ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh : HARIYADI NIM : 205081000176 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
i
ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: HARIYADI NIM: 205081000176
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 196902032001121003
M. Arif Mufraini, Lc, M.si NIP : 19770122 2003 121 001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
Hari ini jumat, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi “ ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji I
M. Arif Mufraini, Lc, M.si Penguji II
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Penguji Ahli I
Indo Yama, SE, MAB Penguji Ahli II
iii
Hari ini Senin, Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi “ ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra, MM Ketua
M. Arif Mufraini, Lc, M.si Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI 1. Nama
: Hariyadi
2. Tempat /Tanggal Lahir
: Tangerang, 25 September 1987
3. Alamat
: Jl. Karyawan 4 RT 01/01 KEL. Karang Timur KEC. Karang Tengah Ciledug Tangerang (15157)
4. Handphone
: (021) 94521845
5. Agama
: Islam
6. Kewarganegaraan
: Indonesia
B. DATA PENDIDIKAN 1. Tahun 1993-1999
SDN Karang Tengah 8
Tangerang
2. Tahun 1999-2002
MTS Daar El-Qolam
Tangerang
3. Tahun 2002-2005
SMA Budi Mulia
Tangerang
4. Tahun 2005-2010
FEIS Manajemen UIN
Jakarta
C. DATA PENGALAMAN KERJA 1. Tahun 2008
: Magang bagian Administrasi di Rs. Bhakti Asih Ciledug Tangerang selama 1 bulan
2. Tahun 2008
: Bagian Tata Usaha disekolah SDI Nur Insan
3. Tahun 2009
: Bagian bidang keguruan disekolah SDI Nur Insan Ciledug Tangerang
v
ABSTRACT
This study aims to: 1) To analyze the effect of simultaneous and partially between macro economic variables and financial ratios of return of stocks listed on the Indonesia Stock Exchange 2) to analyze the independent variables which most influence on the dependent variable. This study uses multiple regression analysis of data used in this study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. This sample selection is all the companies listed in Indonesia Stock Exchange 45 LQ categories entering the period 20052008. Regression results found that variable inflation, SBI, Exchange Rate, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity significant effect on stock returns while partially found that the variable exchange rate, Real Interest Rate, Return On Asset and most influential independent variable is exchange rate, with a look at the greatest value of the beta coefficients between other independent variables. Keyword : Inflation, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity, Stock Return
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisa pengaruh secara simultan dan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2) Menganalisa Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori LQ 45 periode 2005 – 2008. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Return Saham sedangkan secara parsial ditemukan bahwa variabel Kurs, Real Interest Rate, Return On Asset dan variabel independen yang paling berpengaruh adalah Kurs, dengan melihat nilai koefisien beta paling besar diantara variabel independen lainya.
Kata Kunci : Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Return Saham
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, berkah ,taufik, dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada panutan umat, Rasulallah Muhammad SAW. Perjalanan panjang penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini dihiasi dengan segala kekurangan dan kelemahan penulis, dan diwarnai dengan berbagai cobaan, tantangan, dan penuh perjuangan yang harus dihadapi. Karena itu skripsi ini tidak akan mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak, meskipun pada akhirnya dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan dan belum mencapai kata sempurna. Maka sudah seharusnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Mar’ali dan Ibunda Siti Aisah yang membesarkan dan mendidik serta senantiasa selalu percaya, mendoakan, memotivasi, mendukung dan memberikan seluruh kerja kerasnya untuk mewujudkan keinginan anakanaknya dalam meraih cita-cita. ary sangat menyayangi dan mencintaimu ibu. 2. Kepada semua keluarga besar H. Caing (Alm) yang telah memberikan dukungan baik materi, moral serta doa untuk tercapainya salah satu cita-cita yaitu mendapatkan gelar sarjana. 3. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr.Abdul Hamid,.Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Prof,Dr.Ahmad Rodoni,MM selaku Pudek I dan dosen pembimbing I,yang senantiasa memberikan perhatian dan ilmunya dalam membimbing peneliti. 6. Bapak M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan motivasi serta ilmunya dalam membimbing peneliti.
viii
7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Khususnya jurusan manajemen yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan. 8. Mbak ani yang sudah melayani saya dan temen-teman dalam proses pendaftaran skripsi. 9. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial yang telah bekerja dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima ALLAH SWT. 10. Eko aryanto, Nova Herdiansyah my best Friends,,,ya walaupun suka nyebelin dan ngutang sih,,,,,,! 11. Dian maulana yang sudah membimbing saya dari bab 1 – bab 3, Thanks y,,,, 12. Sepupu ku Muink, Tri makasih atas modem Gratisnya. 13. Kepada wanita dihatiku yang selalu mendukung dan mendoakan ku. 14. Semua teman – teman manajemen B dan manajemen keuangan tahun 2005. Kalian semua teman terbaik yang bisa aku dapatkan. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya semoga Allah SWT membalas budi baik semua serta skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semuanya.Amin ya Robbal’alamin.
Jakarta, September 2010
(Hariyadi )
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................
. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ . iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................
v
ABSTRACT ................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Perumusan Masalah ............................................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................
6
D. Manfaat Penelitian..............................................................
7
LANDASAN TEORI A. Pengertian Ilmu Ekonomi ............................................ .....
8
B. Pengertian Efek dan Bursa Efek ................................... .....
8
C. Inflasi ..................................................................................
8
1. Pengertian Inflasi ..........................................................
9
2. Komponen Inflasi .......................................................... 11 3. Timbulnya Inflasi ...................................................... ... 12 3. Cara Mengatasi Inflasi .................................................. 13
x
D. Nilai Tukar (Kurs) .............................................................. 15 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah...................................... 15 2. Penentuan Nilai Tukar ................................................... 16 3. Sistem Kurs Mata Uang ................................................ 16 E. Tingkat Suku Bunga ...................................................... .... 19 F. SBI ...................................................................................... 20 1. Pengertian SBI .............................................................. 20 2. Tujuan penerbit SBI...................................................... 20 3. Dasar Hukum SBI ........................................................ 21 4. Karakteristik ................................................................. 21 G. Rasio Keuangan ................................................................. 22 1. Pengertian Rasio Keuangan .......................................... 22 H. Jenis-Jenis Rasio Keuangan .............................................. 23 1. Rasio Profitabilitas ....................................................... 23 2. Rasio Leverage ............................................................. 25 3. Rasio Likuiditas ............................................................ 26 I. Return Saham ..................................................................... 27 J. Indeks LQ 45 ..................................................................... 29 K. Penelitian Terdahulu ......................................................... 30 L. Kerangka Pemikian ............................................................ 33 M. Hipotesis ............................................................................ 35
xi
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 37 B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 37 C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 38 D. Metode Analisis Data ......................................................... 39 E. Variabel penelitian...………………………………….. ..... 45
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan .................................... 50 B. Sejarah Objek Penelitian .................................................... 63 C. Hasil dan Pembahasan ........................................................ 64 D. Interprestasi ........................................................................ 82
BAB V.
