ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN Dl KOTA BOGOR
YUDIYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAl TESlS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor adalah benar-benar merupakan hasil k a ~ y asaya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi rnanapun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan rnaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicanturnkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhi~tesisini.
Bogor, 9 Januari 2007 Yudiyanto NIM PO52020251
ABSTRACT YUDIYANTO. System Analysis for Domestic Waste Management in Bogor. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO as a chairman and SURJONO HAD1 SUTJAHJO as Member. The main purpose of the research was to formulate scenario and policy strategy of system development of the domestic waste management in Bogor, using reduce, reuse, recycle, and participatory (3R+P) approaches; and to identify future strategic factors in the development of domestic waste management system. Result of this research indicated that community income in significant by correlated with community behavior in the domestic waste management. Analysis of depending factors by using Prospective analysis resulted in five strategic factors of the future system development of the domestic waste management in the study area, 1) infra-structure, 2) community behavioral in the domestic waste management, 3) fund, 4) technological waste treatment, and 5) particifation of stakeholders. Strategic policy for domestic waste management in Bogor using 3R+P concept approachment could be carried out by optimistic scenario that treats some policies based on all factor strategies mentioned above.
ABSTRAK YUDIYANTO. Analisis Sistern Pengelolaan Sarnpah Permukiman di Kota Bogor. Dibirnbing oleh HARTRlSARl HARDJOMIDJOJO sebagai Ketua Kornisi Pembirnbing dan SURJONO HAD1 SUTJAHJO sebagai Anggota Kornisi Pembirnbing. Tujuan utarna penelitian adalah rnerurnuskan skenario strategi pengelolaan sampah perrnukiman di Kota Bogor, yang dimulai dengan rnelakukan analisis kondisi sistern pengelolaan sampah perrnukiman saat ini dan mengidentifikasi faktor-faktor strategis penting masa depan dalarn pengernbangan sistem tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukiman dapat dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendapatan masyarakat. Terdapat lima faktor strategis dalarn sistern pengelolaan sampah permukirnan di Kota Bogor hasil analisis ketergantungan antar faktor dengan menggunakan analisis prospektif, yaitu: 1) infrastruktur, 2), perilaku masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah, 3) dana. 4) teknologi pengolahan sampah, dan 5) partisipasi stakeholders. Untuk kebijakan strategi pengelolaan sarnpah permukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) dapat dilakukan dengan skenario "optimistik" dengan melakukan beberapa kebijakan berdasarkan kelima faktor strategis dalarn pengelolaan sampah permukiman tersebut.
O Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,fotokopi, mikrofilm, dun sebagainya
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN Dl KOTA BOGOR
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Tesis : Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor Nama : Yudiyanto : PO52020251 NIM
Disetujui Kornisi Pernbimbing
C& Dr. Ir. Suriono H. Sutiahio. M.S. Anggota
Dr. Ir. Hartrisari Hardiomidioio. DEA Ketua
Diketahui, &an
Ketua Program Studi llrnu Pengelolaan Surnberdaya
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S.
Tanggal Ujian: 11 September 2006
.
Sekolah Pascasarjana IPB
gl$;$~$&le~rl
Tanggal Lulus:
2 5 JAN 2007
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga saya dapat rnenyelesaikan penulisan tesis yang berjudul "Analisis Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor". Tesis ini rnerupakan salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Magister Sains (M.Si.) pada Program Studi llrnu Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Pada kesernpatan ini saya rnenyarnpaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku Ketua Kornisi Pernbimbing dan Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S., selaku Anggota Kornisi Pernbirnbing yang telah banyak rnernberikan arahan dan birnbingan sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini, serta kepada semua pihak yang telah rnernberikan kritik dan
saran sehingga saya dapat
rnernpertajarn penulisan tesis ini. Sernoga tesis ini bermanfaat. Arnin.
Bogor, 9 Januari 2007 Yudiyanto
RIWAYAT HlDUP
Penulis dilahirkan di Purwosari Metro Propinsi Larnpung, pada tanggal 22 Pebruari 1976, sebagai anak kedua dari lirna bersaudara dari pasangan keluarga Bapak Sujud dan lbu Satirah. Pada saat ini penulis sudah berkeluarga dengan istri tercinta Masnawati dan dikaruniai dua orang putri yaitu Daffa Azka Zhafira dan Rasya Auliadina. Pendidikan formal rnulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) penulis selesaikan di Kota Metro Larnpung. Lulus SD pada tahun 1988, lulus SMP pada tahun 1991, lulus SMA pada tahun 1994 dan selanjutnya penulis diterirna di Fakultas MlPA Universitas Larnpung rnelalui Program UMPTN.
Pada saat rnenjadi rnahasiswa
penulis aktif diberbagai organisasi kernahasiswaan, baik organisasi intra rnaupun ekstra kampus. Penulis pernah menjadi Ketua Umurn Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas MlPA pada tahun 1997 - 1998, Ketua Urnurn UKM Birohrnah Masjid Al Wasi'i Unila pada tahun 1998
-
1999 dan Pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Daerah
-
Larnpung tahun 1988 2000. Penulis rnenyelesaikan studi S1 pada tahun 1999. Pada tahun 2000 penulis diterirna sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Departernen Agarna dan diternpatkan sebagai Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro Larnpung. Pada tahun 2002 penulis rnendapat kesernpatan rnelanjutkan studi di Program Magister (S-2) llrnu Pengelolaan Surnberdaya Alarn- dan Lingkungan di lnstitut Pertanian Bogor. Pada tahun 2002 penulis mendapatkan Beasiswa Pendidikan dari Yayasan Toyota Astra dan tahun 2003 mendapatkan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Departernen Pendidikan Nasional.
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ...................................................................... DAFTAR GAMBAR.................................................................... DAFTAR LAMPIRAN..................................................................
Halaman
I. PENDAHULUA
1.4 Perurnusan Masalah...................................................... .. .......................................................... 1.5 Manfaat Penelit~an II.
TINJAUAN PUSTAKA ..... 2.1 Sarnpah...................................................................... 2.2 Pengelolaan Sarnpah ................................................... 2.3 Konsep Zero waste dalarn Pengelolaan Sarnpah ................ 2.4 Partisipasi Masyarakat ................................................... 2.5 Teknologi Pengolahan Sampah ....................................... 2.5.1 Ternpat Pernbuangan Akhir Sarnpah ........................... 2.5.2 Pernbakar Sarnpah (Incinerater)................................ 2.5.3 Pengornposan (Cornposting).................................... . . 2.6 Analis~sS~stern............................................................. 2.7 Studi Ernpiris Terdahulu..................................................
Ill.
METODOLOGI PENELITIAN................................................ 3.1 Lokasi dan Waktu . . Penelitian............................................ ......................................................... 3.2 Metode Penel~t~an 3.3 Surnber dan Jenis Data.................................................. 3.4 Metode Pengarnbilan Contoh.......................................... 3.5 Metode Pengolahan Data .............................................. 3.5.1 Analisis Perilaku Rurnah tangga ................................ 3.5.2 Pendekatan Sistem ................................................ 3.5.3 Analisis Prospektif ................................................ .. 3.6 Tahapan Penel~t~an ........................................................
IV.
HASlL DAN PEMBAHASAN................................................. 4.1 Profil Sistern Pengelolaan Sarnpah di Kota Bogor ................ 4.1.1 Kependudukan .................................................... 4.1.2 Kondisi Persarnpahan di Kota Bogor......................... 4.1.3 Sarana dan Prasarana........................................... 4.1.4 Teknik Operasional............................................... 4.1.5 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor.......................................... 4.1.6 Karakteristik Personal Masyarakat ............................. 4.1.7 Perilaku Masyarakat dalarn Pengelolaan Sarnpah Perrnukiman.......................... ............................ 4.1.8 Hubungan Karakteristik Personal Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan............... . 4.2 Analisis Kebutuhan........................................................
X
xi xii 1 1 2 2 5 6
49 52
4.3 Analisis Prospektif......................................................... 4.4 Pernodelan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor................................................................ 4.5 Validasi Model............................................................. 4.6 Skenario Strategi Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor............................................. 4.6.1 Skenario Pesirnistik 4.6.2 Skenario Konservatif............................................ 4.6.3 Skenario Optirnistik................................................ 4.7 Perbandingan Antar Skenario.......................................... 4.8 Forrnulasi Strategi Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle dan Partisipasi) ................................................. V
.
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 5.1 Kesirnpulan................................................................. 5.2 Saran............... . .........................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... LAMPIRAN...............................................................................................
DAFTAR TABEL
1
Klasifikasi Sarnpah rnenurut Dirjen Cipta Karya .... ...... ... ... ........
2
Jenis dan Surnber Data yang Diperlukan dalarn Penelitian ...........
20
3
Rincian Jurnlah Responden Penelitian ...... ... ....... ... ...................
22
4
Pengaruh Langsung antar Faktor dalarn Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor.... ......... ... ... ...... ......... .
..
27
Perkernbangan Penduduk Kecarnatan Bogor Barat dan Kota Bogor Tahun 2000-2004 ... .. . ... ............ ...... ...... ......... ... ... ... ...
31
Populasi Penduduk dan Jurnlah Kepala Keluarga rnenurut Kecarnatan di Kota Bogor Tahun 2004 ....... .. ... ... ........ . ... ... ... ...
32
7
Data Persarnpahan Kota Bogor 2002-2004 ......... ...... ...............
33
8
Tirnbunan dan Jurnlah Sarnpah Terangkut Per Sumber Sarnpah pada Tahun 2004 ... ... ... ...... ................... .. .................. ...... ...
34
Jenis Sarana yang Dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor........................... ...... .......................
35
10 Anggaran Belanja Kebersihan dan Penerirnaan Retribusi Tahun 2001-2004....... ......... ............... ... ... ................ ........... ... ......
35
11 Anggaran Pengelolaan Per Meter Kubik Sarnpah ...... ..................
36
12 Data Persarnpahan Per Kecarnatan di Kota Bogor.....................
41
13 Karakteristik Personal Masyarakat Hasil Uji T-Student dan Uji Mann-Withney ...... ............ ..................... ... ............. ........... . 14 Perilaku Responden dalarn Membuang, Mernilah, Mernbayar Retribusi Sarnpah, dan Hasil Uji Mann-Withney.......... ...............
43
5 6
9
9
45
15 Perilaku Responden dalam Mernbantu Petugas, Mengikuti Penyuluhan dan Kerja Bakti serta Hasil Uji Mann-Withney... ........
47
16 Perilaku Responden dalarn Mernberi Gagasan, Sikap Terhadap Orang Mernbuang Sarnpah Sembarangan dan Mernbuang Sarnpah di Jalan serta Hasil Uji Mann-Withney ......... .................
48
17 Analisis Kebutuhan Stakeholder dalam Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor ...................................... 18 Faktor-faktor Penting Gabungan dalarn Sistern Pengelolaan .Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor ..................................... 19 Jurnlah Penduduk, Timbulan Sarnpah Pertahun, Tirnbulan Sarnpah Terangkut, Tirnbulan di TPS dan TPA di Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai 2020 ........................................ 20 Prospektif Faktor-faktor Penting pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor ............................. 21 Keadaan Mutual lncompatibel State dari Faktor-faktor Penting pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor.............................................................................. 22 Hasil Analisis Skenario Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle dan Partisipasi) .................................................... 23 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya TPA dengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan . . . Skenario Pes~rnlstrk ............................................................
24 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya TPA dengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan Skenario Konservatif........................................................... 25 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut Dan Biaya TPA Dengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan . . . Skenario Optlrnistrk............................................................. 26 Biaya Pengelolaan Sarnpah Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konse~atifdan Optirnistik.....................................................
27 Perbandingan Hasil Sirnulasi antar Skenario ............................ 28 Hasil Pendapat Pakar untuk Pernilihan Skenario ...................... 29 Usulan Kebijakan Pengembangan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P . . . (Skenario Optlrnlstlk)............ ...............................................
DAFTAR GAMBAR Halaman Kerangka Pemikiran Analisis Sistern Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor ......................................................
4
.. Peta Lokasi Penelltlan ............................................................
17
Diagram Input-output Pengelolaan Sampah Kawasan Permukiman di Kota Bogor .......................................................................
25
Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistern..
28
Diagram Alir Tahapan Penelitian ...............................................
29
Bagan Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (Perda No. 13 tahun 2004)....................... 39 Hasil Uji Korelasi Ranks Spearmans Antara Karakteristik Personal Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sarnpah Permukirnan di Kota Bogor...........................................................................
51
Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukiman di Kota Bogor........................
60
Struktur Model Sistern Pengelolaan Sarnpah Permukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle . . . ...................................................................... dan Part~s~pasi)
64
Grafik Jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai Tahun 2020. ...................................................................................... 68 Grafik Biaya Angkut Sampah Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konservatif dan Optirnistik..................................................................
80
Grafik Urnur Pakai TPA Berdasarkan Skenario Pesimistik, . . .................................................................. 82 Konservatif dan Opt~m~stik
DAFTAR LAMPIRAN
1 Skor Pelayanan Pengangkutan Sampah Tingkat Kelurahan di Kota Bogor ......... ... ......... ......... ......... ............ ............... ......
97
3 Keterangan Setiap Variabel yang Membentuk Struktur Model Sistem Pengelolaan Sarnpah Permukirnan Skenario Pesimistik.....
gg
4 Keterangan Setiap Variabel yang Mernbentuk Struktur Model
Sistern Pengelolaan Sampah Perrnukiman Skenario Konsewatif....
5 Contoh Perhitungan Tirnbulan Sarnpah Permukirnan Penduduk di Kota Bogor....................................................................
101 103
I. PENDAHULUAN
1.ILatar Belakang Sarnpah rnenjadi perrnasalahan yang rnengkhawatirkan saat ini di perkotaan Indonesia.
Volume sarnpah sernakin rneningkat seiring dengan
pertarnbahan jurnlah penduduk dan aktivitas pernbangunan. Jenis sarnpah yang dihasilkan juga sernakin beragarn. Sarnpah yang berasal dari perurnahan, pasar, jalan raya, dan perkantoran urnurnnya berupa sisa rnakanan, sayuran, pernbungkus, kertas, plastik, karet dan lain-lain. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2004), tirnbulan sarnpah Kota Bogor pada tahun 2004 sebesar 2.208 rn3/hari. Surnber sarnpah terbesar berasal dari sarnpah rurnah tangga atau perrnukiman yaitu sebesar 1.347 rn3/hari. Dari total jurnlah sarnpah perrnukirnan tersebut, yang terangkut sebesar 770 rn3/hariatau 57,16 %. Tirnbulan sarnpah di Ternpat Pernbuangan Sernentara (TPS) yang tidak segera terangkut dapat rnenirnbulkan bau busuk sehingga rnengurangi kenyarnanan lingkungan. Lokasi tirnbulan sarnpah perrnukirnan ini kadangkala dekat dengan ternpat tinggal penduduk sehingga resiko pencemaran juga akan berdarnpak langsung terhadap rnanusia (Widyatrnoko dan Sintorini 2002). Hasii studi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor rnenyatakan bahwa dengan perhitungan standar tirnbulan sarnpah per orang di Kota Bogor sebesar 2,69 Ilhari, rnaka besar tirnbulan sarnpah Kota Bogor dengan jurnlah penduduk 831.571 jiwa adalah sebesar 2.236.926 llhari atau sebesar 816.447 rn3 per tahun (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor 2005). Saat ini dalarn rnenjalankan aktivitas penanganan sarnpah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dilengkapi dengan sarana -dan prasarana yang ternyata rnasih belurn rnernadai untuk rnelayani rnasyarakat secara keseluruhan. Armada truk yang dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor berjurnlah 69 unit. Dengan asurnsi tingkat pelayanan sarnpah perrnukirnan tetap sebesar 57,16%, rnaka perkiraan tirnbulan sarnpah perrnukirnan yang dikelola atau dibuang oleh rnasyarakat rnasih cukup banyak, yaitu sekitar 958 rn3/hari. Dengan kapasitas armada truk pengangkut sarnpah sebesar 8 rn3, rnaka besarnya tirnbulan sarnpah perrnukirnan yang tidak
terangkut tersebut setara dengan 110 truk per hari. Tirnbulan sarnpah tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan berpotensi rnenirnbulkan pencernaran terhadap lingkungan. 1.2 Tujuan Penelitian
Secara urnurn tujuan utarna dari penelitian ini adalah rnerurnuskan strategi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1.
Menganalisis
perilaku
rnasyarakat
dalarn
pengelolaan
sarnpah
perrnukirnan di Kota Bogor. 2.
Mengidentifikasi faktor-faktor penting rnasa depan dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
3.
Mernbangun model dan rnerurnuskan skenario pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
1.3 Kerangka Pemikiran
Sebagai wilayah perrnukirnan, Kota Bogor dengan laju pertarnbahan penduduk yang terus rneningkat berpotensi rnenghasilkan sarnpah yang tinggi sebagai sisa aktivitas kesehariannya. Berdasarkan peraturan pernerintah daerah (perda) No. 13 tahun 2004, pelaksana teknis program kebersihan di Kota Bogor adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Usaha yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dalarn pengelolaan sarnpah adalah dengan rnelakukan kegiatan pengurnpulan, pengangkutan, pernbuangan dan pernusnahan sarnpah, narnun dernikian rnasih banyak turnpukan sarnpah di berbagai ternpat, terutarna di daerah-daerah perrnukirnan. Sarnpah berserakan dan rnenurnpuk di ternpat-. ternpat pernbuangan sernentara (TPS), jalanan, di atas tanah-tanah kosong, dan di dalarn selokan/saluran air di pinggir pekarangan rurnah. Tidak terangkutnya sarnpah tersebut dapat rnenirnbulkan perrnasalahan di rnasyarakat seperti pencernaran terutarna bau busuk dan kotor sehingga rnenurunkan kenyarnanan untuk tinggal di daerah tersebut. Secara teoritis laju peningkatan penduduk akan rneningkatkan jurnlah sarnpah.
Di sisi lain keterbatasan kernarnpuan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Bogor dalarn sarana, prasarana dan teknologi pengelolaan sarnpah rnenjadi kendala dalarn pengelolaan sarnpah di Kota Bogor. Sistern pengelolaan sarnpah berkaitan dengan pelayanan publik. Pelayanan tidak rnungkin hanya dibebankan kepada pernerintah daerah, narnun rnernerlukan keterlibatan dan peran serta berbagai pihak (stakeholder). Oleh karena itu perlu konsep pengelolaan sarnpah berdasarkan pernenuhan secara relatif kebutuhan rnasyarakat dan sernua pihak yang terkait serta sesuai karakteristik wilayah pelayanan. Konsep pengelolaan sarnpah yang lebih rnenekankan pada partisipasi rnasyarakat dan penanganan sarnpah dari surnbernya rnerupakan terobosan dan paradigrna baru dalarn pengelolaan sarnpah perkotaan. Prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle perlu dikernbangkan dan rnenjadi alternatif pernecahan untuk rnengurangi perrnasalahan tingginya tirnbulan sarnpah di TPS-TPS dan keterbatasan daya tarnpung di TPA (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor 2003). Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap pengelolaan sarnpah di sebuah kawasan perrnukirnan di Kota Bogor agar di rnasa rnendatang pelayanan kebersihan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor sernakin baik. Berdasarkan hasil kajian dapat diusulkan strategi pengelolaan sarnpah di kawasan perrnukirnan di Kota Bogor rnelalui pendekatan zero waste yang rnengintegrasikan prinsipprinsip 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) Penelitian ini difokuskan untuk rnenganalisis sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dan rnernberikan rnasukan kepada pernerintah Kota Bogor tentang strategi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
KOTA BOGOR (Pengelolaan Sampah Permukiman)
Existing Condition Sistem Pengelolaan sampah permukiman
Profil Kawasan
Bersih
T
Y T
-
Identifikasi faktor dominan dalam pengelolaan sampah permukiman
Model sistem pengelolaan sampah permukiman
1--
I Skenario pengelolaan sampah permukiman
Ln I
Rekomcndasl
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor
1.4 Perurnusan Masalah Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan tingkat konsumsi masyarakat di daerah perkotaan di Indonesia akan berdampak pada meningkatnya volume dan keragaman sampah.
Menurut data Badan Pusat
Statistik (2005), jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2004 sebesar 831.571 jiwa dengan angka laju pertambahan penduduk lima tahun terakhir dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 sebesar 3,5%.
Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, maka besar timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebesar 816.477 rn3 per tahun. Tingginya jumlah sampah menuntut perhatian yang serius dalam penanganannya, baik dari aspek ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, finansial, manajemen dan teknologi. Keterbatasan kemampuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dalam pengelolaan sampah dan sudut pandang bahwa sampah sebagai sesuatu yang tidak bernilai ekonomis menyebabkan pengolahan sampah hanya terbatas pada pembuangan akhir di TPA. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah pun terbatas pada pengangkutan sampah yang telah terkumpul di TPS-TPS untuk diangkut ke TPA. Lokasi ternpat pembuangan akhir sampah di Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang relatif jauh dari wilayah
Kota
Bogor
menjadi
pernasalahan
tersendiri
dalam
proses
pengangkutan sampah (Wismanto 2004). Pembuangan sarnpah secara terbuka (open dumping) juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran, sehingga diperlukan pola pengelolaan yang baru, melalui pendekatan konsep pengelolaan yang lebih baik, yaitu melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Kebijakan pengelolaan sarnpah selama ini lebih berorientasi pada usaha memindahkan sampah yang tersebar ke satu lokasi akhir pembuangan sampah, tanpa proses pemilahan, daur ulang, dan pemanfaatan ulang sampah terlebih dahulu (Adiwibowo 2004). Menurut Bebassari (2000), Zero waste merupakan konsep pengelolaan sampah yang mengintegrasikan prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle dengan pengelolaan sedekat mungkin dengan sumbernya. Reduce adalah mengurangi timbulan sampah pada sumbernya.
Reuse rnerupakan upaya pemanfaatan
kembali sampah atau barang yang tidak berguna lagi, sedang recycle adalah pendaurulangan sampah menjadi barang lain yang bernilai ekonomis.
Semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah menginginkan pengelolaan sampah yang baik. Masyarakat ingin terlayani dalam pengelolaan sampah dengan retribusi yang relatif murah oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Bogor, sedangkan pemerintah tidak ingin terbebani dengan subsidi yang besar dalarn pengeiolaan sampah. Dari uraian tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku masyarakat dalam membuang dan mengelola sampah
permukiman di Kota Bogor.
2. Apa faktor-faktor penting dalam pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). 3. Bagaimana model dan skenario pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). 1.5 Manfaat Penelitian
Hasii penelitian ini diharapkan:
1. Mernberikan
sumbangan
pemikiran
dalam
pengembangan
sistem
pengelolaan sampah permukiman dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
2. Memberikan rnasukan kepada Pemerintah Daerah Kota Bogor tentang strategi pengelolaan sampah permukiman dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) agar tercipta lingkungan yang lebih bersih, indah dan nyaman.
It. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sarnpah rnenurut Granier (1991) adalah barang buangan padatan yang diangggap tidak diperlukan lagi. Menurut Azwar (1996) sarnpah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang urnurnnya berasal dari kegiatan rnanusia dan bersifat padat. Hadiwiyoto (1983) rnendefinisikan sarnpah sebagai sisa-sisa bahan yang telah lama rnengalarni perlakuan baik yang telah diarnbil bagian utarnanya, telah rnengalarni pengolahan, dan sudah tidak berrnanfaat, dari segi ekonornis sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat rnenyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alarn. Berdasarkan jenis dan surnbernya, Widyatrnoko dan Sintorini (2002) rnengelornpokkan sarnpah atas; 1) sarnpah rurnah tangga yaitu sarnpah yang berasal dari kegiatan rurnah tangga; 2) sarnpah kornersial, yaitu sarnpah yang berasal dari kegiatan kornersial seperti pasar, pertokoan, rurnah rnakan, ternpat hiburan, penginapan, bengkel, kios dan sebagainya; 3) sarnpah bangunan, yaitu sarnpah yang berasal dari kegiatan pernbangunan terrnasuk pernugaran dan pernbongkaran suatu bangunan; dan 4) sarnpah fasilitas urnurn, yaitu sarnpah yang berasal dari pernbersihan dan penyapuan jalan, trotoar, tarnan, lapangan, ternpat rekreasi dan fasilitas urnurn lainnya. Berdasarkan sifatnya, Murtadho dan Gurnbira (1988) rnernbedakan sarnpah atas sarnpah organik dan anorganik. Sarnpah organik rneliputi lirnbah semi basah berupa bahan-bahan organik yang urnurnnya berasal dari lirnbah hasil pertanian. Sarnpah ini rnudah terurai oleh rnikroorganisrne dan rnudah rnernbusuk karena rnerniliki rantai karbon relatif pendek. Sarnpah anorganik berupa sarnpah padat yang cukup kering, sulit terurai oleh rnikroorganisrne karena rnerniliki rantai karbon yang panjang dan kornpleks seperti kaca, besi, plastik dan lain-lain. Menurut Ditjen Cipta Karya (1991), sarnpah diklasifikasikan rnenjadi 12 jenis, selengkapnya seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Sampah menurut Ditjen Cipta Karya No Sampah Contohnya Basah (garbage) Sisa makanan dan sayuran 1 2 Kering (rubbish) a. sampah mudah terbakar; kayu, plastik, kain. b. Sampah tidak mudah terbakar; logam, kaca dan kerarnik. 3 Debu Debu (asbes, kapur, semen) dan abu. 4 Berbahaya a. patogen; dari rumah sakit atau klinik b. beracun; sisa pestisida c. radioaktif; nuklir d. mudah meledak; petasan, mesiu dll. 5 Bulky Waste Mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang. 6 Jalanan Daun, kertas pembungkus, dl1 7 Binatang rnati Bangkai kucing, ayam,anjing dl1 8 Bangunan Potongan kayu, genteng, bata, sisa adukan. 9 lndustri Berasal dari kegiatan industri 10 Khusus Surat rahasia negara, rahasia patent dari pabrik Kandanglrumah potong Sisa tulang, daging, kulit, kotoran hewan 11 hewan 12 Lumpur Lurnpur selokan, septic tank , dll. Sumber: Ditjen Cipta Karya, 1991 Hadiwiyoto (1983), berpendapat bahwa kornposisi dan jumlah sarnpah akan bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda. Menurut Said (1987), masalah pengelolaan sarnpah ternyata tidak rnudah, karena melibatkan banyak pihak, memerlukan teknologi, memerlukan dana yang cukup besar dan mernberikan keinginan yang kuat untuk melaksanakannya. Usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun skala kecil, harus rnencapai tujuannya, yakni lingkungan dan rnasyarakat yang sehat, sehingga faktor utarna yang harus diperhatikan adalah peran selta masyarakat (Slamet 2000).
