PENENTUAN KRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER PADA KONTRAKTOR MIGAS MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Yadrifil dan Ahmad Tri Sarifudin Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Dengan tingginya tingkat persaingan bisnis dalam industri hulu migas, maka para kontraktor migas dituntut untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Namun disamping perbaikan di internal perusahaan dibutuhkan pula perbaikan dari sisi supplier. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuat acuan kriteria penilaian dalam proses pemilihan supplier pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kriteria dan subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier, serta memperoleh kriteria utama dalam pemilihan supplier kontraktor migas. Tiga kriteria terpenting yang didapat adalah K3LL, Kualitas, dan Teknis. Kata Kunci: Analytic Hierarchy Process (AHP), Pemilihan Supplier ABSTRACT With the high level of business competition in the upstream oil and gas industry, then the oil and gas contractors are required to improve performance and optimize resources. However, in the addition to improve in the company’s internal, it takes also an improvement from the supplier. In connection with this, research was done to make the reference criteria in the process of the supplier selection and procurement. This research aims to map the criteria and sub-criteria to assessment in the supplier selection, as well as acquiring the main criteria in the supplier selection for oil and gas contractors. Three of the most important criteria are HSE, quality and technical. Keywords: Analytic Hierarchy Process (AHP), Supplier Selection
1. Pendahuluan Tingginya tingkat persaingan bisnis dalam industri migas membuat para kontraktor migas harus meningkatkan kinerjanya dan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Hal ini tentunya harus didukung perbaikan dari sisi para supplier pada rantai suplai kontraktor di bidang migas tersebut. Untuk menjaga kinerja SCM perusahaan dalam produksi minyak dan gas, kontraktor migas dituntut untuk memilih supplier yang handal untuk memenuhi kebutuhan pengadaan mereka. Masalah evaluasi supplier dan seleksi selalu dipandang sebagai tanggung jawab yang paling penting dari departemen pengadaan/purchasing dan untuk alasan tersebut, mendapatkan banyak perhatian dari para praktisi dan peneliti. Pemilihan supplier adalah keputusan operasional yang sangat penting, yang melibatkan pemilihan supplier dalam situasi yang realistis dengan berbagai kendala yang banyak [1]. Dalam proses pemilihan ini diperlukan suatu metode yang memudahkan penilaian
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
dengan pengambilan keputusannya. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kriteria-kriteria dan banyaknya alternatif supplier, maka perlu dipakai suatu teknik penilaian yang efektif dan tidak kompleks, tetapi memberikan hasil yang akurat. Oleh karena itu diperlukan pemetaan dan penentuan kriteria pemilihan supplier sebagai dasar penilaian untuk mendapatkan supplier yang handal. Metode yang berhubungan dengan permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan multikriteria sangat banyak. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk pengambilan keputusan multi-kriteria adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan metode yang memperhatikan faktor-faktor subyektifitas seperti persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP adalah prosedur yang berbasis matematis untuk mengevaluasi kriteria-kriteria tersebut. AHP juga memperhitungkan validitas data dengan adanya batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria yang dipilih [2].
2. Dasar Teori 2.1 Pengadaan Barang Leenders (1997) mengartikan purchasing sebagai proses pembelian, pencarian kebutuhan, pemilihan supplier, negosiasi harga, dan controlling untuk kepastian pengantaran [3]. Kegiatan pembelian bahan baku memiliki potensi untuk memainkan peranan penting dalam mengembangkan efisiensi pada perusahaan agar perusahaan dapat lebih kompetitif. Departemen pengadaan/purchasing merupakan bagian yang sangat penting dari perusahaan yang harus mematuhi kebijakan dasar manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya departemen pengadaan/purchasing harus dapat memberikan kontribusi yang optimum kepada manajemen perusahaan sebagai bagian penting dalam sebuah organisasi yang memainkan peranan penting dalam upaya mencapai target profit yang ditetapkan manajemen [4]. Pada dasarnya proses dan pengambilan keputusan pengadaan barang dilakukan oleh kontraktor migas. Dalam rangka pelaksanaan tugasnya SKK MIGAS melakukan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pengadaan barang yang dilakukan oleh kontraktor migas. Beberapa tahapan proses pelaksanaan pengadaan barang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh SKK MIGAS, sebelum dapat dilaksanakan. Lingkup kegiatan pengadaan barang meliputi penyusunan rencana pengadaan, pemilihan supplier, pengadministrasian Kontrak, pembinaan supplier dan penyelesaian perselisihan. Pengadaan barang meliputi pengadaan barang untuk kepentingan pengisian persediaan (inventory) di gudang atau untuk dipergunakan secara langsung dalam kegiatan operasional atau proyek atau membeli peralatan (equipment). Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara[5]: a. Membeli barang atau peralatan hasil produksi masal (mass product) kepada pabrikan atau kepada pedagang; atau b. Membeli barang pesanan kepada bengkel (workshop) atau pabrikator barang atau peralatan yang harus dibuat/ dipabrikasi terlebih dahulu dengan desain tertentu (tailor made).