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 85 B. Saran .................................................................................. 86 C. Implikasi ............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
32
4.1
Daftar Perusahaan yang menjadi Objek Peneliti
64
4.2
Hasil Pengujian Multikolinearitas
74
4.3
Hasil pengujian Auto Korelasi
75
4.4
Hasil Pengujian Uji t
77
4.5
Hasil Pengujian Uji F
79
4.6
Hasil Pengujian Adj R Square
80
4.7
Hasil Analisis Regresi
81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
34
4.1
Struktur Pasar modal Indonesia
54
4.2
Grafik Kurs
65
4.3
Grafik Real Interest Rate
66
4.4
Grafik Return On Asset
67
4.5
Grafik Debt To Equity Ratio
69
4.6
Grafik Current Ratio
70
4.7
Grafik Return Saham
71
4.8
Grafik Normalitas Data
73
4.9
Grafik Uji Heteroskedastisitas
76
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Objek Penelitian
91
2
Perhitungan Data Mentah
92
3
Hasil Uji Regresi Berganda Dengan SPSS 16.0
98
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar keuangan (financial market) dimana diperjual belikan sekuritas atau instrumen surat berharga yang memiliki sifat jangka panjang (Husnan, 1997). Di Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan sejarah panjang pasar modal Indonesia. BEJ didirikan pada tahun 1912 oleh pemerintah kolonial Belanda, kemudian terhenti oleh adanya invasi Jepang 1942, dan baru aktif kembali 10 Agustus 1977 dengan dibentuknya Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) oleh Pemerintah. Swastanisasi dilakukan pada saat pasar modal Indonesia mengalami bullish pada tahun 1990. Penurunan indeks yang sangat tajam di BEJ terjadi antara tahun 1981 sampai dengan 1986, yang disebabkan pemerintah melakukan devaluasi mata uang rupiah terhadap dolar pada tahun 1984. Selanjutnya indeks kembali turun antara tahun 1990 sampai dengan 1992, yang disebabkan oleh pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat (tight money policy) pada tahun 1991. Dan terakhir tahun 1996 sampai dengan 1997, yang disebabkan oleh krisis moneter. Hal tersebut diatas menggambarkan bahwa perubahan kondisi makro ekonomi dicerminkan pada indeks pasar saham di BEJ. Sehingga anggapan bahwa variabel-variabel makro ekonomi merupakan variabel yang dapat
1
menggerakkan harga saham adalah suatu teori yang dapat diterima secara umum (Maysami and Sim Koh, 2000). Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk mengkaji hubungan variabel-variabel makro ekonomi terhadap pasar modal suatu negara. Salah satu teori yang sering dipergunakan adalah konsep Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikembangkan oleh Ross (1976). Konsep APT ini merupakan konsep model keseimbangan yang mempergunakan hukum satu harga (the law of one price), dimana dua kesempatan investasi yang identik sama tidak bisa dijual dengan harga yang berbeda (Elton et. al., 1995). Dengan menggunakan APT, Chen et. al. (1986) membuktikan bahwa variabel-variabel makro ekonomi memiliki pengaruh yang sistematik terhadap tingkat kembalian (return) pasar saham. Kekuatan ekonomi mempengaruhi tingkat diskonto (discount rate), kemampuan perusahaan untuk menggerakkan aliran kas (cash flow), dan pembayaran dividen dimasa yang akan datang (future dividen payouts). Mekanisme seperti ini menunjukkan bahwa variablevariabel makro ekonomi merupakan faktor yang krusial di pasar ekuitas (Maysami and Sim Koh, 2000). Adapun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
2
Tingkat probabilitas perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari beberapa aspek, yaitu berdasarkan ROS (Return On Sales), EPS (Earning Per Share), ROA ( Return On Asset) maupun ROE (Return on Equity). Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya tercantum dalam laporan keuangan, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi
konvensional
memiliki kelemahan
utama,
yaitu
mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau tidak. Untuk dapat mengukur kinerja perusahaan diperlukan alat pembanding dan rasio dalam industri sebagai keseluruhan yang sejenis, dimana perusahaan menjadi anggotanya yang dapat digunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio perusahaan, salah satu rasio yang biasa digunakan adalah ROA (Return On Asset). ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. Dalam konteks manajemen investasi, return atau tingkat keuntungan merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor dimasa mendatang. (Abdul Halim, 2003) Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada
3
umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya. Dalam penelitiannya, Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005), Hubungan
antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan
adalah
negatif dan signifikan terhadap return saham. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006), menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. IG.K.A. ULUPUI (2007), meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Ana Oktaviana (2007), Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-
4
2005. Chairul Nazwar (2008), Menganalisis Pengaruh Variabel Makro ekonomi Terhadap Return Saham Syariah Di Indonesia pada periode 2000-2006. Penelitian ini menunjukan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap
Return Saham Syariah di Indonesia. Sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.
Yogi Permana (2009), Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat bunga SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel variabel bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009), bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dimana masih menunjukkan hasil yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut . Oleh karena itu, dalam skripsi peneliti mengambil judul “Analisis Variabel Makro Ekonomi dan Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 di BEI Pada Periode 2005 - 2008”
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ? 3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen ?
C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham. 2. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham. 3. Menganalisis Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai wahana pengaplikasikan ilmu yang telah peneliti peroleh di bangku kuliah sekaligus sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri.
6
2. Bagi Pengguna Memberikan masukan kepada berbagai pihak mengenai penerapan inflasi, kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas sebagai alat Pengukuran kinerja suatu perusahaan. 3. Bagi Perusahaan Memberikan masukan atau pertimbangan kepada manajemen perusahaan indeks LQ45 yang go public di Bursa Efek Indonesia mengenai penggunaan inflasi, kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas dan pengaruhnya terhadap return saham dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Menurut objek yang dipelajari, ilmu ekonomi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro memfokuskan pembahasannya pada perilaku individual dari pelaku ekonomi, sedangkan ekonomi makro memfokuskan pembahasannya pada gejala-gejala perekonomian secara keseluruhan, secara totalitas, atau gejala umumnya. (Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld, 2003) Contoh dari ekonomi mikro adalah perilaku individual dari suatu perusahaan dalam menetapkan berapa banyak barang yang akan dibeli, jika harga barang tersebut mengalami kenaikan atau penurunan, bagaimana meningkatkan jumlah produksinya, seberapa tinggi harga barang akan dijual agar perusahaan memperoleh laba maksimum, dan sebagainya. Sedangkan contoh dari ekonomi makro adalah membahas pertumbuhan ekonomi dan gejala-gejalanya seperti inflasi, SBI, kurs yang akan dibahas oleh peneliti, sebagai berikut ini : B. Pengertian Efek dan Bursa Efek Menurut undang RI No.8 tahun 1995 (Widjaja dan Ernawati, 2002: 2) “Efek diartikan sebagai surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
8
hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”. Agar efek-efek tersebut dapat diperjulbelikan maka diperlukan suatu wadah atau tempat berlangsungnya transaksi tersebut yang dikenal dengan bursa efek. Menurut undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 yang terdapat dalam jurnal Widjaja dan Ernawati (2002: 2) yang dimaksud dengan Bursa Efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek”. Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indicator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham.
C. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
9
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga urnum". Menurut Winardi dan Setiawan (2006), definisi inflasi adalah sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang. Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu
10
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno : 2004 : 15) Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini memperlihatkan bagai mana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat yang dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih dari pada jumlah barang yang tersedia (apabila timbul “inflation gap”). Selama inflation gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan. 2. Komponen Inflasi Ada tiga komponen yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203) 1. Kenaikan harga Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya. 2. Bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik. 3. Berlangsung terus menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
11
3. Timbulnya Inflasi Timbulnya inflasi dapat dilihat dari : a.
Berdasarkan keparahan inflasi 1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun 2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun 3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun 4) Hiperinflasi di atas 100% setahun
b. Berdasarkan timbulnya inflasi 1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya
pasar
yang
berakibat
harga
kebutuhan
pokok
menjadi mahal. 2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang c. Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan: 1) Tarikan permintaan (demand pull inflation) Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank
12
2) Desakan biaya (cost push inflation) Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran, naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi 3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya. 4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat. 4. Cara Mengatasi Inflasi Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar. Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi: a. Kebijakan Moneter Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
13
1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang. 2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI 3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang 4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit 5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1 b. Kebijakan Fiskal Dapat dilakukan dengan cara: 1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar. 2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah 3) Mengadakan
pinjaman
pemerintah,
misalnya
pemerintah
memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
14
c. Kebijakan Non Moneter Dapat dilakukan melalui: 1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun. 2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi. 3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang- barang tertentu.
D. Nilai Tukar (Kurs) 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
15
2. Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993): a. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal. 3. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate) Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
16
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan
mata
uang
negara
partner
dagang
yang
utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
17
sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.
18
E. Tingkat suku bunga Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam. Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain. Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan
sejumlah
rupiah
untuk
setiap
satu
rupiah
yang
diinvestasikan. 2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.
