1
ANALISIS PERBANDINGAN RASIO CAMELS BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN BANK UMUM SYARIAH (Studi kasus pada PT BNI (PERSERO) Tbk. dan PT BNI SyariahTahun 2010-2014)
Popi Apipah Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi e-mail :
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to know: (1) CAMELS Ratio of PT. BNI (PERSERO) Tbk., (2) CAMELS Ratio PT. BNI Syariah (3) Analysis of the comparison between the ratio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. with PT. BNI Syariah and what indicators of the most significant in the ratio of the difference. The method used in this research is descriptive analysis method by using a case study approach. The data collection technique is done through secondary data is data that has been published by the agency collecting the data and the data published to the user community. Briefly, secondary data is data that is collected by others. The analysis tool ordifferent test using Mann-Whitney U test with ordinal measurement scale. Results from the study showed that: (1) Ratio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. which consists of CAR, KAP, NPM, ROA, ROA, LDR/FDR and PDN fluctuated quarterly, (2) Ratio CAMELS PT. BNI Syariah consisting of CAR, KAP, NPM, ROA, ROA, LDR/FDR and PDN fluctuated quarterly, (3) Overall Ratio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. the ratio CAMELS PT. BNI Syariah differ significantly only for KAP ratio in this hypothetical test results are identical because of the difference in this ratio is only 0.4% and overall good financial performance and soundness of banks is in the category of good / healthy. Keywords: CAMELS ratio (CAR, KAP, NPM, ROA, ROA, LDR/FDR and PDN), Conventional bank, and Syariah Bank.
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk.,(2) Rasio CAMELS PT. BNI Syariah(3) Analisis perbandingan antara Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah dan indicator apa dari Rasio yang paling signifikan dalam perbedaan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yaitu data yang telah dipublikasikan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Secara singkat, data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain. Alat analisis yang digunakan adalah uji U-Mann Whitney dengan skala pengukuran ordinal. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: (1) Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. yang terdiri dari rasio CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, LDR dan PDN setiap triwulnnya mengalami fluktuasi, (2) Rasio CAMELS PT. BNI Syariah yang terdiri dari rasio CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, LDR/FDR dan PDN setiap triwulnnya mengalami fluktuasi, (3) Secara keseluruhan Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan rasio CAMELS PT. BNI Syariah
berbeda
signifikanhanya saja untuk rasio KAP dalam uji hipotesis ini hasilnya identik karena selisih rasio ini hanya 0.4% dan secara keseluruhan baik kinerja keungan maupun tingkat kesehatan bank ini dalam kategori baik/sehat.
Kata Kunci :Rasio CAMELS (CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, LDR/FDR dan PDN), Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah.
3
PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan perwujudan cita-cita yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan yang dijalankan seiring peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk dapat bersaing di era globalisasi. Guna mencapai tujuan tersebut pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan kesinambungan berbagai unsur pembangunan terutama dalam bidang ekonomi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, masalah keuangan menjadi hal yang sangat penting dimana keuangan merupakan alat pemenuh kebutuhan manusia. Dalam hal ini berarti lembaga keuangan memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Hal ini dikarenakan perbankan merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mempertemukan antara pemilik dan pengguna dana. Menurut Zainul Arifin : 2009, Bank Umum Konvensional merupakan suatu lembaga yang mendapatkan izin untuk menghimpun dana yang berasal dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang berupa pinjaman, sehingga bank berfungsi sebagai perantara antara penabung dan pemakai akhir baik masyarakat dan perusahaan. Masyarakat pada umumnya memerlukan adanya mekanisme yang dapat dijadikan perantara penyaluran tabungan dari penabung ke investor, berdasarkan kesepakatan mengenai pembayaran dan pelunasannya. Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan. Atas simpanan para nasabah itu bank memberi imbalan berupa bunga. Demikian pula atas pemberian pinjaman itu bank mengenakan bunga
4
kepada para peminjam. Diakui bahwa peran bank konvensional itu telah mampu memenuhi kebutuhan manusia dan aktivitas perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan kegiatan tolong menolong dan menghindari adanya dana-dana yang menganggur (idle). Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang syariah islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi perdagangan barang-barang yang dilarang syariah seperti minuman keras. Sepanjang praktik perbankan konvensioanal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip islam, bank-bank islam telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan yang ada. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip, maka bankbank islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syariah islam. Untuk itu dewan syariah berfungsi memberikan advis kepada perbankan islam guna memastikan bahwa bank islam tidak terlibat dalam unsur-unsur yang tidak disetujui oleh islam. Jika maksud dari “Bank” adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan, maka istilah “Bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan dengan jelas seperti zakat, shodaqoh, ghanimah (rampasan perang), ba’i (jual-beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam konteks fikih disebut syaksyiyah al i’tibariyah atau syaksiyyah al ma’nawiyah. Mengenai akhlak, al-Qur’an menyebutkan secara eksplisit, baik dalam kisah maupun perintah. Konsep accountability, misalnya terdapat pada ayat-ayat yang paling panjang dan berupa perintah (QS 2: 282-283). Demikian pula konsep trust (amanah) (QS 2: 283) dan keadilan (QS 4: 4,128, 135, dan 5: 8). Untuk menjaga stabilitas lembaga tersebut, al-Qur’an mengajarkan tindakan tegas (amar ma’ruf nahi munkar) (QS 3:110) dan teguran (tawsiyah untuk menegakan
5
kebenaran dan berlaku kesabaran) (QS al-Ashr), Qur’an juga menjelaskan perlunya struktur hierarki manajemen yang rapi untuk melakukan usaha mencapai tujuan lembaga sebagai manifestasi kecintaan tuhan (QS 61: 4) Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia.
Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah
didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah. Bank syariah di Indonesia dalam rentang waktu yang relatif singkat, telah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti dan semakin memperlihatkan eksistensinya dalam sistem perekonomian nasional. Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah seperti halnya pada bank konvensional juga mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi (Intermediary Institution). Sistem syariah ini menawarkan keadilan, transparansi, akuntabilitas dan saling percaya di antara para pelaku ekonomi. Sistem ekonomi dunia saat ini didominasi oleh segelintir pemilik modal dan para kapitalis yang memiliki pengaruh yang luar biasa dalam pergerakan roda ekonomi, yang pada akhirnya banyak menimbulkan korban sehingga keberadaan bank syariah ini diharapkan mampu memberikan solusi atas keadaan tersebut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tetap bertahannya bank syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998 dan krisis global pada tahun 2008. Dari beberapa periode krisis ekonomi di Indonesia dapat dianalisis secara sederhana bahwa penyebabnya adalah spekulatif pada sektor keuangan dan fluktuasi bunga. Agar suatu bank dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah perencanaan, pengoperasian, pengendalian, dan pengawasan. Proses aliran keuangan secara terus menerus dan mencatatnya dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah suatu alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan akan tetapi selanjutnya laporan
6
keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi atau kondisi keuangan perusahaan tersebut. Dimana dengan hasil analisa keuangan pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajer, kreditur, dan investor dapat mengambil sesuatu. Dengan adanya analisa laporan keuangan dapat diketahui tingkat kinerja suatu bank, karena tingkat kinerja merupakan salah satu alat pengontrol kelangsungan hidup. Dari laporan keuangan, maka akan diketahui tingkat kinerja suatu bank (sehat atau tidak sehat). Untuk mengetahui sehat atau tidak sehat dapat dianalisis melalui aspek yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan sensitivity to market risk).
Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat melaksanakan pengendalian terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas
Asset,
Kualitas
Manajemen,
Kualitas
Rentabilitas,
Likuiditas,
Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia. Pada penelitian ini juga penulis mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian. Penelitian yang penulis lakukan mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya antara lain: 1. Widya Wahyu Ningsih (2012), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank syari'ah dan Bank Konvensional di Indonesia”, Objek penelitian yang digunakan adalah Bank Umum Syariah yang terdiri dari Bank
7
Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah, dan untuk Bank Umum Konvensional terdiri dari Bank Mandiri dan Bank Mega. Penelitian ini akan melihat kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Rasio Biaya Efisiensi dan Biaya Operasional (BOPO), dan Return On Asset (ROA),.
2. Suhaidah Amalia (2012), Penulis melakukan penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan tujuan untuk untuk mengkaji tentang “ Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Camel
(Studi
Kasus Pada Pt. Bank Bukopin Tbk.Tahun 2009-2011)”. Berdasarkan analisis metode CAMEL, PT. Bank Bukopin Tbk.tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berturut-turut adalah 86,20; 89,11 dan 90,87. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Bank Bukopin Tbk.tetap dapat melanjutkan usahanya dan selama periode 2009 hingga 2011 nilai CAMEL PT. Bank Bukopin Tbk.mengalami tren yang meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT. Bank Bukopin Tbk. memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.
3. Khaerunnisa Said (2012), Mengkaji tentang “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah”. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu dengan menggunakan metode CAMEL. Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan pada PT Bank Syariah Mandiri nilai CAMEL pada tahun 2001 82,92 adalah SEHAT, tahun 2002 80,47 adalah SEHAT, tahun 2003 92,47adalah SEHAT, tahun 2004 72,43 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2005 74,67 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2006 72,94 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2007 73,95 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2008 74,76 adalah CUKUP SEHAT, tahun 2009 74,71 adalah CUKUP SEHAT, dan tahun 2010 74,68 adalah CUKUP SEHAT. 4. Ade Hilmi Mubarok (2011), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BPR Konvensional dan Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Kinerja keuangan BPR Konvensional
8
memiliki ROA sebesar 63,57% dan BPR Syariah sebesar 37,26%, Perbandingan antara ROA BPR Konvensional dan ROA BPR Syariah lebuh besar ROA pada BPR Konvensional dengan rata-rata sebesar 2,65%, sedangkan pada BPR Syariah sebesar 1,55%. 5. Adhityia Waisti Nurfitria (2014), Mengkaji tentang “Analisis Perbandingan Tingkat kesehatan Bank Konvensional dan Syariah”. Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara Tingkat Kesehatan untuk aspek Capital/Modal dan Asset Quality/Kualitas Asset pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Namun untuk aspek Earning/Rentabilitas dan Liquidity/Likuiditas pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah memiliki perbedaan yang signifikan, Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Rasio CAMELS pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. 2. Rasio CAMELS pada PT. BNI Syariah. 3. Analisis perbandingan antara Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah dan indikator apa dari Rasio yang paling mempengaruhi perbedaan tersebut. METODE PENELITIAN Dalam menjalankan suatu penelitian, untuk mencapai suatu tujuan ilmiah tidak terlepas dari penggunaan metode, karena metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis dengan pendekatan sample (Mohammad Nazir,2005: 56). Metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai objek yang diteliti (Mohammad Nazir,2005:54). Dan penelitian ini yang dilakukan dengan cara mengungkap peristiwa atau data-data yang telah lalu. Metode ini yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemecahan
9
masalah yang ada pada masa sekarang. Dengan melalui metode ini penulis memusatkan gambaran pemecahan yang sedang berlangsung.
Teknik Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dipublikasikan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Secara singkat, data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat mencari data sekunder ini melalui sumber data sekuder. Dalam skripsi ini penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan PT BNIS dan PT BNI (Persero) TBK yang dipublikasikan melalui situs resmi masing-masing bank. Prosedur Pengumpulan Data Dalam
menyelesaikan
pembuatan
penelitian
ini,
maka
peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut: 1. Penelitian melalui dokumentasi Yaitu penelitian untuk mendapatkan data sekunder dan objek yang akan diteliti dengan mempelajari arsip atau dokumentasi laporan keuangan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah pada website masing-masing bank tersebut serta di website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). 2. Penelitian kepustakaan (Library research) Yaitu penelitian dengan mempelajari buku-buku literatur, jurnal, karya tulis serta fasilitas internet dan media lainnya sebagai sumber informasi yang dapat menunjang serta berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti. Paradigma Penelitian Paradigma diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis data jumlah hipotesis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan
10
Rasio CAMELS
Bank Umum Konvensional
Bank Umum Syariah
Uji Beda
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelola hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan alat analisis berupa analisa bivariat. Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono,2008). Statistik Komparatif ialah jenis statistik yang digunakan untuk menganalisis penelitian komparatif atau suatu penelitian yang sifatnya membandingkan fenomena yang terjadi antar kelompok. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini dapat berarti menguji kemampuan dari hasil penelitian yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel. Variabel yang digunakan adalah Bank umum konvensional dan bank umum syariah sebagai variabel Independent. Analisis bivariat pada penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang rasio-rasio keuangan yang dihitung dari data laporan keuangan periode 2010-2014 yang dipublikasikan oleh PT BNI (Persero) TBK. dan PT BNIS. Mengingat pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan dua sample independen dan sampel yang diambil dalam penelitian kecil maka untuk mengetahui adanya perbedaan Rasio CAMELS
pada Bank
Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah, penulis menggunakan Uji Mann-
11
Whitney. Uji Mann-Whitney Digunakan untuk menguji signifikansi - hipotesis komparatif dua sampel independent yang datanya berbentuk ordinal. Terdapat dua rumus yang digunakan untuk pengujiannynya. Kedua rumus itu digunakan dalam perhitungan untuk mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U yang lebih kecil tersebut yang digunakan untuk pengujian dan dibandingkan dengan U tabel U1 n1n2
n1 (n1 1) R1 dan 2
U 2 n1n2
n2 (n2 1) R2 2
Dimana n1 jumlah sampel 1 n2 jumlah sampel 2 U 1 jumlah peringkat 1 U 2 jumlah peringkat 1
R1 jumlah rangking pada sampel n1 n1 jumlah rangking pada sampel n2
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Mann-Whitney adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Sedangkan apabila signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang diuji berdistribusi normal. Dari hasil tersebut akan ditarik suatu kesimpulan yaitu mengenai hipotesis yang telah ditetapkan tersebut diterima atau ditolak. Untuk kemudahan dan juga atas dasar ketepatan atau akurasi dari hasil perhitungan, maka penulis dalam pembahasannya akan menggunakan program analisis Statistical Product and Service Solutions versi 21 (SPSS V.21).