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
2.2 Pemilihan Supplier Seleksi supplier merupakan salah satu isu yang paling penting dari perusahaan yang harus dipertimbangkan secara sistematis dari perspektif para pengambil keputusan [6]. Sebuah perusahaan yang memutuskan untuk membeli bahan ketimbang membuatnya harus memilih supplier. Dalam prosesnya, seleksi supplier mempertimbangkan beberapa faktor, seperti biaya persediaan dan transportasi, ketersediaan pasokan, kinerja pengiriman, dan kualitas pemasok. Pemilihan supplier didefinisikan sebagai proses untuk menemukan supplier yang mampu menyediakan pembeli dengan hak kualitas produk atau jasa dengan harga yang tepat, tepat jumlah dan pada waktu yang tepat [7]. Pemilihan dari supplier untuk kemitraan mungkin adalah langkah yang paling penting dalam menciptakan aliansi sukses. Pemilihan supplier yang tepat merupakan faktor penting yang mempengaruhi berakhirnya hubungan pembeli-pemasok. Jika proses ini dilakukan dengan benar, kualitas yang lebih tinggi, lebih lama hubungan yang abadi lebih dicapai [8]. Keputusan untuk memilih supplier bukanlah hal yang mudah. Pada kenyataannya banyak hal yang harus harus dipertimbangkan dalam memilih supplier. Hal ini menjadi bahasan utama diberbagai forum sejak tahun 1960-an. Salah satu hasil penilitian yang dilakukan oleh Dickson yang lebih dikenal dengan Dickson’s Vendor Seletion Criteria [9], dimana kriteria dalam pemilihan supplier dibagi menjadi 23 kriteria seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 (Weber et al, 1991). Tabel 1 Kriteria Pemilihan Supplier No
Kriteria
Keterangan
1
Quality
Kualitas barang
2
Delivery
Waktu pengiriman
3
Performance History
Histori peforma
4
Warranties & Claim Products
Garansi dan layanan pengaduan
5
Production Facilities & Capacities
Kapasitas dan fasilitas produksi
6
Price
Harga barang
7
Technical Capabilities
Kemampuan teknis
8
Financial Position
Posisi keuangan perusahaan
9
Procedural Compliance
Prosedur pengaduan
10
Communication System
Sistem komunikasi
11
Reputation & Position
Posisi dan reputasi perusahaan
12
Desire of Business
Jiwa bisnis
13
Management & Organization
14
Operating Control
Manajemen dan organisasi h Control dalam pengoperasian
15
Repair Service
Perbaikan pelayanan
16
Attitude
Perilaku
17
Impression
Kesa
18
Packaging Ability
Kemampuan pengemasan
19
Labor Relation Record
Hubungan dengan pegawai
20
Geographical Location
Lokasi geografis
21
Amount of Past Business
Jumlah bisnis sebelumnya
22
Training Aids
Bantuan Pelatihan
23
Reciproval Arrangemnets
Adanya hubungan timbale balik
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Thanaraksakul dan Phruksaphanrat (2009) membuat klasifikasi kriteria-kriteria tersebut berdasarkan 23 kriteria yang ditemukan Dickson dan membandingkan 76 paper berkaitan dengan kriteria supplier [10]. Kriteria-kriteria yang diklasifikasikan adalah kualitas, pengantaran, biaya, kapasitas produksi, servis perbaikan, teknologi informasi, kondisi finansial, inovasi, kontrol operasi, sistem kualitas yang diterapkan, manajemen organisasi, pelatihan personal dan pengembangan, kehandalan produk, catatan performa supplier, lokasi, reputasi, pengepakan, jumlah hubungan supplier dengan perusahaan lainnya, kondisi hubungan supplier dengan perusahaan, garansi, prosedur untuk klaim, kepuasan konsumen, perilaku supplier, catatan pekerja pada supplier, aspek ekonomis, tujuan bisnis supplier, tanggung jawab sosial dan lingkungan, keselamatan dalam bekerja, stabilitas domestik, faktor budaya, dan risiko politik. 2.2.1 Metode Pemilihan Supplier Pada prinsipnya supplier dalam pengadaan barang pada setiap kontraktor migas atau dikenal sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas dilakukan melalui pelelangan umum. Dalam keadaan tertentu sesuai ketentuan pedoman ini, pemilihan supplier dapat dilakukan melalui pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung, kartu pengadaan (procurement card), pengadaan secara elektronik (e-Procurement) atau melalui swakelola [11]. 