PENENTUAN STANDAR KRITERIA EVALUASI TEKNIS PEMILIHAN KONTRAKTOR JASA KEAMANAN DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS Griesch Alles Berutu1, Teuku Yuri M. Zagloel2 1,2
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424 E-mail:
[email protected];
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang penentuan standar kriteria evaluasi teknis pemilihan kontraktor jasa keamanan, di salah satu perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.Terdapat 4 kriteria yang digunakan di dalam evaluasi, yaitu: personil kunci, rencana pelaksanaan jasa, kinerja pengamanan dan program HES (Health, Environment & Safety). Metode yang digunakan adalah Analytic Network Process (ANP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengamanan mendapatkan bobot tertinggi, diikuti dengan personil kunci, rencana pelaksanaan jasa dan program HES dan subkriteria yang paling berpengaruh adalah konsultansi security. Kata kunci: Pengadaan, evaluasi teknis, pemilihan kontraktor, Analytic Network Process
DETERMINATION OF TECHNICAL EVALUATION STANDARD OF CRITERIA OF SECURITY CONTRACTOR SELECTION USING ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) METHOD Abstract This thesis discusses about the determination of technical evaluation standard of criteria of security contractor selection in oil and gas company in Indonesia. There are 4 criteria proposed which are: key personnel, work planning, performance of work and HES (Health, Environment & Safety) program. The method used is Analytic Network Process (ANP). The result of this study shows that performance of work got the highest weight, followed consecutively by key personnel, work planning and HES program; while the most influential sub criteria is security consultation. Key words: Procurement, technical evaluation, contractor selection, Analytic Network Process
Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Pendahuluan Supplier memegang peranan yang penting dalam hal pengadaan barang/jasa sehingga berpengaruh bagi perusahaan di dalam mencapai tujuan supply chain. Menurut Gencer dan Gurnipar (2007) 60% harga pokok penjualan berasal dari harga pokok pembelian, selain itu 50% cacat pada kualitas dapat ditelusuri dari barang yang dibeli. Oleh karena itu, pemilihan dan evaluasi performa supplier merupakan salah satu aktivitas kritikal di dalam proses pengadaan karena pemilihan supplier yang tepat akan berdampak signifikan pada pengurangan biaya produksi dan peningkatan kualitas barang/jasa. Pada industri hulu seperti minyak dan gas bumi aktivitas evaluasi dan pemilihan supplier juga mendapat perhatian serius karena melibatkan pekerjaan dengan nilai dan resiko yang tinggi. Pengadaan barang/jasa dengan kualitas terbaik sangat diperlukan untuk menunjang operational excellence yang ingin dicapai perusahaan. Selain itu, pada industri hulu terdapat ketidakseimbangan supply dan demand dimana demand lebih besar daripada supply. Kondisi ini mengharuskan setiap perusahaan minyak dan gas bumi untuk terus berusaha demi meningkatkan produksi minyak demi meraih keuntungan maksimal. Hal ini mengakibatkan urgensi memilih supplier terbaik semakin meningkat demi kelancaran eksplorasi dan proses produksi. Chevron merupakan salah satu perusahaan pengolah minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia. Produksi minyak mentah yang dihasilkan merupakan yang terbesar sehingga menjadikan Chevron sebagai perusahaan energi terdepan di Indonesia. Agar tetap kompetitif di era persaingan bisnis global, setiap unit operasi di dalam organisasi Chevron dituntut untuk menjalankan perannya dengan baik dan menunjukkan kinerja yang optimal. Dalam proses ini, dibutuhkan peran bagian pengadaan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan dalam bidang pemenuhan kebutuhan berupa barang dan jasa dengan kualitas, jumlah, waktu, sumber, tempat dan harga yang tepat. Untuk mempermudah proses pengadaan, CCM telah mensegmentasi aktivitasaktivitas dengan lini bisnis yang sama ke dalam satu kategori. Professional & Support Services (P&SS) merupakan kategori yang bertanggung jawab mengelola kontrak terkait penyediaan jasa tenaga kerja pihak ketiga untuk kategori pendukung kegiatan operasional di Chevron. Salah satu subkategori yang berada di bawah naungan P&SS adalah security yaitu penanganan terhadap kontrak-kontrak untuk pengadaan jasa keamanan. Jasa keamanan yang 2 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