19
Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya. F. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan
20
nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. 3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id): a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. b. Denominasi dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar. c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini: Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai = 360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
21
f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%. g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
G. Rasio Keuangan 1. Rasio Keuangan dan Manfaatnya Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al., 2002). Ada empat kategori rasio yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek dari hubungan risiko dan return (White et al., 2002), yaitu sebagai berikut. (1) Analisis likuiditas: mengukur kecukupan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan kas dalam jangka pendek. (2) Analisis solvency dan long term debt (leverage): menelaah struktur modal perusahaan, termasuk sumber dana jangka panjang dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban investasi dan utang jangka panjang. (3) Analisis aktivitas: mengevaluasi revenue dan output yang dihasilkan oleh aset perusahaan. (4) Analisis profitabilitas: mengukur earnings (laba) perusahaan relatif terhadap revenue (sales) dan modal yang diinvestasikan.
22
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda.
H. Jenis – Jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton, Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin tinggi tingkat
profitabilitas
perusahaan
maka
semakin
rendah
risiko
ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Menurut Ghost, et al., (2000). Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total asset. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan
23
dengan profitabilitas rendah. Karena itu profitabilitas akan berhubungan negative dengan leverage perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Martono dan Agus, 2007). Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik dan semakin meningkat kemakmuran perusahaan. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada perusahaan yang profitabilitasnya rendah. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Brigham dan Houston (2001) yang dikutip oleh Andy Oky (2004) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relaltif kecil. Tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan
untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan oleh Khrisnan (1996), Badhuri (2002), dan Moh’d (1998) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana asing (hutang) sehingga semakin rendah pula rasio struktur modalnya. Hal ini disebabkan pada saat perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi akan membayar hutang sehingga tingkat leverage menjadi
24
rendah serta lebih menyukai menggunakan keuntungan tadi (pendanaan internal) untuk kegiatan investasinya sesuai dengan POT. Hasil pengujian ini sama dengan pengujian yang dilakukan oleh Wessel (1988), Kester (1986) dan Fama & French (2000) 2. Rasio Leverage Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan
menggunakan
utang
dalam
membiayai
investasinya.
Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri
100%.
Penggunaan
hutang
itu
sendiri
bagi
perusahaan
mengandung tiga dimensi: a. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. b. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan akan meningkat. c. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan kendali perusahaan. Para investor maupun kreditor akan mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas (Saharul dan Nizar, 2000) dalam Kesumawati (2003 33). Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan,
25
semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998 dalam Herwidi 2005: 28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung
memiliki
kemampuan
yang
rendah
dalam
memenuhi
kewajibanya. Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Menurut Elisa Tjondro (2007) struktur modal adalah gabungan hutang jangka panjang (long-term debt ) dan modal (equity). Menurut ghosh et.al. (2000) struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets). Menurut westo & Copeland (2001: 19) struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiyaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. 3. Rasio Likuiditas Apabila likuiditas menunjukan nilai yang tinggi maka obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat invesment grade, karena dengan aktiva lancar yang lebih tinggi dari hutang lancar perusahaan mempunyai
26
perisai untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat pada waktunya. Kondisis tersebut akan memudahkan perusahaan untuk menarik investor untuk melakukan investasi pada perusahaanya. Tingkat likuiditas antara perusahaan satu dengan yang lain berbeda-beda. Investor menilai suatu perusahaan salah satunya dengan menggunakan rasio likuiditas yang angka-angkanya dapat diperoleh melalui laporan neraca perusahaan. Semakin tinggi nilai rasionya maka perusahaan akan semakin diminati oleh investor. Prastowo dan Julianti (2002:78) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Menurut Riyanto (2001:24) masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
I.
Return Saham Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung
27
berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya. Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11). Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Komponen return meliputi: 1. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
28
2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim,2003)
J.
Indeks LQ 45 Indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar saham tersebut. Kriteria pemilihan saham untuk indeks LQ45 adalah sebagai berikut: ( Farid & Siswanto, 1998 ) 1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular ( rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir) 2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata-rata kapitalisasi pasar selama12 bulan terakhir ) 3. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan. 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
29
K. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. 1. Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005) Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham. 2. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) Menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5% (p < 0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 3. IG.K.A. ULUPUI (2007) IG.K.A. ULUPUI (1999 – 2005) meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. 4. Ana Oktaviana (2007) Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Hal ini
30
ditunjukkan dari besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285) dan signifikansi sebesar 0,000. 5. Chairul Nazwar (2008) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia.sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.
6. Yogi Permana (2009) Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat bunga SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel variabel bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 7. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009) Bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return. Berdasarkan uraian di atas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
31
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu NO
JUDUL PENELITIAN REAL STOCK RETURNS AND INFLATION IN PAKISTAN
PENELITI DAN TAHUN Roohi Ahmed and Khalid Mustafa, 2005
MODEL PENELITI DAN SAMPEL Regresi berganda, data inflasi, stock prices index, and GNP 19722002 di International Financial Statistics (IFS)
2
PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006
Regresi berganda, Perusahaan manufaktur yang telah go public, tercatat sebagai emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting).
3
ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH /US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA
Igka ulupui, 2007
Regresi berganda. Perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi DI BEI 19992005
Ana Ocktavia. 2007.
Regresi berganda, IHSG yang terdaftar di BEI 2003-2005 dengan sampling jenuh atau sampel sensus
5
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH DI INDONESIA
Chairul Nazwar, 2008
Analisis regresi data panel yang akan dilakukan dalam studi ini adalah dengan menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square), Data Saham Syariah diperoleh dari (JII)
6
PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN, TINGKAT BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP
Yogi permana, 2009
Regresi berganda, perusahaan semen yang terdaftar di BEI
1
4
HASIL PENELITIAN Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Bahwa variable current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode kedepan. Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003 2005. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia
Secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
32
7
PERGERAKAN HARGA SAHAM THE EFFECT OF FINANCIAL RATIOS, FIRM SIZE, AND CASH FLOW FROM OPERATING ACTIVITIES IN THE INTERIM REPORT TO THE STOCK RETURN
Dwi Martani, Mulyono,Rahf iani Khairurizka, 2009
Regresi, Perusahaan manufaktur Data diperoleh dari Indonesia DirectoryJSX Statistik Pasar Modal, dan Real Time Investor
bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.
Sumber : data sekunder yang telah di olah.
L. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) variabel makro ekonomi dan 3 (tiga) rasio keuangan yang diduga berpengaruh terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun variabel makro ekonomi yang di teliti adalah Inflasi, SBI, Kurs, dan Real Interest Rate. Sedangkan, rasio keuangan yang diteliti adalah Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas yang diprediksikan berpengaruh terhadap Return Saham. Berdasarkan uraian diatas, hubungan masing-masing variabel independen yang berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut :
33
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian
BEI Perusahaan LQ 45
Variabel indivenden :
Variabel dependent : Return Saham
1. Makro ekonomi a. Kurs (nilai tukar) b. Real Interest Rate 2. Rasio Keuangan a. Profitabilitas b. Leverage c. likuditas
Metode regresi berganda Uji asumsi klasik
Metode regresi berganda Uji signifikan Uji t
Uji f
Koefisien determinan
34
M. Hipotesis a. H 0 : b 1 = 0 Kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham H 1 : b 1 ≠ 0 Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham b. H 0 : b 2 = 0 Real Interest Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham H 1 : b 2 ≠ 0 Real Interest Rate mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham c. H 0 : b 3 = 0 Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham H 1 : b 3 ≠ 0 Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham d. H 0 : b 4 = 0 Leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham H 1 : b 4 ≠ 0 Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham e. H 0 : b 5 = 0 Likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham H 1 : b 5 ≠ 0 Likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham
35
f. H 0 : b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 = 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, likuiditas tidak terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham H 1 : b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 ≠ 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, likuiditas terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 dan terdaftar diBursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Dengan mengacu pada tujuan penelitian maka variabel yang diteliti adalah return saham dan variabel-variabel yang mempengaruhi adalah makro ekonomi yaitu inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate dan variabel keuangan yang diukur dengan, profitabilitas, leverage, likuiditas.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari populasi disebut sampel (cuplikan). Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja, yaitu: 1. Terbatasnya dana yang tersedia. 2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian 3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti menjadi cacat atau rusak. 4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen. 5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.
