ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321
ANALISIS RETURN ON ASSET (ROA) BEBERAPA BANK PASCA MERGER DI INDONESIA
Herwin Kurniawan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA E-mail:
[email protected] Abstrak: Adanya program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada tahun 2004, telah mendorong beberapa Bank melakukan kegiatan Merger & Akuisisi (M & A), yang merupakan salah satu alternatif strategi untuk memperkuat kinerjanya. Salah satu alat ukur untuk menilai kinerja suatu Bank adalah rasio Return on Asset (ROA) yaitu rasio antara laba yang diperoleh Bank dengan Total Asset. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Return on Asset (ROA) beberapa Bank pasca merger di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data laporan keuangan bank yang diteliti dikumpulkan dengan telaah dokumen dan diolah serta dianalisis secara statistik deskriptif yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan Perbankan. Hasil penelitian menunjukan bahwa belum semua bank yang melakukan kegiatan Merger & Akuisisi memperlihatkan kinerja yang baik. Kegagalan dalam mempertahankan atau meningkatkan kinerja Bank dipengaruhi oleh buruknya kualitas asset produktif, tidak efisien dalam mengelola bisnis, dan menurunnya CAR bank. Kata kunci: merger & akuisisi, ROA, bank. Abstract: The existence of the program Indonesia Banking Architecture (API) in 2004, has encouraged some banks conducting mergers & Acquisition (M & A), which is one of the alternative strategies to strengthen its performance. One measurement tool to assess the performance of a Bank is the ratio of Return on Assets (ROA) ratio between the profits that accrue to the Bank by Total Assets. The purpose of this research was to analyze the Return on Asset (ROA) some banks post merger in Indonesia. This research uses descriptive method. The bank's financial statements data are examined by an examination of the documents collected and processed and analyzed with descriptive statistics using analysis of financial ratios banking. The research results showed that not all of the banks that do Mergers Acquisitions & showed good performance. Failure in maintaining or improving the performance of the banks affected by the poor quality of the productive assets, are not efficient in managing the business, and the depreciation of the CAR bank. Key words: merger & acquisition, ROA, bank
saing tinggi, mempunyai nilai dan berskala besar (global). Program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang optimal, yaitu terdapatnya: (1) Dua sampai tiga bank yang menjadi Bank Internasional dengan kapasitas dan kemampuan operasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp. 50 Trilyun, (2) Dua sampai tiga bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp. 10 Trilyun sampai dengan Rp. 50 Trilyun, (3) Tiga puluh sampai lima puluh bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank tersebut memiliki modal antara Rp. 100 Milyar sampai dengan Rp. 10 Trilyun, (4) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp. 100 Milyar. Keberhasilan beberapa merger bank seperti Bank Mandiri, Bank Danamon dan Bank Permata, serta Bank
PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah adanya kegiatan merger dan akuisisi (M & A) oleh beberapa bank akibat bisnis perbankan nasional yang dalam beberapa tahun terakhir yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: (1) sulitnya Bank menyalurkan kredit kepada calon debitur, (2) meningkatnya kredit bermasalah, (3) penarikan/pemindahan dana oleh nasabah, (4) turunnya permodalan Bank dan masuknya era globalisasi yang memunculkan persaingan bebas diantara bank sehingga membuat stakeholders perlu mengembangkan suatu strategi agar dapat berkembang dan berdaya saing. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada tahun 2004 merupakan program Bank Indonesia dalam memperkuat struktur perbankan Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap dalam waktu sepuluh sampai dengan lima belas tahun ke depan, untuk mendorong bank di Indonesia melakukan M & A atau menambah modal sehingga bank akan menjadi lebih kuat, berdaya Jurnal Ilmiah WIDYA
73
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
bank-bank yang tidak melakukan M & A (salah satu contoh PT. Bank Century Tbk). Tujuan penelitian ini untuk: (1) menganalisis Return on Asset (ROA) beberapa Bank pasca merger di Indonesia. (2) mengetahui kondisi beberapa faktor-faktor yang terdapat dalam CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning and Liquidity) yang mempengaruhi ROA (Return On Assets) pada bank pasca merger di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriftip. Data laporan keuangan bank yang diteliti dikumpulkan dengan telaah dokumen dan diolah serta dinalisis secara statistik deskriftip yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan perbankan.