diberikan berupa penyediaan jasa tenaga kerja keamanan, sistem operasi keamanan, pelatihan keamanan sampai penyediaan alat-alat bantu pengamanan. Proses evaluasi dan pemilihan kontraktor penyedia jasa keamanan di Chevron IBU dilakukan melalui tiga tahap yaitu: evaluasi administratif, evaluasi teknis, dan evaluasi komersial. Proses pengadaan mulai dari perencanaan hingga penetapan kontraktor pemenang sudah diatur sesuai dengan Peraturan BPMIGAS 007-Revisi II/PTK/I/2011 tentang rantai pasok. Pada evaluasi administratif dan komersial, perusahaan sudah menetapkan standar kriteria dan subkriteria yang digunakan untuk proses evaluasi. Akan tetapi pada evaluasi teknis ternyata tidak ada kriteria dan subkriteria standar yang sudah ditetapkan. Dampak yang dihasilkan dari ketidakstandaran kriteria dan subkriteria yang digunakan terlihat pada lamanya proses pengadaan. Buyer menunggu user terlalu lama untuk menentukan kriteria evaluasi, sementara kontrak ini akan terus berulang. Lamanya proses pengadaan akan berpengaruh pada ketepatan waktu dimulainya kontrak. Proses pengadaan yang belum selesai sampai pada tanggal dimulainya kontrak merupakan suatu pelanggaran karena pengadaan dilakukan tanpa ada kontrak kedua belah pihak terlebih dahulu. Oleh karena itu, dibutuhkan standar kriteria evaluasi teknis pemilihan kontraktor yang baku, sistematis dan sesuai dengan PTK SKK Migas sehingga dapat mempercepat proses pengadaan kontraktor penyedia jasa keamanan.
Tinjauan Teoritis
Pengadaan merupakan salah satu aktivitas yang terdapat di dalam rantai suplai. Menurut Kalakota dan Robinson (2004), pengadaan mengacu kepada semua aktivitas yang melibatkan mendapatkan barang-barang dari pemasok, hal in meliputi pembelian dan juga kegiatan logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk, dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan. Dewasa ini, konsep supply chain management tradisional telah bergeser dan beralih pada hubungan jangka panjang dan kerjasama kolaboratif dengan supplier. Karena itu, pihak yang bertindak sebagai penyedia barang/jasa pertama atau yang disebut dengan supplier 3 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
memiliki peranan yang penting di dalam rantai pasok. Evaluasi dan pemilihan supplier merupakan proses yang sangat kritikal di dalam pengambilan keputusan suatu perusahaan demi terciptanya supply chain management yang efisien. Evaluasi terhadap supplier dilakukan secara berurutan dimulai dengan evaluasi persyaratan (administratif), evaluasi penawaran teknis dan evaluasi penawaran harga (komersial). Pada evaluasi administratif, penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan apabila supplier memenuhi syarat-syarat administrasi yang telah ditentukan dalam Dokumen Pengadaan harus diserahkan. Sedangkan pada evaluasi harga, yang dinilai adalah harga penawaran dan komitmen Tingkat Komponen dalam Negeri (TKDN) masing-masing calon supplier. Pada dasarnya evaluasi harga menggunakan sistem evaluasi harga terendah. Pada evaluasi teknis akan dinilai faktor-faktor terkait dengan teknis pengadaan sesuai, seperti: •
Jenis dan uraian pekerjaan
•
Jenis, kualitas dan jumlah bahan, peralatan dan tenaga kerja yang digunakan
•
Spesifikasi teknis dan gambar-gambar teknis
•