2.2 Pengelolaan Sampah Perencanaan pengelolaan yang komprehensif perlu memperhatikan beberapa faktor seperti: surnber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalarn suatu lingkungan urban, terinasuk didalamnya, penyimpanan sampah,
pengurnpulan sampah, pernbuangan
sampah, dan sekaligus pemusnahan sarnpah (Haeruman 1983). Menurut Rahmadi (1995), teknik operasional pengelolaan sampah dipengaruhi oleh karakteristik wilayah pelayanan, besarnya tirnbunan sarnpah, keserasian pola operasi antara subsistem penanganan sampah, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Secara umum teknik operasional pengelolaan
sarnpah
rneliputi
pewadahan,
pengurnpulan,
pernindahan,
pengolahan,
pengangkutan, pernbuangan akhir serta operasi dan perneliharaan. Pengurnpulan sarnpah adalah kegiatan operasi pengurnpulkan sarnpah dari surnber sarnpah, sebelurn sarnpah tersebut diangkut ke ternpat pengolahan atau pernbuangan akhir.
Secara teknis, rnasalah pewadahan rnernegang
peranan yang penting, sebab ternpat sarnpah rnenjadi tanggung jawab individu yang rnenghasilkan sarnpah tersebut, sedangkan volume ternpat pernbuangan sampah tergantung dari jurnlah sarnpah yang dihasilkan per hari oleh setiap surnber, frekuensi dan pola pengurnpulan yang dilakukan. Selain itu, ternpat sarnpah perlu didesain dan diternpatkan pada ternpat yang rnudah dijangkau oleh petugas sehingga akan rnernudahkan bagi petugas kebersihan untuk rnengarnbil atau rnernindahkan sarnpahnya ke peralatan pengurnpulan (Dirjen Cipta Karya 1991). 2.3 Konsep Zero Waste Dalam Pengelolaan Sampah
Zero
waste
rnerupakan
konsep
pengelolaan
sarnpah
yang
rnengiontegrasikan prinsip 3R yaitu reduse, reuse, recycle dengan pengelolaan sedekat mungkin dengan surnbernya (Bebassari 2000). rnengurangi tirnbunan sarnpah pada surnbernya.
Reduse adalah
Reuse rnerupakan upaya
pernanfaatan kernbali sarnpah atau barang yang tidak berguna lagi, sedang recycle adalah pendaurulangan sarnpah rnenjadi barang lain yang bernilai ekonornis.
Konsep zero waste rnemiliki tiga rnanfaat, yaitu; I)rnengurangi
ketergantungan terhadap TPA sarnpah yang sernakin sulit didapatkan; 2) rneningkatkan efisiensi pengolahan sarnpah perkotaan; dan 3) terciptanya peluang usaha bagi rnasyarakat. Penerapan konsep pengelolaan zero waste akan berhasil dengan baik bila dilakukan dengan rnelibatkan seluruh aktor (stakeholders) terkait, seperti pernerintah, pengusaha, LSM, dan rnasyarakat (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor 2003). Penerapan konsep zero waste dilakukan dengan rnendirikan ternpat pernbuatan kornpos dan industri kecil daur ulang (recycle) sarnpah di kawasan surnber sarnpah dengan rnernberdayakan rnasyarakat sekitar untuk berperan aktif. Konsep dasar pengelolaan sampah dengan zero waste ini adalah "oleh rnasyarakat, dari rnasyarakat dan untuk rnasyarakat dengan rnenerapkan beberapa jenis pengelolaan secara sirnultan untuk rnenghasilkan produk dari hasil daur ulang". Pernerintah dalarn konsep ini lebih berperan sebagai fasilitator
dan penyedia prasarana dan sarana (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor 2003). Pengelolaan
sarnpah
secara
terpadu
yang
rnelibatkan
proses
pengornposan, pendaurulangan, dan pernbakaran (incinerator) dapat rnereduksi sarnpah sarnpai 96%. Sisa pernbakaran berupa residu hanya tinggal 4% dan residu yang berbentuk abu ini dapat dirnanfaatkan sebagai bahan bangunan (Bebassari 2000). Keberhasilan pengelolaan sarnpah secara terpadu tergantung dari partisipasi rnasyarakat, sebagai penghasil utarna sarnpah.
Partisipasi
rnasyarakat dapat berupa pernilahan antara sarnpah organik dan sarnpah anorganik dalarn proses pewadahan, atau rnelalui pernbuatan kornpos dalarn skala keluarga dan rnengurangi penggunaan barang yang tidak rnudah terurai. 2.4 Partisipasi Masyarakat
Partisispasi rnasyarakat pada hakekatnya adalah keterlibatan rnasyarakat dalarn rnenentukan arah dan strategi kebijaksanaan kegiatan, rnernikul beban dalarn pelaksanaan kegiatan, dan ikut rnernanfaatkan hasil-hasil secara adil. Partisipasi rnasyarakat dalarn pernbangunan dikelornpokkan menjadi 4 tahap; 1) partisipasi dalarn tahap perencanaan; 2) partisipasi dalarn tahap pelaksanaan; 3) partisipasi dalarn tahap pernanfaatan hasil pernbangunan, dan 4) partisipasi dalarn tahap pengawasan. Ada tiga faktor utarna yang rnendorong rnasyarakat berpartisipasi dalarn pernbangunan; 1) kernauan; 2) kernarnpuan; dan 3) kesernpatan. Kernauan berpartisipasi bersurnber dari faktor psikologi individu yang rnenyangkut ernosional dan perasaan. Tingkat kernarnpuan rnasyarakat untuk berpartisipasi di pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, seperti ketersediaan prasarana dan sarana, kelernbagaan, regulasi dan birokrasi (Sutjahjo 2004). Menurut Chan (1998) tingkah laku rnerupakan faktor utarna yang berpengaruh terhadap intensitas perilaku, diikuti oleh kontrol perilaku dan norrna sosial.
Akar rnasalah lingkungan adalah perilaku rnanusia rnaka rnelalui
karnpanye pendidikan dan kornunikasi rnassa untuk perilaku lingkungan yang bertanggungjawab dapat rnenjadi solusi. Menurut Pearce dan Turner dalarn Barron dan Gordon (1996) rnernaparkan bahwa instrurnen kebijakan lingkungan berdasarkan pasar berpotensi rnerniliki efisiensi keuntungan yang signifikan dibanding kontrol langsung.
2.5 Teknologi Pengolahan Sampah Sebelurn sarnpah dirnusnahkan, sampah dapat diolah terlebih dahulu dengan teknologi tertentu. Beberapa jenis teknologi pengolahan sarnpah antara lain, ternpat pernbuangan akhir sarnpah, incinerator, dan pengornposan (composting). 2.5.1
Ternpat Pernbuangan Akhir Sarnpah
Menurut Suryanto (1988) pernbuangan akhir sarnpah adalah suatu upaya untuk rnernusnahkan sarnpah di ternpat tertentu yang disebut ternpat pernbuangan akhir sarnpah (TPA). Beberapa rnetode dalarn pernbuangan akhir di TPA yaitu: a. Open Dumping Metode ini rnerupakan ara pernbuangan akhir yang sederhana, karena sarnpah hanya di turnpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus. b. Controlled Landfill Metode ini rnerupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada rnetode ini sarnpah ditimbun dan di ratakan. Pipa-pipa di tanarn pada dasar lahan untuk rnengalirkan air lindi dan ditanarn secara vertikal untuk rnengeluarkan gas-gas rnetan ke udara. Setelah tirnbunan sarnpah penuh dilakukan penutupan terhadap harnparan sampah tersebut dengan tanah dan dipadatkan. c. Sanitary Landfill Teknik sanitary landfil adalah cara penirnbunan sarnpah padat pada suatu harnparan lahan dengan rnernperhatikan kearnanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sarnpah. Pada teknik ini sarnpah diharnparkan hingga rnencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kernudian dilapisi tanah dan dipadatkan kernbali. Di atas lapisan tanah penutup tadi dapat diharnparkan lagi sarnpah yang kernudian ditirnbun lagi dengan tanah. Dernikian seterusnya berselang seling antara lapisan tanah dan sarnpah. Pada bagian dasar dari konstruksi sanitary landfill dibangun suatu lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa-pipa pengurnpul dan penyalur air lindi (leachate) serta pipa penyalur gas yang
terbentuk dari hasil penguraian sarnpah-sarnpah organik yang ditirnbun (Salvato 1982). 2.5.2
Pembakar Sampah (Incinerator)
Pernbakaran sarnpah dengan rnenggunakan incinerator adalah salah satu cara pengolahan sarnpah padat (Sidik et a/. 1985). Pernbakaran sarnpah dengan incinerator dapat rnengurangi sarnpah hingga rnencapai 75-80%. Pada instalasi dengan kapasitas lebih dari 300 tonlhari, incinerator dapat dilengkapi dengan peralatan pernbangkit listrik sehingga energi listrik yang dihasilkan
(sekitar
96.000
MWHltahun) dapat
dirnanfaatkan
(Dinas
Kebersihan DKI Jakarta 1985). Incinerator dapat rnencegah pencernaran udara dengan syarat incinerator tersebut harus beroperasi secara berkesinarnbungan selarna enarn atau tujuh hari dalarn serninggu dengan kondisi ternperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga rnencapai tingkat efisien (Salvato 1982). Keuntungan lain dari incinerator adalah sisa pernbakaran berupa abu yang cukup kering dan dapat langsung di buang ke TPAllandfill (Sidik et a/. 1985). 2.5.3
Pengornposan (Composting)
Pengornposan didefinisikan sebagai suatu proses biokirnia dirnana bahan organik didekornposisikan rnenjadi zat-zat seperti humus (kornpos) oleh kelornpok-kelornpok rnikroorganisrne carnpuran dan berbeda-beda pada kondisi yang dikontrol (Gaur 1983). Pengornposan rnerupakan salah satu contoh proses pengolahan sarnpah secara aerobik dan anaerobik untuk rnenghasilkan pupuk organik yang disebut kornpos.
Sarnpah yang digunakan sebagai bahan baku kornpos
adalah sarnpah organik, karena rnudah rnengalarni proses dekornposisi oleh rnikroorganisrne. Beberapa persyaratan yang diperlukan agar proses tersebut berjalan lancar, rnenyangkut rnasalah perbandingan nitrogen dan karbon (CIN rasio) di dalarn
bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan di dalamnya (Suriawiria 1996). Menurut Gaur (1983), nisbah CIN dari bahan-bahan organik merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengomposan. Nisbah CIN tersebut
menunjukkan
ketersediaan
sumber
energi
mikroorganisme yang terlibat dalam proses degradasi.
bagi
berbagai
Berdasarkan ha1
tersebut EPA (1989) merekomendasikan nisbah CIN yang dapat memberikan proses dekomposisi yang efektif adalah 30. 2.6 Analisis Sistem
Menurut Muhammadi et a/. (2001) sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan.
Charles dan Day (1997) menyatakan suatu sistem
mengandung banyak komponen dan proses yang rumit dengan banyak lintasan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Untuk dapat mempelajari komponen dan proses tersebut, konteks suatu sistem harus diperhatikan secara keseluruhan. Menurut Eriyatno (2003), analisis sistem merupakan studi tentang sistem dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk mendapatkan suatu konsep yang dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan sistem.
Dalam
hubungannya dengan pengelolaan surnberdaya alarn, Gaspersz (1992) dan Ford (1999) menyatakan bahwa analisis sistem merupakan cara rnatematika untuk mempelajari hubungan antara faktor
dan komponen dalam ekosistem
sumberdaya alam yang berperan penting dalam proses produksi, konsumsi dan pembinaan. Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya metodologi perencanaan, bersifat multi disiplin, terorganisir, penggunaan model matematika, mampu berfikir secara kualitatif, penggunaan teknik simulasi dan optimasi, serta dapat diaplikasikan dengan komputer (Udin dan Desianti 1994). Suatu model sistem adalah pengganti suatu objek atau sistem, sedangkan
metodologi
pemodelan
sistem
mempelajari
bagaimana
memperlakukan aspek dinamis dan kompleksitas suatu sistem. menerapkan
pendekatan
sistem
dinamik
digunakan
model
Dalam untuk
menyederhanakan sistem yang akan diamati. Penyederhanaan suatu sistem, baik secara struktural maupun fungsional pada hakekatnya adalah aktifitas untuk
memahami sistem tersebut sesempurna mungkin. Proses penyederhanaan yang cukup mendasar di mana sistem itu dinilai dari komponen-komponen pokoknya, dan selanjutnya berkembang menjadi penyederhanaan yang lebih mendekati realitas sistem itu sendiri (Bappedal dan Lembaga Penelitian ITB 1995). Muhammadi et al. (2001) mendefinisikan model sebagai suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Pembuatan model merupakan suatu proses untuk menggambarkan berbagai hubungan dalam persoalan yang sedang dihadapi, dalam bentuk formal atau matematis. Menurut Pusat Penelitian Energi Lembaga Penelitian lnstitut Teknologi Bandung (1996) pengenalan terhadap model dilakukan melalui penyelidikan perilaku historis (historical behaviour) dan penetapan skenario referensi, sebagai titik tolak usaha simulasi selanjutnya. Bila kesesuaian perilaku antara model mental, model eksplisit dan kenyataan empiris telah didapat, model dapat digunakan untuk melakukan analisis dan kenyataan empiris telah didapat, model dapat digunakan untuk melakukan analisis kebijaksanaan dalam menentukan pilihan sistem pengelolaan yang telah diterapkan. Selanjutnya, simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat.
Menurut Muhammadi et al. (2001) simulasi adalah peniruan
perilaku suatu gejala atau proses yang bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan. Seringkali dalam menyusun model dibutuhkan pakar yang sesuai dengan sistem yang dikaji. Menurut Udin dan Desianti (1994), pakar dipilih diantara praktisi dan memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup tinggi. Akuisisi pengetahuan pakar adalah penyerapan pengetahuan sebanyak mungkin, baik berupa informasi, fakta, ataupun data-data akurat yang luas dan mendalam di bidang tersebut yang dilakukan terhadap pakar. Penyerapan pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara.
Menurut Marimin (2005), dalam
pemilihan ahli atau pakar diperlukan kriteria-kriteria tentang ahli, yaitu: 1. Praktisi, orang yang bekerja dan berpengalaman dalam bidang tertentu secara otodidak maupun terdidik secara akademis. 2. Ilmuwan, orang yang mempelajari dan mendalami pengetahuan bidang tertentu lewat jalur formal melalui pendidikan tinggi dan memperdalam karirnya di bidang akademis (perguruan tinggillembaga penelitian).
2.7 Studi Ernpiris Terdahulu
Penelitian tentang sarnpah di perkotaan telah beberapa kali dilakukan. Di Kota Bogor sendiri tercatat beberapa kali telah dilakukan penelitian tentang sarnpah. Mandailing (2001) rnelakukan penelitian tentang partisipasi pedagang dalarn program kebersihan dan pengelolaan sarnpah pasar yang rnengarnbil studi kasus di Pasar Bogor dengan rnetode survey terhadap 90 responden (pedagang).
Variabel yang diperhatikan adalah karakteristik pedagang dan
faktor-faktor
yang
rnernpengaruhi tingkat
partisipasi
pedagang
dalarn
pengelolaan sarnpah pasar. Dewi (1997) rnelakukan penelitian tentang analisis ekonomi dan sosial penanganan sarnpah kota dengan studi kasus di wilayah Kotarnadya Bogor. Penelititan bertujuan untuk rnengidentifikasi input-output sarnpah kota yang dihasilkan Kotarnadya Bogor, rnanfaat dari sarnpah kota, biaya penanganan sarnpah kota oleh dinas kebersihan kota, dan rnenilai perirnbangan manfaat dan biaya antara sistern penanganan sarnpah kota yang dilakukan Pernda Kotarnadya Bogor saat itu dengan sistern baru penanganan sarnpah yang direncanakan.
Data diperoleh dari laporan rningguan para rnandor dan
pencatatan petugas-petugas lapangan Dinas Kebersihan dan Pertarnanan, khusus yang rnenangani sarnpah di 6 kecarnanan dan observasi langsung ke TPS-TPS, TPA, dan ternpat-tempatlindustri pernbuatan kornpos di sekitar Kotarnadya Bogor. Aida (1996) rneneliti usaha pernanfaatan barang bekas dari sarnpah dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sarnpah di Kotarnadya Bogor dengan studi kasus di TPA Gunung Galuga.
Penelitian ini bertujuan untuk rnernpelajari
aktivitas para pernulung dan besarnya pengaruh aktivitas tersebut terhadap kuantitas
dan
kualitas
sarnpah
serta
rnengindentifikasi
pengernbangan usaha rnelalui bisnis barang bekas.
kernungkinan
Analisa secara fisik
yang (dekskriptif) dan ekonorni (break even point) dilakukan terhadap data prirne~ diperoleh dari kuisioner terhadap para perangkas dan pernulung. Hasil penelitian rnenunjukkan usaha pernanfaatan barang bekas dari sarnpah mernpunyai peluang dan layak untuk dikernbangkan. Daur ulang lirnbah sarnpah terrnasuk pengornposan lirnbah rurnah tangga rnenjadi tujuan utarna kebijakan lingkungan di berbagai negara. Pernbangunan fasilitas daur ulang dan pengornposan tersebut diarahkan untuk dapat diakses oleh rurnah tangga (Tucker et a/. 1998).
Hasil penelitian terhadap faktor utama yang mempengaruhi peningkatan limbah padat per kapita di bagian tenggara Amerika Serikat menunjukkan bahwa dari penjualan ritel perusahaan makanan terbukti memiliki pengaruh yang paling besar dalam peningkatan limbah sehingga upaya penyelesaiannya melakukan kebijakan terhadap perusahaan rnakanan dan rnenetapkan stimulus biaya yang sesuai untuk target pengurangan limbah (Hocket et a/. 1995).
Ill. METODOLOGI PENELlTlAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Survei terhadap responden rurnah tangga dilaksanakan di Kecarnatan Bogor Barat (Garnbar2). Kecarnatan ini rnerupakan daerah perrnukirnan terluas dan jurnlah penduduknya paling banyak di Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2004 sampai dengan bulan April 2005.
18 3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rnetode pendekatan sistern dengan rnengarnbil studi kasus di Kota Bogor. Pendekatan sistern digunakan untuk rnerurnuskan kebijakan dan skenario strategi sistem pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor yang bersifat rnulti dirnensi, rnelibatkan berbagai stakeholder, dan lintas sektor. Menurut Lucas (1993) pendekatan sistern
digunakan sebagai dasar
untuk rnenyelesaikan perrnasalahan yang kornpleks dan rnelibatkan berbagai pihak yang berkepentingan,
sehingga rnenghasilkan
sesuatu yang lebih
berrnanfaat.
Eriyatno (2003) rnenyatakan bahwa perrnasalahan yang
diselesaikan
dengan pendekatan sistern seyogyanya rnernenuhi kriteria;
1) kornpleks, dalarn arti interaksi antar elernen cukup rurnit; 2) dinarnis, dalarn arti faktornya ada yang berubah rnenurut waktu dan ada pendugaan ke rnasa depan; 3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalarn inferensi kesirnpulan rnaupun rekornendasi. Penelitian dirnulai dengan rnelakukan survei perilaku rnasyarakat dan identifikasi sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor saat ini. Hasil analisis ini menghasilkan atribut-atribut penting yang selanjutnya dijadikan faktorfaktor penting dalarn sistern pengelolaan sarnpah. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis kebutuhan dari sernua pihak yang berkepentingan terhadap sistem (stakeholder) dan analisis prospektif yang rnelibatkan para pakar. Dari analisis kebutuhan dan analisis prospektif tersebut diperoleh pula faktor-faktor penting sistern. Fakor-faktor penting dari ketiga hasil analisis dikornbinasikan untuk rnendapatkan hasil yang lebih rnencerrninkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan. Selanjutnya untuk faktorfaktor penting hasil kornbinasi tersebut dilakukan analisis tingkat pengaruh dan kepentingannya sehingga diperoleh variabel-variabel untuk rnernbangun model sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Sirnulasi dinarnik
rnenggunakan program aplikasi powersim 2.5 dilakukan untuk rnengetahui perilaku model tersebut. Dengan rnenggunakan analisis prospektif masing-masing faktor penting didefinisikan kernungkinan keadaannya di rnasa depan dan dirurnuskan skenario sistern pengelolaan sarnpah perrnukiman di Kota Bogor dengan pendekatan
3R+P.
Pada tahap akhir dirumuskan kebijakan pengelolaan sampah
permukiman di Kota Bogor berdasarkan skenario terpilih. 3.3 Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah stakeholder pengelolaan sampah yang terdiri dari: masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, serta literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden pakar dan stakeholder dengan cara wawanara dan pengisian kuesioner, serta pengamatan langsung ke lapangan yang menjadi wilayah pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan di Kota Bogor. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA), Kantor Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan serta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di kelurahan, dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan erat dengan kebersihan dan permasalahan sampah, serta personil yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengembangan model dan bahan untuk
menganalisa atau
memberikan gambaran tentang
kondisi dan
permasalahan yang ada di lapangan. Pada Tabel 2 disajikan jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan dalam Penelitian. Jenis Data Sumber Data I. Data Primer: 1. Sosial-ekonomi 2. Kebutuhan sistem. 3. Tujuan sistem 4. ldentifikasi faktor-faktor straleals sistem. 5. Tingkat kepentingan faktor3aktor strategis terhadap sistem. 6. Perumusan skenario sistem. 7. Penentuan prioritas 8. identifikasi .oenaelolaan samoah . .oermukiman II. Data Skunder: 1. Volume sampah Kota Bogor 2. Volume sampah kec Boaor - Barat 3. Jenis Sampah 4. Daya Tampung TPS 5. Daya Tampung SPA 6. Jenis TPA 7. Cara Pengangkutan Sampah 8. Pengolahan Sampah 9. Jumlah Kelurahan 10. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 11. Jumlah Penduduk Kecamatan 12. Jumlah Penduduk Kota Bogor 13. Jurnlah dan spesifikasi tenaga teknis bidang linakunaan hiduo 14. frekuenii konflik akibat sarnpah 15. tinakat keiadian terserano oenvakit 16. becamya iestribusi sarnpah pe; KK 17. jumlah KK yang membayar restribusi 18. biaya operasional pengelolaan sampah per tahun.
-
Responden (Masyarakat) Resoonden (Stakeholdersl Responden (~takeholdeij Resoonden IExoerVPakarl ,
.-
Responden (ExperVPakar) Resoonden (ExoerVPakar) Res'ponden (€&erV~akarj Resoonden (Masvarakat) ~, 1-8 Dinas Lingkungan Hidup 8 Kebersihan (DLHKI Kota Booor
9--12 (BPS) Kota Bogor, Kantor Kecamatan dan Kelurahan. Dinas Permukiman.
13--14 (DLHK) Kota Bogor 15 Dinas Kesehatan Kota Bogor 1 6 1 7 DISPENDA (perda) 18 (DLHK) Kota Bogor
3.4 Metode Pengarnbilan Contoh
Metode pengambilan sampel dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar) ditentukanldipilih secara sengaja (purposive sampling).
Pakar merupakan pihak yang berkompeten sebagai
pelaku dan ahli dalam sistem pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Keberadaan responden dan kesediaanya untuk dijadikan responden 2. Memiliki
reputasi,
kedudukanljabatan
dan
telah
menunjukkan
kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar pada bidang yang diteliti. 3. Telah rnemiliki pengalaman dalam bidangnya. Menurut Marimin (2005) serta Udin dan Desianti (1994), bahwa pakar adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dibidang yang dikaji dan atau praktisi dibidang yang dikaji. Mengacu pendapat tersebut, maka responden pakar yang dipilih yaitu kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Bogor, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup IPB, Dosenlpakar sarnpah dan LSM Peduli rnasalah sarnpah. Dalarn rangka rnenggali pendapat stakeholders, dilakukan pernilihan responden yang rnewakili kornponen stakeholder secara sengaja (purposive sampling).
