001:72) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu negara semakin diperparah oleh spekulasi, yang volume transaksinya semakin besar dari waktu ke waktu. Institusi bergerak di pasar valuta asing, saham dan pasar uang lainnya semakin kuat perngaruhnya secara relatif terhadap suatu sistem ekonomi. Selanjutnya pada bulan Agustus 2005, rupiah mengalami tekanan kembali sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun bulan-bulan berikutnya 6
relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan antara lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya. Dalam kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, pemerintah juga ikut menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Langkah ini diambil untuk memerangi spekulasi valas. Dengan menaikan tingkat suku bunga diharapkan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi asset ke dapam rupiah sehingga rupiah meningkat atau dengan kata lai terapresiasi. Seseorang investor harus mampu mengantisipasi risiko yang terjadi dengan mendiversifikasikan
untuk
memperkecil
risiko.
Gruber
(2003:299)
mengemukakan mengenai resiko tersebut: “that the risk of any stock could be divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market risk)”. Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis diikuti oleh pembelian aset secara besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi meningkatnya
biaya
pemulihan ekonomi
serta meningkatnya
baiya
rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh Bank Sentral dalam membiayai perbaikan perekonomian nasional. Kenaikan suku bunga yang tajam justru merupaka sinyal bahwa perekonomian melambat dan expected 7
return menjadi rendah. Alhasil kenaikan suku bunga yang tajam itu justru menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga menekan nilai rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Faktor fundamental ekonomi misalnya, kondisi perekonomian seperti GDP, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah seperti kebijakan pajak, dan lain sebainya. Hal tersebut diungkapkan pula oleh J. Soedrjad Djiwandono (2001:138) “saya ingin membuat catatan disini bahwa dalam analisis ekonomi makro yang biasa kita sebut fundamental itu adalah kondisi berbagai indikator makro seperti GDP, laju inflassi, suku bunga, neraca pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi oemerintahan dan lain-lainnya. Dalam penelitian Moh Mansyur (2009) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Murwaningsari (2008) kembali menunjukan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada IHSG.Penelitian yang dilakukan oleh Maurin Sitorus (2004) menunjukan bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan terdahap kinerja saham pertambangan minyak bumi, dan variabel makro ekonomi yang berpengaruh besar terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi adalah variabel kurs.
8
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makro ekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh terhadap return market dan dampaknya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti mengambil judul “ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimapengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45. 2. Bagaimana pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG. 3. Bagaimana pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak langsung. C. Tujuan dan Manfaat Peneliitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45. b. Untuk menganalisis pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG.
9
c. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Manfaat Penelitian Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Bagi Investor Bagi invetor yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah menjual, membeli ataukah menahan saham
yang mereka miliki berkenaan
perubahan dari Makro Ekonomi. b. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang ilmu Makro Ekonomi dan pasar modal serta berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana yang telah dipelajari di dalam perkuliahan dan sebagai pengetahuan tentang investasi. c. Bagi pemerintah Bagi pembuat kebijakan yang berusaha untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan sebagai fakta empiris yang berguna untuk petunjuk serta pengingat agar selalu mengkaji efektivitas setiap kebijakan yang dilaksanakan.
10
BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sedangkan, pasar uang atau money market berkaitan dengan instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata.Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual-belikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun perusahaan swasta (Husnan, 2003:3). Pasar modal adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Salain itu, pasar modal juga merupakan lembaga yang berprofesi berkaitan dengan transaksi jula beli efek. Dengan demikian pasar modal dikenal debagai tempat penjual dan pembeli dana (Artesa dan Handiman, 2006:215). Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar modal no.8 tahun 1995 pasal 1 adalah kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga yang profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Ahmad Rodoni (2006:168) produk-produk yang ada dipasar modal adalah sebagai berikut:
11
1. Reksadana Reksadana atau disebut mutual fund atau investment fund merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal investasi. Pada prinsipnya investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar pada beberapa alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. 2. Saham Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau disebut emiten. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selember kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat mengelola capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli. 3. Saham Preferen Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa artinya dosamping memliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian,
12
maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya. 4. Obligasi Obilgasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontak antara pembeli pinjaman dengan yang member pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. 5. Obligasi Konversi (Covertible Bond) Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, biasanya dengan memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. 6. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran juga dijula bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penertbitan waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi, saham disertai waran memasuki pasar baik itu obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secera terpisah.
13
7. Right Issue Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diteruma oleh pemegang saham. B. Makro Ekonomi 1. Suku Bunga Riil (Real Interest Rate) Menurut Kasmir (2003:37) bunga bagi bank berdasarkan konsep konvensioanal dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinajaman). Menurut pandangan klasik dalam Sadono Sukirno (2007:230) tingkat bunga ditentungan oleh tabungan yang tersedia dalam masyrakat dan permintaan dana modal untuk investasi. Kedua faktor tersebut ditentukan oleh suku bunga. Karena perubahan tabungan dan perubahan modal akan menimbulkan perubahan pada suku bunga. Namun menurut pandangan Keynes, suku bunga ditentukan oleh penawan dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun
14
tergantung pada tingkat suku bunga sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss dan gain. Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhiyungkan inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi. Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204) menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan tetap konstan selama usia pinjaman. Suku bunga riil dan suku bunga nominal sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan perbedaan antara suku bunga nominal dengan suku bunga riil. Bunga riil adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia pinjaman, sedangkan bunga nominal adalah jumlah unit moneter yang harus dibayar per unit yang dipinjamkan dan merupakan suku bunga pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga normal sama dengan suku bunga riil. Dalam situasi inflasi, suku bunga nominal berbeda dari suku bunga riil dan harus melebihinya. Alasannya adalah
15
bahwa para penabung meminta premi di atas suku bunga riil sebagai kompensasi bagi ekspetasi kerugian dari bunga yang mereka terima kembali. Hubungan antara inflasi dengan suku bunga dikenal dengan hukum Fisher, yang bisa diekspresikan sebagai berikut (Fabozzi, 1999:207-208) I=r+p
Dimana: i menunjukan suku bunga nominal, r menunjukan suku bunga riil dan p menunjukan perkiraan perubahan tingkat harga barang dan jasa selama usia peminjaman. Dalam hal ini menunjukan bahwa suku bunga nominal mereflesikan suku bunga rill dan harapan inflasi. Perlu diingat bahwa ekspektasi inflasi dan suku bunga riil tidak dapat diamati. Jika estimasi inflasi p cukup baik, estimasi r yang dihasilkan juga cukup baik, tetapi nilai yang sebenarnya dari suku bunga riil tidak diketahui. 𝑹𝒆𝒂𝒍𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕𝑹𝒂𝒕𝒆 = 𝐒𝐮𝐤𝐮 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐍𝐨𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥 − 𝐈𝐧𝐟𝐥𝐚𝐬𝐢
2. Nilai Tukar (Kurs) Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006: 175). Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2003:123). 16
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40). Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara. Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukarkan 1 dolar untuk menjadi 120 yen di pasar uang. Sedangkan nilai tukar rill merupakan harga relatif dari nbarangbarang antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bias memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barangbarang ke begara lain (Mankiw, 2003:125). Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga ε
=
e
× (P/P*)
Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih
17
mahal. Jika kurs riil rendah, maka barang-barang luar negeri relatif lebih mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah. Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai tukar mata uang negera lain apabila di petukarkan dengan mata uang domestik, atau dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang asing yang bertujuan untuk: 1. Mendorong ekspor dan membatasi impor. 2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri. 3. Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif stabil. Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain apabila dipetukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uangnya terhadapa mata uang asing yang dilakukan kerena perekonomiannyasudah mencukupi atau mendekati full employed atau terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalan jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy, 2008:45).
18
3. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie, 2006:177). Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP incclides all goods and services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112). Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16). Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negar berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu di dapati produksi nasional diciptakan oleh fakor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (Sukirno, 2011:34). Menurut Tandelilin (2010:342) produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negera. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika
19
pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat. Menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung (2005:16-21) ada tiga cara perhitungan pendapatan nasioanal, yaitu: 1. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diperoleh dengan cara membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial orogin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumalah output seluruh perekonomian. Hanya saja ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Dengan kata lain jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double-counting) atau bahkan multiple counting. 2. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai total balas jasa atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. 3. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran. Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian: a. Konsumsi rumah tangga, b. Konsumsi pemerintah,
20
c. Pengeluaran investasi, dan d. Ekspor neto. 4. Uang Beredar (M2) Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama (Sukirno, 2011:296).
Teori
kuantitas
uang
biasanya
diterangkan
dengan
menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut: MV = PT
Dimana : M adaalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjualbelikan dalam perekonomian. Jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang (V) samadengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T) dikalikan dengan tingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh
21
kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang dihitung dengan harga yang berlaku-ditransaksikan (PT). Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek pertumbuhan jumlah uang beredar hanya memengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan tingkat investasi usaha sehingga perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil, tetapi mendorong kenaikan laju inflasi dan menurunkan investasi secara proporsional karena kerentanan perekonomian yang besar. C. Indeks Harga Saham Saat ini du Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai berikut (www.idx.co.id): 1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masingmasing saham yang didasarkan pada harga dasarnya. 2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencakup pergerakan seluruh harga saham biasa maupun saham preferen yang tercatat di BEI. 3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk kedalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (Sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi yang diterapkan oleh BEI.
22
4. Indeks LQ 45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberpa criteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari ssaham-saham tersebut. 5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengurus Syariah terlibat dalam menentukan criteria saham-saham yang masuk kedalam JII. 6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukan bagi perusahaan dengan track record yang baik. 7. Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index/DBX), untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan yang berprospek. Disamping itu papan pengembangan diperuntukan bagi perusahaan yang mengalami resukturisasi atau pemulihan perfoma. Anoraga dan Pakarti (2008:100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kebalikannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.
