AKREDITASI PROGRAM STUDI SARJANA MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Niken Hendrakusma Wardani, Arief Andy Soebroto, Rekyan Regasari Program Studi Teknik Informatika Universitas Brawijaya, Malang 65145 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Setiap program studi sarjana dari perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia memerlukan penilaian akreditasi sebagai kendali mutu dan akuntabilitas publik institusi. Pencapaian predikat terakreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) bukanlah hal yang mudah dilakukan dalam waktu singkat. Keterbatasan sumber daya manusia, dana, waktu dan penilaian BAN-PT dijadikan sebagai pertimbangan ketua program studi (kaprodi) untuk perbaikan akreditasi. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dibuat untuk membantu kaprodi dalam menyusun prioritas perbaikan tujuh standar akreditasi berdasarkan pertimbangan kondisi program studi. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode dalam Multiple Criteria Decision Making (MCDM) yang mampu menguraikan sebuah masalah ke bentuk hierarki dengan level: tujuan, kriteria, dan alternatif [1]. Perangkat lunak yang dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan HTML. Hasil pengujian fungsionalitas terhadap 12 test case dengan metode black-box testing menunjukkan bahwa sistem ini 100% valid untuk memenuhi daftar kebutuhan sistem. Pengujian proses perankingan dan User Acceptance Test (UAT) dilakukan terhadap 7 objek uji. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem dapat diterima dan bekerja dengan baik untuk menentukan prioritas perbaikan standar akreditasi secara ideal (menggunakan perhitungan matematis metode AHP) berdasarkan bobot kriteria dan kondisi program studi. Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Analytic Hierarchy Process, Akreditasi, Program Studi Sarjana, BAN-PT.
I. PENDAHULUAN Universitas Brawijaya memiliki 71 program studi sarjana [2] dengan program studi terakreditasi A sejumlah 19, program studi terakreditasi B sejumlah 14, program studi terakreditasi C sejumlah 3, dan program studi yang belum atau tidak terakreditasi BAN-PT sejumlah 35 [3]. Data tersebut menunjukkan bahwa 49% program studi sarjana di Universitas Brawijaya belum atau tidak terakreditasi. Penyusunan prioritas perbaikan standar akreditasi membantu kaprodi dalam membuat perencanaan stategis peningkatan akreditasi. Penyusunan prioritas perbaikan standar akreditasi dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi program studi dan bobot penilaian BAN-PT. Kondisi program studi meliputi kecukupan alokasi dana untuk perbaikan, ketersediaan sumber daya manusia, dan rentang waktu perkiraan perbaikan akreditasi. Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah Multiple Criteria Decision Making (MCDM) [4]. AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan [1].
Pemodelan AHP diaplikasikan dalam SPK berbasis web sebagai pendukung keputusan dalam penentuan prioritas perbaikan standar akreditasi. Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pemodelan masalah pengambilan keputusan untuk perbaikan standar akreditasi dalam bentuk hierarki fungsional AHP? 2. Bagaimana perancangan SPK penentuan prioritas perbaikan standar akreditasi menggunakan metode AHP? 3. Bagaimana implementasi SPK penentuan prioritas perbaikan standar akreditasi? 4. Bagaiman hasil pengujian sistem dan analisis SPK penentuan prioritas perbaikan standar akreditasi menggunakan metode AHP? Agar pembahasan masalah ini dapat dilakukan secara terarah, sesuai latar belakang dan rumusan masalah dalam penyusunan sistem perangkat lunak ini, maka batasan masalahnya adalah: 1. Standar akreditasi dan bobot penilaian akreditasi diambil dari Buku Pedoman Akreditasi Program Studi yang dikeluarkan oleh BAN-PT tahun 2008 yang telah direvisi tanggal 23 Juli 2010.
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa PPA dan BBM Menggunakan Metode Fuzzy AHP
6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi 7. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama
2. Berdasarkan studi literatur maka kriteria yang digunakan dalam metode AHP ini mencakup 4 kriteria yaitu ketersediaan dana, ketersediaan sumber daya manusia, rentang waktu perbaikan dan bobot penilaian BAN-PT. 3. Sistem Pendukung Keputusan ini dibuat berbasis web.
2.15 Analytic Hierarchy Process (AHP) Menurut Saaty, AHP adalah sebuah teori pengukuran melalui perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian pakar untuk memperoleh skala prioritas. Skala yang digunakan adalah skala yang mengukur ketidakjelasan dalam takaran yang relatif [9]. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah [10]: Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.12 Sistem Pendukung Keputusan Efraim Turban, Jay E. Aronson dan Ting Peng Liang (2005), mengemukakan bahwa “Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System (DSS) dibuat untuk meningkatkan proses dan kualitas hasil pengambilan keputusan, dimana DSS dapat memadukan data dan pengetahuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pengambilan keputusan tersebut” [5]. DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang sehingga menjadi alternatif terbaik. Aplikasi DSS berbasis Computer Based Information System (CBIS) digunakan dalam mendukung pengambilan keputusan karena bersifat fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi.
Beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP adalah [1]: 1. Membuat hierarki Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung (tujuan, kriteria, dan alternatif), menyusun secara hierarki, dan mensintesisnya. 2. Penilaian kriteria dan alternatif Penilaian kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. 3. Synthesis of priority Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pair-wise comparisons). Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. 4. Logical consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.13 Konsep Penentuan Prioritas Menurut kamus besar bahasa Indonesia, prioritas adalah yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang paling penting dalam sebuah organisasi. Penentuan prioritas dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan. Beberapa ciri proses penyusunan prioritas yang efektif adalah [6]: 1. Mulai dari apa yang telah ada dan sumber daya yang telah dimiliki. 2. Mengkomunikasikan perlunya penetapan prioritas dan berfokus pada masa depan organisasi. 3. Penggunaan kriteria yang kredibel dalam penentuan prioritas akhir. 4. Diperlukan kompetensi sumber daya manusia. 5. Adanya alokasi waktu yang cukup. 2.14 Akreditasi Program Studi Sarjana Akreditasi program studi sarjana adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen program studi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program tridarma perguruan tinggi, untuk menentukan kelayakan program akademiknya [7]. Penilaian akreditasi program studi sarjana meliputi tujuh standar yaitu [8]: 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaiannya 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu 3. Mahasiswa dan lulusan 4. Sumber daya manusia 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik
2.16 Model Analisa SPK Berikut ini dijelaskan beberapa model analisa Model Driven DSS [11]: 1. What-if analysis Analisa yang digunakan untuk menentukan apa yang terjadi pada output, jika ada nilai variabel yang diubah. 2. Sensitivity analysis 29
3.
4.
Merupakan jenis analisa yang lebih baik daripada what-if analysis. Analisa ini dapat membantu dalam menentukan kepekaan model terhadap perubahan suatu variabel. Goal seeking analysis Analisa ini membantu dalam melakukan perhitungan mundur, yang berarti membantu dalam menentukan nilai input ketika output sudah diketahui. Optimization analysis Analisa untuk membantu dalam optimasi sumber daya menggunakan model statistik. Gambar 1. Diagram Use Case SPK
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.8 Studi Literatur Studi literatur menjelaskan dasar teori yang digunakan untuk menunjang penelitian. Teori-teori tersebut meliputi : 8. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) 9. Konsep Penentuan Prioritas dan Kriteria 10. Akreditasi Program Studi Sarjana 11. Analytic Hierarchy Process (AHP) a. Proses-proses dalam Metode AHP b. Konsistensi Matriks AHP c. Pembobotan Kriteria Total Responden d. Metode Rating untuk Penilaian Alternatif e. Proses Perankingan Alternatif 12. Aplikasi Berbasis Web 13. Rekayasa Perangkat Lunak 3.9 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan untuk menggambarkan kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan oleh sistem agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Proses analisis kebutuhan diawali dengan identifikasi aktor yang terlibat, analisis data yang akan disimpan, penjabaran tentang daftar kebutuhan dan kemudian memodelkannya ke dalam diagram use case. Gambar 1 Diagram Use Case SPK, menunjukkan spesifikasi fungsi-fungsi yang disediakan oleh sistem dari perspektif aktor Admin, Responden dan Kaprodi. Aktor Admin dapat melakukan aksi login, logout, dan mengubah akun user lainnya (insert, delete, dan edit). Aktor Responden dapat melakukan aksi login, logout, dan melakukan penilaian bobot kepentingan antar kriteria. Aktor Kaprodi dapat melakukan aksi login, logout, mengisi penilaian alternatif berdasarkan kondisi program studi, mendapatkan hasil urutan prioritas perbaikan standar akreditasi, dan aktor kaprodi juga dapat melakukan simulasi analisis whatif yaitu merubah bobot kriteria untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil keputusan.
3.10 Perancangan Perancangan sistem perangkat lunak dilakukan setelah semua kebutuhan sistem perangkat lunak didapatkan melalui tahap pengambilan data dan analisis kebutuhan. Perancangan sistem pendukung keputusan meliputi perancangan subsistem basis pengetahuan, subsistem manajemen model, subsistem manajemen data, dan subsistem antarmuka pengguna. Gambar 2 adalah arsitektur sistem pendukung keputusan penentuan prioritas perbaikan standar akreditasi. Arsitektur sistem dibangun berdasarkan pemodelan menggunakan metode AHP dan basis pengetahuan yang dibangun dari penilaian kriteria oleh responden dan penilaian rating alternatif oleh kaprodi. Setiap data-data input dan data-data output hasil pemrosesan sistem akan disimpan ke dalam basis data SPK. Sistem menyediakan fasilitas login untuk 3 user yaitu admin, responden dan kaprodi. Admin bekerja di luar sistem pemodelan AHP yaitu bertugas mengatur akun pengguna lainnya yang diperbolehkan mengakses sistem. Sedangkan responden dan kaprodi adalah aktor utama dalam penentuan bobot prioritas perbaikan standar akreditasi. Data input dari aktor responden akan membangun basis pengetahuan untuk menentukan tingkat kepentingan antar kriteria. Data input penilaian alternatif berdasarkan kondisi program studi yang dilakukan oleh aktor kaprodi akan membangun basis pengetahuan untuk penentuan bobot alternatif setiap standar akreditasi. Hasil sintesis alternatif terhadap kriteria menentukan bobot perankingan prioritas perbaikan standar akreditasi. Setelah mendapatkan hasil perankingan prioritas perbaikan standar akreditasi maka user kaprodi dapat melakukan analisis what-if yaitu dengan memanipulasi bobot kriteria untuk melihat pengaruh perubahannya terhadap bobot alternatif.
