Usulan Pemilihan Supplier Bahan Baku Dinier pada CV Idola Indonesia dengan Menggunakan Metode Analytic Network Process (ANP)
1,2)
Marcellina Amanda Devina, Cynthia Prithadevi Juwono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 ,1) ,2) Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak CV Idola Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konveksi sejak tahun 1980. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam jenis tas dengan berbagai macam model menggunakan bahan baku yang beragam. Namun, bahan baku utama yang paling sering digunakan adalah bahan baku dinier. Supplier utama yang digunakan oleh perusahaan ini adalah supplier A. Seiring berjalannya waktu, CV Idola Indonesia merasa performansi supplier A yang menurun, seperti tidak terus terang mengenai ketersediaan bahan baku serta respon yang lambat dalam menanggapi keinginan konsumen. Dengan adanya kekurangan tersebut, perusahaan melakukan pertimbangan kembali mengenai kerja sama dengan supplier utama, sehingga perusahaan memasukkan supplier B dan C yang pernah bekerja sama sebelumnya sebagai kandidat supplier utama. Namun, supplier A tetap masuk dalam pertimbangan dikarenakan adanya kelebihan supplier A yang tidak dimiliki oleh supplier lain. Berdasarkan wawancara terhadap pengambil keputusan diketahui terdapat empat kriteria yang dipertimbangkan saat akan memilih supplier dan 10 subkriteria yang ada di dalamnya. Di antara kriteria dan subkriteria tersebut terdapat hubungan keterkaitan. Oleh karena itu, metode pemilihan supplier yang digunakan adalah metode Analytic Network Process (ANP). Metode ANP ini dapat menggambarkan model pengambilan keputusan secara network dan menangkap pengaruh feedback serta interaksi dari seluruh elemen yang ada di dalam model. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh pengambil keputusan, kemudian dibuat matriks perbandingan berpasangan yang akan diolah dengan menggunakan software SuperDecision. Dari hasil pengolahan data tersebut didapatkan bahwa yang dapat menjadi supplier terbaik bagi CV Idola Indonesia bahwa supplier C dengan bobot 0.5647, selanjutnya adalah supplier A dengan bobot 0.2192 dan supplier B dengan bobot 0.2069. Kata kunci: kriteria, pemilihan supplier, hubungan keterkaitan, ANP
Pendahuluan Perkembangan perindustrian di Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas. Semakin banyak industri yang menawarkan jasanya dalam membuat produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Salah satu perindustrian yang semakin bersaing di pasaran adalah industri konveksi tas. CV Idola Indonesia adalah salah satu industri konveksi tas yang terlibat di dalamnya. CV Idola Indonesia yang terletak di Jalan Leuwisari V No. 59, Bandung merupakan usaha menengah yang sudah berdiri sejak tahun 1980. Dengan semakin berkembangnya zaman, tentu kebutuhan manusia semakin beragam. Tidak ketinggalan juga jika dilihat dari sisi kebutuhan manusia terhadap produk tas untuk kegiatan sehari-hari ataupun untuk event-event yang menggunakan tas sebagai souvenir. Permintaan terhadap jenis tas yang beragam membuat CV Idola Indonesia semakin memperbanyak tipe dan jenis tas agar dapat memenuhi keinginan pasar. Terdapat banyak jenis tas yang diproduksi oleh CV Idola Indonesia. Jenis-jenis tas yang
diproduksi CV Idola Indonesia berupa tas selempang, tas ransel, tas koper, dan tas wanita dengan berbagai model dari tiap jenisnya. Tipe produksi di perusahaan ini adalah make to order, dimana perusahaan akan menerima pesanan terlebih dahulu untuk melakukan produksi. Namun, mereka juga melakukan make to stock untuk beberapa jenis tas sederhana yang umum dibeli dan konsumen ingin proses yang cepat. Bahan baku yang digunakan di perusahaan ini adalah kulit sintetis, golden, oskar, biway, superbit, dan dinier. Kulit sintetis, golden, dan oskar merupakan kulit imitasi yang digunakan untuk produksi tas kulit imitasi. Superbit adalah material tahan air yang digunakan untuk tastas yang harus tahan air (waterproof), seperti tas ransel yang memiliki tempat laptop. Biway merupakan bahan baku pembuat tas yang memiliki bahan penyusun sejenis plastik sedangkan bahan baku dinier hampir menyerupai biway namun memiliki serat katun didalamnya. Bahan dinier sebagai bahan utama sebagian besar tas yang diproduksi oleh CV