23
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu; waktu dasar dan waktu berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupaka waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerkan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi aktif, ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukan keadaaan yang diinginkan. Keadaan yang stabil ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
𝑰𝑯𝑺𝑮 =
𝜮𝑯𝒕 × 𝟏𝟎𝟎 𝜮𝑯𝟎
Dimana: Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar D. Return Saham Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)
24
return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengna periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:
Ri =
𝑷𝒕−𝑷𝒕−𝟏 𝑷𝒕−𝟏
Dimana: Ri
: Return saham
Pt
: Harga saham periode tahun
Pt-1
: Harga saham periode tahun sebelumnya
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Rm =
𝐈𝐇𝐒𝐆𝒕−𝐈𝐇𝐒𝐆𝒕−𝟏 𝐈𝐇𝐒𝐆𝒕−𝟏
Dimana: Rm
: Return market
IHSGt
: IHSG pada paeriode tahun
IHSGt-1
: IHSG pada periode tahun sebelumnya
Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi
25
dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh Widiatmojo (2008:84). E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas kerena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hamper sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang gunakan berbeda, maka terdapat banyal hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk salaing melengkapi. Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu: 1. Sitinjak dan Kurniasari (2003) Mereka minyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dollar terhadap rupiah) satu satuan maka akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara bersam-sama berpengaruh positif. Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham. 2. Maurin Sitorus (2004) Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga SBI, kurs dan jumlah uang beredar). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa variabel makro ekonomi berpengaruh
26
secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi. Dan variabel makro ekonomi yang paling berpengaruh sangat besar adalah variabel kurs. 3. Tendi, Trimarto dan Rosi (2005) Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda mereka menyimpulkan bahwa nilai tukar dollar AS merupakan salah satu indikator perkembangan IHSG dengan diketahui bahwa hubungan antara nilai tukar rupiah per dollar AS dengan IHSG di Bursa Efek Indonesia kuat yaitu sebesar 64,9%. Dengan nilai negatif, artinya jika nilai tukar rupiah per dollar AS naik maka IHSG akan menurun sebesar 64,9%. 4. Murwaningsih (2008) Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Etty
Murwaningsih pada periode 1992 samapi 2006 tentang pengaruh volume perdagangan saham, deposito dan kurs terhadap IHSG beserta prediksi IHSG dengan model Garch dan Arima. Menunjukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap IHSG dan kurs tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 5. Moh Mansyur (2009) Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansyur yang meneliti sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap IHSG di BEI dengan menggunakan analisis jalur memberikan hasil yang menyatakan bahwa pergerakan
27
IHSG sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS sebesar 51,55% dengan arah pengaruh negatif, artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dollar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dollar AS, maka IHSG akan mengalami penguatan. 6. Pananda Pasaribu dkk (2009) Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro ekonomi Terhadap IHSG” dengan menggunakan regresi linear berganda dengan metode estimasi ordinary least square (OLS) menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi, SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG. Ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama dengan. Kondisi ini yang memungkinkan Indonesia terkena dampak krisis global walaupun kondisi ekonomi Indonesia relatif baik. 7. Zied Ftiti (2009) Makalah ini mengusulkan sebuah metodologi baru untuk memeriksa kinerja ekonomi suatu kebijakan moneter dan khususnya untuk menargetkan kebijakan inflasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi , suku bunga dan pertumbuhan
28
PDB. Dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam kasus negara-negara industri . 8. Rangan Gupta dan Mampho P. Modise (2011) Penelitian ini dilakukan agar dapat memprediksi saham-saham di Afrika dengan variabel makro ekonomi mengunnakan metode analisis regresi. Variabel yang mempunyai nilai signifikan untuk memprediksi saham-saham di Afrika antara lain adalah pertumbuhan minyak bumi, jumlah uang beredar, suku bunga dan inflasi. Laju inflasi menunjukkan prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga juga menjelaskan prilaku saham-saham di Afrika. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Variabel Model Hasil penelitian penelitian 1. Sitinjak dan 2003 - SBI Non Liniear Kurs Kurniasari - IHK Combination berpengaruh - Kurs negatif dan - Pasar SBI Saham berpengaruh positif terhadap pasar saham 2 Maurin Sitorus 2005 - Inflasi Regresi Kurs memiliki - SBI pengaruh yang - Kurs sangat besar - Jumalah terhadap return Uang saham Beredar
29
2005
- Retun Saham - Kurs Regresi - SBI - Inflasi - IHSG - Volume Garch dan Perdagangan Arima saham - Suku Bunga Deposito - Kurs - IHSG
3.
Tendi Haruman dkk.
4.
Etty 2008 Murwaningsari
5.
Moh. Mansyur
2009
- SBI - Kurs - IHSG
6.
Pananda Pasaribu dkk
2009
- Inflasi - SBI - Uang Beredar - Kurs - PDB - Transaksi Berjalan - Cadangan Devisa - Net Buying Asing - Indeks Hangseng - Indeks Dow Jones - Minyak Dunia - Fed Rate
7.
Zied Ftiti
2009
- Inflasi - PDB
30
Kurs memiliki pengaruh terhadap IHSG
Suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap IHSG dan kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG Path Kurs memiliki Analysis pengaruh terhadap IHSG dan SBI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG Regresi OLS Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi, SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh atas pergerakan IHSG. Path Penelitian ini dilakukan di
- Suku Bunga
8.
Rangan Gupta dan Mampho P. Modise
2011
- Inflasi - Suku Bunga - Uang Beredar - Minyak Dunia
Regresi
Prancis, dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam kasus negaranegara industri . Laju inflasi menunjukkan prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga juga menjelaskan prilaku sahamsaham di Afrika.
F. Kerangka pemikiran Pada kerangka pemikiran ini menunjukan bahwa adanya hubungan langsung antara Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar terhadap Return LQ 45 dan IHSG. Serta adanya hubungan korelasi antara Suku Bunga Riil dengan Kurs, Nilai Kurs dengan PDB, PDB dengan Uang Beredar, Suku Bunga Riil dengan PDB, Nilai Kurs dengan Uang Beredar Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar. Sedangkan Return LQ 45 berhubungan langsung
31
dengan IHSG. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar kerangka pemikiran dibawah berikut. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Suku Bunga Riil
Niai Kurs
Return LQ 45
PDB
Uang Beredar
G. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Hipotesis Strukutur I Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1 -
Secara Simultan (Uji F)
a. Ho : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4= 0, Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return LQ 45. 32
IHSG
b. Ha : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4
0, Indikator
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return LQ 45. -
Secara Parsial (Uji t)
a. Ho :
= 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan Return LQ 45. Ha
:
0,
Indikator
Suku
Bunga
Rill
terdapat
pengaruhdengan Return LQ 45. b. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45. Ha :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45. c. Ho :
= 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45. Ha :
0, Indikator PDB terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45. d. Ho :
= 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
dengan Return LQ 45. Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruhdengan
Return LQ 45.
2. Hipotesis Stuktur II Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 + ε 2
33
-
Secara Simultan (Uji F)
a. Ho :ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 = 0, Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta ReturnLQ 45tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen IHSG. b. Ha : ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1
0,
Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen IHSG. -
Secara Parsial (Uji t)
a. Ho :
= 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan IHSG. Ha :
0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat pengaruh
dengan IHSG. b. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG. Ha : c. Ho :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan IHSG. = 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG. Ha : d. Ho :
0, Indikator PDB terdapat pengaruh dengan IHSG. = 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
dengan IHSG.
34
Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh
dengan IHSG. e. Ho :
= 0, Indikator Return LQ 45 tidak terdapat pengaruh
dengan IHSG. Ha :
0, Indikator Return LQ 45 terdapat pengaruh
dengan IHSG.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis yang diajukan mengenai Tingkat Suku Bunga Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar sebagai variabel independen dan Return LQ 45 serta Return Market IHSG sebagai variabel dependen. Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1. Obyek yang diteliti adalah Retun LQ 45 dan IHSG. 2. Periode yang diteliti dari Januari 2006 – Desember 2011. 3. Variabel dependen meliputi Return LQ 45 dan IHSG. 4. Variabel independen yaitu makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar. B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek maupun subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:55). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah variabel makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga Riil, Kurs rupiah/US$, PDB dan Uang beredar (M2) berpangaruh terhadap Return LQ 45 dan dampaknya terhadap Return Market IHSG. Maka yang akan menjadi populasi dalam
36
penelitian ini adalah harga seluruh saham yang tergabung dalam IHSG yang terdaftar dari 1 Januari 2006 samapi dengan 31 Desember 2011. 2. Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria sebagai berikut: a. Tingkat Keuntungan dari indeks LQ 45 periode Januari 2006 – Desember 2011. b. Indeks Harga Saham Gabungan periode Januari 2006 – Desember 2011. c. Makro ekonomi yang meliputi: suku bunga riil, kurs, PDB, dan uang beredar periode Januari 2006 – Desember 2011. C. Metode Pungumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Field Reseach Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti Bank Indonesia dan pusat referensi pasar modal Bursa Efek Indonesia. 2. Library Reseach Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membaca literature, buku, artikel, jurnal dan lainnya
37
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. 3. Internet Reseach Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau kita pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu dengan internet sehingga
data
yang
diperoleh
up
to
date
seperti
di
www.yahoofinance.com. D. Metode Analisis (Path Analysis) Analisis jalur atau path analysis merupakan bagian analsis yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel dimana variablevariabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono, 2006:147) Menurut Riduwan dan Engkos (2008:2) Path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Path analtsis merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menafsirkan kausalitas antar variabel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Apa yang dapat dilakukan analisis jalur adalah menentukan pola hubungan
38
antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalaitas imajener (Ghazali, 2003:160). Supranto
dalam
bukunya
“Analisis
Multivariat
(2004:234-235)”
menuliskan beberapa asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini yang diuraikan beberapa asumsi dalam analisis jalur yang perlu diperhatikan: 1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau yang paling baik skala rasio. 2. Seperti model liniear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative). 3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita ketahui, data yang berasala dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan mengandung banyak kesalahan dari berbagi sumber maka perlu dilakukan pengujian validitas dan reablitias (validity dan reability). Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS for windows version 17. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) untuk menganalisa pola hubungan antar variabel dnegan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada diagram jalur tanda panah berujung ganda menunjukan hubungan korelassional dan tanda panah yang berujung satu menunjukan pengaruh langsung dari variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y).
