ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH (Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah di Indonesia)
Di susun Oleh :
ASEP SAEPUL AMRI 105081002416
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
i
ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH (Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah di Indonesia)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Asep Saepul Amri Nim : 105081002416
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 200112 1 003
Arief Mufraini, Lc, Msi NIP. 19770122 200312 1 000
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
Hari ini jum’at tanggal 19 bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Asep Saepul Amri NIM : 105081002416 dengan judul skripsi ”ANALISIS
RASIO
RISIKO
DAN
PROFITABILITAS
BANK
UMUM
SYARIAH (STUDI EMPIRIS 3 BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 19 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I
Penguji II
Arief Mufraini, Lc, Msi NIP. 19770122 200312 1 000
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 200112 1 003
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617198503 1 002
Indoyama Nasarudin, SE. MAB NIP. 19741127200112 1 002
iii
Hari ini Selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Asep Saepul Amri NIM : 105081002416 dengan judul skripsi ”ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH (STUDI EMPIRIS 3 BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Murdiyah Hayati, S.Kom, MM Sekretaris
Aminuddin, Drs, M.Ag Ketua
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
iv
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Mahasiswa
: Asep Saepul Amri
Nim
: 105081002416
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya sendiri yang merupakan
hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini palgiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 19 Maret 2010
Asep Saepul Amri
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama Tempat/tanggal lahir Alamat
: Asep Saepul Amri : Bogor, 2 Februari 1986 : Jl. H. Edi Sukma Kp. Curug Deng-deng Rt/Rw 04/05 Caringin Bogor : 0856 771 4974 :
[email protected] :” Menjadi Generasi Muslim Terbaik” : Dosen dan Pengusaha : Nasyid, Berkarya : 3, 15
No. Kontak E-mail Motto Hidup Cita-Cita Hobi IPK Pendidikan Formal MI Al-Istiqomah lulus tahun 1999 MTs. Al-Istiqomah lulus tahun 2002 MAN 2 Bogor lulus tahun 2005 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Manajemen Perbankan Pendidikan Nonformal PonPes Al-Islam Caringin Bogor Pusat Latih Bina Unggul Yayasan Gibagus Hadi Kusuma Pendidikan Dasar (DIKSAR) Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005 KISAH (Kajian Islam Awal Kuliah) KomDa FEIS LDK UIN Syahid2006 Pelatihan ”Mutu Kerja Terpadu” Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta 2005 Lokakarya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Untuk Pemuda, Kementrian Negara Pemuda dan olah Raga Dengan Depdiknas 2009 Simposium Trend Bisnis 2008, Program Studi Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Workshop Kelembagaan Kemahasiswaan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 Registered Fundraiser Program Basic Levels, Dompet Dhuafa Republika 2009 Pelatihan Aplikasi SPSS 17, HMI Komisariat FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 Pengalaman Organisasi selama di kampus Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005 Divisi Acara Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial 2006 Divisi Kerohaniaan (BIRU) BEM FEIS 2006 Divisi Syiar Komisariat Dakwah FEIS LDK UIN Syahid 2006 Divisi Pengembangan Ekonomi UKM LDK UIN Syarif Hidayatullah Ketua Komisariat Dakwah FEIS LDK UIN Syahid 2007 Ketua UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syahid 2008 Pengalaman Kerja Consultant Carier PT. Great Indonesia Resources 2006 Staf BMT Arridho 2008 Fundraiser ZAKAT Dompet Dhuafa Republika 2009 Marketing Toko Buku Senyum Muslim 2009 Wiraswasta E-book Islami
vi
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio risiko terhadap profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode rasio keuangan bank (rasio risiko dan rasio profitabilitas) pada periode 2005-2008. Rasio risiko yang digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, dan rasio risiko credit. Sedangkan rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Equty (ROE) dan Return On Asset (ROA). Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan : 1) pengaruh variabel bebas (rasio risiko asset, rasio risiko deposito, dan rasio risiko credit) terhadap variabel terikat (ROE dan ROA) pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, Bank Mega Syariah Indonesia menghasilkan angka signifikan yang berpariasi sesuai dengan karakteristik dan kinerja keuangan masing-masing Bank Umum Syariah tersebut. 2) secara deskriptif profitabilitas dan pengelolaan risiko BSMI lebih baik dibandingkan BMI dan BSM, namun pada rasio risiko deposito BMI lebih baik dari BSM dan BSMI dan rasio risiko credit BSM lebih baik dari BMI dan BSMI. 3) Hasil uji regresi menunjukkan variabel deposit risk signifikan mempengaruhi ROE di BMI, di BSM asset risk dan credit risk signifikan mempengaruhi ROE dan deposit risk signifikan mempengaruhi ROA, credit risk signifikan mempengaruhi ROE dan ROA di BSMI.
Kata Kunci : Rasio Risiko Asset, Rasio Risiko Deposito, Rasio Risiko Credit, ROE, ROA, Regresi Berganda
vii
Abstract This research aims to analyze risk ratio to the profitability at Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri and Bank Mega Syariah Indonesia using financial ratio (risk and profitability ratio) period 2005-2008. Risk ratio used are asset risk ratio, deposit risk ratio, and credit risk ratio, while profitability ratio used is Return On Equity (ROE) and Return On Asset (ROA).this research is using multiple regression metod. The result using multiple regression shows that : 1) asset risk ratio, deposit risk ratio and credit risk ratio has significant influences to ROE and ROA) in Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah and Bank Mega Syariah Indonesia which proper to the characteristic and financial performance. 2) Based on profitability and risk management , BSMI is better than BMI and BSM. While based on deposit risk ratio BMI is better than BSM and BSM. And while based on credit risk ratio BSM is better than BMI and BSMI. 3) The research also shows that deposit risk has significant influence to ROE at BMI, asset risk and credit risk has significant influence to ROE and deposit risk to ROA at BSM, while credit risk has significant influence to ROE and ROA at BSMI. Keyword : Asset Risk Ratio, Deposit Risk Ratio, Crdit Risk Ratio, ROE, ROA, Multiple Regression
viii
KATA PENGANTAR Kata beriring cinta kepada Rabb pencipta Alam Semesta. Syukur beriring rindu kepada Allah SWT tuhan yang satu. Tidak ada kerinduan yang mendalam kecuali kerinduan akan pertemuan ku denganNya. Tidak ada kecintaan yang mendalam kecuali cintaku padaNya. Wahai Allah Kau ajarkan kami dengan dengan pelantaraan qalam, Kau ajarkan kami apa-apa yang kami tidak ketahui sebelumnya. Angkatlah derajat kami dengan ilmu yang telah Kau berikan. Perindahlah kami dengan derajat ketaqwaan. Duhai Allah engkaulah Tuhan kami tidak ada sekutu bagimu. Shalawat beriring salam tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi rahmat untuk semesta alam. Ketauladanmu menjadi sandaran, akhlakmu sungguh
mengesankan,
pribadimu
sungguh
menakjubkan.
Izinkanlah
kami
mentauladanimu, izinkan kami menjadi penerus risalahmu. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah ibarat bulan dengan bintangbintang. Terangnya bulan menerangi kegelapan malam, indahnya bintang menghiasi gulitanya malam. Ilmu adalah anugrah dari Allah SWT yang dapat menaikkan derajat setiap hamba sesuai dengan firmanNya “Allah Akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang- yang berilmu”(Q.S Al-Mujadalah : 11) Mudah-mudahan ilmu yang didapatkan selama dikampus dapat diamalkan untuk kemanfaatan. Dengan semangat menuntut ilmu itulah yang menghantarkan diri untuk menyelesaikan tugas skripsi ini. Ini bukanlah akhir dari sebuah perjalanan ini adalah awal dari sebuah kesuksesan dimana tugas ini harus segera diselesaikan untuk menghadapi urusan yang lain.untuk itu inilah semangat sehingga skripsi ini selesai dengan judul “Analisis Rasio Risiko dan Profitabilitas Bank Umum Syariah(studi empiris 3 Bank Umum syariah di Indonesia). Rasanya hampa jika kesyukuran ini tidak di ikuti dengan ucapan terima kasih kepada : 1. UMMI YOYOH, do’a malammu menjadi energi, kesabaranmu menjadikan berarti, kebijaksanaan dan ketegasan ummi
menjadi
inspirasi. Abi ALM. M. Djunaedi
walaupun kau harus pergi saatku menjelang akhir studi ini, mudah-mudahan Abi tersenyum melihat hasil jerih payah Abi dalam mendidik anak-anaknya dan semangat
ix
Abi dalam menuntut Ilmu menjadi tauladan bagi kami. Do’aku untukmu “Allahummagfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayanii shogiraa”. Ingin sekali ananda memakaikan Mahkota Kemuliaan, Mahkota atas jasa-jasamu. Untuk Kakak-kakak ku ( Siti Suaebah, Siti Junaenah, Aliyah, Syihabuddin, Nun, Pipih Shopiah, Ade Syariah) Jazakallah Atas Motivasi dan do’anya. Juga (Alm. Siti Nurlatifah, Alm Uci Sanusi, Alm Harun) semoga ada dalam magfirah Allah SWT. Seluruh keluarga dan ponakan (Evi, Endah, Reni, Eva, Dadan, Wida, Husni…….dst) jadilah putera-puteri yang shalih dan shalihah. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
sebagai pimpinan tertinggi tingkat fakultas. Serta kepada para pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pudek bid. Akademik FEIS dan
Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, tuntuan, motivasi dan arahan yang laur biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan Allah SWT, membalas segala kebaikan dengan berlipat ganda serta Ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan menjadi amal kebaikan yang terus-menerus mengalir. 4. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Pembina
Lembaga Dakwah Kampus UIN Jakarta yang telah memberikan motivasi dan nasihat yang membangun untuk serta merta menjaga kemurnian UIN sebagai Intitusi Islam. 5. Bapak Arief Mufraini, Lc, Msi selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta solusi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai nilai ibadah. 6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen. Begitu juga
kepada seluruh Dosen FEIS yang telah ikhlas memberikan ilmunya, beserta Asisten Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 7. Ust Kholid Spd.i, Yamani M.Dira S.Psi dan Ust. H. Ali Fahruddin MA atas motivasi,
ilmu serta nasihatnya semoga Allah SWT. Senantiasa memberi keberkahan dan ilmu yang diberi menjadi amal kebaikan yang tak putus-putus. amin
x
8. Seluruh Anggota dan Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN serta seluruh
Komisariat Dakwah Fakultas “Jadikan pengabdian di dakwah kampus sebagai bekal dakwah di masyarakat kelak”. 9. Seluruh Alumni Dakwah Kampus khususnya SOLID 2005 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 10. Saudaraku tempat konsultasi dan sharing skripsi Asbah Pratama SE, Dony Akbar SE,
Arif Fahruri SE, Farid Wahyudi. SE. 11. Saudaraku seperjuangan AP, AJ, MAL, MAK, ML, FW, 12. Saudaraku dimasjid Al-muhajirin (Aruma, Mahrus, Yudi, Rizky) terima kasih atas
doa’a-doanya. 13. Jama’ah Masjid Al-Muhajirin Pisangan Ciputat Timur 14. Untuk saudara-saudaraku yang tak disebutkan, jangan berkecil hati, hanya Allah yang
mengetahui isi hati setiap hamba. Semoga kebaikan saudara-saudara sekalian dibalas oleh Allah SWT. Amin
Asep Saepul Amri Penulis
xi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………............... i LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI………….......................
ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSHIP……………………….
iii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………..
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………….. v ABSTRAK ………………………………………………………………. vi ABSTRACT ……………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii DAFTAR ISI ……………………………………………………….……
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. ……
1
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………… 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………. 9 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 10 D. Manfaat Penelitian ……………………………………........... 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………...
11
A. Pengertian Bank ……………………………………………... 11 B. Pengertian Bank Syariah …………………………………….. 13 C. Tujuan Perbankan Syariah …………………………………… 15 D. Keuntungan dan Risiko Bank Syariah ……………………….. 16
xii
E. Analisis Rasio ………………………………………………… 22 F. Risiko Bank …………………………………………………... 23 G. Rasio Profitabilitas ……………………………………………. 25 H. Penelitian Terdahulu ………………………………………… 27 I. Kerangka Pemikiran …………………………………………. 29 BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………… 31 A. Objek Penelitian ……………………………………………… 31 B. Metode Penentuan Sampel …………………………………… 31 C. Metode Pengumpulan Data …………………………………… 31 D. Metode Analisis dan Hipotesis ……………………………….. 32 E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………… 38 BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ……………………… 40 A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………. 40 B. Analisis dan Pembahasan ……………………………………. 49 BA B V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI…………………………… 98 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 103 LAMPIRAN …………………………………………………………….. 106
xiii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
28
4.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
41
4.2
Hasil Uji Kolinieritas BMI
55
4.3
Hasil Regresi BMI dengan Variabel dependen ROE
61
4.4
Hasil Regresi BMI dengan Variabel dependen ROA
63
4.5
Hasil Uji Kolinieritas BSM
65
4.6
Hasil Regresi BSM dengan Variabel dependen ROE
71
4.7
Hasil Regresi BSM dengan Variabel dependen ROA
74
4.8
Hasil Uji Kolinieritas BSMI
76
4.9
Hasil Regresi BSMI dengan Variabel dependen ROE
82
4.10
Hasil Regresi BSMI dengan Variabel dependen ROA
84
4.11
Hasil Uji Kolinieritas BUS Keseluruhan
86
4.12
Hasil Regresi BUS Keseluruhan dengan Variabel dependen ROE 92
4.13
Hasil Regresi BUS Keseluruhan dengan Variabel dependen ROE 94
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
30
4.1
Perbandingan ROA Pada BMI, BSM, BSMI
49
4.2
Perbandingan ROE Pada BMI, BSM, BSMI
50
4.3
Perbandingan Asset Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI
51
4.4
Perbandingan Deposit Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI
52
4.5
Perbandingan Credit Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI
53
4.6
Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BMI
56
4.7
Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BMI
57
4.8
Hasil Uji Normalitas ROE BMI
59
4.9
Hasil Uji Normalitas ROA BMI
60
4.10
Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BSM
66
4.11
Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BSM
67
4.12
Hasil Uji Normalitas ROE BSM
69
4.13
Hasil Uji Normalitas ROA BSM
70
4.14
Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BSMI
77
4.15
Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BSMI
78
4.16
Hasil Uji Normalitas ROE BSMI
80
4.17
Hasil Uji Normalitas ROA BSMI
81
4.18
Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BUS Keseluruhan
87
4.19
Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BUS Keseluruhan
88
4.20
Hasil Uji Normalitas ROE BUS Keseluruhan
90
4.21
Hasil Uji Normalitas ROA BUS Keseluruhan
91
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1
Rasio BMI
105
2
Rasio BSM
106
3
Rasio BSMI
107
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu Negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik
modal
supplier)
(fund
dengan
pengguna
dana (fund user) (Yuliani, 2007:16). Peran intermediasi perbankan ini pun berlaku pada bank yang berprinsip syariah. Namun dalam aktivitasnya ada perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, hubungan antara bank dengan nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (patnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan. Hubungan kemitraan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme perbankan syariah (Sudarsono, 2004:56). Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta Sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala
kecil,
Namun
xvii
institusi
tersebut
mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem financial dan ekonomi Islam(Antonio, 2001:19). Berdirinya IDB (Islamic Development Bank) telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, pada periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, sudan, negara-negara teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki (Antonio, 2001:21) Pada tahun 1985, sistem perbankan syariah dalam lingkup internasional mampu memobilisasi dana sebesar US $ 5 milyar yang sampai tahun 1999 telah meningkat menjadi US $ 80 milyar. Beberapa institusi keuangan konvensional, seperti Citibank, JP Morgan, Deutsche Bank, ABN Amor dan American Express telah mengenalkan produk tanpa bunga kepada konsumennya. Demikian pula perusahaan-perusahaan multinasional seperti General Motors, IBM, dan Daewoo Corporation yang telah memulai menggunakan jasa keuangan tanpa bunga ini (Haron dan Ahmad, 2000:1) Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Awal tahun 1980-an, diskusi mengenai ekonomi Islam mulai dilakukan. Bahkan uji coba dalam relatif terbatas telah dilakukan, diantaranya adalah Baitul Tamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Prakarsa lebih khusus bagi pendirian bank Islam baru mulai tahun 1990.
MUNAS IV MUI
(Majelis Ulama Indonesia) pada agustus 1990 membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia(Antonio, 2001:25). Pada tanggal 1 mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia; Bank Muamalat Indonesia, dengan total komitmen modal disetor Rp 106. 126.382.000,-
xviii
Namun, perangkat hukum operasinya dalam undang-undang (UU) No.7 tahun 1992 belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era reformasi, undangundang (UU) No. 10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank syariah dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonvensi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001:25). Selama tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun. Sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp 26,7 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6% pada akhir 2006 (Direktori Perbankan Syariah Bank Indonesia). Di sisi penghimpunan dana, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan semakin menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Pertumbuhan DPK perbankan syariah mengalami tekanan dalam kondisi suku bunga perbankan yang tinggi di awal 2006, namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak semester kedua, DPK yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7%, atau lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%. Peningkatan tersebut menyebabkan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional meningkat dari 1,4% (2005) menjadi 1,6% pada akhir 2006 (Direktori perbankan Syariah Bank Indonesia).
xix
Kondisi peningkatan risiko pengalihan dana (displaced comercial risk) maupun risiko pembiayaan (credit risk) pada 2006 ternyata dapat diantisipasi dengan baik oleh perbankan syariah sehingga kecukupan permodalan dapat dipertahankan. Hal ini tercermin dari tingkat return on aset (ROA) yang tetap memadai yaitu sebesar 1,55% (tahun 2005 1,35%), meskipun laju pertumbuhan laba sedikit tertahan dengan semakin banyaknya porsi pendapatan operasional yang dialokasikan pada bagi hasil kepada deposan dalam upaya mempertahankan daya saing, serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam rangka mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan. Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2007 ditandai dengan maraknya pendirian Unit Usaha Syariah diantaranya BPD DIY, Bank Sulsel, Bank Nagari, Bank Jatim, Bank Ekspor Indonesia, Bank Lippo Syariah serta adanya policy time-tag dari berbagai kebijakan yang mempengaruhi perbankan syariah seperti kebijakan office chanelling, kebijakan akselerasi perbankan syariah yang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan terkait dengan pengembangan perbankan syariah (Research Karim Business Consulting, 2008). Pembiayaan bermasalah perbankan syariah pada periode Januari-Agustus 2007, menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 4,47% menjadi 6,63% sampai akhir tahun 2007, NPF perbankan syariah diperkirakan masih dalam level 6%. Penyebab meningkatnya pembiayaan didorong oleh dua hal. Faktor pertama semakin banyaknya jumlah pembiayaan yang bermasalah. Kondisi ini karena suku bunga di bank konvensional mulai menurun seiring penurunan BI rate pada tahun 2007, Namun disisi lain perbankan syariah yang masih didominasi oleh pembiayaan
xx
murabahah tidak bisa serta merta menurunkan tingkat margin pembiayaan. Factor kedua, tertahannya ekspansi pembiayaan perbankan syariah. Penurunan suku bunga perbankan
konvensional
yang
lebih
cepat
dibandingkan
perbankan
syariah.(Research Karim Business Consulting, 2008) Pada bulan juni 2008, simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah mencapai Rp. 33,05 triliun, sedangkan Agustus 2008 hanya Rp. 32,36 triliun atau Turun 2%. Hal ini lalu memicu penurunan SBI syariah yang tinggal Rp. 1,82 triliun pada posisi agustus, pada juni tercatat sebesar Rp. 3,08 triliun. Turunnya SBIS tersebut mengindikasikan ketatnya likuiditas di bank syariah. Menurut data BI, laba perbankan syariah sampai kurtal ketiga 2008 naik 40% mencapai Rp. 613,3 miliar. Hal ini dipicu ekspansi pembiayaan bank syariah yang hingga akhir September 2008 lalu, total outstanding pembiayaan tercatat naik 48% menjadi Rp. 37,6 triliun. Selain peningkatan margin bagi hasil bank syariah yang mencapai 7,87% (Muhammad Iqbal, 2009) Pada tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.45,2 triliun, hanya tumbuh 18,16 persen. Angka ini lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2008 yang lalu, 42.9 persen. Hal ini dikarenakan melambatnya
pertumbuhan
ekonomi
nasional Sementara
itu
pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) perbankan syariah 26,5 % (yoy), yaitu 46,5 Triliun. FDR (financing to deposit rasio) sebesar 97.5 % Selama tahun 2009, ROA perbankan syariah mencapai 1,2 % dan ROE mencapai 30%(Agustianto) Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2009 telah hadir bank umum syariah baru, yaitu Bank Panin Syariah. Ditambah dua Unit Usaha Syariah, yaitu OCBC NISP
xxi
dan Bank Sinar Mas Syariah. Dengan demikian, Bank Umum Syariah menjadi enam bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah. Selain itu, tumbuh pula 7 BPR Syariah baru. (Data BI oktober 2009). Dari sisi institusional ini penyebaran jaringan kantor perbankan syariah pun mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami penambahan sebanyak 148 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah memiliki sekitar 3012 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum Syariah, 25 kantor UUS (Unit Usaha Syariah), 1101 Kantor Cabang, 1742 office channeling (layanan bank syariah di bank konvensional) dan 138 BPRS (Data BI oktober 2009). Ini belum termasuk jaringan kantor POS yang menjadi channeling tabungan syar-e Bank Muamalat Indonesia(Agustianto). Prospek perbankan syariah di Indonesia pada masa yang akan datang akan semakin baik dan berpotensi menghasilakan keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika strategi dan usaha para pelaku perbankan syariah dilakukan secara terpadu maka akan memberikan produk dan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dan pemilik modal sendiri. Peranan strategis bank harus didukung oleh kinerja perbankan yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat profitabilitas dan pengelolaan risiko oleh bank. Tingkat profitabilitas yang baik akan menunjukan tingkat keuntungan yang dihasilkan bank, sedangkan tingkat risiko yang rendah dapat menunjukan kemampuan bank dalam mengelola risiko.
