ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA (PERIODE 2008-2012) Aan Andrian 210000001 Universitas Paramadina Program Studi Manajemen dan Bisnis 2010
ABSTRACT The objectives of this research is to make financial performance comparation between islamic commercial banks and conventional commercial banks in Indonesia in the period 20082012 by using financial ratios. Financial ratios used are CAR, LDR, NPL, BOPO, and ROA. The data used in this study were obtained from the financial statements of Commercial Banks in 2008 to 2012, published by each bank. After passing through the stage purposive sample, the sample is feasible to use as many as 10 samples, 5 islamic commercial banks (Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Mega Syariah, and Bank Bukpoin Syariah), and 5 conventional commercial bank (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, and Bank CIMB Niaga). Analytical techniques used to see comparison of financial performance between islamic commercial banks with conventional commercial bank is the method of Independent sample ttest.The analysis showed that there are significant differences for fourfinancial ratios, there were LDR, ROA, BOPO, and NPL. The analysis also showed that there is no significant difference for CAR ratio. Islamic commercial banks has high performance in term of LDR ratio, while the conventional commercial banks higher performance in terms of the CAR, ROA, BOPO, and NPL.
Keywords : Comparison of Performance Bank, Financial Ratios, Islamic Commercial Banks, Conventional Commercial Banks
1
PENDAHULUAN Perkembangan pesat dalam dunia perbankan di Indonesia saat ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Industri perbankan di Indonesia sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, pajak, dan pembayaran lainnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 4 yaitu perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Selain itu,menurut Suyatno (2007) bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan menyimpan dana-dananya. Bank sebagai badan usaha yang bergerak dibidang keuangan, setiap bank harus berkompetisi dengan bank-bank lainnya untuk menarik pangsa pasar yang ada. Suatu bank dikatakan berhasil memenangkan kompetisi bisnisnya jika bank itu mampu memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan jasa-jasa keuangan yang lebih baik, menarik dan menyenangkan dibandingkan kompetitornya. Persaingan antara usaha perbankan pada saat ini semakin ketat akibat semakin majunya usaha perbankan dalam negeri, sehingga setiap usaha perbankan berusaha mengatur seoptimal mungkin dalam hal pengeluaran dan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing perusahaan. Oleh karena itu, tidak aneh jika setiap bank berusaha untuk menawarkan dan mempromosikan jasanya dengan tawaran yang menggiurkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan eksistensi perusahaan mereka agar tetap bertahan. Fenomena yang menarik di Indonesia sekarang ini adalah munculnya berbagai bank syariah baru. Hal ini mengakibatkan persaingan bisnis perbankan di Indonesia semakin ketat.
2
Tidak dapat dipungkiri persaingan antara bank konvensional dan bank syariah adalah banyaknya perbedaan sistem keuangan dan aspek lainnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan keduanya. Menurut Antonio (2001) perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Selanjutnya ditambahkan oleh Muhammad (2005) dalam Maharani (2010) Hal yang mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sampai saat ini daftar sepuluh bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah asetnya masih didominasi oleh bank umum konvensional. Dari daftar sepuluh bank tersebut terdapat empat bank pemerintah dan enam bank umum swasta konvensional. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri mengingat perbankan konvensional sudah sejak lama didirikan di Indonesia. Bank syariah tergolong sangat muda didirikan jika dibandingkan bank konvensional, hal ini dapat terlihat dari jauhnya jarak total aset yang dimiliki bank konvensional dan bank syariah. Akan tetapi muncul dan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, menimbulkan persaingan antara bank konvensional dan bank syariah. Hal yang menarik adalah apakah dengan lamanya bank berdiri dan total aset yang besar dapat menjamin bahwa kinerja keuangan bank konvensional lebih baik ataukah sebaliknya kinerja keuangan bank syariah yang tergolong muda dan total aset yang kecil lebih baik dibandingkan bank konvensional yang memiliki total aset yang besar.Perkembangan pesat tiap tahunnya pun terjadi pada bank syariah, selain itu banyaknya cabang bersifat syariah yang dilakukan bank konvensionalmenjadi hal yang menarik bagi peneliti, apakah hal ini dikarenakan masalah kinerja keuangan bahwa kinerja keuangan bank syariah lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja bank konvensional ataukah ada hal lain yang menjadi dasar pertimbangan oleh bank konvensional untuk mengembangkan kinerja keuangannya. Perkembangan pesat bank konvensional sebagai industri perbankan yang sudah sejak lama didirikan di Indonesia, membuat bank syariah harus dapat mengimbanginya dengan manajemen yang baik agar dapat bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, dengan melihat fakta yang ada maka penulis
3
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia Periode 2008-2012.” Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.