39
Teknik analisis jalur (path analysis) akan digunakan dalam pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 (Suku Bunga Riil), X2 (Nilai Kurs), X3 (PDB), dan X4(Uang Beredar) terhadap Y1 (Return LQ 45) dan Y2 (IHSG). Kerangka hubungan kausal antara jalur (X1terhadap Y1, X1 terhadap Y2, X2 terhadap Y1, X2 terhadap Y2, X3 terhadap Y1, X3 terhadap Y2, X4 terhadap Y1, X4 terhadap Y2, X1 dan X2 terhadap Y1, X1 dan X2 terhadap Y2, X2 dan X3 terhadap Y1, X2 dan X3 terhadap Y2, X3 dan X4 terhadap Y1, X3 dan X4 terhadap Y2, X1 dan X3 terhadap Y1, X1 dan X3 terhadap Y2, X2 dan X4 terhadap Y1, X2 dan X4 terhadap Y2, X1 dan X4 terhadap Y1, X1 dan X4 terhadap Y2) dan hubungan korelasional antara jalur (X1 dengan X2, X2 dengan X3, X3 dengan X4,X1 dengan X3, X2 dengan X4, X1 dengan X4, Y1 dengan Y2). Dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:
40
Gambar 3.1 (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs ρx1y2 r12
r14
ρx1y1
ρy1ε
Kurs
r13
ε1
ε2 ρy2ε
ρx2y2
r23
ρx2y1
Return IHSG LQ 45
ρx3y1 PDB r24
ρx3y2 r34
ρx4y1
ρx4y2
Uang Beredar
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1 Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2
Dimana: X1 = Tingkat Suku Bunga Riil X2 = Nilai Tukar (Kurs) X3 = Produk Domestik Bruto (PDB)
41
X4 = Uang Beredar (M2) Y1 = Return LQ 45 Y2 = IHSG ε
= Eror
Pada bagian selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yaitu yang pertama dengan cara melihat hubungan simultan dan kedua melihat hubungan secara parsial. 1. Hipotesis Secara Simultan Untuk melihat ada pengaruh X1, X2, X3, dan X4 secara gabungan atau simultan terhadap Y1 dan dampaknya Y2 dapat dilihat dari hasil summary SPSS khususnya angka R square dengan menghitung koefisen determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = R2× 100% Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA. Untuk mengetahui hubungan variabel indepanden secara bersamasama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel depanden atau dengan kata lain tidak signifikan. Sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
42
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel indepanden secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel depanden (signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2008:117). 2. Hipotesis Secara Parsial Untuk melihat hubungan variabel X1, X2, X3, dan X4 secara indivu atau parsial terhadap Y1 dan dampaknya Y2digunakan Uji t, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient. Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh msaingmasing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficients. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2007:118). E. Analisis Jalur Model Trimming Dalam buku (Riduwan dan Engkos, 2008: 127-128), Model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur
43
analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisiennya jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969:58; Al-Rasyad & Sitepu, 1994:12; Kusnaedi, 2005:12). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien jalur yang di uji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih dari variabel yang tidak signifika, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan. F. Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Tingkat Suku Bunga Riil Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.
44
Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204) menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan tetap konstan selama usia pinjaman. 𝑹𝒆𝒂𝒍𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕𝑹𝒂𝒕𝒆 = 𝐒𝐮𝐤𝐮 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐍𝐨𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥 − 𝐈𝐧𝐟𝐥𝐚𝐬𝐢
2. Nilai Kurs Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006: 175). Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang disepakati
penduduk
kedua
negara
untuk
saling
melakukan
perdagangan (Mankiw, 2003:123). Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan hargaharga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40). Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga ε
= 45
e
× (P/P*)
3. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie, 2006:177). Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP incclides all goods and services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112). Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16). 4. Uang Beredar (M2) Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang
46
sama (Sukirno, 2011:296). Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut: MV = PT
Dimana : M adalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan dalam perekonomian.
47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah di mulai sejak pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effect enhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besarbesaran di Indonesia. Efek yang diperjual belikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, serta efekefek belanda lainnya. Dengan perkembangan Bursa Efek di Bataavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semerang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadi perang dunia kedua. Sejak tahun 1965 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui 48
pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988.Salah satu paket tersebut yang terpenting adalah dinaikannya pajak penghasilan dan bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebear 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal. Karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi
49
perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan. Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan di bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan wak tu 4-6 minggu dari saat IPO (Intial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut diperdangangkan di bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdangangkan di Pasar Sekunder. Pada 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek Surabaya ke dalam Bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni Bursa Efek Indoensia (BEI) secara resmi beroperasi. 2. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar di LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten yang terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang diterus di review setiap 6 bulan. Saham-saham pada Indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan harus melewati seleksi utama sebagai berikut: a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
50
b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). c. Tercatat di BEI minimum 3 bulan. d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular. Perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Public. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45. Perusahaan yang sering masuk pada indeks LQ 45 adalah perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah PT. Telkom dan PT. Indosat. Kedua perusahaan tersebut merupakan contoh dari perusahaan yang cukup besar dan akan menjadi primadona pada pasar saham. Karena berdasarkan riset pasar di Indonesia pada tahun 2006 perusahaan yang akan menjadi primadona adalah pada sektor telekomunikasi, sektor pertambangan dan sektor energi. B. Deskriptif Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat 6 (enam) variabel yang akan dianalisis, dimana ke enam variabel yang dimaksud dikelompokan menjadi dua bagian yaitu variabel dependen meliputi IHSG dan Return LQ 45, sedangkan
51
variabel independen yang digunakan meliputi Tingkat Suku Bunga Riil, Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs), PDB dan Uang Beredar. 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.IHSG mencakup pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan IHSG di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.1 Data Perkembangan IHSG Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011 IHSG (Satu-satuan Point) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 1045.44 1805.52 2627.25 1332.67 FEB 1073.83 1740.97 2721.94 1285.48 MAR 1080.17 1830.92 2447.3 1434.07 APR 1029.61 1999.17 2304.52 1722.77 MEI 1088.17 2084.32 2444.35 1916.83 JUN 1122.38 2139.28 2349.1 2026.78 JUL 1182.3 2348.67 2304.51 2323.24 AGU 1050.09 2194.34 2165.94 2341.54 SEP 1079.28 2359.21 1832.51 2467.59 OKT 1066.22 2643.49 1256.7 2367.7 NOV 1096.64 2688.33 1241.54 2415.84 DES 1162.64 2745.83 1355.41 2534.36 Sumber :www.yahoofinance.com 52
2010 2610.8 2549.03 2777.3 2971.25 2796.96 2913.68 3069.28 3081.88 3501.3 3635.32 3531.21 3703.51
2011 3409.17 3470.35 3678.67 3819.62 3836.97 3888.57 4130.8 3841.73 3549.03 3790.85 3715.08 3821.99
Tabel 4.1 menunjukan fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan pada periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian IHSG terendah terjadi pada bulan Febuari 2006 yaitu sebesar 1045,44Pada tahun 2006IHSG cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat IHSG tertinggi terjadi pada Juli 2011 sebesar 4.130,8. Berikut adalah grafik perkembangan IHSG : Gambar 4.1 Grafik Perkembangan IHSG Periode 2006-2011
Sumber: yahoofinance.com
2. Return LQ 45 Return merupakan suatu pendapatan tingkat keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga saham periode tertentu dan harga saham periode sebelumnya dan dibagi dengan periode tahun sebelumnya. Pada tabel 4.2 menunjukan adanya kenaikan serta penurunan Return LQ 45 periode 2006-2011.
