ANALISIS RISIKO PROSES KEGIATAN PADA KONTRAKTOR MIGAS Yadrifil1, Yan Alexander2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia Email : 1
[email protected],
[email protected]
Abstrak Manajemen risiko adalah sebuah proses untuk mengukur atau menilai risiko, dan kemudian mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Manajemen rantai suplai, khususnya dalam industri migas cenderung berisiko tinggi dikarenakan memiliki kegiatan rantai suplai yang bersifat kompleks sehingga sangat mungkin terjadi kesalahan-kesalahan di dalam proses yang ada. Hal ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian analisis risiko untuk mengidentifikasi, mengukur, dan kemudian menyusun strategi untuk mengelola risiko tersebut. Dalam penelitian ini,dilakukan proses identifikasi risiko untuk memperoleh risiko-risiko yang terdapat pada manajemen rantai suplai pada beberapa perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang migas. Proses identifikasi risiko ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak KKKS dan berdasarkan studi literatur. Data diperoleh dengan mengirimkan kuesioner kepada responden ahli dalam kegiatan rantai suplai di KKKS. Dari proses ini diperoleh urutan risiko yang dapat menghambat fungsi dan pencapaian tujuan dari rantai suplai tersebut. Selanjutnya dapat ditentukan strategi penanganan risiko untuk kategori risiko tinggi. Kata Kunci: Manajemen risiko, Risiko proses kegiatan
Abstract Risk management is a process for measuing or assessing risk, and then develop a strategy for managing the risk. Supply chain management, especially in the oil and gas industry are likely to be at high risk due to having a supply chain activities are complex so it is very likely to occur errors in existing processes. This can lead to considerable losses for the company. Therefore, the risk analysis study needs to be done to identify, measure, and then devise strategies to manage the risk. In this research, carried out the process of identifying risks to acquire risk-the risk that is present on the supply chain management in contractor the cooperation agreement (KKKS) which is one of the companies engaged in oil and gas field. Risk identification process was carried out through interviews with the KKKS and based on the study of literature. Data retrieved by sending a questionnaire to the respondent's expert in supply chain activities in the KKKS. From this process obtained the order of risks that may inhibit the achievement of the objectives and functions of the supply chain. Further risk management strategies can be specified for high risk category. Key words: Risk management, The risk of the activity
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
1. PENDAHULUAN Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang terkandung di Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara. Sebagai konsekuensinya, penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi baik hulu maupun hilir tidak hanya berdasarkan kepentingan usaha hulu maupun hilir semata, tapi juga kepentingan negara secara keseluruhan. Dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi, fungsi rantai suplai (supply chain) mempunyai peranan yang vital dalam mendukung jalannya operasi sehingga perlu dikelola dengan baik. Pedoman tata kerja pengelolaan rantai suplai yaitu PTK No. 007 REVISI-II/PTK/I/2011, memuat tentang tata cara pelaksanaan pengadaan barang dan jasa oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas sebagai acuan bagi pengadaan barang dan jasa, Proses kegiatan rantai suplai didefinisikan sebagai aktivitas yang harus dilakukan untuk memindahtangankan (handing over) suatu sumber daya atau barang dengan memenuhi empat objektif yaitu on time delivery, order completeness, order correctness dan damage/defect free [1]. Proses kegiatan rantai suplai di KKKS merupakan aktivitas yang harus mendapat perhatian dari KKKS maupun SKK MIGAS. Hal ini disebabkan karena kegiatan rantai suplai yang baik akan menjamin aktivitas rantai suplai di KKKS bisa berjalan efektif dan efisien dengan memenuhi empat objektif diatas. Berdasarkan pedoman tata kerja pengelolaan rantai suplai, terdapat 5 proses kegiatan yang dianggap cukup vital dalam rantai suplai di KKKS, yaitu perencanaan, pengadaan, manajemen aset, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), dan kepabeanan. Dengan demikian, setiap masalah dan hambatan pada setiap proses tersebut, merupakan masalah bagi rantai suplai tersebut secara keseluruhan. Beberapa contoh masalah yang sering terjadi dalam rantai suplai di KKKS diantaranya adalah penawaran vendor yang tidak sesuai dengan apa yang disubmit dalam proposal teknis, pelaksanaan jadwal pelelangan sering tidak tepat waktu, serta barang yang diinspeksi tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan.