Idola Indonesia. Bahan baku ini digunakan sebagai bahan untuk membuat bagian luar tas secara keseluruhan. Dengan keunggulannya yaitu harga yang murah namun memiliki karakteristik yang unggul dari keempat tipe yang ada, seperti tahan air (waterproof) atau tahan robek (tear resistant) membuat bahan baku dinier menjadi pilihan utama konsumen. Selain itu, bahan dinier dapat digunakan diseluruh jenis tas. Hal ini membuat bahan dinier digemari sebagai pilihan untuk membuat tas yang sering digunakan sehari-hari oleh konsumen ataupun untuk keperluan eventevent penting seperti seminar, lokakarya ataupun simposium. Dinier merupakan salah satu jenis polyster fabric yang memiliki spesifikasi kualitas berbeda di tiap tipenya. Dinier terbagi menjadi empat tipe berdasarkan ketebalannya yaitu tipe 300, 600, 1680 dan 1682. Dalam membuat tas di CV Idola Indonesia, tipe dinier dipilih berdasarkan kemauan konsumen. Dari keempat tipe tersebut kualitas yang paling rendah adalah tipe 300 dan yang paling bagus adalah tipe 1682. Selain tingkat kualitas dan tekstur yang berbeda, harganyapun di tiap tipe berbeda. Tipe 1682 menjadi tipe bahan dinier yang paling mahal, sedangkan tipe 300 yang paling murah Dilihat dari tingginya pesanan tas dengan menggunakan bahan baku dinier, hal ini menunjukkan bahwa bahan baku dinier menjadi bahan baku tas yang paling digemari oleh konsumen. Tentu hal ini menjadi salah satu perhatian khusus pemilik, karena bahan baku utama adalah suatu bagian yang krusial baik untuk produk tersebut dan juga di mata konsumen. Hal ini dikarenakan secara keseluruhan produk tas menggunakan bahan baku tersebut dan bagaimanapun juga tujuan akhir perusahaan adalah memuaskan konsumen. CV Idola Indonesia memiliki beberapa supplier bahan baku dinier, yaitu supplier A, supplier B dan supplier C. Namun, saat ini supplier utama yang bekerja sama dengan perusahaan untuk memasok bahan baku dinier adalah supplier A. Supplier ini telah menjadi partner kerja yang paling lama dengan CV Idola Indonesia. Selain itu, supplier A memiliki kualitas bahan baku yang lebih baik dibandingkan supplier lain yang pernah bekerja sama dengan CV Idola Indonesia. Tentunya hal ini dibarengi dengan harga bahan baku yang lebih mahal juga. Namun, belakangan ini terdapat beberapa keluhan yang disampaikan oleh pemilik mengenai supplier A yang menjadi supplier utama CV Idola Indonesia saat ini, yaitu komunikasi yang tidak terus terang mengenai ketersediaan bahan baku serta respon terhadap pesanan yang lambat. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bagi perusahaan
untuk memproduksi pesanan sesuai dengan waktu dan kebutuhannya. Tentunya jika hal ini terjadi sebelum saingan yang menjamur seperti saat ini, perusahaan tidak terlalu takut karena tidak ada pilihan lain untuk konsumen. Namun, dengan semakin berkembangnya industri konveksi tas saat ini, maka CV Idola Indonesia memiliki ketakutan konsumen akan berpindah hati. Selain itu, jika perusahaan membutuhkan tambahan bahan baku yang kebutuhannya tidak sampai satu roll (45 meter), supplier A tidak dapat melakukan order tersebut. Hal ini menyebabkan perusahaan seringkali melakukan order eceran ke supplier lain sesuai dengan kebutuhan. CV Idola Indonesia tidak mau menyimpan bahan baku terlalu lama karena dapat menimbulkan jamur serta kurangnya tempat penyimpanan bahan baku. Perusahaan hanya akan menyetok bahan baku yang paling umum digunakan di saat mendesak, seperti dinier warna hitam dengan spesifikasi tertentu. Tentunya beberapa kekurangan ini akan berakibat buruk bagi perusahaan, seperti tidak mampunya perusahaan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat dan tepat. Maka dari itu, pemilik ingin mencari alternatif supplier lain yang dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Hal ini dilakukan agar pelayanan dan kualitas yang diberikan terhadap konsumen tetap menjadi yang terbaik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Dan perusahaan mampu mempertahankan eksistensinya di dunia industri konveksi. Metode Penelitian Berikut ini merupakan tahapan saat melakukan penelitian mengenai usulan pemilihan supplier bahan baku dinier pada CV Idola Indonesia dengan menggunakan metode ANP. Identifikasi Kriteria/Subkriteria Berdasarkan wawancara dan studi literatur yang telah dilakukan maka didapatkan kriteria dan subkriteria yang diperlukan dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan oleh CV Idola Indonesia adalah harga, kualitas, pengiriman dan pelayanan. Dari kriteria-kriteria tersebut terdapat subkriteria di dalamnya. Dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan daftar kriteria dan subkriteria dari pemilihan supplier CV Idola Indonesia. Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Supplier CV Idola Indonesia Kriteria Subkriteria Harga (H) Tingkat harga Ketebalan bahan baku Kualitas (K) Tidak ada cacat potong Tidak berjamur
Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Supplier CV Idola Indonesia Kriteria Subkriteria Kecepatan pengiriman Pengiriman (PR) Ketepatan pengiriman Kecepatan respon terhadap keluhan konsumen Kelengkapan bahan baku Pelayanan Penerimaan jumlah pesanan (PL) yang flexible Perubahan pesanan yang flexible Berikut ini akan dijelaskan setiap kriteria dan subkriteria yang ada sehingga nantinya akan tergambar dengan jelas keterkaitan yang ada antara kriteria, kriteria dengan subkriteria, atauapun antar subkriteria di kriteria yang sama ataupun berbeda. Kriteria dan Subkriteria Harga Berdasarkan wawancara dengan pemilik sekaligus pengambil keputusan, diketahui bahwa harga menjadi kriteria yang dipertimbangkan untuk memilih supplier karena negoisasi yang terjadi antara perusahaan dengan konsumen perihal harga produk. Dimana harga produk ini dipengaruhi juga oleh harga bahan baku. CV Idola Indonesia berusaha menjadi perusahaan yang memberikan alternatif terbaik untuk konsumen agar mendapatkan barang dengan harga yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan konsumen. Dari kriteria harga ini terdapat subkriteria tingkat harga. Maksud dari tingkat harga ini adalah harga yang ditawarkan oleh supplier memiliki range harga yang berbeda sesuai dengan kualitasnya. Maka dari itu, perusahaan memilih supplier yang mampu mengakomodasi pesanan konsumen dengan penawaran harga yang beragam. Kriteria dan Subkriteria Kualitas Kualitas dapat berarti juga tingkat mutu atau tingkat baik buruknya produk tersebut. Kualitas disini berarti seberapa baik bahan baku dinier yang ditawarkan oleh supplier terhadap CV Idola Indonesia. Terdapat tiga subkriteria yang dijadikan patokan oleh CV Idola Indonesia dalam memilih bahan baku dinier. 1. Ketebalan Bahan Baku Ketebalan bahan baku yang sesuai spesifikasi ini apakah bahan baku tersebut sesuai dengan ketebalan yang seharusnya, tidak lebih tipis dari tingkat spesifikasi yang dipesan. Ketebalan bahan baku ini sangat penting karena berpengaruh terhadap produk akhir yang diinginkan oleh konsumen, baik itu dari sisi kualitas bahan bakunya dan
2.
3.
kemampuan konsumen dalam memesan produk. Tidak Ada Cacat Potong Cacat potong menjadi hal yang dihindari oleh CV Idola Indonesia dari bahan baku yang diterimanya. Karena dengan adanya cacat potong maka akan mengurangi jatah bahan baku yang dapat digunakan oleh perusahaan yang membuat perusahaan rugi dari waktu produksi yang akan semakin mundur dari yang dijadwalkan. Tidak Berjamur Bahan baku yang disimpan terlalu lama oleh supplier dan tempat penyimpanan yang tidak baik seperti adanya bocor sehingga membuat tempat penyimpanan menjadi lembab dapat meninggalkan jamur. Jamur yang menempel tentunya menjadi hal yang dihindari oleh CV Idola Indonesia juga. Karena dengan adanya jamur di bahan baku yang akan diproduksi akan merugikan perusahaan.
