Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI TPA BURANGKENG KABUPATEN BEKASI Dorina Hetharia1), Pudji Astuti2), dan Bebbie Y. Habibie Jurusan Teknik Industri, FTI, Universitas Trisakti Email: 1)
[email protected] 2)
[email protected]
ABSTRAK TPA Burangkeng kabupaten Bekasi merupakan tempat pembuangan akhir seluruh sampah di kabupaten Bekasi. Saat ini TPA Burangkeng sudah penuh dan memerlukan penerapan teknologi pengolahan sampah. Beberapa macam teknologi pengolahan sampah menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah kabupaten Bekasi. Hal ini memerlukan sistem pemilihan teknologi untuk memperoleh pilihan terbaik dengan pertimbangan kriteria dan subkriteria dari teknologi pengolahan sampah tersebut. Beberapa kriteria dan subkriteria yang menjadi pertimbangan pemerintah daerah kabupaten Bekasi, tidak independen melainkan memiliki keterkaitan satu sama lain. Pemilihan teknologi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Proses Jejaring Analitik (Analytic Network Process). Penelitian diawali dengan menetapkan pakar untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam proses pemilihan teknologi pengolahan sampah. Pengambilan data preferensi terhadap unsur-unsur tersebut dilakukan melalui kuesioner perbandingan berpasangan, yang selanjutnya diolah untuk memperoleh bobot masing-masing unsur. Pengolahan lebih lanjut dilakukan dengan software Superdecision, dan hasil yang diperoleh adalah, teknologi composting menduduki prioritas tertinggi dengan bobot sebesar 0.635, yang didominasi oleh kriteria resiko dan harga. Kata kunci : teknologi pengolahan sampah, ANP
PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah yang merasakan permasalahan sampah salah satunya adalah daerah kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng di kecamatan Setu, untuk menampung sampah dari Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik kabupaten Bekasi, mengeluarkan data pada tahun 2000 sampai 2005, yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk di Kabupaten Bekasi adalah sebesar 4.33%. Menurut data dari Pemda kabupaten Bekasi, rata-rata produksi sampah penduduk di Kabupaten Bekasi adalah ±2.5 liter/orang/hari. Sampah juga dihasilkan oleh sektor industri yaitu dari industri pabrik, hotel dan restoran serta usaha niaga lainnya. Rata-rata produksi sampah yang dihasilkan oleh industri pabrik adalah ±1.5 m3/hari/pabrik, hotel dan restoran serta usaha niaga lainnya adalah ±2.8 m3/hari/unit niaga. Tingkat pelayanan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bekasi sekitar ±4.85%. Sisa sampah lainnya dikelola oleh masyarakat atau dibiarkan berserakan di jalan-jalan maupun di sungai. Sampah di Kabupaten Bekasi diperkirakan terus meningkat sesuai dengan tingkat perkembangan penduduk.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Sampah yang dibawa ke TPA Burangkeng akan dikelola dengan cara sanitary landfill dan open dumping. TPA Burangkeng dibangun sejak tahun 1993/1994 dengan rencana 10 Ha dan mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan luas lahan aktif 7.6 Ha dan rata-rata volume sampah per hari sebesar 400-500 ton/hari. Lahan yang digunakan untuk open dumping adalah seluas ±3.5 Ha dan untuk sanitary landfill adalah seluas ±2 Ha dengan rencana perluasan ±2.4 Ha. Laju pertambahan jumlah sampah yang meningkat setiap tahunnya, dan jumlah luas TPA yang tetap, akan menimbulkan masalah ketika jumlah sampah tidak dapat ditampung lagi oleh TPA. Pengelolaan sampah dengan sanitary landfill-pun memiliki jangka waktu sampai tanah tidak dapat digunakan untuk mengubur sampah lagi. Sedangkan open dumping bukanlah suatu bentuk pengolahan sampah, karena hanya membiarkan sampah menumpuk di TPA dan memakan lahan TPA tersebut. Belajar dari evaluasi TPA Bantar Gebang dengan sanitary landfill dan open dumping yang memperlihatkan hasil menghawatirkan, dan dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan, masyarakat maupun pemerintah. TPA Bantar Gebang pernah memakan 3 korban jiwa karena tertimpa runtuhan sampah. Berdasarkan kutipan yang diambil dari Media cetak “KOMPAS” tanggal 16 September 2006, runtuhnya tumpukan sampah yang menggunung akibat dari adanya reaksi gas bertekanan tinggi yang mengakibat meledaknya sampah tersebut. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan suatu teknologi pengolahan sampah yang paling sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Bekasi. Dari beberapa jenis teknologi pengolahan sampah yang ada, Kabupaten Bekasi melalui Pemerintah Daerahnya harus memilih sistem yang terbaik, yang dapat menguntungkan banyak pihak terutama masyarakat Kabupaten Bekasi. Pencapaian dari sistem pengolahan sampah terpadu yang baik, adalah berkurangnya jumlah sisa buangan akhir, berkurangnya luas lahan TPA, berkurangnya polusi udara, tanah dan air di lingkungan sekitar TPA. Analytic Network Process (ANP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang dapat digunakan untuk para pemimpin dalam menganalisa dan mengambil keputusan. ANP merupakan pengembangan dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP), yang didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara beberapa komponen, sehingga ANP merupakan bentuk khusus dalam AHP (Saaty, 1996). ANP mengijinkan adanya interaksi dan umpan balik antara elemen dari persepsi manusia. Permasalahan pengambilan keputusan dalam pemilihan teknologi pengolahan samapah di kabupaten Bekasi dapat menggunakan metode ANP. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan alternatif terbaik teknologi pengolahan sampah di kabupaten Bekasi, dengan menggunakan metoda Analytic Network Process. TINJAUAN PUSTAKA Analytic Network Process (ANP) merupakan metode pemecahan suatu masalah yang tidak terstruktur dan membutuhkan ketergantungan hubungan antar elemennya. Konsep ANP dikembangkan dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara beberapa komponen, sehingga AHP merupakan bentuk khusus dalam ANP (Saaty,1996).
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Langkah-langkah dalam proses ANP yaitu, pembuatan hirarki jaringan keputusan yang menunjukkan hubungan antar faktor keputusan; pembuatan matrix perbandingan berpasangan di antara faktor yang mempengaruhi keputusan; perhitungan relative importance weight vectors dari faktor-faktor tersebut; pembentukan supermatriks, yaitu matriks yang tersusun dari relative importance weight vectors. Kemudian normalisasikan supermatriks tersebut sehingga angka-angka di dalam tiaptiap kolom pada supermatriks memiliki jumlah bernilai 1 (satu). Selanjutnya perhitungan bobot akhir dengan memangkatkan supermatriks dengan 2k+1 dimana k merupakan sembarang angka yang besar sampai stabilisasi bobot terjadi, dimana nilainilai dalam supermatriks tidak berubah ketika dikalikan dengan dirinya sendiri, yang disebut sebagai konvergen. Dalam suatu sistem dengan N komponen yang terdiri dari elemen-elemen yang berinteraksi akan saling memberikan pengaruh, dapat didenotasikan bahwa komponen C sejumlah N disimbolkan dengan Ch dimana h = 1, 2, 3, …. N. Elemen yang dimiliki oleh komponen akan disimbolkan dengan eh1 , eh 2 ,.......ehn . Nilai dari supermatriks diberikan sebagai hasil penilaian dari skala prioritas yang diturunkan dari perbandingan berpasangan seperti pada AHP. Hubungan antara elemen direpresentasikan dengan vector prioritas yang diturunkan dari perbandingan berpasangan di dalam AHP. Matriks disusun untuk menggambarkan aliran kepentingan antara komponen baik secara inner dependence maupun outer dependence. Hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain dalam jaringan direpresentasikan mengikuti supermatriks: CN C1 C2 e11e12 ...e1n1 e21e22 ...e2 n 2 e N 1e N 2 ...e NnN
e11 C1
e12 e1n1 e21
W
C2
e22 e2 n2
eN 1 eN 2
CN
eN nN
W 11
W 12
W 21
W 22
W N1
WN2
W1 N
W2N
W NN
Bentuk Wij di dalam supermatriks disebut sebagai blok supermatrik dan diikuti matrik sebagai berikut :
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Wij
(j )
Wi1( j1 )
Wi1( j2 )
Wi1 nj
Wi (2 j1 )
Wi (2 j2 )
Wi 2 nj
Win( ij1 )
Win( ij2 )
Wini nj
(j )
(j )
Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen ke-i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan kepentingan bukan nol. Supermatriks terdiri dari 3 tahap (www.superdecision.com) yakni: tahap supermatriks tanpa bobot (unweighted supermatrix), tahap supermatriks terbobot (weighted supermatrix), dan tahap supermatriks batas (limit supermatrix). Hasil akhir perhitungan memberikan bobot prioritas yang merupakan bobot unsur, dan sintesis yang merupakan bobot alternatif . Tchobanoglous (2002) menjelaskan bahwa aspek teknologi persampahan perlu dikaji sejak desain pengumpulan, pengangkutan hingga pengolahan seperti bentuk pewadahan, desain truk, rute pengangkutan hingga teknologi pengolahan tepat guna. Untuk mendukung upaya kebijakan teknologi persampahan, perlu dukungan pusat data persampahan yang akurat yang meliputi seperti jumlah timbulan sampah, komposisi dan karakteristik. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan riset sangat diperlukan sebagai kegiatan awal dari semua kegiatan perencanaan teknologi. Selain itu, penerapan teknologi biasanya di awali melalui tahapan studi kelayakan yang dilakukan oleh lembaga indepeden dengan melibatkan pemerintah, departemen teknis, lembaga riset, konsultan dan LSM, tanpa melibatkan langsung pihak penjual teknologi. (Bebassari, 2006a). Daur ulang dan pengkomposan (composting) Teknologi daur ulang dan pengkomposan adalah kombinasi dari kedua proses pengolahan sampah untuk sampah jenis organik dan anorganik. Menurut Tchobanoglous (1993) daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan kembali produk bermanfaat. Manfaat ekonomi yang paling sering disinggung dari daur ulang adalah potensinya untuk mengurangi biaya pembuangan akhir sampah kota, terutama karena kota dihadapkan pada semakin sedikitnya lahan murah untuk TPA. Menurut Wahyono (2003a), pengkomposan adalah proses dekomposisi sampah organik secara biologis menjadi humus dalam kondisi aerobik yang terkendali untuk menghasilkan kompos. Menurut Tchobanoglous (1993), komponen utama dari sistem composting sederhana hanya untuk sampah organik yang sudah dipisahkan, menggunakan lahan terbuka untuk pematangan dan menggunakan mesin pembalik. Sistem composting modern dilengkapi dengan sistem pemilahan pada bangunan tertutup, pelataran beton dan tertutup untuk pematangan, ada drum pengkomposan, mesin pembalik dan
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
bangunan tertutup untuk proses akhir pengkomposan. Sedangkan untuk sistem composting skala besar memiliki sistem terpadu dari bak penampung sampah sementara, ruang bakar, sistem ketel uap, sistem pemanfaatan energi, dan sistem pembersih asap. Baik biaya investasi maupun biaya operasi berbeda yang makin meningkat, dari sistem sederhana sampai sistem dengan skala besar Pembakar sampah (Incinerator) Pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator adalah salah satu cara pengolahan sampah. Di dalam incinerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang terbawa, sehingga cara ini masih sebagai pengolahan antara (intermediate treatment). Pengolahan sampah dengan incinerator dilakukan untuk tujuan mengolah sampah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan, stabil secara kimiawi, mengurangi berat dan volume sampah. Sarana pembakaran harus sesuai dengan beberapa persyaratan antara lain dapat mengolah sampah sesuai cakupan pelayanan dan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan di darat, air maupun udara. Kelebihan incinerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik (1985), yaitu meskipun incinerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah, akan tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut : - Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80% dari sampah awal yang datang tanpa proses pemisahan, - Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan, - Pada instalasi yang besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat dilengkapi dengan peralatan pembangkit listrik. METODA Penelitian pendahuluan dilakukan melalui pengamatan langsung tentang situasi dan kondisi daerah kabupaten Bekasi dalam manajemen penanganan sampah yang sebenarnya, serta memperhatikan segala aktivitas manajemen penanganan sampah tersebut, baik itu aktivitas manajemen maupun aktivitas operasional. Kegiatan wawancara juga dilakukan kepada Stakeholder persampahan seperti Pemda kabupaten Bekasi, konsultan, instansi terkait lainnya, praktisi, serta masyarakat untuk dapat mendefinisikan masalah yang dihadapi. Data primer lainnya diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara tidak terstruktur dengan sumber data Pemda kabupaten Bekasi, konsultan serta praktisi. Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir yang terlihat pada Gambar 1. Pengolahan data menggunakan salah satu alat dalam pengambilan keputusan yakni metode Analytic Network Process (ANP). Penggunaan metoda ANP pada penelitian ini mengikuti tahapan: pemilihan pakar, penentuan unsur-unsur pemilihan, penyusunan kuesioner hubungan keterkaitan antar unsur-unsur, pengisian kuesioner hubungan keterkaitan antar unsur-unsur, perancangan struktur model proses jejaring analitik, penyusunan kuesioner pembobotan unsur-unsur, pengisian kuesioner pembobotan, pembuatan matriks perbandingan berpasangan, perhitungan bobot setiap unsur, pengujian konsistensi melalui perhitungan consistency index (CI) dan consistency ratio (CR), perhitungan unweighted supermatrix, perhitungan weighted supermatrix, perhitungan limited supermatrix, dan pemilihan alternatif dengan bobot terbesar.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Gambar 1. Kerangka Pikir