12
PEMBAHASAN Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. Rasio CAMELS merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang mencerminkan kinerja keuangan bank dan juga mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Rasio CAMELS juga sebagai tolok ukur yang menjadi objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Untuk lebih jelasnya berikut adalah data mengenai tingkat rasio kecukupan modal atau capital, asset, earning, management, liquidity & sensitivity to market risk pada PT. BNI (PERSERO) TBK Tahun 2010-2014 : Tabel 4.1 Rasio CAMELS dalam rasio CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, LDR & PDN PT. BNI (PERSERO) TBK Periode 2010-2014 Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Triwulan
CAR
KAP
NPM
ROA
BOPO
LDR
PDN
II
13.32
2.48
72.85
2.34
78.08
68.21
6.20
III
12.02
2.69
70.08
2.61
75.80
68.64
7.47
IV
18.63
3.52
74.59
2.49
75.99
70.15
4.39
I
18.36
2.79
72.99
2.82
70.50
73.27
6.62
II
17.34
2.82
72.55
3.05
70.17
76.08
2.38
III
16.65
2.70
75.29
2.96
72.89
78.29
3.47
IV
17.63
2.65
80.46
2.94
72.58
70.37
2.82
I
18.11
2.49
82.68
2.76
72.56
74.36
1.92
II
16.76
2.73
83.75
2.81
72.13
73.61
1.71
III
17.05
2.31
83.69
2.81
71.98
76.82
2.05
IV
16.67
2.11
81.40
2.92
70.99
77.52
2.05
I
17.82
1.81
83.07
3.26
67.43
82.57
2.05
II
16.27
1.74
82.63
3.39
66.69
84.00
2.06
III
15.67
1.61
79.05
3.32
66.82
84.69
3.81
IV
15.09
1.47
80.92
3.36
67.09
85.30
3.39
I
15.57
1.57
80.58
3.28
69.19
88.39
1.89
II
15.95
1.43
81.18
3.26
68.57
80.28
2.18
III
16.23
1.56
82.54
3.32
70.63
85.74
1.45
IV
16.22
1.40
82.83
3.49
69.78
87.81
1.61
16.39
2.20
79.11
3.01
71.04
78.22
3.13
Rata-rata
Sumber : www.idx.co.id dan www.bni.co.id (data diolah)
13
Berdasarkan tabel 4.1. bahwa Aspek Capital yang menggunakan perhitungan rasio CAR PT. BNI (PERSERO) Tbk. mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat terlihat juga bahwa PT. BNI (PERSERO) Tbk. mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 16,39%. Adapun untuk perhitungan aspek permodalan yang
dilakukan dengan penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Sesuai dengan ketentuan Pemerintah CAR minimum atau KPMM yaitu sebesar 8% yang diperoleh dari hasil pembagian antara modal dengan ATMR lalu dikalikan 100%. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia SEBI NO. 6/23/DPNP/2004 kriteria penilaian tingkat rasio KAP batas maksimumnya yaitu sebesar 10.35%. Sama halnya dengan rasio CAR, rasio KAP PT. BNI (PERSERO) Tbk. mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Semakin kecil rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) maka semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah pada bank tersebut relative kecil. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio KAP pada tahun 2010-2014 setiap triwulannya didapat rata-rata (mean) sebesar 2.16 % hal ini menunjukkan bahwa nilai kredit KAP secara rata-rata lebih kecil dari kriteria penilaian rasio KAP yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 10.35% sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas aktiva tetap PT. BNI (PERSERO) Tbk. baik. Kualitas manajemen dapat dinilai dari kualitas manusianya dalam bekerja. Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya dilakukan melalui kuesioner yang ditujukan bagi pihak manajemen bank, akan tetapi pengisian tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasian bank. Oleh sebab itu dalam penelitian ini aspek manajemen diproyeksikan dengan rasio net profit margin. Adapun untuk perhitungan rasio NPM yaitu dari hasil pembagian laba bersih dengan laba operasional kmudian dikalikan 100%. Rasio NPM PT. BNI (PERSERO) Tbk. mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat terlihat juga bahwa PT. BNI (PERSERO) Tbk. mempunyai rata-rata (mean) rasio NPM sebesar 79.11%.
Penilaian kuantitatif aspek Earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian
14
dikalian 100%. Untuk batas minimum dari rasio ini menurut peraturan bank Indonesia dinyatakan sehat bila berada pada ≥1.215%. berdasarkan perhitungan tabel 4.1 menunjukan bahwa Rasio ROA setiap triwulan dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 3.01%. Sama halnya dengan rasio lainnya rasio BOPO juga mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan setiap triwulannya sehingga secara rata-rata (mean) sebesar 71.04%. Sedangkan untuk perhitungan aspek likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dana pihak ketiga dikali 100%. Batas Likuiditas menurut peraturan Bank Indonesia yaitu sebesar ≤110%. Rasio LDR juga mengalami fluktuasi setiap triwulannya namun cenderung dengan nilai rasio yang terus meningkat sehingga rata-rata (mean) rasio ini sebesar 78.22%. Untuk kriteria Sensitivity to market risk menggunakan perhitungan rasio
PDN yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari: Selisih bersih aktiva dan passiva dalam neraca untuk setiap valuta asing; ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban bank baik berupa komitmen maupun kontijensi dalam rekening administrative untuk setiap valuta asing. Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto setiap saat paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal kerja. Selain itu, bank wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari modal setiap 30 menit sejak sistem tresuri bank dibuka sampai dengan sistem tresuri bank ditutup. Rasio PDN PT. BNI (PERSERO) Tbk. setiap triwulan mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 3.13%. Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang diteliti dari rasio CAMELS menunjukan kondisi keuangan bank, dan juga tingkat kesehatan bank dinyatakan baik atau sehat. Hal ini dikarenakan semua nilai rasio setiap triwulannya dari tahun 2010-2014 berada pada batas atau ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia yang tercantum dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi 1 Maret 2014.