Kriteria dan Subkriteria Pengiriman Kriteria pengiriman menjadi salah satu kriteria yang diperhitungkan oleh perusahaan karena menjadi hal yang krusial dalam berlangsungnya produksi di dalam perusahaan. Dengan pengiriman yang tepat dan cepat tentunya membuat CV Idola Indonesia dapat memenuhi permintaan konsumen dengan baik sehingga mendapatkan rasa kepuasan dari konsumen atas pelayanan yang diberikan. Terdapat dua subkriteria dari kriteria pengiriman yang dinilai oleh perusahaan. 1. Kecepatan Pengiriman Jasa pengiriman yang cepat merupakan salah satu nilai positif yang dilihat perusahaan dalam diri supplier. Pelayanan antar yang cepat, tanpa adanya kemunduran dalam waktu pengiriman sesuai perjanjian membuat suatu supplier lebih dipertimbangkan oleh perusahaan. 2. Ketepatan Pengiriman Jumlah yang tepat dan kesesuaian jenis bahan baku dalam melakukan pengiriman juga menjadi nilai positif yang dilihat oleh perusahaan dari sebuah supplier. Ketepatan ini dianggap sebagai salah satu faktor dari pemilihan supplier yang baik karena dengan jumlah pengiriman yang tepat dan sesuai dengan spesifikasi tentunya tidak menghambat produksi perusahaan.
Kriteria dan Subkriteria Pelayanan Pelayanan menjadi salah satu kriteria penting saat akan memilih supplier. Pelayanan disini merupakan pelayanan dari supplier yang mampu menangani dengan cepat berbagai keinginan konsumen yang beragam. Maka dari itu, kriteria pelayanan menjadi salah satu kriteria yang dinilai oleh CV Idola Indonesia dalam memilih supplier bahan baku yang tepat. Terdapat empat subkriteria dari kriteria pelayanan yang dilihat oleh CV Idola Indonesia. 1. Kecepatan Respon terhadap Keinginan Konsumen Keinginan dari perusahaan terhadap permasalahan bahan baku diharapkan ditangani secara cepat oleh pihak supplier. Keinginan disini dapat berupa keluhan ataupun kebutuhan dari perusahaan. Dibutuhkan respon yang cepat terhadap keinginan karena jika penanganan yang lambat dapat menyebabkan mundurnya proses produksi. Tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat kepuasan konsumen terhadap CV Idola Indonesia. 2. Kelengkapan Bahan Baku Pemesanan dan permintaan dari konsumen yang tidak terduga tentunya membuat CV Idola Indonesia harus memiliki bahan baku siap sedia. Pemesanan dan permintaan bahan baku yang beragam membuat perusahaan membutuhkan supplier yang memiliki kelengkapan bahan baku. 3. Penerimaan Jumlah Pesanan yang Flexible Kebutuhan konsumen yang beragam membuat kebutuhan bahan baku yang beragam juga. Kebanyakan supplier ini menjual bahan baku jenis dinier dalam ukuran roll. Namun, dikarenakan kebutuhan bahan baku yang tidak selalu tepat dalam satu roll dan perusahaan tidak memiliki keinginan untuk menyimpan bahan baku lebih. Maka dari itu, perusahaan lebih memilih supplier yang dapat memberikan bahan baku dalam ukuran yang flexible. Maksud dari ukuran yang flexible ini adalah pemesanan dapat dilakukan secara eceran jika dibutuhkan. 4. Perubahan pesanan yang flexible Perusahaan juga menginginkan supplier yang dapat menerima perubahan pesanan yang flexible dalam artian dapat melakukan perubahan pesanan jika ada
perubahan dari pihak konsumen baik dari spesifikasi dan jumlah bahan baku yang diinginkan. Identifikasi Hubungan dan Pengembangan Model Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan pengidentifikasian keterkaitan kriteria dan subkriteria. Dalam melakukan perancangan model pengambilan keputusan, maka akan terdapat cluster yang terdiri dari tujuan, alternatif supplier, dan kriteria, serta node yang merupakan elemen di dalam cluster tersebut. Keterkaitan antar cluster disebut dengan outer dependence sedangkan keterkaitan antar node terdapat dua jenis yaitu outer dan inner independence. Outer dependence merupakan semua interaksi dan feedback antar cluster atau hubungan antar elemen dalam suatu cluster yang satu akan terhubung dengan cluster yang lainnya sedangkan inner dependence adalah hubungan antar elemen dalam satu cluster yang sama. Dapat dilihat bentuk model pengambilan keputusan dengan struktur jaringan pada Gambar 1.