Pemenuhan syarat-syarat khusus dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Karena sangat berkaitan dengan kinerja supplier ke depannya, evaluasi ini sangat kritikal dan penilaian harus dilakukan secara ketat. Calon supplier yang lulus evaluasi teknis harus memiliki nilai yang sama atau melampaui nilai ambang batas minimal. Pada perusahaan minyak dan gas bumi, pengadaan terhadap jasa keamanan dilakukan oleh suatu Badan Usaha Jasa Keamanan (BUJP). Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol 17 tahun 2006, BUJP adalah bidang kegiatan usaha yang terkait dengan pengadaan layanan jasa dan sistem operasi keamanan baik berupa penyediaan tenaga kerja keamanan, sistem operasi keamanan, pelatihan keamanan serta penyediaan alatalat bantu terkait dengan keamanan. Menurut Vince (1994), untuk mendapatkan kontraktor penyedia jasa keamanan yang berkualitas, perusahaan perlu menetapkan standar yang jelas sebagai acuan evaluasi terhadap layanan jasa yang diberikan. Kriteria-kriteria yang diajukan Vince dalam proses seleksi kontraktor jasa keamanan adalah: jam kerja, rincian pelaksanaan jasa, atribut keamanan, reputasi kontraktor, seragam khusus, asuransi, perjanjian kontrak, rekam jejak kontraktor,
4 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
pengawasan, latar belakang dan pengalaman kerja tenaga keamanan, pelatihan tenaga keamanan, kompensasi/bonus, audit finansial dan seleksi vendor. Nieto-Morote & Ruz-Villa (2012) menyatakan bahwa evaluasi kontraktor merupakan masalah multi kriteria, mengandung penilaian yang bersifat subjektif dari pembuat keputusan dan mengandung aspek kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu, penentuan standar kriteria evaluasi teknis kontraktor termasuk ke dalam multi criteria decision making (MCDM) karena decision maker harus mempertimbangkan berbagai kriteria dengan tujuan mendapatkan kontraktor yang baik dari segi teknis. Diperlukan metode yang sesuai untuk membantu manajemen di dalam pengambilan keputusan. Terdapat banyak sekali metode yang digunakan di dalam menyelesaikan permasalan multi criteria decision making yang melibatkan baik perhitungan matematis maupun analisis kualitatif atau kombinasi keduanya. Analytic network process merupakan teknik untuk memecahkan persoalan MCDM dimana kriteria-kriteria di dalam model saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan mempunyai korelasi nonlinear (Sadeghi et al., 2012). Banyak persoalan pengambilan keputusan yang tidak dapat dijabarkan secara struktural/hierarki karena melibatkan interaksi antar elemen-elemennya. Dalam hal ini, tidak hanya kriteria saja yang dapat mempengaruhi alternatif, akan tetapi alternatif juga dapat mempengaruhi kriteria (Saaty, 1996a). Untuk memecahkan masalah ini, ANP dapat digunakan. ANP pertama kali dikemukakan oleh Saaty pada tahun 1996 dan merupakan metode matematis pertama yang memungkinkan
decision
maker
untuk
menyelesaikan
persoalan
dengan
adanya
ketergantungan atau feedback baik antar elemen di dalam satu kluster kriteria (inner dependence) maupun antar kluster kriteria (outer dependence) (Ozturk, 2006). ANP dapat digunakan untuk mengambil keputusan strategis seperti pemilihan supplier dengan tujuan membangun hubungan jangka panjang dengan supplier atau menyediakan pengadaan barang/jasa yang kritikal bagi perusahaan. Berikut merupakan langkah-langkah pengerjaan ANP: 1) Membuat konstruksi model Konstruksi model akan menggambarkan masalah sehingga penting untuk mendeskripsikan masalah secara jelas sebelum membentuk modelnya. Karena metode ini merupakan metode yang berdasarkan pendapat ahli, maka penentuan elemen, kluster, alternatif dan hubungan antar kriteria dilakukan 5 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
dengan menanyakan pendapat dengan ahli. Penentuan hubungan antar kriteria dapat dilakukan dengan membuat tabel dan selanjutnya meminta ahli untuk memberikan checklist kepada kriteria-kriteria yang berhubungan. Selanjutnya hasil pendapat ahli digabung dan dihitung hubungannya dengan menggunakan rumus berikut ini: Q=N
(1) 2
dengan, N