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa PPA dan BBM Menggunakan Metode Fuzzy AHP
responden ditunjukkan pada gambar 5. Site map halaman kaprodi ditunjukkan pada gambar 6.
SPK Penentuan Prioritas Perbaikan Standar Akreditasi Pemodelan AHP Admin
Pembobotan tingkat kepentingan antar kriteria Responden (Respon Expert)
Basis Pengetahuan Responden
Basis Data SPK
Mengatur akun pengguna sistem
Sintesis Alternatif (perkalian matriks bobot rating dan bobot kriteria )
Basis Pengetahuan Kaprodi
Perankingan Alternatif berdasarkan bobot akhir tertinggi
Mengubah input form penilaian alternatif menjadi bobot rating
Gambar 4. Site Map Halaman Admin SPK
Analisis What-If Penilaian Alternatif dengan mengisi form penilaian kondisi prodi Kaprodi
Gambar 2. Arsitektur SPK Penentuan Prioritas Perbaikan Standar Akreditasi
Gambar 3 menunjukkan perancangan basis data SPK menggunakan pemodelan Entity Relationship Diagram (ERD). ERD ini terdiri dari 8 entitas yang saling berelasi dan mengilustrasikan struktur logika dari database yang akan dibuat. Database akan menyimpan data-data pengguna, basis pengetahuan responden, penilaian alternatif oleh kaprodi dan hasil pendukung keputusan. Sistem ini menggunakan server Database Management System (DBMS) yaitu MySQL.
Gambar 5. Site Map Halaman Responden SPK
alamat email
nama
jabatan
peran
id_maki
kriteria1 kriteria2
telepon
password
menilai
pengguna
N
judgment
matriks_kriteria
username id_user
1
N
1 id_kriteria
menilai
N
mempunyai
menilai
kriteria
kd_kriteria
bobot_kriteria id_penilaian
deskripsi
N
1
matriks_alternatif
N N
N
menyusun
memiliki
N id_rating
menyusun
k_alternatif
1
1
m_rating
kd_rating
deskripsi alternatif
bobot_rating
deskripsi
id_data
standar
id data_prodi
N
menyusun
1
m_data tipe
content content
Gambar 3. Entity Relationship Diagram (ERD) SPK Gambar 6. Site Map Halaman Kaprodi SPK
Subsistem antarmuka pengguna digunakan user untuk berkomunikasi dan memberi perintah kepada sistem. Perancangan subsistem antarmuka pengguna dibagi menjadi 3 bagian yaitu halaman untuk admin, responden dan kaprodi. Site map halaman admin ditunjukkan pada gambar 4. Site map halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.15
Hierarki SPK Penggunaan metode AHP untuk menyelesaikan masalah MCDM dimulai dengan membuat hierarki 31
fungsional yang merepresentasikan tujuan yang ingin dicapai, kriteria yang mempengaruhi alternatif dan alternatif yang akan diprioritaskan. Gambar 7 Struktur Hierarki SPK Prioritas Standar Akreditasi terdiri dari 3 level yaitu level tujuan, kriteria dan alternatif.
Gambar 7. Struktur Hierarki SPK
4.16 Pembobotan Kriteria Penentuan kriteria dilakukan berdasarkan studi literatur dan wawancara dengan respon expert. Terdapat 4 kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat prioritas tujuh standar akreditasi yaitu: a. Ketersediaan Dana Standar akreditasi yang membutuhkan dana lebih sedikit akan lebih diprioritaskan dalam perbaikan kualitas program studi. b. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Setiap standar akreditasi dengan sumber daya manusia yang berkompeten akan lebih diprioritaskan. c. Rentang Waktu Perbaikan Memilih standar aktreditasi yang paling mungkin ditingkatkan dalam jangka waktu dekat sebagai prioritas utama. d. Bobot BAN-PT Memilih standar akreditasi yang memiliki bobot penilaian terbesar sebagai prioritas utama dalam peningkatan akreditasi. Pembobotan tingkat kepentingan antar kriteria dilakukan dengan membuat matriks kriteria dari penilaian perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh respon expert. Jika ada n kriteria maka diperlukan n x ((n–1)/2) penilaian dari masing-masing respon expert. Setelah mendapatkan nilai elemen matriks segitiga atas dari hasil penilaian respon expert gunakan persamaan (1) untuk mengisi elemen pada matriks diagonal dan persamaan (2) untuk mengisi elemen pada matriks segitiga bawah.