1. Pelelangan Umum Pelelangan umum adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka untuk umum, mengacu kepada prinsip dasar pengelolaan rantai suplai dengan diumumkan terlebih dahulu melalui papan pengumuman resmi kontraktor migas, media cetak dan apabila memungkinkan melalui media elektronik. 2. Pelelangan Terbatas Pelelangan terbatas dilaksanakan dengan cara mengundang melalui pengumuman minimal 2 (dua) calon peserta yang memenuhi kriteria tertentu. 3. Pemilihan Langsung Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dengan mengundang sekurangkurangnya 3 (tiga) Penyedia Barang. 4. Penunjukan Langsung Pengadaan secara penunjukan langsung dilaksanakan dengan cara menunjuk langsung kepada 1 (satu) Penyedia Barang. 5. Procard Pengadaan dengan procurement card (procard) adalah pengadaan barang/jasa secara penunjukan langsung dengan menggunakan media procard sebagai sarana pembayaran tanpa harus menerbitkan surat perjanjian/ Kontrak, surat pesanan, atau purchase order (PO). 6. Pengadaan Secara Elektronik
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Pengadaan secara elektronik (e-Procurement) merupakan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan menggunakan jaringan elektronik (jaringan internet atau intranet) atau electronic data interchange (EDI). 7. Swakelola Swakelola merupakan pekerjaan yang pelaksanaannya direncanakan, dikerjakan dengan menggunakan tenaga dan peralatan sendiri dan diawasi sendiri atau pelaksanaannya dikuasakan kepada pihak lain. Jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan secara swakelola oleh Kontraktor KKS sendiri, antara lain namun tidak terbatas pada pekerjaan penyelenggaraan pendidikan dan latihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya. 2.3 Analytic Hierarchy Process AHP merupakan metode yang digunakan untuk meranking alternatif keputusan dan memilih salah satu alternatif keputusan yang terbaik ketika pembuat keputusan memiliki berbagai kriteria. Dengan metode AHP pembuat keputusan dapat memilih alternatif yang terbaik yang sesuai dengan kriteria keputusannya, serta memberikan rangking untuk setiap alternatif kebutuhan berdasarkan kelayakan setiap alternatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Dalam penggunaan AHP untuk suatu permasalahan yang kompleks biasanya terdiri dari empat tahap [9]. Berikut ini tahapan dalam menggunakan AHP:
Tahap 1: Break down permasalahan yang kompleks ke dalam sebuah elemen pemilihan kecil dan kemudian menyusun elemen ke dalam bentuuk hirarki. Tujuan dari keputusan tersebut ditunjukkan pada level teratas dari hirarki. Kriteria dan subkriteria keputusan ditunjukkan pada level tengah, dan sedangkan alternatif keputusan ditunjukkan pada level terakhir dari hirarki. Tahap 2: Membuat serangkaian perbandingan berpasangan antar setiap elemen berdasarkan skala rasio. Matriks perbandingan berpasangan dari semua elemen dalam sebuah tingkatan hirarki dengan mengacu pada sebuah elemen dari tingkatan yang lebih tinggi dibangun sebagai prioritas dan merubah keputusan perbandingan individu menjadi sebuah rasio skala pengukuran dengan menggunakan skala 9.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Tahap 3: Menggunakan metode eigen value untuk memperkirakan bobot relatif setiap elemen. Setelah seluruh matriks dibuat dan hasil dari seluruh perbandingan berpasangan diperoleh, bobot relatif (derajat kepentingan relatif diantara setiap elemen), bobot keseluruhan, dan eigenvalue maksimum (λmax) untuk setiap matriks yang kemudian dijumlahkan. Setelah didapat λmax, maka hitung indeks konsistensi (CI) dengan rumus sebagai berikut:
( λmaks − n ) ( n − 1)
CI =
Setelah indeks konsistensi (CI) diperoleh, langkah selanjutnya adalah menghitung rasio konsistensi. Tingkat inkonsistensi yang dapat diterima adalah tingkat inkonsistensi di bawah 10%. Berikut ini rumus menghitung rasio konsistensi:
CR =
CI RI
Tahap 4: Menjumlahkan bobot relatif tersebut dan mensisntesis untuk pengukuran akhir dari alternatif keputusan yang diberikan.
3. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, AHP digunakan untuk mendapatkan bobot kepentingan kriteria dan subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier pada kontraktor migas. Berikut ini langkah-langkah pembuatan AHP dapat dilihat pada Gambar 1. Menentukan kriteria
Membuat
Melakukan
dan subkriteria
struktur hirarki
perbandingan
untuk penilaian
penilaian dalam
berpasangan
dalam pemilihan
pemilihan
dan membuat
supplier
supplier
prioritas
->Kuesioner 1
-> Kuesioner 2
Menghitung bobot akhir dari kriteria
>
Dengan
Membuat kesimpulan dan saran
software
Expert Choice
Gambar 1. Langkah Pembuatan AHP Langkah pertama yang dikerjakan adalah menentukan kriteria dan subkriteria untuk pemilihan supplier. Pemilihan didasarkan pada studi literatur, observasi terhadap sistem pengadaan yang saat ini digunakan oleh kontraktor migas yang berdasarkan pedoman dalam pengadaan barang yang telah dibuat oleh SKK MIGAS, dan kuesioner disebarkan kepada para ahli yang telah berpengalaman dalam pengadaan barang pada setiap kontraktor migas.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kepentingan relatif melalui kuesioner perbandingan berpasangan. Seluruh kriteria dan subkriteria yang telah diperoleh dibandingkan untuk mengetahui tingkat kepentingannya masing-masing, dengan menggunakan skala pengukuran 9 titik Saaty. Hasil dari perbandingan berpasangan ini kemudian akan diolah menggunakan software Expert Choice. Hasil ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengajuan usulan dan penarikan kesimpulan. 4. Analisis Hasil 4.1 Analisis Hasil Pembobotan Berikut ini Tabel 2 memuat hasil pembobotan tehadap kriteria utama dan subkriteria teknis, SDM, K3LL, finansial, harga, pengiriman, kualitas, fasilitas & kapasitas produksi, manajemen & organisasi Tabel 2. Perbandingan Bobot Kriteria Utama Urutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kriteria K3LL Kualitas Teknis Fasilitas dan Kapasitas Produksi Pengiriman Finansial Harga SDM Manajemen dan Organisasi
Bobot 0.234 0.189 0.106 0.094 0.091 0.079 0.073 0.071 0.064
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa dalam menilai supplier, kriteria K3LL memiliki bobot tertinggi yaitu sebesar 0.234. Diikuti dengan kriteria kualitas (0.189), Teknis (0.106), fasilitas dan kapasitas produksi (0.094), pengiriman (0.091), finansial (0.079), harga (0.073), SDM (0.071), manajemen dan organisai (0.064). Dengan total bobot 0.529 (lebih dari 0.5), tiga kriteria yaitu K3LL, kualitas dan teknis menjadi prioritas dalam menilai supplier.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Kriteria Pemilihan Supplier
Goal
Kriteria
Subkriteria
Manajemen dan Organisasi
SDM
K3LL
T1
S1
K1
F1
H1
P1
Q1
FK1
M1
T2
S2
K2
F2
H2
P2
Q2
FK2
M2
T3
S3
K3
F3
H3
P3
Q3
FK3
M3
T4
S4
P4
Q4
Finansial
Harga
Pengiriman
Kualitas
Fasilitas dan Kapasitas Produksi
Teknis
M4
Q5
T5
Gambar 2. Struktur Hirarki Penilaian dalam Pemilihan Supplier Keterangan: T1 Dukungan operasional dan pemeliharaan T2 Responsiveness T3 Teknis pemecahan masalah T4 Kandungan TKDN T5 Sesuai Standar S1 Berpengalaman S2 Bersertifikasi S3 Training/pelatihan S4 Pendidikan K1 Mematuhi Peraturan K3LL yang Berlaku K2 Memiliki Sertifikat K3LL K3 Memiliki SOP K3LL F1 Stabilitas Keuangan F2 Modal dan riwayat perbankan F3 Aset dan hutang yang dimiliki H1 Konsistensi harga H2 Perincian harga H3 Harga yang kompetitif
P1 P2 P3 P4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 FK1 FK3 M1 M2 M3 M4
Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirim Ketepatan waktu pengiriman Barang yang diterima dalam kondisi baik Letak geografis Garansi/jaminan Bersertifikasi ISO 9001 Persentase barang reject Durability product (life) Sesuai spesifikasi Kapasitas produksi yang besar Infrastruktur yang dimiliki Berpengalaman pada sektor tersebut Kemudahan Komunikasi Disiplin Reputasi