Haga dan Bank Hagakita yang bergabung dengan pihak Rabobank, telah merangsang bank-bank lain untuk melakukan hal yang sama. Dalam periode 2003 sampai dengan 2011 terdapat beberapa bank yang melakukan strategi merger yaitu: (1) PT. Bank Swadesi Tbk yang diakuisisi sahamnya sebesar 76% oleh Bank of India pada tahun 2007, (2) PT. Bank Bintang Manunggal yang diakuisisi oleh Hana Bank-Korea sebesar 70,10% pada tahun 2008, (3) PT. Bank Indomonex diakuisisi sahamnya sebesar 76% oleh State Bank of India (SBI) dan mengambil alih kendali manajemen PT Bank Indomonex pada bulan Juni 2007. Pada bulan Mei 2009, nama bank berubah menjadi PT Bank SBI Indonesia dan pada bulan Juni 2009 status bank berubah menjadi Bank Devisa, (4) Dalam RUPSLB PT. Bank Eksekutif International Tbk.yang diadakan pada tanggal 30 Juni 2010 telah menyetujui perubahan nama Perseroan menjadi PT. Bank Pundi Indonesia Tbk. seiring kesepakatan masuknya PT. Recapital Securities sebagai Pemegang Saham Pengendali yang diputuskan di dalam Rapat yang sama dan telah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia melalui surat No.12/84/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 29 Juni 2010. Tujuan kegiatan melakukan M & A, adalah pertama; meningkatkan skala ekonomi (economics of scale), artinya penggunaan sumber daya menjadi lebih ekonomis, sehingga profitabilitas menjadi meningkat. Kedua; meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan duplikasi lainnya. Ketiga; mengurangi persaingan dan adanya sinergi kekuatan antara dua atau lebih bank yang bergabung ke dalam suatu entitas. Dengan demikian, M & A akan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan ukuran entitas, yang berarti power dan influence akan meningkat baik melalui skala ekonomis, peningkatan pangsa pasar, peningkatan kemampuan manajerial serta peningkatan leverage keuangan dan operasional yang pada gilirannya akan meningkatkan profitabilitas dari bank pasca merger. Namun demikian terdapat bukti yang menunjukkan bahwa bank-bank dengan total asset yang relatif lebih besar terutama pada bank-bank yang telah melakukan M & A, justru mempunyai kinerja keuangan (profitabilitas) yang tidak lebih baik dibandingkan dengan Jurnal Ilmiah WIDYA
PEMBAHASAN Merger dan Akuisisi Di era globalisasi, persaingan usaha antara perusahaan-perusahaan semakin meningkat yang menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar supaya dapat mempertahankan eksistensinya. Menurut Manurung (2011:11) bahwa “merger adalah the fusion or absorption of one thing or right into another; generally spoken of a case where one of the subjects is of less dignity or importance than the other. Here the less important ceases to have an independent existence”.