xxii
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio risiko & profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode rasio keuangan bank pada periode 2005-2008, dimana rasio risiko akan digunakan untuk mengukur risiko bank syariah dan rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur profitabilitas bank syariah. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas di Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia. Alasan BMI, BSM dan BSMI dijadikan objek penelitian adalah terdapatnya persamaan system dan operasional berdasarkan prinsip syariah, metode yang digunakan juga sama dengan cara metode revenue sharing. Penelitian ini didasarkan pada teori yang mengatakan bahwa keuntungan tinggi selalu berisiko tinggi. Penulis ingin membuktikan apakah teori tersebut juga berlaku pada bank syariah, karena dari pendekatan fiqih terdapat dua aksioma berlandaskan pendekatan fiqih di dalam keuangan Islami, yaitu a) al kharaj bi addaman dan b) al-ghumam bi al-ghurm yang berbasis risiko. Yang pertama menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dapat diterima hanya dengan mengambil risiko kerugiannya (gain accompanies liability for lost). Dengan demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko (gaining return without resposible for any risk), maka dinilai tidak adil. Yang kedua mengandung rasionalisasi dan prinsip dari konsep bagi hasil dalam syariah, dimana keuntungan diperoleh hanya dengan berusaha atau berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi. Rasio risiko yang digunakan adalah rasio risiko asset, rasio
xxiii
deposito, dan rasio kredit, sedangkan rasio yang digunakan adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran risiko dan profitabilitas bank Islam juga telah dilakukan oleh Andel Hameed M. Bashir (1999). Dalam penelitiannya ia membandingkan dua bank Islam di sudan yaitu Faisal Islamic Bank Sudan (FIBS) dan Tadamon Islamic Bank Sudan (TIBS). Penelitian ini menganalisis implikasi dari skala bank pada profitabilitas dan risiko pada tahun 1979-1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara konsisten, tingkat rate of return kedua bank menunjukkan sifat tidak stabil. Penelitian tentang pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas telah dilakukan oleh (Riki Antariksa), dalam penelitian ini variabel bebas digunakan adalah LTA, LAD, FDR, sedangkan variabel terikatnya ROA dan ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan uji kausalitas Granger hanya variabel LTA yang menyebabkan profitabilitas. Penelitian profitabilitas dan rasio risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan oleh (Donny Akbar), dalam penelitian ini variabel bebas digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, rasio risiko kredit, sedangkan variabel terikatnya ROE, Hasil pengujian pada BMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Sedangkan Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis
regresi berganda bahwa variabel deposit risk dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
xxiv
Berdasarkan latar belakang inilah penulis mencoba menganalisis tentang “Analisis Rasio Risiko dan Profitabilitas Bank Umum Syariah (Dengan Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah Di Indonesia)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal yang telah ditulis diatas, maka peneliti akan merumuskan masalahnya, Yaitu: 1. Bagaimana rasio risiko dan profitabilitas pada BMI, BSM dan BSMI? 2. Apakah rasio risiko berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada BMI, BSM dan BSMI?
C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik perbankan syariah di Indonesia yang sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis rasio risiko dan profitabilitas pada BMI, BSM dan BSMI.
xxv
2. Untuk menganalisis pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas BMI, BSM dan BSMI.
D. Manfaat Penulisan Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan Rasio Risiko BMI, BSM dan BSMI akan diperoleh manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi BMI, BSM dan BSMI dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas serta menjaga dan menekan risiko yang sudah baik. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia dalam rangka mensosialisasikan bank syariah. 3. Bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Islam khususnya masalah perbankan syariah, studi kasus ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat. 4. Bagi para akademisi/peneliti, dapat dijadikan referensi untuk membuat penelitian lebih lanjut.
xxvi
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Bank (Lembaga Intermediasi) Menurut Ahmad Rodoni (2006:21), pada dasarnya semua definisi mengenai bank tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian perbankan menurut pasal 1 butir1 undang-undang nomor 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak. Menurut Peter S. Rose Pengertian Bank adalah : ”Bank a financial intermediary accepting deposits and grating loans, offers the widest menu of services of any financial institution”. Apabila hanya melihat pada undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, memang tidak ada aturan tentang Bank Syariah (khususnya bank umum syariah), karena dalam undang-undang tersebut secara umum hanya menjelaskan tentang perbankan konvensional. Kecuali dalam pasal 13.c yang mengatur tentang usaha Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi hasil. Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada undang-undang
xxvii
nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasakan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah dan peraturan pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah . Dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 pengertian bank, bank umum, dan Bank Perkreditan Rakyat disempurnakan menjadi sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau “ berdasarkan prinsip usaha syariah” yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Serta pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPR-Syariah) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatnnya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian bank didefinisikan dalam pasal 1 butir 2 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Definisi bank tersebut memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga
xxviii
kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.
B. Pengertian Bank Syariah Bank syariah atau selanjutnya disebut dengan Bank Islam adalah Bank yang beroperasi dengan tidak menghandalkan pada bunga. Bank syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Atau dengan kata lain, Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. Pengertian perbankan syariah menurut pasal 1 butir 1 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 “Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Sedangkan pengertian Bank Syariah pada pasal 1 butir 7 ”Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Selanjutnya pada pasal 1 butir 8 dan 9 disebutkan pengertian Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu : Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan Bank
xxix
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas perdagangan. Menurut Yusuf Qardhawi (2001:43), Bank syariah adalah suatu institusi keuangan (bank) yang bekerja dengan cara yang adil dan transparan dibawah pembinaan dan pengawasan moneter pemerintah (Dewan Syariah Nasional). Menurut Muhammad (2004:1), bank syariah adalah bank yang beropersi dengan tidak mengandalakan pada bunga, dimana kegiatan operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Menurut Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid (2008:14) bank syariah adalah bank dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah. Bank syariah dapat menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Suatu transaksi tidak mengandung unsur kezaliman, dan tidak membayarkan pihak sendiri atau pihak lain(Andri Soemitra, 2009:94).
C. Tujuan Perbankan Syariah Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam menurut Chapra (2002:2) antara lain : a) Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum; b) Keadilan social-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata; c) Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi satu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang
xxx
stabil; d) mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkpentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan e) Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Lewis & Algaoud (2007:123) menyimpulkan bahwa tujuan utama perbankan dan keuangan Islam dari perspektif Islam mencakup : 1) penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan prinsip Islam; 2) distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, dan 3) mencapai kemajuan pembangunan pembangunan ekonomi. Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia (2003), tujuan utama bank syariah seharusnya adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, investasi sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariat Islam. Menurut pasal 3 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah “Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat”. Secara umum perbankan syariah mempunyai tujuan untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariat Islam.
D. Keuntungan dan Risiko Bank Syariah
xxxi
Dalam Islam, sesuai dengan penuturan Ibnu Arabi, bahwa transaksi ekonomi tanpa unsur I’wad sama dengan riba. I’wad dapat dipahami sebagai equivalent countervalue yang berupa resiko (Ghurmi), kerja dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman). Apabila ketiga unsur ‘Iwad ada, maka akad tersebut sesuai dengan ketentuan syariah, dan keuntungan yang dihasilkan transaksi tersebut bukan tergolong riba. Apabila ketiga unsur ‘Iwad tersebut tidak ada, maka akad tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syariah, dan keuntungan yang dihasilkan dari transaksi tersebut tergolong riba.(Ascarya, 2008:28-29). Menurut Zainal Arifin (2006:46), sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (déficit unit). Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberi manfaat kepada kedua belah pihak. Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahibul mal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Dengan dan pengelola investasi yang baik akan sangat menentukan kualitas usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba (Zainal Arifin, 2006:46).
xxxii
1. Keuntungan Bank Menurut Zainul Arifin (2006:59) Tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controlable
factors)
dan
faktor-faktor
yang
tidak
dapat
dikendalikan
(uncontrolable factors). Controlable factors adalah faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh menejemen seperti segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan, dan pengendalain biaya-biaya. Uncontrolable factors atau faktor-faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya. Ada dua rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank, yaitu ROA dan ROE. ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net Income) dengan rata-rata aktiva (average assets). ROE didefinisikan sebagai perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata modal (avarage equity) atau investasi para pemilik bank (Zainal Arifin, 2006:59).
2. Risiko-risiko Bank Menurut Bank Indonesia (2003), risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang telah dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanciptipated) yang berdamapak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Terdapat delapan jenis risiko yang dihadapi bank (Zainal Arifin, 2006:61), yaitu : a. Risiko Kredit (Credit Risk)
xxxiii
Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya. b. Risiko Pasar (Market Risk) Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel beabas (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. b. Risiko Liquiditas (Liquidity Risk) Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memnuhi kewajiban yang jatuh tempo c. Risiko Operasional (Operasional Risk) Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan karaena ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal kesalahan manusia, kegagalan sistema atau adanya problema eksternal yang mempengaruhi operasional bank. d. Risiko Hukum (Legal Risk) Risiko hukum adalah risiko yang dsebabkan adanya kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundangan yang mendukung atau kelemahan perikatan. e. Risiko Reputasi (Reputation Risk) Risiko repuasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. f. Risiko Strategis (Strategic Risk)
xxxiv
Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. g. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk) Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Dari delapan risiko yang harus dikelola oleh perbankan, terdapat tiga risiko utama yang menjadi fokus perhatian perbankan saat ini, yaitu risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas.