37
Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler. 2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar. 3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa. 4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar. 5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain. 6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic, Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan
38
Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti. Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari : 1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi objek penelitian. 2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode 2005 sampai 2008. 3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2005 sampai 2008. 4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2005 sampai 2008.
D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas terhadap variabel dependen yaitu return saham. Langkah – langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah : 1. Perhitungan analisis regresi dan korelasi Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas dan pengaruhnya terhadap return saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara
39
ke enam variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang banyak, maka penulis menggunakan komputer, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid daripada dihitung secara manual. Pengujian terhadap analisis regresi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen. Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + εi Y
: Return
a
: konstanta
X1
: Kurs
X2
: Real Interest Rate
X3
: Profitabilitas
X4
: Leverage
X5
: Likuiditas
εi
: Standar error
2. Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Perumusan Hipotesis Ho : β j = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
40
Ha : β j = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5% c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. d) Pengambilan keputusan. 3.
Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Pengujian Hipotesis Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5% c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. d) Pengambilan keputusan
41
4. Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik , maka penelitian ini akan melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan uji heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi klasik : a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2002:74), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan variabel independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal atau kah tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. 2) Uji statistik Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik
42
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. b. Uji Multikoliniaritas Uji tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) lainnya (Sudarmanto, 2005). Dalam analisis regresi ganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya
(dependen).
Pendugaan
tersebut
akan
dapat
dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) di antara variabel – variabel independen. Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut. Cara
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
terjadinya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah (Ghozali) 1) Mempunyai nilai VIF < 10, 2) Mempunyai angka tolerance > 0.10
43
c. Uji Autokorelasi Autokorelasi
dapat
didefinisikan
sebagai
korelasi
antara
serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan dipengaruhi oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk mengetahui
apakah
dalam
model
persamaan
regresi
terdapat
autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin - Watson (uji D-W) dengan ketentuan (Jogiyanto, 2003) : 1) Jika angka D-W di antara 1.55 – 2.46, berarti model persamaan regresi bebas dari autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari standar error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya sehingga tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi
44
tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1978). Ada beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan melihat residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank Spearman, uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan. Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot persamaan regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) : 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian
menyempit),
maka
telah
terjadi
heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y,
maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. 5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari dua. E. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor.
45
Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain. a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Return Saham sebagai variabel dependen, dapat dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya. Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi
selama
beberapa
periode
dengan
jumlah
dana
yang
diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut : 1) Menghitung keuntungan yang diharapkan
Pt – Pt-1 Ri =
X 100 % Pt-1
Dimana : Ri = Tingkat keuntungan saham i P
t-1
= Harga saham awal periode
t+1
atau akhir pariode
Pt = Harga saham akhir periode 2) Menghitung rata-rata return saham Keuntungan saham dapat dicari dengan menghitung mean dari keuntungan saham setiap periode. 46
n
= banyaknya data observasi
Ri = Return Saham i b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: 1) Inflasi Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan perhitungan inflasi bulanan. 2) Nilai Tukar Rupiah/US$ Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2004 - Desember 2008. 3) Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2004 - Desember 2008. 47
Dengan mengunakan Suku bunga real, suku bunga real adalah Tingkat bunga yang telah disesuaikan untuk menghilangkan dampak inflasi untuk mencerminkan biaya riil dana kepada peminjam, dan hasil nyata untuk pemberi pinjaman Tingkat bunga riil investasi saham akan dihitung sebagai jumlah. Oleh yang tingkat bunga nominal lebih tinggi dari pada tingkat inflasi. Real Suku Bunga = Suku Bunga Nominal - Inflasi 5) Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi
sehingga memberikan keuntungan
bagi
perusahaan. Rasio keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on asset Earning After Tax Return On Asset = Total Aktiva
6) Rasio Leverage Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil asset di danai dengan hutang dan semakin kecil resiko kegagalan perusahaan. 48
Menurut Burton, Adam & Hardwick, (1998 dalam Purnomo 2005: 28) semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Rasio keuangan aspek leverage dapat diukur dengan formulasi debt to equity ratio (DER). Total Hutang Debt to equity = Ekuitas Pemegang Saham
7) Rasio Likuiditas Likuiditas suatu perusahan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio keuangan aspek profitabilitas dapat diukur dengan formulasi current ratio (CURRENT). Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
50
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang DuniaI c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen
yang
diperdagangkan:
Obligasi
Pemerintah RI (1950) g. 1956 :
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif. h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
51
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
52
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. Di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek
53
Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan. 3. Struktur Pasar Modal Indonesia Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia BAPEPAM
Menteri Keuangan
Bursa Efek
Perusahaan Efek
• Penjamin Emisi Efek • Perantara Pedagang Efek • Manajer Investasi • Penasehat Investasi
Lembaga Keuangan Dan
Lembaga Penyimpanan Dan
Penjamin
Penyelesaian
Lembaga Penunjang
• Biro Adm Efek • Custodian • Wali Amanat • Penanggung
Profesi Penunjang
• Akuntan • Konsultan Hukum • Penilai • Notaris
Pemodal
• Domestik • Asing
Emiten
• Perusahaan Publik k
54
4. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Jakarta melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek jakarta adalah : a. Perusahaan yang go publik (Emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan Reksa dana Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).
55
e. Lembaga Penunjang Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trusrt agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). f. Profesi Penunjang Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang
56
berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal (Investor) Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi settlement
dan dan
memonitor
pertukaran
lembaga-lembaga
sekuritas,
penyimpanan
clearing,
reksa
dana,
57
perusahaan
sekuritas
dan
para
pialang,
berbagai
lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional. 3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten. 5. Mekanisme Perdagangan a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sudah menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama.
58
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka Bursa Efek Jakarta menganut sistem order – driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak melakukan
transaksi
harus
menghubungi
perusahaan
pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio. Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan menggunakan Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di bursa Efek Jakarta adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS) sehingga
59
seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta. 1) Penyelesaian Transaksi Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). 2) Sistem Otomasi Perdagangan Otomasi sistem perdgangan atau Jakarta Automated Trading System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System atau booth dihubungkan dengan mesin utama perdagangkan (Trading Engine) melalui jakarta Stock Exchange Network.
60
Pada tahap pertama, implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) terdiri dari beberapa tahap, antara lain : a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia. b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas perdagangan pada pertengahan tahun 2000. c) Pengembangan sistem
perdagangan
jarak
jauh (remote
trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS) dari kantornya, kantor pusat maupun kantor. 3) Biaya Transaksi Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual). Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
61
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai berikut : a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya. c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %. d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif). Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan (khusus untuk saham).