53
Tabel 4.2 Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 RETURN (Data Diolah) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 0.677 0.149 0.211 -0.512 FEB 0.762 -0.106 0.672 -0.55 MAR -0.124 -1 0.108 -0.577 APR 1.629 0.054 0.295 -0.417 MEI -0.399 0.082 0.187 -0.32 JUN -0.487 -0.028 0.169 -0.238 JUL 1.837 0.03 0.121 -0.206 AGU -0.364 0.562 -0.006 -0.022 SEP -1.192 0.04 -0.029 -0.007 OKT 0.64 0.002 -0.354 0.424 NOV 0.048 0.212 -0.588 0.743 DES 0.672 0.321 -0.606 1.045 Sumber : Data Diolah
2010 0.746 0.965 1.05 0.844 0.67 0.463 0.395 0.278 0.311 0.36 0.478 0.354
2011 0.315 0.198 0.252 0.208 0.197 0.192 0.252 0.266 0.151 -0.117 -0.031 0.019
Tabel 4.2 menunjukan fluktuasi Return LQ 45 pada periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian Return LQ 45 terendah terjadi pada bulan Maret 2007 yaitu sebesar -1 atau -0,01% Pada tahun 2007 Return LQ 45 cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat Return tertinggi terjadi pada Juli 2006 sebesar 1,837 atau 0,0183%. Berikut adalah grafik perkembangan Return LQ 45:
54
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Return LQ 45 Periode 2006-2011
Sumber: Dunia Investasi 3. Suku Bunga Riil Tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil periode 2006-2011 dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3 Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil Periode 2006-2011 BULAN JAN FEB MAR APR MEI
SUKU BUNGA RIIL (Data Diolah) 2006 2007 2008 2009 2010 0.004 -0.042 0.027 0.032 0.028 0.02 -0.027 0.042 -0.003 0.027 0.012 -0.025 0.027 -0.002 0.031 0.068 -0.027 0.025 0.002 0.026 -0.069 0.027 0.027 0.012 0.023
55
2011 -0.005 -0.001 0.001 0.006 0.008
JUN -0.069 JUL -0.07 AGU -0.068 SEP -0.051 OKT -0.047 NOV -0.057 DES -0.043 Sumber : Data Diolah
0.027 0.022 0.032 0.021 0.025 0.021 0.032
0.027 0.027 -0.022 -0.032 -0.021 -0.025 -0.021
0.033 0.04 0.037 0.037 0.039 0.041 0.037
0.014 0.021 0.031 0.028 0.012 0.013 0.016
0.012 0.021 0.02 0.021 0.021 0.018 0.022
Tabel 4.3 menunjukan fluktuasi Suku Bunga pada periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian Suku Bunga terendah terjadi pada bulan Febuari 2011 yaitu sebesar -0,001 atau -0,01%. Pada tahun 2011 Suku Bunga cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat Suku Bunga tertinggi terjadi pada April 2006 yaitu sebesar 0,068 atau 6,8%. Berikut adalah grafik perkembangan Suku Bunga Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
56
4. Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs) Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat ditabel 4.4 perkembangan kurs periode 2006-2011. Tabel 4.4 Data Perkembangan Kurs Periode 2006-2011 KURS (IDR/USD) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 9352 8995 9417 11005 FEB 9212 9125 9269 11759 MAR 9296 9176 9153 12083 APR 9532 9156 9245 11678 MEI 9576 9128 9278 10708 JUN 9576 8823 9357 10314 JUL 9809 9064 9261 10306 AGU 9845 9285 9126 9939 SEP 10502 9435 9209 10171 OKT 10352 9147 9603 9673 NOV 10201 9123 10854 9658 DES 10080 9406 12285 9532 Sumber : Data Bank Indonesia
2010 9377 9442 9360 9120 9075 9256 9139 8983 9079 8966 8966 9077
2011 9021 9087 8856 8742 8594 8583 8606 8523 8582 8970 8937 9230
Tabel 4.4 menunjukan fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar pada periode Januari 2006 – Desember 2011.Pada masa penelitian nilai tukar Rupiah terhadap Dollar terendah terjadi pada bulan Agustus 2011 sebesar 8.523. Nilai tukar Rupiah cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2006 – 2011. Nilai nukar Rupiah terhadap Dollar tertinggi
57
terjadi pada Desember 2008 yaitu sebesar 12.285. Berikut adalah grafik perkembangan nilai tukar : Gambar 4.4 Grafik Permbangan Kurs Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
5. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat ditabel 4.5 perkembangan PDB periode 2006-2011.
58
Tabel 4.5 Data Perkembangan PDB Periode 2006-2011 PDB (Miliar Rupiah) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 FEB 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 MAR 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 APR 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 MEI 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 JUN 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 JUL 448597.7 343597 453219.7 480922 AGU 448597.7 343597 444172 480922 SEP 448597.7 343597 444172 480922 OKT 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 NOV 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 DES 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 Sumber : Data Bank Indonesia
2010 559279.2 559279.2 559279.2 574539 574539 574539 594069 594069 594069 585950.8 585950.8 585950.8
2011 595227.4 595227.4 595227.4 611625.2 611625.2 611625.2 632429.8 632429.8 632429.8 623959.6 623959.6 623959.6
Tabel 4.5 menunjukan fluktuasi Produk Domestik Bruto pada periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian PDB terendah terjadi pada bulan Januari – Maret 2007 yaitu sebesar 306291,1. PDB cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2006 – 2011.PDB tertinggi terjadi pada Oktober – Desember 2011 yaitu sebesar 623.959,6. Berikut adalah grafik perkembangan PDB :
59
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan PDB Periode 2006-2011
Sumber: BPS 6. Uang Beredar Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat ditabel 4.6 perkembangan Uang Beredar periode 2006-2011.
60
Tabel 4.6 Data Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011 UANG BEREDAR (Miliar Rupiah) BULAN 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 1017491 1367957 1596565 1874145 2073860 FEB 1014376 1369243 1603750 1900208 2066481 MAR 1022703 1379237 1594390 1916752 2112083 APR 1046656 1385715 1611691 1912623 2116024 MEI 1049516 1396067 1641733 1927070 2143234 JUN 1076526 1454577 1703381 1977532 2231144 JUL 1092206 1474769 1686050 1960950 2217589 AGU 1119102 1493050 1682811 1995294 2236459 SEP 1154053 1516884 1778139 2018510 2274955 OKT 1168842 1533846 1812490 2021517 2308175 NOV 1169085 1559570 1851023 2061206 2346801 DES 1202762 1649662 1895839 2141384 2469390 Sumber : Data Bank Indonesia
2011 2436679 2420191 2451357 2434286 2475286 2522784 2564556 2621346 2643331 2677205 2729538 2877220
Tabel 4.6 menunjukan fluktuasi Uang Beredar pada periode Januari 2006 – Desember 2011.Pada masa penelitian Uang Beredar terendah terjadi pada bulan Maret 2006 yaitu sebesar1.022.703.Uang Beredar cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2006 – 2011. Uang Beredar tertinggi terjadi pada Desember 2011 yaitu sebesar 2.877.220. Berikut adalah grafik perkembangan Uang Beredar :
61
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Korelasi Untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh variabel – variabel penelitian, yaitu variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar, Return LQ 45 dan IHSG terlebih dahulu dihitung matriks korelasi antar variabel – variabel tersebut. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan software SPSS 17 sebagai berikut :
62
Tabel 4.7 Koefisien Korelasi Correlations RATE RATE
Pearson Correlation
KURS 1
KURS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PDB
.000
72
72
72
72
72
72
-.221
1
-.274
*
-.232
.020
.050
.001
.000
72
72
72
.202
-.274
*
1
Sig. (2-tailed)
.089
.020
72
72
**
-.232
.000
.050
.000
72
72
72
N RETURN
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
IHSG
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.428
.324
**
-.397
**
.810
**
-.397
**
.244
*
.485
**
.005
Pearson Correlation
.324
**
.000
72
Sig. (2-tailed)
**
.089
.062
.428
IHSG
.062
72
Pearson Correlation
RETURN
.202
72
N M2
M2
-.221
Sig. (2-tailed) N
PDB
-.603
.685
**
**
.000
.039
.000
72
72
72
72
**
1
.038
.810
.244
.859
**
.751
.000
72
72
72
*
.038
1
.203
.005
.001
.039
.751
72
72
72
72
72
72
**
.203
1
.485
**
-.603
**
.685
**
.859
.086
.000
.000
.000
.000
.086
72
72
72
72
72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel koefisien korelasi tersebut, diketahui nilai korelasi antar variabel.Angka koefisien korelasi ada yang bertanda positif (+) ada juga yang bertanda negatif (-). Bertanda positif artinya menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh peningkatan
63
72
variabel lain. Bertanda negatif artinya menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan, artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penurunan variabel lain (Jonathan Sarwono:2007). Untuk penentuan keeratan hubungan digunakan kriteria sebagai berikut (Riduwan dan Engkos, 2007:62): 0,80 – 1,000
= Sangat Kuat
0,60 – 0,799
= Kuat
0,40 – 0,599
= Cukup Kuat
0,20 – 0,399
= Rendah
0,00 – 0,199
= Sangat Rendah
Tabel 4.8 Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel Koefisien Hubungan Kategori Probabilitas Kesimpulan Korelasi Suku Bunga Tidak -0,221 Rendah 0,062 dengan Kurs berpengaruh Suku Bunga Tidak 0.202 Rendah 0,089 dengan PDB berpengaruh Suku Bunga Cukup dengan Uang 0,428 0,000 Berpengaruh Kuat Beredar Suku Bunga 0,324 Rendah 0,005 Berpengaruh dengan Return Suku Bunga Cukup 0,485 0,000 Berpengaruh dengan IHSG Kuat Kurs dengan -0,274 Rendah 0,020 Berpengaruh PDB Kurs dengan -0,232 Rendah 0,050 Uang Beredar Berpengaruh Kurs dengan -0,397 Rendah 0,001 Berpengaruh Return
64
Kurs dengan -0,603 IHSG PDB dengan 0,810 Uang Beredar PDB dengan 0,244 Return PDB dengan 0,685 IHSG Uang Beredar 0,038 dengan Return Uang Beredar 0,859 dengan IHSG Return dengan 0,203 IHSG (Sumber : Data Diolah) a.
Kuat
0,000
Berpengaruh
Sangat Kuat
0,000
Berpengaruh
Rendah
0,039
Berpengaruh
Kuat
0,000
Berpengaruh
0,751
Tidak berpengaruh
0,000
Berpengaruh
0,086
Tidak berpengaruh
Sangat Rendah Sangat Kuat Rendah
Korelasi Suku Bunga Riil dengan Kurs Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Suku Bunga Riil dengan Kurs sebesar -0,221.Korelasi sebesar -0,221 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil dengan Kurs yang rendah dan tidak berpengaruh. Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan Kurs bersifat berlawanan, artinya jika nilai Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari Kurs akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
b. Korelasi Suku Bunga Riil dengan PDB Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Suku Bunga Riil dengan PDB sebesar 0,202.Korelasi sebesar 0,202 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil dengan PDB yang rendah dan berpengaruh. Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan PDB bersifat searah, artinya jika nilai Suku
65
Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari PDB akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. c.