aii = 1 𝑎𝑖𝑗 =
1
(1) (2)
𝑎𝑗𝑖
Dimana, aii : elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-i
aij : elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j aji : elemen matriks pada baris ke-j dan kolom ke-i Perhitungan nilai bobot kriteria dilakukan dengan manipulasi matriks. Berikut ini langkah-langkah untuk mendapatkan nilai bobot kriteria dari matriks perbandingan berpasangan kriteria: 1. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks kriteria. 2. Membagi setiap nilai dari elemen matriks dengan jumlah kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. 3. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris hasil perhitungan sebelumnya untuk mendapatkan jumlah kriteria dan membaginya dengan banyaknya kriteria untuk mendapatkan bobot kiteria. Setiap respon expert memiliki penilaian bobot kriteria yang berbeda. Penilaian yang melibatkan banyak responden membutuhkan metode agregasi dengan perhitungan arithmetic mean untuk menyatukan penilaian tersebut. Metode ini menggunakan perhitungan rata-rata aritmatika untuk menghitung bobot kriteria keseluruhan respon expert. Tabel I menunjukkan hasil perhitungan bobot kriteria dari 3 respon expert. Bobot kriteria ini akan digunakan untuk proses sintesis alternatif pada tahap perankingan alternatif. Tabel I. Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Kriteria
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Total Bobot
Rata-rata Bobot Kriteria
Dana
0.159
0.120
0.357
0.635
0.212
SDM
0.043
0.201
0.439
0.683
0.228
Waktu
0.194
0.076
0.055
0.324
0.108
Bobot BAN-PT
0.604
0.604
0.151
1.359
0.453
4.17 Penentuan Rating Alternatif Selain membandingkan secara langsung dua alternatif untuk tiap-tiap kriteria dan membuat banyak pair-wise comparison matrix, Saaty [9] mengusulkan sebuah metode rating untuk memperoleh prioritas setiap alternatif. Langkah awalnya adalah menetapkan kategori rating yang digunakan untuk tiap kriteria tersebut dan membuat prioritas rating. Alternatif akan dievaluasi dengan memilih kategori rating yang layak untuk tiap kriteria. Tabel II adalah tabel penilaian kategori rating tiap kriteria dan prioritas ratingnya. Penentuan kategori rating didapatkan dari hasil studi literatur dan wawancara dengan respon expert. 4.18 Penilaian Alternatif Terhadap Kriteria Penilaian alternatif dilakukan oleh kaprodi dengan mengisi form penilaian kondisi program studi. Pilihan
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa PPA dan BBM Menggunakan Metode Fuzzy AHP
jawaban dari form ini adalah rating kategori yang dipilih kaprodi sesuai kondisi program studinya saat ini. Sedangkan penilaian alternatif terhadap kriteria bobot BAN-PT akan dihitung oleh sistem sesuai normalisasi bobot BAN-PT per standar akreditasi. Berdasarkan form input penilaian alternatif yang diisi oleh kaprodi akan didapatkan bobot rating per kriteria. Tabel III adalah contoh hasil penilaian kaprodi menggunakan metode rating.
(0.212*0.164) + (0.228*0.164) + (0.108*0.665) + (0.453*0.219)
0.243
Standar 5
(0.212*0.405) + (0.228*0.164) + (0.108*0.423) + (0.453*0.188)
0.254
Standar 6
(0.212*0.164) + (0.228*0.405) + (0.108*0.423) + (0.453*0.156)
0.243
Standar 7
(0.212*0.164) + (0.228*0.164) + (0.108*0.195) + (0.453*0.188)
0.321
Sintesis alternatif dihitung dengan persamaan (3) untuk mendapatkan nilai bobot alternatif tujuh standar akreditasi.
𝑆𝑗 =
Tabel II. Penilaian Kategori Rating C1 Ketersediaan Dana
C2 Sumber Daya Manusia
C3 Jangka Waktu Perbaikan
C4 Bobot BAN-PT
R1 (lebih) 1.000
R4 (berkompeten) 1.000
R7 (kurang dari 1 tahun) 1.000
Standar 1 0.031
R2 (cukup) 0.405
R5 (cukup) 0.405
R8 (1 hingga 2 tahun) 0.665
Standar 2 0.062
R3 (kurang) 0.164
R6 (kurang) 0.164
R9 (2 hingga 3 tahun) 0.423
Standar 3 0.156
R10 (3 hingga 4 tahun) 0.195
Standar 4 0.219
R11 (4 hingga 5 tahun) 0.122
Standar 5 0.188
4.20 Perankingan Alternatif Berdasarkan hasil sintesis alternatif, dilakukan pengurutan prioritas standar akreditasi berdasarkan bobot alternatif tertinggi. Tabel IV menunjukkan urutan prioritas perbaikan akreditasi dimulai dari bobot alternatif tertinggi yaitu standar 1, standar 3, standar 2, standar 7, standar 5, standar 4 dan standar 6. Hasil keputusan ini diharapkan dapat membantu kaprodi dalam membuat urutan prioritas perbaikan standar akreditasi. Urutan prioritas ini dibuat berdasarkan pertimbangan 4 kriteria, yaitu ketersediaan dana yang mampu dialokasikan program studi untuk perbaikan standar akreditasi, ketersediaan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mendukung perbaikan akreditasi sesuai standar Borang BAN-PT, perkiraan waktu peningkatan standar akreditasi, dan bobot penilaian BAN-PT.