62
B. Sejarah Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir. b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
63
2. Sejarah Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi objek Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk PT. Astra Internasional Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Bakrie & Brothers Tbk PT. Barito Pacific Timber Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. International Nickel Ind. Tbk PT, Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indosat Tbk PT. Kalbe Farma Tbk PT. PP London Sumatra Plantion Tbk PT. Medco Energi Internasional Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Semen gresik Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Timah Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. United Tractors Tbk
Kode Saham AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
(Sumber data diolah)
C. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis regresi berganda, yaitu variabel Y (Return Saham) sebagai variabel 64
terikat, variabel bebas yang terdiri dari variabel makro (Real in Rate dan Kurs) dan variabel laporan keuangan (Return On Asset, Debt Equity Ratio dan Current Asset). Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah: a. Kurs Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Grafik 4.2 Kurs
10,000
2005
9,000
2006
8,000
2007 2008 UNTR
TINS
UNVR
TLKM
PTBA
SMGR
LSIP
MEDC
KLBF
ISAT
INTP
INKP
INDF
INCO
BRPT
BUMI
BLTA
BNBR
ASII
AALI
ANTM
7,000
(Sumber data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan Kurs
terhadap US dollar tiap
tahunya pada grafik 4.1, Pada Tahun 2005, kurs sebesar Rp 9165, Pada Tahun 2006, Kurs, sebesar Rp 9395, Pada Tahun 2007, Kurs, sebesar Rp 9090. Pada Tahun 2008, Kurs sebesar, Rp 7950
65
b. Real Interest Rate Real Interest Rate digunakan untuk mengukur Tingkat bunga riil adalah tingkat pertumbuhan daya beli yang berasal dari investasi. Dengan menyesuaikan tingkat bunga nominal untuk mengimbangi inflasi, agar menjaga daya beli tingkat tertentu modal konstan dari waktu ke waktu. Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi. Real Interest Rate = Nominal rate – Rate of inflation Grafik 4.3 Real Interest Rate
0.50
UNTR
TINS
TLKM
SMGR
PTBA
MEDC
LSIP
KLBF
INTP
ISAT
INDF
INKP
2005 UNVR
(1.50)
INCO
BRPT
BUMI
ASII
BLTA
BNBR
(1.00)
AALI
(0.50)
ANTM
2006 2007 2008
(2.00)
(Sumber data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan Real Interest Rate terhadap tiap tahunya pada grafik 4.2, Pada Tahun 2005, Real Interest Rate sebesar 0,14, Pada Tahun 2006, Real Interest Rate, sebesar -1,53, Pada Tahun 2007, Real Interest Rate, sebesar -0,20. Pada Tahun 2008, Real Interest Rate sebesar -1,64.
66
c. Return On Asset Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
beroperasi
sehingga
memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton, Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Grafik 4.4 Return On Asset
100.00 50.00
2005
-
UNTR
TINS
UNVR
TLKM
2007 SMGR
PTBA
LSIP
MEDCO
INTP
ISAT
INDF
KLBF
(100.00)
INKP
AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO
(50.00)
2006 2008
(Sumber data diolah)
67
Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing perusahaan pada grafik 4.3, Pada Tahun 2005, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,73 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie And Brother Tbk sebesar -7,48. Pada Tahun 2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar -0,5. Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 88,83 dan terendah dipegang oleh PT. Barito Pasifik Tbk sebesar 0,28. Pada Tahun 2008, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 60,58 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie And brothers Tbk sebesar -61,37. d. DER (Debt To Equity Ratio) Debt To Equity Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio mempengaruhi besarnya return karena semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal perusahaannya semakin besar pula jumlah kewajibannya. Debt To Equity Ratio dihitung dengan cara membagi total hutang dengan ekuitas. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
68
Grafik 4.5 Debt To Equity Ratio
8.00 6.00
2005 2006 2007 2008
4.00 2.00 AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
-
(Sumber data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masingmasing perusahaan pada grafik 4.4, Pada Tahun 2005, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 7,84 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Medco Tbk sebesar 2,21 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,24. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 5,23 dan terendah dipegang oleh PT. Semen Gresik Tbk sebesar 0,27. Pada Tahun 2008, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 3,24 dan terendah dipegang oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,21. Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. 69
Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. e. Current Ratio Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek. Rasio Likuiditas pada pembahasan ini diwakili oleh current ratio. Grafik 4.6 Current Ratio 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 -
2005 2006
UNTR
UNVR
TINS
TLKM
SMGR
PTBA
LSIP
MEDC
KLBF
INTP
2008 ISAT
INKP
INCO
INDF
BRPT
BUMI
BLTA
BNBR
AALI ANTM ASII
2007
(Sumber data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio masing-masing perusahaan pada grafik 4.5, Pada Tahun 2005, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 451,14 dan terendah dipegang oleh PT. PP London Sumatra Plantion Tbk
70
sebesar 49,27. Pada Tahun 2006, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 8,48 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2007, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 8,79 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,24. Pada Tahun 2008, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 9,66 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,28. f. Return Saham Return saham adalah tingkat pengembalian keuntungan yang berasal dari investasi selama beberapa periode adalah perubahan harga pasar ditambah dengan kas yang diterima karena hak kepemilikan, dibagi dengan harga pasar awal investasi. Grafik 4.7 Return Saham 0.5 0
2005 2006
-0.5 -1
2007 2008
(Sumber data diolah)
71
Berdasarkan hasil perhitungan Return Saham masing-masing perusahaan pada grafik 4.6, Pada Tahun 2005, Return Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakrie & Brothers Tbk sebesar 0,3342 dan terendah dipegang oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 0,0004. Pada Tahun 2006, Return Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0,2059 dan terendah dipegang oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar (0,0095). Pada Tahun 2007, Return Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0,2655 dan terendah dipegang oleh PT. Semen Gresik Tbk sebesar -0,8457. Pada Tahun 2008, Return Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar 0,0612 dan terendah dipegang oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar (0,1699).
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
72
Gambar 4.8 Pengujian Normalitas Data
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal. b. Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolonearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
73
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) KURS
.827
1.208
REAL IN RATE
.837
1.194
RETURN ON ASSET
.720
1.389
DEBT TO EQUITY RATIO
.470
2.127
CURRENT RATIO .597 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
1.674
(Sumber data diolah) Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di
atas dapat dipastikan
tidak terjadi
gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).
74
Pada tabel 4.3 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,733 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 84 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,374 dan 4 – du = 4 – 1,374 = 2,626. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,374 < 1,733 < 2,626 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokolerasi
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber data diolah)
d. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal
terhadap
variabel
independen.
Konsekuensi
adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.
75
Gambar 4.9 Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Signifikansi a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari Kurs, real in rate, Return On asset, Debt Equity Ratio dan Current Ratio. terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
76
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Uji t Model 1 (Constant)
t
Sig. .425
.672
KURS
5.600
.000
REAL IN RATE
4.108
.000
RETURN ON ASSET
3.782
.000
DEBT TO EQUITY RATIO
.099
.921
CURRENT RATIO
.719
.475
a. Dependent Variable: Return Saham
(Sumber : Data diolah) Variabel Kurs, dengan nilai t hitung sebesar 5,600 > 2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti Kurs berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menyatakan Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal Variabel Real In Rate, dengan nilai t hitung sebesar 4,108 > 2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti Real In Rate berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan teorin yang diungkapkan Sukirno (1998) yang mentakan 77
semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998), real in rate adalah koreksi atas tingkat inflasi yang berhubungan dengan tingkat suku bunga. Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 3,782 > 2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti Retun on Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan teori Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton, Adam and Hardwick (1998), yang menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut. Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 0,099 < 2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,921 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang berarti Debt Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan teori Saharul dan Nizar, (2000) yang menyatakan Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
78
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya. Variabel Current Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 0,719 < 2,000 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,475 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang berarti Current Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan IG.K.A. ULUPUI (2005) meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio. terhadap Return Saham secara simultan atau serentak. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Uji F Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
26105.068
5
5221.014
Residual
23269.432
78
298.326
F 17.501
Sig. .000a
Total 49374.500 83 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
(Sumber : Data diolah)
79
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 17,501 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari pada table F, diperoleh nilai F tabel 2,34. Dengan kondisi dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H 0 ditolak dan H 1 diterima
yang
berarti
variabel-variabel
independen
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Return Saham. c. Koefisien Determinasi ( Adj R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2
2
determinasi (Adj R ). Dari koefisien determinasi (Adj R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai (Adj 2
R ) = 0,499 yaitu persentase pengaruh Variabel Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio. terhadap Return Saham sebesar 49,9%. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Adj R Square
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
(Sumber : Data diolah) 80
3. Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh yaitu Kurs, real in rate, Return On asset, Debt Equity Ratio dan Current Ratio. terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
4.818
11.342
KURS
.490
.088
.479
REAL IN RATE
.360
.088
.349
RETURN ON ASSET
.346
.092
.346
-.011
.113
.011
CURRENT RATIO .072 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber : Data diolah)
.101
.072
DEBT TO EQUITY RATIO
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio. terhadap Return Saham sebagai berikut: Y = 4,818 + 0,490 X1 + 0,360 X2 + 0,346 X3 + εi
Keterangan : Y
= Return Saham
A
= konstanta
x1
= Kurs
x2
= Real Interest Rate
81
x3
= Return On Asset
εi
= standar error Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 4,818 menunjukkan bahwa jika variabel Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio. bernilai nol maka nilai Return Saham adalah 4,818 satuan, Sedangkan variabel Kurs sebesar 0,490 menunjukkan bahwa jika variabel Kurs meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return saham sebesar 0,490 satuan, Variabel Return On Asset sebesar 0,360 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Return Saham sebesar 0,360 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh dan signifikan adalah Kurs, dan secara Parsial variabel yang mempengaruhi adalah variabel Kurs, Real In Rate dan Return On Asset, sedangkan lvariabel Current Ratio Dan Debt Equity Ratio tidak berpengaruh. hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh IG.K.A. ULUPUI (2005) meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.
