ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN ( Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN. Skt )
Disusun Oleh ; Tesa Domiyanto 12100037
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2016
ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN ( Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN. Skt )
ABSTRAK Tujuan dari penelitian hukum ini adalah yamg pertama untuk mengkaji pertimbangan hakim dalam memutus tindak pidana pengrusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola dan yang kedua mengetahui hambatan – hambatan hakim dalam memutus perkara pidana pengrusakan yang terjadi di Pengadilan Negeri Surakarta. Tindak pidana pengerusakan, kekerasan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, tata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang masih melekat pada suporter sepakbola. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Apabila konflik suporter masih terus terjadi,sepakbola yang seharusnya menjadi sarana hiburan justru kemudian identik dengan kekerasan Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Jenis penelitian yaitu yuridis normatif. Sifat penelitian yaitu deskriptif. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder. Alat pengumpulan data menggunakan study kepustakaan. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengadilan menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama tiga bulan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum selama lima bulan serta tuntutan dalam KUHP selama dua tahun delapan bulan. Penerapan pasal 406 ayat 1 KUHP tentang tindak pidana pengerusakan barang milik orang lain di Pengadilan Negeri Surakarta diawali dengan proses penyidikan oleh pihak kepolisian untuk dibuat berita acara penyidikan,yang akan dikirimkan ke kejaksaan guna dibuat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum yang akan dibacakan dalam persidangan, selanjutnya dilakukan pemeriksaan persidangan di pengadilan berdasrkan bukti-bukti dan hal-hal lain yang digunakan sebagai pertimbangan. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana pengerusakan adalah adanya alat-alat bukti yang sah di dalam persidangan, barang-barang bukti yang digunakan untuk memperkuat dari suatu kejadian tindak pidana serta hal-hal yang meringankan dan memberatkan yang melekat pada diri pelaku tindak pidana pengrusakan. Hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak mendapatkan hambatan-hambatan dalam memutus perkara pengrusakan tersebut karena setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP dan tuntutan dari jaksa penuntut umum.
1
PENDAHULUAN Sepak bola bukan lagi sekedar joga bonito (permainan indah) dari para aktornya untuk menciptakan gol dan meraih kemenangan. Sepak bola juga tidak lagi sekedar pertandingan 2 x 45 menit (plus extra time dan adu penalti), tetapi sepak bola telah memberikan pelajaran terhadap refleksi manusia. Salah satunya tentang multikulturalisme. Sepak bola menjadi cabang olahraga yang paling multikultural dari cabang olahraga lainnya. Olahraga sepak bola sukses mengobrak-abrik sekat sosial, kultural, etnis, agama, ideologi, dan negara. Suporter dan sepakbola sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, dimana ada sepakbola disitu juga ada suporter, tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Kecintaan mereka terhadap tim sepak bola yang dibelanya telah mengubah pikiran normal manusia. Berbagai atribut seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan berbagai warna kebesarannya merah, hijau, maupun biru telah menjadi simbol dan identitas mereka. Kehadiran suporter bagi tim sepak bola tentu sangat diharapkan karena olahraga sepak bola sudah bukan sekedar olahraga dengan tujuan sempit yaitu menjaga kesehatan, melainkan sudah berkembang menjadi sebuah bisnis dan industri. Kehadiran suporter akan membawa semangat tersendiri bagi para pemain, karena segala teknik, keterampilan, kecepatan, kemahiran, dan seni bermain bola dapat dinikmati oleh orang lain. Suporter ketika mendukung, menonton, dan menikmati pertandingan sepak bola tentunya berharap mendapat hiburan olahraga yang memadai dan segar. Dengan segenap pengorbanan berupa biaya tiket, parkir dan transport yang dikeluarkan suporter untuk menyaksikan secara langsung tim kebanggaannya berlaga di stadion.Dengan biaya yang dikeluarkan tentu supporter berharap mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan.