Menurut Adiwibowo (2004) stakeholder sektor informal dalarn
pengelolan sarnpah adalah pernulung, pengurnpul, pedagang pengurnpulllapak, pedagang besar, industri pengguna dan perusahaan daur ulang, sedangkan di sektor formal seperti pernerintah Kota. Mengacu pendapat Adiwibowo (2004), rnaka dalarn penelitian ini stakeholder yang terpilih adalah: (1) pernerintah daerah
atau
Dinas
Lingkungan
Hidup
dan
Kebersihan
Kota
Bogor,
(2) perwakilan/asosiasi pengusaha daur ulang sarnpah, (3) perwakilan pernulung, (4) lernbaga swadaya rnasyarakat yang peduli dengan pengelolaan sarnpah dan (5) rurnah tangga. Responden rurnah tangga untuk survei pengelolaan sarnpah rurnah tangga saat ini ditentukan secara Purposive Random Sampling.
Dipilihnya
Kecarnatan Bogor Barat karena berdasarkan kebijakan pernbangunan daerah berkelanjutan dalarn rencana urnurn tata ruang dan wilayah Kota Bogor tahun 2002, Kecarnatan Bogor Barat dijadikan sebagai Kota Satelit II yang fungsi utarnanya sebagai wilayah perrnukirnan di Kota Bogor (Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bogor 2003). Jurnlah responden (n) ditentukan dengan rnenggunakan rurnus Walpole (1995):
Keterangan : n : Besarnya sarnpel : Besarnya populasi (kepala keluarga). N : Galat yang dapat diterirna (10%) e Dari hasil perhitungan dengan populasi di Kecarnatan Bogor -Barat sebanyak 41.753 Kepala Keluarga (KK), jika digunakan galat 10% responden yang diperlukan sebanyak 99 KK.
Responden tersebut diarnbil dari ernpat
kelurahan dengan perhitungan secara proposional berdasarkan jurnlah penduduk masing-masing kelurahan. Untuk penelitian ini responden ditentukan sebagai berikut: 1) Kelurahan Gunung Batu 40 KK, 2) Kelurahan Sindang Barang 30 KK, 3) Kelurahan Margajaya 15 KK, dan 4) Kelurahan Sernplak 14 KK. Responden dibagi rnenjadi dua kelornpok, yaitu rurnah tangga yang tinggal di penukirnan
tertata dan rumah tangga yang tinggal di permukiman tidak tertata. Perincian jumlah responden keseluruhan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Rincian Jumlah Responden Penelitian No.
Responden
A
Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah
1 2 3 4
Pakar Kepala DLHK Kota Bogor Kepala PPLH IPB Akademisi PS Lingkungan IPB LSM peduli persampahan
Purposive Purposive Purposive purposive
1 orang 1 orang 2 orang 2 orang
1 2 3 4
Stakeholders DLHK Kota Bogor Perkumpulan pemulung Asosiasi pengusaha daur ulang LSM peduli persampahan
Purposive Purposive Purposive Purposive
5 orang 2 orang 2 orang 2 orang
Purposive random sampling
99 orang
B
C 5
Rumahtangga Jumlah
116 orang
3.5 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 3.5.1. Analisis Perilaku Rumah Tangga Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi pengelolaaan sampah yang dilakukan oleh rumah tangga saat ini. Dalam analisis ini dilakukan identifikasi pengelolaan sampah permukiman dan survey perilaku rumah tangga dalam pengelolaan sampah permukiman. Data hasil survei terhadap perilaku pengelolaan sampah oleh rumah tangga dianalisis secara kuantitatif.
Uji
kuantitatif terhadap perilaku rumah tangga dilakukan dengan menggunakan t-Student, Mann-Withney dan Korelasi Rank Speannans. 3.5.2. Pendekatan Sistem Pendekatan sistem merupakan metoda pengkajian masalah yang dimulai dail analisis atau identifikasi kebutuhan yang menghasilkan suatu sistem operasional yang efektif. Beberapa tahapan analisis dalam pendekatan sistem
sebelurn tahap sintesa atau rekayasa adalah (a) analisa kebutuhan, (b) forrnulasi rnasalah dan (c) identifikasi sistern. a. Analisis Kebutuhan Menurut Eriyatno (2003) analisis kebutuhan rnerupakan perrnulaan pengkajian dari suatu sistern.
Dalarn rnelakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan
kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kernudian dilakukan tahap pengernbangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan.
Langkah awal dalarn
rnengidentifikasi kebutuhan adalah dengan rnendata para stakeholder yang terkait dengan perrnasalahan sarnpah di suatu kawasan perrnukirnan. b. Forrnulasi Masalah dalarn Sistern Menurut Eriyatno (2003), forrnulasi perrnasalahan disusun dengan cara rnengevaiuasi keterbatasan surnberdaya yang dirniliki (limited of resources) dan atau adanya konfliwperbedaan kepentingan diantara stake holders (conflict of interest) untuk rnencapai tujuan sistern. Berdasarkan analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan dari stakeholders dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor, perrnasalahannya diforrnulasikan sebagai berikut:
1. Teknologi yang digunakan dalarn pengelolaan sarnpah saat ini adalah tanpa pernilahan sarnpah di level rurnah tangga dan menggunakan sistern controlled landfill di TPA.
Hal ini ternyata tidak rnampu menyelesaikan
perrnasalahan sarnpah. Tirnbulan sarnpah tetap tinggi dan berpotensi rnencernari lingkungan.
2. Pertarnbahan jurnlah penduduk rnengakibatkan peningkatan produksi dan kornposisi sarnpah.
3. Kurangnya partisipasi rnasyarakat dan sernua pihak (stakeholders) dalarn pengelolaan sampah perrnukiman. Tirnbulan sarnpah yang tinggi dipandang
-
rnenguntungkan bagi sebagian stakeholder seperti pernulung dan pengusaha daur ulang sarnpah anorganik. 4. Kurangnya dana dan rninirnnya infrastruktur yang dirniliki oleh Dinas
Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor untuk rnelakukan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sarnpah perrnukirnan.
5. Hukum dan kelembagaan yang tidak operasional dan tidak konsisten dalam
pelaksanaan seperti peraturan daerah (perda) tentang kebersihan dan sistem pengelolaan sampah terpadu, serta retribusi sampah. c. ldentifikasi Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman ldentifikasi sistem bertujuan memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji yang tergambar dalam diagram masukan-keluaran (black-box). Menurut Eriyatno (2003) konsep identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang akan diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Tujuan utama dari peneiitian ini adalah merumuskan kebijakan dan skenario strategi pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Output yang diinginkan dari rumusan berbagai skenario strategi pengelolaan sampah permukiman ini adalah peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan, penurunan biaya operasional pengelolaan sampah permukiman, peningkatan keterlibatan masyarakat dan semua pihak (stakeholders) dalam pengelolaan sampah permukirnan dan peningkatan manfaat dari pengelolaan sampah secara ekonomi dan sosiai. Menurut Manetch dan Park (1977), secara garis besar ada 6 (enam) kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja suatu sistem, yaitu: 1) variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisis
kebutuhan, 2) variabel output yang tidak dikehendaki, 3) variabel input yang terkontrol, 4) variabel input yang tak terkontrol, 5) variabel lingkungan, dan 6) variabel umpan balik sistem.
ldentifikasi sistem pengelolaan sampah
permukiman di Kota Bogor dalam diagram input-output yang mencakup keenam variabel tersebut disajikan pada Gambar 3.
25
INPUT LINGKUNGAN
UU No.2211999 Baku rnutu lingkungan
Penurunan
lnfrastruktur
.
Kejasama antar
Garnbar 3. Diagram Input-output Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor
3.5.3.Analisis Prospektif Analisis prospektif rnerupakan suatu upaya untuk rnengeksplorasi
kernungkinan-kernungkinan di rnasa yang akan datang. Dari analisis ini akan didapatkan inforrnasi rnengenai faktor kunci yang berperan dalarn sistern pengelolaan sarnpah permukirnan di Kota Bogor sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku (stakeholder) yang terlibat dalarn sistern ini. Selanjutnya faktor kunci tersebut akan digunakan untuk rnendeskripsikan evolusi kernungkinan rnasa depan dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut sangat penting, dan sepenuhnya rnerupakan pendapat dari pihak yang berkornpeten sebagai pelaku dan ahli dalam sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor. Pendapat
tersebut diperoleh rnelalui bantuan kuesioner dan wawancara
langsung di wilayah studi. Menurut Hartrisari (2002), tahapan dalarn rnelakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan faktor kunci untuk rnasa depan dari sistern yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting dengan rnenggunakan kriteria faktor variabel, rnenganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan rnelihat pengaruh tirnbal balik dengan rnenggunakan rnatriks, dan rnenggarnbarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalarn 4 kuadran utarna. sebagairnana disajikan pada garnbar 4 (Treyer-POLAGAWAT 2000).
2.
Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utarna.
3.
Mendefinisikan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utarna.
4.
Mendefinisikan dan rnendeskripsikan evolusi kemungkinan rnasa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagairnana elernen kunci dapat berubah dengan rnenentukan keadaan (state) pada setiap faktor, rnerneriksa perubahan rnana yang dapat terjadi bersarnaan, dan rnenggarnbarkan skenario dengan rnernasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara rnendiskusikan skenario dan irnplikasinya terhadap sistern. Untuk rnelihat pengaruh langsung antar faktor dalarn sistern, yang
dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan rnatriks, sebagirnana disajikan pada Tabel 4.
Pedoman penilaian:
m: 0 1 2 3
Keteranqan Tidak ada pengaruh Berpengaruh kecil Berpengaruh sedang Berpengaruh sangat kuat
Pedoman pengisian:
1. Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika tidak ada pengaruhnya beri nilai 0
2. Jika ada pengaruh, maka dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, sedang atau kecil. Jika sangat kuat beri nilai 3, sedang beri nilai 2 dan kalau kecil pengaruhnya beri nilai 1. Untuk menentukan faktor kunci digunakan software excell yang akan memperlihatkan tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di .dalam . sistem dengan tampilan hasil seperti pada Gambar 4.
Faktor penentu INPUT
Faktor bebas UNUSED
STAKE
I OUTPUT
Ketergantungan
Gambar 4. Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistern yang Dikaji (Surnber: By1 eta/. 2002).
3.6 Tahapan Penelitian Penelitian dimulai dengan rnelakukan identifikasi dan analisis kondisi sistem pengelolaan sarnpah di kawasan perrnukirnan rnelalui survei (existing condition), analisis kebutuhan, dan analisis prospektif (diskusi pakar). Ketiga tahap tersebut dirnaksudkan untuk rnernperoleh faktor-faktor penting dalam pengelolaan sarnpah permukirnan.
Analisis prospektif juga dilakukan untuk
mernprediksi kernungkiman rnasa depan dari sistern pengelolaan sarnpah permukirnan di Kota Bogor. Selanjutnya disusun model dinarnik, disirnulasikan dalam rangka rnerumuskan skenario dan rnenyusun rekornendasi berdasarkan skenario terpilih. Tahapan penelitian ini seperti tersaji pada Garnbar 5.
Pakar Judgment
Faktor-faktor
Faktor-faktor
1
Analisis prospektif dan Simulasi Dinamik
Faktor-faktor
I
1 Rekomendasi
Gambar 5. Diagram Alir Tahapan Penelitian
IV.
HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Sistern Pengelolaan Sampah Kota Bogor
Kota Bogor terdiri dari 16 kecarnatan, 68 kelurahan, 633 RW, 2.899 RT dan 194.357 rurnah tangga dengan luas wilayah 118,50 Krn2. Kota Bogor terrnasuk dalarn kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) yang secara geografis di sebelah selatan berbatasan dengan Kecarnatan Ciawi dan Kecarnatan Ciornas Kabupaten Bogor, sebelah utara berbatasan dengan Kecarnatan Sukaraja, sebelah tirnur berbatasan dengan Kecarnatan Ciawi dan Kecarnatan Sukaraja Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecarnatan Kernang dan Kecarnatan Drarnaga Kabupaten Bogor. Kota Bogor juga rnerupakan pintu gerbang Jawa Barat karena letaknya di persirnpangan jalan antara Jakarta-Bandung-Sukaburni-Leuwiliang. Menurut garis lintang dan bujur pada peta burni, Kota Bogor terletak pada posisi 106" 43' Bujur Tirnur (BT) sarnpai dengan 106" 51' BT dan 6" 30' Lintang Selatan (LS) sarnpai dengan 6" 41' LS. Ketinggian rata-rata minimal 190 meter di atas perrnukaan laut, dengan jarak dari ibukota negara kurang lebih 60 Krn.
Sebagai kota yang berjarak relatif dekat dengan Jakarta, Kota Bogor
rnenjadi salah satu alternatif para commuter untuk tinggal. Diperkirakan setiap hari 200.000 penduduk Kota Bogor rnelakukan perjalanan bolak-balik BogorJakarta-Bogor. Posisi tersebut juga rnenernpatkan Kota Bogor sebagai kota transit bagi pekerja yang tinggal di wilayah selatan dari Kota Bogor (Cibeduk, Cijeruk, Ciornas, Ciarnpea, Leuwiliang, dan Jasinga) dan bekerja di Jakarta. Kota Bogor rnenjadi sirnpul pergerakan rnanusia dengan rnobilitas penduduk yang tinggi. Tidak kurang 18 juta orang rnenggunakan kereta api dari Bogor per tahunnya dan jurnlah kendaraan yang rnenggunakan to1 Jagorawi dari dan ke Kota Bogor rnencapai 30.000 kendaraan per hari. Mobilitas penduduk daerah selatan dari Kota Bogor tersebut selalu rnelewati wilayah Kecarnatan Bogor Barat untuk masuk ke Terminal Bubulak dan Baranang Siang atau Stasiun Kereta Api Bogor (Dinas Perrnukirnan Kota Bogor 2004).
4.1.1 Kependudukan
Perkembangan penduduk Kota Bogor selama lima tahun terakhir (2000 2004) disajikan pada Tabel 5. Pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan pada tahun 2001, yakni sebesar 6.3% dari tahun sebelumnya sebesar 2,4%. Pada tahun 2004 jurnlah penduduk Kota Bogor sebanyak 831.571 jiwa, dengan luas wilayah 118,50 Km2. Kepadatan rata-rata penduduk Kota Bogor pada tahun 2004 adalah sebesar 7.017 jiwa per Km2. Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 hingga 2004, rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Bogor sebesar 35% per tahun. Jumlah penduduk Kota Bogor tersebut terdiri atas 424.819 orang laki-laki dan 406.752 orang perempuan atau sex ratio 104% artinya setiap 104 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan (BPS Kota Bogor 2005). Tabel 5. Perkembangan Penduduk Kota Bogor Tahun 2000 - 2004. No
Tahun
5.
2004
Jumlah Penduduk (jiwa)
831.571 Rata-rata Surnber: Diolah dari BPS Kota Bogor, 2005
Perturnbuhan (%)
1,3 3,5
Berdasarkan penyebaran penduduk, Kecarnatan Bogor Barat mempunyai jurnlah penduduk yang paling banyak (22,2%), lalu diikuti oleh Kecarnatan Bogor Selatan (19,6%) dan Kecarnatan Tanah Sareal (18,1%) (Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bogor 2005). Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bogor Barat (184.464 jiwa), diikuti oleh Kecarnatan Bogor Selatan (163.295 jiwa) Kecamatan Tanah Sareal (150.636 jiwa), Kecarnatan Bogor Utara (148.107 jiwa), Kecarnatan Bogor Tengah (101.162 jiwa), serta Kecamatan Bogor Timur (83.907 jiwa). selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Data
Tabel 6.
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2004. Jumlah Kepadatan Luas No Kecamatan Penduduk Penduduk KK (KM') (jiwa) (jiwa/km2) 1 Bogor Selatan 28,61 163.295 39.050 5.708 Bogor Timur 10,15 2 83.907 18.594 8.267 ~ o g o Utara r 3 17,72 148.107 35.187 8.358 4 Bogor Tengah 8,33 101.162 24.256 12.144 5 Bogor Barat 32,62 184.464 41.753 5.655 Tanah Sareal 6 21.07 150.636 35.517 7.149 Jumlah 118:50 831.571 194.357 7.017 Sumber: BPS Kota Bogor, 2005. Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rata-rata kepadatan penduduk Kota Bogor sebesar 70 oranglha atau 7.017 oranglkm2. Terdapat dua kecamatan
yang paling jarang penduduknya dibandingkan rata-rata kepadatan penduduk Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Selatan (5.708 jiwalkm2) dan Kecamatan Bogor Barat (5.655 jiwalkm2). Kecamatan paling padat penduduknya adalah Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 12.144 jiwalkm2. 4.1.2 Kondisi Persampahan d i Kota Bogor
Pengelolaan sarnpah di Kota Bogor merupakan tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, yang sejak tahun 1992 telah menggunakan Ternpat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. TPA Galuga terletak 25 krn dari Pusat Kota Bogor dengan areal seluas 13,6 ha (13,6 x
Km3. Kegiatan TPA sampah
Galuga sejak awal dioperasikan menggunakan sistern terbuka (open dumping). Penanganan sarnpah di Galuga saat ini dilakukan dengan sistem controlled landfill yaitu peralihan antara sistem open dumping dan sanitary landfill atau pembuangan di tempat terbuka dengan pemadatan menggunakan alat-alat berat dilengkapi dengan pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate)..serta pipa penyalur gas. Sampah dimusnahkan dengan cara membenamkan atau mernadatkan ke dalam cekungan-cekungan rawa. Sistem penanganan sampah yang dilakukan adalah sebagai berikut: sarnpah dikumpulkan di bak-bak sampah, diangkut dengan gerobak sampah dan ditumpuk di kontainer-kontainer, ataupun di TPS komunalrrPS depo, kemudian diangkut dengan truk atau annroll truck dan dibuang ke TPA.
Dalam arus
perpindahan sampah mulai dari sumbernya sampai ke TPA, terjadi proses
pernulungan sarnpah anorganik seperti plastik, kertas, kardus, besi, aluminium dan lain-lain oleh para pernulung. Data persarnpahan Kota Bogor tersaji dalarn Tabel 7.
Menurut data
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, luas wilayah Kota Bogor 11.857 Ha dengan produksi sarnpah tercatat untuk tahun 2003 sebesar 2.124 rn3 per hari dan pada tahun 2004 rneningkat rnenjadi 2.208 rn3per hari atau dengan kata lain selarna satu tahun tersebut terjadi peningkatan produksi sarnpah dari 764.477 rn3per tahun rnenjadi sebesar 794.773 rn3 per tahun. Jurnlah sarnpah yang terangkut juga rneningkat, pada tahun 2003 jurnlah sarnpah terangkut sebesar 1.437 rn3 per hail atau 524.500 rn3 per tahun, pada tahun 2004 rnenjadi sebesar 1.492 rn3 per hari yang berarti 544.500 rn3 per tahun.
Secara
persentase jurnlah sarnpah yang terangkut relatif sarna yaitu sebesar 68%. Tabel 7. Data Persarnpahan Kota Bogor 2002-2005 DESKRlPSl 2002 2003
2004
Luas wilayah Kota (Krn2) 118,57 118,57 118,57 77,07 799 80,03 Luas wilayah terlayani (Krn2) % wilayah terlayani 68% 68% 67% Standar tirnbunan sarnpah per Itloranglhari 2,70 2,69 2,69 Jurnlah tirnbunan/Produksi sarnpah/rn3/tahun 757.563 764.477 794.773 Jurnlah timbunanlproduksi sarnpahlrn31hari Jurnlah sarnpah terangkut 514.500 524.500 544.500 (rn3/tahun) Jurnlah sarnpah terangkut 1.410 1.444 1.492 (rn3/hari) % sarnpah terangkut 67% 68% 68% Jurnlah ritasilhari 176 180 187 Jurnlah angkutan efektif 65 65 67 2,7 23 2,8 Ritasi per truWhari18rn3 Surnber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, 2005.
2005 118,57 80,03 68% 2,69 816.477
555.204 1.520 68% 190 69 2,7 .
Besarnya tirnbulan dan jurnlah sarnpah terangkut per surnber sarnpah tahun 2004 tersaji pada Tabel 8.
Sarnpah pernukirnan rnerupakan surnber
sarnpah terbesar di Kota Bogor, sebesar 61% atau 1.347 rn3per hari dan dari surnber sarnpah pemukirnan ini sebesar 770 rn3 yang dapat terangkut dan terpindahkan ke TPA Galuga.
Tabel 8. Tirnbulan dan Jurnlah Sarnpah Terangkut Per Surnber Sarnpah pada Tahun 2004 No Surnber Sampah Tirnbulan Surnber Terangkut % (m3) Sarnpah (rn3)
,
IOL\ ,Q,
1 2 3 4 5 6
Pernukirnan Pasar Pertokoan, restoran &hotel Fasilitas urnurn dan sosial Sapuan ialan ~ a w a s a nindustri Jumlah
1.347 282 179 142 99 159 2.208
61,O 12,8 8,1 64 4.5 72 100,O
770 243 150 106 84 139 1.492
51,6 16,3 10,l 7,1 5.6 9,3 100,O
Surnber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, 2005. 4.1.3 Sarana dan Prasarana Kebersihan
Dalarn menjalankan aktivitas penanganan sampah Dinas Lingkungan hidup dan Kebersihan Kota Bogor dilengkapi dengan sarana yang ternyata rnasih belurn rnernadai untuk rnelayani rnasyarakat secara keseluruhan. Armada pengangkutan sebanyak 54 dump truck dengan kapasitas isi 8 rn3, yang layak pakai sejurnlah 52 unit dump truk,
amroll truck dengan
kapasitas 6 rn3 sebanyak 19 unit, yang layak pakai 17 unit. Truk bak kayu 1 unit, kijang operasional4 unit dan container 98 unit. Alat berat sebanyak 5 unit terdiri dari bulldozer 2 unit, track loader, wheel loader, dan excavator masing-masing 1 unit. Alat berat dioperasikan di TPA Galuga. Jurnlah TPS kornunal tersedia sebanyak 471 unit tersebar di seluruh Kota Bogor, gerobak sampah sebanyak 289 unit, narnun sebagian peralatan tersebut rnengalami kerusakan dan rnernerlukan perbaikan atau penggantian dengan yang baru. persarnpahan
Dinas
Lingkungan
selengkapnya tersaji pada Tabel 9.
Hidup
dan
Data peralatan
Kebersihan Kota
Bogor
Tabel 9. Jenis Sarana yang Dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor Jenis Sarana (unit) 2001 2002 2003 2004 Dump Truck
50
50
52
54 *
Armroll Truck
14
16
17
19 *
Truk bak kayulbesi
1
1
1
1
Kendaraan operasional
4
4
4
4
TPS Kornunal
448
47 1
471
471
Gerobak sarnpah
70
109
259
289
Bulldozer Track loader Wheel loader Excavator Container
Catatan: * 52 Dump Truck yang layak pakai, 2 buah Dump Truck rusak berat. * 17 Armroll Truck yang layak pakai. 2 buah Armroll Truckrusak berat. Surnber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Bogor. 2005. Keterbatasan dana juga rnenjadi perrnasalahan dalarn pengelolaan sarnpah di Kota Bogor. Jika dilihat biaya pengelolaan kebersihan dibandingkan dengan penerirnaan dari restribusi kebersihan rnaka besarnya subsidi dari APBD rnasih relatif besar (Tabel 10). Tabel 10. Anggaran Belanja Kebersihan dan Penerimaan Retribusi Tahun 2001 s.d. 2004 Tahun Target Realisasi Anggaran Subsidi % penerimaan penerirnaan belanja (Rp) (RP) subsidi . . .. ~. (RP) (Rp) 2001 1.750.400.000 1.782.181.800 4.289.430.000 2.507.248.200 58 ~
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Bogor, 2005. Pada Tabel 10 disajikan anggaran dana untuk kebersihan, keindahan dan ketertiban (K3) yang terdapat pada Dinas Lingkungan hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Pada tahun 2003 jurnlah anggaran rnencapai 6,884 rniiyar rupiah dan
pada tahun 2004 rnenjadi 7,007 rnilyar rupiah, sedangkan penerirnaan dari retribusi sarnpah sebesar 1,769 rnilyar rupiah pada tahun 2003 dan rnenjadi 2 rnilyar rupiah pada tahun 2004. Kondisi tersebut tetap rnengakibatkan subsidi APBD Pernerintah Kota Bogor untuk pengelolaan sarnpah rnasih cukup besar yaitu dari 74% tahun 2003 rnenjadi 71% pada tahun 2004. Berdasarkan anggaran pengelolaan kebersihan tersebut, rnaka biaya pengelolaan per meter kubik sarnpah dapat dihitung sebagai berikut: 7.007.420.000 rupiah : 544.500 rn3sarnpah terangkut, yaitu sebesar i 13.000 rupiah per rn3. Beban per sistern pengelolaan dan per meter kubik sarnpah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Anggaran Pengelolaan Per Meter Kubik Sarnpah. Sistern pengelolaan Pengurnpulan
Anggaran (Rupiah)
Biaya (Rupiah/rn3)
420.445.200
772
Angkutan
4.905.194.000
9.000
TPA
1.681.780.800
3.100
Jurnlah
7.007.420.000
13.000
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. 2005 Pada Tabel 11 terlihat bahwa alokasi anggaran pengelolaan terbesar adalah pada biaya angkutan sarnpah ke TPA sebesar 4.905.194.000 rupiah atau sebesar 9.000 rupiah per rn3.