82
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Oktaviana (2007) menyatakan bahwa Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 20032005. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285) dan signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa kurs adalah faktor yang mempengaruhi return saham. Variabel Debt equity Ratio dan Current Ratio adalah variabel yang tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini sesuai dengan teori yang dinyatakan Saharul dan Nizar, (2000) dalam Kesumawati (2003 33). Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998 dalam Herwidi 2005:
83
28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya. Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang diteliti, Sedangkan untuk Return Saham, bila dikaitkan dengan variabel yang berpengaruh dan signifikan yaitu Kurs, Real In Rate dan Return On Asset merupakan variabel yang mempengaruhi Return Saham dan Return Saham adalah salah satu patokan dari para pemegang saham untuk menanamkan modalnya dalam berinvestasi. Untuk memprediksi Return dapat dilihat berdasarkan hasil Kurs, Real In Rate dan Return On Asset.. Maka perlu adanya penelitian yang lebih akurat lagi dengan menganalisa perusahaan yang lebih lengkap dan lebih banyak lagi data yang akan dianalisis.
84
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan, menyatakan bahwa variabel Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return Saham. 2. Hasil Uji regresi linier berganda secara parsial ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Return Saham adalah Kurs, Real In Rate dan Return On Asset, sedangkan variabel Debt Equity ratio dan Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Return Saham adalah Kurs. Dilihat berdasarkan nilai koefisien beta yang paling besar diantara variabel bebas lainya dengan nilai koefisien beta sebesar 0,479. 4. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,499. Hal ini berarti 49,9 % dari Return Saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio dan Current Ratio dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak menjadi variabel independent dalam penelitian ini sebesar 51,1%.
85
B. Saran Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya, beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, adapun sarannya sebagai berikut : 1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data, sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih normal. 3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Return Saham sehingga dapat menjadi luas penelitian 4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang. 5. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti lagi sehingga akan menghasilkan data yang lebih akurat lagi.
C. Implikasi Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu: 1. Implikasi Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh yaitu Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio yang mempengaruhi Return
86
Saham
dapat
dijadikan
tambahan
pengetahuan
bagi
penelitian
selanjutnya, dengan menambah tahun penelitian dan penambahan variabel dan pemilihan objek penelitianya. 2. Implikasi Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 3. Implikasi Bagi Investor Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahan-perubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.
87
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Sklripsi”. Cetakan 1, FEIS Press, Jakarta, 2005 Abdul Halim, “ Analisis Investasi”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Farid Harianto & Siswanto Sudomo, “ Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek Jakarta, 1998. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi 1, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1996, Hal. 49. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
Alwi Syafarudin & Riyanto BamBang “analisa keuangan Rasio Keuangan”. Karim Amrullah, “kemampuan rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur”. Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang, 2007 Ocktavia Ana, “analisis pengaruh nilai tukar rupiah /US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang, 2007 I G. K. A. Ulupui, “analisis pengaruh Rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi di BEJ) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld. “mikro ekonomi”,edisi kelima, PT INDEKS, Jakarta, 2003. Wikipedia, “teori inflasi”. Google. Sasongko Noer & Nila Wulandari, “Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas terhadap harga saham”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006 Nazwar Chairul, “Analisis pengaruh variabel makro ekonomi terhadap return saham syariah di Indonesia”. Dosen Fakultas Ekonomi USU, 2008
88
Permana Yogi, “Pengaruh fundamental keuangan tingkat bunga dan tingkat inflasi terhadap pergerakan harga saham”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009 Martani Dwi, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka. “The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return”. Juny 2009, Volume 8, _o.6 (Serial _o.72), Accounting Department, Faculty of Economics, University of Indonesia, Depok 16424, Indonesia PUSDIKLAT, “makro ekonomi”. Edisi ketiga, 2007. Wikipedia, “Real Interest Rate”. Google Raharja prathama dan mandala, “Perkembangan Pasar Modal Indonesia”. Gramedia, Jakarta, 2004 Adiningsih, Sri dkk. 1998. Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta. Ajayi, R.A dan M. Mougoue. 1996. On The Dynamic Relation Between Stock Prices and Exchange Rate. Journal Of Finance Research. 19:193-207. Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier and Fran Sayekt. 2000. The Causality Between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange. Working Paper Series. EFMA 2000.Athens Lee, SB. 1992. Causal Relations Among Stock Return, Interest Rate, Real Activity, and Inflation. Journal Of Finance,47:1591-1603. Sa’adah, Siti dan Yunia Panjaitan. 2006. Interaksi Dinamis Antara Harga Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62. Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikatorindikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasae Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3. Kuncoro,Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:BPFE. Website Bank Indonesia. www.bi.go.id Website Jakarta Stock Exchange. www.jsx.co.id
89
Fama, E.F. dan K.R. French. 1992. The Cross Section Of Expected Stock Returns. Journal Of Finance. 47:427-465. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005 Hartono, “SPSS 16”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 Santoso, Singgih. ”SPSS Statistik Parametrik”. Cetakan Pertama, Jakarata, PT. Elexmedia Komputindo, 2000 Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.
Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi”. Edisi ketiga, 2004. Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. 2004. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III No.5.
Widjaja, M dan Ernawati, E. “Pengujian efisiensi pasar modal bentuk lemah di BEJ”. Jurnal Manajemen dan Bisnis 1. Case and Fair, “Mikro Ekonomi”. 1999. Prathama dan Mandala Manurung, “Suatu pengantar teori ekonomi makro”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2001. Winardi dalam setiawan, “Tingkat Inflasi di Indonesia”. 2006. Jogiyanto, “Return realisasi dihitung pada masa mendatang”. 2000. Keynes dalam wardane, “Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang”. 2003. Rodoni Ahmad dan Othman Yong, “Analisis investasi dan teori portofolio”. 2002. White et al, “Rasio Keuangan”. 2002. Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ghost, et al., “ Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total asset”. 2000.