Tabel III. Contoh Hasil Penilaian Alternatif oleh Kaprodi Kriteria C1 Dana 0.212
Kriteria C2 SDM 0.228
Kriteria C3 Waktu 0.108
Kriteria C4 Bobot BAN-PT 0.453
Standar 1
Lebih 1.000
berkompeten 1.000
< 1 tahun 1.000
0.031
Standar 2
Cukup 0.405
berkompeten 1.000
< 1 tahun 1.000
0.062
Standar 3
Cukup 0.405
berkompeten 1.000
1-2 tahun 0.665
0.156
Standar 4
Kurang 0.164
Kurang 0.164
1-2 tahun 0.665
0.219
Standar 5
Cukup 0.405
Kurang 0.164
2-3 tahun 0.423
0.188
Standar 6
Kurang 0.164
Cukup 0.405
2-3 tahun 0.423
0.156
Standar 7
Kurang 0.164
Kurang 0.164
3-4 tahun 0.195
0.188
4.21 Analisis What-If Analisis what-if memberikan fasilitas simulasi kepada user kaprodi untuk mengganti bobot kriteria sesuai persepsi kaprodi terhadap penilaian bobot kriteria. Jika user kaprodi merubah bobot kriteria (nilai kepentingan dari masing-masing kriteria) maka sistem akan menampilkan perubahan output hasil keputusan (urutan prioritas perbaikan standar akreditasi). Berikut ini diberikan contoh perhitungan analisis what-if untuk mengetahui perubahan output prioritas perbaikan standar akreditasi jika dilakukan perubahan bobot kriteria oleh kaprodi. Tabel V menampilkan analisis what-if pada perubahan bobot ketersediaan dana dengan penambahan tingkat kepentingan 10% yang mempengaruhi persentase prioritas alternatif. Penambahan tingkat kepentingan dana sebesar 10% mengartikan bahwa kaprodi menilai tingkat ketersediaan dana adalah faktor terpenting dalam menyusun prioritas perbaikan standar akreditasi. Penambahan bobot kriteria dana sebesar 10% akan membuat pengurangan sebesar 6% pada kriteria BAN-
4.19 Perankingan Alternatif Setelah kaprodi melakukan penilaian maka setiap kategori rating memiliki bobot yang akan dikalikan dengan bobot kriteria. Proses ini disebut sintesis alternatif terhadap kriteria. Tabel IV menunjukkan hasil perhitungan sintesis bobot alternatif. Tabel IV. Contoh Perhitungan Sintesis Bobot Alternatif Perhitungan Sintesis Alternatif
Bobot Alternatif
Standar 1
(0.212*1.000) + (0.228*1.000) + (0.108*1.000) + (0.453*0.031)
0.562
Standar 2
(0.212*0.405) + (0.228*1.000) + (0.108*1.000) + (0.453*0.062)
0.450
Standar 3
(0.212*0.405) + (0.228*0.405) + (0.108*0.665) + (0.453*0.156)
0.456
(3)
𝑖
Standar 7 0.188
Alternatif
𝑆𝑖𝑗 (𝑊𝑖 )
Dimana, Sij : bobot penilaian rating untuk kriteria ke i terhadap alternatif j Wi : bobot penilaian kriteria ke-i Sj : bobot alternatif ke- j
Standar 6 0.156
Alternatif
Standar 4
33
PT, pengurangan sebesar 3% pada kriteria waktu, dan pengurangan sebesar 1% pada kriteria waktu. Penambahan tingkat kepentingan dana sebesar 10% membuat perubahan pada persentase bobot prioritas alternatif. Sintesis alternatif dihitung ulang dengan mengganti bobot kriteria awal dengan bobot kriteria setelah perubahan sehingga didapatkan hasil seperti pada Tabel V. Pada contoh analisis pada tabel V, dilakukan perubahan bobot kriteria sebanyak 3 kali. Perubahan pertama yaitu penambahan bobot kriteria dana sebesar 10%. Perubahan kedua yaitu penambahan bobot kriteria dana sebesar 20%. Perubahan ketiga yaitu penambahan bobot kriteria dana sebesar 30%. Tabel V. Analisis What-If Bobot Awal Kriteria Dana SDM Waktu BAN-PT Alternatif Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7
21.0% 23.0% 11.0% 45.0% Prioritas Awal 13.1% 13.8% 9.3% 14.9% 19.4% 14.0% 15.6%
Bobot Setelah Perubahan Perubahan 1
31.0% 20.0% 10.0% 39.0%
Perubahan 2
Perubahan 3
41.0% 17.0% 9.0% 33.0%
51.0% 14.0% 7.0% 27.0%
Perubaan Bobot +10% -3% -1% -6%
Gambar 8. Implementasi Halaman Penilaian Kriteria
Prioritas Alternatif Setelah Perubahan 14.9% 16.6% 18.2% 13.3% 12.8% 12.2% 9.4% 9.6% 9.6% 14.1% 13.4% 12.8% 20.2% 20.9% 21.7% 13.4% 12.8% 12.3% 14.7% 14.0% 13.2%
4.22 Implementasi SPK Implementasi perangkat lunak dilakukan dengan mengacu kepada perancangan aplikasi. Implementasi SPK menggunakan database MySQL, software XAMPP 1.7.4 dan bahasa pemrograman PHP. Aplikasi SPK Penentuan Prioritas Perbaikan Standar Akreditasi ini memiliki beberapa halaman web. Gambar 8 menampilkan implementasi halaman penilaian kriteria oleh user responden. Halaman ini merupakan user interface untuk mengambil data input penilaian kepentingan antar kriteria dari user responden. Gambar 9 menampilkan implementasi halaman penilaian alternatif berupa input form penilaian kondisi program studi terhadap kriteria ketersediaan dana. Halaman ini merupakan user interface untuk mengambil data input penilaian kondisi program studi dari user kaprodi. Implementasi halaman input penilaian kondisi program studi meliputi penilaian kondisi pendanaan program studi, penilaian sumber daya manusia yang dimiliki program studi, dan perkiraan waktu perbaikan setiap standar akreditasi yang diasumsikan oleh kaprodi.
