ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL BERTEMAN DENGAN KEMATIAN KARYA SINTA RIDWAN Hanizar Kuntarti, Martono, Endang Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang psikologi atau kejiwaan khususnya emosi tokoh utama dalam novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, berbentuk kualitatif, dengan pendekatan behavioristik. Sumber data adalah novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan, sedangkan data berbentuk kata, ungkapan, kalimat, ataupun paragraf. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumenter dan alat pengumpul data adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci yang berkedudukan sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan penafsir data penelitian. Hasil analisis data menunjukkan emosi yang terdapat pada tokoh utama yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif meliputi cinta dan bahagia, sedangkan emosi negatif meliputi marah, benci, takut, dan sedih. Emosi ini dapat terlihat dari berbagai peristiwa yang dialami tokoh utama. Emosi dapat mempengaruhi sikap dan perwatakan tokoh utama dalam novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan. Emosi yang lebih mendominasi dalam novel ini ialah emosi negatif. Kata kunci: psikologi, emosi, tokoh utama Abstract: This research has purpose to describe the point of psicology or psychological the main figure emotion in Berteman dengan Kematian novel by Sinta Ridwan. The method used is descriptive method, in qualitative form, with behavioristic approach. The source of data is Berteman dengan Kematian novel by Sinta Ridwan, while the data are in form of words, expression, sentence, or paragraphs. The technique use for collecting data is documentar and the tool of collecting data is the researcher herself as the key instrument as planner, implementer, analyzer, and interpreter of research data. The result of data analiysis show the emotion of the main figure are positive and negative emotion. The positive emotion are including love and happy, whereas the negative emotions are including angry, hate, afraid, and sad. The emotion can be seen from the events of the main figure experience. The emotions can influence attitude and characterize the main figure in Berteman dengan Kematian novel by Sinta Ridwan. The dominant emotion in this novel is negative emotion. Key word : psicology, emotion, ovel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yang ditebitkan oleh Ombak merupakan satu diantara novel yang mengisahkan tentang kehidupan nyata dari tokoh dalam novel tersebut. Kisah dalam novel ini diangkat dari perjalan hidup sang penulis yang bernama Sinta Ridwan. Novel ini menceritakan
N
1
tentang perjalanan hidup Sinta sebagai seorang gadis yang tegar. Ia selalu berusaha untuk hidup mandiri mulai dari biaya sekolah bahkan melawan penyakit yang ia derita. Novel ini menceritakan tentang sosok Sinta yang tegar berjuang melawan penyakitnya di tengah-tengah kerapuhan keluarganya. Ia berjuang sendiri tanpa bantuan dari keluarganya. Novel ini memberikan berbagai informasi tentang penyakit lupus mulai dari gejala, jenis lupus dan perkembangan penyakit lupus. Selain itu novel ini juga memberikan motivasi bagi pembaca agar selalu memiliki mimpi yang ingin dicapai karena dengan mimpi tersebut seseorang memiliki tujuan untuk hidup dan dapat menghargai waktu yang dimiliki. Sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan psikologi. Psikologi sangat mempengaruhi sebuah karya sastra termasuk novel. Psikologi ini meliputi psikologi pengarang sebagai pencipta karya, psikologi karya sastra yang terdapat pada tokoh dan psikologi pembaca sebagai penikmat sastra. Psikologi dalam karya sastra berhubungan dengan kejiwaan atau perwatakan seseorang. Melalui psikologi kita dapat melihat kejiwaan mulai dari pengarang, tokoh dalam sebuah karya bahkan pembaca sebagai penikmat karya. Sebuah karya yang populer akan lebih mementingkan psikologi dari pembaca sebagai penikmat karya, sedangkan karya yang unggul tidak hanya mementingkan psikologi dari penikmat sastra itu sendiri tetapi juga psikologi pengarang, tokoh dan pemmbaca. Alasan tertarik meneliti psikologi karena