Biaya terbesar berikutnya pada kegiatan
pengolahan sarnpah di TPA sebesar 1.681.780.800 rupiah atau 3.100 rupiah per rn3. 4.1.4 Teknik Operasional
Operasional pengelolaan sarnpah di Kota Bogor secara urnurn rneliputi; pengurnpulan, pengangkutan, pernbuangan dan pengolahan. Daerah pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dibagi rnenjadi 4, yaitu: 1. Daerah Perrnukirnan
-
Pernukirnan teratur yaitu pernukirnan dengan kondisi struktur jalan dan perurnahan teratur, pada urnurnnya rnerupakan pernukirnan rnasyarakat tingkat penghasilan tinggilrnenengah.
-
Pernukirnan tak teratur yaitu pernukirnan dengan kondisi struktur jalan dan perurnahan yang belurn teratur, perkarnpungan, gang-gang sernpit
atau daerah perrnukirnan kurnuh pada urnurnnya rnerupakan pernukirnan rnasyarakat dengan tingkat penghasilan rendah
2. Daerah Kornersial Daerah kornersial rnerupakan daerah perdagangan, usaha dan jasa yang dibagi atas: pertokoan, pasar, dan industri.
3. Fasilitas Urnurn Fasilitas urnurn ini rneliputi; ternpat hiburan, tarnan kota, dan perkantoran. 4. Penyapuan Jalan, selokan dan tarnan jalur
Sistern pengurnpulan dan penyapuan dibagi dalarn 3 kategori yang disesuaikan dengan tirnbulan sarnpah yang dihasilkan oleh daerah tersebut, yaitu: a) Daerah primer/protokol/komersial dengan tirnbulan sarnpah tinggi rnendapat layanan 3x penyapuan dalarn satu hari yaitu rnencakup 16,67% daerah layanan. b) Daerah sekunder/pmtokol/komersial dengan tirnbulan sarnpah sedang rnendapat layanan 2x penyapuan dalarn satu hari, rnencakup 11,11% daerah layanan c) Daerah tersier dengan tirnbulan sarnpah sedanglkurang, rnendapat layanan
lx penyapuan dalarn satu hari yaitu rnencakup 72,22% daerah layanan. Pelayanan angkutan dibagi dalarn 3 kategori yang disesuaikan dengan tirnbulan sarnpah yang dihasilkan oleh daerah tersebut, rnencakup 405 TPS dengan pola angkutan sebagai berikut: a) Daerah Prirnerlprotokollkornersial dengan tirnbulan sarnpah tinggi rnendapat layanan 2x pengangkutan dalarn satu hari yaitu mencakup 28% dari layanan atau 73 TPS yaitu TPS di jalan protokol utarna dan TPS pasar-pasar besar. b) Daerah sekunderlprotokollkornersial dengan tirnbulan sarnpah sedang rnendapat layanan lx pengangkutan dalam satu hari yaitu rnencakup 30% dari layanan atau 106 TPS, yaitu TPS di lingkungan perurnahan padat,depo sarnpah dan container. c) Daerah Tersier dengan tirnbulan sarnpah kuranglsedang rnendapat layanan
lx pengangkutan dalarn satu hari yaitu rnencakup 48% dari layanan atau 201 TPS yaitu TPS kornunal, pernukirnan dan TPS yang terjadwal. Pengelolaan sarnpah rnenjadi tugas bidang kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan UPTD TPA Galuga. Petugas kebersihan sebanyak
279 orang, terdiri dari:
-
Petugas administrasi 1 orang Koordinator wilayah 2 orang Pengawas 11 orang (pengawas wilayahlkecamatan 6 orang; pengawas pasar 4 orang dan pengawas depo 1 orang)
-
Sopir 67 orang dan petugas lapangan (kru) 198 orang Terdapat sebanyak 10 TPS Depo di Kota Bogor yang terletak di wilayah
permukiman penduduk.
Dalam melaksanakan tugas, petugas kebersihan
tersebut beium dilengkapi dengan atribut standar keamanan dan kesehatan seperti pakaian seragam, sarung tangan, pelayanan kesehatan, ansuransi kesehatan dan lain-lain. Sistem pembuangan atau pengolahan sampah di TPA Galuga adalah dengan sistem controlled landfill. Sebagian sampah khususnya sampah pasar diolah dengan teknologi pengomposan. Teknologi lain yang digunakan oleh Kota Bogor adalah incinerator. Ada dua unit incineratorterletak di Pasar Bogor dan di jalan Paledang. Namun saat ini kedua unit incineratortersebut tidak difungsikan karena permasalahan terbatasnya kemampuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan untuk anggaran bahan bakar dan perahkitan mesin. Kerjasama pernerintah dengan
swasta
dilakukan dalam
proses
pengomposan di TPA Galuga. Ada sebanyak 52 orang karyawan yang bekerja pada usaha pengomposan
dengan kemampuan produksi sebesar 20 ton
kompos per hari atau sekitar 600 tonlbulan. 4.1.5
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor adalah penanggung
jawab program kebersihan di Kota Bogor. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2004 tentang Organisasi Perangkat Daerah, struktur organisasi Dinas Kebersihan Kota Bogor dipimpin oleh seorang kepala dinas, yang dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dibantu oleh bagian tata usaha, sub bagian umum, sub bagian keuangan dan lain-lain seperti terlihat pada Gambar 6. Tugas pelayanan kebersihan berupa penyapuan dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga dilaksanakan oleh bidang kebersihan yang membawahi seksi yaitu seksi penyapuan dan seksi
pengangkutan. Sedangkan tugas operasional di TPA di pimpin oleh seorang kepala Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) TPA.
k r y J , Bagian Tata
Sub Bagian
Bidang Pencegahan Dampak Lin&ungan
Seksi Analisis Dampak Lingkungan
Seksi Pembinaan dan Kemitnan Lingkungan
Sub Bagian Keuangan
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Konservasi
Bidang Kebersihan
Seksi Pm_eendalian Pencemaran Lingkungan
Seksi Penyapuan
Seksi Pemulihan Kualitas dan Sumber Daya
I
UPTD TP*
Seksi Pengangkut
I
Gambar 6. Bagan Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Bogor (Surnber: Sekretariat Daerah Kota Bogor. 2004).
Pengelolaan sarnpah perrnukirnan di
Kota Bogor secara teknis
dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Bidang Kebersihan bertanggung jawab rnengangkut sarnpah perrnukirnan yang telah dikurnpulkan di TPS-TPS untuk dibawa ke Ternpat Pengelolaan Akhir sarnpah di Galuga. Tidak sernua wilayah di Kota Bogor rnendapatkan pelayanan kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Seluruh kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah, sebagian kelurahan di Kecarnatan Bogor Barat seperti Kelurahan Menteng, Sernplak, dan sebagian wilayah Kelurahan Gunung Batu, Loji dan Cilendek telah rnendapatkan pelayanan tersebut.
Beberapa
kelurahan lainnya seperti Kelurahan Situgede, Margajaya, Balurnbang jaya sebagian Kelurahan Sindang Barang dan Bubulak belurn rnendapatkan pelayanan kebersihan. Data selengkapnya tersaji pada Larnpiran 1. Pengelolaan sarnpah di beberapa kelurahan yang belurn rnendapatkan pelayanan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dilakukan secara swadaya oleh rnasyarakat. Masyarakat atau rurnah tangga rnernbuang sarnpahnya di pekarangan rurnah dengan rnernbuat lubang ternpat sarnpah. Sarnpah yang dihasilkan ditimbun atau dibakar di lubang sarnpah tersebut. Sebagian rnasyarakat juga rnernbuang sarnpah di lahan yang kosong, ke sungai dan selokan yang arah aliran airnya rnenuju sungai. Belurn ada
perlakuan dalarn
pengelolaan secara swadaya
ini.
Masyarakat rnernbuang sarnpah perrnukirnan tersebut tanpa proses pernilahan. Sarnpah dengan berbagai jenis bercarnpur langsung dibuang ke lahan kosong, pekarangan dan sungai.
Dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan, secara
urnurn dapat dikelornpokkan sebagai berikut: 1. Rurnah tangga langsung mernbuang sarnpahnya ke sungai atau lahan kosong 2. Sarnpah perrnukirnan dibuang ke pekarangan rurnah dengan terlebih dulu
rnernbuat lubang sarnpah. Sarnpah yang dihasilkan dibuang ke lubang sarnpah dengan rnernbakarnya terlebih dulu atau dibiarkan terbuka dan setelah penuh lubang sarnpah penuh dilakukan penirnbunan. 3. Sarnpah perrnukirnan rnelalui tahap pewadahan, diarnbil petugas keliling
dengan gerobak ke TPS, kernudian dipindahkan dan diangkut oleh rnobil truk sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor ke TPA Galuga.
4. Sarnpah rurnah tangga langsung dibawa ke TPS oleh rnasyarakat kemudian dari TPS dipindahkan ke rnobil truk sarnpah dan diangkut ke TPA.
Tabel 12. Data Persarnpahan Per Kecarnatan di Kota Bogor DESKRlPSl Bogor Bogor Bogor Bogor Barat Selatan Timur Utara Luas wilayah Kota (KmZ) 32,85 10,15 17,72 28,61 Luas wilayah terlayani (Km7 24.63 2.28 8.42 12,40
Tanah sareal 21,07 17,27
Bogor Tengah 8,33 8.33
Jumlah penduduk (jiwa) Standar trnbln per IVoranglhari Jumlah penduduk terlayani (jiwa) Jumlah timbunan sampahlrnYtahun Jumlah timbunan sampahlm3lhari Sampah terangkut (m3ltahun) Jumlah sampah terangkut (m3/hari) Jumlah ritasilhari (@ truk=8 m3 ) % wilayah terlayani Sumber: Hasil Analisis. 2005
Tabel 12. rnenunjukkan tirnbulan sarnpah per kecarnatan di Kota Bogor. Tirnbulan sarnpah terbesar di Kecarnatan Bogor Barat sebesar 4 8 9 rn3/hari atau
176.040 rn3/tahun.
Tirnbulan sarnpah terkecil di Kecarnatan Bogor Timur
sebesar 81.000 rn3/tahun. Jurnlah sarnpah terangkut di Kecarnatan Bogor Barat sebesar 372 rn3/hari atau 133.920 m3/tahun yang berarti baru 75% tirnbulan sarnpah di Kecarnatan Bogor Barat terangkut, sisanya sebesar 25% dibuang di ternpat terbuka, sungai dan dibakar. Kecarnatan Bogor Tengah merupakan wilayah yang terlayani 100%. Hal ini berarti sernua tirnbulan sarnpah yang dihasilkan penduduk di kecarnatan ini dapat terangkut sernua ke TPA, sernentara kecarnatan yang
paling kecil
persentase penduduk yang terlayani oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan adalah Kecarnatan Bogor Selatan yaitu sebesar 8%, sisanya sebesar
92% tirnbulan sarnpah di Kecarnatan Bogor Selatan tidak terangkut. Besarnya tirnbulan sampah di kecarnatan ini yang tidak terangkut ke TPA dimungkinkan dikelola sendiri oleh warga
4.1.6 Karakteristik Personal Masyarakat
Analisis ini dilakukan untuk rnelihat aktivitas rnasyarakat sehari-hari dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor saat ini dengan rnernperhatikan karakteristik personal rnasyarakat yang diyakini rnenjadi faktor pernicu perilaku seseorang dan rnernbandingkan antara penduduk yang tinggal di perurnahan tertata dan tidak tertata. Karakteristik personal rnerupakan atribut yang rnelekat pada diri seseorang yang akan rnenarnpilkan bentuk perilaku dalarn kehidupannya. Atribut karakteristik personal yang digunakan dalarn rnelihat perilaku rnasyarakat dalarn penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, status ternpat tinggal dan status kependudukan (penduduk asli atau pendatang). Hal ini sejalan dengan pendapat Kotler dalarn Mersyah (2004) bahwa ada dua bentuk karakteristik personal yaitu; 1) karakteristik dernografik yang rneliputi urnur, jenis kelarnin, ukuran keluarga, daur kehidupan dalarn keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agarna, ras, kebangsaan dan tingkat sosial, 2) karakteristik psikografik yang rneliputi gaya hidup dan kepribadian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% urnur kepala keluarga di Kota Bogor di bawah 50 tahun dan sisanya berusia di atas 50 tahun.
Hal ini
rnenunjukkan bahwa rata-rata kepala keluarga di Kota Bogor tergolong usia produktif.
Hasil uji t-student rnenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata rata-rata urnur kepala keluarga yang tinggal di perurnahan tertata dengan yang tidak tertata pada
= 0,05 (Tabel 13).
Tingkat pendidikan rnasyarakat di Kota Bogor beragarn.
Persentase
terbesar adalah lulusan SLTA sebesar 47%, kernudian lulusan Diploma hingga sarjana 36% dan lulusan SLTP dan SD 9% sisanya tidak sekolah atau tidak tarnat Sekolah Dasar dan Lulusan S3. Hasil uji Mann-Withney rnenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata tingkat pendidikan rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dengan yang tinggal di perurnahan yang tidak tertata pada oc0,05 (Tabel 13). Hal ini berarti rata-rata tingkat pendidikan rnasyarakat relatif sarna dan tersebar di perurnahan yang tertata dan tidak tertata.
Tabel 13. Karakteristik Personal Masyarakat Hasil Uji T-Student dan Uji Mann-Withney. RUMAH TlDAK TERTATA NO KARAKTERlSTlK VS RUMAH TERTATA MASYARAUAT Statistik Uji
P-Value
1
Urnur
T = 0,42
P = 0,672
2
Tingkat Pendidikan
W=4115
P = 0,3090
3
Jenis Pekerjaan
W = 3871
P = 0,2536
4
Tingkat Penghasilan
W = 3960,5
P = 0,7289
5
Status Rurnah
W = 4009
P = 0,9398
6
Status Kependudukan
W = 4087
P = 0,4421
* Berbeda nyata,
ac 0,05
Hasil uji Mann-Withney pada oc0,05
rnenunjukkan bahwa jenis
pekerjaan untuk rnasyarakat di perurnahan tertata dan tidak tertata tidak berbeda nyata. Jenis pekerjaan rnasyarakat untuk sernua kelornpok perurnahan baik tertata rnaupun tidak tertata sebagian besar adalah pegawailkaryawan swasta 34%, pedagang dan wiraswasta 26% sisanya pegawai negeri, TNI, Polri, pengusaha, petani dan lain-lain. Hasil uji Mann-Withney pada a0,05
juga
rnenunjukkan
bahwa
penghasilan rata-rata kepala keluarga di perurnahan tertata dan tidak tertata tidak berbeda nyata. Sebanyak 8% kepala keluarga berpenghasilan rata-rata kurang dari
lirna
ratus ribu rupiah, sebanyak
35% kepala keluarga
berpenghasilan lirna ratus ribu rupiah sarnpai satu juta rupiah per bulan, sebanyak 19% kepala keluarga berpenghasilan satu juta sarnpai satu juta lirna ratus ribu rupiah per bulan, sebanyak 31% kepala keluarga berpenghasilan satu setengah juta sarnpai tiga juta rupiah per bulan, sebanyak 6% kepala keluarga berpenghasilan lebih dari 3 juta rupiah per bulan. Persentase rnasyarakat yang rurnahnya berstatus rnilik sendiri sebesar 74% dan 24% sisanya rnenyatakan rnenurnpang, kontrak atau sewa. Status kependudukan sebagian besar adalah penduduk asli Bogor dan 30% sisanya rnerupakan pendatang.
Hasil uji Mann-Withney pada =0,05 rnenunjukkan
bahwa Karakteristik rnasyarakat dalarn kepernilikan rurnah dan status kependudukan tidak berbeda nyata antara rnasyarakat yang tinggal diperurnahan
tertata dan yang tinggal diperurnahan tertata.
Hasil uji Mann-Withney pada
cc 0,05. tersebut selengkapnya tersaji pada Tabel 13.
4.1.7 Perilaku Masyarakat dalarn Pengelolaan Sampah
Perilaku individu untuk rnelakukan aktivitas pengelolaan sarnpah tirnbul berdasarkan dorongan yang ada dalarn diri individu yang bersangkutan untuk melakukan tindakan tertentu keinginannya.
yang
sesuai
dengan
pengetahuan
Menurut Parnbudy (1999) ada beberapa prinsip dasar
dan yang
dirniliki setiap individu sehubungan dengan perilaku, yaitu; I) individu rnerniliki perbedaan perilaku, 2) individu rnernpunyai kebutuhan yang berbeda, 3) individu berfikir tentang rnasa depan dan rnernbuat pilihan tentang bagairnana bertindak, 4) individu rnernaharni lingkungannya, 5) individu rnerniliki reaksi terdap aksi,
dan 6) banyak faktor yang rnenentukan sikap dan perilaku. Perilaku rnasyarakat dalarn rnelakukan kegiatan pengelolaan sarnpah di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal rnaupun aksternal. Faktor eksternal berupa sosial, budaya, ekonomi, teknologi,
dan lain-lain, sedangkan yang
termasuk faktor internal adalah urnur, tingkat pendidikan, agarna, jenis kelarnin, dan lain-lain. Kondisi sosial rnasyarakat yang rnasih terbiasa dengan nilai-nilai tradisional dalarn
kehidupan sehari-hari rnerniliki kecenderungan untuk
berperilaku yang sarna ketika yang bersangkutan melakukan kegiatan pengelolaan sarnpah. Ada beberapa perilaku rnasyarakat yang diarnati dalarn penelitian ini antara lain kernana rnernbuang sarnpah sehari-hari, pernilahan sarnpah organik dan anorganik, rnernbantu petugas sarnpah, rnernbayar iuran sarnpah, aktivitas penyuluhan, aktivitas gotong royong kebersihan lingkungan, rnernberi gagasan kebersihan, perilaku rnernbuang sarnpah di jalan, dan sikap rnelihat orang rnernbuang sarnpah sernbarangan. Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa perilaku rnasyarakat dalarn rnernbuang sarnpah sehari-hari berbeda persentase antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan tidak tertata. Pada rnasyarakat yang tinggal di perrnukirnan tidak tertata rnenyatakan rnernasukkan sarnpah rurnah tangga ke dalarn wadah atau kantong plastik kernudian ada petugas yang mengarnbil sarnpah tersebut sebesar 52,5% dan rnernbawa ke Tempat Penarnpungan Sernentara (TPS) sebesar 20,0%. Sebesar 73,6% rnasyarakat yang tinggal di perrnukirnan tertata rnenyatakan rnernasukkan sarnpah rurnah tangga ke dalarn wadah atau kantong plastik kernudian ada petugas yang rnengarnbilnya,
sedangkan yang langsung rnernbawa sarnpah rurnah tangga ke TPS di dekat rumah rnereka sebesar 20,0% (Tabel 14). Sebesar 27,5% rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tidak tertata dan 15,7% rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata rnenyatakan tidak rnendapat pelayanan kebersihan oleh petugas kebersihan dan rnernbuang sarnpahnya dengan cara rnernbakar, di buang ke lahan terbuka atau tanah kosong (open dumping) serta ke sungai (Tabel 14). Besarnya angka persentase rnasyarakat yang tidak rnendapat pelayanan kebersihan karena beberapa kelurahan di Kota Bogor belurn rnendapat pelayanan kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Tabel 14. Perilaku Responden dalarn Mernbuang, Mernilah, Mernbayar Retribusi Sarnpah dan Hasil Uji Mann-Withney Perurnahan Uji Mann-Withney Tidak Perilaku Responden Tertata Statistik Nilai P Tertata /OL\
Membuang sampah sehari-hari Dibakarllahankosonglsungai Wadah plastik-diambil petugas Dibawa ke TPS
27,5 52,5 20,O
Memilah sampah organik & anorganik 68,75 Tidak pernah Kadangkadang 31,25 Rutin Membayar iuran kebersihan Tidak pemah Kadang-kadang Rutin * Berbeda nyata, K 0,05
(%)
Uji
W.3981
P= 0,8694
W=4037,5
P= 0.7423
15,7 73,6 10,5
68,4 3157
W=3858,5 31,25 3,75 65,O
P= 0,2103
10,5 89,47
Hasil uji Mann-Withney pada ac0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata perilaku rnernbuang sampah antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan yang tertata dengan perurnahan yang tidak tertata. Hal ini dirnungkinkan karena ada perilaku rnasyarakat di rurnah tertata yang rnernusnahkan seluruh atau sebagian sarnpahnya dengan cara mernbakar. Lebih dari 85% rnasyarakat di perurnahan tertata rnendapat pelayanan kebersihan baik secara swadaya dengan rnembayar petugas khusus yang rnengumpulkan sarnpah dari tiap rurnah untuk dibawa ke TPS rnaupun rnendapat
pelayanan langsung dari truk sarnpah yang keliling, khususnya di jalur jalan protokol yang dilewati truk sarnpah. Perilaku rnasyarakat dalarn rnernilah sarnpah antara sarnpah organik dan anorganik adalah sebagai berikut: 68,75% rnasyarakat tidak pernah rnelakukan pernilahan dan 31,25% rnenyatakan kadang-kadang rnelakukan pernilahan. Hasil ini rnenunjukkan bahwa rata-rata rnasyarakat tidak rnelakukan pernilahan antara sarnpah organik dan anorganik. Perilaku tanpa pernilahan sarnpah ini sarna antara masyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan perurnahan tidak tertata. Seperti hasil uji Mann-Withney pada oc0,05 yang rnenunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara perilaku rnasyarakat di perurnahan tertata dan tidak tertata dalarn pernilahan sarnpah (Tabel 14). Sebesar 89,47% rnasyarakat di perurnahan tertata rnembayar retribusi kebersihan secara rutin dan 65% rnasyarakat di perurnahan yang tidak tertata rutin rnernbayar retribusi sarnpah (Tabel 15).
Pernbayaran retribusi sarnpah
langsung rnelalui PDAM dan pungutanliuran kebersihan di tingkat RT atau RW. Pernbayaran retribusi sarnpah bekerjasarna dengan PDAM dan besar tarif retribusi telah ditetapkan pernerintah daerah berdasarkan peraturan pernerintah daerah Nornor 01 Tahun 1999 tentang kebersihan, keindahan, dan ketertiban khususnya tentang pernungutan retribusi sarnpah. Pungutan iuran kebersihan di tingkat RT atau RW besarnya bervariasi sesuai kesepakatan warga. Masyarakat yang tidak rnernbayar retribusi kebersihan di perurnahan yang tertata sebesar
10,5% dan di perurnahan yang tidak tertata sebesar 31,25%. Masyarakat tidak rnernbayar retribusi kebersihan ini dikarenakan rnereka rnerasa tidak rnendapat pelayanan kebersihan atau pengangkutan sarnpah dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan seperti di Kelurahan Situgede, Margajaya, Balurnbang Jaya, sebagian Kelurahan Bubulak dan Sindang Barang. Masyarakat di perurnahan tertata juga ada yang tidak rnembayar retribusi sarnpah, karena rnereka rnernbuang sarnpahnya dengan cara pekarangan rurnah.
rnernbakar atau rnengubumya di
Hal ini diperkuat dengan hasil uji Mann-Withney yang
rnenunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata perilaku rnasyarakat dalarn rnernbayar retribusi kebersihan antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dengan yang tinggal di perurnahan yang tidak tertata. Dalarn rnernbantu petugas kebersihan, perilaku rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata lebih baik dibanding dengan rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tidak tertata. Sebesar 15,7% rnasyarakat yang tinggal di perurnahan
tertata rnernbantu petugas kebersihan dalarn pengangkut sarnpah sedangkan rnasyarakat yang tinggal di perurnahan yang tidak tertata sebesar 7,5 % yang rnernbantu petugas kebersihan. Hal ini ditunjukkan juga dengan hasil uji MannWithney pada a 0,05 yang rnenunjukkan adanya perbedaan yang nyata perilaku rnasyarakat dalarn rnernbantu petugas kebersihan antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan tidak tertata, seperti tersaji pada Tabel 15
Tabel 15. Perilaku Responden dalarn Mernbantu Petugas, Mengikuti Penyuluhan dan Kerja Bakti serta Hasil Uji Mann-Withney. Perurnahan Uji Mann-Withney Perilaku Responden Tidak Tertata Statistik Nilai P Tertata (%)
Membantu petugas Tidak pernah Kadang-kadang Rutin Mengikuti penyuluhan Dibakarllahankosonalsunaai Wadah plastik-diarnbil pe&as Dibawa ke TPS Mengikuti kerja bakti Tidak pernah Kadana-kadana Rutin * Berbeda nyata, a 0,05
-
-
(")
66,25 26,251 7,5
21,05 63,15 15,7
73.75 26\25
42.10 57189
20,O
10,5
Uji
W = 3706
P= 0,0091
(**I W=4079,5
P= 0,4827
Perilaku rnasyarakat dalarn rnengikuti kegiatan penyuluhan dan kerja bakti rnernbersihkan lingkungannya rnenunjukkan tidak ada perbedaan antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dengan yang tinggal di perurnahan tidak tertata. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Mann Withney pada =0,05, bahwa tidak ada perbedaan yang nyata untuk sernua kelornpok rnasyarakat baik yang tinggal di perurnahan tertata nrnaupun yang tinggal diperurnahan tidak tertata terhadap perilaku rnasyarakat dalarn rnengikuti kerja bakti dan kegiatan penyuluhan kebersihan, selengkapnya disajikan pada Tabel 15.