Korelasi Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar sebesar 0,428.Korelasi sebesar 0,428 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar
yang cukup kuat dan
berpenaruh.Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar bersifat searah, artinya jika nilai Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. d. Korelasi Suku Bunga Riil dengan Return LQ 45 Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Suku Bunga Riil dengan Return LQ 45 sebesar 0,324. Korelasi sebesar 0,324 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil dengan Return yang rendah dan berpngaruh. Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan Return bersifat searah, artinya jika nilai Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari Retrurn akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. e.
Korelasi Suku Bunga Riil dengan IHSG Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Suku Bunga Riil dengan IHSG sebesar 0,485.Korelasi sebesar 0,485 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil
66
dengan IHSG yang cukup kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. f.
Korelasi Kurs dengan PDB Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Kurs
dengan
PDB
sebesar
-0,274.Korelasi
sebesar
-0,274
mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan PDB yang rendah dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan PDB bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan maka nilai dari PDB akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. g.
Korelasi Kurs dengan Uang Beredar Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Kurs dengan Uang Beredar sebesar -0,232.Korelasi sebesar -0,232 mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan Uang Beredar yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan Uang Beredar bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
h. Korelasi Kurs dengan Return LQ 45 Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Kurs dengan Return LQ 45 sebesar -0,397. Korelasi sebesar 0,397mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan
67
Return yang rendah dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan Return bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan maka nilai dari Returnakan mengalami penurunan, dan sebaliknya. i.
Korelasi Kurs dengan IHSG Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Kurs dengan IHSG sebesar -0,603.Korelasi sebesar -0,603 mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan IHSG yang kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan IHSG bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
j.
Korelasi PDB dengan Uang Beredar Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel PDB dengan Uang Beredar sebesar 0,810 Korelasi sebesar 0,810 mempunyai maksud hubungan antara variabel PDB dengan Uang Beredar yang sangat kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel PDB dengan Uang Beredar bersifat searah, artinya jika nilai PDB mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
k. Korelasi PDB dengan Return LQ 45 Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel PDB dengan Return LQ 45 sebesar 0,244 Korelasi sebesar 0,244 mempunyai maksud hubungan antara variabel PDB dengan Return
68
yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel PDB dengan Return bersifat searah, artinya jika nilai PDB mengalami kenaikan maka nilai dari Return akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. l.
Korelasi PDB dengan IHSG Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel PDB dengan IHSG sebesar 0,685 Korelasi sebesar 0,685 mempunyai maksud hubungan antara variabel PDB dengan IHSG yang kuat dan berpengaruh. Hubungan variabel PDB dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai PDB mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
m. Korelasi Uang Beredar dengan Return LQ 45 Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Uang Beredar dengan Return LQ 45 sebesar 0,038 Korelasi sebesar 0,038 mempunyai maksud hubungan antara variabel Uang Beredar dengan Return yang sangat rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel Uang Beredar dengan Return bersifat searah, artinya jika nilai Uang Beredar mengalami kenaikan maka nilai dari Return akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. n. Korelasi Uang Beredar dengan IHSG Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Uang Beredar dengan IHSG sebesar 0,859 Korelasi sebesar 0,859 mempunyai maksud hubungan antara variabel Uang Beredar dengan IHSG yang sangat kuat dan berpengaruh. Hubungan variabel Uang
69
Beredar dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai Uang Beredar mengalami kenaikan maka nilai dari IHSGakan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. o.
Korelasi Return LQ 45 dengan IHSG Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Return LQ 45 dengan IHSG sebesar 0,203 Korelasi sebesar 0,203 mempunyai maksud hubungan antara variabel Return dengan IHSG yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel Return dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai Return mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
70
2. Menguji dan Memaknai Sub-Struktur I Gambar 4.7 Gambar Paradigma Struktur I (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5) Suku Bunga Riil ε1 ρX1Y1
r12 Kurs
r13 r14
ρY1ε
ρX2Y1 Return
r23
LQ 45 ρX3Y1 PDB r24 ρX4Y1
r34 Uang Beredar
Persamaan Struktur I Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 +ρy1X4 X4 + ε1 Return = 0,468 Rate - 0,282 Kurs + 0,749 PDB – 0,835 M2+ 0,585ε 1 1. Uji F Untuk melihat pengaruh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar terhadap Return LQ 45 secara gabungan atau
71
bersama-sama, ditunjukkan pada tabel summary, khususnya angka R square dibawah ini : Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Strukutur I Model Summary
Model
R
1
.644
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.415
.380
.408985
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
Sumber: Data Diolah Besarnya angka R square adalah 0,415. Dalam penelitian ini LQ 45 dapat dijelasakan oleh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar secara gabungan adalah sebesar 41,5% sedangkan sisanya sebesar 58,5% (100% - 41,5%) dijelaskan oleh faktor lain atau variabel – variabel lain diluar model ini. Tabel 4.10 Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
7.953
4
1.988
Residual
11.207
67
.167
Total
19.160
71
F 11.887
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Data Diolah Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur I diatas ditampilkan uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel
72
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh terhadap Return LQ 45. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi tingkat keuntungan yang dilihat dalam bentuk Return LQ 45 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen) berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen). Hasil penelitian tersebut tidak terlalu mengejutkan, Tandellin (2007:211) mengungkapkan bahwa lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan seharihari. Kemampuan investor dalam eramalkan dan memahami kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna untuk pengambilan keputusan investasi yang menguntungkan. .Hasil penelitian sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Samsul (2006:200) bahwa faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Prospek perusahaan sangat tergantung dari peluang keuntungan yang dimiliki perusahaan. Karena prospek perusahaan sangat
73
tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, maka analisis penilaian
saham
mempertimbangkan
yang
dilakukan
variabel
makro
oleh yang
investor
harus
mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro. Karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat retur yang disyaratkan atas investasi tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi pada variabel makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro. 2. Uji t Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model B 1
Std. Error
(Constant)
1.626
.714
RATE
7.771
1.819
KURS
.000
PDB M2
Beta
t
Sig. 2.277
.026
.468
4.273
.000
.000
-.282
-2.852
.006
3.885E-6
.000
.749
4.427
.000
-8.705E-7
.000
-.835
-4.632
.000
a. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Data Diolah
74
Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan adalah sebagai berikut : ρy1X1 = 0,468 ρy1X2 = -0,282 ρy1X3 = 0,749 ρy1X4 = -0,835
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 +ρy1X4 X4 + ε1 Return = 0,468Rate - 0,282 Kurs + 0,749 PDB – 0,835 M2+ 0,585ε 1 Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini :
75
Gambar 4.8 Diagram Analisis Jalur Struktur I (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2007:5) Suku Bunga Riil ε1 -0,212 Kurs
0,202 0,428
0,468
0,585
-0,282 Return
-0,274
LQ 45 0,749
PDB -0,232 0,810
-0,835 Uang Beredar
a) Pengaruh Suku Bunga Riil terhadap Return LQ 45 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan dalam bentuk Return LQ 45. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,468. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil memiliki pengaruh yang positif terhadap Return LQ 45 karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000.
76
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Suku Bunga Riil yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,468 yang berarti setiap kenaikan Suku Bunga Riil sebesar 1% akan menaikan Return LQ 45 sebesar 0,468%. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin dalam bukunya yang berjudul Analisis Investasi (2001:214) yang menyatakan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, pdb dan nilai tukar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, dalam hal ini ditujukan kepada perusahaan di LQ 45. b) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Return LQ 45 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan dalam bentuk Return LQ 45. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,006, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,282. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return LQ 45 karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
77
menurunkan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,282 yang berarti setiap kenaikan Kurs sebesar satu-satuan akan menurunkan Return LQ 45 sebesar -0,282 kali. Hasil Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Sitinjak dan Kurniasari (2003:11) Kurs inilah sebagai indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun uang karena investor cenderung berhati-hati untuk melakukan investasi. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3) bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal. c) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Return LQ 45 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan dalam bentuk Return LQ 45.Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,749. Hal ini menunjukkan bahwa PDB memiliki
78
pengaruh yang positif terhadap Return LQ 45 karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi PDB yang diterapkan oleh pemerintah menaikan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,749 yang berarti setiap kenaikan PDB sebesar satusatuan akan menaikan Return LQ 45 sebesar 0,749 kali. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin dalam bukunya yang berjudul Analisis Investasi (2001:214) yang menyatakan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, pdb dan nilai tukar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, dalam hal ini ditujukan kepada perusahaan di LQ 45. d) Pengaruh Uang Beredar terhadap Return LQ 45 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan dalam bentuk Return LQ 45.Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,835. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return LQ 45 karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
79
Uang Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menurunkan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,835 yang berarti setiap kenaikan Uang Beredar sebesar satu-satuan akan menurunkan Return LQ 45 sebesar -0,835 kali. Teori kuantitas menyatakan bahwa “jika pertumbuhan uang naik sebesar satu persen maka akan menyebabkan kenaikan inflasi satu persen” (Mankiw, 2003:87).Dari penjelasan tersebut menerangkan bahwa jumlah uang beredar berkaitan dengan inflasi. Dalam penelitian ini uang beredar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return LQ 45 karena ada kemungkinan bahwa dengan terjadinya inflasi maka
kecenderungan
masyarakat
untuk
berinvestasi
menurun. Karena masyarakat lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan primernya dari pada berinvestasi.