15
Rasio CAMELS PT. BNI Syariah Sama halnya dengan Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk., rasio CAMELS PT BNI Syariah juga terdiri dari enam kriteria diantaranya adalah dengan cara melihat rasio dari rasio kecukupan modal atau capital, asset, earning, management, liquidity & sensitivity to market risk. Tabel 4.2 Rasio CAMELS dalam rasio CAR. KAP. NPM. ROA. BOPO. FDR & PDN PT. BNI Syariah Periode 2010-2014 Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Triwulan
CAR
KAP
NPM
ROA
BOPO
FDR
PDN
II
28.8
2.91
100.06
-12.02
-63.72
73.70
0.29
III
29.10
2.97
50.09
-0.65
113.89
150.63
4.20
IV
27.68
2.39
101.18
0.61
88.05
68.93
6.44
I
25.91
3.15
75.73
3.42
6.18
76.53
6.18
II
22.24
2.89
74.73
2.22
78.20
84.46
5.71
III
20.86
2.94
74.56
2.37
78.06
86.13
1.93
IV
20.67
2.72
72.17
1.29
87.86
78.60
2.28
I
19.07
2.99
71.60
0.63
91.20
78.78
0.54
II
17.56
1.81
70.28
0.65
92.81
80.94
4.25
III
16.55
1.80
76.43
1.31
86.46
85.36
4.72
IV
14.10
1.58
72.15
1.48
85.39
84.99
6.05
I
14.02
1.56
71.91
1.62
82.95
80.11
5.66
II
18.9
1.66
66.25
1.24
84.44
92.13
6.08
III
16.63
1.65
64.87
1.22
84.06
96.37
7.81
IV
16.23
1.53
61.27
1.37
83.94
97.86
11.62
I
15.67
1.63
71.61
1.22
84.51
96.67
9.00
II
14.53
1.65
77.17
1.11
86.32
98.96
7.11
III
19.35
1.61
75.17
1.11
85.85
94.29
7.83
IV
18.52
1.52
73.43
1.27
85.03
92.58
8.86
19.81
2.16
73.72
0.60
74.81
89.37
5.61
Rata-rata
Sumber : www.bnis.co.id (data diolah)
Adapun untuk perhitungan faktor permodalan yang dilakukan dengan
penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Sesuai dengan ketentuan Pemerintah CAR minimum atau KPMM yaitu sebesar 8% yang diperoleh dari hasil pembagian antara modal
16
dengan ATMR lalu dikalikan 100%. Rasio CAR PT. BNI Syariah mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat terlihat juga bahwa PT. BNI Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 19,81%.
Untuk aspek kualitas asset atau KAP dihitung dari hasil pembagian Aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan Total Aktiva Produktif dikalikan 100%. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia SEBI NO. 6/23/DPNP/2004 kriteria penilaian tingkat rasio KAP batas maksimumnya yaitu sebesar 10.35%. Sama halnya dengan rasio CAR, rasio KAP PT. BNI Syariah juga mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio KAP pada tahun 2010-2014 setiap triwulannya didapat rata-rata (mean) sebesar 2.16 % hal ini menunjukkan bahwa nilai kredit KAP secara rata-rata lebih kecil dari kriteria penilaian rasio KAP yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 10.35%. Kualitas manajemen dapat dinilai dari kualitas manusianya dalam bekerja. Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya dilakukan melalui kuesioner yang ditujukan bagi pihak manajemen bank, akan tetapi pengisian tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasian bank. Oleh sebab itu dalam penelitian ini aspek manajemen diproyeksikan dengan rasio net profit margin. Adapun untuk perhitungan rasio NPM yaitu dari hasil pembagian laba bersih dengan laba operasional kmudian dikalikan 100%. Rasio NPM PT. BNI Syariah mengalami fluktuasi setiap triwulannya selama tahun 2010 triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2014. Dapat terlihat juga bahwa PT. BNI Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPM sebesar 73.72%.
Penilaian kuantitatif aspek Earning dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap ROA atau membagi laba sebelum pajak dengan total aktiva kemudian dikalian 100%. Untuk batas minimum dari rasio ini menurut peraturan bank Indonesia dinyatakan sehat bila berada pada ≥1.215%. berdasarkan perhitungan tabel 4.2 menunjukan bahwa Rasio ROA setiap triwulan dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0.60%.. Selain Rasio ROA penilaian aspek Earning ini menggunakan juga Rasio BOPO yang merupakan hasil pembagian antara beban operasional dengan pendapatan operasional
17
kemudian dikalian 100%. Sama halnya dengan rasio lainnya rasio BOPO juga mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan setiap triwulannya sehingga secara rata-rata (mean) sebesar 74.81%. Sedangkan untuk perhitungan aspek likuiditas yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan dibagi dana pihak ketiga dikali 100%. Batas Likuiditas menurut peraturan Bank Indonesia yaitu sebesar ≤110%. Rasio FDR juga mengalami fluktuasi setiap triwulannya namun cenderung dengan nilai rasio yang terus meningkat sehingga rata-rata (mean) rasio ini sebesar 89.37%. Untuk kriteria Sensitivity to market risk menggunakan perhitungan rasio
PDN yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari: Selisih bersih aktiva dan passiva dalam neraca untuk setiap valuta asing; ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban bank baik berupa komitmen maupun kontijensi dalam rekening administrative untuk setiap valuta asing. Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto setiap saat paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal kerja. Selain itu, bank wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari modal setiap 30 menit sejak sistem tresuri bank dibuka sampai dengan sistem tresuri bank ditutup. Rasio PDN PT. BNI Syariah setiap triwulan mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 5.61%. Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang diteliti dari rasio CAMELS menunjukan kondisi keuangan bank, dan juga tingkat kesehatan bank dinyatakan baik atau sehat. Hal ini dikarenakan semua nilai rasio setiap triwulannya dari tahun 2010-2014 berada pada batas atau ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia yang tercantum dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi 1 Maret 2014. Dari data pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa masing-masing indikator yang baik dilihat dari kinerja keuangan maupun tingkat kesehatannya pada umumnya dinyatakan baik / sehat. Hal ini dikarenakan semua rasio yang di miliki masing-masing Bank Umum Syariah tersebut berada pada batas atau ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Imdonesia dalam Peraturan Tingkat Kesehatan Bank. Hanya saja terdapat beberapa periode yang memiliki tingkat Earning (ROA dan BOPO) dan Liquidity (FDR) tidak sesuai dengan ketetapan yang telah diberlakukan oleh Bank Indonesia. Dimana terdapat nilai
18
rasio Earning (ROA) dibawah batas minimum yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia dengan nilai rata-rata (mean) dari rasio ROA sebesar 0.61 sehingga baik kinerja keuangna maupun tingkat kesehatannya dapat dinyatakan tidak baik / tidak sehat. Berbeda dengan Rasio ROA, Rasio BOPO menunjukan nilai yang lebih positif karena berada pada nilai yang telah ditentukan Bank Indonesia hanya terdapat satu periode yang melebihi batas peraturan yaitu pada triwulan ke-III tahun 2010 yaitu sebesar 113.89 dan satu periode dibawah batas minimum yaitu sebesar -63.72 namun secara rata-rata termasuk kategori baik / sehat. Sedangkan untuk aspek Liquidity (FDR) terdapat satu bank yang memiliki nilai rasio diatas batas maksimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu pada triwulan ke-III tahun 2010 sebesar 150.63% dinyatakan tidak sehat namun hanya terjadi selama satu periode sehingga secara rata-rata baik kinerja maupun tingkat kesehatannya dapat dinyatakan baik / sehat .