3. Pandangan Fiqih Tentang Risiko Dan Keuntungan. Vogel dan Hayes (1998:83) mengemukakan bahwa dalam wacana keuangan Islami, risiko merupakan masalah penting. Terdapat dua aksioma berlandaskan pendekatan fiqih di dalam keuangan Islami, yaitu a) al kharaj bi ad-daman dan b) al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko. Yang pertama menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dan diterima hanya dengan mengambil risiko kerugiannya (gain accopanies lliability for lost). Dengan demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko (gaining return without responsable for any risk), maka dinilai tidak adil. Yang kedua mengandung rasionalisasi dan prinsip dari konsep bagi hasil dalam syariah, dimana keuntungan diperblehkan hanya dengan berusaha atau berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi. Sebenarnya hubungan
xxxv
keadaan risiko-keuntungan di dalam teori keuangan konvensional juga sudah dijelaskan dengan aksioma : return goes along with risk (Karim, 2003:41) Sehubungan dengan itu, Kahf dan Kahn (1989) mengemukakan justifikasi adanya keuntungan (proft return) atas pembiayaan (financing) di dalam fiqih Islam. Dalam ekonomi konvensional, keuntungan (profit), sewa (rent), upah (wage), da bunga (interest) diperlakukan sebagai faktor-faktor produksi. Dalam hubungannya dengan waktu, seluruh faktor tersebut, kecuali keuntungan dinilai secara tetap (fixed). Keuntungan merupakan jumlah yang tidak pasti, sementara upah, sewa, dan suku bunga adalah tetap dan diketahui. Sedangkan literatur Islam telah membuang faktor bunga kerena hal ini memang dilarang berdasarkan Al-Qur’an. Upah dan sewa diperlakukan sama, dan diistilahkan sebagai ujrah, yaitu memberi nilai (harga) terhadap sumber daya manusia perunit waktu (upah) dan pemakaian nilai guna suatu aset tetap (sewa) (Riki Antariksa, 2005:4). Dalam fiqih Islam, keuntungan didefinisikan sebagai penambahan nilai aset, baik aset tetap maupun bergerak, yang direalisasikan dalam pertukaran. Keuntungan dapat diperoleh sebagai hasil dari proses natural suatu pertumbuhan (tanpa melibatkan adanya usaha atau biaya dari pihak pemilik) misalnya bertambahnya jumlah air di sumur seseorang. Selain itu, keuntungan juga dapat diperoleh dari usaha manusia terhadap aset yang akan meningkatkan nilai tukarnya, dimana usaha tersebut telah mengubah nilai aset menjadi libih tinggi, misalnya pada abrik manufaktur yang mengubah besi baja menjadi mesin (Riki Antariksa, 2005:4).
xxxvi
Memperoleh laba atas dasar tanggung jawab telah menjelaskan betapa pentingnya ketidakpastian (uncertainty) dan risiko sebagai alasan adanya keuntungan. Oleh karenanya, pemikiran ekonomi syariah didasarkan pada diterimanya realitas di dalam pasar tidak ada yang pasti atau bebas risiko (Riki Antariksa, 2005:4).
E. Analisis Rasio Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angkaangka di dalam atau antara laporan rugi laba dan neraca. Dengan cara rasio semacam ini diharapakan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang. Muhammad dan Dwi Suwiknyo (2009 : 234) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi perbankan yang bermanfaat dalam mengambil keputusan. Menurut Kasmir (2008:253) Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan dilakukan melalui análisis rasio keuangan.
F. Risiko Bank Investasi pada sektor perbankan, selain memberikan tingkat keuntungan dibalik itu juga tergantung tingkat risiko. Pengertian risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan damapk yang
xxxvii
berlawanan dengan tujuan yang ingin di capai (Idroes, 2008:4). Menurut American Heritage Dictionary Risiko di definisikan sebagai : “ The possibility of suffering harm or loss” Dalam kontek investasi, kondisi ‘harm’ atau ‘loss” tersebut dapat berupa kondisi dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang di Isyaratkan/diharapkan (Lukas Setia Atmaja, 2008 ; 35). Sebagaimana Moyer (2001 : 173), Risiko didefinisikan sebagai : ”Risk is the possibility that actual cash flow (return) will be different that forecasted cash flow (return)”. Berdasarkan pengertian diatas diketahui bahwa risiko dapat dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang menyimpang dari yang diharapkan. Risiko ini biasanya timbul akibat adanya ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan di masa yang akan datang. Untuk mensiasati kemungkinan berbagai risiko yang timbul pada suatu perusahaan (Bank) dimasa yang akan datang, selanjutnya digunakan rasio-rasio risiko bank. Rasio bank pada dasarnya merupakan teknik untuk mengukur risiko yang terdapat pada bank, terutama yang berkaitan dengan kemungkinan timbulnya kerugian dalam bank yang bersangkutan dalam kegiatan usahanya.
1. Rasio Risiko Bank Rasio risiko bank yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya tingkat risiko pada bank yang bersangkutan yaitu credit risk ratio, asset risk ratio, dan deposit risk ratio.
xxxviii
Rasio risiko bank yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat risiko pada bank yang bersangkutan, yaitu Kasmir (2008:292). Credit risk ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan.. Rasio ini juga menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran/penarikan kreditnya yang outstanding untuk memenuhi permintaan kredit lainnya. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit macet, dan bank akan mengalami kesulitan financial, sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar.
Credit Risk Ratio
=
Bad Debts Total Loans
Menurut Kasmir (2008:294)
X 100 %
Risk asset ratio merupakan rasio untuk
mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rasio risiko asset digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemungkinan penurunan yang terjadi dalam total asset tersebut. Rasio yang tinggi memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.
Risk Asset Ratio
=
Equity Capital Total Asset - Cash Assets - Securities
X 100 %
Menurut Kasmir (2008:292) Deposit risk ratio merupakan indikator yang menggambarkan risiko atas kegagalan atau ketidak mampuan modal bank untuk
xxxix
membayar kembali simpanan yang ditanamkan oleh para deposannya. Rasio ini juga mengukur seberapa besar dana deposan yang harus dijamin pembayarannya oleh modal bank bersangkutan. Semakin besar deposit risk ratio akan memperlihatkan kemampuan permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin data deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil.
Deposit Risk Ratio
=
Equity Capital Total Deposit
X 100 %
G. Rasio Profitabilitas Menurut Muhammad dan Dwi Suwiknyo (2009:263) rasio profitabilitas Perbankan Syariah, adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Rasio profitabilitas merupakan alat yang paling sederhana, mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dalam menilai dan mengukur kinerja keuangan status perusahaan dan merupakan rasio kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas. Sebagaimana Moyer, McGuigan, dan Kretlow (2001:84), bahwa : “profitability ratios measure how effectively a firm’s management is generating profit on sales, total assets, and most importantly, stockholder’s invesment. There are profit margin ratio, and the return on stockholder’s equity ratio”. Rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efectivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
xl
1. Rasio Profitabilitas (ROE) Menurut Harahap (1998:310) Return on equity capital merupakan indikator untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan keuntungan bersih. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Jadi, informasi return on equity ratio yang mengidentifikasikan tingkat kemampuan perusahaan menggunakan modalnya yang memperoleh pendapatan bersih, akan di respon oleh investor, baik secara positif maupun negatif.
ROE
2.
=
Net Income
X 100 %
Equity Capital
Rasio Profitabilitas (ROA) ROA adalah ukuran ratio yang dinyatakan dalam persentase antara pendapatan bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Hasibuan (2005:100) ROA adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rara-rata volume usaha dalam periode yang sama. Semakin besar ROA, semakin besar pula keuntungannya yang dicapai oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Indikator variabel ini diukur dengan :
ROA =
Net Income
X 100 %
Total Asset
xli
H. Penelitian Terdahulu Penelitian profitabilitas dan rasio risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan oleh (Donny Akbar), dalam penelitian ini variabel bebas digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, rasio risiko kredit, sedangkan variabel terikatnya ROE, Hasil pengujian pada BMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Sedangkan Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis
regresi berganda bahwa variabel deposit risk dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Penelitian tentang pengaruh risiko liquiditas terhadap profitabilitas telah dilakukan oleh Riki Antariksa (2005) Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah LTA, LAD, dan FDR, sedangkan variabel terikatnya ROA dan ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan uji kausalitas granger hanya variabel LTA yang menyebabkan profitabilitas. Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran risiko dan profitabilitas bank Islam juga telah dilakukan oleh Andel Hameed M. Bashir (1999). Dalam penelitiannya ia membandingkan dua bank Islam di sudan yaitu Faisal Islamic Bank Sudan (FIBS) dan Tadamon Islamic Bank Sudan (TIBS). Penelitian ini menganalisis implikasi dari skala bank pada profitabilitas dan risiko pada tahun 1979-1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara konsisten, tingkat rate of return kedua bank menunjukkan sifat tidak stabil.
xlii
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang Perbandin gan
Penelitian Terdahulu (Abdel Hamed:1999)
Penelitian Terdahulu (Riki Antariksa: 2005)
Penelitian Terdahulu (Dony Akbar:2008)
Penelitian sekarang
Objek penelitian
FIBS dan TIBS
BMI
BMI, BSM
BMI, BSM, dan BSMI
Laporan Keuanga n Variabel Rasio Risiko dan Profitabilit as
1979-1993
2000 s.d 2004 2002 s.d 2007
2005 s.d 2008
Return on Asset, Return on Deposit, Return on Equity, RI index, Equity/Capi tal (K) Kausal
LTA, LDR, FDR , Return on Asset, Return on Equty,
asset risk ratio, deposit risk ratio, credit risk ratio, Return on Equity
asset risk ratio, deposit risk ratio, credit risk ratio, Return on Asset, Return on Equity
Kausal
Kausal
Kausal
Jenis Penelitian
Sumber: Data sekunder yang diolah
I. Kerangka Berpikir Dengan berjalannya waktu perbankankan syariah membuktikan mempunyai prospek dan potensi yang Sangat besar mengingat pangsa pasar di Indonesia adalah mayoritas Islam.
xliii
Kemudian peneliti juga ingin mengetahui apakah pandangan fiqih yang berbasis risiko dimana keuntungan diperbolehkan hanya dengan berusaha atau berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi juga diterapkan pada BMI, BSM dan BSMI. Dalam penelitian ini, untuk menghitung semua rasio keuangan tersebut akan dihitung dengan menggunkan sofware Microsoft Excel 2003 dengan memasukan rumus masing-masing, setelah itu data-data berformat Excel tersebut akan dikonversi ke E-Views 6 dan SPSS 17 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji Asumsi Klasik. Pengujian rasio risiko terhadap profitabilitas dengan ROE dan ROA sebagai alat penguji profitabilitas Bank Syariah dianalisa dengan Comparing Means. Sehingga dari hasil penghitungan tersebut akan diketahui rasio risiko dan profitabilitas ketiga bank syariah tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui apakah rasio risiko berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas BMI, BSM dan BSMI maka alat uji yang digunakan adalah dengan Regresi Berganda.
xliv
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Latar Belakang: Perkembangan Bank Syariah, Kesamaan System, Konsep Operasional & Risiko dan Profitabilitas ketiga Bank tersebut
Profitabilitas dan Rasio Risiko Bank Syariah
Bank Muamalat indonesia
Bank Mandiri Syariah
Rasio Profitabilitas
Rasio Risiko
Credit Risk
Deposit Risk
Bank Mega Syariah
Asset Risk
ROE
ROA
Uji Kualitas Data
Comparing Means
Uji Asumsi Klasik
Interpretasi & Analisa Hasil Uji Statistik
Uji Regresi
Interpretasi & Analisa Hasil Uji Statistik
xlv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Dalam hal ini ketiga bank tersebut adalah bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel Menurut Indriartono Supomo, (2002 : 130) Skripsi ini disusun dengan melakukan pemilihan sampel menggunakan metode non probabilitas (secara tidak acak). Metode yang diambil adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan mempergunakan pertimbangan tertentu (yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian atau skripsi). C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Library Research
xlvi
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, Koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. 2. Field Research Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan terutama yang berkaitan dengan objek penelitian. D. Metode Analisis dan Hipotesis Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan komprehensif berdasarkan data empiris. Suatu permasalah yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif, seorang analis akan berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian dengan satu atau beberapa metode lainnya, analisis akan memberikan rekomendasi berdasarkan data kuantitatif tersebut (Anderson, 1994). Langkah pertama untuk menilai rasio risiko bank adalah menghitung variable-variabel yang digunakan dalam risiko bank, dihitung dengan rumus masing-masing rasio.
xlvii
Langkah yang selanjutnya adalah memasukan rasio-rasio tersebut ke dalam Software Microsoft Excel XP kemudian di konfersi ke Software E-Views 6 dan SPSS versi 17 untuk selanjutnya dianalisa menggunakan uji statistik. Secara terperinci langkah dalam pengujian statistik yaitu :
1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas data,
uji multikolonieritas,
uji heteroskedastisitas,
dan uji
autokorelasi. a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-P Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112).
b. Uji Multikoloniearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas atau multiko.
xlviii
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbatas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF<10 dan nilai tolerance > 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolonieritas (Ghozali, 2005:92). Multikolonieritas juga terjadi jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas (Ghojali, 2005:92) c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model regresi yang baik adalah
tidak
terjadi
heterokedastisitas
(Ghozali,
2005:105).