80
3. Menguji dan Memaknai Sub-Stuktur II Gambar 4.9 Gambar Paradigma Struktur II (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs ρx1y2 r12
ρy1ε
Kurs
r13 r14
ρx1y1
r23
ε1
ε2 ρy2ε
ρx2y2 ρx2y1
Return IHSG LQ 45
ρx3y1 PDB ρx3y2
r24 r34
ρx4y1
ρx4y2
Uang Beredar
Persamaan Struktur II Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2 IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 + 0,017 Return + 0,08ε1
81
I.
Uji F Untuk melihat pengaruh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 terhdap IHSG secara gabungan atau bersama – sama, ditunjukkan pada tabel summary, khususnya angka R square dibawah ini : Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Stuktur II Model Summary
Model
R
1
.959
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.920
.913
271.654265
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
Sumber: Data Diolah Besarnya angka R square adalah 0,920. Dalam penelitian ini IHSG dapat dijelasakan oleh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 secara gabungan adalah sebesar 92% sedangkan sisanya sebesar 8% (100% - 92%) dijelaskan oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini. Tabel 4.13 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
5.570E7
5
1.114E7
4870538.613
66
73796.040
6.057E7
71
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
82
F 150.945
Sig. .000
a
Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur II diatas ditampilkan uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar Serta Return LQ 45 berpengaruh terhadap IHSG. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi tingkat besarnya nominal yang dilihat dalam bentuk IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen) berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen). Indah Yuliana (2012:11) menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama variabel makro ekonomi (jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks harga saham Gabungan (IHSG). Hal ini berarti jika tingkat suku bunga SBI naik maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat tingkat suku bunga SBI naik
maka
akan
menyebabkan
investor
untuk
cenderung
mengivestasikan dananya di bank, dari pada menginvestasikan dananya di pasar modal. Pada saat tingkat inflasi mengalami perubahan maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap IHSG.
83
Hasil
penelitian
Suramaya
Suci
Kewal
(2012:9)
juga
mengemukakan bahwa hasil tersebut sama seperti dengan penelitian yg dilakukannya Untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan diperoleh nilai F sebesar 5,231 dengan p = 0,001. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah, pertumbuhan PDB secara simultan terhadap IHSG di BEI. Hasil penelitian tersebut tidak terlalu mengejutkan, karena sesuai teori yang dikemukakan Tandelilin (2007:211) "Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari.Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan investasi yang menguntungkan".Dengan demikian variabel makro ekonomi sangat berpengaruh terhadap kinerja jual beli saham di pasar modal terutama IHSG, karena IHSG merupakan kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian juga menguatkan temuan penelitian sebelumnya, yakni sebagaimana temuan Rosalita (2006) bahwa "perubahan nilai tingkat bunga SBI, kurs Dollar AS, dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap IHSG"; temuan Awaluddin (2006) juga mengungkap bahwa "variabel kurs tengah USD, suku bunga SBI dan inflasi
84
berpengaruh secara serentak terhadap LQ 45"; demikian juga temuan Rahmawati (2004) menunjukkan hal yang sama bahwa " inflasi dan suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap LQ 45". Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Samsul (2006:200) bahwa "faktor makro merupakan faktor yang berada diluar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung". II.
Uji t Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
4740.216
492.451
RATE
1510.843
1362.654
KURS
-.492
PDB M2 RETURN
Coefficients Beta
t
Sig. 9.626
.000
.051
1.109
.272
.045
-.425
-10.856
.000
-.001
.001
-.129
-1.790
.078
.002
.000
.842
10.882
.000
30.867
81.147
.017
.380
.705
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
85
Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan adalah sebagai berikut : ρy2X1 = 0,051 ρy2X2 = -0,425 ρy2X3 = -0,129 ρy2X4 = 0,842 ρy2y1= 0,017
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2X2Y1 + ρy2X3 X3+ ρy2X3 X4 + ρy2y1Y1 +ε 1 IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 + 0,017 Return + 0,08ε1 Besarnya koefisien jalur diperlihatkan pada diagram analisis jalur. Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini :
86
Gambar 4.10 Diagram Analisis Jalur Struktur II (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs ε1
0,0 51 -0,221
0,468 Kurs
0,202 0,428
0,585
-0,274
ε2 0,08
-0,425 -0,282
0,017 Return IHSG LQ 45
0,749
PDB -0,232
-0,129 0,810
-0,835
0,842
Uang Beredar
a) Pengaruh Suku Bunga Riil terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil tidak berpengaruh terhadap tingkat nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,272, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,051. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih
87
besar
dari
0,05
yaitu
0,272.
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi Suku Bunga Riil yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah nominal dari IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,051 yang berarti setiap kenaikan Suku Bunga Riil sebesar 1% akan menaikan IHSG sebesar 0,051. Menurut Suci (2012:10) indikator suku bunga tidak berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan karena tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan
transaksi
saham
dalam
jangka
pendek
(trader/spekulan), sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gainyang cukup tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi
di
SBI
(Manullang,
2008).
Selain
itu,
perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen yang cukup tinggi bagi pemegang sahamnya juga menjadi salah satu stimulus bagi investor untuk berinvestasi di saham dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zuldi Amin (2012:15) yang menyatakan tingkat suku bunga berpangaruh positif dan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan.
88
b) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,425. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki pengaruh
yang
negatif
terhadap
IHSG
karena
nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,425 yang berarti setiap kenaikan Kurs sebesar satu-satuan akan menurunkan IHSG sebesar 0,425 kali. Hasil Penelitian diperkuat juga oleh Suramaya Suci Kewal (2012:12) yg mengemukakan bahwa Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil yang diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana
89
menguatnya kurs rupiah terhadap USD adalah sinyal positif bagi perekonomian sebuah negara. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3) bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal. c) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,078, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,129. Hal ini menunjukkan bahwa PDB tidak memiliki
pengaruh
terhadap
IHSG
karena
nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,078. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi PDB yang diterapkan oleh Pemerintah menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,129 yang berarti setiap kenaikan PDB sebesar satu-satuan akan menurunkan IHSG sebesar 0,129 kali. Hasil penelitian serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci (2012:11) bahwa PDB tidak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG. Peningkatan
90
PDB
dalam
suatu
negara
mengindikasikan
adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Adanya
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
akan
mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi terhadap barang dan jasa sehingga memperluas perkembangan investasi di sektor riil. Adanya perkembangan investasi di sektor riil tidak diikuti adanya peningkatan investasi pada pasar modal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pemerataan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDB belum tentu meningkatkan pendapatan perkapita setiap individu sehingga pola investasi di pasar modal tidak terpengaruh oleh adanya peningkatan PDB. d) Pengaruh Uang Beredar terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar berpengaruh positif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Uang Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari
91
koefisien regresi sebesar 0,842 yang berarti setiap kenaikan Uang Beredar sebesar satu-satuan akan menaikan IHSG sebesar 0,842 kali. Hasil penelitian ini sama seperti Indah Yuliana (2012:12) yang menyebutkan Uang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Temuan penelitian menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi, yaitu jumlah uang yang beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sukono (2012:11) Jumlah uang yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG, kondisi ini terjadi karena jika jumlah uang yang beredar meningkat, maka tingkat bunga akan menurun dan harga saham akan meningkat, kenaikan harga saham ini juga akan berdampak pada kenaikan IHSG. Hasil ini sesuai dengan pendapat Mohamad Samsul (2006), yang menyatakan jumlah uang yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Penelitian lain juga mengungkapkan hal yang sama dalam judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sbi, Kurs, Jumlah Uang Beredar, Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei)” Data pergerakan jumlah uang beredar dalam
92
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar mengalami
pertumbuhan
yang
wajar
sehingga
akan
memberikan dampak positif bagi ekonomi dan pasar ekuitas. Pertumbuhan jumlah uang beredar secara wajar ini tidak terlepas dari kebijakan moneter ekspansif pemerintah dimana pemerintah hanya akan menambah jumlah uang beredar yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi (Kristiyawati, 2012:12). e) Pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return LQ 45 tidak berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,705, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa Return tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,705. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Return akan menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,105 yang berarti setiap kenaikan Return LQ 45 sebesar satusatuan akan menaikan IHSG sebesar 0,105 kali.
93
Hasil Penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bayu Radtya (2010:93) bahwa Return LQ 45 tidak berpengaruh terhadap IHSG. 4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II Berdasarkan output pada Struktur II masih terdapat variabel eksogen yang tidak signifikan terhadap variabel endogen, maka itu perlu dilakukan analisis jalur model trimmming. Analisis jalur model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969; Al-Rasyid dan Sitepu, 1994:12; Kusnendi,2005:12 dalam Riduwan dan Engkos, 2008:127). Analisis Jalur Model Trimming Struktur II ε2
Suku Bunga Riil ρy2x1
ρy2ε IHSG
Uang Beredar
ρy2x2 Gambar 4.11
Paradigma Penelitian Analisis Jalur Model Trimming Struktur II (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:136) Persamaan Struktur II setelah Trimming Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2X2 X2 + ε1
94
Hipotesis penelitian baru yang dapat dibentukdari gambar diagram jalur diatas sebagai berikut : I.
Uji F Uji F dilakukan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu, merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan juga menyertai dengan hipotesis nol (H0), seperti dibawah ini: a. Ho :
= 0, Indikator Kurs dan Uang Beredar tidak
i
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen IHSG. b. Ha :
0, Indikator Kurs dan Uang Beredar berpengaruh
i
secara parsial terhadap variabel dependen IHSG. Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Struktur II Trimming Model Summary
Model 1
R .954
R Square a
.910
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .907
281.121831
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
Sumber: Data Diolah Besarnya angka R square adalah 0,91. Dalam penelitian ini IHSG dapat dijelasakan oleh variabel Kurs dan Uang Beredar secara gabungan adalah sebesar 91% sedangkan sisanya sebesar 9% (100% - 91%) dijelaskan oleh faktor lain atau variabel – variabel lain diluar model ini.