Perbandingan Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat terlihat bahwa Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk dan PT. BNI Syariah mempunyai tingkatan yang berbedabeda. Untuk lebih jelasnya berikut adalah perbandingan faktor-faktor Rasio CAMELS:
19
Tabel 4.3 Perbandingan Faktor-Faktor yang Diteliti CAR Tahun
Triwulan
2010
2011
2012
2013
2014
KAP
NPM
ROA
BOPO
LDR/FDR
PDN
BNI
BNIS
BNI
BNIS
BNI
BNIS
BNI
BNIS
BNI
BNIS
BNI
BNIS
BNI
BNIS
II
13.32
28.8
2.48
2.91
72.85
100.06
2.34
-12.02
78.08
-63.72
68.21
73.70
6.20
0.29
III
12.02
29.10
2.69
2.97
70.08
50.09
2.61
-0.65
75.80
113.89
68.64
150.63
7.47
4.20
IV
18.63
27.68
3.52
2.39
74.59
101.18
2.49
0.61
75.99
88.05
70.15
68.93
4.39
6.44
I
18.36
25.91
2.79
3.15
72.99
75.73
2.82
3.42
70.50
6.18
73.27
76.53
6.62
6.18
II
17.34
22.24
2.82
2.89
72.55
74.73
3.05
2.22
70.17
78.20
76.08
84.46
2.38
5.71
III
16.65
20.86
2.70
2.94
75.29
74.56
2.96
2.37
72.89
78.06
78.29
86.13
3.47
1.93
IV
17.63
20.67
2.65
2.72
80.46
72.17
2.94
1.29
72.58
87.86
70.37
78.60
2.82
2.28
I
18.11
19.07
2.49
2.99
82.68
71.60
2.76
0.63
72.56
91.20
74.36
78.78
1.92
0.54
II
16.76
17.56
2.73
1.81
83.75
70.28
2.81
0.65
72.13
92.81
73.61
80.94
1.71
4.25
III
17.05
16.55
2.31
1.80
83.69
76.43
2.81
1.31
71.98
86.46
76.82
85.36
2.05
4.72
IV
16.67
14.10
2.11
1.58
81.40
72.15
2.92
1.48
70.99
85.39
77.52
84.99
2.05
6.05
I
17.82
14.02
1.81
1.56
83.07
71.91
3.26
1.62
67.43
82.95
82.57
80.11
2.05
5.66
II
16.27
18.9
1.74
1.66
82.63
66.25
3.39
1.24
66.69
84.44
84.00
92.13
2.06
6.08
III
15.67
16.63
1.61
1.65
79.05
64.87
3.32
1.22
66.82
84.06
84.69
96.37
3.81
7.81
IV
15.09
16.23
1.47
1.53
80.92
61.27
3.36
1.37
67.09
83.94
85.30
97.86
3.39
11.62
I
15.57
15.67
1.57
1.63
80.58
71.61
3.28
1.22
69.19
84.51
88.39
96.67
1.89
9.00
II
15.95
14.53
1.43
1.65
81.18
77.17
3.26
1.11
68.57
86.32
80.28
98.96
2.18
7.11
III
16.23
19.35
1.56
1.61
82.54
75.17
3.32
1.11
70.63
85.85
85.74
94.29
1.45
7.83
16.22
18.52
1.40
1.52
73.43
3.49
1.27
69.78
85.03
87.81
92.58
1.61
8.86
Jumlah
IV
311.36
376.39
41.88
40.96
1503.3
1400.66
57.19
11.47
1349.87
1421.48
1486.10
1698.02
59.52
106.56
Rata-Rata
16.39
19.81
2.20
2.16
79.11
73.72
3.01
0.60
71.04
74.81
78.22
89.37
3.13
5.61
Sumber : Rasio CAMELS (data diolah)
82.83
20
Berdasarkan data Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT. BNI Syaraiah pada tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat capital (CAR) pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih kecil yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 16.39% sedangkan nilai rata-rata CAR PT. BNI Syariah lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 19.81%. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Permodalan diatas menunjukkan nilai ratarata CAR baik untuk PT. BNI (PERSERO) Tbk. maupun PT. BNI Syariah lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% maka rasio yang dicapai baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatannya dikategorikan
dalam kelompok baik / sehat. Dimana
indikator yang menunjukkan kelompok sehat semakin besar rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang dimiliki oleh bank maka akan semakin baik. Hal ini dikarenakan bank mampu menyediakan modal dalam jumlah yang besar untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Untuk tingkat asset (KAP) pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata 2.20% sedangkan nilai rata-rata KAP pada PT. BNI Syariah yaitu sebesar 2.16%. Perbedaan untuk tingkat kualitas asset tidak jauh berbeda hal ini dikarnakan bank-bank yang berada di Indonesia khususnya sangat berusaha menekan besarnya rasio ini agar sesuai dengan peraturan perbankan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Kualitas Aset diatas menunjukkan nilai rata-rata KAP baik untuk PT. BNI (PERSERO) Tbk. maupun PT. BNI Syariah berada dibawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 10.35% maka rasio yang dicapai baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatannya dikategorikan dalam kelompok baik / sehat. Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Penilaian KAP ini dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat aktiva produktif yang diklasifikasikan dan total aktiva produktf yang dimiliki bank yang bersangkutan. Semakin kecil rasio Kualitas Aktiva Produktif
21
(KAP) maka semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah pada bank tersebut relative kecil. Untuk tingkat Management (NPM) pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata (mean) 79.11% sedangkan nilai rata-rata (mean) PT. BNI Syariah yaitu sebesar 73.72%. Berdasarkan tabel 4.3 hasil perhitungan NPM yang menunjukkan bahwa rasio NPM PT. BNI (PERSERO) Tbk. terus meningkat hal ini terjadi karena adanya peningkatan laba bersih maupun laba operasional. Berbeda dengan PT. BNI Syariah yang menunjukan fluktuasi cukup tinggi diawal periode akan tetapi semakin lama nilainya stabil dikisaran 70%. Aspek manajemen yang diproyeksikan terhadap profit margin dengan pertumbuhan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun alokasi penggunaan dana secara efisien.