Gambar 1. Mode Pengambilan Keputusan dengan Struktur Network (Sumber : Saaty & Vargas ,2006) Berdasarkan hubungan antar cluster dan node yang ada, terdapat hubungan outer dependence dan inner dependence dalam model pengambilan keputusan pemilihan supplier bahan baku dinier pada CV Idola Indonesia. Hubungan outer dependence dapat dilihat antara tujuan dengan kriteria, alternatif supplier dengan kriteria, subkriteria ketebalan bahan baku dengan tingkat harga, dan subkriteria kelengkapan bahan baku dengan kecepatan pengiriman. Untuk hubungan inner dependence terjadi antara subkriteria kelengkapan bahan baku dengan perubahan pesanan yang flexible. Model ANP pengambilan keputusan pemilihan supplier bahan baku dinier pada CV Idola Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.
Tujuan
Memilih supplier bahan baku dinier
Harga
Kualitas
Pengiriman
Pelayanan
Tingkat Harga
Ketebalan Bahan Baku
Kecepatan Pengiriman
Kecepatan respon terhadap keinginan konsumen
Tidak Ada Cacat Potong
Ketepatan Pengiriman
Tidak Berjamur
Kelengkapan Bahan Baku Penerimaan jumlah pesanan yang flexible Perubahan pesanan yang flexible
Alternatif Supplier
Alternatif A
Alternatif B
Alternatif C
Gambar 2. Model ANP Pemilihan Supplier Bahan Baku Dinier di CV Idola Indonesia Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan Pembuatan matriks perbandingan berpasangan akan berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh pengambil keputusan. Dapat dilihat pada Gambar 3 yang merupakan hasil pengisian kuesioner perbandingan kriteria berdasarkan tujuan.
Gambar 3. Hasil Kuesioner Perbandingan Kriteria berdasarkan Tujuan Dilakukan perbandingan kepentingan antara seluruh elemen untuk setiap level dalam bentuk berpasangan. Perbandingan tersebut diubah ke dalam bentuk matriks A. Persamaan untuk matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Persamaan 1. ๐1 ๐1 โฏ 1 โฏ ๐ ๐1
ฮ =๏ฟฝ โฎ
๐๐ ๐1
โฑ โฏ
๐๐
โฎ ๏ฟฝ=๏ฟฝ โฎ ๐๐ ๐๐1 ๐๐
โฑ โฏ
1๐
โฎ ๏ฟฝ 1
(Pers.1)
merepresentasikan nilai Nilai aij kepentingan relatif dari elemen pada baris ke-i terhadap elemen pada kolom ke-j. Penilaian ini dapat menggunakan pedoman yang ada pada Tabel 2 atau yang sering disebut dengan Saatyโs Scale.
Tabel 2. Saatyโs Scale Kepentingan Definisi 1 Sama penting 3 Sedikit lebih penting 5 Lebih penting 7 Sangat lebih penting 9 Mutlak lebih penting Nilai-nilai di antara dua 2,4,6,8 pertimbangan yang berdekatan (Sumber : Saaty, 1996) Pengisian matriks perbandingan berpasangan menggunakan aksioma reciprocal comparison. Maksud dari reciprocal comparison adalah apabila perbandingan elemen K terhadap L sebesar M maka perbandingan elemen L terhadap K sebesar 1/M. Sebagai contoh kriteria harga terhadap pelayanan memiliki nilai perbandingan 3 maka nilai perbandingan kriteria pelayanan terhadap harga sebesar 1/3 atau 0,333. Dapat dilihat pada Tabel 3 yang merupakan matriks perbandingan berpasangan antar kriteria berdasarkan tujuan. Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Berdasarkan Tujuan H K PL PR H 1 0,143 3 3 K 7 1 7 7 PL 0,333 0,143 1 2 PR 0,333 0,143 0,5 1 Jumlah 8,667 1,429 11,5 13
Setelah penyusunan terhadap matriks perbandingan berpasangan, langkah selanjutnya adalah menghitung eigen vector untuk tiap kriterianya. Perhitungan eigen vector dilakukan dengan menjumlahkan nilai di tiap kolom terlebih dahulu. Dapat dilihat pada Tabel 4 yang berisi penjumlahan nilai tiap kolomnya dari tiap kriteria atau proses normalisasi kolom. Tabel 4. Hasil Normalisasi Kolom H K PL PR H 0,115 0,1 0,261 0,231 K 0,808 0,7 0,609 0,538 PL 0,038 0,1 0,087 0,154 PR 0,038 0,1 0,043 0,077 Tahap selanjutnya adalah melakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan pada seluruh keterkaitan antar cluster dan antar node yang memiliki lebih dari satu keterkaitan. Vektor prioritas disebut juga dengan eigen vector (dinotasikan dengan w). Proses pembobotan dapat menggunakan Persamaan 2. (Pers.2) ฮ โ w = ๐๐๐๐ฅ โ W Berikut perhitungan bobot elemen di dalam metode ANP berdasarkan matriks perbandingan berpasangan antar kriteria berdasarkan tujuan.