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Tabel 3. Perbandingan Bobot Subkriteria Teknis Urutan Subkriteria 1 Teknis pemecahan masalah 2 Dukungan operasional dan pemeliharaan 3 Sesuai standar 4 Responsiveness 5 Kandungan TKDN
Bobot 0.231 0.214 0.210 0.198 0.147
Tabel 4. Perbandingan Bobot Subkriteria SDM Urutan 1 2 3 4
Subkriteria Berpengalaman Bersertifikasi Training/pelatihan Pendidikan
Bobot 0.447 0.220 0.174 0.159
Tabel 5. Perbandingan Bobot Subkriteria K3LL
Urutan Subkriteria 1 Mematuhi peraturan K3LL yang berlaku 2 Memiliki sertfikat K3LL 3 Memiliki SOP K3LL
Bobot 0.404 0.374 0.222
Tabel 6. Perbandingan Bobot Subkriteria Finansial
Urutan Subkriteria 1 Stabilitas keuangan 2 Modal dan riwayat perbankan 3 Aset dan hutang yang dimiliki
Bobot 0.505 0.288 0.207
Tabel 7. Perbandingan Bobot Subkriteria Harga
Urutan Subkriteria 1 Harga yang kompetitif 2 Perincian harga 3 Konsistensi harga
Bobot 0.405 0.393 0.203
Tabel 8. Perbandingan Bobot Subkriteria Pengiriman
Urutan 1 2 3 4
Subkriteria Barang diterima dalam kondisi baik Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirim
Ketepatan waktu pengiriman Letak geografis
Bobot 0.343 0.327 0.238 0.092
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Tabel 9. Perbandingan Bobot Subkriteri Kualitas Urutan 1 2 3 4 5
Subkriteria Sesuai spesifikasi Garansi/jaminan
Durability product Besertifikasi Persentasi barang reject
Bobot 0.249 0.240 0.203 0.164 0.143
Tabel 10. Perbandingan Bobot Subkriteria Fasilitas dan Kapasitas Produksi
Urutan Subkriteria 1 Kecanggihan peralatan yang dimiliki 2 Infrastruktur yang dimiliki 3 Kapasitas produksi yang besar
Bobot 0.433 0.344 0.223
Tabel 11. Perbandingan Bobot Subkriteria Manajemen dan Organisasi Urutan 1 2 3 4
Subkriteria
Berpengalaman pada sektor tersebut Reputasi Kemudahan berkomunikasi Disiplin
Bobot 0.374 0.253 0.198 0.175
4.2 Analisis Pembobotan Seluruh Subkriteria Berikut ini hasil pembobotan terhadap seluruh subkriteria penilaian dalam pemilihan supplier pada kontraktor migas. Tabel 3 Urutan Bobot Global Seluruh Subkriteria Urutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Subkriteria Mematuhi Peraturan K3LL yang Berlaku Memiliki Sertifikat K3LL
Memiliki Prosedur K3LL Sesuai spesifikasi Garansi/jaminan Kecanggihan peratalan yang dimiliki Stabilitas keuangan Durability product Berpengalaman Infrastruktur yang dimiiliki Barang diterima dalam kondisi baik Bersertifikasi ISO 9001 Harga yang kompetitif Ketepatan kuantitas dan jenis barang yang dikirim Perincian harga Persentasi barang reject Teknis pemecahan masalah Berpengalaman pada sektor tersebut Dukungan operasional dan pemeliharaan Modal dan riwayat perbankan Sesuai standar Ketepatan waktu pengiriman Responsiveness Kapasitas produksi yang besar kandungan TKDN Bersertifikasi Aset dan hutan yan dimiliki Reputasi Konsistensi harga Kemudahan berkomunikasi Training/pelatihan Pendidikan Disiplin Letak geografis
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
Bobot 0.094 0.087 0.052 0.047 0.045 0.041 0.040 0.038 0.032 0.032 0.031 0.031 0.030 0.030 0.029 0.027 0.024 0.024 0.023 0.023 0.022 0.022 0.021 0.021 0.016 0.016 0.016 0.016 0.015 0.013 0.012 0.011 0.011 0.008