Merger adalah salah satu bentuk absorbs/penyerapan yang dilakukan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Jika terjadi merger antara perusahaan A dan perusahaan B, maka pada akhirnya hanya akan ada satu perusahaan saja, yaitu perusahaan A atau B. Pada sebagian besar kasus merger, perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap mempertahankan nama dan status hukumnya, sedangkan perusahaan yang berukuran lebih kecil atau perusahaan yang dimerger akan menghentikan aktivitas atau dibubarkan sebagai badan hukum (Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaiman,2009:14). Selanjutnya Menurut Manurung (2011: 13) strategi merger dan akuisisi merupakan salah satu bentuk strategi popular dalam pengembangan usaha, yang dimotivasi oleh: (1) Synergy, (2) Diversification, (3) Market Power, (4) Strategic Realignment, (5) Hubris (managerial Pride), 74
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
menunjukan transaksi paling kurang berhasil. Dalam PSAK No.22 dinyatakan bahwa penggabungan usaha dapat mengakibatkan terjadinya legal merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua badan usaha melalui salah satu cara berikut: 1. Asset dan kewajiban dari salah satu perusahaan dialihkan keperusahaan lain dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan, atau 2. Asset dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan keperusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan. Pihak yang menerima pengalihan dinamakan surviving firm. Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya akan memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh asset dan kewajiban dari merged firm dialihkan kepada surviving firm. Pemegang saham atau pemilik dari merged firm akan tetap memiliki saham perusahaan hasil merger (surviving firm) melalui pertukaran atau penggantian saham, kecuali jika saham tersebut dijual. Penentuan besarnya nilai pertukaran atau penggantian saham tersebut dilakukan melalui negosiasi kedua belah pihak. Jika saham-saham tersebut diperjualbelikan di pasar modal, maka harga yang disepakati didasarkan pada harga pasar masing-masing saham. Contoh merger adalah yang dilakukan antara Bank Danamon dan Bank Duta. Dalam hal ini Bank Danamon merupakan pihak surviving firm, sedangkan Bank Duta adalah pihak merged firm. Peristiwa meger ini mengakibatkan Bank Danamon memiliki ukuran semakin besar karena mengambil alih seluruh asset dan utang dari Bank Duta.
(6) Buying undervalued assets, (7) Agency problem (mismanagement), (8) Managerialism, (9) Tax Consideration. Sejarah perkembangan M & A perbankan di Indonesia selama 30 tahun, menurut Biro Riset Infobank (2003-2011), dapat dipilah menjadi beberapa periode yaitu: 1. Periode sebelum Pakto 1988; tercatat telah terjadi 30 kali M & A (melibatkan 101 bank) dimana hanya 30 bank yang tetap beroperasi namun sampai tahun 1998 terdapat 18 bank yang ditutup atau dilikuidasi dan hanya 12 bank yang masih bertahan hidup. 2. Periode setelah Pakto 1988 sampai 1999; terjadi M & A yang melibatkan 37 bank, dan hanya 6 bank yang mampu bertahan hidup. 3. Periode dari tahun 1999 sampai dengan 2004; terdapat 11 kasus M & A dengan melibatkan 35 bank, baik bank lokal maupun bank campuran, diantaranya adalah Bank Mandiri (gabungan empat bank BUMN), Bank Danamon dengan sembilan bank swasta lainnya, merger Bank Permata dengan lima bank swasta lainnya dan yang terakhir terjadi pada tahun 2004 adalah penggabungan tiga bank swasta menjadi Bank Century. Berdasarkan beberapa penelitian KPMG pada tahun 2007 dalam Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaiman (2009:21) dengan kriteria sukses berdasarkan return saham yang dinormalisasi satu dan dua tahun setelah pengumuman penggabungan usaha dengan hasil penelitiannya sebagai berikut: 1. Terdapat korelasi antara aktivitas merger dan peningkatan nilai ekuitas pemegang saham. 2. Transaksi penggabungan usaha dilakukan dengan kas secara signifikan menunjukan return yang lebih tinggi dalam rentang waktu 12 dan 24 bulan dibandingkan transaksi dengan saham atau saham dankas. 3. Akuisisi yang dilakukan perusahaan kecil (berdasarkan kapitalisasi pasar) ternyata lebih sukses daripada perusahaan besar. 4. Perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target dengan price earning (PE) ratio yang rendah ternyata menunjukan hasil penggabungan usaha yang paling sukses. 5. Transaksi yang dimotivasi oleh integrasi vertical dan penguasaan intellectual property and technology justru Jurnal Ilmiah WIDYA