Dasar
pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terindiksi bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105) d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
xlix
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokoralasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghojali, 2005:95). Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu obsevasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section) (Wing Wahyu, 2007:5.24). Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Dalam analisis runtut waktu, lebih besar kemungkinan terjadi autokorelasi positif,
karena
variabel
yang
dianalisis
biasanya
mengandung
kecenderungan meningkat(Wing Wahyu, :2007:5.25) Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson. Adapun panduan mengenai DW (Durbin watson). Bila nilai DW terletak diantara du < d < 4 – du maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif, atau jira nilai d mencapai sekitar 2 di mana du adalah batas atas dan dL adalah batas bawah. Menurut Durbin-Watson Statistik terdapat lima kondisi autokorelasi. 1) 0 < d < dL
: ada autokorelasi positif
l
2) dL < d < du
: ragu-ragu ada autokorelasinya (inconclusive)
3) du < d < 4-du
: tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif
4) 4-du < d < 4-dL : ragu-ragu ada autokorelasi negatif 5) 4-dL < d < 4
: ada autokorelasi negatif
2. Analisis Regresi Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Istilah regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi manusia. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi. Analiis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis regresi itu kesulitan dalam menunjukkan slope (tingkat perubahan statu
li
variabel terhadap variabel yang lanilla dapat ditentukan). Jadi, dengan analisis regresi, peramalan atau nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula (Iqbal Hasan, 1999 : 246). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yaitu merupakan persamaan matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel bebas (variabel respon/independen) dengan beberapa variabel bebas (predictor/dependen). (Wijaya, 2001 : 80) Persamaan garis regresi adalah suatu model persamaan garis yang menunjukkan kepekaan variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikatnya. Persamaan untuk regresi berganda di penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut :
Y1 = a + b1X1 + b 2X2 + b3X3 + €1 Y2 = a + b1X1 + b 2X2 + b3X3 + €1 Di mana : Y1
= Return On Equity (ROE)
Y2
= Return On Asset (ROA)
a
= Intersept
b 1-b3
= Koefisien Regresi
X1
= Asset Risk
X2
= Deposit Risk
X3
= Credit Risk
lii
€1
= Error term
E. Operasional Variabel Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensidimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Asset Risk Ratio Asset Risk Ratio merupakan ukuran yang menggambarkan risiko bank atas penurunan yang terjadi pada assetnya.
2. Deposit Risk Ratio Deposit Risk Ratio merupakan indikator yang menggambarkan risiko atas kegagalan atau ketidakmampuan modal bank untuk membayar kembali simpanan yang ditanamkan oleh para deposannya. 3. Credit Risk Ratio Credit Risk Ratio merupakan ukuran yang menunjukan risiko bank atas kredit yang tidak dapat dibayar kembali oleh para debiturnya. Rasio ini juga menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi liquiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran/penarikan kreditnya yang outstanding untuk memenuhi permintaan kredit lainnya.
liii
4. Return On Equity (ROE) ROE atau tingkat pengembalian modal berfungsi untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis atas modal (ekuitas) yang disetorkan untuk bisnis untuk bisnis tersebut atau rasio yang mengukur seberapa laba bersih yang dihasilkan atas seluruh modal yang digunakan. 5. Return On Asset (ROA) ROA adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan atau rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dihasilkan atau seluruh asset yang ditanamkan perusahaan. ROA dihitung dengan rumus laba bersih dibagi total asset. Dimana laba bersih dan total asset dihitung setelah pajak.
liv
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Bank Syariah Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga cukup menggembirakan. Perbankan syariah memasuki sepuluh tahun terakhir, pasca-perubahan UU Perbankan yang ditandai dengan terbitnya UU No. 10/1998, mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat. Perkembangan yang pesat itu terutama tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun pendiriaan Unit Usaha Syariah (UUS). Sampai dengan akhir 2007 sudah terdapat tiga bank umum syariah (BUS), UUS mencapai 26 bank, dan BPR Syariah menjadi 114 (BI, 2007: 1-2). Sedangkan selama tahun 2008 jumlah bank syariah mengalami penambahan 2 BUS yaitu Bank Syariah BRI dan Bank Syariah Bukopin. Selain itu juga dibuka 2 UUS yaitu Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan BPD Jawa Tengah. Selain itu tahun 2008 juga bertambah 17 BPRS, sehingga pada akhir 2008 terdapat 5 BUS, 27 UUS dan 131 BPR Syariah (LPPS BI, 2008: viii).
Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2009 telah hadir bank umum syariah baru, yaitu Bank Panin Syariah. Ditambah dua Unit Usaha Syariah, yaitu OCBC NISP dan Bank Sinar Mas Syariah. Dengan demikian, Bank Umum Syariah menjadi enam bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah. Selain itu, tumbuh pula 7 BPR Syariah baru. (Data BI oktober 2009)
lv
Dari sisi institusional ini penyebaran jaringan kantor perbankan syariah pun mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami penambahan sebanyak 148 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah memiliki sekitar 3012 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum Syariah, 25 kantor UUS (Unit Usaha Syariah), 1101 Kantor Cabang, 1742 office channeling (layanan bank syariah di bank konvensional) dan 138 BPRS (Data BI oktober 2009). Tabel 4.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Kelompok Bank Bank Umum Syariah
2005
2006
2007
2008
2009
3
3
3
5
6
304
349
401
581
688
19
20
26
27
25
154
183
196
241
275
- Jumlah Bank
92
105
114
131
138
- Jumlah Kantor
92
105
185
202
223
Total Kantor
550
637
782
1.024
1.186
- Jumlah Bank - Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah - Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS - Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), October 2009
Pada tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.45,2 triliun, hanya tumbuh 18,16 persen. Angka ini lebih
lvi
rendah dibanding pertumbuhan tahun 2008 yang lalu, 42.9 persen. Hal ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional Sementara itu pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan syariah 26,5 % (yoy), yaitu 46,5 Triliun. FDR (Financing to Deposit Rasio sebesar 97.5 persen. Selama tahun 2009, ROA perbankan syariah mencapai 1,2 % dan ROE mencapai 30%. Berdasarkan fakta-fakta tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan syariah masih tumbuh secara normal Dengan kinerja pertumbuhan industri yang tetap fantantis tersebut boleh membuat para pegiat tersenyum, namun harus diingat bank-bank syariah harus ditetap dikawal, dan didesak untuk senantiasa istiqamah dalam penerapan manajemen resiko, syariah compliance dan menerapkan Good Syariah Governance.
2. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada mulai Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan bebarapa pengusaha muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp. 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp. 106 miliar.
lvii
Dengan Visi “ Menjadi Bank Syariah Utama di Indonesia, dominant dipasar spiritual, dikagumi di pasar rasional”, dan Misi “Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan menajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi Stakeholder”. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bnak Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalnnya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapisecara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
lviii
Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strtegi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa saulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan mneggakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tongkat-tongkat usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
3. Bank Syariah Mandiri Sejarah lahirnya BSM berbeda dengan BMI, dimana BSM berdiri setelah krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
lix
politik nasional telah membawa dampak pesat dalm perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang no. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi BSM. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah dengan membuka cabang khusus syariah. Pembentukan BSM di Indonesia mempunyai kenangan tersendiri bagi perusahaan tersebut, diawali PT. Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi yang berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversimenjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) akhirnya diambil alih PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan
rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank
syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk
lx
membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentu nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakionah, kemudian diubah lagi menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/99 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bankti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEWP.DGS/1999 tanggal 25 oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mendiri.
4. Bank Syariah Mega Indonesia PT Bank Syariah Mega Indonesia (Bank) berkedudukan di Jakarta, Indonesia, awalnya didirikan dengan nama PT Bank Umum Tugu berdasarkan Akta Pendirian No.102 tanggal 14 Juli 1990 yang dibuat di hadapan Mudofir Hadi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik
Indonesia
dalam
Surat
Keputusan
No.C2
-
4405.HT.01.01.Th.90 tanggal 30 Juli 1990 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.78 tanggal 28 September 1990, Tambahan No.3638/1990. Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, S.H., No.66 tanggal 19 Mei 2004 mengenai perubahan modal dasar dan modal ditempatkan dan disetor penuh. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
lxi
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C- 13318.HT.01.04.TH.2004 tanggal 27 Mei 2004 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 74 tanggal 14 September 2004, Tambahan No. 9133/2004. Bank memperoleh izin usaha untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1046/KMK.013/1990 tanggal 5 September 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 tanggal 27 Juli 2004, Bank memperoleh izin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dan izin perubahan nama berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 6/11/KEP.DpG/2004 tanggal 27 Juli 2004. Bank mulai beroperasi sebagai bank umum syariah pada tanggal 25 Agustus 2004 dan berdasarkan
Surat Keputusan Deputi Gubernur
Bank
Indonesia
No.