2
Keberadaan suporter merupakan hal vital bagi klub sepak bola, karena pendapatan klub berasal dari tiket masuk pertandingan, sponsor, dan penjualan pernak-pernik klub yang dibeli oleh para penggemar klub atau suporter. Dari pendapatan itu klub atau tim membiayai industri olahraga yang dikelolanya, biaya-biaya tersebut untuk menutup biaya operasional seperti belanja pemain, gaji pemain, dan biaya pertandingan. Maka itu suporter menjadi pilar penyanggah panji-panji kebesaran klub sepak bola. Seharusnya para pengelola industri olahraga sepak bola memberikan perhatian serius dalam membina kualitas suporternya, kuantitas penting tapi kualitas juga tidak kalah penting. Kerusuhan suporter bukan hal yang baru dalam dunia persepakbolaan. Gengsi dan harga diri mereka dipertaruhkan ketika tim kesayangannya bertanding. Suporter sebagai penyemangat disaat tim kesayangan mereka membutuhkan suntikan psikologis dengan nyanyian, tarian dan teriakan. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter,
Di Indonesia pun kerusuhan supporter cenderung meningkat dan
semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter. Seperti yang telah di ketahui perseteruan suporter antara Aremania (suporter Arema) dengan Bonek (supporter Persebaya) dan Viking (Suporter Persib) dengan The Jak Mania (suporter Persija) maupun Pasoepati ( Suporter Persis ) dengan Brajamusti ( Suporter PSIM Jogja ) telah lama terjadi. Bahkan ada baju di kelompok pecinta Persija Jakarta yang bertuliskan “Viking and Bonek” yang ditandai dengan tanda silang, di kaos para pendukung fanatic ini bisa juga bersifat provokatif. Atau juga “Wanted! Kill the Vikings, everywhere, anytime, always.” Mengerikan memang.
3
Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, tata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter, meskipun misi perdamaian sudah dilakukan banyak kelompok suporter di Indonesia. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung kesebelasan yang disayanginya kandangkala berubah menjadi kerusuhan atau anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas stadion maupun fasilitas umum di sekitar stadion. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter. Meskipun misi perdamaian selalu di dengungkan oleh berbagai kelompok suporter, akan tetapi tindak anarkis yang di lakukan oleh suporter bukannya mereda akan tetapi justru semakin menjadi-jadi. Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka maupunu tewas, rusak dan terganggunya ketertiban dan prasarana umum merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola apabila konflik antar suporter masih terus terjadi.Sepakbola
yang
seharusnya menjadi sarana hiburan justru kemudian identik dengan kekerasan. Persoalan di luar lapangan bukanlah wewenang PSSI melainkan aparat kepolisian. Namun demikian, melaluikomisi disiplin PSSI tetap memberikan sanksi kepada klub, suporter, pemain ataupun panpel yang melakukan pelanggaran.