Rata-rata
rnasyarakat rnenyatakan kadang-kadang saja rnengikuti kerja bakti kebersihan di lingkungannya dan tidak pernah rnengikuti penyuluhan Pada Tabel 16 disajikan perilaku rnasyarakat dalarn rnernberikan gagasan tentang kebersihan dan pengelolaan sarnpah di lingkunganya. Masyarakat di
perurnahan tidak tertata rnengaku tidak pernah rnernberikan gagasan tentang kebersihan
dan
pengelolaan
sarnpah
sebesar
42,5%,
kadang-kadang,
rnemberikan gagasan sebesar 53,75% dan rnenyatakan sering rnemberikan gagasan sebesar 3,75%.
Pada perumahan tertata sebanyak 52,63%
rnasyarakatnya rnenyatakan tidak pernah terlibat mernberikan gagasan tentang kebersihan dan pengelolaan sampah dan 47,37% rnenyatakan kadang-kadang mernberikan gagasan tentang kebersihan.
Hal ini rnenunjukkan rnasih
rendahnya partisipasi rnasyarakat dalam rnernberikan gagasan dan usulan tentang pengelolaan sarnpah. Tabel 16. Perilaku Responden tentang Mernberi Gagasan, Sikap terhadap Orang Mernbuang Sampah Sembarangan dan Mernbuang Sarnpah di Jalan serta Hasil Uji Mann-Withney. Uji Mann-Withney Perurnahan Tertata Statistik Nilai P Perilaku Responden Tidak Tertata (%) Uji (0, \
W=4090,5
P= 0,4239
Sikap terhadap orang lain membuang sampah sembarangan W = 4127 Didiamkansaja 36,25 42,lO Diingatkan 18,75 5739 Dipungut 45,O
P =0,2610
Member1gagasan kebersihan Tidak pernah Kadang-kadang Sering
Membuang sampah di jalan Dibuang sembarangan Dibuang di ternpat sarnpah Dibawa pulang * Berbeda nyata, a 0,05
42,5 53,75 3,75
52,63 47,37
W=4051,5 3,75 96.25
P= 0,6504
10,5 89,7
Hasil uji Mann-Withney rnenunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata perilaku rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan perumahan yang tidak tertata dalarn rnernberikan gagasan tentang kebersihan dan pengelolaan sarnpah (Tabel 16). Hasil uji Mann-Withney juga rnenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap perilaku rnasyarakat di perurnahan tertata dan tidak tertata dalarn sikap terhadap orang yang rnembuang sarnpah sernbarangan (Tabel 16), namun secara persentase sikap masyarakat yang tinggal di perurnahan tidak tertata terhadap orang lain yang mernbuang sarnpah sernbarangan 36.25%
rnenyatakan rnendiarnkan saja, 18,75% rnengingatkan dan 45,0% rnenyatakan rnernungut sarnpah tersebut.
Data
ini
rnenunjukkan bahwa terdapat
pengetahuan yang relatif baik pada rnasyarakat tentang teori rnernbuang sarnpah yang baik.
Masyarakat sebenarnya sudah tahu bagairnana sebaiknya
rnernbuang sarnpah.
Kenyataan ini juga terlihat dari pendapat rnasyarakat
terhadap kuisioner bagairnana rnereka rnernbuang sarnpah dalan perjalanan. Sebesar 96,25% rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tidak tertata dan 89,7% rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata rnenyatakan sarnpah tersebut di rnasukkan di ternpat sarnpah.
Hasil uji Mann Withney pada oc0,05 juga
rnenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata perilaku rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan tidak tertata terhadap pernyataan rnernbuang sarnpah di jalan. Data selengkapnya tersaji pada Tabel 16. 4.1.8
Hubungan Karakteristik Personal Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Hasil uji statistik korelasi Ranks Spearrnans rnenunjukkan bahwa urnur
rnasyarakat pada sernua perurnahan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perilaku pengelolaan sarnpah. Garnbar 7 rnenunjukkan bahwa urnur tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku rnernbuang dan rnengelola sarnpah, karena untuk rnelakukan kegiatan rnernbuang dan rnengelola sarnpah tidak rnernerlukan spesifikasi urnur tertentu.
Faktor tingkat pendidikan rnasyarakat juga tidak
berkorelasi secara nyata terhadap perilaku pengelolaan sarnpah. Hal ini berarti tidak ada perbedaan dalarn perilaku pengelolaan sarnpah antara rnasyarakat yang berpendidikan rendah dengan rnasyarakat yang berpendidikan tinggi. Seharusnya sernakin tinggi tingkat pendidikan seseorang rnaka sernakin baik dalarn rnernbuang dan rnengelola sarnpah. Kenyataan ini sangat dirnungkinkan karena pendidikan yang tinggi tidak rnenjadi jarninan seseorang rnau untuk rnernbuang dan rnengelola sarnpah yang dihasilkannya.
Sistern kurikulurn
pendidikan kita juga tidak rnernuat pelajaran tentang pengelolaan sarnpah dan budaya rnernbuang dan rnengelola sarnpah. Faktor penghasilan rnasyarakat rnernberikan pengaruh nyata terhadap perilaku pengelolaan sarnpah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,216
(P = 0,032). Sernakin tinggi penghasilan rnasyarakat. rnaka
sernakin baik perilakunya dalarn pengelolaan sarnpah, dan sebaliknya, tingkat penghasilan yang sernakin rendah akan berdarnpak pada sernakin buruk
perilakunya dalarn pengelolaan sarnpah.
Hal ini dirnungkinkan karena
rnasyarakat atau rurnah tangga rnasih disibukkan dengan perrnasalahan pernenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga relatif bersikap rnasa bodoh dalarn rnernbuang dan rnengelola sarnpah yang dihasilkannya. Pada rnasyarakat yang tinggal di perurnahan yang tertata, perbedaan penghasilan tidak rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku pengelolaan sarnpah, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar r, = -0,010. Hal ini dirnungkinkan karena pada rnasyarakat yang tinggal di perurnahan yang tertata, urnurnnya telah berpenghasilan sarna sebesar tiga juta rupiah per bulan sehingga tidak rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku dalarn pengelolaan sarnpah. Jenis pekerjaan tidak mernpengaruhi sikap rnasyarakat terhadap perilaku pengelolaan sarnpah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik korelasi Ranks Spearrnans yang rnenunjukkan bahwa jenis pekerjaan rnasyarakat tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perilaku pengelolaan sarnpah dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,151 (P = 0,135).
Apapun jenis pekerjaan
rnasyarakat baik itu buruh, petani, pedagang, pegawai negeri dan pengusaha, sernuanya tidak rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku dalarn rnengelola sarnpah. Hasil yang sarna juga berlaku pada rnasyarakat yang tinggal di perrnukirnan tertata (r, = -0,190, P = 0,436) rnaupun tidak tertata (r, = -0,210, P = 0,062). Faktor status rurnah tinggal tidak rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik korelasi Ranks Spearrnans dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,140 (P = 0,166).
Hal yang sarna juga berlaku pada
rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata rnaupun yang tinggal di perurnahan tidak tertata. Selengkapnya disajikan pada Garnbar 7.
Hasil ini
rnernberikan garnbaran bahwa perbedaan status rurnah ternpat tinggal seperti rurnah kontrakan, rurnah sendirilwarisan atau rnenurnpang tidak rnernberikan pengaruh berbeda secara signifikan terhadap perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah. Faktor status kependudukan untuk sernua kelornpok perurnahan juga tidak berkorelasi secara nyata terhadap perilaku pengelolaan sarnpah. Hal ini rnengandung pengertian bahwa baik rnasyarakat asli rnaupun pendatang rnerniliki perilaku yang tidak berbeda dalarn pengelolaan sarnpah.
PERILAKU MASYARAKAT DAL AM PENGELOLAAN SAMPAH
* berbeda nyata, cc 0,05
Keterangan:
- - - - - - - - - - Pada perurnahan secara umum Pada perurnahan tidak tertata - .- .- .- .- .- .. Pada perumahan tertata
..................................
Gambar 7. Uji Korelasi Ranks Spearmans antara Karakteristik Personal Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Perrnukiman di Kota Bogor.
Hasil identifikasi terhadap sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan saat ini dan perilaku rnasyarakat di Kota Bogor dalarn pengelolaan sampah perrnukiman menunjukkan bahwa pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan belurn rnarnpu melayani sernua penduduk, kesadaran dan partisipasi masyarakat rnasih kurang. Hal ini akan berdarnpak pada banyaknya timbulan sarnpah yang tidak terangkut sehingga dapat menirnbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya perbaikan sistern pengelolaan sarnpah permukiman di Kota Bogor. Kondisi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan hasil analisis statistik perilaku masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan rnernberikan garnbaran tentang sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor pada kondisi saat ini (existing condition). Dari garnbaran kondisi saat ini (existing condition) tersebut diperoleh beberapa faktor penting dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan yaitu: (1) jurnlah penduduk; (2) perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah (3)
tingkat
penghasilan; (4) tirnbulan sampah;
(5) kornposisi sarnpah (6) jurnlah sarana kebersihan; (7) teknik operasional;
(8) jurnlah anggaran kebersihan; dan (9) letak TPA. 4.2 Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholders dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor, diperoleh daftar kebutuhan stakeholders seperti disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Analisis Kebutuhan stakeholders dalarn Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor. No Pelaku sistem Kebutuhan pelaku sistem 1 Pernerintah ~Kebersihandan keindahan kota daerahlDinas 'Biaya operasional pengelolaan rendah Lingkungan Hidup =Partisipasi rnasyarakat rneningkat dan Kebersihan 2 RurnahqTirnbulan sarnpah rendahlterangkut sernua tanggalresponden dengan pelayanan yang baiklsampah rurnah urnurn tangga terbuang dan terangkut ke TPA dgn arnan lbiaya restribusi sarnpah yang rnurah 3
Swastalpengusaha daur ulang
=Tirnbulansarnpah anorganik tinggi sehingga terjarnin bahan baku untuk daur ulang sampah =Modal untuk pengernbangan usaha
4
Pernulung
mTirnbulan sarnpah anorganik tinggi sehingga rnudah rnendapatkanjenis-jenis sarnpah yang dapat di daur ulang
5
LSM
qtirnbulan sarnpah rendah sehingga sarnpah tidak rnencernari lingkungan atau seluruh tirnbulan sarnpah terangkut ke TPA
Sumber: Hasil survei. 2005 Berdasarkan analisis kebutuhan stakeholders dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor, diperoleh tiga faktor penting dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan yaitu (1) tirnbulan sarnpah; (2) biaya pengelolaan kebersihan; dan (3) partisipasi rnasyarakat. 4.3 Analisis Prospektif
Analisis prospektif rnerupakan analisis yang rnarnpu rnengeksplorasi kernungkinan di rnasa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Analisis prospektif bertujuan untuk rnernpersiapkan tindakan
strategis di rnasa depan dengan cara rnenentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kernungkinan yang akan terjadi di rnasa depan. Berbagai kernungkinan keadaan di rnasa depan tersebut diforrnulasikan dalarn bentuk skenario strategi pengernbangan sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Ada tiga tahap analisis yang perlu dilakukan dalarn analisis prospektif, yaitu: 1) rnengidentifikasi faktor kuncilpenentu di rnasa depan;
2) rnenentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utarna; 3) mendefinisikan
dan rnendeskripsikan evolusi kernungkinan rnasa depan sekaligus rnenentukan strategi prioritas sesuai dengan surnberdaya yang dirniliki oleh para pelaku utarna dan irnplikasinya bagi sistern yang dikaji. Untuk rnenernukan faktor kuncilpenentu dalarn pengembangan sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep
3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) di rnasa yang akan datang dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: pertarna; identifikasi faktor penting apa saja yang rnernpengaruhi kinerja sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) yang diperoleh dari analisis kondisi saat ini. Kedua; analisis kebutuhan (need analysis) dari sernua pihak yang berkepentingan terhadap sistern yang dikaji (stakeholders).
Ketiga; analisis prospektif rnelalui diskusi para pakar dalarn
pengelolaan sarnpah. Analisis existing condition yang telah dilakukan yaitu identifikasi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dan analisis statistik perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan rnenghasilkan 9 faktor penting yaitu jurnlah penduduk, tingkat penghasilan, tirnbulan sarnpah, kornposisi sarnpah, jurnlah sarana kebersihan, teknik operasional, jurnlah anggaran kebersihan, letak TPA, dan perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Hasil identifikasi stakeholders dalam analisis
kebutuhan (need analysis) diperoleh 3 faktor penting yaitu: tirnbulan sarnpah, biaya pengelolaan kebersihan, dan partisipasi rnasyarakat, sedangkan hasil diskusi dengan pakar diperoleh 10 faktor penting dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor, yaitu: infrastruktur, dana pengelolaan kebersihan, perilaku rnasyarakat, teknologi, SDM petugas, jenis dan tirnbulan sarnpah, lokasi TPA, perda dan restribusi, kornitmen pernerintah, dan partisipasi. Pada Tabel 18 disajikan daftar faktor penting hasil survei, analisis kebutuhan dan diskusi pakar.
Tabel 18. Faktor-faktor Penting Gabungan dalarn Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor.
No 1 2 3 4
5 6 7
8 9 10 11 12
Su~ei Jurnlah penduduk Perilaku rnasyarakat Tingkat penghasilan Tirnbulan sarnpah Kornposisi sarnpah Jumlah sarana kebersihan Teknik operasional Jurnlah anggaran kebersihan Letak TPA
Analisis Kebutuhan
Prospektif (Pendapat Pakar)
-
-
Tirnbulan sarnpah
Biaya pengelolaan kebersihan
-
-
Partisipasi
-
-
Perilaku rnasyarakat
-
Jenis dan Tirnbulan sarnpah lnfrastruktur Teknologi Dana Lokasi TPA Partisipasi SDM petugas Perda dan restribusi Kornitrnen pernerintah
Seluruh faktor penting dari ketiga surnber faktor penting sistern tersebut direkapitulasi dan dikelornpokkan faktor-faktor penting yang sarna sehingga diperoleh 12 faktor penting sistern, yaitu: 1. Jurnlah penduduk 2. Perilaku rnasyarakat
3. Tingkat pendapatan 4. Jenis dan tirnbulan sarnpah
5. lnfrastruktur
6. Teknologi 7. Dana 8. Lokasi TPA
9. Partisipasi 10. SDM petugas
11. Perda dan retribusi 12. Kornitrnen pernerintah
Deskripsi masing-masing atribut tersebut adalah: 1. Jurnlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2004 sebesar 831.571 jiwa dengan rata-rata angka perturnbuhan penduduk sebesar 3,5% per tahun.
Jurnlah
penduduk yang cukup tinggi tersebut akan rnernpengaruhi jurnlah tirnbulan sarnpah yang dihasilkan. 2. Perilaku Masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah Perilaku Masyarakat dalarn rnelakukan kegiatan pengelolaan sarnpah perrnukirnan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal rnaupun eksternal. Faktor eksternal berupa kondisi sosial-budaya, ekonorni, teknologi, hukurn dan kelernbagaan, sedangkan yang terrnasuk faktor internal adalah urnur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, agarna, jenis kelarnin, dan lainlain. Perilaku rnasyarakat tersebut terlihatlterarnati
dalarn bentuk cara
rnernbuang sarnpah sehari-hari (ke sungai, di lahan kosong, dibakar, TPS dan pengornposan), pernilahan sarnpah organik dan anorganik, rnernbantu petugas sarnpah, rnernbayar iuran sarnpah, aktivitas rnengikuti kegiatan penyuluhan, aktivitas gotong royong kebersihan lingkungan, rnernberi gagasan kebersihan, perilaku rnernbuang sarnpah di jalan, dan sikap rnelihat orang rnernbuang sarnpah sernbarangan.
Perilaku rnasyarakat dalarn
pengelolaan sarnpah perrnukirnan urnurnnya sarna, yang ditunjukkan dengan tidak ada perbedaan yang nyata antara perilaku rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dengan yang tinggal di perurnahan tidak tertata. Sebagian rnasyarakat belurn rnenunjukkan perilaku yang baik dalarn pengelolaan sarnpah rurnahtangga. Persentase rnasyarakat yang berperilaku buruk dalarn pengelolaan sarnpah rurnah tangga sebesar 25% penduduk di Kota Bogor. Perilaku yang buruk ini dicirikan dari cara rnernbuang sarnpah rurnah tangga yang tanpa pernilahan antara sarnpah organik dan anorganik, sarnpah rurnah tangga dibuang ke sungai, lahan kosong atau dibakar, tidak pernah rnernbantu
petugas
kebersihan
dan
gotong
royong
rnernbersihkan
lingkungan, tidak pernah rnernbayar iuran kebersihan, dan sikap yang kurang peduli dengan kebersihan dan rnernbuang sarnpah tidak pada ternpatnya. 3. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan rnasyarakat, yaitu penghasilan per kepala keluarga di Kota Bogor. Hasil identifikasi dan analisis statistik dalarn existing condition rnenunjukkan bahwa tingkat pendapatan rnasyarakat rnernberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah.
Faktor penghasilan rnasyarakat rnerupakan karakteristik personal rnasyarakat yang berkorelasi secara nyata terhadap perilaku pengelolaan sarnpah, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,216 (P = 0,032). Sernakin tinggi penghasilan rnasyarakat rnernberikan darnpak yang positif terhadap perilaku dalarn
pengelolaan sarnpah yang
sernakin baik.
Karakteristik personal yang lain seperti urnur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status ternpat tinggal dan status kependudukan tidak rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan. 4. Jenis dan Volume sarnpah
Jenis sarnpah berdasarkan kornposisinya seperti sarnpah organik, plastik, karet, kertas, logarn, kaca, kain, kayu, dan lain-lain. Volume sarnpah yaitu persentase kornposisi sarnpah berdasarkan jenis sarnpah tersebut. Saat ini volume sarnpah terbesar adalah sarnpah organik sebesar 73,9%, sedangkan sarnpah kertas 5,8% dan plastik 10,7%.
5. lnfrastruktur lnfrastruktur yang dirnaksud adalah peralatan yang digunakan dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan, seperti gerobak sarnpah, kendaraan angkut sarnpahlarnrol, truk dan kontainer. lnfrastruktur yang dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor saat ini rnarnpu rnengangkut sebesar 57,16% sarnpah perrnukirnan yang dihasilkan rnasyarakat Kota Bogor. 6. Teknologi pengolahan sarnpah. Tirnbulan sarnpah yang hasilkan dari aktivitas rurnah tangga tanpa proses pernilahan antara sarnpah organik dan anorganik.
Sarnpah langsung
dirnasukkan ke dalarn kantong plastik atau wadah tertentu.
Proses
pernilahan terjadi karena adanya aktivitas pernulung di TPS-TPS dan di TPA. Persentase besarnya pengurangan sarnpah akibat aktivitas pernulung tersebut sebesar 0,3%.
Sarnpah dari rurnah tangga rnerupakan tirnbulan
sarnpah terbesar di Kota Bogor. Tanpa adanya pernilahan, sarnpah rurnah tangga langsung dirnusnahkan di TPA dengan teknologi controlled landfill. Teknologi ini sangat sederhana dengan hanya rnenirnbun sarnpah tersebut di sebuah cekungan di daerah Galuga. Proses degradasi terhadap sarnpah di TPA dengan teknologi controlled landfill sangat larnbat. Dengan alat berat, sarnpah yang di tirnbun akan diratakan kernudian dibiarkan sarnpai terjadi
pernbusukan sendiri.
Bercarnpurnya sarnpah organik dan anorganik
tersebut rnengakibatkan sarnpah organik susah terdegradasi sehingga sarnpah di TPA akan terus rnenggunung. Konsep Zero Waste rnerupakan pendekatan pengelolaan sarnpah terpadu dengan rnenerapkan upaya reduce, reuse dan recycle.
Pengornposan rnerupakan salah satu bentuk
recycle dalarn pengelolaan sarnpah. Menurut Sutjahjo (2004) pengornposan rnarnpu rnengurangi tirnbulan sarnpah sebesar 68%, daur ulang sarnpah anorganik dapat rnengurangi sebesar 1I%, dan reuse rnengurangi 3% dari total tirnbulan sarnpah.
7. Dana. Keberhasilan setiap program pembangunan tidak lepas dari dukungan dana. Anggaran dana kebersihan Kota Bogor sebesar
* 13.000 rupiah per rn3,
dengan tirnbulan sarnpah terangkut 544.500 rn3rnaka anggaran dana tahun 2004 sebesar 7.007.420.000 rupiah. 8. Lokasi TPA Sejak tahun
1992
Pernerintah Kota
Bogor
rnenggunakan Ternpat
Pembuangan Akhir (TPA) sarnpah di Desa Galuga Kecarnatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Lokasi TPA Galuga berada 25 kilometer dari Kota Bogor, dengan luas area 13,6 x
Krn2.
9. Partisipasi sernua pihak (stakeholder.) Partisispasi
rnasyarakat
(public partisipation)
rnerupakan keterlibatan
masyarakat dalam rnenentukan arah dan strategi kebijaksanaan pengelolaan sarnpah perrnukirnan, rnernikul beban dan pelaksanaan pengelolaan sarnpah perrnukirnan dan ikut rnernanfaatkan hasil-hasilnya secara adil. Michell et al.
Menurut
(1997) partisipasi rnasyarakat rnerupakan keterlibatan
rnasyarakat dalarn proses pengambilan keputusan yang rnenyangkut kepentingan urnurn. Masyarakat akan ikut berpartisipasi bila ada aktor yang rnendorongnya, seperti: kebutuhan (needs) harapan, motif dan ganjaran (reward), ketersediaan sarana dan prasarana, dorongan moral (budaya lokal) dan adanya kelernbagaan (formal dan informal). Dalarn pengelolaan sarnpah permukirnan terdapat lirna stakeholders yang terkait, yaitu (1) pernerintah daerah (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan), pengusaha (produsen barang,
pengusaha
industri
daur
ulang,
pedaganglpengurnpul
lapaklpedagang kecil), pernulung, rurnah tangga dan LSM.
dan
Saat ini
pengelolaan sarnpah di Kota Bogor belurn ada keterlibatan stakeholders
secara utuh dan terpadu rnenangani masalah persarnpahan.
Pernerintah Daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan bergerak sendiri
mengelola sarnpah dengan
pendekatan teknologi operasional tanpa
melibatkan stakeholders lainya. Pengusaha baik produsen barang dan juga pengusaha daur ulang tidak rnenjadikan perrnasalahan sarnpah sebagai permasalahan bersarna.
Produsen barang tidak rnernperhatikan bahaya
sarnpah dari bahan kemasan produknya. Sernentara pengusaha daur ulang rnerasa tidak ada dukungan pernerintah seperti kemudahan perizinan dan investasilperbankkan dalarn usaha daur ulang sarnpah.
Dernikian juga
masyarakat atau rurnah tangga tidak rnerasa bertanggung jawab akan rnunculnya perrnasalahan sarnpah akibat tingginya tirnbulan dan kornposisi sarnpah rurnah tangga, terlebih tanpa adanya pernilahan sarnpah. 10. Sumberdaya petugas Kebersihan Surnberdaya petugas kebersihan yang dirnaksud adalah segenap kru petugas kebersihan, petugas sapuan jalan, sopir, kru angkutan, petugas pengarnbilan sarnpah, penyuluh dan pengawas. 11. Perda dan retribusi Peraturan daerah tentang kebersihan dan retribusi terrnuat dalarn Peraturan Daerah Kotarnadya Bogor Nornor 4 tahun 1999. dan Perda Kota Bogor No
13 tahun 2004 tentang organisasi perangkat daerah yang mernberikan tanggung jawab pengelolaan sarnpah dan kebersihan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor.
Dalarn kedua peraturan
daerah tersebut belurn mernuat keterlibatan stakeholders pengelolaan sarnpah dan kebersihan. lsinya lebih rnengarah kepada teknis pengelolaan sarnpah, besarnya retribusi yang harus dibayar warga serta struktur organisasi DLHK. 12. Komitrnen pernerintah Kornitmen pernerintah dalarn
rnenjadikan pengelolaan sarnpah dan
kebersihan sebagai salah satu prioritas utama pernbangunan daerah. Konsisten dalarn penerapan peraturan daerah dan keseriusan pernerintah rneningkatkan pelayanan kebersihan.
Pengaruh langsung dari faktor-faktor tersebut yang diberi nilai oleh pakar dianalisis dan hasilnya digambarkan dalarn 4 (ernpat) kuadran utama seperti terlihat pada garnbar 8.
~eknodgi Perilaku rnasyarakat
SDM @$
Dana
lnfrastruktur @ @ @ ~ a r t i ~ i ~ a s i
---------------Jenis&Tirnbulnsrnp~ lokasi TPA
49 Jurnlah penduduk
I I 7""""""'-..."""'"-' I I
@
, +
Perda dan retribusi
I
I @ Pendapatan
@
Kornitmen pemkot
I
Surnber: Hasil Analisis, 2005.
Gambar 8.
Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor.
o m
berstatus sebagai auxiliary, yaitu variabel berupa peubah yang berisi perhitungan berdasarkan peubah-peubah lain.
Jurnlah infrastruktur atau
pertarnbahan jurnlah truk, petugas dan ritasi dipengaruhi oleh besarnya tirnbulan sarnpah yang dihasilkan oleh penduduk atau tirnbulan sarnpah terangkut dari TPS. Tirnbulan sarnpah TPS rnerupakan variabel yang dipengaruhi oleh tirnbulan sarnpah dari sisa aktivitas reuse, recycle dan pengornposan oleh rnasyarakat serta aktivitas pengarnbilan oleh pernulung.