TINJAUAN PUSTAKA Kasmir (2010) bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan
sebagai cara penentuan
keuntungan yang akan di peroleh. Kasmir (2010, 40) jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam kedua kelompok yaitu: a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011). Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Dewi: 2006). Berikut tabel perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional. Tabel 1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Keterangan
Bank Syariah
Bank Konvensional
Akad dan aspek legalitas
Hukum islam dan hukum positif
Hukum positif
4
Lembaga sengketa
penyelesaian Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BAN)
Struktur organisasi
Ada Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Tidak ada DSN dan DPS
Investasi
Halal
Halal dan haram
Tujuan
Profit dan falah oriented
Profit oriented
Hubungan nasabah
Kemitraan
Hubungan nasabah
Sumber : Dewi (2006)
Berdasarkan tabel di atas, menurut peneliti perbedaan prinsip investasi bank syariah dan bank konvensional terletak pada jenis keuntungan yang diambil, yaitu pengambilan bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil bagi bank syariah. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja bank dalam penelitian ini adalah CAR, LDR, ROA, BOPO dan NPL. CAR
merupakan rasio
kinerja
bank untuk
mengukur
kecukupan modal yang dimilki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Standar pengukuran tingkat CAR yaitu 8% ke atas dapat dikatakan predikat sehat, 6,4% – 7,9% kurang sehat, di bawah 6,4% tidak sehat (www.bi.go.id). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : .......... (1)
LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum LDR di bawah 93,75% dikatakan sehat, antara 93,76% – 97,5% dikatakan cukup sehat, jika antara 97,6% – 101,25% dikatakan kurang sehat, dan di atas 101,25% tidak sehat (www.bi.go.id). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 5
......... (2) Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Siamat, 2005). Selanjutnya Siamat (2005) menambahkan bahwa semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum tingkat ROA yang sehat di atas 1,22%, cukup sehat 0,99%-1,22%, kurang sehat 0,77%-0,99%, dan tidak sehat di bawah 0,77% (www.bi.go.id). Rumus yang digunakan adalah : ……… (3) Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum tingkat BOPO yaitu jika di bawah 93,52% dikatakan bank tersebut sehat, jika antara 93,52% – 94,72% cukup sehat, jika antara 94,72% – 95,92% kurang sehat, jika di atas 95,92% dikatakan tidak sehat (www.bi.go.id). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : ………. (4) NPL adalah kredit-kredit yang diklasifikasikan sebagai kredit kurang lancar diragukan, dan macet. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, NPL lebih tinggi nilai-nilai (di atas 5%), bank tidak sehat (www.bi.go.id). Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
………. (5) Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional.
6
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional.
METODE PENELITIAN Objek dari penelitian ini adalah kinerja keuangan bank umum syariah dan bank umum konvensional di Indonesia periode 2008-2012. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Kriyantono (2008) teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. peneliti mengambil teknik purposive sampling karena peneliti mempunyai batasan / kriteria – krietria tertentu yang akan dijadikan sampel. Bank umum syariah dan bank umum konvensional yang dipilih adalah lima bank dengan total aset terbesar yang telah berdiri minimal 5 tahun atau dari tahun 2008 yang terdaftar di Bank Indonesia. Bank umum syariah dalam hal ini diwakili oleh Bank Syariah Mandiri (BSM), ank Muamalat Indonesia (BMI), BRI Syariah, Bank Mega Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Bank umum konvensional dalam hal ini diwakili oleh Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, dan Bank CIMB Niaga. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan dari bank umum syariah dan bank umum konvensional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu studi pustaka dan studi dokumen. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample T-Test). Santoso (2010) teori uji rata-rata T-Test adalah sebuah sebuah teori dalam statistik yang digunakan untuk menguji apakah suatu nilai tertetntu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Sugiharto (2009) pilihan tingkat signifikansi yang paling umum dalam praktik adalah 0,05 (tingkat signifikansi 5%) dan 0,01 (tingkat signifikansi 1%). Pada hal ini peneliti menggunakan tingkat signifikansi 5% untuk kriteria pengujian hipotesis. Hipotesis penelitian ini adalah jika t hitung sig. < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional terdapat perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 maka Ho diterima atau dapat dikatakan kinarja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Statistik Deskriptif Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional
CAR
Mean 15,20
Std.Dev. 6,83
Mean 15,26
Std. Dev 1,74
LDR
94,91
17,23
73,38
13,40
ROA
1,49
1,24
3,08
0,94
BOPO
88,74
19,93
72,70
8,13
NPL
2,25
1,25
0,89
0,57
RASIO
Sumber : Data SPSS yang telah Diolah (2013)
Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa bank umum syariah mempunyai rata-rata(mean) rasio CAR sebesar 15,20%, lebih rendah dibandingkan dengan mean rasio CAR bank umum konvensional sebesar 15,26%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2008-2012 bank umum konvensional memiliki rasio permodalan lebih baik dibandingkan dengan bank umum syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka akan semakin tinggi rasio kecukupan modal bank tersebut. Jika mengacu pada ketentuan nilai CAR Bank Indonesia, maka bank umum syariah dan bank umum konvensional tergolong sehat karena memiliki nilai CAR di atas 8%. Bank umum syariah mempunyai rata-rata(mean) rasio LDR sebesar 94,91%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio LDR bank umum konvensional sebesar 73,38%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2008-2012 bank umum syariah memiliki rasio likuiditas lebih baik dibandingkan dengan bank umum konvensional. Jika mengacu pada ketentuan nilai LDR Bank Indonesia, maka bank umum syariah tergolong sehat karena memiliki nilai LDR antara 93,76%97,5%. Sedangkan bank umum konvensional tergolong tidak sehat karena di bawah standar ketentuan Bank Indonesia yaitu 85%. Bank umum syariah mempunyai rata-rata(mean) rasio ROA sebesar 1,49%, lebih kecil dibandingkan dengan mean rasio ROA bank umum konvensional sebesar 3,08%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2008-2012 bank umum konvensional memiliki rasio profitabilitas lebih baik dibandingkan denganbank umum syariah, karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin besar pula profitabilitas suatu bank.Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia, maka bank umum konvensional berada pada kondisi yang sehat karena berada di atas standar sehat Bank 8
Indonesia yaitu di atas 1,50%. Sedangkan bank umum syariah tidak berada pada kondisi sehat karena berada di bawah standar sehat Bank Indonesia. Bank umum syariah mempunyai rata-rata(mean) rasio BOPO sebesar 88,74%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio BOPO bank umum konvensional sebesar 72,70%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2008-2012 bank umum konvensional memiliki BOPO lebih baik dibandingkan denganbank umum syariah, karena
semakin rendah nilai BOPO maka akan
semakin tinggi efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia, maka bank umum konvensional dan bank umum syariah berada pada kondisi yang sehat karena berada di bawah 93,52%. Bank umum syariah mempunyai rata-rata(mean) rasio NPL sebesar 2,25%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio NPL bank umum konvensional sebesar 0,89%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2008-2012 bank umum konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan dengan bank umum syariah, karena semakin rendah nilai NPL menunjukkan bahwa bank mampu menangani kredit bermasalahnya. Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia, maka bank umum syariah dan bank umum konvensional berada pada kondisi yang sehat karena masih berada pada standar sehat ketentuan Bank Indonesia yaitu di bawah 5%.
Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan Tabel 3 Hasil Uji Statistik Independent Sample t-Test
Levene's Test for Equality of Variances F CAR Equal variances assumed
t-test for Equality of Means Sig.