= jumlah responden
Q
= nilai tengah dari jumlah responden
Vij
=
jumlah
responden
yang
memilih
adanya
hubungan
saling
ketergantungan antar kriteria pada sel yang menghubungkan baris i Jika Vij ≥ Q, maka ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria; Vij < Q, maka tidak ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria 2) Membuat matriks perbandingan berpasangan Untuk membuat pilihan diantara banyak tujuan dan kriteria, pendapat yang biasanya disampaikan dalam bentuk kualitatif akan diubah ke dalam bentuk numerik. Skala yang digunakan untuk menilai adalah skala Likert 1-9. Vektor prioritas adalah eigenvector utama di dalam matriks. Vektor ini memberikan prioritas relatif terhadap kriteria yang diukur di dalam skala rasio. Perhitungan terhadap vektor prioritas w dapat dirumuskan sebagai berikut: !. ! = λmax. w
(2)
3) Menghitung rasio konsistensi Setelah melakukan perbandingan berpasangan maka dilakukan pengecekan konsistensi terhadap pendapat ahli. Indeks konsistensi dari sebuah matriks dapat dihitung dengan persamaan: CI = λmax − n !−1 CI λ
= rasio penyimpangan konsistensi = nilai eigen terbesar dari matriks berordo n 6 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
(3)
n
= ordo matriks
Rasio konsistensi (C.R.) didapatkan dengan membandingkan rasio CI (indeks konsistensi) dengan nilai yang tepat sesuai dengan tabel Random Index (RI), dimana setiap angka adalah nilai rata-rata indeks konsistensi yang diambil secara random dengan n ≤ 10 untuk setiap sampel yang sangat besar. CR = (CI) (!") CI RI
(4)
= rasio penyimpangan konsistensi = indeks random
4) Membentuk supermatriks Supermatriks merepresentasikan pengaruh dari elemen yang ada di sebelah kiri dengan elemen yang ada diatas matriks pada masing-masing kriteria kontrol. Vektor prioritas (eigenvector) yang didapatkan dari perbandingan berpasangan dimasukkan sebagai kolom di dalam supermatriks. Dalam penyelesaian model ANP, ada tiga tahap supermatriks yang harus diselesaikan, yaitu: -
Unweighted supermatrix Supermatriks ini berisi vektor prioritas yang dihasilkan dari keseluruhan matriks perbandingan berpasangan dalam jaringan.
-
Weighted supermatrix Pada unweighted supermatrix, nilai pada tiap blok akan dikalikan dengan bobot pengaruh pada masing-masing kriteria. Bobot masingmasing kriteria di satu kolom akan berjumlah sama dengan satu atau sudah mencapai matriks stokastik.
-
Limit supermatrix Nilai vektor prioritas pada weighted supermatrix akan dipangkatkan dengan bilangan yang nilainya besar sekali (K). Tujuannya adalah untuk mencari kemungkinan pengaruh dari sebuah subkriteria terhadap subkriteria lainnya. Pada limit supermatriks nilai dari setiap baris akan sama menunjukkan bobot subkriteria terhadap seluruh elemen, kecuali pada kolom yang bernilai 0 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan interdependensi pada subkriteria tersebut. 7 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Metode Penelitian Penelitian dilakukan Chevron IndoAsia Business Unit kategori Professional Support & Services subkategori security. Berikut merupakan metode penelitian yang dilakukan: 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, penyebaran kuesioner dan studi literatur. Responden yang dipilih adalah 2 orang pakar/ahli yang menguasai bidang pemilihan kontraktor untuk kategori security yaitu Business Analyst dan Category Specialist yang sudah bekerja masing-masing 3 dan 6,5 tahun. Sebelum disebarkan kepada responden, kuesioner telah terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pihak perusahaan terkait isi kuesioner dan jumlah responden. Terdapat 2 buah kuesioner yang dibuat di dalam penelitian ini, yaitu: a. Kuesioner I, untuk mendapatkan data hubungan ketergantungan antar kriteria dan subkriteria. Pada kuesioner ini digunakan justifikasi “ya/tidak” untuk menentukan apakah suatu subkriteria mempengaruhi subkriteria lain. b. Kuesioner
II,
untuk
kelompok/kriteria.