psikologi merupakan unsur penting dalam diri seseorang. Psikologi berkaitan dengan kejiwaan seseorang. Kejiwaan mempengaruhi sikap dan kepribadian orang tersebut. Kejiwaan atau psikologi yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan emosi. Emosi merupakan luapan dari perasaan seseorang karena adanya stimulus atau rangsangan sehingga menyebabkan respon baik berupa tindakan, pikiran dan perkataan. Emosi dapat berupa emosi positif maupun emosi negatif tergantung dari stimulus dan respon yang mempengaruhi emosi tersebut. Psikologi dan sastra memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Terkait dengan psikologi, sastra menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra melibatkan perwatakan / kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca. Melalui psikologi dapat dilihat kejiwaan dari pencipta karya, tokoh rekaan dan penikmat karya. Satu di antara jenis karya sastra yang dapat diteliti aspek psikologinya yaitu novel. Menurut Nurgiyantoro (2012:4), novel sering disinonimkan dengan Fiksi. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Novel menceritakan tentang perjalan kisah tokoh dalam novel tersebut. Melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dapat dilihat psikologi dari tokoh tersebut. Maka dari itu, unsur intrinsik yang sangat berkaitan dengan psikologi yaitu tokoh. Menurut Aminuddin (2002:79), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Selain itu unsur intrinsik yang lainnya 2
ialah peristiwa. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk dalam Sarwono, 2012: 117). Melalui tokoh dan peristiwa inilah dapat dilihat psikologi yang terdapat pada novel tersebut. Melalui tokoh, penokohan, dan peristiwa dapat dilihat psikologi tokoh khususnya emosi dari tokoh dalam cerita. Emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons) terhadap suatu peristiwa (Uno, 2005: 62). Emosi tokoh dapat berupa emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif meliputi emosi rasa gembira dan cinta, sedangkan emosi negatif meliputi rasa marah, benci, takut dan sedih. Emosi akan dirasakan tokoh tergantunjg pada sikap tokoh menyingkapi stimulus dari emosi tersebut. Emosi memberikan bumbu kepada kehidupan, tanpa emosi hidup ini kering dan gersang. Pada hakikatnya, setiap orang mempunyai emosi. Sejak bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. METODE Berdasarkan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Syam (2011:11), penggunaan metode deskriptif dalam penelitian sastra disebabkan karena data yang akan diolah berupa kata-kata, kalimat-kalimat, integrasi dari kata dan kalimat, dan aspek kebahasaan yang tidak memiliki referensi. Metode deskriptif digunakan karena sesuai dengan objek dan tujuan penelitian, yakni mendeskripsikan emosi tokoh utama dalam novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yang meliputi emosi positif dan emosi negatif. Bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong (2013:6), penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan behavioristik. Pendekatan behavioristik digunakan untuk memahami teks berupa novel Berteman dengan Kematian. Behavioristik menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan (Desminta, 2007: 57). Aliran behavioristik disebut pula psikologi S-R (StimulusRespon) karena menurut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan (stimulus) dan diikuti oleh suatu reaksi (respon) terhadap rangsangan itu (Sarwono,2003:17). Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan psikologi behavioristik, peneliti akan melihat emosi tokoh utama dalam cerita dan menentukan dasar tindakan atau stimulus serta responnya berupa emosi yang akan tampak pada tokoh tersebut. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks tertulis berbentuk novel berjudul Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yang diterbitkan oleh Ombak pada tahun 2011 di Jakarta. Novel ini merupakan terdiri dari 363 halaman. Data dalam penelitian ini berbentuk kata, ungkapan, kalimat, ataupun paragraf yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang menggambarkan emosi positif dan 3