Setelah itu dilanjutkan dengan mencari ๐๐๐๐ฅ atau nilai indeks. Berdasarkan Saaty (1996), matriks A dikatakan konsisten apabila hasil ๐๐๐๐ฅ = n. Dimana n adalah jumlah elemen yang ada pada matriks. Maka dari itu, untuk mencari ๐๐๐๐ฅ , persamaan yang digunakan adalah persamaan 3 berikut ini. 1 ๐=๐ ๐th entry in A.w ฮปmax = โ๐=1 (Pers.3) ๐
๐th entry in w
Untuk perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat perhitungan berikut ini. 1 0,7062 2,8867 0,3617 0,2577 Nilai indeks = ( + + + ) 4 0,1676
0,6852
0,0858
0,0611
= 4,2152 Untuk mengukur konsistensi hasil perbandingan berpasangan dilakukan perhitungan terlebih dahulu terhadap consistency index (CI). Dapat dilihat pada Persamaan 4 untuk menghitung nilai CI. merupakan nilai eigen Dimana ๐๐๐๐ฅ maksimum dan n adalah ukuran matriks atau jumlah elemen yang dibandingkan ๐ max โ ๐ Consistency Index (CI) = (Pers.4) ๐โ1
Dari perhitungan nilai indeks sebesar 4.2152, maka selanjutnya dilakukan perhitungan CI. Perhitungan CI dilakukan dengan membagi hasil pengurangan nilai
indeks dikurangi jumlah kriteria dengan jumlah kriteria dikurangi 1. 4,2152โ4
๐ถ๐ผ = = 0,0717 4โ1 Dengan diketahui nilai CI sebesar 0,0717, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan CR dengan membagi nilai CI terhadap RI (random index) dimana nilai RI ditentukan berdasarkan jumlah kriteria. Dapat dilihat nilai RI pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Random Index n RI 2 0 3 0,52 4 0,89 5 1,11 6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45 10 1,49 (Sumber : Saaty, 1996) Persamaan berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung consistency ratio.
Consistency Ratio (CR) =
CI RI
(Pers.5) Jika nilai perbandingan CR lebih kecil daripada 0,10 maka penilaian konsisten. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Persamaan 5. 0,0717 = 0,0806 ๐ถ๐
= 0,89
Dari hasil perhitungan CR dengan nilai sebesar 0,0806 berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,10 sehingga penilaian sudah konsisten. Jika penilaian belum konsisten maka perlu dilakukan penilaian kembali oleh pengambil keputusan. Perhitungan dilakukan sama dengan seluruh perbandingan. Dapat dilihat pada Tabel 6 merupakan tabel matriks perbandingan berpasangan antar kriteria berdasarkan tujuan beserta eigen vector dan consistency ratio. Tabel 6. Rekapitulasi untuk Perbandingan Kriteria Berdasarkan Tujuan Eigen Vector CR 0,1676 Harga 0,6852 Kualitas 0,0806 0,0858 Pelayanan 0,0611 Pengiriman Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan dari proses pengolahan data yang telah dilakukan. Cluster Matrix Cluster matrix merupakan nilai eigen vector yang dihasilkan dari matriks berbandingan berpasangan dari antar cluster yang ada, yaitu tujuan, alternatif supplier dan kriteria. Karena berdasarkan antar cluster itulah nilai-nilai yang
ada di dalam cluster matrix muncul diakibatkan oleh adanya hubungan outer dependence di dalam model ANP. Unweighted Matrix Unweighted matrix sendiri merupakan matriks yang berisi nilai eigen vector untuk setiap node. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, nilai eigen vector tersebut didapatkan dari matriks perbandingan berpasangan antar subkriteria berdasarkan tujuan, antar subkriteria berdasarkan alternatif supplier, dan matriks perbandingan berpasangan antar alternatif supplier berdasarkan subkriteria. Weighted Matrix Weighted matrix merupakan matriks yang berisi hasil perkalian cluster matrix dengan unweighted matrix. Jika tidak terdapat hubungan atau pengaruh pada suatu elemen dengan elemen lain maka nilai bobotnya adalah 0. Dapat dilihat sebagai contoh bobot subkriteria ketebalan bahan baku pada weighted matrix, didapatkan dengan mengalikan antara bobot di cluster matrix dengan bobot di unweighted matrix antara subkriteria ketebalan bahan baku. Begitu juga dengan hubungan antara elemen yang ada sehingga menyebabkan total entry di dalam tiap kolom sebesar 1.