mendapatkan
Responden
diminta
data
perbandingan
untuk
memberikan
berpasangan penilaian
antar dengan
menggunakan skala Likert 1-9. Hasil dari kuesioner kemudian dicari rata-ratanya dengan menggunakan rata-rata geometrik. Hasil pengecekan konsistensi didapatkan beberapa jawaban yang tidak konsisten, kemudian dilakukan verifikasi kembali atas jawaban yang tidak konsisten. 2. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan mengikuti tahapan metode Analytic Network Process. Metode ini digunakan untuk mengakomodasi adanya hubungan interdependensi antar kriteria dan subkriteria yang digunakan dimana yang tidak dapat dilakukan dengan metode pembobotan lain seperti AHP. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan software Super Decisions dalam penentuan bobot untuk masing-masing kriteria. Berdasarkan hasil studi literatur dan rekomendasi dari pihak perusahaan, maka terdapat 4 kriteria dan 26 subkriteria yang berhasil diidentifikasi sebagai penilaian yang relevan pada saat evaluasi teknis berlangsung. Kriteria-kriteria tersebut antara lain:
8 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria Evaluasi Teknis Pemilihan Kontraktor Jasa Keamanan KRITERIA
PERSONIL KUNCI
SUBKRITERIA
KETERANGAN
Latar Belakang Pendidikan
Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan (S1/D3) atau pangkat TNI/POLRI yang setara
Pengetahuan dan Keahlian K3LL
Ahli dalam bidang K3LL yang dibuktikan dengan pengalaman atau sertifikasi
Pengalaman Kerja
Memiliki pengalaman bekerja di bidangnya minimum sesuai dengan yang ditetapkan • PM : 3 tahun • HES & OM : 2 tahun • Koordinator Intelijen : 6 bulan
Komunikasi
Memiliki kemampuan komunikasi yang baik seperti keterampilan berbahasa Indonesia dan bahasa asing
Compliance
Memiliki moral yang baik, tidak terlibat kasus kriminal (ada bukti Surat Keterangan Catatan Kepolisian)
Visi & Misi
Penjajaran tujuan strategis pihak kontraktor terhadap harapan-harapan perusahaan
Pemahaman Lingkup Kerja
Pemahaman dengan sempurna terhadap rincian dan komplikasi ruang lingkup jasa
Pengelolaan Resiko
Program Manajemen Resiko (gambaran lengkap dari resiko dan rencana mitigasinya)
Kemampuan Organisasi
Kemampuan teknis organisasi yang berhubungan dengan jasa keamanan seperti: • Pengadaan sumber daya untuk supervisi dan pengawasan operasi • Distribusi dan kuantitas serta kemampuan personil untuk operasi lapangan (patroli, penjagaan, akses kontrol, intelijen dan investigasi, pengaturan lalu lintas dan lain-lain) • Penyediaan, distribusi rinci dan kuantitas untuk kendaraan, alat komunikasi, personal protective equipment, pakaian seragam dan peralatan lainnya
Mobilisasi
Rencana dan waktu rinci mobilisasi personil, kendaraan, alat komunikasi , PPE, pakaian dan peralatan lainnya
Rencana Pra Operasi
Kesiapan operasi dan skenario yang handal untuk mulai pelaksanaan operasi dengan selamat dan aman
Rencana Operasi
Penilaian terhadap matriks atau acuan kinerja selama pelaksanaan kontrak, usaha-usaha dan inisiatif-inisiatif untuk mencapai target kinerja, serta rencana persiapan dan mitigasi entitas-entitas selama pelaksanaan operasi
RENCANA PELAKSANAAN JASA
9 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Tabel 1. (sambungan) KRITERIA
KINERJA PENGAMANAN
PROGRAM HES
SUBKRITERIA
KETERANGAN
Dukungan Setempat
Kemampuan, pengalaman, rencana dan program untuk menyediakan kantor dan fasilitas pendukung setempat, serta kemitraan untuk mendukung operasi ini (rencana untuk pendekatan dengan TNI/Polri dan tokoh-tokoh setempat)
Penguasaan teknologi security
Menguasai teknologi dan sistem security standar seperti: • Pencegahan tindakan kriminal (pendekatan ke masyarakat sekitar, patroli, penjagaan, kontrol akses (pemeriksaan masuk dan keluar), unit reaksi cepat, pusat komando operasi atau C3HQ, dan pengawalan) • Alarm • Radio Komunikasi • CCTV • Computer Database
Peningkatan kualitas sumber daya
Program untuk memelihara dan meningkatkan disiplin dan motivasi personil dalam pelaksanaan operasi
Intelijen & Investigasi
Program intelijen & investigasi serta pengungkapan kasus
Atribut Keamanan
Program pengelolaan, penegakan aturan, dan keselamatan lalu lintas jalan raya (TSLE); program penerbitan kartu pengemudi, kartu pengunjung, dan registrasi pegawai
Konsultansi
Program konsultansi security
Responsivitas
Respon terhadap keadaan mendesak/darurat seperti: • Pencegahan serangan teroris • Respon terhadap isu-isu sosial • Penanganan demonstrasi • Pengamanan VVIP • Pengamanan bahan peledak
Kesadaran keselamatan
Kesadaran kontraktor akan budaya mengedepankan keselamatan di dalam pelaksanaan kontrak
Komitmen Manajemen
Teladan dan komitmen yang kuat dari manajemen untuk implementasi program HES
Rincian Program
Rencana kebijakan dan strategi yang jelas, penyusunan tujuan kinerja serta program dan prosedur yang rinci untuk mencapai tujuan program HES dan kinerja HES.