Gambar 9. Implementasi Halaman Penilaian Alternatif
Input penilaian kriteria oleh respon expert dan input penilaian alternatif oleh kaprodi disimpan di database. Input tersebut diolah dengan menggunakan metode AHP sehingga menghasilkan keputusan seperti pada Gambar 10. Gambar 10 menampilkan implementasi halaman hasil keputusan yang dilengkapi dengan fasilitas penjelas.
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa PPA dan BBM Menggunakan Metode Fuzzy AHP
Gambar 11. Implementasi Halaman Analisis What-If
4.23 Pengujian Fungsionalitas Sistem Pengujian fungsionalitas digunakan untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun sudah menyediakan fungsi-fungsi sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengujian fungsionalitas menggunakan metode pengujian Black Box, karena tidak difokuskan terhadap alur jalannya algoritma program namun lebih ditekankan untuk menemukan kesesuaian antara kinerja sistem dengan daftar kebutuhan. Tabel VI menampilkan hasil pengujian fungsionalitas sistem terhadap 12 tindakan dalam use case diagram dengan metode black-box testing adalah 100% valid. Hasil pengujian dikatakan valid karena hasil yang diharapkan sesuai dengan hasil yang didapatkan setelah pengujian fungsionalitas terhadap tiap test case. Hal ini menunjukkan bahwa fungsionalitas sistem dapat berjalan dengan baik sesuai dengan daftar kebutuhan sistem.
Gambar 10. Implementasi Halaman Penilaian Kriteria
Setelah kaprodi mendapatkan prioritas perbaikan standar akreditasi, maka kaprodi dapat melakukan analisis what-if terhadap hasil keputusan. Gambar 11 menampilkan implementasi halaman simulasi analisis what-if. Pada halaman analisis ini, user kaprodi dapat melakukan perubahan persentase bobot kriteria dengan menekan tombol “tambah 10%” atau tombol “kurang 10%”. Sistem akan menampilkan hasil perubahan persentase bobot kriteria pada kolom bobot kriteria akhir. Hasil perubahan alternatif berdasarkan perubahan bobot kriteria yang baru dapat dilihat dengan menekan tombol “lihat perubahan alternatif”. User kaprodi dapat membandingkan hasil pembobotan alternatif sebelum simulasi (bobot alternatif disintesis menggunakan bobot kriteria awal berdasarkan input user responden) dengan hasil pembobotan alternatif setelah simulasi (bobot alternatif disintesis menggunakan bobot kriteria akhir berdasarkan penilaian kaprodi sendiri).