emosi negatif tokoh utama yang tercemin melalui peristiwa-peristiwa yang terdapat pada novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik tidak langsung, berupa teknik dokumenter. Oleh karena penelitian ini menggunakan novel Berteman dengan Kematian sebagai sumber data, maka teknik dokumenter dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut: 1. membaca novel Berteman dengan Kematian secara intensif; 2. mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan masalah; 3. melakukan pengkodean data sesuai dengan klasifikasi data. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Dengan bantuan kartu data dan alat mekanis lainnya. Teknik analisis data yang akan dilakukan terhadap data adalah sebagai berikut: 1. peneliti membaca novel secara kritis; 2. mengidentifikasi sesuai dengan masalah penelitian; 3. mengklasifikasikan atau pengkodean data sesuai dengan masalah penelitian; 4. mengecek keabsahan data dengan cara triangulasi bersama dosen dan teman sejawat. Pemeriksaan keabsahan data ini penting sebagai pertanggungjawaban atas proses dan hasil penelitian. Apabila melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan tekniknya maka hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan berdasarkan atas kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Untuk mendapatkan keabsahan data ada tiga teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu ketekunan/keajengan pengamatan, triangulasi, dan pemeriksaan sejawat melalui diskusi. HASIL DAN PEMBAHASAN Emosi tokoh utama yaitu pemaparan baik itu emosi positif dan emosi negatif pada tokoh utama dalam novel. Berikut pembahasan mengenai emosi positif dan emosi negatif tokoh utama dalam novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan. Emosi Positif Emosi positif merupakan emosi yang mengarahkan pada hal-hal yang bersifat positif. Emosi positif mengarahkan seseorang pada sesuatu yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang. Setiap orang selalu menginginkan hari-harinya dipenuhi dengan emosi positif. Emosi positif meliputi rasa gembira dan cinta. Gembira Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang lain (Sarwono, 2010: 135). Emosi gembira mendorong perubahan suasana hati 4
seseorang yang menyebabkan orang itu tertawa (Sobus, 2009: 427). Berdasarkan data yang ada, berikut ini kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa gembira. Tok-tok-tok! Tiba-tiba terdengar suara ketukan di kaca jendela. Lalu, suara lelaki yang begitu akrab di telingaku, terdengar memanggil-manggil namaku. Aku segera menghambur keluar dan membukakan pintu. Aih, ternyata kekasihku. Adakah yang lebih mengembirakan dan membahagiakan selain kehadiran orang tercinta ketika kita sedang merindukannya? Duh, selain senyum yang bertengger manis di ujung bibirnya, dia juga membawakan a cup of cake dan sebuah surat dadakan. Aku langsung memeluknya. (BDK: 4) Emosi rasa gembira dalam diri seseorang timbul karena adanya stimulus dari luar diri seseorang, kemudian stimulus itu akan menyebabkan terjadinya respon. Berdasarkan kutipan di atas, Sinta mendapatkan kejutan dari kekasihnya. Fuad memberi kejutan kepada Sinta dengan mendatangi Sinta di tengah malam untuk mengucapkan selamat berhari jadi. Selain itu Fuad juga membawa a cup of cake dan sebuah surat. Berbagai kejuta dari Fuad ini lah yang menjadi stimulus emosi rasa gembira Sinta. Sinta tersenyuman dan memeluk kekasihnya sebagai respon emosi rasa gembiara yang ia rasakan. Emosi rasa gembira disebabkan karena adanya rasa kelegaan. Hal ini lah yang dialami Sinta. Ia merasakan kelegaan karena telah terbebas dari berbagai tuntutan seniornya saat masa orientasi mahasiswa baru. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa gembira Sinta karena telah terbebas dari segala tuntutan seniornya. Ada yang tersenyum, tertawa, bahkan mungkin jijik melihat kelakuanku. Habisnya aku sudah muak karena sudah disiksa disuruh membawa ini itu dan dikerjai habis-habisan oleh panitia. Dan saat itu adalah hari terakhir yang bebas melakukan apa saja. Jadi, aku tidak dapat mengontrol diri. Ikut bernyanyi keras sekali, hingga ada beberapa mahasiswa yang mengikuti berjoget di depan. Aku merasa senang sekali. (BDK: 93) Sesuai dengan pendapat Sarwono yang menyatakan bahwa gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Hal ini lah yang terjadi pada Sinta, ia merasakan kelegaan setelah terbebas dari berbagai tuntutan seniornya. Ia bisa menjalani hari-hari perkuliahan dengan tenang. Kelegaan yang dirasakan Sinta merupakan stimulus sehingga Sinta mengalami emosi rasa gembira. Kelegaan yang dirasakan Sinta membuatnya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia bernyanyi sekeras mungkin pada saat acara akhir masa orientasi mahasiswa baru. Hal ini lah yang menjadi respon dari emosi rasa gembira yang Sinta rasakan. Cinta Menurut Erick Fromm (dalam Sukmadinata, 2009: 85), rasa cinta berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dari yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain. Rasa cinta adalah perasaan kasih sayang serta pola simpatik yang menunjuk pada respons relaksasi, yaitu 5
sekumpulan reaksi pada seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan yang menyenangkan serta rasa puas untuk mempermudah kerja sama (Djaali, 2012: 45). Menurut Minderop (2010: 44) cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Prescott (dalam Sukmadinata, 2009:85) mengemukakan beberapa ciri rasa cinta, yaitu: pertama, cinta melibatkan rasa empati; kedua, orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya; ketiga, orang yang mencintai menemukan perasaan senang; dan keempat, orang yang mencintai berusaha melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kemajuan. Cinta dapat berupa rasa cinta kepada sesama manusia, cinta kepada Tuhan, cinta kepada orang tua, cinta kepada benda atau binatang dan lain sebagainya. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa cinta kepada orang tua. Akhirnya ibu memilih sebuah kalung dengan bentuk dan desain yang sederhana. Karena masih ada sisa uang, aku meminta ibu memilih anting. Aku seringkali melihat ibu memakai anting imitasi di telinganya, bila ada acara keluarga. Kasihan. Lalu ia memilih anting yang panjang. Aku senang sekali. Air mataku leleh. Air mata bahagia. Apalagi ketika ibu memelukku dengan lembut, sambil berbisik lirih, “Terima kasih, Nak.” Sungguh, aku sangat bahagia. Kenangan yang indah, bahagia. (BDK: 182) Rasa cinta yang dimiliki Sinta kepada ibunya, membuatnya berusaha untuk membuat ibunya senang. Ia sering kali melihat ibu menggunakan perhiasan imitasi setiap ada acara keluarga. Maka dari itu, Sinta berusaha untuk bisa membelikan ibu perhiasan emas. Ia menyisihkan uang yang didapatnya dari bekerja untuk membelikan ibunya sebuah kalung dan sepasang anting. Hal ini sesuai dengan ciri emosi rasa cinta yang dinyatakan oleh Prescott yaitu orang yang mencintai berusaha melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kemajuan. Selain cinta kepada orang tua dalam novel ini juga terdapat emosi cinta kepada sesama manusia. Emosi rasa cinta kepada sesama manusia ditunjukkan kepada kekasih Sinta yang bernama Teddy. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa cinta Sinta kepada sesama manusia. Aku menjadi sedikit feminim, begitu kata teman-teman yang memperhatikan perubahan penampilanku. Hanya karena aku memanjangkan rambut lalu layak disebut seperti perempuan sungguhan? Huh, dari dulu aku memang perempuan. Tapi aku sadar, aku mengakui perubahan ini banyak terjadi semenjak aku berpacaran dengan Teddy Tri Saventar. (BDK: 58) Cinta dapat mengubah Sinta menjadi lebih baik guna kebahagiaan orang yang ia cintai. Hal ini sesuai dengan ciri emosi rasa cinta yang dikemukakan oleh Prescott, yaitu orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya. Sinta memiliki emosi rasa cinta kepada Teddy sehingga ia menjadi lebih baik dengan berpenampilan feminin untuk membuat Teddy senang. Sebelum berpacaran dengan Teddy, Sinta merupakan gadis yang tomboy, namun setelah berpacaran 6