Penilaian Kinerja Bank Semakin meningkatnya kompleksitas bisnis perbankan, penilaian kondisi Bank dari indikator-indikator keuangannya dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank terhadap penilaian faktorfaktor: (1) permodalan, (2) kualitas aset, (3) manajemen, 75
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
Indonesia dan atau pihak lainnya. 4. Rentabilitas (Earnings) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) return on assets (ROA), (b) return on equity (ROE), (c) net interest margin (NIM), (d) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), (e) perkembangan laba operasional, (f) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan, (g) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, (h) prospek laba operasional. 5. Likuiditas (Liquidity) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan, (b) 1-month maturity mismatch ratio, (c) Loan to Deposit Ratio (LDR), (d) proyeksi cash flow 3 bulan mendatang, (e) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti, (f) kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA), (g) kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya, dan (h) stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
(4) rentabilitas, (5) likuiditas dan (6) sensitivitas terhadap risiko pasar. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) menyatakan bahwa Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan, dengan faktor-faktor penilaian sebagai berikut: 1. Permodalan (Capital) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku, (b) komposisi permodalan, (c) trend ke depan/proyeksi KPMM, (d) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank, (e) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan), (f) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, (g) akses kepada sumber permodalan, (h) kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank. 2. Kualitas Aset (Asset Quality) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif, (b) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit, (c) perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing aset dibandingkan dengan aktiva produktif, (d) tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), (e) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, (f) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif, (g) dokumentasi aktiva produktif, (h) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen (Management); Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) manajemen umum, (b) penerapan sistem manajemen risiko, (c) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Jurnal Ilmiah WIDYA
Kinerja Bank Sebelum dan Sesudah M & A Dalam periode 2003 sampai dengan 2011 terdapat beberapa bank yang melakukan merger & akuisisi yaitu: (1) PT Bank Hana (d/h PT Bank Bintang Manunggal), (2) PT Bank SBI Indonesia (d/h PT Bank IndoMonex), (3) PT Bank Swadesi, Tbk dan (4) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk (d/h PT Bank Eksekutif Internasional Tbk). Berdasarkan penelitian yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi dan data lainnya yang dihimpun dari laporan tahunan Bank serta media masa dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011, perkembangan kinerja atau ROA (Return On Asset) bank pasca merger, yaitu sebagai berikut: 1. PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk Dalam RUPSLB yang diadakan pada tanggal 30 Juni 2010 disepakati masuknya PT. Recapital Securities sebagai Pemegang Saham Pengendali yang diputuskan 76