Tabel VI. Hasil Pengujian Fungsionalitas Sistem
No
35
Kasus Uji
Hasil yang Didapatkan
Status
1
Login
1. Sistem melakukan pemeriksaan karakter dari nama pengguna dan kata sandi untuk memeriksa validitas data akun pada database 2. Sistem melakukan pemeriksaan karakter dari kode keamanan untuk memastikan yang login adalah manusia bukan robot atau mesin 3. Jika pengisian nama pengguna, kata sandi dan kode keamanan valid maka aktor akan masuk ke menu utama sesuai peran aktor yang login
Valid
2
Logout
1. Sistem menghapus session user login 2. Sistem mengalihkan halaman web ke form login
Valid
3
Insert Akun Responden
1. Sistem menampilkan form isian data akun 2. Sistem dapat menyimpan input data akun ke dalam database 3. Sistem berhasil menambahkan data akun baru
Valid
4
Edit Akun Responden
1. Sistem menampilkan form isian yang telah terisi data akun lama 2. Sistem berhasil menyimpan perubahan data akun yang baru di database
Valid
3
5
Delete Akun Responden
1. Sistem menampilkan text box untuk konfirmasi hapus data akun tersebut 2. Sistem berhasil menghapus data akun tersebut dari database
Valid
6
Insert Akun Kaprodi
1. Sistem menampilkan form isian data akun 2. Sistem dapat menyimpan input data akun ke dalam database 3. Sistem berhasil menambahkan data akun baru
Valid
7
Edit Akun Kaprodi
1. Sistem menampilkan form isian yang telah terisi data akun lama 2. Sistem berhasil menyimpan perubahan data akun yang baru di database
Valid 5
8
Delete Data Akun User Operator
1. Sistem menampilkan text box untuk konfirmasi hapus data akun tersebut 2. Sistem berhasil menghapus data akun tersebut dari database
Valid
9
Online Survey Penilaian Kriteria
1. Sistem menampilkan form pengisian penilaian perbandingan berpasangan 2. Sistem dapat menghitung bobot matriks dan mengecek konsistensi matriks 3. Sistem berhasil menyimpan hasil penilaian responden ke database
Valid
10
Penilaian Alternatif
1. Sistem menampilkan form penilaian alternatif terhadap masing-masing kriteria 2. Sistem berhasil menyimpan hasil penilaian kaprodi ke database
Valid
11
Hasil Keputusan
1. Sistem menampilkan hasil keputusan yaitu urutan prioritas perbaikan standar akreditasi berdasarkan sintesis bobot alternatif tertinggi
Valid
12
Analisis What If
1. Sistem menampilkan form untuk mengubah bobot kriteria 2. Sistem menampilkan hasil perubahan alternatif sesuai dengan perubahan bobot kriteria
Valid
6
7
4.24 Pengujian Proses Perankingan Pengujian proses perankingan dilakukan untuk mengetahui hasil keputusan terhadap beberapa kasus uji yang berbeda. Objek pengujian proses perankingan adalah 7 program studi di Universitas Brawijaya yang dipilih secara acak. Hasil pengujian proses perankingan menampilkan penilaian rating terhadap kondisi program studi dan hasil perankingannya. Tabel VII menunjukkan hasil pengujian proses perankingan terhadap 7 program studi. Tabel VII. Hasil Pengujian Proses Perankingan Bobot Rating Penilaian Alternatif Uji Kasus
1
2
C1
C2
C3
C4
1 0.405 0.405 0.405 1 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405
0.405 1 0.164 1 1 1 1 0.405 0.405 0.164 0.164 1 1 0.164
1 1 1 0.665 1 0.665 1 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665
0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188 0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188
0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 0.164 0.405 0.164 0.405 0.405 0.405 0.405 0.405 1 1 1 0.164 0.405 1 1 1 1 1 1 1 0.164 0.164 0.164 0.164 0.405 0.164 0.164
1 1 0.405 0.164 1 0.164 1 1 1 1 0.164 1 1 1 1 1 0.164 1 1 1 1 1 1 1 0.164 1 1 0.164 1 0.405 1 0.164 1 1 1
1 0.423 0.423 0.423 0.122 0.423 1 0.665 1 0.665 0.423 0.423 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.665 0.665 1 0.665 1 1 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665 0.665
0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188 0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188 0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188 0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188 0.031 0.062 0.156 0.219 0.188 0.156 0.188
0.434 0.386 0.294 0.268 0.411 0.239 0.506 0.398 0.398 0.455 0.217 0.443 0.491 0.506 0.434 0.449 0.427 0.645 0.631 0.44 0.506 0.61 0.575 0.612 0.491 0.625 0.661 0.479 0.377 0.251 0.428 0.258 0.494 0.428 0.441
2 4 5 6 3 7 1 6 5 3 7 4 2 1 6 4 7 1 2 5 3 4 5 3 6 2 1 7 5 7 3 6 1 4 2
7 4 3 1 2 6 5 1 5 2 6 3 4 7 1 4 2 3 5 6 7 7 6 5 2 1 3 4 7 1 3 6 4 2 5
Perbedaan kondisi antar program studi (ditunjukkan dengan variasi bobot rating penilaian alternatif) membuat perbedaan terhadap hasil perankingan setiap program studi. Hasil perankingan yang ditampilkan sistem adalah urutan prioritas ideal untuk memperbaiki standar akreditasi dengan mempertimbangkan kondisi program studi dan input bobot kriteria. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan perankingan yang dilakukan sistem dengan perankingan yang diberikan kaprodi adalah faktor penilaian bobot kriteria oleh respon expert. 4.25 Pengujian User Acceptance Test (UAT) Pengujian UAT dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada ketua program studi untuk menjamin bahwa produk akhir sistem dapat memenuhi kebutuhan user. Pengujian UAT dilakukan terhadap 3 aspek pengujian yaitu desain aplikasi, kemudahan penggunaan aplikasi, dan efektivitas aplikasi. Tiaptiap aspek memiliki 2 pertanyaan yang harus dijawab oleh kaprodi. Tabel VIII menunjukkan hasil pengujian UAT yang dilakukan terhadap 7 kaprodi.