Normalized by Cluster Setelah didapatkan bobot pada limiting matrix, selanjutnya dilakukan perhitungan normalized by cluster. Normalized by cluster dihitung untuk mengetahui bobot dari tiap node pada cluster-nya masing-masing. Normalized by cluster adalah proses normalisasi suatu node dalam satu cluster sehingga jumlah bobot dalam satu cluster tersebut adalah 1. Adapun perhitungan normalized by cluster dilakukan dengan membagi limiting weight suatu node dengan total limiting weight dari cluster-nya. Dari hasil perhitungan normalized by cluster tersebut pula akan diketahui besarnya bobot suatu subkriteria dibandingkan dengan subkriteria lain di dalam satu kriteria yang sama. Dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan hasil normalized by cluster. Tabel 6. Normalized by Cluster Cluster
Alternatif
Harga
Kualitas
Limitting Matrix Limiting matrix merupakan matriks yang berisi hasil perkalian weighted matrix dengan dirinya sendiri atau hasil pangkatnya hingga bobot pada setiap kolom telah sama. Langkah ini dillakukan sampai matriks stabil atau dalam keadaan steady state. Keadaan yang stabil adalah ketika dalam satu kolom sudah memiliki total nilai satu dan tidak terjadi perubahan bobot lagi saat dilakukan iterasi. Matriks ini disebut steady state karena nilai yang dihasilkan sudah tidak ada pengaruh dari manapun sehingga nilai tersebut akan tetap sama walaupun terdapat variasi dalam waktu jangka panjang. Bobot pada limiting matrix dapat membantu pengambil keputusan untuk menentukan prioritas tiap elemen secara keseluruhan. Dalam weighted matrix terdapat matriks yang bernilai 0, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar kedua elemen. Namun, didalam limiting matrix ini setiap elemennya akan terdapat nilai atau bobot antar elemen tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya antar elemen tersebut memiliki hubungan, namun tidak kelihatan secara nyata di dalam model pengambilan keputusan ANP.
Pelayanan
Pengiriman
Tujuan
Node
Limiting Weight
Supplier A
0,099
Normalized By Cluster 0,2192
Supplier B
0,0935
0,2069
Supplier C Tingkat Harga Ketebalan Bahan Baku Tidak Ada Cacat Potong Tidak Berjamur Kecepatan Respon terhadap Keinginan Konsumen Kelengkap an Bahan Baku Penerimaan Jumlah Pesanan yang Flexible Perubahan Pesanan yang Flexible Kecepatan Pengiriman
0,2591
0,5737
0,1774
1
0,0999
0,3608
0,1039
0,3754
0,073
0,2637
0,004
0,0782
0,0178
0,3452
0,0111
0,2166
0,0185
0,3598
0,0184
0,4374
0,0237
0,5625
0
0
Ketepatan Pengiriman Memilih Supplier Bahan Baku Dinier Terbaik
Prioritas Alternatif Supplier Prioritas supplier diperoleh dari bobot hasil perhitungan normalized by cluster. Didapatkan urutan prioritas yaitu yang pertama supplier C, kemudian yang kedua adalah supplier A dan urutan ketiga adalah supplier B. Pada Tabel 7 berikut merupakan prioritas supplier bahan baku dinier di CV Idola Indonesia. Tabel 7. Prioritas Supplier Normalized By Nama Prioritas Supplier Cluster Supplier A 0,2192 2 Supplier B
0,2069
3
Supplier C
0,5647
1
Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data dan pengolahan data matriks perbandingan berpasangan sampai perhitungan prioritas alternatif supplier, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut. 1. Dalam melakukan pemilihan supplier yang dilakukan oleh CV Idola Indonesia diketahui terdapat empat kriteria yang menjadi pertimbangan. Kriteria yang pertama adalah kriteria harga yang memiliki subkriteria tingkat harga. Kriteria kedua adalah kualitas yang memiliki subkriteria ketebalan bahan baku, tidak ada cacat potong dan tidak berjamur. Kriteria ketiga adalah pengiriman dengan subkriteria ketepatan pengiriman dan kecepatan pengiriman. Dan yang keempat adalah kriteria pelayanan dengan subkriteria kecepatan respon terhadap keinginan konsumen, kelengkapan bahan baku, perubahan pesanan yang flexible, dan penerimaan pesanan