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
pelaksanaan merger pada PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk belum dapat dikatakan berhasil atau sesuai dengan tujuan merger sejak diambilalih pertengahan tahun 2010. Hal ini tercermin dari masih tingginya rasio BOPO dan menurunnya CAR bank yang disebabkan masih tingginya cost fund bank sehingga tujuan efisiensi pasca merger belum dapat dicapai. 2. PT. Bank Hana Pada tanggal 13 Desember 2007 Hana Bank, Korea membeli saham Bank dari pemilik saham lama dan menjadi pemegang saham utama. Hal ini dituangkan dalam akta dari Linggo Darsono, S.H., notaris di Jakarta No. 8 tanggal 13 Desember 2007. Sehubungan dengan akuisisi Bank oleh Hana Bank, Korea, para pemegang saham telah setuju bahwa seluruh liabilitas di masa depan yang timbul dari transaksi terdahulu Bank akan ditagihkan kepada pemegang saham lama. Perkembangan kinerja Bank Hana sebelum dan sesudah merger seperti terlihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Posisi dan Rasio Keuangan Periode 2006 – 2011
di dalam Rapat yang sama dan telah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia melalui surat No. 12/84/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 29 Juni 2010. Perkembangan usaha PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk paska Penawaran Umum Terbatas (PUT) I pada tanggal 30 Juni 2010 dan Penawaran Umum Terbatas (PUT) II pada tanggal 15 September 2011 adalah pada akhir tahun 2010 Bank Pundi memiliki 19 Kantor yang tersebar di 12 kota besar di Indonesia, meliputi 1 Kantor Pusat Operasional dan 18 Kantor Cabang di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Lampung, Palembang, Medan, Makasar dan Manado dan didukung oleh 1500 orang karyawan. Pada akhir Juni 2012 Kantor Cabang Bank Pundi telah tumbuh menjadi 205 kantor yang tersebar di 44 kota besar di Indonesia dengan jumlah karyawan sebanyak 7.000 orang lebih. Kemudahan untuk bertransaksi pun disediakan dengan menempatkan 66 buah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan lebih dari 80.000 ATM Prima dan Bersama di berbagai tempat yang strategis. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh nasabah. Perkembangan kinerja Bank sebelum dan sesudah merger terlihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Posisi dan Rasio Keuangan Periode 2009 – 2012 Posisi dan Rasio Keuangan (dalam Rupiah dan %)
Desember 2009
Total Aset (Juta Rp.) 1.425.576 Kredit yang Diberikan (juta Rp) 1.036.060 Dana Pihak ketiga (Juta Rp.) 1.308.017 Ekuitas (Juta Rp) (46.694) Laba (Rugi) Bersih (Juta Rp.) (134.870) ROA (7,88 %) ROE (135,69 %) LDR 79,91 % BOPO 150,90 % CAR 8,02 %
Desember 2010
1.561.622
Desember 2011
Posisi dan Desember Desember Desember Desember Desember Desember Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keuangan (dalam Rupiah dan %) Total Aset (Juta Rp.) Kredit (Juta Rp.) DPK (Juta Rp.) Ekuitas (Juta Rp.) Laba/Rugi (Juta Rp) ROA ROE LDR BOPO CAR
Juni 2012
304.230
1.004.442 1.843.562
2.378.956 3.682.330
170.711
148.337
630.844
919.715
1.566.878 2.354.998
197.089
139.984
628.444
1.301.911
1.669.695 2.294.998
33.889
153.473
292.203
493.976
519.395
1.048.955
2.488 1,47 % 7,9 % 88,45 % 90,59 % 18,75 %
3.400 2,17 % 7,61 % 105,97 % 84,42 % 105,51 %
(10.094) (1,63 %) 4,02 % 100,38 % 118,21 % 41,01 %
1.149 0,21 % 0,38 % 70,68 % 98,10 % 50,48 %
21.562 1,61 % 4,33 % 93,30 % 81,28 % 29,79 %
27.313 1,41 % 4,84 % 102,61 % 85,27 % 43,77 %
5.993.039
6.532.947
612.751
3.554.336
4.890.604
1.159.818
5.322.511
5.814.205
Sumber: Laporan Publikasi dan Annual Report Tahun 2011
256.563
463.241
483.427
(88.646) (12,90 %) (84,44 %) 52,83 % 157,50 % 41,42 %
(147.253) (4,75 %) (50,55 %) 66,78 % 118,69 % 12,02 %
55.447 2,51 % 25,76 % 84,11 % 94,23 % 10,86 %