Tirnbulan sarnpah
terangkut nilainya ditentukan oleh hasil kali antara tirnbulan sarnpah per tahun dan tingkat pelayanan kebersihan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Tirnbulan sarnpah terangkut ini akan rnernpengaruhi laju tirnbulan sarnpah di TPA, jurnlah ritasi, truk, dan kru (sopir dan petugas) serta biaya pengangkutan sarnpah.
Laju tirnbulan sarnpah akan rnernpengaruhi jurnlah
tirnbulan sarnpah di TPA. Tirnbulan sarnpah per tahun dipengaruhi oleh tirnbulan sarnpah rurnah tangga.
Tirnbulan sarnpah organik diasurnsikan sebesar 73% dari tirnbulan
sarnpah per tahun dan tirnbulan sarnpah anorganik diasurnsikan sebesar 27% tirnbulan sarnpah per tahun. Populasi penduduk berstatus sebagai level.
Pertarnbahan jurnlah
penduduk dipengaruhi oieh laju (rate) pertarnbahan penduduk berdasarkan pertarnbahan dan pengurangan jurnlah penduduk yang diwakili oleh angka perturnbuhan penduduk Kota Bogor. Rata-rata angka perturnbuhan penduduk Kota Bogor per tahun dalarn lirna tahun terakhir sebesar 3,5 %. penduduk Kota Bogor tahun 2004 sebesar 831.571 jiwa.
Jurnlah
Jurnlah populasi
penduduk rnernpengaruhi tirnbulan sarnpah yang dihasilkan. Besarnya tirnbulan sarnpah rurnah tangga Kota Bogor ditentukan oleh hasil kali antara jurnlah penduduk dan standar tirnbulan sarnpah per orang perhari di Kota Bogor yaitu sebesar 2,69 liter per orang per hari. Jurnlah tirnbulan sarnpah di TPA Galuga berstatus sarna dengan jurnlah populasi penduduk Kota Bogor yaitu sebagai level. Jurnlah tirnbulan sarnpah di TPA ditentukan oleh pertarnbahan dan pegurangan jurnlah tirnbulan sarnpah. Pertarnbahan jurnlah
tirnbulan sarnpah TPA dipengaruhi oleh laju (rate)
pertarnbahan laju tirnbulan sarnpah TPA sedangan pengurangan tirnbulan sarnpah TPA dipengaruhi oleh laju pernbuangan dan aktivitas reuse, recycle dan pengornposan di TPA.
Tirnbulan sarnpah sisa aktivitas reuse, recycle dan
pengornposan di TPA serta daya tampung TPA mernpengaruhi urnur pakai TPA Galuga. Unsur teknologi seperti recycle dan pengomposan merupakan variabel auxilia~y.
Besarnya recycle dan pengomposan dipengaruhi oleh besarnya
tirnbulan sarnpah dan presentase recycle dan pengomposan yang dilakukan. Dana juga merupakan variabel auxiliary, yang dipengaruhi jurnlah tirnbulan sarnpah dan anggaran pengelolaan per meter kubik sampah. Garnbaran selengkapnya struktur model sistern pengelolaan sampah perrnukiman di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P disajikan pada Garnbar 9.
Gambar 9.
Struktur Model Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle dan Partisipasi).
Keterangan dari masing-masing variabel yang rnernbentuk struktur model sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) adalah sebagai berikut: init flow doc init flow init flow aux doc aux aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux
Pop-Pddk = 831.571 Pop-Pddk = +dt*Lj-ptrnbhn-Pdkk Pop-Pddk = populasi penduduk penerirnaan = 2.000.000.000 penerirnaan = +dt*lj-penerirnaan Tirnbulan-TPA = 784.000 TirnbulanJPA = +dt*laju-tirnbulan-TPA -dt*laju-pernbuangan laju-pernbuangan = Tirnbulan-TPA*fr-lj-pbnga laju-pernbuangan = laju pernbuangan laju-tirnbulan-TPA = terangkut lj-penerirnaan = penerirnaan*fr-penerirnaan Lj-ptrnbhn-Pdkk = Pop-Pddk*Fr-lj-pddk Lj-ptrnbhn-Pdkk = laju pertarnbahan pddk anorganik-TPA = Tirnbulan-TPA*fr-anorganik-TPA anorganik-TPA = tirnbulan anorganik di TPA anorgnk-RT = tirnbulangertahun*fr-anrgnk-RT anorgnk-RT = sarnpah anorganik biaya-angkut = laju-tirnbulan-TPA*fr-biaya-angkut biaya-angkut = biaya pengangkutan biaya-pngln-3R = sisa-srnph-TPA-2R4r-bya-pnglln-3R biaya-pngln-3R = Biaya pengelolaan di TPA biaya-TPA = sisa-srnph-TPA-2R*fr-bya-TPA biaya-TPA = biaya pengelolaan 3R by-incenerator = laju-tirnbulan-TPA*fr-by-inc by-incenerator = biaya incinerator kornpos = organik-TPA*fr-kornpos kornpos-RT = Organik-RT*fr-kornpos-RT kornpos-RT = kornpos RT Organik-RT = tirnbulan-pertahun*fr-orgk-RT Organik-RT = sarnpah organik organik-TPA = Tirnbulan-TPA*fr-organik-TPA organik-TPA = Tirnbulan organik di TPA pernulung = sisa-anorganik*fr-pernulung pernulung = diarnbil pernulung Petugas = Truck*fr-petugas recycle-RT = anorgnk-RT*fr-recycle-RT recycle-RT = recycle RT recycle-TPA = anorganik-TPA*fr-recycle reduce-reuse-RT = anorgnk-RT*fr-red-reu-RT reduce-reuse-RT = reuse RT Reuse-TPA = anorganik-TPA*fr-reuse-TPA ReuseTPA = reuse di TPA Riitasi = laju-tirnbulan-TPNfr-riitasi Riitasi = ritasi Sarnpah-RT = Pop-Pddk*fr-sarnpah-RT Sarnpah-RT = Tirnbulan sarnpah RT sisa-anorganik = anorgnk-RT-(recycle-RT+reduce-reuse-RT)
doc aux doc aux aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux const const const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc
sisa-anorganik = sisa sarnpah anorganik sisa-kornpos-RT = Organik-RT-kornpos-RT sisa-kornpos-RT = sisa kornpos RT sisa-srnph-TPA-2R = Tirnbulan-TPA(recycle-TPA+Reuse-TPA+kompos) subsidi = biaya-pngln-3R-penerirnaan terangkut = Tirnbulan-TPS*fr-terangkut terangkut = timbulan sarnpah terangkut tirnbulan-pertahun = Sarnpah-RT*fr-tahun tirnbulan-pertahun = Tirnbulan sarnpah pertahun Tirnbulan-TPS = sisa-kornpos-RT+(sisa-anorganik-pemulung) Tirnbulan-TPS = tirnbulan sarnpah di TPS Truck = laju-tirnbulan-TPAIfr-truck Truck = truk urnur-TPA-dg-3R = daya-tampung-Tpa sisa-srnph-TPA_2R*(fr_penyusutan) daya-tarnpung-Tpa = 2.270.000 fr-anorganik-TPA = 0,33 fr-anrgnk-RT = 0,27 fr-anrgnk-RT = fraksi anorganik RT fr-biaya-angkut = 9.975 fr-biaya-angkut = fraksi biaya pengangkutan fr-by-inc = 12.500 fr-by-inc = fraksi biaya incinerator fr-bya-pnglln-3R = 13.000 fr-bya-pnglln-3R = fraksi biaya pengelolaan di TPA fr-bya-TPA = 3.025 fr-bya-TPA = fraksi biaya pengelolaan 3R fr-dekornposisi sarnpah di TPA = 0,6 fr-kornpos = I fr-kornpos = fraksi kornpos di TPA fr-kornpos-RT = 0.85 fr-kornpos-RT = fraksi kornpos RT fr-lj-pbnga = 0 fr-lj-pbnga = fraksi laju pernbuangan Fr-lj-pddk = 0,035 Fr-lj-pddk = fraksi Laju prtrnbhn pddk fr-organik-TPA = 0,67 fr-organik-TPA = fraksi organik di TPA fr-orgk-RT = 0,73 fr-orgk-RT = fraksi organik RT fr-pernulung = 0,3 fr-pernulung = fraksi pernulung fr-penerirnaan = 0,01 fr-petugas = 5 fr-petugas = fraksi petugas fr-recycle-RT = 0,55 fr-recycle-RT = fraksi recycle RT fr-red-reu-RT = 0,35 fr-red-reu-RT = fraksi reuse RT fr-reuse-TPA = 0 fr-reuse-TPA = fraksi reuse di TPA
const doc const doc const doc const doc const doc const doc
fr-recycle = 0 fr-recycle = fraksi recycle di TPA fr-riitasi = 2.920 fr-riitasi = fraksi ritasi; volume truk 8 rn3dikalikan 365 hari fr-sarnpah-RT = 0,00269 fr-sarnpah-RT = fraksi sarnpah RT fr-tahun = 365 fr-tahun = fraksi pertahun; 365 hari fr-terangkut = I fr-terangkut = fraksi sarnpah terangkut fr-truck = 8.760 fr-truck = fraksi truk Untuk rnelihat perilaku model sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di
Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) berdasarkan struktur model pada Garnbar 9, selanjutnya dilakukan analisis sistern dengan rnenggunakan Program Powersirn versi Tahun 2000 dari Model Data AS. Sebagairnana yang telah diuraikan pada bagian struktur model, jurnlah penduduk
rnerupakan level yang
dipengaruhi oleh
penarnbahan dan
pengurangan penduduk secara alarni (kelahiran dan kernatian) dan jurnlah penduduk yang rnigrasi dari dan ke Kota Bogor.
Data awal (initial) yang
rnerupakan tahun awal pengarnatan untuk jurnlah penduduk tahun 2004 adalah sebesar 831.571 jiwa. Analisis dilakukan selarna 17 tahun yaitu rnulai tahun 2004 sarnpai 2020. Dengan rnelihat kecenderungan dari keadaan data penduduk Kota Bogor pada lirna tahun terakhir (2000
- 2004), dengan laju perturnbuhan 3,5%
per
tahun, rnaka jurnlah penduduk tahun sirnulasi (2004 - 2020) rnengalarni kecenderungan naik secara eksponensial (Tabel 19 dan Garnbar 10). Pada tahun 2020 jurnlah penduduk Kota Bogor rneningkat rnenjadi 1.234.472 jiwa.
Tabel 19. Jurnlah Penduduk, Tirnbulan Sarnpah Pertahun, Timbulan Sarnpah Terangkut, Timbulan Sampah Tak Terangkut dan di TPA di Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai 2020 Tahun
Populasi penduduk (jiwa)
Tirnbulan sarnpah (rn3/tahun)
Sampah terangkut (rn3/tahun)
Sampah tak terangkut
Timbulan di TPA (m3/tahun)
Tahun
Garnbar 10. Grafik Jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai Tahun 2020. 4.5 Validasi Model
Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistern yang dibangun merupakan pewakilan yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat rnenghasilkan kesirnpulan yang rneyakinkan (Eriyatno, 2003), ini berarti
proses validasi bertujuan untuk rnenilai keobyektifan dari suatu pekerjaan ilrniah (Muharnrnadi et al. 2001), karena pengetahuan ilrniah yang bersifat obyektif harus taat fakta. Proses validasi yang dilakukan pada model ini dibagi rnenjadi dua tahap, yaitu: 1. Validasi struktur model Validasi struktur rnerupakan proses validasi utarna dalarn berpikir sistern. Pada proses ini bertujuan untuk rnelihat sejauh rnana keserupaan struktur model rnendekati struktur nyata, yang berkaitan dengan batasan sistem, variabelvariabel pernbentuk sistem, dan asumsi mengenai interaksi yang terjadi dalam sistern (Forrester 1968), yang dilakukan dengan dua bentuk pengujian yaitu uji kesesuaian struktur dan uji kestabilan struktur. Uji kesesuaian struktur bertujuan untuk rnernberikan keyakinan bahwa struktur model valid secara ilrniah atau didukunglditerima secara akademik. Struktur model sistern pengelolaan sampah perrnukirnan dengan pendekatan 3R+P di Kota Bogor dibangun berdasarkan teori pertumbuhan populasi penduduk.
Secara teori jumlah populasi penduduk akan mengakibatkan
peningkatan jumlah timbulan sampah permukirnan.
Peningkatan jumlah
timbulan sarnpah rumah tanggalperrnukiman tersebut akan meningkatkan jumlah timbulan sarnpah di I P S dan TPA. Semakin tinggi timbulan sampah di perrnukiman maka akan semakin tinggi pula kebutuhan armada angkut, personil petugas, ritasi, biaya angkut dan biaya pengelolaan.
Laju timbulan sarnpah
tersebut juga mengakibatkan umur pakai TPA semakin berkurang.
Dengan
dernikian secara struktur, model yang dibangun berdasarkan teori yang ada sudah valid. Uji kestabilan struktur model dilakukan dengan cara memeriksa keseimbangan dirnensi peubah pada kedua sisi persarnaan model, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat yang rnernbentuknya. Persamaanpersamaan yang dibuat dalam struktur model sistern pengelolaan sarnpah perrnukiman dengan pendekatan 3R+P di Kota Bogor sudah mernbentuk hubungan keterkaitan antar masing-masing variabel secara benar baik variabel yang berstatus sebagai level rnaupun auxiliary. Hal ini dibuktikan dengan hasil sirnulasi model membentuk pola data yang logis dan tidak kollaps. Sebagai contoh satuan timbulan sampah adalah rneterkubik. lnteraksi timbulan sarnpah (rneterkubik) selarna setahun menjadi rneterkubik per tahun.
2. Validasi kinerjaloutput model Validasi kinerjaloutput model merupakan aspek pelengkap dalarn metode berpikir sistem (Muhammadi et a/. 2001) yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana "kinerja" model sesuai (compatible) dengan "kinerja" sistem nyata. Caranya adalah memvalidasi kinerja model dengan data empiris, untuk melihat sejauh mana perilaku kinerja model sesuai dengan data empiris. Dengan demikian uji ini sulit untuk dilakukan pada kegiatan penelitian akademik yang memiliki keterbatasan waktu dan dana karena mernerlukan waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) untuk membuktikan hasil kinerja model dengan data empirik di lapangan. Untuk itu yang dapat dilakukan adalah melakukan validasi kinerja model berdasarkan teori dari bentuk model yang dibangun disesuaikan dengan pola model dasar.
4.6 Skenario Strategi Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Di Kota Bogor
Berdasarkan faktor-faktor pentinglpenentu yang berpengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor rendah terhadap sistem maka dibangun keadaan yang rnungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut untuk alternatif penyusunan skenario strategi pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Pada Tabel 20 disajikan keadaan yang mungkin terjadi di rnasa depan dari faktor-faktor dominan pada pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
Tabel 20. Prospektif Faktor-faktor Penting pada Sistem Pengelolaan Sarnpah Permukiman di Kota Bogor KEADAAN FAKTOR IA 1B 1C lnfrastruktur
Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah
Teknologi pengolahan (reduce' reuse' recycle)
Dana
Tetap seperti saat ini
Meningkat secara bertahap karena rnernpertahankan pelayanan 57,16% .
Meningkat drastis rnendekati pelayanan 100%
2A
28
2C
Tetap seperti saat ini
Mernbaik secara bertahap (graduao dengan program penyuluhan dan pendarnpingan,karnpanye kebersihan, kurikulurn pendidikan sekolah.
3A
38
3C
Menerapkan pernilahan dan 3R+P karena telah rnenjadi program pernda
Incineratordan TPA baru dengan teknologi canggih dan terpadu
48
4C
Tetap seperti saat ini, tanpa reduce, reuse recycle dan partisipasi 4A
Penerirnan rnenurun
Tetap seperti saat ini, penerimaan tetap atau rneningkat sebesar 4%ltahun
5A
58
Tetap, tidak ada partisipasi dan kerjasama antara Partisipasi pernerintah, masyarakat dan pengusaha, stakeholders lapak, pemulung dan LSM Surnber: Hasil Analisis, 2005.
bedahapseiring rneningkatnya penerimaan dari retribusi sarnpah sebesar >4% pertahun 5C
Partisipasi rneningkat dan ada kerjasarna dengan pihak swasta dalarn recycle dan pengornposan di TPA
Berdasarkan Tabel 20, keadaan yang peluangnya sangat kecil terjadi bersarnaan (mutual incompatibel state) adalah seperti disajikan pada Tabel 21 berikut:
Tabel 21. Keadaan Mutual lncompatibel State dari Faktor-faktor Penting pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor KEADAAN FAKTOR 1A 1B 1C Tetap seperti
Meningkat secara
menurun
meningkat sebesar
lnfrastruktur
Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah
reuse, recycle)
Dana
5A Tetap, tidak ada partisipasi dan Partisipasi kerjasama antara masyarakat pemerintah. dan pengusaha, lapak, pernulung dan LSM Surnber: Hasil Analisis, 2005.
\
5B
retribusi sampah sebesar >4% pertahun 5C
h Partisipasi meningkat dan ada kerjasarna dengan pihak swasta dalarn recycle dan pengomposan
Berdasarkan Tabel 21, rnaka dibangun skenario sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) yang kernungkinan terjadi di rnasa depan. Untuk ke lirna faktor kunci tersebut disusun keadaaan (state) yang rnungkin terjadi di rnasa rnendatang, apakah akan berkernbang ke arah yang lebih baik dari sekarang, tetap atau akan sernakin buruk dari keadaan sekarang.
Hasil ini
dapat rnemberikan kewaspadaan bagi pengarnbil kebijakan untuk rnenjalankan
strategi yang terpilih. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada tiga skenario yang berpeluang besar terjadi di rnasa depan, seperti terlihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Skenario Pengelolaan Sarnpah Permukiman di Kota Boaor dencran Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse. ~ec~cleda pa;isipasi) n
No
Skenario
Urutan faktor
1
Pesimistik
2
Konse~atif
IA-2A-3A-4A-5A
3
Optimistik
1B-2B-3B-4B-5B
IC-2AIB-3C-4C-5B
Surnber: Hasil Analisis, 2005.
Deskripsi masing-masing skenario yang mungkin terjadi di rnasa depan adalah sebagai berikut: 4.6.1 Skenario Pesimistik
Skenario ini dibangun berdasarkan kernungkinan kondisi di rnasa depan dari sistem pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Skenario ini
rnerupakan sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan seperti saat ini, tanpa pendekatan konsep reduce, reuse, recycle dan partisipasi rnasyarakat, narnun dengan pengadaan infrastruktur jurnlah armada angkut, truk, arnrol, kontainer, yang dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ditingkatkan untuk mencapai tingkat pelayanan 100% dari seluruh jumlah penduduk dan wilayah Kota Bogor. Teknologi pengolahan sarnpah di TPA Galuga secara controlled landfill dan lokasi TPA di Galuga. Faktor yang lain seperti perilaku rnasyarakat, partisipasi rnasyarakat dan stakeholders diasurnsikan sarna seperti kondisi pengelolaan sarnpah saat ini.
Struktur model skenario pesirnistik dan
keterangan masing-masing variabel seperti tersaji pada Larnpiran 2 dan 3. Penerapan skenario ini akan berirnplikasi pada lingkungan perrnukirnan menjadi bersih, yang ditandai dengan terangkutnya sernua tirnbulan sarnpah yang ada. Subsidi untuk biaya pengelolaan sarnpah akan tinggi, dan urnur TPA yang singkat karena TPA akan cepat penuh sehingga perlu segera mernbangun TPA baru. Dengan laju perturnbuhan penduduk Kota Bogor sebesar 3,5% pertahun, maka untuk rnemenuhi tingkat pelayanan
loo%, kernarnpuan armada angkut,
personil-petugas dan dana harus terus rnengikuti laju pertumbuhan penduduk
dan tirnbulan sarnpah yang terus rneningkat tersebut. Pengelolaan seperti ini kernungkinan akan sangat rnernbebani pernerintah daerah karena harus rnengalokasikan anggaran dana yang sangat besar untuk rnensubsidi biaya pengelolaan sarnpah. Pernerintah daerah juga harus segera rnengalokasikan anggaran khusus untuk pengadaan alat incinerator atau rnernbangun TPA baru Tabel 23. Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya Pengelolaan di TPA Berdasarkan Skenario Pesirnistik. Tahun Jurnlah Ritasi Petugas Biaya Angkut Biaya PengeTruk (kali) (orang) (rupiah) lolaan di TPA (rupiah) (unit) (RP 1000) (RP 1000) 8.032.801 2.436.012 2004 93 280 466 2005 96 287 478 8.233.621 2.496.913
135 405 2019 138 415 2020 Surnber: Hasil Analisis. 2005.
675 692
11.633.891 11.924.739
3.528.072 3.616.274
Pada Tabel 23 disajikan jurnlah truk, ritasi dan petugas (sopir dan kru) pada sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor tanpa pendekatan konsep 3R+P dengan tingkat pelayanan 100% (skenario pesimistik).
Hasil
sirnulasi rnenunjukkan bahwa untuk skenario pesirnistik dengan tingkat pelayanan 100% pada tahun 2007 rnernbutuhkan jurnlah armada truk sebanyak
100 unit, ritasi sebanyak 301 ritasi per hari dan jurnlah personil petugas kebersihan sebanyak 502 orang per hari jika satu truk dengan 5 orang petugas. Biaya angkut sebesar 8,65 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengelolaan di TPA sebesar 2,62 rnilyar rupiah per tahun. Pada tahun 2012 dibutuhkan truk sebanyak 114 unit, ritasi sebanyak 341 ritasi per hari, petugas sebanyak 568 orang per hari, sedangkan biaya angkut rnenjadi sebesar 9,78 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengolahan di TPA sebesar 2,97 rnilyar rupiah per tahun.
Dalarn penerapan skenario ini, rnaka dibutuhkan penarnbahan armada angkut sebesar 2 sarnpai 3 unit trukltahun, jumlah personil petugas sebanyak 12 sarnpai 17 orangltahun dan biaya angkut sebesar 200 sampai 290 juta rupiahltahun.
4.6.2 Skenario Konservatif
Skenario ini dibangun berdasarkan kondisi saat ini (existing condition) dari sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Skenario ini
rnerupakan konsep pengelolaan sarnpah permukirnan tanpa reduce, reuse, recycle dan partisipasi rnasyarakat. Skenario konservatif dibangun berdasarkan kondisi dari faktor-faktor kuncilpenentu sebagai berikut: 1) Infrastruktur; sarana seperti jurnlah armada angkut, truk, arnrol, kontainer, gerobak sarnpah, dan TPS yang dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan seperti saat ini. Jurnlah personil terbatas; satu truk berjurnlah 3 kru petugas (1 sopir dan 2 kru) idealnya satu truk terdapat 5 orang petugas
(1 sopir dan 4 kru). Tingkat pelayanan sebesar 57,16% dari seluruh jumlah penduduk dan wilayah Kota Bogor. Teknologi pengolahan sarnpah di TPA Galuga secara controlled landfill dan lokasi TPA yang cukup jauh dari pusat kota rnerupakan perrnasalahan tersendiri dalarn pengelolaan sarnpah Kota Bogor. 2) Perilaku masyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukiman belurn rnenerapkan proses pernilahan antara sarnpah organik dan anorganik. Sarnpah yang dihasilkan dirnasukkan dalarn wadah plastik atau tong sarnpah. Sarnpah yang rnasih bercarnpur tersebut diangkut oleh truk dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ke TPA.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor tingkat pendapatan rnasyarakat rnenunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sampah. Sernakin tinggi tingkat pendapatan rnasyarakat maka sernakin baik perlaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah. 3) Dana pengelolaan sarnpah; penerirnaan retribusi sarnpah tidak cukup untuk rnernenuhi biaya pengelolaan sarnpah perrnukirnan.
Pernerintah harus
rnensubsidi biaya tersebut. Pada tahun 2003 biaya pengelolaan sarnpah sebesar 6,883 rnilyar rupiah dan realisasi penerirnaan sebesar 1,769 rnilyar
rupiah sehingga subsidi yang harus dikeluarkan sebesar 5,11 milyar rupiah atau sebesar 74%. 4) Teknologi pengolahan sampah di TPA dengan controlled landfill. Tidak ada proses pernilahan sampah dari sumbernya. Incinerator yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan tidak lagi dioperasikan karena kendala biaya operasional yang tinggi. Teknologi pengomposan telah dirintis di TPA Galuga. Saat ini diprioritaskan untuk rnengelola sarnpah yang bersumber dari sampah pasar. Kapasitas produksinya sebesar 600 ton per bulan. 5) Partisipasi rnasyarakat dan stakeholders relatif kurang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil s u ~ e ipenelitian bahwa prosentase masyarakat dalam mernberikan gagasan pengelolaan sampah sebesar 52,6% tidak pernah memberikan gagasan tentang pengelolaan sampah dan sebesar 68% masyarakat tidak pernah rnelakukan pernilahan antara sampah organik dan anorganik. Pada Tabel 24 disajikan jumlah truk, ritasi dan petugas (sopir dan kru) pada pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor saat ini dengan tingkat pelayanan 57,16%. Struktur model dan keterangan masing-masing variabelnya seperti tersaji pada Larnpiran 2 dan 4. Tabel 24. Tahun
Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya Pengelolaan di TPA Berdasarkan Skenario Konse~atif. Jurnlah Ritasi Petunas Biava Anakut Biava PenneTruk (kali) (orang) (rupiah) lolaan di TPA (unit) (Rp 1000) (rupiah)
2020 94 282 Sumber: Hasil Analisis, 2005.