Sinta menjadi lebih feminin dengan memanjangkan rambutnya. Ini semua Sinta lakukan karena emosi rasa cinta yang dimilikinya. Emosi Negatif Emosi negatif merupakan emosi yang mengarahkan seseorang pada hal-hal yang negatif. Pada dasarnya emosi negatif merupakan emosi yang selalu tidak dikehendaki oleh manusia, sehingga selalu berusaha untuk dihindari. Emosi negatif meliputi rasa benci, marah, takut dan sedih. Takut Takut adalah satu bentuk emosi yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan menghindari kontak dengan suatu hal (Sarwono, 2010: 133-134). Menurut Watson faktor ketidakamananlah yang memegang peranan penting untuk mendatangkan rasa takut (Djaali, 2012: 40). Takut merupakan emosi yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu (Sukmadinata, 2009: 84). Seseorang akan mengalami emosi rasa takut jika orang tersebut merasa tidak aman dan adanya ancaman dari luar dirinya. Rasa takut selain mempunyai segi-segi negatif, yaitu bersifat menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada sifat positifnya. Positif karena rasa takut melindungi individu dalam keadaan yang berbahaya. Rasa takut membuat seseorang untuk melindungi diri terhadap rangsangan atau bahaya dari luar, menjauhkan diri dari sesuatu yang menyakitkan diri, melukai diri, atau bahaya lainnya (Sobus, :411). Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa takut Sinta. Alasan aku tidak memiliki teman itu karena aku memang tidak mau berteman baik dengan siapa pun kecuali karena keadaan, misalnya satu kelompok atau satu panitia dalam kegiatan. Aku takut tersakiti oleh hubungan yang bernama pertemanan, karena mengingatkanku pada zaman SMP. Hingga pada akhirnya selama aku di SMU, aku putuskan tidak punya teman apalagi sahabat. (BDK: 52) Ketakutan yang dirasakan Sinta disebabkan kerena hubungan pertemanan di masa lalu yang ia alami. Semasa SMP, ia pernah tersakiti oleh hubungan pertemanan. Hal ini lah yang menjadi stimulus emosi rasa takut Sinta untuk menjalin hubungan pertemanan. Teman semasa SMP menjauhinya karena mengetahui ayah Sinta bekerja sebagai supir angkut. Sejak itulah ia memutuskan untuk tidak mau menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun. Sesuai dengan pendapat Sarwono yang menyatakan bahwa takut adalah satu bentuk emosi yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan menghindari kontak dengan suatu hal. Hal ini lah yang dilakukan Sinta, ia berusaha menghindari hubungan pertemanan ketika ia SMA. Ini semua dilakukan Sinta karena ia takut tersakiti oleh hubungan pertemanan yang pernah ia alami semasa SMP. Semasa SMA ia hanya berteman dengan temannya jika memiliki alasan tertentu misalnya kerja tim. Emosi rasa takut ini lah yang mendorong Sinta untuk menjauhi hubungan pertemanan. Hal ini lah yang menjadi respon emosi rasa takut yang Sinta rasakan. Ia tidak mau menjalin hubungan pertemanan di masa SMA apalagi menjalin hubungan persahabatan dengan siapa pun. 7
Sedih Sedih berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai (Minderop, 2010: 43). Pendapat lain menyatakan bahwa kesedihan yang berlarutlarut dapat mengakibatkan depresi atau putus asa yang menjurus pada kecemasan, akibatnya dapat menimbulkan insomia, tidak memiliki nafsu makan, timbul perasaan jengkel dan menjadi pemarah serta menarik diri dari pergaulan (Parkes dalam Minderop, 2010: 43). Ketika seseorang sedang mengalami emosi rasa sedih, ia akan lebih sensitif terhadap suatu hal. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa sedih Sinta. Hari-hari setelah aku kehilangan kekasihku selamanya, puisi-puisiku semakin sering bertemakan kematian dan keputusasaan. (BDK: 65) Setelah kematian kekasihnya Teddy, Sinta menjadi gadis yang pendiam. Ia lebih sering menyendiri. Kini puisi-puisi yang ditulisnya tidak lagi bertemakan semangat tetapi keputusasaan dan kematian. Kematian Tedddy telah membuat Sinta tidak memiliki semangat dalam menjalani hari-harinya. Sesuai dengan pendapat Parkes menyatakan bahwa kesedihan yang berlarut-larut dapat mengakibatkan depresi atau putus asa yang menjurus pada kecemasan, akibatnya menjadi pemarah serta menarik diri dari pergaulan. Hal ini lah yang dialami Sinta. Kematian Teddy telah membuat Sinta putus asa. Keputusasaan yang Sinta rasakan membuatnya menarik diri dari lingkungan. Emosi rasa sedih juga terlihat pada saat kedua orang tua Sinta memutuskan untuk bercerai. Ia merasa sangat terpukul. Ia akan kehilangan keutuhan keluarga kecilnya. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa sedih Sinta karena perpisahan kedua orang tuanya. Tanteku bilang, sepertinya ibu dan ayah akan berpisah. Aku lemas. Sangat cemas. Kepalaku mendadak pusing. Kasihan adikku. Aku langsung demam dan jatuh sakit. (BDK: 107) Setiap orang termasuk Sinta pasti menginginkan keluarga yang harmonis. Penuh dengan kehangatan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sesuatu yang diharapkan tidak semuanya bisa menjadi kenyataan. Keutuhan keluarga Sinta kini berada di ujung perceraian. Kedua orang tua Sinta memutuskan untuk menjalani hidupnya masing-masing tanpa ada suatu ikatan pernikahan dengan kata lain orang tua Sinta memutuskan untuk berpisah. Sesuai dengan pendapat Minderop yang menyatakan bahwa sedih berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai. Keluarga menurut setiap orang termasuk Sinta merupakan sesuatu yang sangat berharga. Setiap orang selalu menginginkan keharmonisan dalam keluarganya. Sinta selalu ingin memiliki keluarga yang harmonis, utuh, dan bahagia. Sinta merasa sedih ketika sesuatu yang bernilai itu hilang dari hidupnya. Kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Ia akan sangat merindukan hari-hari berkumpul bersama dengan ayah, ibu dan adiknya. Ia akan kehilangan masa-masa indah bersama kedua orang tuanya. Sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya. Emosi rasa sedih juga terlihat pada saat Sinta tidak bisa menerimka kenyataan bahwa ia mengidap lupus. Ia tidak percaya bahwa selama ini ia 8
mengidap lupus. Berikut kutipan dalam novel yang menunujukkan emosi rasa sedih Sinta karena mengidap lupus. Di taman Ganesha. Aku duduk di hamparan padang berumput. Airmataku terjatuh dan beruraikan tali kusut kekesalan. Aku sadar, ternyata aku belum mampu menerima kondisi sakitku ini. (BDK: 224-225) Sinta belum bisa menerima kenyataan bahwa ia mengidap lupus. Ia tidak bisa menerima kondisi penyakitnya. Hal ini lah yang menjadi stimulus emosi rasa sedih Sinta. Sinta duduk ditaman dan menangis sebagai respon kesedihan yang ia rasakan. Ia kesal dengan keadaannya saat ini. Marah Sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktifitas untuk sampai pada suatu tujuan. Sikap kemarahan seseorang dapat ditunjukkan dengan suatu perbuatan, misalnya memukul (Sarwono, 2010: 135). Rasa marah, ditandai dengan detak jantung meningkat, hormon adrenalin meningkat dan mengalirkan energi untuk memukul, mengumpat, dan lain-lain (Djaali, 2012: 44). Marah merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh seseorang atau suatu kelompok yang cenderung bersifat menyerang (Sukmadinata, 2009: 84). Menurut Berkowitz, jika seseorang mengalami keadaan yang sangat tidak enak, banyak di antara mereka yang terdorong untuk melakukan tindakan motorik berkaitan dengan agresi (mengepalkan tangan, menggeretakkan rahang, dll), dan mereka juga ingin menyakiti seseorang atau sesuatu (Sobus, 2009 : 416-417). Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa marah. Tetapi nenekku, seperti biasa, menggantung ceritanya dan menutupnya dengan derai tawa, kali ini dikuti oleh tante-tanteku yang centil-centil itu. Biasanya, aku pergi meninggalkan mereka lalu mengurung diri di kamar, lantaran tidak tahan mendengar ejekan-ejekan mereka dan aku sama sekali tidak bisa mengingat kejadiannya. (BDK: 11) Sinta tidak bisa mengingat cerita tentang masa kecilnya. Nenek sering kali menggantung cerita tentang masa kecil Sinta tanpa pernah menyelesaikan cerita tersebut. Nenek selalu mengakhiri ceritanya dengan derai tawa. Hal ini lah yang menjadi stimulus emosi marah Sinta. Ia tidak bisa mengingat cerita masa kecilya. Sesuai dengan perndapat Sarwono yang menyatakan bahwa sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktifitas untuk sampai pada suatu tujuan. Faktor utama Sinta mengalami emosi marah karena nenek selalu menggantung cerita tentang masa kecil Sinta. Cerita nenek yang menggantung ini lah yang menjadi hal yang mengganggu aktifitas Sinta untuk sampai pada tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh Sinta ialah ia ingin mengingat tentang masa kecilnya. Namun karena nenek selalu mengantung ceritanya dan mengakhiri ceritanya dengan derai tawa membuat Sinta tidak bisa mengingat tentang masa kecilnya. Emosi rasa marah Sinta jjuga terlihat pada saat ia melihat perselingkuhan yang dilakuklan kepada ibunya. Ia merasa sangat kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apapun melihat perselingkuhan ibunya. Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi marah Sinta karena perselingkuhan ibunya. 9