Berdasarkan data keuangan tersebut di atas, sebelum dan sesudah kegiatan merger dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan merger pada PT. Bank Hana (d/h PT. Bintang Manunggal) dapat dikatakan berhasil atau sesuai dengan tujuan merger sejak diambilalih akhir tahun 2007. Namun demikian pencapaian rasio ROA masih di bawah minimal 1,5% sebagaimana penetapan Bank Indonesia sehingga tujuan meningkatkan laba / kinerja pasca merger belum
Sumber : Annual Report Tahun 2011 dan Laporan Keuangan Publikasi Juni 2012
Berdasarkan data keuangan tersebut di atas, sebelum dan sesudah kegiatan merger dapat disimpulkan bahwa
Jurnal Ilmiah WIDYA
244.856
77
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
dapat tercapai. 3. PT. Bank Swadesi, Tbk Dalam memperkuat posisi pada peta perbankan nasional maupun internasional, pada tanggal 22 Juni 2007 PT. Bank Swadesi, Tbk menjalin aliansi strategis dengan Bank of India berupa pengambilalihan saham sebanyak 235.600.000 lembar saham atau 76 % dari keseluruhan saham PT. Bank Swadesi, Tbk. Dengan dukungan Bank of India, diharapkan Bank Swadesi dapat membangun fondasi yang kokoh untuk memperoleh kinerja yang terbaik dengan pertumbuhan berkelanjutan melalui alih pengetahuan dan teknologi serta peningkatan modal. Perkembangan kinerja bank sebelum dan sesudah merger seperti terlihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Posisi dan Rasio Keuangan Periode Tahun 2005 – 2009 Posisi dan Desember Desember Desember Desember Desember Rasio 2005 2006 2007 2008 2009 Keuangan (dalam rupiah dan %) Total Aset (Juta Rp.) 925.671 Kredit (Juta Rp.) 443.442 DPK (Juta Rp) 801.015 Ekuitas (Juta Rp.) 111.925 Laba (Rugi) (Juta Rp.) 11.748 ROA 2,06 % ROE 11,69 % LDR 55,16 % BOPO 82,91 % CAR 24,06 %
972.475
1.167.744
1.359.880
1.537.378
457.774
621.433
875.810
981.358
834.048
999.724
1.053.812
1.210.111
116.167
124.653
282.673
302.479
8.272 1,28 % 7,76 % 54,89 % 91,12 % 26,55 %
8.486 1,2 % 7,70 % 52,11 % 89,54 % 20,64 %
19.221 2,53 % 10,48 % 88,11 % 80,52 % 33,27 %
36.950 3,13 % 13,36 % 81,10 % 74,57 % 32,5 %
manajemen pada bulan Juni 2007. Nama Bank diubah menjadi Bank SBI Indonesia dan memperoleh status “Bank Devisa” pada bulan Juni 2009. Saat ini Bank memiliki 14 kantor yang tersebar lebih dari 4 kota besar di Indonesia yang terdiri dari 8 kantor di Jakarta, 3 kantor di Surabaya dan 2 kantor di Bandung dan 1 kantor di Medan serta memiliki 2 kantor kas operasional di Jakarta dan Medan. Perkembangan kinerja bank sesudah merger terlihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Posisi dan Rasio Keuangan Periode 2005 – 2011 Posisi dan Desember Desember Desember Desember Desember Desember Desember Rasio 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Keuangan (dalam Rupiah dan %) Total Aset (Juta Rp.) 332.727 Kredit (Juta Rp.) 218.692 DPK (Juta Rp.) 299.373 Ekuitas (Juta Rp.) 25.329 Laba (Rugi) (Juta Rp) 556 ROA 0,73 % ROE 6,89 % LDR 73,05 % BOPO 97,24 % CAR 10,73 %
351.616
548.398
778.164
176.719
220.204
372.967
561.441 1.060.554 1.192.191
320.174
385.545
604.687
949.746
1.175.726 1.467.795
4.301
155.961
161.543
166.625
176.477
197.173
1.674 0,54 % 1,68 % 57,12 % 94,81 % 67,90 %
5.568 1,40 % 3,73 % 61,68 % 91,09 % 40,69 %
5.093 0,8 % 3,14 % 58,91 % 91,57 % 29,22 %
9.238 0,9 % 5,52 % 90,20 % 90,55 % 10,22 %
20.696 1,58 % 11,52 % 81,22 % 82,76 % 15,38 %
1.627 0,26 % 2,27 % 55,19 % 97,23 % 13,77 %
1.142.551 1.595.05
Sumber : Laporan Publikasi dan Annual Report
Berdasarkan data keuangan tersebut di atas, sebelum dan sesudah kegiatan merger dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan merger pada PT. Bank SBI Indonesia sampai dengan tahun 2010 belum dapat dikatakan berhasil atau sesuai dengan tujuan merger sejak diambilalih akhir tahun 2006. Hal ini tercermin dari pencapaian beberapa rasio yang merupakan cerminan dari tujuan merger yaitu ROA masih berkisar pada angka 1,5%, efisiensi rasio BOPO fluktuatif dan cenderung di atas 85%, serta CAR yang cenderung menurun, namun tahun tahun 2011 kinerja bank menunjukkan perbaikan.