470
8.108.822
2.459.066
Hasil sirnulasi rnenunjukkan bahwa untuk skenario konservatif pada tahun 2007 rnernbutuhkan jurnlah armada truk sebanyak 68 unit, ritasi sebanyak 205 ritasi per hari dan jurnlah personil petugas kebersihan sebanyak 341 orang per hari jika satu truk dengan 5 orang petugas. Biaya angkut sebesar 5,88 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengelolaan di TPA sebesar 1,78 rnilyar rupiah per tahun.
Pada tahun 2012, hasil sirnulasi rnenunjukkan bahwa
dibutuhkan truk sebanyak 77 unit, ritasi sebanyak 232 ritasi per hari, petugas sebanyak 386 orang per hari, sedangkan biaya angkut rnenjadi sebesar 6,65 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengolahan di TPA sebesar 2,02 rnilyar rupiah per tahun. Berdasarkan hasil sirnulasi tersebut untuk penerapan pelayanan dengan rnernpertahankan tingkat pelayanan 57,16% rnaka setiap tahunnya dibutuhkan penarnbahan armada truk sebanyak 2 unit, jurnlah personil sebanyak 8 sarnpai 9 orangltahun dan biaya angkut sebesar 130 sarnpai 190 juta rupiahltahun. Skenario
ini
berirnplikasi
pada
rnunculnya
darnpak
terjadinya
pencernaran lingkungan perrnukirnan akibat tidak terangkutnya seluruh tirnbulan sarnpah di TPS-TPS dan perurnahan warga. Subsidi untuk biaya pengelolaan yang tinggi, dan urnur TPA yang singkat sehingga perlu segera rnernbangun TPA baru.
Dengan laju perturnbuhan penduduk Kota Bogor sebesar 3,5%
pertahun, rnaka sistern pengelolaan seperti ini tidak akan rnarnpu rnelayani laju tirnbulan sarnpah yang terus rneningkat.
Sarnpah perrnukirnan dan resiko
pencernarannya akan rnenjadi rnasalah yang serius di rnasa depan. 4.6.3 Skenario Optimistik
Skenario ini dibangun berdasarkan kernungkinan kondisi di rnasa depan dari sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
Skenario ini
rnerupakan sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan dengan pendekatan konsep reduce, reuse, recycle dan partisipasi rnasyarakat. Skenario optirnistik dibangun berdasarkan kondisi dari faktor-faktor kuncilpenentu sebagai berikut: 1)
Infrastruktur; sarana yang ada dirancang untuk rnernenuhi kebutuhan sistern pengelolaan sarnpah dengan proses pernilahan sarnpah organik dan anorganik sejak dari surnbernya. Pewadahan disediakan untuk 2 jenis sarnpah, yaitu untuk sarnpah organik dan anorganik.
Ada pengaturan
jadwal angkut sarnpah organik dan anorganik sesuai tirnbulan sarnpah yang diproduksi. 2)
Perilaku rnasyarakat diupayakan terus rneningkat dalarn pengelolaan sarnpah. Masyarakat diarahkan untuk rnelakukan kegiatan reduce, reuse, recycle dan pengornposan terhadap sarnpah yang dihasilkan.
Minimal
rnelakukan pernilahan antara sarnpah organik dan anorganik. 3)
Dengan
teknologi
pengelolaan
3R+P
ini
dirnungkinkan
rnarnpu
rnenurunkan biaya pengelolaan sarnpah perrnukirnan, ha1 ini terjadi karena biaya angkut, pengurnpulan, dan pengolahan di TPA rnenjadi lebih rendah. Alokasi dana lebih diarahkan kepada peningkatan pengetahuan dan kesadaran rnasyarakat akan pentingnya kebersihan dan pengelolaan sarnpah dengan konsep 3R+P. 4)
Konsep teknologi pengelolaan sarnpah perrnukirnan dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) rnudah untuk dilakukan oleh rnasyarakat. Pengornposan sebagai salah satu bentuk recycle terhadap sarnpah organik juga
dapat dilakukan swadaya oleh rnasyarakat.
Pengornposan juga dapat dilakukan di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), kawasan perurnahan, kecarnatan atau secara terpadu di lokasi TPA. Pengornposan secara terpadu di TPA lebih dirnungkinkan karena akan lebih mudah pengelolaanya dengan lokasi yang rnernadai.
5)
Partisipasi sernua pihak (stakeholders) dimulai sejak perencanaan hingga evaluasi penerapan sistern pengelolaan sarnpah permukirnan dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Masyarakat diajak untuk rnemaharni perrnasalahan sampah perrnukirnan yang ada.
Pernerintah daerah atau instansi terkait berperan sebagai
fasilitator dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan tersebut.
Pada Tabel 25 disajikan jurnlah truk, ritasi dan petugas (sopir dan kru) pada sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor berdasarkan skenario optirnistik. Hasil simulasi rnenunjukkan bahwa untuk tingkat pelayanan
100% dengan penerapan konsep 3R+P rnaka pada tahun 2007 rnernbutuhkan jurnlah armada truk sebanyak 19 unit, ritasi sebanyak 57 ritasi per hari dan jurnlah personil petugas kebersihan sebanyak 96 orang per hari jika satu truk dengan 5 orang petugas. Biaya angkut sebesar 1,64 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengelolaan di TPA sebesar 499 juta rupiah per tahun. Pada tahun
2012 dibutuhkan truk sebanyak 22 unit, ritasi sebanyak 65 ritasi per hari, petugas sebanyak 108 orang per hari, sedangkan biaya angkut rnenjadi sebesar 1,86 rnilyar rupiah per tahun dan biaya pengolahan di TPA sebesar 565 juta rupiah per tahun. Tabel 25. Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya Pengelolaan di TPA Berdasarkan Skenario Optirnistik. Petugas Biaya Angkut Biaya PengeTahun Jurnlah Ritasi Truk (kali) (orang) (rupiah) lolaan di TPA (rupiah) (unit) (Rp 1000) (Rp 1000) 2004 18 53 89 1.530.249 464.060 1.568.505 475.662 2005 18 55 91
-
~
2020 26 79 Surnber: Hasil Analisis. 2005.
132
2.271.663
688.900
Berdasarkan hasil sirnulasi tersebut, rnaka untuk pengelolaan sampah dengan rnenerapkan skenario optirnistik, dengan kondisi infrastruktur seperti saat ini, pihak pengelola kebersihan tidak rnernbutuhkan penarnbahan armada truk, petugas dan biaya angkut. Penerapan skenario ini akan berirnplikasi pada lingkungan perrnukirnan rnenjadi bersih, yang ditandai dengan terangkutnya sernua tirnbulan sarnpah yang ada, biaya pengelolaan sarnpah lebih rnurah, nilai tarnbah secara ekonorni dari
sarnpah
bagi
rnasyarakat dengan
kegiatan
reuse,
recycle dan
pengornposan yang dilakukan, serta TPA tidak akan pernah penuh karena sarnpah akan selalu dapat dirnanafaatkan rnenjadi bahan dan barang yang dapat digunakan kernbali seperti kornpos, bahan-bahan daur ulang dan sisanya, baik dari aktivitas daur ulang, pengornposan, dan juga sarnpah yang tidak dapat
dirnanfaatkan kernbali, selanjutnya dapat dibakar dengan incinerator dan abunya dapat dirnanfaatkan rnenjadi bahan pernbuatan batako. 4.7 Perbandingan Antar Skenario
Pada garnbar 1 1 disajikan grafik perbandingan besarnya biaya angkut sarnpah berdasarkan skenario pesirnistik, konservatif dan optirnistik.
Biaya
angkut dan pengumpulan sarnpah berdasarkan skenario konservatif sebesar 5,88 rnilyar rupiah pada tahun 2007. Untuk rnempertahankan tingkat pelayanan 57,16% tersebut, maka setiap tahunnya dibutuhkan tarnbahan anggaran sebesar 130 sarnpai dengan 190 juta rupiah dari tahun sebelumnya. Jika berdasarkan skenario pesimistik rnembutuhkan dana sebesar Rp 8,65 rnilyar pada tahun 2007 dan setiap tahunnya rneningkat sebesar 200 sampai dengan 290 juta rupiah.
Sedangkan berdasarkan skenario optirnistik
dibutuhkan biaya angkut sebesar Rp. 1,6 rnilyar pada tahun 2007 dan setiap tahunnya rneningkat sebesar 40 sampai dengan 55 juta rupiah.
Sumber: Hasil Analisis, 2005. Garnbar 11. Grafik Biaya Angkut Sarnpah Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konse~atifdan O~tirnistik.
Pada tahun 2007, total biaya pengelolaan berdasarkan skenario pesirnistik sebesar 11,3 rnilyar rupiah dan setiap tahun rneningkat sebesar 280 sarnpai dengan 380 juta rupiah pertahun, jika berdasarkan skenario konservatif rnernbutuhkan dana 7,67 rnilyar rupiah dan setiap tahun rneningkat sebesar 200 sarnpai dengan 250 juta rupiah pertahun, dan berdasarkan skenario optimistik rnernbutuhkan dana sebesar 2 rnilyar rupiah dan setiap tahunnya rneningkat sebesar 50 sarnpai dengan 70 juta rupiah pertahun.
Data selengkapnya
disajikan pada Tabel 26. Tabel 26.
Biaya Pengelolaan Sarnpah Berdasarkan Skenario Pesirnistik,
2020 15.541.013 Surnber: Hasil Analisis, 2005.
10.567.889
2.960.563
Saat ini TPA Galuga rnenggunakan sistem controlled landfill, luas lahan 13,6 x
Km2, kedalarnan cekungan 25 meter dan telah terpakai kurang lebih
sepertiganya.
Pada Gambar 12 disajikan grafik yang rnenunjukkan bahwa
berdasarkan hasil sirnulasi, urnur pakai TPA dengan penerapan sistem pengelolaan sampah berdasarkan skenario pesirnistik diperkirakan sarnpai tahun 2008 dan dengan penerapan skenario konse~atif,rnaka TPA akan penuh pada tahun 2010, tetapi dengan menggunakan pendekatan konsep 3R+P (skenario Optimistik) rnaka TPA relatif tidak akan pernah penuh dan dapat digunakan selamanya.
Hal ini terjadi karena dengan sistern pengelolaan sarnpah yang
rnelibatkan rnasyarakat untuk rnelakukan pernilahan, pengornposan sarnpah organik dan daur ulang sarnpah anorganik akan rnenyisakan sedikit sekali
sarnpah yang benar-benar sebagai bahan buangan dan tidak dapat digunakan lagi. Sampah tersebut dapat langsung dirnusnahkan di TPA dengan incinerator menjadi abu untuk bahan bangunan. Fungsi TPA hanya untuk rnenampung sarnpah yang tidak dapat diolah lagi sehingga akan sangat lama TPA rnenjadi penuh.
0
!
.........
;
Tahun
Sumber: Hasil Analisis. 2005. Garnbar 12. Grafik Urnur Pakai TPA Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konservatif dan Optirnistik. Hasil sirnulasi pada tahun 2007, jumlah infrastruktur berupa armada angkutan truk berdasarkan skenario pesimistik dengan tingkat pelayanan 100% rnembutuhkan 100 unit truklhari dan 301 ritasilhari, berdasarkan skenario konse~atifrnernbutuhkan 68 unit truklhari dan 205 ritasilhari, dan dengan penerapan skenario optimistik mernbutuhkan 19 unit truklhari dengan ritasi sebanyak 57 ritasilhari atau dengan armada truk yang tersedia saat ini 69 unit, rnaka jurnlah ritasi dalarn sehari cukup 1 ritasiltruk. Pada tahun 2007, perbandingan hasil sirnulasi dari ketiga skenario tersebut dan peningkatan kebutuhan infrastruktur per tahunnya disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Perbandingan Hasil Sirnulasi antar Skenario Skenario Variabel Pesimistik Konse~atif Pengelolaan Total penduduk terlavani ~ i m b u l a nsarnpah tak terangkut Kebutuhan truk (2007) Penambahan armada trukltahun
Optimistik
Sepeti saat ini
Seperti saat ini
3R+P
100 %
57,16 %
100 %
0%
42,84%
0%
I 0 0 unit
68 unit
19 unit
3 unitltahun
2 unitltahun
-
Ritasi (2007)
301
205
57
Penarnbahan ritasiltahun
5 s.d 7 ritasi
5 s.d 7 ritasi
2 ritasi
Petugas (2007)
502 orang
341 orang
96 orang
Penarnbahan petugasltahun
12 s.d. 17 orangltahun
9 s.d 11 orangltahun
2 s.d. 3 orangltahun
Biaya angkut (2007) 8,65 rnilyar rupiah
5,88 rnilyar rupiah 1,6 rnilyar rupiah
Penarnbahan biaya angkutltahun Biaya pengelolaan (2007) Penambahan biaya pengeiolaanlltahun
130 s.d. 190 juta rupiahltahun
200 s.d. 290 juta rupiahltahun
40 s.d. 55 juta rupiah1tahun
11,3 rnilyar rupiah 7,67 rnilyar rupiah
2 rnilyar rupiah
280 s.d. 380 juta rupiah ltahun
200 s.d. 250 juta rupiahltahun
50 s.d. 70 juta rupiah1tahun
2008
2010
Umur TPA (tahun)
-
Surnber: Hasil Analisis, 2005. Pada tahun 2007, kebutuhan infrastruktur pengelolaan sarnpah di Kota Bogor tersebut rneningkat rnenjadi 99 unit truk dan 297 ritasilhari untuk skenario pesirnistik, 67 unit truk, 202 ritasilhari untuk skenario konservatif. Pada skenario optirnistik dibutuhkan 18 unit truk, 56 ritasilhari yang berarti dengan persediaan armada seperti kondisi saat ini sudah cukup rnernenuhi untuk pelaksanaan pelayanan kebersihan dengan sistern 3R+P. Berdasarkan perbandingan antar hasil sirnulasi rnaka hasil terbaik dengan indikator keberhasilan lingkungan permukirnan bersih dari sarnpah adalah skenario 'pesirnistik' dan 'optirnistik', karena dengan sistem pengelolaan tersebut sernua timbulan sarnpah terangkut ke TPA dan lingkungan perrnukirnan akan menjadi bersih dan sehat.
Narnun skenario pesirnistik rnerupakan sistern
pengelolaan sarnpah seperti kondisi saat ini dengan pengadaan infrastruktur yang besar guna rnencapai tingkat pelayanan 100% dan harus segera
rnernbangun TPA baru dalarn setahun kemudian, rnaka dengan tujuan sistern untuk tercapainya lingkungan yang bersih dan pertirnbangan irnplernentasi dilapangan serta kebutuhan rnasa depan, para pakar sepakat bahwa skenario 'optirnistik' dengan penerapan konsep 3R+P adalah yang paling baik. Persentase pendapat pakar selengkapnya disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Pendapat Pakar untuk Pernilihan Skenario No Skenario Pilihan Pakar (%) 1
Optirnistik
57,l
2
Konservatif
14,3
3
Pesirnistik
28,6
Jurnlah
100
Sumber: Hasil Analisis 2005 4.8
Formulasi Strategi Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi)
Berdasarkan hasil yang didapat dari analisis prospektif ada beberapa faktor yang dapat dikelola yaitu infrastruktur, dana dan teknologi pengolahan sarnpah.
Sernentara faktor perilaku rnasyarakat dan partisipasi sulit untuk
dikelola. Dalam model sirnulasi, faktor perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah dan perilaku rnasyarakat dan stakeholders dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan diwakili oleh persentase aktivitas reduce, reuse, recycle dan pengornposan.
Perilaku rnasyarakat buruk dan partisipasinya rendah
ditandai dengan persentase reduce, reuse, recycle dan pengornposan rnendekati angka no1 seperti yang terjadi pada skenario 'pesirnistik' dan 'konservatif'. Sedangkan pada skenario optirnistik yang rnenerapkan konsep 3R+P, perilaku dan partisipasi rnasyarakat rnembaik yang ditandai oleh angka persentase rnasyarakat dalarn aktivitas reduce, reuse, recycle dan pengornposan lebih besar dari nol. Berdasarkan hasil sirnulasi dan analisis prospektif, strategi untuk rnencapai kondisi 'skenario optirnistik' dapat dilakukan dengan: 1. Menyusun panduan kerangka kerja atau rnanajemen sistern pengelolaan sarnpah
permukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P
(reduce, reuse, recycle dan partisipasi) yang terpadu rnelibatkan sernua stakeholders.
Adanya peraturan yang jelas rnulai bagairnana sarnpah
dibuang, pernilahan sarnpah sejak surnbernya hingga pengangkutan dengan gerobak, truk dan sarnpai di TPA tetap terpilah antara sarnpah organik dan anorganik.
Sanksi atau hukurnan yang jelas dan tegas bagi rnereka yang
rnelanggar. Pernberian reward bagi rnasyarakat yang rnelakukan pernilahan sarnpah seperti pernberian kantong plastik dan tissu gratis bagi yang telah rnelakukan pernilahan sarnpah. 2. Melibatkan sernua stakeholders, seperti pernerintah daerah (dinas dan instansi terkait), rnasyarakat (rurnah tangga, lernbaga formal dari tingkat RT sarnpai Lurah dan lernbaga informal di rnasyarakat) petugas kebersihan, industri produk barang dan daur ulang sarnpah, pernulung, LSM untuk terlibat aktif
sejak
perencanaan
hingga
pengawasan
pelaksanaan
pengelolaan sarnpah dengan pendekatan 3R+P tersebut.
sistern
Dalarn ha1 ini,
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor perlu rnelakukan strategi rnernbentuk wadah khusus penanganan sarnpah terpadu yang beranggotakan seluruh stakeholders pengelolaan sarnpah perrnukirnan. 3. Menjalin kerjasarna dengan pihak lernbaga keuangan, untuk rnernberikan kredit usaha daur ulang sarnpah. 4. Upaya perbaikan perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah, seperti sosialisasi kepada rnasyarakat tentang sistern pengelolaan sarnpah dengan pendekatan 3R+P, rnelakukan penyuluhan dan pelatihan tentang pentingnya reduce, reuse, recycle dan pengornposan. Karnpanye kebersihan dan pengelolaan sarnpah rnelalui pernasangan parnflet, hirnbauan rnelalui media cetak dan elektronik.
Melibatkan tokoh rnasyarakat, lernbaga keagarnaan
dan informal di rnasyarakat untuk rnenjadi pelopor dan aktif rnelakukan penyadaran pentingnya kebersihan dan pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor. 5. Mernasukkan
rnateri
lingkungan
dan
pengelolaan
sarnpah
seperti
pengurangan produksi sarnpah (reduce), Penggunaan kernbali (reuse), pemilahan, daur ulang dan pengornposan sarnpah) ke dalarn kurikulurn pendidikan sekolah sebagai kurikulurn rnuatan lokal. 6. Keberadaan infrastruktur disiapkan dan diarahkan untuk rnenunjang sistern
pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Penyediaan kantong plastik dengan label yang berbeda untuk sarnpah organik dan anorganik serta dibagikan secara gratis kepada rnasyarakaffrurnah tangga, pengaturan
secara teknis dan jadwal angkut sarnpah dengan tetap rnenjaga agar sarnpah tetap terpilah sarnpai di TPA. Selain kegiatan 3R+P yang dilakukan oleh rnasyarakaffrurnah tangga, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan tetap rnelakukan kegiatan terpadu baik secara rnandiri atau bekerja sarna dengan pihak swasta rnenerapkan aktivitas pengornposan di TPA, daur ulang di setiap kecarnatan, dan pernusnahan sarnpah dengan incinerator.
7. Penyusunan anggaran pengelolaan sarnpah secara jelas dan
terperinci,
berapa dana yang ditanggung pernerintah, swasta dan yang dibebankan kepada rnasyarakat dalarn bentuk retribusi sarnpah.
8. Teknologi pengolahan sarnpah diterapkan rnulai surnber sarnpah dengan pernilahan
sarnpah
organik
dan
anorganik
rnelalui
penyediaan
wadahlkantong plastik yang dibedakan antara sarnpah organik dan anorganik. Sernua tahap dilakukan bekerjasarna dengan stakeholders, minimal
dengan
pengusaha
daur
ulang
(sarnpah
anorganik)
dan
pengornposan (sarnpah organik). Pernerintah Kota Bogor hendaknya rnenjadikan pengelolaan sarnpah dan kebersihan rnenjadi prioritas pernbangunan. Keuntungan dari usaha pengelolaan sarnpah dan kebersihan bukan hanya dari hasil usaha daur ulang sarnpah anorganik seperti plastik, kertas, besi dan sarnpah organik seperti pupuk kornpos, narnun lingkungan rnenjadi bersih dan terjaga dari darnpak pencernaran oleh sarnpah rnerupakan keuntungan utarna. Lingkungan kota yang bersih dan sehat rnerupakan investasi bagi pernbangunan.
Lingkungan kota yang bersih dan bebas sarnpah akan
rnengundang investor untuk rnau rnenanarnkan modal bagi kegiatan bisnis dan ekonorni seperti pariwisata, perhotelan, perdagangan, dan lain-lain.
Usulan
kebijakan pengernbangan sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan 3R+P disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Usulan Kebijakan Pengembangan Sistern Penaelolaan SarnozPerrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Skenario Optirnistik). Aspek Penjabaran Sasaran Akhir Tolok Ukur Tujuan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Pengadaan Meningkatkan Pemilahan lnfrastruktur sarana kebiasaan antara sarnpah (wadahlkantong rnernilah organik dan plastik yang sarnpah organik anorganik sejak berbeda warna) dan anorganik. surnber Peningkatan sarnpah. untuk penerapan pernilahan aplikasi prinsipTerfasilitasi sarnpah sejak prinsip 3R+P sarana untuk surnbernya. sejak surnber pernilahan Teknis dan jadwal sarnpah. sarnpah dan angkut sarnpah Peningkatan penerapan berdasarkanjenis pelayanan 3R+P. sarnpah. dengan prinsipSarnpah yang Pengadaan prinsip 3R+P. dibuang ke TPA teknologi yang tinggal 3-10 terpadu, unit persen pengornposan, rnesin daur ulang, bala press, dan incenerator
Perilaku masyarakat
Peningkatan kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab rnasyarakat terhadap lingkungan Pernberian reward terhadap rnasyarakat RT, RW, Kelurahan dan kecarnatan yang rnau rnernilah sarnpah dan sukses rnenerapkan konsep 3R+P
Pengetahuan, kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab rnasyarakat terhadap lingkungan meningkat. Dirasakannya rnanfaat pengelolaan sarnpah terpadu oleh rnasyarakat.
Penyuluhan tentang lingkungan 2 -3 kali pertahun; karnpanye kebersihan rnelalui media (ruang, cetak elektronik) dan dirnuatnya materi lingkungan sebagai rnuatan lokal di sekolahsekolah.
Tabel 29. Lanjutan Aspek Kebijakan Dana
Teknologi
Penjabaran Kebijakan * Peningkatan dinamika ekonomi daerah rnelalui pengembangan kornoditi kornpos dan daur ulang sampah anorganik. Anggaran untuk pengembangan usaha pengolahan daur ulang sampah. Menyusun anggaran pengelolaan sampah yang jelas dan ter~erinci
Peningkatan aplikasi teknologi pengomposan sampah organik oleh masyarakat Peningkatan teknologi daur ulang sampah (anorganik) oleh industri daur ulang.
Tujuan Kebijakan Meningkatkan pendapatan pemulung, masyarakat (rumah tangga) danpengusaha daur ulang sampah. Menurunkan subsidi pengelolaan sampah dan rneningkatkan anggaran untuk reward kepada rnasyarakat yang rnau rnernilah sampah dan pengomposan. Menjadi jelas berapa persen dana yang harus ditanggung oleh pernerintah. masyarakat dan swasta.
.
Meningkatkan usaha pengomposan oleh masyarakat (RT) dan daur ulang oleh industri kecil (UKM) Meningkatkan nilai tambah dari sampah organik dan anorganik. Kualitas lingkungan tidak menurun (tetap terjaga).
Sasaran Akhir (Tolok Ukur) Kontribusi pendapatan dari usaha daur ulang terhadap total pendapatan keluarga. Biaya pengelolaan sampah tidak terus rneningkat (Terjaganya kebersihan menjadi nilai keuntungan bukan hanya manfaat ekonomi dari daur ulang sampah).
.
Ativitas pengomposan oleh masyarakat di sumber sampah dan oleh DLHK di TPA rneningkat. Dihasilkan produk pupuk kompos dan daur ulang.
Tabel 29. Lanjutan Aspek Kebijakan Partisipasi stakeholders
Penjabaran Kebijakan Dijadikannya pengelolaan sampah dan kebersihan sebagai prioritas utama kebjakan pembangunan kota Bogor. Menyusun rencana sistem pengelolaan sampah terpadu yang rnelibatkan semua stakeholders Peningkatan kerjasama antar stakeholders
Tujuan Kebijakan Meningkatnya kesadaran pernerintah daerah dan stakeholder akan nilai startegis terjaganya kebersihan Kota sebagai investasi pembangunan Meningkatkan kinerja semua stakeholders terkait dalam pengelolaan sampah di Kota Bogor.