METODE PENELITIAN Menurut Soerjono Soekanto, metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan suatu ilmu pengetahuan. Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut ; Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan 4
penelitian dengan memilih lokasi penelitian di kota Surakarta. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normative. Sifat Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Sumber Data Berdasarkan jenis data penelitian tersebut di atas , maka sumber data adalah Sember data primer yaitu bersumber dari hasil wawancara dengan hakim di pengadilan Negeri Surakarta atas putusan perkara 69/Pid.B/2015/PN. Skt serta Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberi keterangan yang bersifat mengandung sumber data primer, sumber data sekunder dapat diperoleh dari bahan hukum primer,bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah study kepustakaan. Jalannya Penelitian didalam pelaksanaan
penelitian
sebagai
berikut:
Tahap
Persiapan,Pengumpulan
Data,Analisis,Penyusunan Laporan. Metode Analisa yang digunakan yaitu Bahan hukum yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif,
PEMBAHASAN A. Pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola Hasil penelitian menunjukkan Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam putusan No.69/Pid.B/2015/PN.Skt sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP karena hakim harus berpedoman pada sistem pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP sebagai berikut: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bawa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
5
Alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP terdiri dari: a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Dalam perkara ini alat bukti yang sah untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi hakim, yakni barang bukti ,keterangan saksi dan keterangan terdakwa. Pada persidangan yang sebelumnya sudah dijalani bahwa benar barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan adalah milik terdakwa. Barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan tersebut berupa : a) Sebuah tas warna putih yang berisikan batu b) Selembar kaos warna merah bertuliskan TREMBESI AKU TRESNO PERSIS SOLO c) Selembar sleyer warna merah bertuliskan pasoepati d) Pecahan kaca e) Potongan bamboo f) Pecahan batu yang ditemukan di TKP Kemudian saksi-saksi yang sudah dihadirkan pula di persidangan ialah : a. Budi Susilo b. Prasasti katyastawa galih gumilang c. Wahyu Riyadi d. M.Arif Arwan. Dalam perkara ini meskipun terdakwa ADHI EKO MARSETYO bertindak sebagai supporter Persis solo dalam mendukung tim tersebut bertanding tidak menjadikan terdakwa
6
memiliki ke istimewaan atau mendapat perlakuan yang berbeda ketika berhadapan dengan hukum. Terdakwa tetaplah menjadi subyek hukum orang perseorangan , dalam artian Setiap orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Tidak ada perbedaan antara seseorang dengan orang lainnya. Sejatinya asas persamaan dihadapan hukum merupakan asas dimana terdapatnya suatu kesetaraan dalam hukum pada setiap individu tanpa ada suatu pengecualian. Baik itu membeda-bedakan kekuasaan,jabatan ataupun status sosialnya. Hakim dalam perkara ini tidak melihat terdakwa dari sisi supporter,tatapi tetap melihat terdakwa sebagai orang biasa yang sedang menjalani proses hukum. Dala arti setiap orang yang melanggar aturan atau melakukan tindak pidana tetap harus di hukum sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut juga tidak mempertimbangkan terdakwa sebagai seorang supporter yang dapat meringankan hukuman terdakwa.
B. Penerapan hukum khususnya pada perkara pidana No.69/Pid.B/2015/PN.Skt Penerapan
hukum
pidana
materiil
dalam
perkara
dengan
perkara
NO.69/Pid.B/2015/PN.Skt dengan terdakwa ADHI EKO MARSETYO sudah sesuai karena hakim dalam menjatuhkan putusan harus mencerminkan rasa keadilan baik bagi korban maupun bagi terdakwa. Dalam perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa ADHI EKO MARSETYO jaksa penuntut umum menyusun dakwaan secara alternative,yaitu : -
Kesatu
: sebagaimana diatur dan di ancam pidana dalam pasal 170 ayat 1
KUHP -
Kedua
: sebagaimana diatur dan di ancam pidana dalam pasal 406 ayat 1
KUHP
7
Oleh karena jaksa penuntut umum menyusun dakwaannya secara alternative maka hakim dapat memilih salah satu dari dakwaaan tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang yang ditemukan dalam persidangan.