28.813
.000
Equal variances not assumed LDR Equal variances assumed
1.378
.242
Equal variances not assumed ROA Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.482
.036
T -.085
Df
Sig. (2tailed)
192
.933
-.082 104.299
.935
9.745
192
.000
9.671 175.547
.000
-10.082
192
.000
-10.000 173.946
.000 9
BOP Equal variances assumed O Equal variances not assumed NPL Equal variances assumed
6.644
28.172
Equal variances not assumed
.011
.000
7.421
192
.000
7.258 121.554
.000
9.769
192
.000
9.573 128.706
.000
α : 0,05 Sumber : Data SPSS yang telah Diolah (2013) Dari tabel di atas terlihat bahwa F hitung untuk CAR dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 28,813 dengan probabilitas (ρ) = 0,000. Oleh karena ρ < α (0,05) , maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional untuk rasio CAR. Bila kedua varians tidak sama, maka digunakan equal variances not assumed. t hitung untuk CAR dengan menggunakan equal variances not assumed adalah -0,082 dengan ρ = 0,935. Oleh karena ρ > α, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka Ho diterima, artinya kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai F hitung untuk LDR dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 1,378 dengan ρ = 0,242. Oleh karena ρ > α , maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional untuk rasio LDR. Bila kedua varians sama, maka digunakan
equal
variances assumed. t hitung untuk LDR dengan menggunakan equal variances assumed adalah 9,745 dengan ρ = 0,000. Oleh karena ρ < α, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio LDR maka Ho ditolak, artinya kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai F hitung untuk ROA dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 4,482 dengan ρ = 0,036. Oleh karena ρ < α, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional untuk rasio ROA. Bila kedua varians tidak sama, maka digunakan equal variance not assumed. t hitung untuk ROA dengan menggunakan equal variances not assumed adalah -10,000 dengan ρ = 0,000. Oleh karena ρ < α, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROA maka Ho ditolak, artinya kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
10
Nilai F hitung untuk BOPO dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 6,644 dengan ρ = 0,011. Oleh karena ρ < α, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional untuk rasio BOPO. Bila kedua varians tidak sama, maka digunakan equal variances not assumed. t hitung untuk BOPO dengan menggunakan equal variances not assumed adalah 7,258 dengan ρ = 0,000. Oleh karena ρ < α, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka Ho ditolak, artinya kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai F hitung untuk NPL dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 28,172 dengan ρ = 0,000. Oleh karena ρ < α, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional untuk rasio NPL. Bila kedua varians tidak sama, maka digunakan equal variances not assumed. t hitung untuk NPL dengan menggunakan equal variances not assumed adalah 9,573 dengan ρ = 0,000. Oleh karena ρ < α, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka Ho ditolak, artinya kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut : a. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan rasio LDR, ROA, BOPO, dan NPL bank umum syariah berbeda secara signifikan dengan bank umum konvensional. b. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan rasio CAR bank umum syariah tidak berbeda secara signifikan dengan bank umum konvensional. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Bank Umum Syariah Berdasarkan hasil penelitian, hanya rasio LDR bank umum syariah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum konvensional. Selain daripada rasio LDR, rasio bank 11
umum syariah lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio profitabilitas (ROA), rasio kualitas aset (NPL), dan rasio efisiensi (BOPO). Untuk meningkatkan rasiorasio tersebut, perbankan syariah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Rasio permodalan (CAR) bank umum syariahdapat ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan modal. b. Rasio profitabilitas (ROA) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan efektif dalam pengalokasian aktiva untuk usaha meningkatkan laba pada periode yang akan datang. c. Rasio efisiensi (BOPO) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional. d. Rasio kualitas aset (NPL) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan lebih berhati-hati dalam pemberian kredit terhadap nasabah untuk mengurangi jumlah kredit yang macet dan bermasalah. Selain itu, bank umum syariah juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengerti tentang produk bank umum syariah dan memiliki ketertarikan untuk menjadi nasabahnya.
2. Bagi bank umum konvensional Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja bank umum syariah secara umum dari segi penyaluran kredit (Rasio LDR) lebih baik dibandingkan bank umum konvensional. Selain itu, untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, bank umum konvensional perlu memperhatikan masalah peningkatan rasio LDR. Rasio penyaluran kredit (LDR) bank umum konvensional dapat ditingkatkan kualitasnya dengan meningkatkan penyaluran kredit.
3. Bagi peneliti yang akan datang Penelitian ini hanya menggunakan lima rasio dalam mengukur kinerja keuangan bank umum syariah dengan bank umum konvensional, sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak sampelnya agar hasilnya lebih tergeneralisasi.
12
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Syafi’I, 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press Booklet Perbankan Indonesia. 2011. Jakarta : Bank Indonesia. Dewi, Gemala. 2006. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Pengasuransian Syari’ah di Indonesia, Jakarta : Kencana, Jakarta. Kasmir.2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 9. Jakarta:rajawali pers. Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group Maharani, Kiki. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Dengan Menggunakan Rasio Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Veteran Jawa Timur. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Paramaterik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiharto, Toto. 2009. Bahan Kuliah Statistik 2. Universitas Gunadarma.
Sumber Elektronik http://www.bi.go.id 07 mei 2013 22.30
13