10/12/KEP.DpG/2008 tanggal 16 Oktober 2008, Bank telah memperoleh izin beroperasi sebagai Bank Devisa sejak tanggal 16 Oktober 2008. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Bank yang terakhir, maksud dan tujuan Bank adalah menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kantor pusat Bank berlokasi di Menara Bank Mega Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12-14A, Jakarta dengan 193 (seratus sembilan puluh tiga) kantor cabang yang tersebar di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Kediri, Medan, Palembang, Jambi, Lampung, Padang, Pontianak dan Makasar.
lxii
B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif a. Return On Asset (ROA) Gambar 4.1 Perbandingan ROA pada BMI, BSM dan BSMI 6.00% 5.00% 4.00% BSMI 3.00%
BSM
2.00%
BMI
1.00% 0.00% 2005
2006
2007
2008
Rata-Rata
BSMI
0.69 %
3.98 %
5.36 %
2.14 %
3.04 %
BSM
1. 83 %
1.10 %
1.53 %
1.91 %
1.78 %
BMI
2. 53 %
2. 64 % 2. 90 %
2.62 %
2.67 %
Sumber : Laporan Tahunan Masing-masing Bank Pada gambar 4.1 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata (mean) Return On Asset sebesar 3,04 % lebih besar jika dibandingkan mean
lxiii
BMI dan BSM yaitu 2,67 % (BMI) dan 1,78 % (BSM). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 ROA BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar semakin baik kinerja suatu bank karena semakin besar semakin besar juga profitabilitas dari pengelolaan modal yang dimiliki. Begitu juga jika mengacu pada ketentuan BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 yang menetapkan ROA berkisar antara 0,5 % s.d 1,25 %, maka ROA ketiga bank umum syariah dalam kategori bank yang berkinerja baik/sehat karena nilai ROA ketiga bank melebihi dari ketentuan BI.
b. Return On Equity (ROE) Gambar 4.2 Perbandingan ROE pada BMI, BSM dan BSMI
60.00% 50.00% 40.00% BSMI 30.00%
BSM
20.00%
BMI
10.00% 0.00% 2005
2006
2007
2008
Rata-rata
BSMI
4.87%
44.78 %
57.99 %
22.45 %
32.52 %
BSM
14.56 %
10.23 %
16.05 %
21.30 %
15.54 %
BMI
18.10 %
21.56 %
28.38 %
33.21 %
25.31 %
Sumber : Laporan Tahunan Masing-masing Bank
lxiv
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata (mean) Return On Equity sebesar 32,52 % lebih besar jika dibandingkan dengan BMI dan BSM. Semakin tinggi ROE semakin bagus karena perolehan laba yang dihasilkan pada bank tersebut semakin besar. Begitu juga halnya jika mengacu pada ketentuan BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 yang menetapkan ROE berkisar antara 5% s.d 12,5 ROE ketiga bank umum Syariah dalam kategori bank yang berkinerja baik/sehat karena nilainya diatas ketentuan BI.
c. Asset Risk Ratio Gambar 4.3 Perbandingan Asset Risk Ratio pada BMI, BSM dan BSMI 20% 15% BSMI 10%
BSM BMI
5% 0% 2005
2006
2007
2008
Rata-rata
BSMI
15,84 %
7.14 %
9.55 %
13.99 %
11.35%
BSM
8.32 %
8.23%
7.62%
6.93%
7.77 %
BMI
10.43%
10.70%
9.35%
7.39%
9.47%
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata (mean) asset risk ratio sebesar 11,35 % lebih besar jika dibandingkan dengan BMI (9.47%) dan BSM (7.77%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 asset risk ratio BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar asset risk ratio semakin baik, karena semakin besar asset risk
lxv
ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.
d. Deposit Risk Ratio Gambar 4.4 Perbandingan Deposit Risk Ratio pada BMI, BSM dan BSMI 25.00% 20.00% 15.00%
BSMI BSM
10.00%
BMI 5.00% 0.00% 2005
2006
2007
2008
Rata-Rata
BSMI
21.71%
9.51%
12.98%
19.23%
15.86%
BSM
18.41%
18.60%
18.18%
14.70%
17.63%
BMI
21.02%
23.14
21.24%
17.23%
20.66%
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BMI mempunyai rata-rata (mean) deposit risk ratio sebesar 20.66% lebih besar jika dibandingkan dengan BSMI (15.86%) dan BSM (17.63%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 deposit risk ratio BMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BSMI dan BSM, semakin besar deposit risk ratio semakin baik, karena semakin besar deposit risk ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank
lxvi
yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpannanya menjadi lebih kecil.
e. Credit Risk Ratio Gambar 4.5 Perbandingan Credit Risk Rasio pada BMI, BSM dan BSMI 4.00% 3.50% 3.00% 2.50%
BSMI
2.00%
BSM
1.50% BMI 1.00% 0.50% 0.00% 2005
2006
2007
2008
Rata-Rata
BSMI
1.29 %
0.40 %
2.89%
0.08%
1.17%
BSM
0.51%
0.44%
0.34%
0.115%
0.35%
BMI
1.39%
2.44%
2.41%
4.29%
2.63%
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSM mempunyai rata-rata (mean) credit risk ratio sebesar 0.35 % lebih kecil jika dibandingkan dengan BMI (2.63%) dan BSMI (1.17%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 credit risk ratio BSM mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan BMI dan
lxvii
BSMI, semakin rendah semakin baik, karena semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit macet, dan bank akan mengalami kesuliatn finansial, sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar.
Dalam perbandingan rasio risiko dan rasio profitabilitas secara deskriptif maka penelitian ini dapat melihat risiko dan profitabilitas yaitu, BSMI adalah menjadi Bank umum syariah paling baik profitabilitas dan pengelolaan risikonya karena dilihat dari 2 rasio profitabilitas dan 1 rasio risiko. Nilai BSMI relatif lebih baik dibandingkan dengan dua bank umum syariah lainnya yaitu BMI dan BSM, BMI lebih baik rasio deposit risk dibandingkan BSM dan BSMI, sedangkan BSM lebih baik rasio credit risk dibandingkan BMI dan BSMI . Akan tetapi dalam penelitian ini juga bisa dikatakan bahwa BSMI boleh lebih unggul karena BSMI adalah bank yang baru muncul atau baru berdiri dibandingkan oleh kedua bank syariah yang lain, dalam pengujian secara deskriftif BSMI boleh lebih unggul karena perputaran keuangan dalam BSMI belum terlalu signifikan karena dilihat dari jumlah nasabah dan masih banyak yang belum mengetahui tingkat kinerja BSMI. Jadi dalam penelitian ini tingkat kinerja yang stabil. Sedangkan yang menjadi bank dalam kategori paling baik kinerjanya yaitu BMI dan BSM, dan mungkin dalam beberapa tahun kedepan BSMI bisa menjadi bank yang dapat diperhitungkan karena laju dari tingkat kinerjanya sangat bagus. Secara garis besar ketiga bank umum syariah tersebut merupakan bank-bank yang dilihat dalam masa pertumbuhannya merupakan bank dalam kualitas baik sehat.
lxviii
2.
Pengujian Hipotesis a. Uji Asumsi Klasik BMI 1). Hasil Uji Multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Uji Kolinieritas ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK DEPOSITRISK 1.000000 0.954164 0.954164 1.000000 -0.109372 -0.038247 -0.046027 -0.067804 -0.379800 -0.394698
CREDITRISK -0.109372 -0.038247 1.000000 -0.100450 -0.002663
ROA -0.046027 -0.067804 -0.100450 1.000000 0.589474
ROE -0.379800 -0.394698 -0.002663 0.589474 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.2 Dapat dilihat bahwa terdapat kolinieritas yang kuat antara variabel independent, yaitu variabel asset risk dan variabel deposit risk. Oleh karena itu penulis menghilangkan satu variabel independen yaitu variabel asset risk agar model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
lxix
2). Hasil Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7 Gambar 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
lxx
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini Gambar 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
lxxi
3). Hasil Uji Autokorelasi Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada tabel 4.3 sebesar 0.635375 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson 2<0.635375<2, memenuhi syarat -2
4). Hasil Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9.
lxxii
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas ROE BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
lxxiii
Gambar 4.9 Hasil Uji Normalitas ROA BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
lxxiv
b. Analisis Regresi BMI Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi BMI Dengan Variabel Dependen ROE Dependent Variable: ROE Method: Least Squares Date: 02/24/10 Time: 14:09 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEPOSITRISK CREDITRISK
0.317240 -0.858262 -0.046869
0.063362 0.297484 0.361151
5.006826 -2.885071 -0.129776
0.0000 0.0060 0.8973
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.156103
Mean dependent var
0.138764
0.118596 0.073444
S.D. dependent var Akaike info criterion
0.078229 -2.324125
0.242731 58.77899 4.162006 0.021954
Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.207175 -2.279929 0.635375
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagaimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut: ROE = 0.317240 - 0.858262*DEPOSITRISK - 0.046869*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.3 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0060 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008).
lxxv
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,8973 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Semakin sedikit dana yang dipakai untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas BMI akan turun sebesar 0,858262%. Jika nilai rasio credit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BMI akan naik sebesar 0.046869%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,156. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 15,6 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -2,324125, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk BMI meningkat maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas pada BMI. Hal ini menunjukkan bahwa BMI memperlihatkan kemampuan permodalan yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. namun sedikit
lxxvi
dana yang dipakai untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas semakin menurun.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi BMI Dengan Variabel Dependen ROA Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 02/24/10 Time: 14:07 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEPOSITRISK CREDITRISK
0.117385 -0.138476 -0.241786
0.060854 0.285712 0.346860
1.928959 -0.484672 -0.697072
0.0601 0.6303 0.4893
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.015231
Mean dependent var
0.082677
-0.028537
S.D. dependent var
0.069552
0.070538
Akaike info criterion
-2.404878
0.223900 60.71708 0.347995 0.707985
Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.287928 -2.360683 0.707401
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut: ROA = 0.117385 - 0.138476*DEPOSITRISK - 0.241786*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.4 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa:
lxxvii
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,6303 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). 2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,4893 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,0152. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko BMI secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat hanya 1,52 %. Hal ini menunjukkan bahwa kedua rasio risiko sangat kecil dalam mempengaruhi ROA BMI. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -2,404878, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk BMI menurun maka risiko perusahaan akan naik, yang pada akhirnya dapat mendorong kenaikkan profitabilitas pada BMI. jika rasio credit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas pada BMI karena menggambarkan kemampuan BMI dalam memenuhi likuiditasnya.
c. Uji Asumsi Klasik BSM 1). Hasil Uji Multikolinearitas.
lxxviii
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Kolinieritas ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.770228 0.798275 0.232998 -0.089960
DEPOSITRISK 0.770228 1.000000 0.699809 0.311210 -0.233154
CREDITRISK 0.798275 0.699809 1.000000 0.058753 -0.418638
ROA 0.232998 0.311210 0.058753 1.000000 0.442339
ROE -0.089960 -0.233154 -0.418638 0.442339 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.5 Dapat dilihat bahwa tidak terdapat kolinieritas yang kuat antara variabel independent. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas.