Setiap kegiatan dalam rantai suplai suatu perusahaan tidak akan pernah bisa lepas dari risiko yang mungkin terjadi. Dengan keberadaan risiko ini maka hambatan pada suatu proses yang tidak ditangani akan menanggung biaya yang lebih besar dari risiko tersebut. Kajian mengenai risiko perlu dilakukan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menemukan tindakan penanganan yang sesuai sebagai dasar untuk membangun sistem manajemen risiko yang utuh. Manajemen risiko adalah mengambil tindakan dengan sengaja untuk merubah rintangan menjadi apa yang kita anggap baik (meningkatkan kemungkinan suatu hasil yang bagus dan mengurangi hasil yang buruk) [2].Manajemen risiko terhadap proses kegiatan rantai suplai di KKKS perlu dilakukan karena aktivitas pengelolaan rantai suplai ini akan berpengaruh langsung terhadap kegiatan operasi migas. Terdapat suatu hubungan yang kuat antara manajemen risiko dengan keberhasilan suatu proses, dimana suatu proses akan lebih berhasil jika didalamnya melibatkan manajemen risiko yang baik [3]. Penelitian ini difokuskan terhadap gangguan dalam aliran normal suatu rantai suplai pengadaan barang/jasa di KKKS. Dengan pengelolaan risiko yang tepat dan optimal diharapkan dapat mengantisipasi sedini mungkin potential loss yang mungkin terjadi dari risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan pengadaan, yang pada akhirnya dapat menghindarkan atau minimal mengurangi kerugian finansial perusahaan. Oleh karena itu, manajemen risiko rantai suplai diharapkan dapat mengurangi risiko sampai pada tingkat atau level yang dapat diterima dalam proses bisnis rantai suplai.
2. Dasar Teori 2.1 Risiko Risiko mempunyai banyak pengertian dan konotasi. Secara sederhana, risiko adalah kondisi dimana ada kemungkinan penyimpangan buruk dari hasil yang diharapkan atau diinginkan [4]. Definisi lain risiko adalah dampak negatif dari aktifitas yang rentan, dengan mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari kemunculan risiko tersebut [5]. Selain itu, risiko juga dapat diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang menimbulkan atau mengesankan bahaya [6]. Secara umum, selagi kemungkinan atau akibatnya bertambah, maka risikonya bertambah, kedua-duanya harus
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
dipertimbangkan dalam manajemen risiko [7]. Berdasarkan definisi AS/NZ 4360:2004, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang mempunyai dampak pada sasaran atau tujuan. Risiko dapat dihitung dengan mengkombinasikan antara konsekuensi kejadian dan juga kemungkinan terjadinya kejadian tersebut [8]. Risiko dihubungkan dengan cara dalam meramalkan atau mengestimasi kemungkinan terjadinya kerugian. Dalam mendefinisikan risiko ada 2 komponen yang harus diperhatikan, yaitu: • Likelihood Likelihood atau probabilitas adalah kemungkinan terjadinya hazard event. Hazard itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sumber potensial terjadinya accident. Jika dalam pendefinisian risiko menggunakan sudut pandang likelihood, maka risiko dengan nilai probabilitas mendekati 1 (mengingat nilai probabilitas antara 0 dan 1) dapat dikatakan sebagai risiko dengan kategori tinggi. • Impact Impact atau yang disebut juga sebagai konsekuensi adalah hasil dari terjadinya hazard event, yang mencakup kerusakan, kehilangan, kerugian atau luka pada seseorang. Jika dalam pendefinisian risiko menggunakan sudut pandang impact, maka risiko yang menghasilkan impact terbesar dapat dikatakan sebagai risiko dengan kategori tinggi. Menurut Kaplan & Garrick (Kaplan & Garrick, 1981), dalam menganalisis risiko kita berusaha membayangkan bagaimana masa depan akan terjadi jika kita mengambil suatu tindakan tertentu (atau tidak bertindak sekalipun). Selain itu Kaplan juga menyatakan semakin tinggi dampak yang diakibatkan oleh suatu risiko maka probabilitas kemunculannya akan semakin rendah. Sebaliknya risiko yang probabilitasnya semakin tinggi, maka semakin kecil dampak yang diakibatkan oleh risiko tersebut [9]. 2.2 Manajemen Risiko