Ranking Bobot AHP
Alternatif
Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7
4
Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Standar 6 Standar 7
0.425 0.449 0.301 0.483 0.631 0.455 0.506 0.263 0.277 0.265 0.294 0.469 0.455 0.28
Tabel VIII. Hasil Pengujian UAT Sistem
Kaprodi
6 5 7 3 1 4 2 7 5 6 3 1 2 4
1 2 6 3 4 5 7 1 2 6 3 5 4 7
Aspek Pengujian
Desain Aplikasi
Kemudahan Penggunaan Aplikasi
Uraian Pertanyaan
Hasil Pengujian SB B C K
1. Bagaimana desain antarmuka yang ditampilkan sistem?
1
6
-
-
2. Bagaimana pemahaman anda terhadap penggunaan menu sidebar, tombol action dan link yang ada pada sistem?
1
5
1
-
3. Bagaimana kemudahan dalam pengaksesan menu pada aplikasi?
2
4
1
-
4. Bagaimana kemudahan anda memahami alur kerja sistem ini dengan ditambahkan
3
3
1
-
Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa PPA dan BBM Menggunakan Metode Fuzzy AHP
penjelasan tentang penggunaan sistem (halaman bantuan) ?
Efektivitas Aplikasi
5. Bagaimana hasil rekomendasi keputusan yang diberikan sistem?
2
3
2
-
6. Bagaimana interaksi model simulasi analisis what-if ?
2
4
1
-
11
25
6
0
Jumlah
3. Pembuatan sistem pendukung keputusan akreditasi program studi dapat dimulai dengan pembuatan datawarehouse untuk penyimpanan history data program studi yang akan mendukung decisionmaker. 4. Selain menggunakan metode AHP, pembuatan sistem pendukung keputusan dengan studi kasus yang sama dapat dikembangkan dengan metode lain seperti optimasi sumber daya manusia atau rule based untuk penilaian akreditasi.
Pengujian UAT pada tabel VIII menunjukkan bahwa 26% user menilai sistem dapat memenuhi kebutuhan user dengan sangat baik, 60% user menilai sistem dapat memenuhi kebutuhan user dengan baik, dan 14% user menilai sistem dapat memenuhi kebutuhan user dengan cukup baik. Hasil pengujian UAT menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan ini dapat diterima dengan baik oleh user dan dapat memenuhi kebutuhan user dinilai dari aspek desain aplikasi, kemudahan penggunaan aplikasi, dan efektivitas aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA [1] Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi. [2] SNMPTN. 2012. Daftar Prodi. http://www.snmptn.ac.id (diakses 1 Maret 2012). [3] BAN-PT. 2012. Direktori Akreditasi Program Studi. http://ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php (diakses 1 Maret 2012). [4] Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko, A. & Wardoyo, R. 2006. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu. [5] Tahapary, Marthin A. & Syukur, Abdul. 2010. Sistem Pendukung Keputusan Kelaikan Terbang Pada Helicopter Model Bell 205 A-1 Pusat Penerbangan TNI AD. Jurnal Teknologi Informasi, Volume 6 Nomor 1: 94-101. [6] Seputro, Hery. 2008. Modul 3 Konsep Penentuan Prioritas. http://www.scribd.com (diakses 12 Mei 2009). [7] BAN-PT. 2008. Buku I Naskah Akademik Program Studi Sarjana. Jakarta: BAN-PT. [8] BAN-PT. 2008. Buku V Pedoman Penilaian Akreditasi Program Studi Sarjana. Jakarta: BANPT. [9] Saaty, T. L. 2008. Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1: 83-98. [10] Suryadi, Kadarsah. & Ramdhani, Ali. 2002. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengembangan Keputusan. Cetakan Ketiga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [11] Behl, Ramesh. 2009. Information Technology for Management. New Delhi: Tata McGraw-Hill. ISBN (13): 978-0-07-014492-7.
V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perancangan, implementasi dan pengujian yang dilakukan pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Perbaikan Standar Akreditasi Program Studi Sarjana Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP), maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 4. Sistem pendukung keputusan ini mampu memberikan rekomendasi berupa urutan prioritas perbaikan standar akreditasi program studi yang dirancang menggunakan metode AHP. 5. Hasil pengujian fungsional sistem terhadap 12 tindakan dalam use case diagram dengan metode black-box testing menunjukkan bahwa sistem 100% dapat berjalan dengan baik sesuai dengan daftar kebutuhan sistem. 6. Hasil pengujian UAT menunjukkan bahwa sistem dapat diterima dengan baik oleh 86% user responden setelah dilakukan pengujian terhadap aspek desain aplikasi, kemudahan penggunaan aplikasi, dan efektivitas aplikasi. 7. Hasil analisis proses perankingan menunjukkan bahwa hasil perankingan sangat bergantung pada input penilaian bobot kriteria yang dilakukan oleh respon expert. Saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang Sistem Pendukung Keputusan untuk Akreditasi, antara lain: 1. Penambahan profil program studi dapat dijadikan referensi data awal untuk membangun basis pengetahuan sistem pendukung keputusan. 2. Pengembangan metode fuzzy-AHP dapat diterapkan untuk mengurangi subyektifitas pengisian bobot kriteria. 37