Reward & Punishment
Program penghargaan terhadap personil yang disiplin dalam pelaksanaan serta hukuman terhadap yang lalai di dalam mempraktikkan program HES
Pelatihan HES
Program pelatihan HES
10 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Tabel 1. (sambungan) KRITERIA
SUBKRITERIA
KETERANGAN
Metode HES
Metoda HES untuk evaluasi bahaya dan resiko; program rinci untuk melaksanakan audit, inspeksi, peninjauan, dan proses tindak lanjut
Catatan Kinerja HES
Catatan Kinerja/Performa HES
Sumber: Perusahaan, telah diolah kembali
Hasil Penelitian Berikut merupakan hasil rekapitulasi data yang didapatkan dari kuesioner I, untuk mendapatkan hubungan ketergantungan antar kriteria.
Tabel 2. Rekapitulasi Kuesioner I - Hubungan Ketergantungan Antar Kriteria
Berdasarkan hubungan antar kriteria diatas, maka model evaluasi teknis pemilihan kontraktor security di dalam software Super Decisions dapat dilihat pada gambar 3.2. di bawah ini.
11 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Gambar 1. Pembuatan Model Evaluasi Teknis Pemilihan Kontraktor Security dengan Super Decisions
Dari kuesioner II, melalui perbandingan berpasangan didapatkan data tingkat kepentingan masing-masing kriteria menurut pendapat ahli.
Gambar 2. Perbandingan Berpasangan Antar Subkriteria Evaluasi Teknis Pemilihan Kontraktor Security dengan Menggunakan software Super Decisions
Gambar diatas merupakan salah satu hasil perbandingan berpasangan dengan kriteria kontrol Pemahaman Lingkup Kerja. Dapat dilihat bahwa Pengetahuan dan Keahlian K3LL Personil Kunci lebih penting 5 kali daripada latar belakang pendidikan; pengalaman kerja lebih penting 6,25 kali dari latar belakang pendidikan, 12 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
dan seterusnya. Selanjutnya urutan faktor yang paling berpengaruh terhadap suatu kriteria kontrol dapat ditentukan dengan berdasarkan nilai vektor prioritas (eigen vector). Hasil akhirnya faktor yang paling mempengaruhi pemahaman lingkup kerja Personil Kunci adalah Pengalaman Kerja (61,9%), Pengetahuan dan Keahlian K3LL (17,9%), Komunikasi (14,37%) dan Latar Belakang Pendidikan (5,7%). Data hasil perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh ahli harus dicek konsistensi jawabannya. Penilaian akan disebut konsisten apabila nilai Consistency Index (CI) < 0,1. Dari contoh pada gambar 2 dapat dilihat bahwa jawaban ahli sudah konsisten karena nilai CI adalah sebesar 0.0692<0,1.
Gambar 3. Nilai Indeks Konsistensi Perbandingan Berpasangan
Setelah mendapatkan data hasil perbandingan berpasangan untuk masingmasing kriteria, maka yang harus dicari adalah seberapa besar pengaruh atas suatu kriteria terhadap kriteria lainnya. Untuk mencari limit dari pengaruh suatu kriteria tersebut, maka seluruh data ditabulasikan di dalam supermatriks hingga didapatkan prioritas global untuk keseluruhan kriteria. Terdapat 3 macam supermatriks yaitu:unweighted supermatrix, weighted supermatrix dan limit supermatrix. Ketiga supermatriks terlihat pada tabel 3, 4 dan 5.
13 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Tabel 3. Unweighted Supermatrix
Tabel 4. Weighted Supermatrix
14 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Tabel 5. Limit Matrix
Berikut merupakan nilai prioritas untuk masing-masing kriteria dan subkriteria.