probabilitas dan dampak dari peristiwaperistiwa yang tidak diinginkan pada tujuan proyek. Ciri-ciri dari suatu manajemen risiko adalah adanya proses, membutuhkan data kualitatif dan kuantitatif, dimiliki oleh setiap orang dalam sebuah perusahaan, perlu dukungan dari top management [10]. Manajemen risiko merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk diterapkan di perusahaan-perusahaan yang senantiasa terekspos oleh risiko yang setiap saat dapat muncul. Terdapat beberapa versi yang menggambarkan tahapan yang dilakukan dalam manajemen risiko. Misalnya saja tahapan manajemen risiko berdasarkan Project Management Body of Knowledge (PMBOK) adalah: 1. Perencanaan risiko manajemen 2. Identifikasi risiko 3. Analisis risiko secara kualitatif 4. Analisis risiko secara kuantitatif 5. Perencanaan respon terhadap risiko 6. Kontrol dan pengawasan terhadap risiko Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen risiko di suatu perusahaan dapat berbeda-beda sesuai dengan kecenderungan suatu perusahaan dalam menghadapi dan menilai suatu risiko. Ada 8 komponen yang saling berkaitan dalam manajemen risiko perusahaan yang didefinisikan oleh COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission), yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Internal envirinment Objective setting Event identification Risk assessment Risk response Control activities Information & Communication Monitoring
Hubungan dari kedelapan komponen tersebut dapat dilihat pada gambar kotak tiga dimensi (Gambar 1) di bawah ini.
Manajemen risiko berdasarkan Australian/New Zealand Risk Management Standard (AS/NZ 4360:2004) merupakan suatu budaya, prosesproses dan struktur yang diarahkan menuju manajemen efektif dari peluang-peluang potensial dan efek-efek yang tidak diharapkan. Kegiatan manajemen risiko termasuk memperbesar probabilitas dan dampak dari peristiwa-peristiwa positif dan meminimalisasi
Gambar 1. Hubungan antar komponen manajemen risiko berdasarkan COSO
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
Pemerintah Australia dan New Zealand pun menetapkan standar yang membahas mengenai permasalahan manajemen risiko yang lebih dikenal dengan Australian/New Zealand Risk Management Standard (AS/NZ 4360:2004) [11]. Berikut ini adalah tahapan manajemen risiko berdasarkan standard AS/NZ 4360:2004, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Menetapkan Konteks Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Penanganan Risiko
3. METODE PENELITIAN Gambar 2. Tahapan manajemen risiko Dalam penelitian ini, standar yang digunakan mengacu pada standar manjemen risiko berdasarkan Australian/New Zealand 4360:2004. Adapun tahap manajemen risiko berdasarkan standar AS/NZ 4360:2004 dapat dilihat pada Gambar 2. Penetapan konteks manajemen risiko merupakan tahap pertama yang harus dilakukan pada proses manajemen risiko. Pada penelitian ini, risiko yang akan ditelusuri adalah kegiatan manjemen rantai suplai pada tahap perencanaan, pengadaan, manajemen aset, TKDN, dan kepabeanan. Tujuan pengelolaan rantai suplai yang diterapkan oleh KKKS adalah memperoleh dan mendayagunakan barang/jasa yang dibutuhkan dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, dan tempat yang tepat secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku serta memenuhi prinsip-prinsip etika rantai suplai. Tujuan dari analisis risiko yang dilakukan adalah untuk menjaga dan menjamin kelangsungan manajemen rantai suplai yang ada di KKKS dengan mengidentifikasi risiko-risiko yang ada pada kegiatan rantai suplai di KKKS untuk dapat diperoleh tindakan penanganan yang sesuai dengan prioritas risiko sehingga kegiatan rantai suplai di KKKS dapat berjalan dengan optimal.