Untuk tingkat Earning atau Rentabilitas dalam rasio ROA pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih besar yaitu dengan nilai rata-rata 3.01% sedangkan nilai rata-rata (mean) ROA pada PT. BNI Syariah yaitu sebesar 0.60%. Perbedaan untuk tingkat Rentabilitas atau Earning ini terlihat berbeda karena pengelolaan atau aktifitas yang dilakukan masing-masing bank dalam pengelolaan aktiva yang dimilikinya juga berbeda-beda selain itu masing-masing bank juga memiliki jumlah aktiva yang berbeda-beda pula. Namun berdasarkan hasil perhitungan Rasio Earning diatas menunjukkan nilai rata-rata (mean) ROA PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 1.215% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok sehat. Berbeda dengan PT. BNI Syariah yang berada dibawah batas ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Tujuan penilaian rentabilitas didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba selama periode tertentu. juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional bank. Jika dilihat dari nilai rata-rata Earning (ROA) baik pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih besar dari kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 1.22% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok baik / sehat. Berbeda dengan rasio ROA yang dicapai PT. BNI Syariah berada
22
dibawah batas ketetapan Bank Indonesia, sehngga dikategorikan kurang baik / tidak sehat. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dapat diartikan juga semakin besarnya ROA semakin besarnya pendapatan yang diterima maka kinerja manajemen juga lumayan baik karena bisa mengefesienkan tingkat pendapatan yang diperoleh. sehingga bisa diasumsikan tingkat pendapatan yang baik ini diperoleh dari efesiensi biaya yang dikeluarkan. Selain rasio ROA, Rasio BOPO juga digunakan sebagai indikator penelitian. Untuk tingkat Earning dalam rasio BOPO pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih kecil yaitu dengan nilai rata-rata (mean) 71.04% dan untuk nilai ratarata PT. BNI Syariah yaitu sebesar 74.81% sehingga terdapat nilai perbedaan yang cukup besar. Rasio BOPO berguna untuk memberikan gambaran umum mengenai efisiensi perbankan. Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit.. Semakin kecil nilai rasio BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Rasio BOPO yang semakin besar mengindikasikan kurangnya kemampuan bank dalam menentukan biaya operasional serta dalam meningkatkan pendapatan operasionalnya, yang akan menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Sejalan data penelitian yang menunjukan bahwa PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT.
BNI Syariah pada periode triwulan mulai dari tahun 2010-2014 memiliki rasio secara rata-rata (mean) berkisar 70% sampai 75%. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing bank memiliki tingkat efisiensi yang baik, karena masih mampu mengontrol baik biaya operasional maupun pendapatan operasionalnya. Untuk tingkat likuiditas atau LDR pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. terlihat nilai rasio yang lebih kecil yaitu dengan nilai rata-rata (mean) 78.22% sedangkan nilai rata-rata likuiditas atau FDR pada PT. BNI Syariah yaitu sebesar 89.37%. Jika dilihat dari rata-rata tingkat likuiditas ini terdapat adanya perbedaan namun tidak keluar dari ketetapan yang telah diatur dan ditetapkan oleh pihak Bank Indonesia. perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan jumlah kredit yang diberikan serta dana pihak ketiga. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Likuiditas diatas menunjukkan nilai rata-rata Likuiditas baik untuk PT. BNI (PERSERO)
23
Tbk. maupun PT. BNI Syariah tidak melebihi batasan dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 110% maka rasio yang dicapai dikategorikan dalam kelompok baik / sehat. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Untuk aspek Sensitivity to Market Risk yang diproyeksikan pada rasio PDN dapat dilihat bahwa PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih kecil yaitu dengan nilai rata-rata (mean) 3.23% sedangkan nilai rata-rata (mean) PT. BNI Syariah yaitu sebesar 5.61%. penilaian sensitivity to market risk yang diproyeksikan terhadap rasio PDN dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Analisis Perbandingan Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah Berdasarkan hasil perhitungan program analisis Statistical Product and Service Solutions versi 21 (SPSS V.21) (terlampir) dengan menggunakan uji Mann Whitney, pengujian berdasarkan pada, Hipotesis : Ho
: Kedua populasi identik ( tidak berbeda secara signifikan)
Ha
: Kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (berbeda secara signifikan)
Dasar Pengambilan Keputusan : Jika probabilitas (Asymp sign) > 0.05, maka Ho diterima Jika probabilitas (Asymp sign) < 0.05, maka Ho ditolak. Jumlah data dari penelitian ini masing-masing berjumlah 19 pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT. BNI Syariah sehingga berdasarkan perhitungan uji Mann Whitney dapat disimpulkan bahwa Rasio CAMELS pada masing-masing aspek adalah sebagai berikut:
24
Untuk tingkat kecukupan modal atau capital (CAR) didapat nilai Mann Whitney – U sebesar 103 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.024. Disini terdapat probabilitas dibawah 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio CAR PT. BNI (PERSERO) Tbk dan Rasio CAR PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Artinya terdapat perbedaan antara rasio CAR PT. BNI (PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah pada aspek Capital. Hal ini disebabkan karena pada tingkat kecukupan modal ini baik Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah memperlakukan penyesuaian dan memberikan perhatian yang ketat karena adanya peraturan dari Bank Indonesia agar modal yang tersedia sesuai. Dan juga disebabkan karena adanya perbedaan jumlah modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko pada masing-masing bank. Untuk tingkat asset quality atau kualitas asset (KAP) didapat nilai Mann Whitney sebesar 169.5 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.748. Disini terdapat probabilitas diatas 0.05, maka Ho diterima atau kedua populasi identik atau rasio KAP PT. BNI (PERSERO) Tbk dan Rasio KAP PT. BNI Syariah tidak berbeda secara signifikan). Berbeda dengan aspek capital aspek asset quality ini sangat ditekan agar tidak melebihi kebijakan yang telah ditetapkan karena jika dilihat dari ketentuan pembentukan cadangan penyisihan aktiva produktif dapat dikatakan bahwa semakin banyak aktiva produktif yang bermasalah akan semakin besar resiko yang dihadapi bank atau dengan kata lain kualitas aktiva produktif semakin memburuk sehingga cadangan yang harus dibentuk juga semakin besar. Cadangan yang semakin besar akan menurunkan profitabilitas bank. Untuk tingkat management yang diproyeksikan terhadap rasio NPM didapat nilai Mann Whitney U sebesar 80 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.003. Disini terdapat probabilitas dibawah 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio NPM PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan Rasio NPM PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Hal ini disebabkan karena rasio NPM PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih tinggi dibandingkan NPM pada PT. BNI Syariah.