Tabel 6. Bobot Kriteria dan Subkriteria
PERSONIL KUNCI
0.2618
KINERJA PENGAMANAN
Bobot Kriteria
0.3175
PROGRAM HES
Kriteria
0.1966
Subkriteria Latar Belakang Pendidikan Pengetahuan dan Keahlian K3LL Pengalaman Kerja Komunikasi Compliance Penguasaan Teknologi Security Peningkatan Kualitas Sumber Daya Intelijen & Investigasi Atribut Keamanan Konsultansi Responsivitas Kesadaran Keselamatan Komitmen Manajemen Rincian Program Reward & Punishment Pelatihan HES Metode HES Catatan Kinerja HES
Bobot Subkriteria Prioritas Lokal Prioritas Global 0.2281 0.05973 0.19111 0.050043 0.43205 0.113135 0.07191 0.01883 0.07683 0.020119 0.02418 0.007679 0.03045 0.00967 0.25398 0.080644 0.00753 0.00239 0.52319 0.166126 0.16067 0.051016 0.29694 0.058402 0.28069 0.055206 0.08504 0.016726 0.06788 0.01335 0.24251 0.047696 0.01405 0.002763 0.0129 0.002537
15 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Urutan 5 10 2 15 14 20 19 4 25 1 9 6 8 16 18 11 23 24
Tabel 6. (sambungan) Bobot Kriteria
RENCANA PELAKSANAAN JASA
Kriteria
0.2241
Subkriteria Visi & Misi Pemahaman Lingkup Kerja Pengelolaan Resiko Kemampuan Organisasi Mobilisasi Rencana Pra Operasi Rencana Operasi Dukungan Setempat
Bobot Subkriteria Prioritas Lokal Prioritas Global 0.24785 0.055504 0.15656 0.035059 0.38094 0.085307 0.10209 0.022861 0.02179 0.004879 0.02445 0.005475 0.06352 0.014225 0.0028 0.000628
Urutan 7 12 3 13 22 21 17 26
Pembahasan Secara keseluruhan tidak ada kriteria yang jauh lebih menonjol dibandingkan kriteria lainnya. Kriteria yang paling penting dalam evaluasi teknis kontraktor adalah kinerja pengamanan (31,75%) berturut-turut diikuti dengan personil kunci (26,18%), rencana pelaksanaan jasa (22,41%) dan program HES (19.66%). Hasil ini menunjukkan bahwa evaluasi teknis yang selama ini digunakan dengan mengutamakan personil kunci harus ditinjau kembali karena kinerja pengamanan ternyata memiliki bobot yang lebih tinggi. Sementara untuk subkriteria, peringkat masing-masing terlihat pada tabel 6.
Bobot Kriteria PERSONIL KUNCI 22.41%
26.18%
KINERJA PENGAMANAN PROGRAM HES
19.66% 31.75%
RENCANA PELAKSANAAN JASA
Gambar 4. Perbandingan bobot kriteria
Dari hasil pengolahan data konsultansi keamanan mendapatkan bobot yang paling tinggi. Setelah diverifikasi kembali ke pihak perusahaan pekerjaan konsultansi meliputi halhal berikut: 16 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
•
Membantu perusahaan dalam melakukan analisis keamanan, survey dan audit, menyediakan konsultansi dan dukungan operasional yang berkaitan dengan rencana kontingensi untuk isu politik, gangguan sosial, ketidaktenteraman pegawai dan operasi keamanan yang berhubungan langsung dengan kontrak dan kebutuhan perusahaan.
•
Sesuai permintaan perusahaan, melakukan analisis terhadap kontrol perimeter keamanan yang ada, akses masuk dan keluar perusahaan dan memberikan rekomendasi untuk manajemen akses yang lebih efektif.
•
Bekerjasama dengan perusahaan, kontraktor harus mensosialisasikan bentuk peningkatan di bidang keamanan kepada pegawai perusahaan, masyarakat, otoritas lokal dan komunitas di sekitar perusahaan.
•
Merencanakan,
mengkoordinasikan,
dan
melakukan
mobilisasi
untuk
meminimalkan gangguan operasional yang dapat terjadi dimana konsultansi awal dan koordinasi dengan perwakilan perusahaan, pemerintah, pemerintah, penegak hukum dan pemimpin komunitas harus dilakukan sebelumnya. Peringkat kedua adalah pengalaman kerja dan pengelolaan resiko. Ketiga subkriteria diatas berasal dari tiga kriteria yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bobot yang terlalu jauh diantara empat kriteria yang ada.
Kesimpulan Penelitian dilakukan dengan tujuan menentukan standar kriteria evaluasi teknis pemilihan kontraktor penyedia jasa keamanan pada perusahaan objek penelitian. Penentuan standar dan bobot kriteria dilakukan dengan metode Analytic Network Process. Dari hasil penelitian telah didapatkan 4 kriteria yang dapat dijadikan acuan penilaian evaluasi teknis dimana kriteria yang paling penting dalam evaluasi teknis kontraktor adalah kinerja pengamanan berturut-turut diikuti dengan personil kunci, rencana pelaksanaan jasa dan program HES. Sedangkan untuk subkriteria, terdapat 26 subkriteria dengan 5 besar subkriteria berturut-turut yaitu konsultansi security, pengalaman kerja personil kunci, pengelolaan resiko kontraktor, intelijen & investigasi serta latar belakang pendidikan personil kunci.