Identifikasi risiko merupakan proses dalam menentukan apa, kenapa, dan bagaimana risiko itu dapat terjadi. Tujuan dari mengidentifikasi risiko adalah untuk dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi sehingga akibat dari risiko tersebut dapat dikurangi atau dieliminir. Output yang diharapkan dari proses ini adalah daftar atau list risiko yang nantinya akan masuk dalam tahap penilaian risiko. Dalam mengidentifikasi risiko, dilakukan beberapa tahapan identifikasi risiko, yaitu melalui wawancara dan berdasarkan studi literatur. Item risiko dikelompokkan oleh peneliti ke dalam 5 kelompok risiko sesuai dengan kegiatankegiatan yang ada di dalam rantai suplai di KKKS, yaitu kelompok risiko perencanaan, kelompok risiko pengadaan, kelompok risiko TKDN, kelompok risiko manajemen aset, dan kelompok risiko kepabeanan. Dari tahap identifikasi risiko didapatkan 42 item risiko yang mungkin terjadi pada rantai suplai di KKKS. Setelah mendapatkan item risiko, penelitian dilanjutkan dengan analisis risiko. Analisa risiko berdasarkan AS/NZ 4360:2004 adalah proses sistematis untuk memahami keadaan awal sehingga dapat digunakan sebagai dasar saat menarik kesimpulan mengenai tingkatan risiko. Tahap analisis risiko mendapat input dari tahap identifikasi risiko berupa daftar risiko, sedangkan output yang diharapkan dari tahap analisis risiko adalah tingkat atau level setiap risiko. Untuk memperoleh level atau tingkat dari setiap risiko, penulis menggunakan kuesioner yang dikirim kepada responden di KKKS yang dianggap ahli/expert pada divisi SCM. Probabilitas terjadinya risiko dibagi dalam 5 tingkatan, yaitu sangat rendah, rendah,
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
medium, tinggi, dan sangat tinggi [12]. Kriteria dari setiap tingkatan probabilitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3. Daftar Responden
Tabel 1. Kriteria probabilitas PROBABILITAS
SKALA
DESKRIPSI
Sangat Rendah
1
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 0 - 5%
Rendah
2
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 6 - 20%
Medium
3
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 21 - 50%
Tinggi
4
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 51 - 90%
Sangat Tinggi
5
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 91 - 99%
Penilaian terhadap dampak juga terbagi ke dalam 5 tingkatan, yaitu Insignificant, Minor, Medium, Major, Extreme. Kriteria dari setiap tingkatan dampak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria dampak DAMPAK SKALA Insignificant
1
Minor
2
Moderate
4
Major
8
Extreme
16
DESKRIPSI Jika item risiko berdampak sangat kecil terhadap penambahan waktu dan biaya dan dianggap masih dalam toleransi yang bisa diterima Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya sebesar 0-5% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan tidak mempengaruhi kegiatan SCM di KKKS Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya sebesar 6-10% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan mempengaruhi kegiatan SCM di KKKS Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya sebesar 11-20% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan sangat mempengaruhi kegiatan SCM di KKKS Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya sebesar >20% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan membuat kegiatan SCM di KKKS terhenti
Tujuan dari tingkatan kriteria tersebut adalah untuk menyamakan persepsi setiap responden dalam mengisi kuesioner. Kuesioner yang sudah dibuat kemudian akan dikirimkan kepada responden di KKKS melalui email. Responden yang mengisi kuesioner merupakan para ahli/pakar yang berpengalaman dan memiliki jabatan-jabatan penting yang ada pada divisi SCM di KKKS. Daftar responden yang mengisi kuesioner ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Nilai dari probabilitas dan dampak tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai risiko dari setiap item risiko. Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai risiko ini adalah
R = (P × I )
[13]
Tabel matriks level risiko di bawah ini menunjukkan bagaimana tingkatan risiko secara keseluruhan ditentukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari tiap level probabilitas dan dampak. Matriks tersebut dapat disesuaikan besarnya sesuai dengan penilaian risiko yang diinginkan. Tabel 4. Matriks Level Risiko
Setelah dilakukan perhitungan terhadap nilai risiko, maka risiko dapat dikategorikan dalam 3 level atau tingkatan berdasaran range berikut ini: Tabel 5. Kategori Risiko
Score 1-6 7 - 14 >=15
Kategori Risiko Low Risk Medium Risk High Risk
4. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Setelah kategori risiko diketahui, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi risiko. Output yang diharapkan pada tahapan ini adalah penentuan prioritas penanganan, dalam arti risiko mana yang akan dilakukan tindakan penanganan dan risiko mana yang tidak akan mendapatkan penanganan.