95
Tabel 4.16 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
5.511E7
2
2.756E7
5453034.368
69
79029.484
6.057E7
71
F 348.688
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur II diatas ditampilkan uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel Kurs dan Uang Beredar berpengaruh terhadap IHSG. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs dan Uang Beredar tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi tingkat besarnya nominal yang dilihat dalam bentuk IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen) berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen). II.
Uji t Untuk mengisi signifikan hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk semua populasi maka perlu diisi dengan tingkat signifikan sebesar 5% dengan rumus signifikan product moment. Sedangkan hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut :
96
a. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG. Ha :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan
IHSG. b. Ho :
= 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat
pengaruh dengan IHSG. Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh
dengan IHSG. Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) KURS M2
Std. Error
4496.962
457.078
-.495
.043
.001
.000
Coefficients Beta
t
Sig. 9.838
.000
-.427
-11.501
.000
.760
20.458
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan adalah sebagai berikut : ρy2X2 = -0,427 ρy2X3= 0,760 Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y1 = ρy2X1 X1 + ρy2X2 X2 +ρy2X3X3+ε1 IHSG = - 0,427 Kurs + 0,760 M2+ 0,09ε1 97
Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini : Gambar 4.12 Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan Engkos, 2008:136) ε2
Kurs -0,427
0,09 IHSG
Uang Beredar
0,760
a) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk IHSG.Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,425. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,425
98
yang berarti setiap kenaikan Kurs sebesar satu-satuanakan menurunkan IHSG sebesar 0,425 kali. Hasil Penelitian diperkuat juga oleh Suramaya Suci Kewal (2012:12) yg mengemukakan bahwa Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil yang diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana menguatnya kurs rupiah terhadap USD adalah sinyal positif bagi perekonomian sebuah negara. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3) bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal. b) Pengaruh Uang Beredar terhadap IHSG Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar berpengaruh positif terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar
99
memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Uang Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,842 yang berarti setiap kenaikan Uang Beredar sebesar satu-satuanakan menaikan IHSG sebesar 0,842 kali. Hasil penelitian ini sama seperti Indah Yuliana (2012:12) yang menyebutkan Uang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Temuan penelitian menunjukkan bahwa indikator makro ekonomi, yaitu jumlah uang yang beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan hasil dsri koefisien jalur pada sub-struktur II setelah dilakukan trimming, maka dapat digambarkan analisis jalur secara keseluruhan yang menggambarkan hubungan kausal empiris antar variabel X1, X2, X3, X4dan Y1 Terhadap Y2Sebagai berikut:
100
Gambar 4.13 Diagram Analisis Jalur Model Setelah Trimming (Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan Engkos, 2008:136) Suku Bunga Riil
ε1
0,468
0,585 Kurs
ε2 0,09
-0,427 -0,282
Return LQ 45
0,749
IHSG
PDB
-0,835
0,760
Uang Beredar
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I dan Struktur II setelah Trimming Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Suku Bunga Riil (X1), Nilai Tukar (Kurs) (X2), PDB (X3), Uang Beredar (X4) dan Retrun LQ 45 (Y1) Terhadap IHSG (Y2).
101
Tabel 4.18 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Suku Bunga Riil (X1), Nilai Tukar (Kurs) (X2), PDB (X3), Uang Beredar (X4) dan Retrun LQ 45 (Y1) Terhadap IHSG (Y2) Setelah Trimming Pengaruh Kausal Koefisien Jalur
Langsung
Tidak Langsung melalui Y1
Total
X1
0,468
0,468
-
0,468
X2
-0,282
-0,282
-0,427
-0,709
X3
0,748
0,748
-
0,748
X4
-0,835
-0,835
0,760
0,0075
Y1
-
-
-
-
Variabel
Sumber: Data Diolah Dapat dilihat variabel yang berpengaruh langsung yaitu variabel suku bunga riil, kurs, PDB dan uang beredar, sedangkan variabel yang berpengaruh tidak langsung setelah di trimming hanya variabel kurs dan uang beredar.
102
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil uji regresi struktur I, ditemukan bahwa variabel Suku Bunga Riil berpengaruh positif terhadap Return LQ 45. Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh negatif terhadap Return LQ 45. PDB memiliki pengaruh positif. Sementara itu variabel Uang Beredar tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran Return LQ 45.
2.
Berdasarkan hasil uji regresi struktur II, ditemukan bahwa variabel Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap penyaluran IHSG. Uang Beredar memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran IHSG. Sementara itu Suku Bunga Riil, PDB dan Return LQ 45 tidak berpengaruh terhadap IHSG. Setelah dilakukan trimming, hanya variabel Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap IHSG. Serta Uang Beredar berpengaruh positif terhadap IHSG.
3. Dapat dilihat variabel yang berpengaruh langsung yaitu variabel suku bunga riil, kurs, PDB dan uang beredar, sedangkan variabel yang berpengaruh tidak langsung setelah di trimming hanya variabel kurs dan uang beredar.
103
B. Implikasi 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi program studi manajemen khususnya, perguruan tinggi pada umumnya, serta untuk meningkatkan mutu pendidikan 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi investor dan menjadi sumbangan pemikiran duniaekonomi dalam menetapkan kebijakan operasianalnya. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai bahan pertimbangan analisa sebelum mengambil keputusan. 3. Bagi Penelitian Sebagai tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan pengembangan wawasan keilmuan dalam bidang manajemen ekonomi, serta dapat sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia
selaku
otoritas
moneter
dalam
mengendalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
104
dan
menjalankan
Bank dan
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, Sri dkk.“Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”.Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta. 1998. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”. Cetakan Ketiga, Rineka Cipta, Jakarta, 2008. Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini.“Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik”. Jakarta: PT Grasindo, 2001. Arthesa, Ade dan Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”. Penerbit PT Indeks, Kelompok Gramedia, 2006. Awaluddin, Asep. “Pengaruh Nilai Tukar Dollar (kurs)Amerika, Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Harga Saham Indeks LQ 45”.UNIBRAW. Malang.2006. Bodie, Kane, Marcus, “Invesment”. Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Boediono, “Ekonomi Makro”. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 2001. Elton, Edwin,J and Martin J. Gruber, Modern Portofolio Theory and Investment Analysis, 6th edition, John Willey and Sons Inc: 2003. Fabozzi,
E.J. and Francis, J.C. “Capital Markets and andInstrument”.Upper Saddle River New Jersey. 1999.
Institution
Fabozzi, Frank J., Modigliani, Franco., Ferry, Michael G.. “Foundation ofFinancial Market and Institutions”.2nd edition.Prentice Hall. New Jersey. 1999. Ghazali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Universitas Diponegoro, Semarang, 2003. Gruber, Martin J. et al, “Modern Portofolion Theory and Invesment”. United State of American, John Wiley & Sons, inc, 2003. Gupta, Jyoti P, Alain Chevalier and Fran Sayekt, “Exchange Rate and Stock Price in Emergering Market: The Case of The Jakarta Stock Exchange”. Working Paper Series. EFMA 2000. Hamdy, Hady, “Manajemen Keuangan Internasional”. Jakarta, 2008. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. 2007.
105
Haruman, Tendi, dkk “Pengaruh Faktor Fundamental Indikator Makro Ekonomi dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham LQ 45 BEJ”. Jurnal Majalah Usahawan, No. 11, TH XXXIV November 2005. Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi kedua, Penerbit PBFE. Yogyakarta, 2000. Kasmir, “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Kasmir.“Manajemen Perbankan”. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.2003. Suci, Kewal Suramaya, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Ekonomi. Vol 8, No.1.2012. Krugman, Paul R dan Obsstfeld, Maurince, “Ekonomi Internasional (Teori dan Kebijakan)”. Edisi 5, PT Indeks, Jakarta, 2005. Mankiw, N. Gregory, “Prinsiple of Economics” 2nd edition, terjemahan Haris Munandar. Penerbit Erlangga, 2003. Mansyur, Moh, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Kurs Dollar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa efek Jakarta”. Jurnal Universitas Padjadjaran, 2009. Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta, 2004. Murwaningsari, Etty, “Pengaruh Volume Perdagangan Saham, Deposito dan Kurs Terhadap IHSG Berserta Prediksi IHSG”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2009. Pasaribu, Pananda, Wilson R.L Tobing, dan Haymans Manurung, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG”. Jurnal 2009. Purnama, Dewi. “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Suku Bunga Kredit, Kredit Non Lancar, dan dana Pihk Ketiga terhadap penyaluran Kredit pada Bank-Bank Umum di Provinsi Bali”. Fakulatas Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar.2011.
106
Rachma, Rosalita. “Relevansi Nilai Laba Dan Nilai Buku: Peranpengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Dewan Komisaris Independen”. 2006. Raharja, Pratama dan Manurung , Mandala, “Teori Ekonomi Makro”. Edisi kedua, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Riduwan dan Adun, Rusyana “Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian” Edisi Pertama, Alfabeta, Bandung, 2011. Riduwan dan Engkos, “Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”. Edisi Kedua. Alfabeta. Bandung, 2008. Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. CSES Press, Jakarta, 2006. Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”. Edisi satu, Yogyakarta, 2007. Sitinjak, Elizabeth Lucky Mareta dan Widuri Kurniasari, “Indikator-Indikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar Saham Bullish dan Bearish”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3 No. 3, 2003. Sitorus, Maurin, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kinerja Saham Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Sebagai Emiten di Bursa Efek Jakarta ”. 2004 Soedradjad Djiwandono. “Kredit Macet Masih Didominasi Bank Pemerintah”, Republika Online. 2001. Suad,
Husnan. “Manajemen Keuangan Teori dan Keempat.Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2003.