Perhitungan untuk nilai global untuk setiap subkriteria diperolah dengan cara mengalikan bobot kriteria dengan bobot lokal subkriteria. Bobot kriteria berfungsi secara lokal dan global karena merupakan tingkat pairwise comparasion tertinggi dalam hirarki pengambilan keputusan. Lima subkriteria yang memiliki nilai global tertinggi berturut-turut adalah Mematuhi Peraturan K3LL (0.94), Memiliki Sertifikat K3LL (0.087), Memiliki SOP K3LL (0.052), Garansi/jaminan (0.047), Sesuai Spesifikasi (0.045), sedangkan subkriteria pendidikan, disiplin dan letak geografis menjadi tiga subkriteria yang memiliki bobot terendah. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemetaan penilaian pemilihan supplier pada rantai suplai kontraktor migas serta tingkat kepentingan relatif dari setiap kriteria diperoleh 9 kriteria dan 34 subkriteria untuk penilaian dalam pemilihan supplier pada kontraktor migas. Kriteria dengan bobot tertinggi yaitu K3LL, Kualitas, dan Teknis merupakan tiga kriteria utama yang diprioritaskan dalam penilaian pemilihan supplier dengan jumlah bobot lebih dari 50% bobot total penilaian, Kriteria K3LL menempati prioritas pertama dalam penilaian pada pemilihan supplier, di mana indikator yang dinilai yaitu mematuhi peraturan K3LL yang berlaku, memiliki sertifikat K3LL dan memiliki SOP K3LL. Kriteria Kualitas yang dicakup meliputi garansi/jaminan, bersertifikasi ISO 9001, persentase barang reject, durability product dan sesuai spesifikasi. Kriteria Teknis terdiri dari dukungan operasional dan pemiliharaan, responsiveness, teknis pemecahan masalah, kandungan TKDN dan sesuai standar. Referensi [1] J. Kumar. (2010). A Hybrid Method for Vendor Selection using Neural Network. International Journal of Computer Application. Vol. 11, No.12 [2] Saaty, T. L. (1980). The Analytical Hierarchy Process, Mc Graw Hill, New York. [3] Leenders, M.R., & Fearon, H.E. (1997). Purchasing and Supply Management. Chicago: Irwin Professional Publishing [3] Supriyanto, Agus., & Masruchah, Ida. (2008). Purchasing Guide: Konsep dan Aplikasi Manajemen Purchasing. Gramedia, hal. 1 [4] PTK 007 Revisi-II/PTK/2011. Buku Kedua Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. [5] Marufuzaman, M., & Ahsan, K.B (2009). Supplier selection and evaluation method using Analytic Hierarchy Process (AHP): A case study on an apparel manufacturing organisation, Int. J. Value Chain Management, Vol. 3, No. 2 [6] Özkan, B., Başlıgil, H., & Şahin, N. (2011). Supplier Selection Using Analytic Hierarchy Process: An Application From Turkey. [7] Lee, A.H.I. (2009). A Fuzzy Supplier Selection Model with The Consideration of Benefits, Opportunities, Costs and Risk.
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013
[8] Weber, C.A, Current, J.R, & Benton, W.C (1991). Vendor selection criteria and methods, European Journal of Operational Research, Vol. 50, Hal. 2-18 [9] Thanaraksakul, W., & Phruksaphanrat, B. (2009). Supplier evaluation framework base don Balance Scorecard with Integrated Corporate Sosial Responsibility Perspective. Proceedings of the International Multi Confrence of Engineers anf Computer Siencetists, Vol. 2 [10] PTK-007 Revisi –II/PTK/2011. Buku Kedua: Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
[11] Marufuzzaman, M., & Ahsan, K.B. (2009). Supplier Selection and Evaluation Method Using Analytical Hierarchy Process (AHP): A Case Study on an Apparel Manufacturing Organization. International Journal Value Chain Management, Vol. 3, No. 2. [13]
Saaty, T.L. (1990). How to make decision: The Analytic Hierarchy Process, European Journal of Operational Research, Vol. 48, Hal 9-26
[14] Saaty, T.L., & Vargas, L.G (2000). Models, methods, concept & applicationof the analytic hierarchy process. Hal 27 [15] Saaty, T.L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process, Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1 [16] Marimin. (2005). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, hal. 77 [17] Mulyono, S. (1996). Teori Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Penentuan kriteria..., Ahmad Tri Sarifudin, FT UI, 2013