Sumber: Laporan Publikasi dan Annual Report Tahun 2009
Berdasarkan data keuangan tersebut di atas, sebelum dan sesudah kegiatan merger dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan merger pada PT. Bank Swadesi, Tbk dapat dikatakan berhasil atau sesuai dengan tujuan merger sejak diambilalih pertengahan tahun 2007. Hal ini tercermin dari pencapaian seluruh rasio yang merupakan cerminan
PENUTUP Kesimpulan 1. Opsi Merger & Akuisisi (M & A) bagi bank merupakan salah satu upaya meningkatkan ukuran entitasnya agar memiliki power dan influence baik melalui skala ekonomis, peningkatan pangsa pasar, peningkatan kemampuan manajerial serta peningkatan leverage keuangan dan
dari tujuan merger yaitu ROA di atas minimal 1,5 %, efisiensi rasio BOPO cenderung menurun, dan CAR yang cenderung terus meningkat. 4. PT. Bank SBI Indonesia Pada tanggal 14 Desember 2006, State Bank of India mengakuisisi 76 % saham bank dan mengambilalih kendali
Jurnal Ilmiah WIDYA
78
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015
2.111.743
Herwin Kurniawan, 73 - 79
Analisis Return On Asset (ROA) Beberapa Bank Pasca Merger di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
operasional yang pada gilirannya akan meningkatkan
Anonimous. Kumpulan Peraturan Merger & Akuisisi Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha. Degraf Publishing. Jakarta. 2011. Bank Hana. Laporan Tahunan PT. Bank Hana. Jakarta. 2011 Bank Indonesia. Arsitektur Perbankan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. 2004 Bank Pundi Indonesia. Laporan Tahunan PT. Bank Pundi Indonesia Tbk.. Jakarta. 2011 Biro Riset Infobank. Laporan Keuangan Publikasi PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk, Periode 2003-2011. Biro Riset Infobank. Jakarta. Tanpa Tahun. Biro Riset Infobank. Laporan Keuangan Publikasi PT. Bank Hana, Periode 2003-2011. Biro Riset Infobank. Jakarta. Tanpa Tahun. Biro Riset Infobank. Laporan Keuangan Publikasi PT. Bank Swadesi, Tbk, Periode 2003-2011. Biro Riset Infobank. Jakarta. Tanpa Tahun. Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaiman. Merger & Akuisisi Tinjauan Dari Sudut Akuntansi dan Perpajakan. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2009 Manurung, Adler Haymans. Restrukturisasi Perusahaan : Merger, Akuisisi dan Konsolidasi serta Pembiayaannya. Adler Manurung Press. Jakarta. 2011 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382). Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. 2008. www.bi.go.id
profitabilitas dari bank pasca merger. 2. Bank yang telah melakukan M & A belum semuanya menunjukkan kinerja keuangan (profitabilitas) yang baik. Saran-saran 1. Menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam memberikan kredit dan meningkatkan monitoringnya agar rasio NPL (Non Performing Loan) tidak melebihi batasan yang ditetapkan Bank Indonesia. 2. Meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya (menjaga rasio BOPO) agar perolehan laba dapat optimal. 3. Meminta dukungan pemegang saham untuk menerapkan good corporate governance dan mengambil tindakan yang diperlukan guna mengantisipasi keadaan likuiditas dan menjaga keseimbangan keuangan pada Bank. 4. Menjaga CAR tetap baik untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin terjadi.
Jurnal Ilmiah WIDYA
79
Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015