Sasaran Akhir (Tolok Ukur) Pengelolaan sampah menjadi prioritas kebijakan pernbangunan daerah dan tanggung jawab semua pihak (perda tentang sampah) Semua stakeholder mengetahui peran dan tanggungjawab nya dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu.
.
.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Tidak ada perbedaan yang nyata perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukiman antara rnasyarakat yang tinggal di perurnahan tertata dan yang tidak tertata. Faktor tingkat pendapatan rnasyarakat rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap perilaku rnasyarakat dalam pengelolaan sarnpah permukirnan. Sernakin tinggi pendapatan semakin baik perilaku dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan.
2.
Ada lirna faktor penting yang sangat mempengaruhi sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) yaitu: 1) infrastruktur; 2) Perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah; 3) dana; 4) teknologi pengolahan sarnpah; dan 5) partisipasi stakeholders.
3.
Sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnar! di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) dapat diterapkan dengan skenario 'optirnistik' dengan rnelakukan beberapa kebijakan, yaitu: (a) rnenyusun panduan kerangka kerja atau rnanajernen sistern pengelolaan sarnpah
perrnukirnan di Kota Bogor dengan
pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) yang terpadu rnelibatkan sernua stakeholders.
Merinci peran (tugas dan
kewajiban) dari sernua stakeholders, khususnya yang terkait dengan faktor dorninan penentu keberhasilan pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor; (b) rnembentuk wadah khusus penanganan sarnpah terpadu yang beranggotakan seluruh stakeholders pengelolaan sarnpah perrnukirnan, rnenjalin
kerjasarna
dengan
pihak
lernbaga
keuangan,
lernbaga
pendidikan, pers, media cetak dan elektronik, lernbaga keagarnaan dan institusi formal perrnasalahan
(c)
dan
informal di
rnasyarkat untuk
pengelolaan sarnpah
perrnukirnan di
rnenyelesaikan Kota
Bogor;
pengadaan infrastruktur yang rnernadai untuk pelaksanaan sistern
pengelolaan sarnpah perrnukirnan dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
5.2 Saran
1.
Perlu upaya perbaikan perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan melalui program pendidikan dan penyuluhan dalarn bentuk pendarnpingan rnasyarakat.
2.
Diperlukan
komitrnen
pernerintah
Kota
Bogor
untuk
menjadikan
pengelolaan sarnpah dan kebersihan sebagai salah satu prioritas utama pernbangunan daerah dan rnenerapkan konsep 3R+P agar tercapai tujuan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
3.
Perlu dilakukan penelitian secara kornprehensif dampak implernentasi konsep 3R+P dengan rnetode valuasi ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo. S. 2004. Pengelolaan Sampah Terpadu. Makalah Pengelolaan Sarnpah dan Teknologi Pengomposan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup lnstitut Pertanian Bogor. Aida, N. 1996. Usaha Pernanfaatan Barang Bekas Dari Sarnpah Dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Sarnpah Di Kotarnadya Bogor: Studi Kasus TPA Gunung Galuga. [tesis]. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Azwar A. 1996. Pengantar llmu Kesehatan Lingkungan. Edisi kelima. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Kota Bogor Dalarn Angka. Kota Bogor . 2004. Kota Bogor Dalam Angka. Kota Bogor. . 2003. Kota Bogor Dalam Angka. Kota Bogor.
Bappedal dan Lembaga Penelitian ITB. 1995. Pengembangan Model Dinamik Analisis lnteraksi Antar Kependudukan, Pembangunan dan Kondisi Lingkungan Sebagai Masukan Pelaksanaan Koordinasi Antar Pelaku Pernbangunan. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Lembaga Penelitian ITB. Bandung. Barron, W.F., and T.L.Ng. Gordon. 1996. An Assessment Methodology for Environmental Policy Instruments: An Illustrative Aplication to Solid Wastes in HongKong. Environmental Management 48: 283-298. Bebassari, S. 2000. Sistem Pengolahan Sampah Perkotaan di Indonesia. Promatis. Jakarta. Byl, R., Trainmar, and Guadeloupe. 2002. Strategic Planning Using Scenario. Paper to be Prensented at IAME 2002 Confrence. Panama City. Panama. Chan, K. 1998. Mass Communication and Pro-evironrnental Behaviour: Waste recycling in Hongkong. Environmental Management 52: 317-325. Charles, A.S., and J.W. Day. 1997. Ecosystem Modeling in Theory and Practice An Introduction with Case Histories. John Wiley and sons. New York. Dewi, R. 1997. Analisis Ekonomi dan Sosial Penanganan Sampah Kota, Studi Kasus di Wilayah Kotarnadya Bogor. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. [DLHK] Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. 2005. Laporan Tahunan. Pernerintah Kota Bogor.
. 2004. Laporan
Tahunan. Pemerintah Kota Bogor. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 1985. Permasalahan dan Pengelolaan Sampah di Kota Jakarta. Pemkot DKI Jakarta. Jakarta. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. 2003. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Kegiatan TPA Sampah Galuga. Pemerintah Kota Bogor. Dinas Permukiman Kota Bogor. 2004. ldentifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor Ditjen Cipta Karya. 1991. Final Materi Persampahan (pekerjaan Review dan Penyempurnaan materi Training Staf teknik dan perencanaan). Dirjen Cipta karya. Jakarta. EPA. 1989. The Decision Maker Guide To Solid Waste Management. EPA Publ Co. USA. Eriyatno. 2003. llmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press. Bogor. Ford, A. 1999. Modeling in The Environment, An Introduction to System Dynamics Model of Environmental System. Island Press. Washington D.C Cevelo, California. Forrester, J.W. 1968. The Industrial Dynamics. The MIT Press-John Wiley & Sons, Inc. New York. Gaur, A.C. 1983. Manual of Rural Cornposting. FAO, The United Nations. Rome. Gaspersz, V. 1992. Analisis Sistem terapan, Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Penerbit Tarsito, Bandung. Godet, M. 1999. Scenarios and Strategies. A Toolbox For Scenario Planning. Librairie des Arts et Metiers, Paris. France. Granier, L. 1991. Some Issues of Waste Management Research Series Paper Vol. 25. Centre for Research of Human Resources and The Environment. Haeruman, H. 1983. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu. Jakarta. Hardjomidjojo, H. 2002. Panduan Lokakarya Analisis Prospektif. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi lndustri Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Hockett, D., D.J. Lober, and K. Pilgrim. 1995. Determinants of per Capita Municipal Solid Waste Generation in the Southeastern United States. Environmental Management 45: 205-217. Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup-Pernerintah Kota Bogor. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bogor 2005. Buku II. Basis Data Lingkungan Hidup SLHD Kota Bogor 2005. Pemerintah Kota Bogor. Lucas, H.C.Jr. 1993. Analisis, Desain dan lrnplementasi Sistem Inforrnasi. A. Basith [Penerjernah]. Erlangga. Terjernahan dari: Analysis, Desain and Implementation of Information System . Jakarta. Mandailing, M.M. 2001. Partisipasi Pedagang dalam Program Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Pasar (Kasus Di Kota Bogor). pesis]. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Manetch, T.J. and G.L. Park. 1977. Sistern Analysis and Simulation With Application to Economic and Social System Part I. Third Edition, Departement of Electrical Engineering ang System Science, Michigan State University. East Lansing. Michigan. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majernuk. Penerbit PT Grarnedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. . 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press. Bogor
Michell, B., B Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alarn dan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Muhammadi, E. Aminullah, B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Penerbit UMJ Press. Yogyakarta. Murtadho, D. dan E. Gumbira. 1998. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. Pambudy, R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan Penyuluhan Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Pemerintah Daerah Kota Bogor. 2004. Peraturan Daerah Kota Bogor No. 13 Tahun 2004 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Bogor. Sekretariat Daerah Kota Bogor, Pemdakot Bogor. Pemerintah Daerah Kotamadya Tingkat II Bogor. 1999. Peraturan Daerah Kotarnadya Daerah Tingkat II Bogor No. 4 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pelayanan PersampahanIKebersihan. Bogor. Pemerintah Daerah Kotarnadya Tingkat I1 Bogor. Pusat Penelitian Energi Lembaga Penelitian lnstitut Teknologi Bandung. 1996. Laporan Akhir Pekerjaan Model Dinamik Untuk Analisis Lingkungan. lnstitut Teknologi Bandung. Bandung.
Rahmadi, B.S. 1995. Aspek Peluang Kebijakan Yang Terkait dengan Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Prasarana Khusus Persampahan di lndinesia. Makalah Seminar Sehari Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai sumber Energi Alternatif di Jabotabek. PT Gas Negara (Persero) bersama PT Citra Lamtorogung Persada - PT Envientindo Bina Perkasa - Gotz GmbH Metall - und Anlangenbau. Jakarta. Mersyah, R. 2004. Desain Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Bengkulu Selatan. [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Salvato, J.A. 1992. Environmental Engineering and Sanitation - Thrid Edition. John Wiley and Sons inc. New York. Said, E.G. 1987. Sampah Masalah Kita Bersama. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. Sidik, M.A., D. Herumartono, dan H. Sutanto. 1985. Teknologi Pemusnahan Sampah dengan lncenerator dan Landfill. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan Sampah Model Padang. Tidak diterbitkan. Padang, 23--25 Juli 1985. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk llmu-ilmu Sosial. Suyuti 2, Simatupang L, dalam koordinasi Hagul P [Penerjemah]. Terjemahan dari: Nonparametric Statistics for The Behavioral Sciences. Gramedia. Jakarta. Slamet, J.S. 2000. Yogyakarta.
Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Sutjahjo, S.H. 2004. Isu Persampahan di Kota Bogor. Makalah disampaikan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor. Tim LES Kota Bogor. Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengelolaan Buangan secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung. Suryanto. 1988. Persampahan. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta Treyer-POLAGAWAT. 2000. Prospective Analysis on Agriculutral Water Use in the Mediterranean. www.enqref.fr/rqt/doc-pdfrrrever-polaqawatmetodoloqy. PDF. Tucker, P., G. Murney, and J. Lamont. 1998. Predicting recycling scheme Performance: a Process Simulation Approach. Environmental Management 53: 31-48. Udin, F. dan L.C. Desianti. 1994. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Pengembangan Ekspor kayu Lapis Indonesia. Jurnal Teknologi lndustri Pertanian Vol. 4:3 Hal 1-11.
Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statstika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widyatmoko, H. dan M.M. Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Abdi Tandur. Jakarta. Wismanto, D. 2004. Pengelolaan Sampah Kota Bogor (studi kasus). Makalah Pelatihan Pengelolaan Sampah dan Teknologi Pengomposan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Larnpiran 1. Skor Pelayanan Pengangkutan Sarnpah Tingkat Kelurahan di Kota Bogor
No
Kecamatan
Kelurahan
1
Bogor Barat
Menteng Pasir Kuda Pasir Jaya Pasir Mulya Gunung Batu Sindang Barang Bubulak Situ Gede Semplak Cilendek Tirnur Cilendek Barat Curug Mekar Curug Loji Margajaya Balurnbang Jaya
Bogor Selatan
Empang Lawanggintung Biltu Tulis Bondongan Pamoyangan Rangga Mekar Muiyaharja Cikaret Bojongkerta Rancamaya Kertamaya Harjasari Muarasari Genteng Pakuan Cipaku
!30g0r Timur
Sindangsari Sindangrasa Tajur Katularnpa Baranangsiang Sukasari
Luas (ha)
Skor
209 225 290 100 220 368 314 272 105 174 104 195 253 255 154
1 1 1 1 1 03 0,s 0 1 1 1 1 1 1 0 0
90 106 45 491 235 48
0 1 1 1 1 1
44
Larnpiran 1. (lanjutan) Kecamatan 4
Kelurahan
Tanah Sareal
Kebon Pedes Tanah Saeral Kedung Badak KedungJaya Kedung Waringin Sukaresrni Sukadarnai Mekarwangi Kencana Kayu Manis Cibadak
Bogor Tengah
Babakan Sernpur Tegal Lega Babakan Pasar Gudang Paledang Panaragan Pabaton Kebon Kelapa Cibogor Ciwaringin
Bogor Utara
Bantar Jati Tegal Gundil Tanah Baru Cirnahpar Ciluar Cibuluh Keduna Halana cipari$
Luas (ha)
Skor
104
1
170 198 233 444 220 154 192 161 Total 11850 Sumber: Rencana Detail Tata Ruana Kota Kecamatan, Pernda Boaor - (2002) Catatan: Skor 1 berarti seluruh wilayah kelurahan terlayani oleh DLHK Skor 0,5 berarti sebagian besar wilayah kelurahan terlayani Skor 0,25 berarti hanya sebagian kecil wilayah kelurahan terlayani Skor 0 berarti wilayah kelurahan tersebut belum terlayani
1 1 1 0,s 03 1 1 1 0,68
Larnpiran 2.
init flow doc init flow init flow aux doc aux aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux aux doc
Keterangan Setiap Variabel yang Mernbentuk Struktur Model Sistem Pengelolaan Sampah Perrnukirnan Skenario Pesirnistik.
Pop-Pddk = 831.571 Pop-Pddk = +dt*Lj-ptrnbhn-Pdkk Pop-Pddk = populasi penduduk penerirnaan = 2.000.000.000 penerirnaan = +dt*lj-penerimaan Tirnbulan-TPA = 784.000 Tirnbulan-TPA = -dt*laju-pembuangan +dt*laju-tirnbulan-TPA laju-pernbuangan = Tirnbulan-TPA*fr-lj-pbnga laju-pernbuangan = laju pernbuangan laju-tirnbulan-TPA = terangkut Ij-penerirnaan = penerirnaan*fr-penerirnaan Lj-ptrnbhn-Pdkk = Pop-Pddk*Fr-lj-pddk Lj-ptrnbhn-Pdkk = laju pertarnbahan pddk anorganik-TPA = Timbulan-TPA-fr-anorganik-TPA anorganik-TPA = tirnbulan anorganik di TPA anorgnk-RT = tirnbulan-pertahun*fr-anrgnk-RT anorgnk-RT = sarnpah anorganik biaya-angkut = laju-tirnbulan-TPA"fr-biaya-angkut biaya-angkut = biaya pengangkutan biaya-pngln = sisa-srnph-TPA*fr-bya-pnglln biaya-pngln = Biaya pengelolaan di TPA biaya-TPA = sisa-srnph-TPAl-fr-bya-TPA biaya-TPA = biaya pengelolaan 3R by-incenerator = laju-tirnbulan-TPA-fr-by-inc by-incenerator = biaya incenerator kornpos = organik-TPA'fr-kornpos kornpos-RT = Organik-RT*fr-kornpos-RT kompos-RT = kornpos RT Organik-RT = tirnbulangertahun'fr-orgk-RT Organik-RT = sarnpah organik organik-TPA = Tirnbulan-TPA*fr-organik-TPA organik-TPA = Tirnbulan organik di TPA pernulung = sisa-anorganik-fr-pernulung pernulung = diarnbil pernulung Petugas = Truck*fr-petugas recycle-RT = anorgnk-RT*fr-recycle-RT recycle-RT = recycle RT recycle-TPA = anorganik-TPA'fr-recycle reduce-reuse-RT = anorgnk-RT*fr-red-reu-RT reduce-reuse-RT = reuse RT Reuse-TPA = anorganik-TPA*fr-reuse-TPA Reuse-TPA = reuse di TPA Riitasi = laju-tirnbulan-TPNfr-riitasi Riitasi = ritasi Sarnpah-RT = Pop-Pddk-fr-sarnpah-RT Sarnpah-RT = Tirnbulan sarnpah RT sisa-anorganik = anorgnk-RT-(recycle-RT+reduce-reuse-RT) sisa-anorganik = sisa sarnpah anorganik sisa-kornpos-RT = Organik-RT-kornpos-RT sisa-kornpos-RT = sisa kornpos RT sisa-srnph-TPA = Tirnbulan-TPA-(recycle-TPA+Reuse-TPA+kornpos) subsidi = biaya-pngln-penerimaan terangkut = Tirnbulan-TPS-fr-terangkut terangkut = tirnbulan sarnpah terangkut
Lampiran 2. (lanjutan) aux doc aux doc aux doc aux const const const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc
tirnbulan-pertahun = Sarnpah-RT'fr-tahun tirnbulan-pertahun = Tirnbulan sarnpah pertahun Tirnbulan-TPS = sisa~kornpos~RT+(sisa~anorganik-pernulung) Tirnbulan-TPS = tirnbulan sarnpah di TPS Truck = laju-tirnbulan-TPAIfr-truck Truck = truk urnur-TPA = daya-tarnpung-Tpa-sisa~srnph~TPA*fr~dekornposisi daya-tarnpung-Tpa = 2.270.000 fr-anorganik-TPA = 0,148 fr-anrgnk-RT = 0,27 fr-anrgnk-RT = fraksi naorganik RT fr-biaya-angkut = 9.975 fr-biaya-angkut = fraksi biaya pengangkutan fr-by-inc = 12.500 fr-by-inc = fraksi biaya incenerator fr-bya-pnglln = 13.000 fr-bya-pnglln = fraksi biaya pengelolaan di TPA fr-bya-TPA = 3.025 fr-bya-TPA = fraksi biaya pengelolaan fr-dekornposisi = 0,6 fr-kornpos = 0 fr-kornpos = fraksi kornpos di TPA fr-kompos-RT = 0 fr-kompos-RT = fraksi kornpos RT fr-0-pbnga = 0 fr-lj-pbnga = fraksi laju pernbuangan Fr-lj-pddk = 0,035 Fr-lj-pddk = fraksi Laju prtrnbhn pddk fr-organik-TPA = 0.852 fr-organik-TPA = fraksi organik di TPA fr-orgk-RT = 0,73 fr-orgk-RT = fraksi organik RT fr-pemulung = 0,3 fr-pernulung = fraksi pernulung fr-penerirnaan = 0,01 fr-petugas = 5 fr-petugas = fraksi petugas fr-recycle = 0 fr-recycle = fraksi recycle di TPA fr-recycle-RT = 0 fr-recycle-RT = fraksi recycle RT fr-red-reu-RT = 0 fr-red-reu-RT = fraksi reuse RT fr-reuse-TPA = 0 fr-reuse-TPA = fraksi reuse di TPA fr-riitasi = 2.920 fr-riitasi = fraksi ritasi fr-sampah-RT = 0,00269 fr-sarnpah-RT = fraksi sarnpah RT fr-tahun = 365 fr-tahun = fraksi pertahun fr-terangkut = I fr-terangkut = fraksi sarnpah terangkut fr-truck = 8.760 fr-truck = fraksi truk
Lampiran 3.
init flow doc init flow init flow aux doc aux aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux doc aux aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux doc aux aux aux doc
Keterangan Setiap Variabel yang Membentuk Struktur Model Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman Skenario K o n s e ~ a t i f .
Pop-Pddk = 831.571 Pop-Pddk = +dt*Lj-ptrnbhn-Pdkk Pop-Pddk = populasi penduduk penerirnaan = 2.000.000.000 penerirnaan = +dt*lj-penerirnaan Tirnbulan-TPA = 784.000 Tirnbulan-TPA = -dt*laju-pernbuangan +dt*laju-tirnbulan-TPA laju-pernbuangan = Tirnbulan-TPA*fr-lj-pbnga laju-pernbuangan = laju pernbuangan laju-tirnbulan JPA = terangkut Ij-penerirnaan = penerirnaan*fr_penerirnaan Lj-ptrnbhn-Pdkk = Pop-Pdd k*Fr-kpddk Lj-ptmbhn-Pdkk = laju pertarnbahan pddk anorganik-TPA = Tirnbulan-TPA*fr-anorganik-TPA anorganik-TPA = timbulan anorganik di TPA anorgnk-RT = tirnbulan-pertahun*fr-anrgnk-RT anorgnk-RT = sarnpah anorganik biaya-angkut = laju-tirnbulan JPA*fr_biaya-angkut biaya-angkut = biaya pengangkutan biaya-pngln = sisa-smph-TPA-fr-bya-pnglln biaya-pngln = Biaya pengelolaan di TPA biaya-TPA = sisa-smph-TPA*fr-bya-TPA biaya-TPA = biaya pengelolaan 3R by-incenerator = laju-tirnbulan-TPA-fr-by-inc by-incenerator = biaya incenerator kornpos = organik-TPA*fr-kornpos kornpos-RT = Organik-RT*fr-kornpos-RT kornpos-RT = kompos RT Organik-RT = tirnbulangertahun*fr-orgk-RT Organik-RT = sarnpah organik organik-TPA = Tirnbulan-TPA-fr-organik-TPA organik-TPA = Tirnbulan organik di TPA pemulung = sisa_anorganik'frgernulung pernulung = diarnbil pernulunq ~etugas ~ruck*fr-petugas recycle-RT = anorgnk-RT*fr_recycle-RT recycle-RT = recycle RT recycle-TPA = anorganik-TPA*fr-recycle reduce-reuse-RT = anorgnk-RT-fr-red-reu-RT reduce-reuse-RT = reuse RT Reuse-TPA = anorganik-TPA'fr-reuse-TPA Reuse-TPA = reuse di TPA Riitasi = laju-tirnbulan-TPAlfr-riitasi Riitasi = ritasi Sarnpah-RT = Pop-Pddk'fr-sarnpah-RT Sampah-RT = Tirnbulan sarnpah RT sisa-anorganik = anorgnk-RT-(recycle-RT+reduce-reuse-RT) sisa-anorganik = sisa sarnpah anorganik sisa-kompos-RT = Organik-RT-kornpos-RT sisa-kompos-RT = sisa kornpos RT sisa-srnph-TPA = Tirnbulan-TPA-(recycle-TPA+Reuse-TPA+kornpos) subsidi = biaya-pngln-penerirnaan terangkut = Tirnbulan-TPS'fr-terangkut terangkut = tirnbulan sarnpah terangkut
=
Larnpiran 3. (lanjutan) aux doc aux doc aux doc aux const const const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc const doc
tirnbulan-pertahun = Sampah-RT*fr-tahun timbulan-pertahun = Timbulan sampah pertahun Tirnbulan-TPS = sisa~kompos~RT+(sisa~anorgan~k-pemulung) Tirnbulan-TPS = tirnbulan sarnpah di TPS Truck = laju-tirnbulan-TPAIfr-truck Truck = truk umur-TPA = daya-tampung-Tpa-sisa~smph~TPA*fr~dekornposisi daya-tampung-Tpa = 2.270.000 fr-anorganik-TPA = 0,148 fr-anrgnk-RT = 0,27 fr-anrgnk-RT = fraksi naorgan~kRT fr biayaanqkut = 9.975 . - frIbiaya-angkut = fraksi biaya pengangkutan fr-by-inc .- = 12.500 fr-by-inc = fraksi biaya incinerator fr-bya-pnglln = 13.000 fr-bya-pnglln = fraksi biaya pengelolaan di TPA fr-bya-TPA = 3.025 fr-bya-TPA = fraksi biaya pengelolaan fr-dekornposisi = 0,6 fr-kornpos = 0 fr-kompos = fraksi kornpos di TPA fr-kornpos-RT = 0 fr-kornpos-RT = fraksi kornpos RT fr-ljgbnga = 0 fr-kpbnga = fraksi laju pernbuangan Fr-lj-pddk = 0,035 Fr-lj-pddk = fraksi Laju prtmbhn pddk fr-organik-TPA = 0,852 frorganik-TPA = fraksi organik di TPA fr-orgk-RT = 0,73 fr-orgk-RT = fraksi organik RT fr-pernulung = 0.3 fr-pernulung = fraksi pemulung fr-penerirnaan = 0,01 fr-petugas = 5 fr-petugas = fraksi petugas fr-recycle = 0 fr-recycle = fraksi recycle di TPA fr-recycle-RT = 0 fr-recycle-RT = fraksi recycle RT fr-red-reu-RT = 0 fr-red-reu-RT = fraksi reuse RT fr-reuse-TPA = 0 fr-reuse-TPA = fraksi reuse di TPA fr-riitasi = 2.920 fr-riitasi = fraksi ritasi fr-sarnpah-RT = 0.00269 fr-sampah-RT = fraksi sampah RT fr-tahun = 365 fr-tahun = fraksi pertahun fr-terangkut = 0,5716 fr-terangkut = fraksi sarnpah terangkut fr-truck = 8.760 fr-truck = fraksi truk
Larnpiran 4. Contoh Perhitungan Tirnbulan Sarnpah Perrnukirnan Penduduk di Kota Bogor
1. Tirnbulan sarnpah per hari Jurnlah penduduk Kota Bogor sebesar 831.571 jiwa Standar tirnbulan sarnpah per orang sebesar 2,69 liter per hari Maka: Tirnbulan sarnpah permukirnan di Kota Bogor adalah: 831.571 jiwa x 2,69 Iiterljiwalhari = 2.236.926 literlhari Atau 831571 jiwa x 2,69 literljiwalhari x 1/1000 liter/rn3= 2.236 rn31hari
2. Tirnbulan sarnpah per tahun Jurnlah penduduk Kota Bogor sebesar 831.571 jiwa Standar tirnbulan sarnpah per orang sebesar 2,69 liter per hari Maka: Tirnbulan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor per tahun adalah: 831.571 jiwa x 2,69 literljiwalhari x 365 hari = 816.477.986 literltahun Atau 831.571 jiwa x 2,8 Iiterljiwalhari x 1/1000 liter/rn3= 816.477 rn31tahun