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
Tabel 6. Peringkat risiko Tahapan Evaluasi risiko dimulai dengan terlebih dahulu membuat peringkat dari setiap item risiko. Berdasarkan kriteria kategori risiko dari Tabel 5 peneliti mengurutkan item risiko dari nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah. Tujuan dari dilakukannya pengurutan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui secara pasti posisi sebuah item risiko dibandingkan dengan item risiko yang lain. Dari hasil pengurutan risiko yang dilakukan diketahui bahwa risiko UKM belum bisa menunjang kegiatan hulu migas menduduki urutan tertinggi dengan nilai risiko 24,4. Hal ini menunjukkan bahwa risiko ini memiliki probabilitas tinggi dan dampak yang dihasilkannya pun cukup tinggi. Sedangkan risiko tidak ada berita acara penerimaan aset, risiko laporan terlambat dari batas waktu yang ditentukan sehingga menghambat proses pengadaan, dan risiko laporan kegiatan pengadaan barang belum lengkap dipenuhi menempati urutan terbawah dengan nilai risiko 3. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas tejadinya risiko ini rendah dan dampak yang dihasilkannya pun rendah. Untuk mempermudah kita dalam mengetahui peringkat risiko, pada Tabel 6 berikut ini akan ditampilkan peringkat risiko mulai dari risiko tertinggi sampai dengan risiko yang terendah, dimana setiap risiko dilengkapi dengan nilai risikonya. Tahap berikutnya dalam penelitian ini adalah penanganan risiko. Penanganan risiko juga dapat dikatakan sebagai perencanaan dalam menghadapi risiko itu sendiri. Tujuan dari penanganan risiko adalah mempersiapkan orang untuk melakukan sesuatu bila risiko terjadi dan juga mengurangi risiko yang mungkin terjadi. Mempunyai rencana penanganan terhadap risiko memiliki keuntungan yaitu memungkinkan kegiatan yang tekena dampak atau akibat dari risiko tersebut dapat direspon dengan cepat sehingga meminimalkan dampak maupun gangguan dari terhambatnya suatu kegiatan pada rantai suplai di KKKS. Selain itu penanganan risiko bertujuan untuk dapat meminimalkan likelihood dan impact dari risiko yang terjadi. Dalam penelitian ini, risiko yang akan dilakukan penanganannya adalah risiko-risiko dengan Tindakan kategori tinggi (high risk). penanganan yang dapat digunakan untuk menangani risiko-risiko kategori tinggi (high risk) dapat dilihat pada Tabel 7.
Risk Event
Score
Kategori Risiko
UKM belum bisa menunjang kegiatan hulu migas Terjadi perubahan requirement dari user Tidak didapatkan persetujuan akhir dari Departemen terkait dan Menteri Keuangan Tidak ada R&D yang mendukung TKDN Importir tidak memiliki Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) Importir tidak memiliki Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) Produsen lokal belum mampu memenuhi spesifikasi dari yang diminta Kapasitas tersedia dari pemasok belum mencukupi Dalam prosedur penyusunan dokumen WP&B, ada yang tidak bisa disetujui (approval) Terjadi perubahan spesifikasi yang dibutuhkan Fluktuasi harga pasar Industri dalam negeri masih lemah dalam teknologi dan permodalan Sistem identifikasi aset di KKKS belum bisa diakses oleh semua bagian yang membutuhkan. Penawaran yang dibuat oleh pemasok tidak sesuai dengan apa yang sudah di submit Kualitas pemasok tidak memenuhi standar Informasi inventory yang terlambat Importir khusus tidak memiliki Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) Prosedur/alur birokrasi proses persetujuan WP&B yang memakan waktu cukup lama Peraturan dan kebijakan pemerintah tentang komponen lokal belum menunjang Kesalahan penghitungan material persediaan saat stock opname Dokumen penagihan belum selesai diverifikasi (15 hari kerja) Kelengkapan dokumen utama belum memenuhi standar WP&B Jumlah komponen dalam negeri dari penyedia barang/jasa masih di bawah 50%
24,4 24
High High
21,6
High
21
High
20,4
High
20,4
High
18,4
High
17,6
High
16
High
15,6 15,6
High High
14,4
Medium
13,4
Medium
12,8
Medium
12,8 12
Medium Medium
11,6
Medium
10,8
Medium
10,8
Medium
10,4
Medium
10,4
Medium
10,2
Medium
8,8
Medium
Dokumen pengadaan belum sesuai lingkup pekerjaan.