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Pendefinisian Unsur-Unsur Dalam ANP Berdasarkan wawancara dengan pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan, maka terdapat beberapa kriteria dan subkriteria yang mendukung pengambilan keputusan dalam memilih teknologi pengolahan sampah. Berikut ini adalah beberapa kriteria dan subkriteria dalam hal pemilihan teknologi pengolahan sampah : 1. Kriteria Teknis (Technical) [T] Kriteria ini adalah parameter dari sisi operasional dan teknis baik dalam instalasi dan selama pemakaian teknologi pengolahan sampah, dengan sub kriteria: - Desain dan Kompleksitas Peralatan [T1] meliputi desain dan kerumitan dari peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan teknologi. - Desain Area Teknologi (Site Plan) [T2] mempertimbangkan desain dapat diintegrasikan ke dalam TPA. - Kemudahan Peralatan dan Suku Cadang [T3] yakni kemudahan untuk mendapatkan peralatan dan suku cadang. - Keamanan Teknologi [T4] diperhatikan bahwa teknologi pengolahan sampah yang dijalankan tidak membahayakan. - Pemeliharaan [T5], kemudahan dalam pemeliharaan ketika teknologi pengolahan sampah sudah berjalan. - Kebutuhan untuk Pelatihan [T6], pelatihan untuk operator yang menjalankan dan melakukan pemeliharaan terhadap teknologi. - Kemampuan Reduksi Sampah [T7], kemampuan dari teknologi untuk mereduksi timbulan sampah. 2. Kriteria Lokasi (Location) [L] Kriteria ini memperrtimbangan cocok atau tidaknya teknologi pengolahan sampah diterapkan di lokasi TPA. Kriteria lokasi dapat dilihat dari:
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
-
Fleksibilitas [L1], fleksibilitas lokasi untuk penerapan teknologi tersebut Ukuran Area Teknologi (Site Plan) [L2], luas dari area yang dibutuhkan untuk penerapan teknologi pengolahan sampah dibandingkan dengan luas lokasi 3. Kriteria Keuntungan (Benefit) [B] Dalam hal ini yang dimaksud adalah keuntungan yang di dapat dari penerapan teknologi pengolahan sampah, dengan sub kriteria: - Pendapatan Asli Daerah (PAD) [B1], teknologi pengolahan sampah dapat memberikan peningkatan PAD yang meningkatkan ekonomi Kabupaten Bekasi. - Lapangan Pekerjaan [B2], bagaimana penggunaan teknologi pengolahan sampah dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 4. Kriteria Harga (Cost) [C] Kriteria mengenai sejumlah uang yang dikeluarkan oleh Pemda Kabupaten Bekasi untuk pembelian dan penerapan teknologi pengolahan sampah. - Operasional [C1], merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membayar komponen dalam menjalankan teknologi seperti bahan-bahan pembantu, operator dan komponen-komponen lainnya. - Pemeliharaan [C2], biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan teknologi pengolahan sampah selama penggunaan teknologi tersebut. - Investasi [C3], merupakan biaya untuk mendapatkan, memasang dan menerapkan teknologi pengolahan sampah. 5. Kriteria Kesempatan (Opportunity) [O] Kesempatan atau peluang yang dapat dikembangkan dari penerapan teknologi pengolahan sampah terhadap teknologi tersebut maupun Kabupaten Bekasi. - Pengembangan Teknologi [O1], kemungkinan teknologi pengolahan sampah untuk dikembangkan dan atau diintegrasikan dengan teknologi baru dan modern di masa yang akan datang. - Perluasan Area Teknologi [O2], kemungkinan perluasan area teknologi pengolahan sampah dalam hubungannya dengan peningkatan kapasitas. - Investasi Masa Depan [O3], peluang dari teknologi pengolahan sampah sebagai investasi jangka panjang dan dapat menguntungkan di masa yang akan datang. 6. Kriteria Risiko (Risk) [R] Kriteria ini merupakan kerugian atau risiko yang dapat disebabkan karena penggunaan teknologi pengolahan sampah. - Tingkat Pencemaran Lingkungan [R1], resiko yang disebabkan oleh teknologi pengolahan sampah terhadap ekosistem. - Sosial Kemasyarakatan [R2], resiko yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari penerapan teknologi pengolahan sampah. Pemda Kabupaten Bekasi memiliki alternatif teknologi pengolahan sampah yang mungkin diterapkan di TPA Burangkeng. Teknologi-teknologi tersebut adalah: 1. Incenerator 2. Composting Model ANP dari pemilihan teknologi pengolahan sampah pada kabupaten Bekasi dibuat berdasarkan unsur-unsur yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, dengan kriteria dan sub-kriteria seperti terlihat pada Gambar 2. Derajat pembobotan yang digunakan untuk pengisian kuesioner yaitu Fundamental Scale (Saaty,1998). Fundamental scale berisi tingkat nilai kepentingan dari 1 sampai dengan 9. Tingkat nilai kepentingan tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap dua elemen. Berapa kali elemen yang satu mendominasi lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan elemen lain. Hasil kuesioner tersebut