25
Untuk tingkat earning atau rentabilitas (ROA) didapat nilai Mann Whitney U sebesar 19 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.000. Disini terdapat probabilitas dibawah 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio ROA PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan Rasio ROA PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Hal ini disebabkan karena rasio ROA PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih tinggi dibandingkan ROA pada PT. BNI Syariah. Perbedaan tingkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu besarnya tingkat laba yang diperoleh dan total asset yang dimiliki. Pengelolaan atau aktifitas yang dilakukan masingmasing bank atas pengelolaan aktiva yang dimilikinya berbeda-beda selain itu masing-masing bank juga memiliki jumlah aktiva yang berbeda-beda pula. faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas ini diantaranya seperti faktor suku bunga pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan bagi hasil pada PT. BNI Syariah. Fasilitas pelayanan, faktor kepercayaan dari masyarakat dan promosi juga dapat mempengaruhi. Selain rasio ROA, penilaian dalam aspek earning juga menggunakan rasio BOPO sebagai salah satu indikator penelitian. Untuk rasio BOPO didapat nilai Mann Whitney U sebesar 39 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.000. Disini terdapat probabilitas dibawah 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio BOPO PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan Rasio BOPO PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Hal ini disebabkan karena rasio BOPO PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih rendah dibandingkan BOPO pada PT. BNI Syariah. Perbedaan tingkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu besarnya tingkat pendapatan operasional yang diperoleh dan beban operasional yang harus dikeluarkan oleh masing-masing bank. Untuk tingkat liquidity dalam rasio LDR/FDR didapat nilai Mann Whitney U sebesar 86 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.006. Disini terdapat probabilitas diatas 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio LDR PT. BNI (PERSERO) Tbk dan Rasio FDR PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah likuiditas yang ada pada PT. BNI
26
(PERSERO) Tbk. dengan PT. BNI Syariah dimana PT. BNI Syariah memiliki tingkat likuiditas rata-rata yang relative lebih besar dibandingkan PT. BNI (PERSERO) Tbk. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya faktor jumlah pembiayaan yang diberikan. serta dana pihak ketiga yang tersedia pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Angka Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan bank dalam membayar
kembali
penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya. Untuk tingkat sensitivity to market risk dalam rasio PDN didapat nilai Mann Whitney U sebesar 90 dan nilai pada kolom Asymp Sign (2 tailed) untuk diuji 2 sisi adalah 0.008. Disini terdapat probabilitas dibawah 0.05, maka Ho ditolak atau kedua populasi tidak identik atau berbeda dalam hal lokasi (Rasio PDN PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan Rasio PDN PT. BNI Syariah berbeda secara signifikan). Hal ini disebabkan karena rasio PDN PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih rendah dibandingkan PDN pada PT. BNI Syariah. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan jumlah rekening administratif maupun rekening neraca. Pembahasan diatas sejalan dengan pandangan Widya Wahyu Ningsih (2012) yang menyatakan bahwa bahwa rasio CAR, LDR, NPL, BOPO, dan ROA Bank Umum Syariah berbeda secara signifikan dengan Bank Umum Konvensional. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan mengenai
analisis
perbandingan Rasio CAMELS Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah (Study Kasus pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT. BNI Syariah) , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Rasio CAMELS PT. BNI (PERSERO) Tbk. pada beberapa aspek diantaranya: a. Berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR), selama tahun 2010 hingga 2014, PT. BNI (PERSERO) Tbk. memiliki modal yang cukup untuk
27
menutup segala risiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung risiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva tetap dan inventaris. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio CAR setiap triwulan sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka berdasarkan hal ini baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan pada aspek capital dinyatakan baik / sehat b. Berdasarkan rasio KAP selama tahun 2010 hingga 2014, PT. BNI (PERSERO) Tbk. memiliki kualitas asset yang cukup baik untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio KAP setiap triwulan yang dicapai melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat. c. Aspek Manajemen, yamg diproyeksikan terhadap rasio NPM menunjukkan PT. BNI (PERSERO) Tbk. memenuhi standar Bank Indonesia Sehingga dari aspek baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat. d. Untuk aspek Earning, jika dilihat dari rata-rata (mean) rasio ROA PT. BNI (PERSERO) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), setiap triwulannya memiliki kualitas manajemen yang baik dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasionalnya. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio BOPO setiap triwulannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sehingga berdasarkan aspek Earning dengan perhitungan rasio ROA dan BOPO PT. BNI (PERSERO) Tbk. baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat e. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 setiap triwulannya, PT. BNI (PERSERO) Tbk. memiliki kualitas yang baik dalam membayar semua utang-utangnya, terutama simpanan, giro, dan deposito pada saat ditagih, dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak disetujui. Hal ini
28
dibuktikan dengan nilai rasio LDR setiap triwulnnya yang sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sehingga baik kinerja keuangan atau tingkat kesehatan berdasarkan rasio LDR termasuk dalam kategori baik / sehat. f. Aspek Sensitivity to market risk dengan perhitungan rasio PDN menunjukkan PT. BNI (PERSERO) Tbk. memenuhi standar Bank Indonesia dalam mengelola sumber dayanya hal ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar berada dalam zona aman. Sehingga dari aspek Sensitivity to market risk PT. BNI (PERSERO) Tbk. baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat. 2. Rasio CAMELS PT. BNI Syariah pada beberapa aspek diantaranya : a. Berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR), selama tahun 2010 hingga 2014, PT. BNI Syariah memiliki modal yang cukup untuk menutup segala risiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung risiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva tetap dan inventaris. Maka berdasarkan hal ini baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan pada aspek capital dinyatakan baik / sehat. b. Berdasarkan rasio KAP selama tahun 2010 hingga 2014, PT. BNI Syariah memiliki kualitas asset yang cukup baik untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio KAP setiap triwulan yang dicapai melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan kata lain kualitas aktiva produktif PT. BNI (PERSERO) Tbk. baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat. c. Aspek
Manajemen,
kualitas
manajemen
yang
dinilai
dari
NPM
menunjukkan PT. BNI Syariah memenuhi standar Bank Indonesia dalam mengelola sumber dayanya, sehingga dari aspek manajemen yang diproyeksikan terhadap rasio NPM PT. BNI (PERSERO) Tbk. baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat.
29
d. Untuk aspek Earning jika dilihat dari rata-rata ROA PT. BNI Syariah baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatannya dikategorikan kurang baik / tidak sehat. Selain rasio ROA, aspek earning ini juga menggunakan rasio BOPO. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), setiap triwulan PT. BNI Syariah memiliki kualitas manajemen yang baik dalam
mengendalikan
biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasionalnya sehingga berdasarkan aspek Earning dengan perhitungan BOPO PT. BNI Syariah baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat e. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 setiap triwulannya, PT. BNI (PERSERO) Tbk. memiliki kualitas yang baik dalam membayar semua utang-utangnya, terutama simpanan, giro, dan deposito pada saat ditagih, dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak disetujui. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio FDR selama tahun 2010 hingga tahun 2014 yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesiasehingga
baik
kinerja
keuangan
atau
tingkat
kesehatan
berdasarkan rasio FDR termasuk dalam kategori baik / sehat. f. Aspek Sensitivity to market risk dengan perhitungan rasio PDN menunjukkan PT. BNI Syariah memenuhi standar Bank Indonesia dalam mengelola sumber dayanya, hal ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar.