2) Hasil Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11
lxxix
Gambar 4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BSM
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini
Gambar 4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BSM
lxxx
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi
lxxxi
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada tabel 4.6 sebesar 0.938974 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson 2<0.938974<2, memenuhi syarat -2
4). Hasil Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13
Gambar 4.12 Hasil Uji Normalitas ROE BSM
lxxxii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.13 Hasil Uji Normalitas ROE BSM
lxxxiii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
lxxxiv
d. Analisis Regresi BSM Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi BSM Dengan Variabel Dependen ROE Dependent Variable: ROE Method: Least Squares Date: 02/26/10 Time: 22:21 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK
-0.189332 5.755923 -0.476257 -26.53762
0.097352 1.662549 0.433200 6.026385
-1.944819 3.462108 -1.099392 -4.403572
0.0582 0.0012 0.2776 0.0001
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.357338 0.313520 0.038704 0.065913 90.06589 8.155086 0.000199
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.081369 0.046714 -3.586079 -3.430146 -3.527151 0.938974
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROE = -0.189332+5.755923*ASSETRISK - 0.476257*DEPOSITRISK 26.53762*CREDITRISK Berdasarkan table 4.6 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa: 1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0012 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk berpengaruh signifikan terhadap
lxxxv
profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008).
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2776 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008).
3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0001 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio asset risk naik sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil. Dengan demikian profitabilitas BSM akan turun sebesar 5,755923%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BSM akan naik sebesar 0,0476257%. Jika nilai rasio credit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, karena menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya. profitabilitas BSM akan naik sebesar 26,53762%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,357. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,7 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
lxxxvi
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3,430146, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa rasio asset risk BSM meningkat maka risiko perusahaan akan menurun, hal ini memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya. jika rasio credit risk menurun, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menaikkan profitabilitas pada BSM karena menggambarkan kemampuan BSM dalam memenuhi likuiditasnya.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi BSM Dengan Variabel Dependen ROA Dependent Variable: ROA
lxxxvii
Method: Least Squares Date: 02/26/10 Time: 22:32 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEPOSITRISK CREDITRISK
-0.082421 0.961631 -7.438723
0.051715 0.350274 4.601729
-1.593752 2.745367 -1.616506
0.1180 0.0087 0.1130
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.146418 0.108481 0.035942 0.058133 93.08043 3.859510 0.028380
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.060158 0.038066 -3.753351 -3.636401 -3.709156 1.673479
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROA = -0.082421+0.961631*DEPOSITRISK -7.438723*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.7 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0087 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). 2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,1130 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka risiko
perusahaan
semakin
rendah,
karena
lxxxviii
memperlihatkan
kemampuan
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Semakin sedikit dana yang dipakai untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas BSM akan turun sebesar 0,961631%. Jika nilai rasio credit risk meningkat sebesar 1% maka resiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BSM akan naik sebesar 7,438723%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,146. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 14,6 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3.753351, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk meningkat maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas pada BSM. Hal ini menunjukkan bahwa BSM memperlihatkan kemampuan permodalan yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. namun sedikit dana yang dipakai untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas semakin menurun. Selain itu, jika rasio credit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas pada BSM. e. Uji Asumsi Klasik BSMI 1) Hasil Uji Multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
lxxxix
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.8 Tabel 4.8 Hasil Uji Kolinieritas ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.968349 0.615591 -0.210600 -0.287996
DEPOSITRISK 0.968349 1.000000 0.531983 -0.170554 -0.259235
CREDITRISK 0.615591 0.531983 1.000000 -0.577760 -0.527437
ROA -0.210600 -0.170554 -0.577760 1.000000 0.845085
ROE -0.287996 -0.259235 -0.527437 0.845085 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.8 Dapat dilihat bahwa terdapat kolinieritas antara variabel independent, yaitu variabel asset risk dan variabel deposit risk. Oleh karena itu penulis menghilangkan satu variabel independen yaitu variabel asset risk agar model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
2). Hasil Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15
xc
Gambar 4.14 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BSMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
Gambar 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BSMI
xci
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi
xcii
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada tabel 4.9 sebesar 1.312658 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson 2<1.312658<2, memenuhi syarat -2
4). Hasil Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.16 dan 4.17
Gambar 4.16 Hasil Uji Normalitas ROE BSMI
xciii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.17 Hasil Uji Normalitas ROA BSMI
xciv
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
xcv
f. Analisis Regresi BSMI
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi BSMI Dengan Variabel Dependen ROE Dependent Variable: ROE Method: Least Squares Date: 02/28/10 Time: 11:21 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEPOSITRISK CREDITRISK
0.225218 0.072463 -15.64685
0.053004 0.363769 4.305852
4.249074 0.199201 -3.633857
0.0001 0.8430 0.0007
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.278826 0.246774 0.128352 0.741346 31.98269 8.699119 0.000640
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.159367 0.147891 -1.207612 -1.090662 -1.163416 1.312658
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROE = 0.225218 + 0.072463*DEPOSITRISK – 15.64685*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.9 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,8430 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE).
xcvi
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0007 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio credit risk menurun sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin kecil, karena menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya, dengan demikian profitabilitas BSMI akan meningkat sebesar 15,64685%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BSMI akan naik sebesar 0.072463%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.278. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 27,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -1.207612, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakinkecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa rasio credit risk BSMI menurun maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menaikkan profitabilitas pada BSMI. Hal ini menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya. Selain itu, jika rasio deposit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas pada BSMI.
xcvii
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi BSMI Dengan Variabel Dependen ROA Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 02/28/10 Time: 11:17 Sample: 2005M01 2008M12 Included observations: 48 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DEPOSITRISK CREDITRISK
0.045343 0.078324 -3.300497
0.008425 0.057818 0.684380
5.382283 1.354654 -4.822606
0.0000 0.1823 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.359909 0.331461 0.020401 0.018728 120.2651 12.65127 0.000044
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.041434 0.024951 -4.886045 -4.769094 -4.841849 0.730462
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROA = 0.045343 + 0.0783224*DEPOSITRISK – 3.300497*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.10 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,1823 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). 2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0000 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA).
xcviii
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio credit risk turun sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin kecil, karena menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya. dengan demikian profitabilitas BSMI akan naik sebesar 3.300497%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BSMI akan naik sebesar 0.078324%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.359. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersamasama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -4.886045, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio credit risk menurun maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas pada BSMI. Selain itu, jika rasio deposit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas pada BSMI.
g. Uji Asumsi Klasik BANK UMUM SYARIAH Secara Keseluruhan 1) Hasil Uji Multikolinearitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
xcix
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.11 Tabel 4.11 Hasil Uji Kolinieritas ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.678472 0.017656 -0.133165 -0.163694
DEPOSITRISK 0.678472 1.000000 0.199864 0.107156 -0.313088
CREDITRISK 0.017656 0.199864 1.000000 -0.020637 0.007699
ROA -0.133165 0.107156 -0.020637 1.000000 0.469930
ROE -0.163694 -0.313088 0.007699 0.469930 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.11 Dapat dilihat bahwa tidak terdapat kolinieritas yang kuat antara variabel independent. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas.
2). Hasil Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19
Gambar 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BANK UMUM SYARIAH
c
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini. Gambar 4.19 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BANK UMUM SYARIAH
ci
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada tabel 4.12 sebesar 0.607877 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
cii
2<0.607877<2, memenuhi syarat -2
4). Hasil Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.16 dan 4.17
Gambar 4.20 Hasil Uji Normalitas ROA BANK UMUM SYARIAH
ciii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.21
civ
Hasil Uji Normalitas ROE BANK UMUM SYARIAH Sumber : sekunder di olah
Data yang
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data
di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
h. Analisis Regresi BANK UMUM SYARIAH
Tabel 4.12
cv
Hasil Analisis Regresi Bank Umum Syariah Dengan Variabel Dependen ROE Dependent Variable: ROE Method: Least Squares Date: 03/06/10 Time: 09:26 Sample: 1900M01 1911M12 Included observations: 144 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK
0.261690 0.405754 -0.973689 0.488846
0.035544 0.408860 0.270332 0.465701
7.362411 0.992402 -3.601824 1.049699
0.0000 0.3227 0.0004 0.2957
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.109433 0.090349 0.106968 1.601901 119.5737 5.734381 0.000992
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.133823 0.112154 -1.605190 -1.522695 -1.571668 0.607877
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROE = 0.261690 + 0.405754*ASSETRISK*-0.973689DEPOSITRISK +0.488846*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.12 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,3227 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE).
cvi
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0004 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). 3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2957 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROE). Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka risiko
perusahaan
semakin
rendah,
karena
memperlihatkan
kemampuan
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin menurun, profitabilitas Bank Umum Syariah akan naik sebesar 0,973689% Pengujian ini juga menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,109 hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 10,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -1,605190, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakinkecil nilai AIC, semakin baik modelnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila jika rasio asset risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong kenaikkan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Jika rasio credit risk meningkat maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya mendorong kenaikan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selain itu, jika rasio
cvii
deposit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat mendorong penurunan profitabilitas pada Bank Umum Syariah.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Bank Umum Syariah Dengan Variabel Dependen ROA Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 03/06/10 Time: 09:20 Sample: 2005:01 2008:12 Included observations: 144 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK
0.047803 -0.471906 0.303165 -0.166227
0.011307 0.130068 0.085999 0.148150
4.227630 -3.628155 3.525230 -1.122022
0.0000 0.0004 0.0006 0.2638
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.098123 0.078797 0.034029 0.162115 284.4996 5.077294 0.002287
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.055114 0.035454 -3.895828 -3.813333 -3.862306 1.065933
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap profitabilitas sebagimana table diatas dapat ditulis sebagai berikut : ROA = 0.047803 -0.471906*ASSETRISK+0.303165DEPOSITRISK – 0.166227*CREDITRISK Berdasarkan tabel 4.13 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa : 1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0004 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA).
cviii
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0006 lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). 3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2638 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas(ROA). Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio asset risk naik sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.l. Dengan demikian profitabilitas Bank Umum Syariah akan turun sebesar 0,471906%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, karena memperlihatkan kemampuan permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil, maka profitabilitas Bank Umum Syariah akan menurun sebesar 0,303165%. Selanjutnya jika nilai rasio credit risk naik sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, Dengan demikian akan mendorong profitabilitas Bank Umum Syariah sebesar 0,166227%. Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,098. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersamasama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 9,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3,895828, menurut Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
cix
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio asset risk meningkat maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selain itu, jika rasio deposit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat mendorong penurunan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selanjutnya jika rasio credit risk meningkat maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat menaikkan profitabilitas pada Bank Umum Syariah.
i. Interpretasi Hasil analisis pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas tiga Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia menunjukkan angka signifikan yang berpariasi sesuai dengan karakteristik dan kinerja keuangan masing-masing bank. Ini ditunjukan oleh perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen ketiga bank. Hasil penelitian pada Bank Muamalat Indonesia menunjukkan variabel deposit risk signifikan mempengaruhi ROE. Penelitian ini konsisten dengan penelitiannya Donny Akbar (2008). Hal ini menunjukkan bahwa
cx
Bank Muamalat Indonesia memperlihatkan kemampuan permodalan yang semakin besar dalam menjamin dana deposannya. Selanjutnya hasil penelitian di Bank Mandiri Syariah menunjukkan variabel asset risk dan credit risk signifikan mempengaruhi
ROE.