yang flexible. Dengan begitu terdapat 10 subkriteria di dalam model pengambilan keputusan ANP ini. 2. Berdasarkan hubungan antar cluster dan node yang ada, terdapat hubungan outer dependence dan inner dependence. Hubungan outer dependence dapat dilihat antara tujuan dengan kriteria, alternatif supplier dengan kriteria, subkriteria ketebalan bahan baku dengan tingkat harga, dan subkriteria kelengkapan bahan baku dengan kecepatan pengiriman. Untuk hubungan inner dependence terjadi antara subkriteria kelengkapan bahan baku dengan perubahan pesanan yang flexible. Model ANP pengambilan keputusan pemilihan supplier bahan baku dinier pada CV Idola Indonesia dapat dilihat pada Gambar III.6. 3. Prioritas alternatif supplier yang didapatkan adalah supplier C berada di urutan pertama dengan bobot 0.5647, kemudian urutan prioritas supplier yang kedua adalah supplier A dengan bobot 0.2192 dan urutan
prioritas supplier yang terakhir adalah supplier B dengan bobot 0.2069. Daftar Pustaka Chakraborty, P.S., Majumder, G. & Sarkar, B. (2010). Analytic Network Process for Manufacturing Supplier Selection. Cost Management, 24.1, 18-23. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/209702 796/fulltextPDF /7FC48AAC3B674EB8PQ/4?accountid=31 495 Dickson, G.W. (1966). An Analysis of Vendor Selection Systems and Decisions. Journal of Purchasing, 2(1), p.5-17. Ghodsypour, S.H. & OโBrien, C. (2001). The Total Cost of Logistics in Supplier Selection, Under Conditions of Multiple Sourcing, Multiple Criteria and Capacity Constraint. International Journal of Production Economics, Vol. 73, 15-27. Hwang, C. L., & Yoon, K. (1981). Multiple Attribute Decision Making : Methods and Application. Springer, Berlin/New York. Liao, S.K., Chang, K.L, & Tseng, T.W. (2010). Optimal Selection of Program Suppliers for TV Companies Using an Analytic Network Process (ANP) Approach. Asia-Pacific Journal of Operational Research Vol. 27. No.6, 753-767. Doi : 10.1142/S0217595910002983. Majumder, M. (2015). Impact of Urbanization on Water Shortage in Face of Climatic Aberrartions. Spinger, Amerika Serikat. Pan, A. C. (1989). Allocation of Order Quantity among Suppliers. Journal of Purchasing and Materials Management, Vol.25, 36-99. Rahardjo, J., Stok, R.E., & Yustina, R. (2000). Penerapan Multi-Criteria Decision Making dalam Pengambilan Keputusan Sistem Perawatan. Jurnal Teknik Industri Vol.2, No.1, 1-12. Diunduh dari http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial Saaty, T.L. (1996). Fundamentals of The Analytic Network Process Dependence and Feedback in Decision-Making with a Single Network. Pittsburgh. Saaty,T.L. (1999). Fundamentals of The Analytic Network Porcess. ISAHP 1999, Kobe, Japan, August 12-14, 1999. Diunduh dari www.isahp2003.net. Saaty,T.L., & Vargas. L.G. (2006). Decision Making with The Analytic Network Process : Economic, Political, Social and Technological Applications with Benefits, Opportunities, Costs and Risks. Spinger, Amerika Serikat. Triantaphyllou, E., Shu, B., Nieto Sanchez, S., & Ray, T. (1998). Multi-Criteria Decision Making : An Operations Research Approach. Di dalam J.G. Webster, (Ed.), Encylopedia of Electrical and Electronics Engineering, John Wiley & Sons, New York,
NY, Vol.15, 175-186. Diunduh dari http://bit.csc.lsu.edu/trianta/EditedBook_CH APTERS/EEEE1.pdf Wu, C., & Barnes, D. (2012). A Dynamic Feedback Model for Partner Selection in Agile Supply Chains. International Journal of Operations & Production Management Vol.32 No.1, 79-103. Doi : 10.1108/01443571211195745. Yildiz, A., & Yayla, A.Y. (2015). Multi-Criteria Decision-Making Methods for Supplier Selection : A Literature Review. South African Journal of Industrial Engineering August 2015, Vol. 26(2), 158-177. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/174928 1122/fulltextPDF/F3CCF5F9C40B4479PQ/ 1?accountid=31495