90
LAMPIRAN 1
PERUSAHAAN YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk PT. Astra Internasional Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Bakrie & Brothers Tbk PT. Barito Pacific Timber Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. International Nickel Ind. Tbk PT, Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indosat Tbk PT. Kalbe Farma Tbk PT. PP London Sumatra Plantion Tbk PT. Medco Energi Internasional Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Semen gresik Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Timah Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. United Tractors Tbk
Kode Saham AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
91
LAMPIRAN 2 DATA MENTAH PERHITUNGAN VARIABEL PENELITIAN
Tabel KURS EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165
2006 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395
2007 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090
2008 7.930 7.931 7.932 7.933 7.934 7.935 7.936 7.937 7.938 7.939 7.940 7.941 7.942 7.943 7.944 7.945 7.946 7.947 7.948 7.949 7.950
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Grafik kurs
10,000 9,000 8,000 7,000
2005 2006 2007 2008
92
Tabel REAL INTEREST RATE EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
2006 (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53)
2007 (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20)
2008 (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64) (1,64)
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Grafik REAL INTEREST RATE
0.50
(2.00)
UNTR
UNVR
TINS
TLKM
SMGR
(1.50)
PTBA
(1.00)
2005 MEDC
(0.50)
AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP
2006 2007 2008
93
Tabel RETURN ON ASSET EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 36,02 18,78 17,46 8,26 -7,48 15.51 10,78 23,41 2,88 0,31 10,23 7,18 22,46 14,37 11,74 23,00 20,25 26,12 7,45 53,73 14,72
2006 33,01 30,45 10,14 14,79 5,41 0,95 8,95 35,09 7,6 -0,5 8,98 5,91 23,57 14,40 9,21 21,53 24,77 29,27 10,04 53,28 12,02
2007 54,44 60,66 16,74 23,17 4,28 0,28 30,32 88,83 6,99 14,15 2,03 6,47 22,55 21,20 5,20 26,94 30,07 31,19 52,73 52,90 15,75
2008 60,58 18,84 19,03 26,58 (61,37) (26,21) 19,41 25,14 6,57 20,67 3,31 4,50 20,65 26,96 25,24 41,78 33,85 22,26 36,46 53,01 16,86
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Grafik RETURN ON ASSET
100.00 50.00 (50.00) (100.00)
2005 2006 2007 2008
94
Tabel DER (DEBT TO EQUITY RATIO) EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 0,19 1,11 1,11 2,94 0,57 1,17 7,84 0,27 2,33 1,57 0,87 1,28 0,76 1,31 1,72 0,38 0,61 1,40 0,79 0,76 1,58
2006 0,24 0,70 1,41 1,62 0,71 0,64 5,95 0,26 2,13 1,84 0,59 1,24 0,36 1,22 2,21 0,35 0,35 1,39 1,06 0,95 1,44
2007 0,28 0,37 1,17 5,23 1,48 0,57 1,26 0,36 2,62 1,82 0,44 1,72 0,33 0,70 2,85 0,40 0,27 1,16 0,50 0,98 1,26
2008 0,23 0,26 1,21 3,24 1,86 1,22 2,02 0,21 3,11 1,78 0,33 1,95 0,38 0,54 1,68 0,51 0,30 1,38 0,51 1,10 1,05
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Grafik DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
8.00 6.00
2005 2006 2007 2008
4.00 2.00 AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
-
95
Tabel CURRENT RATIO EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 169,63 267,83 110,74 146,05 146,74 117,51 84,65 364,53 146,66 282,24 251,89 138,58 404,51 49,27 197,39 451,14 174,73 76,26 182,86 135,22 156,45
2006 87,33 281,27 78,38 153,33 193,96 105,22 133,48 459,87 118,88 170,25 214,45 83,28 504,17 56,81 225,96 544,05 284,45 67,79 158,01 126,59 134,11
2007 160,30 447,41 91,24 69,72 125,11 202,30 141,75 252,82 92,10 128,06 296,02 92,59 498,26 120,69 196,83 443,21 364,34 77,28 290,52 110,98 133,94
2008 194,42 801,65 132,17 71,41 54,30 220,61 117,21 489,08 89,77 120,49 178,57 90,49 333,35 170,06 222,50 365,74 338,58 54,16 262,41 100,39 163,62
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Grafik CURRENT RATIO
1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 -
2005 2006 2007 2008
96
Tabel RETURN SAHAM EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 0,0451 0,0675 0,0096 0,0379 0,3342 0,0890 0,0004 0,0139 0,0205 0,0125 0,0093 0,0006 0,0539 0,0672 0,0480 0,0240 0,0018 0,0192 0,1439 0,0248 0,0460
2006 0,0851 0,0787 0,0417 0,0482 0,0292 0,0252 0,0167 0,0755 0,0397 (0,0095) 0,0456 0,0208 0,0226 0,0769 0,0084 0,2059 0,0654 0,0477 0,0516 0,0400 0,0511
2007 0,0763 0,0330 0,0525 0,0425 0,0593 0,1918 0,1783 0,1093 0,0597 (0,0052) 0,0342 0,0233 0,0070 0,0481 0,0350 0,2655 (0,8457) 0,0027 0,1819 0,0043 0,0474
2008 (0,0501) (0,1008) (0,0608) (0,0963) (0,0938) (0,0737) (0,1132) (0,1699) (0,0661) 0,0612 (0,0304) (0,0285) (0,0810) (0,0708) (0,0614) (0,0189) (0,0177) (0,0254) (0,1247) 0,0123 (0,0312)
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
UNTR
2006 UNVR
TINS
TLKM
SMGR
2005 PTBA
0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1
AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC
Grafik RETURN SAHAM
2007 2008
97
LAMPIRAN 3 Uji Regresi Linier Berganda
RETURN SAHAM Pearson Correlation
RETURN SAHAM
N
KURS
RETURN ON ASSET
DEBT TO EQUITY RATIO
1.000
.567
.504
.234
-.105
.008
.567
1.000
.397
-.147
.036
-.016
REAL IN RATE
.504
.397
1.000
-.094
.048
.022
RETURN ON ASSET
.234
-.147
-.094
1.000
-.497
.209
-.105
.036
.048
-.497
1.000
-.622
CURRENT RATIO
.008
-.016
.022
.209
-.622
1.000
RETURN SAHAM
.
.000
.000
.016
.172
.473
KURS
.000
.
.000
.091
.373
.444
REAL IN RATE
.000
.000
.
.196
.333
.420
RETURN ON ASSET
.016
.091
.196
.
.000
.028
DEBT TO EQUITY RATIO
.172
.373
.333
.000
.
.000
CURRENT RATIO
.473
.444
.420
.028
.000
.