Pasal 170 ayat 1 terdiri dari unsur-unsur : 1. Unsur “Barang siapa” Yang dimaksud “barang siapa” adalah orang perorangan selaku subyek hukum yang dapat bertanggung jawab menurut hukum. Dalam perkara ini Penuntut Umum menghadapkan ADHI
EKO MERSETYO Bin MARTONO
sebagai Terdakwa
d i muka persidangan, yang berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan Terdakwa sendiri, dapat disimpulkan bahwa yang dihadapkan di persidangan ini, adalah benar orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai Terdakwa dalam perkara ini. Kemudian Majelis berpendapat bahwa Terdakwa adalah subyek pelaku tindak pidana yang didakwakan kepada nya, yang dapat bertanggung jawab secara pidana terhadap perbuatan yang ia lakukan. 2. Unsur “Terang-terangan” Unsur terang terangan yang dimaksud dalam kasus ini adalah terdakwa dengan terang terangan di muka umum yaitu di komplek stadion Manahan solo melakukan aksi pengerusakan dengan melempari kaca sebuah bus
3. Unsur “Dengan tenaga bersama" Dengan tenaga bersama yang dimaksud ialah terdakwa melakukan pengerusakan tersebut dilakukan lebih dari satu orang yakni bersama supporter pasoepati lainnya melakukan aksi pengerusakan. Meskipun dalam kejadian tersebut terdakwa tidak mengenal satu dengan yang lainnya para supporter tersebut,tetapi perbuatan tersebut dilakukan dengan bersama-sama 4. Unsur “Menggunakan kekerasan” 8
Unsur menggunakan kekerasan dalam perkara ini adalah terdakwa melakukan tindakan tersebut dengan menggunakan tenaga melakukan aksi pengerusakan tersebut dengan rasa emosi karena tim yang didukung tidak memperoleh kemenangan kemudian melampiaskan rasa kecewanya dengan melakukan aksi kekerasan merusak sebuah bus 5. Unsur “Terhadap orang atau barang” Terhadap orang-orang atau barang-barang, artinya bahwa kekerasan yang dilakukan oleh terdakwa dilakukan oleh beberapa orang secara terbuka dan secara bersama-sama itu ditujukan terhadap orang-orang atau barang-barang. Dalam perkara ini terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan obyek merusak sebuah bus. Kemudian Unsur-unsur pasal 406 ayat 1 KUHP,yaitu : 1. Unsur “Barang siapa” Yang dimaksud “barang siapa” adalah orang perorangan selaku subyek hukum yang dapat bertanggung jawab menurut hukum. Dalam perkara ini Penuntut Umum menghadapkan ADHI
EKO MERSETYO Bin MARTONO
sebagai Terdakwa
d i muka persidangan, yang berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan Terdakwa sendiri, dapat disimpulkan bahwa yang dihadapkan di persidangan ini, adalah benar orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai Terdakwa dalam perkara ini. Kemudian Majelis berpendapat bahwa Terdakwa adalah subyek pelaku tindak pidana yang didakwakan kepada nya, yang dapat bertanggung jawab secara pidana terhadap perbuatan yang ia lakukan. 2. Unsur “Tanpa hak merusak barang milik orang lain” dari fakta dipersidangan terdakwa ADHI EKO MERSETYO Bin MARTONO dalam kerusuhan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Martapura FC dengan Persis Solo, terdakwa tidak puas atas keputusan wasit kemudian melampiaskan kemarahannya
dengan
cara
melempari
Bus
yang
akan
ditumpangi
pemain
9
Martapura FC sehingga mengakibatkan kaca depan Bus milik PO. GANDOS ABADI bukan milik terdakwa dan perusakan Bus tersebut tidak dikehendaki oleh pemiliknya, maka perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur “Tanpa Hak Merusak Barang Milik Orang Lain” Dari uraian tersebut di atas pasal 170 tersebut tidak memenuhi unsur-unsurnya karena pada unsur “terhadap orang atau barang” tidak memenuhi syarat karena unsur tersebut obyek yang digunakan bisa orang maupun barang,sedangkan dalam kasus ini obyek yang digunakan ialah barang. Atas pertimbangan hakim kemudian hakim menjatuhkan hukuman kedapa ADHI EKO MARSETYO dengan tindak pidana pengerusakan yang diatur dalam pasal 406 ayat 1 karena unsur-unsurnya telah terpenuhi,yaitu : barang siapa dan Tanpa hak merusak barang milik orang lain. Dalam hal ini terdakwa ADHI EKO MARSETYO telah merusak sebuah bus yang dimiliki oleh PO.GANDOS ABADI sehingga