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
kemudian disusun dalam suatu matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
Gambar 2. Model ANP pemilihan teknologi pengolahan sampah
Tahapan pengolahan data selanjutnya adalah pengujian konsistensi melalui perhitungan consistency index (CI) dan consistency ratio (CR) untuk melihat kekonsisten-an jawaban para pakar pada matriks perbandingan berpasangan tersebut. Setelah pengujian tersebut dimana telah diperoleh CR< 0.1, dilanjutkan dengan pembuatan unweighted supermatrix, kemudian perhitungan weighted supermatrix dan perhitungan limit supermatrix. Perhitungan supermatrix pada penelitian ini menggunakan software Super Decisions. Prioritas yang merupakan bobot dari semua unsur-unsur dapat dilihat pada limit supermatrix dapat dilihat pada hasil pengolahan dengan software super decisions. Demikian pula sintesis yang merupakan bobot alternatif, dan hasil pengolahan dengan super decision dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Hasil Sintesis dengan Software Decisions
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Gambar 4. Hasil Prioritas dengan Software Super Decisions
KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Urutan prioritas alternatif dalam pemilihan teknologi pengolahan sampah dengan metode Analytic Network Process adalah: teknologi pengolahan sampah dengan composting (A2) dengan bobot 0.63547, sedangkan prioritas kedua adalah teknologi pengolahan sampah dengan incenerator (A1) dengan bobot 0.36453. 2. Prioritas dari alternatif ini didominasi oleh kriteria resiko dan harga dengan bobot masing-masing 26.9%. Kriteria resiko meliputi subkriteria resiko tingkat pencemaran lingkungan (49%) dan resiko sosial kemasyarakatan (51%), sedangkan kriteria harga dengan bobot subkriteria Operasional (48%), Pemeliharaan (45%), dan Investasi (7%) DAFTAR PUSTAKA Bebassari, Sri. 2006a. Laporan Hasil Kunjungan Presiden Republik Indonesia ke Instalasi Pembakaran Sampah / Incinerator (Waste to Energy) di Pudong, Shanghai – Cina Sabtu, 28 Oktober 2006. Jakarta: Indonesia Solid Waste Asscociation dan Dana Mitra Lingkungan, Tidak dipublikasikan.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Bebassari, Sri. 2003. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara Terpadu. Makalah Pelatihan Teknologi Pengolahan Sampah Kota Secara Terpadu Menuju Zero Waste 29-31 Juli 2006. Jakarta: Kelompok Teknologi Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkaijan dan Penerapan Teknologi. Saaty, R.W. (2003). Decision Making in Complex Environments : The Analytic Hierarchy Process (AHP) for Decision Making and The Analytic Network Process (ANP) for Decision Making with Dependence and Feedback. Super Decisions Software. Retrieved from http://www.superdecision.com. Saaty, T.L. (1996). Decision Making With Dependence and Feedback : The Analytic Network Process. RWS Publications. Pittsburgh. Saaty, T.L and L. Vargas. (1998). Decision Making in Economic, Political, Social and Technological Environments with the Analytic Hierarchy Process. Vol.VII, AHP series. RWS Publications. Pittsburgh. Sidik, M. Ansorudin. 1985. Teknologi Pemusnahan Sampah dengan Incenerator dan Landfill. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan Sampah Model Padang. Jakarta : BPPT. Tidak diterbitkan Tim Evaluasi Insinerator BPPT. 2003. Evaluasi Penerapan Teknologi Insinerator Skala Kecil dalam Sistem Pengelolaan Sampah di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Kerjasama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Tchobanoglous, George, et.al. 1993. Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and Management Issues. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Tchobanoglous, George dan Frank Kreith. 2002. Habdbook of Solid Waste Management, Second Edition. New York: McGraw-Hill. Wahyono, Sri. 2003a. Menyulap Sampah Menjadi Kompos, Sistem Open Windrow Bergulir. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-39-12