Penerapan”,
Edisi
Sugiyono, “Statistik Untuk Penelitian”. Alfabeta, Bandung. 2005. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta, 2007. Supranto, J. “Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi”. Jakarta: Rieka Cipta. 2004. Tandelilin, Eduardus, “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi Pertama, Kanisius, 2010.
107
www.idx.co.id www.yahoofinance.com Zuldi, Muhammad Amin, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sbi, Nilai Kurs Dollar (Usd/Idr), Dan Indeks Dow Jones (Djia) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Bei) (Periode 2008-2011)”. 2012
108
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Perkembangan IHSG Periode2006-2011 IHSG (Satu-satuan Point) BULAN 2006 2007 2008 JAN 1045.44 1805.52 2627.25 FEB 1073.83 1740.97 2721.94 MAR 1080.17 1830.92 2447.3 APR 1029.61 1999.17 2304.52 MEI 1088.17 2084.32 2444.35 JUN 1122.38 2139.28 2349.1 JUL 1182.3 2348.67 2304.51 AGU 1050.09 2194.34 2165.94 SEP 1079.28 2359.21 1832.51 OKT 1066.22 2643.49 1256.7 NOV 1096.64 2688.33 1241.54 DES 1162.64 2745.83 1355.41 Sumber :www.yahoofinance.com
2009 1332.67 1285.48 1434.07 1722.77 1916.83 2026.78 2323.24 2341.54 2467.59 2367.7 2415.84 2534.36
2010 2610.8 2549.03 2777.3 2971.25 2796.96 2913.68 3069.28 3081.88 3501.3 3635.32 3531.21 3703.51
2011 3409.17 3470.35 3678.67 3819.62 3836.97 3888.57 4130.8 3841.73 3549.03 3790.85 3715.08 3821.99
Lampiran 2. Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 BULAN 2006 JAN 0.677 FEB 0.762 MAR -0.124 APR 1.629 MEI -0.399 JUN -0.487 JUL 1.837 AGU -0.364 SEP -1.192 OKT 0.64 NOV 0.048 DES 0.672 Sumber : Data Diolah
RETURN (Data Diolah) 2007 2008 2009 0.149 0.211 -0.512 -0.106 0.672 -0.55 -1 0.108 -0.577 0.054 0.295 -0.417 0.082 0.187 -0.32 -0.028 0.169 -0.238 0.03 0.121 -0.206 0.562 -0.006 -0.022 0.04 -0.029 -0.007 0.002 -0.354 0.424 0.212 -0.588 0.743 0.321 -0.606 1.045
109
2010 0.746 0.965 1.05 0.844 0.67 0.463 0.395 0.278 0.311 0.36 0.478 0.354
2011 0.315 0.198 0.252 0.208 0.197 0.192 0.252 0.266 0.151 -0.117 -0.031 0.019
Lampiran 3.Data PerkembanganSukuBungaRiilPeriode 2006 2011 SUKU BUNGA RIIL (Data Diolah) BULAN 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 0.004 -0.042 0.027 0.032 0.028 FEB 0.02 -0.027 0.042 -0.003 0.027 MAR 0.012 -0.025 0.027 -0.002 0.031 APR 0.068 -0.027 0.025 0.002 0.026 MEI -0.069 0.027 0.027 0.012 0.023 JUN -0.069 0.027 0.027 0.033 0.014 JUL -0.07 0.022 0.027 0.04 0.021 AGU -0.068 0.032 -0.022 0.037 0.031 SEP -0.051 0.021 -0.032 0.037 0.028 OKT -0.047 0.025 -0.021 0.039 0.012 NOV -0.057 0.021 -0.025 0.041 0.013 DES -0.043 0.032 -0.021 0.037 0.016 Sumber : Data Diolah
2011 -0.005 -0.001 0.001 0.006 0.008 0.012 0.021 0.02 0.021 0.021 0.018 0.022
Lampiran 4.Data PerkembanganKursPeriode 2006-2011 KURS (IDR/USD) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 9352 8995 9417 11005 FEB 9212 9125 9269 11759 MAR 9296 9176 9153 12083 APR 9532 9156 9245 11678 MEI 9576 9128 9278 10708 JUN 9576 8823 9357 10314 JUL 9809 9064 9261 10306 AGU 9845 9285 9126 9939 SEP 10502 9435 9209 10171 OKT 10352 9147 9603 9673 NOV 10201 9123 10854 9658 DES 10080 9406 12285 9532 Sumber : Data Bank Indonesia
110
2010 9377 9442 9360 9120 9075 9256 9139 8983 9079 8966 8966 9077
2011 9021 9087 8856 8742 8594 8583 8606 8523 8582 8970 8937 9230
Lampiran 5.Data Perkembangan PDBPeriode 2006-2011 PDB (Miliar Rupiah) BULAN 2006 2007 2008 2009 JAN 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 FEB 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 MAR 426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 APR 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 MEI 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 JUN 436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 JUL 448597.7 343597 453219.7 480922 AGU 448597.7 343597 444172 480922 SEP 448597.7 343597 444172 480922 OKT 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 NOV 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 DES 439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 Sumber : Data Bank Indonesia
2010 559279.2 559279.2 559279.2 574539 574539 574539 594069 594069 594069 585950.8 585950.8 585950.8
2011 595227.4 595227.4 595227.4 611625.2 611625.2 611625.2 632429.8 632429.8 632429.8 623959.6 623959.6 623959.6
Lampiran 6.Data PerkembanganUangBeredarPeriode 2006-2011 UANG BEREDAR (Miliar Rupiah) BULAN 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 1017491 1367957 1596565 1874145 2073860 FEB 1014376 1369243 1603750 1900208 2066481 MAR 1022703 1379237 1594390 1916752 2112083 APR 1046656 1385715 1611691 1912623 2116024 MEI 1049516 1396067 1641733 1927070 2143234 JUN 1076526 1454577 1703381 1977532 2231144 JUL 1092206 1474769 1686050 1960950 2217589 AGU 1119102 1493050 1682811 1995294 2236459 SEP 1154053 1516884 1778139 2018510 2274955 OKT 1168842 1533846 1812490 2021517 2308175 NOV 1169085 1559570 1851023 2061206 2346801 DES 1202762 1649662 1895839 2141384 2469390 Sumber : Data Bank Indonesia
111
2011 2436679 2420191 2451357 2434286 2475286 2522784 2564556 2621346 2643331 2677205 2729538 2877220
Lampiran 7.KoefisienKorelasi Correlations RATE RATE
Pearson Correlation
KURS 1
KURS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
PDB
M2
.000
72
72
72
72
72
72
-.221
1
-.274
*
-.232
.020
.050
.001
.000
72
72
72
.202
-.274
*
1
Sig. (2-tailed)
.089
.020
72
72
**
-.232
.000
.050
.000
72
72
72
.428
Sig. (2-tailed) N RETURN
Pearson Correlation
.324
Sig. (2-tailed) N IHSG
Pearson Correlation
N
-.397
72
72
72
**
1
.038
.244
**
.000
72
72
72
*
.038
1
.203
.001
.039
.751
72
72
72
72
72
72
**
.203
1
**
-.603
**
.685
**
.859
.086
.000
.000
.000
.000
.086
72
72
72
72
72
R Square a
.859
.751
Model Summary
.644
**
72
Lampiran 8.KoefisienDeterminasiStrukutur I
1
.685
.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
R
*
**
.039
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model
.244
-.603
.000
.810
**
**
**
.005
.485
Sig. (2-tailed)
**
.810
-.397
.485
**
.005
Pearson Correlation
.324
**
.000
72
Pearson Correlation
**
.089
72
.428
IHSG
.062
72
N
RETURN
.202
.062
N
M2
-.221
Sig. (2-tailed) N
PDB
.415
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.380
.408985
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
112
72
Lampiran 9.Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
7.953
4
1.988
Residual
11.207
67
.167
Total
19.160
71
Sig.
11.887
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: RETURN
Lampiran 10.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur I Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model B 1
Std. Error
Beta
(Constant)
1.626
.714
RATE
7.771
1.819
KURS
.000
Sig. 2.277
.026
.468
4.273
.000
.000
-.282
-2.852
.006
3.885E-6
.000
.749
4.427
.000
-8.705E-7
.000
-.835
-4.632
.000
PDB M2
t
a. Dependent Variable: RETURN
Lampiran 11.KoefisienDeterminasiStuktur II Model Summary
Model 1
R .959
R Square a
.920
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .913
271.654265
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
113
Lampiran 12.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
F
5.570E7
5
1.114E7
4870538.613
66
73796.040
6.057E7
71
Total
Sig.
150.945
.000
a
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 13.HasilUjiParsial (t-test) Struktur II Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
4740.216
492.451
RATE
1510.843
1362.654
KURS
-.492
PDB
Sig. 9.626
.000
.051
1.109
.272
.045
-.425
-10.856
.000
-.001
.001
-.129
-1.790
.078
.002
.000
.842
10.882
.000
30.867
81.147
.017
.380
.705
M2 RETURN
t
a. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 14.KoefisienDeterminasiStruktur II Trimming Model Summary
Model 1
R .954
R Square a
.910
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
114
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .907
281.121831
Lampiran 15.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
5.511E7
2
2.756E7
5453034.368
69
79029.484
6.057E7
71
Total
F
Sig.
348.688
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS b. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 16.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur II Trimming Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) KURS M2
Std. Error
4496.962
457.078
-.495
.043
.001
.000
a. Dependent Variable: IHSG
115
Coefficients Beta
t
Sig. 9.838
.000
-.427
-11.501
.000
.760
20.458
.000