RETURN SAHAM
84
84
84
84
84
84
KURS
84
84
84
84
84
84
REAL IN RATE
84
84
84
84
84
84
RETURN ON ASSET
84
84
84
84
84
84
DEBT TO EQUITY RATIO
84
84
84
84
84
84
CURRENT RATIO
84
84
84
84
84
84
b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Model Summaryb
Model 1
CURRENT RATIO
KURS
DEBT TO EQUITY RATIO Sig. (1-tailed)
REAL IN RATE
R
R Square a
.727
.529
Adjusted R Square .499
Std. Error of the Estimate 17.272118
Durbin-Watson 1.733
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
98
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
26105.068
5
5221.014
17.501
.000a
Residual
23269.432
78
298.326
Total
49374.500
83
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
4.818
11.342
KURS
.490
.088
REAL IN RATE
.360
RETURN ON ASSET
.346
DEBT TO EQUITY RATIO CURRENT RATIO
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.425
.672
.479
5.600
.000
.827
1.208
.088
.349
4.108
.000
.837
1.194
.092
.346
3.782
.000
.720
1.389
-.011
.113
.011
.099
.921
.470
2.127
.072
.101
.072
.719
.475
.597
1.674
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
99
100
LAMPIRAN 1 PERUSAHAAN YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk PT. Astra Internasional Tbk PT. Berlian Laju Tanker Tbk PT. Bakrie & Brothers Tbk PT. Barito Pacific Timber Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. International Nickel Ind. Tbk PT, Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Indosat Tbk PT. Kalbe Farma Tbk PT. PP London Sumatra Plantion Tbk PT. Medco Energi Internasional Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Semen gresik Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Timah Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk PT. United Tractors Tbk
Kode Saham AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
88
LAMPIRAN 2 DATA MENTAH PERHITUNGAN VARIABEL PENELITIAN
Tabel KURS EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR
2005 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165 9.165
2006 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395 9.395
2007 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090 9.090
2008 7.930 7.931 7.932 7.933 7.934 7.935 7.936 7.937 7.938 7.939 7.940 7.941 7.942 7.943 7.944 7.945 7.946 7.947 7.948 7.949
EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR
UNTR
9.165
9.395
9.090
7.950
UNTR
Grafik kurs
89
Tabel REAL INTEREST RATE EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
2006 (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53) (1,53)
2007 (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20)
2008 EMITEN (1,64) AALI (1,64) ANTM (1,64) ASII (1,64) BLTA (1,64) BNBR (1,64) BRPT (1,64) BUMI (1,64) INCO (1,64) INDF (1,64) INKP (1,64) INTP (1,64) ISAT (1,64) KLBF (1,64) LSIP (1,64) MEDC (1,64) PTBA (1,64) SMGR (1,64) TLKM (1,64) TINS (1,64) UNVR (1,64) UNTR
Grafik REAL INTEREST RATE
90
Tabel RETURN ON ASSET EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 36,02 18,78 17,46 8,26 -7,48 15.51 10,78 23,41 2,88 0,31 10,23 7,18 22,46 14,37 11,74 23,00 20,25 26,12 7,45 53,73 14,72
2006 33,01 30,45 10,14 14,79 5,41 0,95 8,95 35,09 7,6 -0,5 8,98 5,91 23,57 14,40 9,21 21,53 24,77 29,27 10,04 53,28 12,02
2007 2008 EMITEN 54,44 60,58 AALI 60,66 18,84 ANTM 16,74 19,03 ASII 23,17 26,58 BLTA 4,28 (61,37) BNBR 0,28 (26,21) BRPT 30,32 19,41 BUMI 88,83 25,14 INCO 6,99 6,57 INDF 14,15 20,67 INKP 2,03 3,31 INTP 6,47 4,50 ISAT 22,55 20,65 KLBF 21,20 26,96 LSIP 5,20 25,24 MEDCO 26,94 41,78 PTBA 30,07 33,85 SMGR 31,19 22,26 TLKM 52,73 36,46 TINS 52,90 53,01 UNVR 15,75 16,86 UNTR
Grafik RETURN ON ASSET
91
Tabel DER (DEBT TO EQUITY RATIO) EMITEN 2005 0,19 AALI 1,11 ANTM 1,11 ASII 2,94 BLTA 0,57 BNBR 1,17 BRPT 7,84 BUMI 0,27 INCO 2,33 INDF 1,57 INKP 0,87 INTP 1,28 ISAT 0,76 KLBF 1,31 LSIP 1,72 MEDC 0,38 PTBA 0,61 SMGR 1,40 TLKM 0,79 TINS 0,76 UNVR 1,58 UNTR
2006 0,24 0,70 1,41 1,62 0,71 0,64 5,95 0,26 2,13 1,84 0,59 1,24 0,36 1,22 2,21 0,35 0,35 1,39 1,06 0,95 1,44
2007 0,28 0,37 1,17 5,23 1,48 0,57 1,26 0,36 2,62 1,82 0,44 1,72 0,33 0,70 2,85 0,40 0,27 1,16 0,50 0,98 1,26
2008 EMITEN 0,23 AALI 0,26 ANTM 1,21 ASII 3,24 BLTA 1,86 BNBR 1,22 BRPT 2,02 BUMI 0,21 INCO 3,11 INDF 1,78 INKP 0,33 INTP 1,95 ISAT 0,38 KLBF 0,54 LSIP 1,68 MEDC 0,51 PTBA 0,30 SMGR 1,38 TLKM 0,51 TINS 1,10 UNVR 1,05 UNTR
Grafik DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
92
Tabel CURRENT RATIO EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 169,63 267,83 110,74 146,05 146,74 117,51 84,65 364,53 146,66 282,24 251,89 138,58 404,51 49,27 197,39 451,14 174,73 76,26 182,86 135,22 156,45
2006 87,33 281,27 78,38 153,33 193,96 105,22 133,48 459,87 118,88 170,25 214,45 83,28 504,17 56,81 225,96 544,05 284,45 67,79 158,01 126,59 134,11
2007 160,30 447,41 91,24 69,72 125,11 202,30 141,75 252,82 92,10 128,06 296,02 92,59 498,26 120,69 196,83 443,21 364,34 77,28 290,52 110,98 133,94
2008 EMITEN 194,42 AALI 801,65 ANTM 132,17 ASII 71,41 BLTA 54,30 BNBR 220,61 BRPT 117,21 BUMI 489,08 INCO 89,77 INDF 120,49 INKP 178,57 INTP 90,49 ISAT 333,35 KLBF 170,06 LSIP 222,50 MEDC 365,74 PTBA 338,58 SMGR 54,16 TLKM 262,41 TINS 100,39 UNVR 163,62 UNTR
Grafik CURRENT RATIO
93
Tabel RETURN SAHAM EMITEN AALI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2005 0,0451 0,0675 0,0096 0,0379 0,3342 0,0890 0,0004 0,0139 0,0205 0,0125 0,0093 0,0006 0,0539 0,0672 0,0480 0,0240 0,0018 0,0192 0,1439 0,0248 0,0460
2006 2007 2008 EMITEN 0,0851 0,0763 (0,0501) AALI 0,0787 0,0330 (0,1008) ANTM 0,0417 0,0525 (0,0608) ASII 0,0482 0,0425 (0,0963) BLTA 0,0292 0,0593 (0,0938) BNBR 0,0252 0,1918 (0,0737) BRPT 0,0167 0,1783 (0,1132) BUMI 0,0755 0,1093 (0,1699) INCO 0,0397 0,0597 (0,0661) INDF (0,0095) (0,0052) 0,0612 INKP 0,0456 0,0342 (0,0304) INTP 0,0208 0,0233 (0,0285) ISAT 0,0226 0,0070 (0,0810) KLBF 0,0769 0,0481 (0,0708) LSIP 0,0084 0,0350 (0,0614) MEDC 0,2059 0,2655 (0,0189) PTBA 0,0654 (0,8457) (0,0177) SMGR 0,0477 0,0027 (0,0254) TLKM 0,0516 0,1819 (0,1247) TINS 0,0400 0,0043 0,0123 UNVR 0,0511 0,0474 (0,0312) UNTR
Grafik RETURN SAHAM
94
LAMPIRAN 3 Uji Regresi Linier Berganda
RETURN SAHAM Pearson Correlation RETURN SAHAM
DEBT TO EQUITY RATIO
CURRENT RATIO
.567
.504
.234
-.105
.008
KURS
.567
1.000
.397
-.147
.036
-.016
REAL IN RATE
.504
.397
1.000
-.094
.048
.022
RETURN ON ASSET
.234
-.147
-.094
1.000
-.497
.209
-.105
.036
.048
-.497
1.000
-.622
.008
-.016
.022
.209
-.622
1.000
CURRENT RATIO RETURN SAHAM
N
KURS
RETURN ON ASSET
1.000
DEBT TO EQUITY RATIO Sig. (1-tailed)
REAL IN RATE
.
.000
.000
.016
.172
.473
KURS
.000
.
.000
.091
.373
.444
REAL IN RATE
.000
.000
.
.196
.333
.420
RETURN ON ASSET
.016
.091
.196
.
.000
.028
DEBT TO EQUITY RATIO
.172
.373
.333
.000
.
.000
CURRENT RATIO
.473
.444
.420
.028
.000
.
RETURN SAHAM
84
84
84
84
84
84
KURS
84
84
84
84
84
84
REAL IN RATE
84
84
84
84
84
84
RETURN ON ASSET
84
84
84
84
84
84
DEBT TO EQUITY RATIO
84
84
84
84
84
84
CURRENT RATIO
84
84
84
84
84
84
b. Dependent Variable: RETURN (Y)
b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.727
.529
Adjusted R Square .499
Std. Error of the Estimate 17.272118
Durbin-Watson 1.733
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
95
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
26105.068
5
5221.014
17.501
.000
Residual
23269.432
78
298.326
Total
49374.500
83
a
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
4.818
11.342
KURS
.490
.088
REAL IN RATE
.360
RETURN ON ASSET DEBT TO EQUITY RATIO CURRENT RATIO
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.425
.672
.479
5.600
.000
.827
1.208
.088
.349
4.108
.000
.837
1.194
.346
.092
.346
3.782
.000
.720
1.389
-.011
.113
.011
.099
.921
.470
2.127
.072
.101
.072
.719
.475
.597
1.674
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
96
97