Penelitian
ini
berbeda
dengan
Penelitian
Donny
Akbar(2008). Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri Syariah memperlihatkan kemampuan bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya serta menggambarkan kemampuan BSM dalam memenuhi likuiditasnya. Selain itu hasil penelitian di Bank Mandiri Syariah menunjukkan deposit risk signifikan mempengaruhi ROA. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri Syariah tingkat pengembalian assetnya lebih banyak dipengaruhi oleh deposi risk. Sedangkan hasil penelitian di Bank Syariah Mega Indonesia menunjukkan variabel credit risk signifikan mempengaruhi ROE dan ROA. Hal ini menggambarkan kemampuan Bank Syariah Mega Indonesia dalam memenuhi likuiditasnya.
cxi
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil pengujian data secara deskriptif dan satistik, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada rasio profitabilitas (ROA) BSMI mempunyai rata-rata (mean) Return On Asset sebesar 3,04 % lebih besar jika dibandingkan mean BMI dan BSM yaitu 2,67 % (BMI) dan 1,78 % (BSM). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 ROA BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar semakin baik kinerja suatu bank karena semakin besar semakin besar juga profitabilitas dari pengelolaan modal yang dimiliki.
BSMI
rata-rata (mean) Return On Equity sebesar 32,52 %
mempunyai
lebih besar jika
dibandingkan dengan BMI dan BSM. Semakin tinggi ROE semakin baik karena perolehan laba yang dihasilkan pada bank tersebut semakin besar.
BSMI mempunyai rata-rata (mean) asset risk ratio sebesar 11,35 % lebih besar jika dibandingkan dengan BMI (9,47%) dan BSM (7,77%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 asset risk ratio BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar asset risk ratio semakin baik, karena semakin besar asset risk ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.
BMI mempunyai rata-rata (mean) deposit risk ratio sebesar 20,66% lebih besar jika dibandingkan dengan BSMI (15,86%) dan BSM (17,63%).
cxii
Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 deposit risk ratio BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BSMI dan BSM, semakin besar deposit risk ratio semakin baik, karena semakin besar deposit risk ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpannanya menjadi lebih kecil.
BSM mempunyai rata-rata (mean) credit risk ratio sebesar 0,35 % lebih kecil jika dibandingkan dengan BMI (2,63%) dan BSMI (1,17%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 credit risk ratio BSMI mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin rendah semakin baik, karena semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit macet, dan bank akan mengalami kesuliatn finansial, sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar.
2. Hasil pengujian pada BMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,098. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio
risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 9,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dony Akbar(2008). Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit Risk berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,146. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersamasama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar
cxiii
14,6 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil uji selanjutnya Variabel asset risk dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,357. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio
risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,7 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil penelitian ini berbeda dengan penilitian Dony Akbar (2008). Hasil pengujian pada BSMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,359. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersamasama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil uji selanjutnya Variabel credit
risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,278. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio
risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 27,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil pengujian pada Bank Umum Syariah secara keseluruhan dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel asset risk dan deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pengujian ini juga menunjukkan nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,098. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 9,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
cxiv
Hasil uji selanjutnya Variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,109. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersamasama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 10,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
B. Implikasi Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlunya terus untuk menggalangkan upaya-upaya yang dapat mendorong kearah peningkatan pencapaian laba perusahaan. Untuk maksud tertentu, tentunya diperlukan berbagai kebijakan dan program perusahaan yang dapat
cxv
merangsang keinginan investor untuk memiliki dan membeli saham-saham perusahaan. 2. Perlunya perusahaan untuk terus memperhatikan rasio-rasio risiko. Bagaimanapun rasio-rasio tersebut menunjukkan kinerja perusahaan, didalamnya mencerminkan tinggi atau rendahnya risiko perusahaan, dan menekan rasio-rasio yang dapat mendorong menurunkan risiko perusahaan. Oleh karena itu, rasio-rasio tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas. 3. Perlunya perusahaan memperhatikan profitabilitasnya, sebagian besar dana modal bank syariah merupakan dana pihak ketiga. Hal ini berpengaruh pada kepercayaan investor untuk berinvestasi di bank syariah.
cxvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hamid, ”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Juni, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Agustianto, ”Evaluasi Perbankan Syariah 2009”, artikel diakses tanggal 29 januari 2010, dari http://www.seminstitute.co.id/2010/evalusi-perbankan-syariah2009.html Akbar Donny, ”Analisis Profitabilitas dan Rasio Risiko BMI dan BSM” Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008 Al-Qardhawi, Yusuf, ”Banga Bank Haram”, Edisi Terjemah, Akbar Media Eka Sarana, Jakarta, 2001 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah, ”Bank Syariah Dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Press, Jakarta, 2001 Arifin Zainul, ”Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek”, Alvabet, Jakarta, 1999 -------- ”Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Alvabet, Jakarta, 2006 Ascarya, ”Akad dan Produk Bank Syariah”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008 Atmaja, Lukas Setia, ”Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”, ANDI, Yogyakarta, 2008 Bank Indonesia, ”Statistik Perbankan Syariah”, www.bi.go.id, diakses tanggal 29 Januari 2010. Bank Indonesia, ”Undang-undang RI No 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah”, www.bi.go.id, diakses tanggal 12 November 2009. Chapra, M. Umer, 2000. ”Sistem Moneter Islam”, Gema Insani Press& Tazkia Cendekia, Jakarta, 2000. Departemen Agama RI, ”Al-Qur’an dan terjemahannya”, PT. Syamil Cipta Media, Jakarta, 2005 Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP Undip:Semarang
cxvii
Gifari, Muhammad Iqbal, ”Tidak ada rush di perbankan Syariah” di akses 12 November 2009, http://www.inilah.com/berita/wawancara/2008/11/19/62447/tidak-ada-rush-diperbankan-syariah/ Hamdan, Umar, ”Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”, 2005 Harahap, sofyan Safitri, ”Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998 Hasibuan, Malayu S.P, ”Dasar-dasar Perbankan”, Cetakan ke empat, bumi Aksara, Jakarta, 2005 Idroes, Ferry N, ”Manajemen Risiko Perbankan”, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta, 2008 Karim Adiwarman, ”Perbankan Syariah Masa Depan”, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003 Kashmir, ”Bank dan Lembaga Keuangan”, edisi revisi 2008, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008 Lewis, Mervin K. & Algoud, Latifa M, ”Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik dan prospek”, Edisi Terjemah, Serambi, Jakarta, 2007 Muhammad, Dwi Suwiknyo,”Akuntansi Perbankan Syariah”, TrustMedia, Yogyakarta, 2009 Muhammad, ”Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah”, Edisi Revisi UII Press, Yogyakarta, 2004 Nur Indriantoro, Bambang Supomo, ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002. Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center for Social and Economics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006 Rodoni, Ahmad, dan Hamid, Abdul, “Lembaga Keuangan Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2008 Rose, Peter S, ”Commercial Bank Management” Mc Graw Hill Higher Education, Nort America,2002
cxviii
Setiawan, Aziz Budi, “Kesehatan Financial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jakarta, 2009 Soemitra, Andri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana, Jakarta, 2009 Sudarsono, Heri, ”Bank dan Lembaga Keungan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi”, Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004 Weston, J.F dan Brigham, E.F.1983, “Manajemen Keuangan (managerial finance)” Jilid 1. alih Bahasa Robinson Tarigan, Erlangga, Surabaya Wijaya Alfi, “Perbankan Syariah 2008: Evaluasi, Trend, dan Proyeksi”, Research KARIM Business Consulting, 2008 Winarto, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan E-Views”, STIM YKPN, Yogyakarta, 2007 Yuliani, ”Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas pada sektor Perbankan yang Go publik di Bursa Efek Jakarta”, 2007
cxix
LAMPIRAN 1
RASIO BANK MUAMALAT INDONESIA
TGL Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 May-05 Jun-05 Jul-05 Aug-05 Sep-05 Oct-05 Nov-05 Dec-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08
DEPOSIT RISK 0.1504 0.1541 0.1516 0.1282 0.2554 0.2484 0.2486 0.2448 0.2409 0.2387 0.2391 0.2222 0.2391 0.2636 0.2560 0.2543 0.2247 0.2270 0.2153 0.2269 0.2168 0.2173 0.2203 0.2153 0.2204 0.1910 0.1919 0.1928 0.1937 0.1729 0.1665 0.1505 0.1369 0.1217 0.1068 0.0920 0.1847 0.1820 0.1674 0.1741 0.1769 0.1823 0.1657 0.1644
ASSET RISK 0.0767 0.0775 0.0749 0.0690 0.1235 0.1217 0.1216 0.1197 0.1181 0.1192 0.1189 0.1110 0.1158 0.1221 0.1181 0.1163 0.1036 0.1030 0.0955 0.1040 0.1020 0.1029 0.1046 0.0955 0.0933 0.0836 0.0847 0.0858 0.0870 0.0773 0.0748 0.0676 0.0615 0.0547 0.0480 0.0413 0.0761 0.0773 0.0735 0.0751 0.0764 0.0779 0.0704 0.0715
CREDIT RISK 0.0105 0.0117 0.0110 0.0107 0.0106 0.0101 0.0157 0.0143 0.0136 0.0148 0.0147 0.0296 0.0314 0.0314 0.0232 0.0236 0.0229 0.0227 0.0241 0.0231 0.0216 0.0223 0.0225 0.0241 0.0277 0.0257 0.0256 0.0255 0.0253 0.0233 0.0225 0.0208 0.0194 0.0179 0.0163 0.0148 0.0171 0.0159 0.0160 0.0151 0.1409 0.1822 0.0122 0.0118
cxx
ROA 0.0110 0.0216 0.0314 0.0410 0.0514 0.0611 0.0713 0.0818 0.0903 0.1034 0.1145 0.1192 0.0114 0.0243 0.0379 0.0487 0.0601 0.0819 0.1364 0.1049 0.1022 0.1245 0.1378 0.1364 0.0070 -0.0027 0.0203 0.0432 0.0662 0.0641 0.0787 0.0822 0.0885 0.0929 0.0978 0.1027 0.0070 0.0138 0.0204 0.0276 0.0343 0.0413 0.0462 0.0525
ROE 0.0278 0.0501 0.0820 0.1181 0.0845 0.1040 0.1207 0.1404 0.1606 0.1815 0.1904 0.1961 -0.0264 0.0372 0.0646 0.0785 0.1119 0.1231 0.1378 0.1536 0.1634 0.1852 0.1992 0.1378 0.0370 0.0778 0.0961 0.1144 0.1328 0.1893 0.2204 0.2684 0.3122 0.3589 0.4048 0.4507 0.0343 0.0682 0.1050 0.1321 0.1511 0.1756 0.2203 0.2368
Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08
0.0719 0.0738 0.0759 0.0676
0.1650 0.1754 0.1754 0.1544
0.0117 0.0121 0.0120 0.0158
cxxi
0.0584 0.0650 0.0717 0.0759
0.2621 0.2866 0.3094 0.2485