mengakibatkan kaca bus tersebut pecah. Dalam perkara ini terdakwa di tuntut dengan pasal 406 ayat 1 KUHP dengan ancaman hukuman dua tahun delapan bulan penjara. Kemudian Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa ADHI EKO MARSETYO dengan ancaman hukuman lima bulan penjara. Dan selanjutnya hakim memberikan putusan kepada terdakwa dengan penjara selama 3 ( tiga ) bulan. Setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP dan tuntutan dari jaksa penuntut umum. Hakim boleh menjatuhkan pidana minimum satu hari dan maksimum dua tahun delapan bulan dengan melihat fakta-fakta yang ditemukan di pengadilan. Kemudian dalam mengambil kesimpulan hakim juga harus mendasari
10
putusannya kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bebas untuk menafsirkan atau menginterpretasikan hukum tersebut
C. Hambatan hakim dalam memutuskan tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola. Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh terdakwa ADHI EKO MARSETYO Bin MARTONO dengan merusak kaca bus yang dilakukan di komplek stadion Manahan solo berjalan dengan lancar. Sehingga Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dapat menjatuhkan putusan pidana terhadap terdakwa ADI EKO MARSETYO Bin MARTONO. Dalam sidang kasus tindak pidana pengerusakan dengan terdakwa ADHI EKO MARSETYO ini pihak pengadilan memperoleh keterangan yang berasal dari para saksisaksi yang melihat ,mengetahui dan mengerti adanya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Hal ini terlihat dari empat orang saksi yang menjadi saksi yaitu : Budi Susilo ( Anggota Polri ) dan Prasasti Katiyastawa Galih Gumilang ( Anggota Polri ),Wahyu Riyadi SH ( penyidik ) dan M Arif Arwan ( penyidik ) yang secara jelas melihat kronologis kejadian di TKP komplek stadion Manahan solo. Di dalam persidangan terdakwa ADHI EKO MARSETYO sering kali memberikan keterangan yang berbelit belit pada setiap persidangan, itu bukanlah faktor yang dapat menghambat hakim dalam menjatuhkan putusan,melainkan itu hanyalah faktor yang menyulitkan hakim dalam mencari fakta di persidangan. Jadi dapat dikatakan hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak mendapatkan hambatan-hambatan dalam memutus perkara pengrusakan tersebut.
11
KESIMPULAN Berdasarkan hasll penelitian dan pembahasan tersebut diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Pertimbangan
hakim
dalam
menjatuhkan
putusan
dalam
putusan
No.69/Pid.B/2015/PN.Skt sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP berupa sekurang-kurangnya dua alat bukti yakni dalam perkara ini keterangan saksi dan keterangan terdakwa sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwa sebagai pelaku pengrusakan tersebut. Selain itu, pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut ialah perbuatan terdakwa melempari kaca bus tersebut merupakan perbuatan yang merugikan orang lain serta meresahkan masyarakat. Kemudian terdapat pula hal-hal yang meringankan terdakwa antara lain sopan di persidangan, mengakui dan menyesali perbuatannya, dan terdakwa belum pernah dihukum. Penerapan
hukum pidana materiil dalam
perkara dengan
nomor perkara
69/Pid.B/2015/PN. Skt sudah sesuai. Dimana hakim telah mengambil keputusan yang tepat untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan pasal 406 ayat 1 KUHP yang telah memenuhi unsur-unsurnya yaitu : Barang siapa dan Tanpa hak merusak Barang milik orang lain. Hakim dalam menjatuhkan perkara nomer 69/Pid.B/2015/PN.Skt tidak menemukan hambatan dalam memberikan putusan tersebut. karena setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP
Kata kunci ; Supporter, Sepak Bola, pengrusakan, Kekerasan, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN.Skt
12
DAFTAR PUSTAKA
Anung Handoko, 2008, Sepak Bola Tanpa Batas, Kanisius Yogyakarta.
Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press Barder Johan Nasution,2008 , Metode Penelitian Hukum,Bandung : Mandar Maju Kitab Undang Undang Hukum Pidana Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Putusan Pengadilan No.69/Pid.B/2015/PN.Skt
13