8,4
Medium
Metode penghitungan perencanaan material persediaan tidak tepat
8,2
Medium
Dokumen pengadaan belum sesuai syarat-syarat kerja. Ada penghitungan aset yang salah Keadaan politik tidak stabil SDM Migas belum mempunyai kompetensi dan sertifikasi internasional Pembayaran belum dilakukan setelah 30 hari masa verifikasi Adanya biaya tak terduga Kelengkapan dokumen pendukung belum memenuhi standar WP&B CSR tidak terkait dengan program TKDN Tidak percaya kepada produsen lokal Belum melalui proses quality control dan quality assurance
8
Medium
8 7,8
Medium Medium
7,6
Medium
7,6
Medium
7,2
Medium
7
Medium
7 6,8
Medium Low
5,4
Low
Persyaratan untuk penghapusan aset belum terpenuhi
5,2
Low
Due diligence tidak terpenuhi Dokumen pengadaan belum sesuai tata cara proses pengadaan Informasi yang tertunda Tidak ada berita acara penerimaan aset Laporan terlambat dari batas waktu yang ditentukan sehingga menghambat proses pengadaan Laporan kegiatan pengadaan barang belum lengkap dipenuhi
5,2
Low
4,6
Low
4 3
Low Low
3
Low
3
Low
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
Tabel 7. Tindakan Penanganan Risiko Usulan tindakan penanganan risiko diberikan kepada 11 risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko tinggi (high risk) yang dilakukan melalui langkah-langkah pengurangan terhadap risiko (risk mitigation) dan memindahtangankan tanggung jawab risiko (risk transfer).
6. REFERENSI [1]. Gaudenzi, B. & Borghesi, A. (2006), "Managing risks in the supply chain using the AHP method". International Journal of Logistics Management [2]. Borge. (2001), “The book of risk”, hal. 4.
5. KESIMPULAN Hasil identifikasi risiko sepanjang rantai suplai di KKKS menunjukkan terdapat 42 risiko yang perlu mendapat perhatian, dengan 11 risiko yang masuk ke dalam kategori risiko tinggi (high risk) sehingga diprioritaskan untuk mendapat penanganan. Persentase dari masingmasing kelompok risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko tinggi (high risk), adalah TKDN 55%, kepabeanan 18%, perencanaan 9%, pengadaan 9%, dan manajemen aset 9%. Kesebelas risiko tinggi tersebut adalah UKM belum bisa menunjang kegiatan hulu migas, Tidak didapatkan persetujuan akhir dari Departemen terkait dan Menteri Keuangan, Tidak ada R&D yang mendukung TKDN, Importir tidak memiliki Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), Importir tidak memiliki Nomor Identitas Kepabeanan (NIK), Terjadi perubahan requirement dari user, Produsen lokal belum mampu memenuhi spesifikasi dari yang diminta, Kapasitas tersedia dari pemasok belum mencukupi, Dalam prosedur penyusunan dokumen WP&B, ada yang tidak bisa disetujui (approval), Fluktuasi harga pasar, Terjadi perubahan spesifikasi yang dibutuhkan.
[3]. Paul Elkington dan Clive Smallman. (2002), “Managing Project Risk: A Case Study from the Utilities Sector”, dalam International Journal of Project Management, Cambridge University Press, United Kingdom, p. 53 [4]. Emmet J. Vaughan. (1996), “Risk Management”, John Wiley & Sons, New Jersey, hal. 8. [5]. G. Stoneburner, A. Goguen, A. Feringa. (2001), “Risk Management Guide for Information Technology System”, dalam Recommendtions of the National Institute of Standards and Technology, National Institute of Standards and Technology, U.S Government Printing Office, Washington, hal. 1 [6]. S. Regan. (2003), “Risk Management Implementation and Analysis”, dalam AACE International Transactions, hal. 10.1 [7]. Harold Kerzner. (2003), Project Management: A System Approach to Planning, Scheduling, and Controlling, 8th ed., John Wiley & Sons, New Jersey, p.653 [8]. Health, Austin. (2005), “Risk Management Policy”, hal. 4-6. [9] Kaplan, S. & Garrick, J. (1981) “ On The Quantitative Definition of Risk “. Risk Analysis. [10].Mestchian, Peyman. (2000), ”Risk Intelligence – from compliance to performance”, dalam Journal Risk Intelligence, hal 3-6. [11]. Heller, Ted. (2004), Australia/New Zealand Risk Management Guideline (AS/NZ 4360:2004). [12]. Patterson, Fiona & Kevin Neailey. (2002), “A Risk Register Database System to Aid The Management of Project Risk”, dalam International
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013
Journal of Project Management, Vol. 20, hal. 365-374. [13]. Office of Project Manajement Process Improvement. (2003). Project Risk Management Handbook. Sacramento: Author.
Analisis Risiko..., Yan Alexander, FT UI, 2013