Sehingga dari aspek Sensitivity to market risk yang
diproyeksikan terhadap rasio PDN PT. BNI Syariah baik kinerja keuangan maupun tingkat kesehatan bank berada pada kriteria kondisi baik / sehat. 3. Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara Rasio CAMELS Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah (Study kasus pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT. BNI Syariah tahun 2010-2014) maka dapat disimpulkan untuk aspek Capital/Modal (CAR), Management (NPM), Earning (ROA&BOPO) dan Sensitivity to market risk (PDN) pada PT. BNI (PERERO) Tbk. dan PT. BNI Syariah memiliki perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pengelolaan dari masing-masing
30
pihak perbankan terhadap aspek-aspek ini, selain itu terdapat berbagai perbedaan pula diantaranya tingkat laba yang di peroleh, aktiva yang dimiliki, pemberian kredit, rekening neraca, rekening administratif, laba bersih, laba operasional dan lain sebagainya. Sementara untuk Asset Quality/Kualitas Asset pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. dan PT. BNI Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan pada setiap bank sangat patuh pada peraturan yang berlaku sehingga untuk aspek-aspek ini sangat ditekan sedemikian rupa sehingga hampir mendekati batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, adapun saran tersebut sebagai berikut: 1.
Bagi PT. BNI (PERSERO) Tbk. a. Sebagian besar rasio keuangan pada PT. BNI (PERSERO) Tbk. termasuk dalam kategori baik/sehat, sehingga kinerja Bank Syariah Mandiri agar lebih ditingkatkan untuk mempertahankannya. b. Dikarenakan rasio CAR PT. BNI (PERSERO) Tbk. lebih rendah dari BNI Syariah, rasio CAR dapat ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap asset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan permodalan. c. Karena BI mewajibkan tingkat LDR bank berada di kisaran 78%-100%. Jika ada bank yang tingkat LDR-nya di luar kisaran 78%-100%, maka BI akan mengenakan denda sebesar 0,1% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk tiap 1% kekurangan LDR yang dialami bank. Terlihat bahwa PT. BNI (PERSERO) Tbk. memiliki LDR rata-rata (78.02) maka perlu menaikan rasio ini. Untuk itu PT. BNI (PERSERO) Tbk. harus lebih meningkatkan lagi kualitas penyaluran kreditnya dengan lebih aktif menyalurkan dana kepada masyarakat sampai pada batas yang ditetapkan
31
oleh Bank Indonesia sebesar 78%-100%. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah antara lain dengan mempermudah syarat pengajuan kartu kredit, kredit kepemilikan rumah dan pemberian pinjaman pada pengusaha.
2.
Bagi PT. BNI Syariah Pada beberapa periode rasio ROA PT. BNI Syariah berada dalam nilai negatif dan di bawah batas minimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 1.215% . ROA negatif menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi agar lebih meningkatkan kembali efisiensi operasinya
agar
mampu
meningkatkan
Earning
pada
bank
yang
bersangkutan, sehingga mampu berada pada kategori yang sehat pada faktor atau indikator tersebut (ROA). Dan untuk dapat meningkatkan profitabilitas bank, sebaiknya bank dapat membuat kebijakan operasi dan portfolio investasi yang baik, sehingga dapat menekan idle money yang ada pada bank. Selain itu, PT. BNI Syariah juga perlu melakukan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengerti tentang produk-produk Bank Umum Syariah dan memiliki ketertarikan untuk menjadi nasabahnya. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema sejenis hendaknya mencakup periode penelitian yang lebih panjang dengan harapan memperoleh hasil penelitian yang lebih signifikan terhadap variabel misalnya mengambil periode 10 tahun lebih agar dapat menggeneralisasikan penilaian rasio CAMELS perbankan syariah dan konvensional dalam waktu jangka panjang . Sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya dan juga untuk aktivitas derivatif dilakukan penelitan. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang memperbanyak sampel penelitian, sehingga hasilnya lebih tergeneralisasi dan dapat diketahui tingkat
kesehatan atau dapat mendeteksi adanya kebangkrutan suatu perusahaan atau lembaga perbankan tersebut
32
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Suhaidah. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada Pt. Bank Bukopin Tbk.Tahun 2009-2011). Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar. Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar. Antonio, Muhammad Syafi’I, 2007. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Tazkia Cendekia, Jakarta. Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar manajemen Bank syariah. Azkia Publisher. BNI. 17, Maret, 2015. Laporan Keuangan. http://www.bni.co.id BNIS. 17, Maret, 2015. Laporan Keuangan. http://www.bnisyariah.co.id Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2000. Statistika Induktif . Yogyakarta : BPFE Dwiky. 17, Maret, 2015. Statistik Nonparametrik. http://dwiky-a-pfisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail36731Kuliahstatistik%20non%20parame trik.html Idx. 17, Maret, 2015. Laporan Keuangan. http://www.idx.co.id Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 9. Jakarta:Rajawali Pers Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangngan Lainnya. Edisi Revisi 9 Cet.10 . Jakarta:Rajawali Pers Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi 9 Cet.10 . Jakarta:Rajawali Pers. Kusuma, Sandra. 17, Maret, 2015. Uji Dua Sampel. https://www.academia.edu/8000128/UJI_DUA_SAMPEL Mangani, Silvanita Ktut 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Erlangga Mubarok, Ade Hilmi. 2011. Analisis perbandingan kinerja keuangan BPR Konvensional dan Syariah..Skripsi. FE Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ningsih, Widya wahyu. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank syari'ah dan Bank Konvensional di Indonesia. Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar. Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar. Nurfitria, Adhityia waisti. 2014. Analisis perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah. Skripsi. FE Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Tasikmalaya,. Nurhayati, Sri – Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
33
Said, Khaerunnisa. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode CAMEL.Skripsi. FE Universitas Hasanudin, Makasar. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Saputri, Ayu. 13, Maret, 2015. Penilaian Tingkat Kesehatan http://ayusaputry.blogspot.com/2012/04/camels-penilaian-tingkatkesehatan-bank.html
Bank.
Sugiyono. 2013 . Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Wikipedia. 13, Maret, 2015. Bank. http://id.wikipedia.org/wiki/Bank Peraturan Undang-Uandang Perbankan : Bank Indonesia. 1992. UU No. 7 tahun 1992, tentang Perbankan, Jakarta. Bank Indonesia. 1998. UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU No. 7 tahun 1992, Jakarta. Bank Indonesia, SK DIR BI Nomor 30/21/KEP/DIR tanggal 30 April 1997.perihal Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Indonesia, 2014. Booklet Perbankan, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan http://www.ojk.go.id/pedia