17 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Saran Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini adalah: a. Dapat dilakukan perbandingan dengan standar evaluasi teknis pemilihan sumber daya jasa keamanan pada instansi terkait seperti Departemen Pertahanan untuk mendapatkan standar evaluasi yang lebih ketat dan hasil penelitian yang lebih sempurna. b. Penelitian ini menggunakan 26 subkriteria sehingga terdapat ratusan perbandingan berpasangan. Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan subkriteria menjadi lebih sederhana sehingga memudahkan responden dalam melakukan perbandingan berpasangan tersebut. c. Perlu dilakukan perbandingan dengan metode MCDM lainnya untuk mendapatkan perspektif yang lain.
Daftar Referensi Bussieck, M.R., & Pruessner, A. (2003). Mixed-Integer Nonlinear Programming. Washington, DC: GAMS Development Corporation. Chen, Y. (2011). Structured methodology for supplier selection and evaluation in a supply chain. Information Sciences, 181, 1651-1670. Chen, Y., Okudan, G., & Riley, D. (2010). Decision support for construction method selection in concrete buildings: Prefabrication adoption and optimization. Automation in Construction, 19 (6), 665-675. Chopra, S., & Meindl, P. (2001). Supply Chain Management: Strategy Planning, and Operation. New York: Prentice Hall. De Boer, L., Labro, E., & Morlacchi, P. (2001). A review of methods supporting supplier selection. European Journal of Purchasing &Supply Management.7, 75-89. Dursun, M., & Ertugrul E. (2012). A QFD-based fuzzy MCDM approach for supplier selection. Applied Mathematical Modelling, 37, 5864-5875. Gencer, C., & Gurnipar, D. (2007). Analytic network process in supplier selection: a case study in an electronic firm. Applied Mathematical Model, 31, 2475-2486.
18 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014
Kasirian, M.D., & Yusuff, R. (2009). Determining Interdependecies Among Supplier Selection Criteria. European Journal of Scientific Research, 35, 76-84. Konidari, P., & Mavrakis, D. (2007). A multi-criteria evaluation method for climate change mitigation policy instruments. Energy Policy, 35, 6235-6257. Najafi, A., & Afrazeh, A. (2010). Using Analytical Network Process for Ranking Educational Factors Influencing on Knowledge Worker Productivity. World Applied Sciences Journal, 9, 605-618. Nieto-Morote, A. & Ruz-Vila, F. (2012). A fuzzy multi-criteria decision-making model for construction contractor prequalification. Automation in Construction, 25, 8-19. Papi, V. (1994). Hiring a security firm. Journal of Property Management, 59, 61-62. Peraturan BPMIGAS 007-Revisi II/PTK/I/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kerja Sama Qin, X., Huang G., Chakma, A., Nie, X., & Lin, Q. (2008). A MCDM-based expert system for climate change impact assesement and adaptation planning – A case study for Georgia Basin, Canada. Expert Systems with Applications, 34 (3), 2164-2179. R.H. Evans. (1981). Product involvement and industrial buying, Journal of Purchasing Material and Management, 18, 23-28. Saaty, T.L., & Vergas, L.G. (2006). Decision Making with Analytic Network Process. New York: Springer. Sarkis, J., & Talluri, S. (2002). A Model for Strategic Supplier Selection. The Journal of Supply Chain Management: A Global Review of Purchasing and Supply, 18-28. Sefak, M., Sharifi, S., & Alimohhammadian, A. (2012). Supplier Selction and Order Allocation Models in Supply Chain Management. World Applied Sciences Journal, 18, 55-72. Velasquez, M., & Hester, P. (2013). An analysis of Multi-Criteria Decision Making Methods. International Journal of Operations Research, 10 (2), 56-66. W. Ho, Xu, X., & Dey, P.K. ( 2010). Multi criteria decision making approaches for supplier evaluation and selection: A literature review. European Journal of Operational Research, 202,16-24.
19 Penentuan standar.…, Griesch Alles Berutu, FT UI, 2014