Aku ingin sekali bercerita ihwal perselingkuhan ibu, tapi aku takut mereka bertengkar karena itu diam saja ketika ditanya ayah. Dan aku lihat ibu dan temannya tersenyum senang. Sialan! Peristiwa itu selalu terbayang di kepalaku hingga aku tak mampu belajar dengan tenang dan fokus. Apabila aku kesal, aku selalu menangis. Dan menangis. Lagi, dan lagi. (BDK: 31) Sinta tidak memiliki keberanian untuk menceritakan perselingkuhan yang dilalukan oleh ibunya. Ia kesal pada diirinya sendiri yang tidak bisa berbicara jujur kepada ayahnya. Selain itu ia juga kesal kepada ibu yang telah mengkhianati pernikahannya bersama ayah. Sesuai dengan pendapat Berkowitz yang menyatakan satu di antara faktor kemarahan karena berada pada suatu keadaan yang tidak nyaman. Sinta merasa sangat tidak nyaman dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh ibu. Ia tidak bisa menceritakan ihwal perselingkuhan ibu kepada ayahnya. Keadaan yang tidak nyaman ini lah yang menjadi stimulus emosi marah Sinta. Kejadian ini membuatnya tidak bisa tenang dalam belajar. Ia selalu terbayang perselingkuhan yang dilakukan oleh ibunya. Ia hanya bisa menangis setiap kali teringat pada peristiwa itu. Benci Benci berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci adalah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian (Minderop, 2010: 44). Seseorang yang memiliki perasaan benci tidak akan pernah puas sebelum menghancurkan objek yang dibenci; ia hanya akan merasa puas jika objek yang dibenci hancur. Sama halnya dengan emosi marah, emosi benci juga merupakan perasaan di mana seseorang mengalami gangguan dari luar yang menyebabkan ketidaksenangan. Emosi benci menyebabkan timbulnya nafsu untuk menghancurkan sesuatu yang dibenci. Berikut Kutipan dalam novel yang menunjukkan emosi rasa benci Sinta. Tidak akan pernah aku ambil bantuan dari orang yang paling menjijikan dalam hidupku. Orang yang sudah merusak keluargaku. Orang yang tidak tahu malu. Gara-gara dia, aku tidak berniat untuk menikah−suatu saat nanti−dengan orang bersuku sama dengan orang itu. Tidak akan pernah. Aku berjanji pada diriku sendiri. Padahal semua orang itu belum tentu sama, namun kebencian sudah menutupi mataku dalam melihat lelaki. (BDK: 86) Kutipan di atas menunjukkan besarnya kebencian Sinta kepada selingkuhan ibu. Laki-laki itu telah merusak kebahagiaan keluarga kecilnya. Sinta merasa sangat jijik dengan laiki-laki yang telah merusak keluarganya. Hal inilah yang menjadi stimulus emosi rasa benci Sinta. Ia tidak akan pernah mau menerima bantuan dalam bentuk apapun dari laki-laki itu. Selain itu Sinta juga berpikir tidak akan pernah menikah dengan lelaki yang bersuku sama dengan lelaki itu. Ini merupakan respon rasa benci Sinta kepada laki-laki itu. Sinta memang salah jika membenci semua orang yang bersuku sama dengan laki-laki selingkuhan ibu. Setiap orang memiliki watak dan kepribadian yang berbeda walaupun memiliki suku yang sama. Kebencian telah menutup mata Sinta 10
sehingga ia membenci semua laki-laki yang bersuku sama dengan selingkuhan ibu. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data terhadap novel Berteman dengan Kamatian karya Sinta Ridwan dapat disimpulkan bahwa terdapat emosi positif dan emosi negatif dalam novel ini. Emosi positif meliputi emosi rasa gembira dan rasa cinta, sedangkan emosi negatif meliputi emosi rasa takut, sedih, marah dan benci. Berdasarkan hasil analisis terhadap novel, emosi negatif lebih mendominasi dari setiap peristiwa yang dialami tokoh utama. Saran Berdasarkan hasil analisis data, maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut. (1) Novel ini dapat dijadikan sebagai referansi bacaan karena memuat berbagai manfaat. Satu di antara manfaat dari novel ini ialah novel ini memberikan berbagai informasi kepada pembaca tentang penyakit lupus. Informasi yang dituangkan dalam novel ini meliputi gejala-gejala dari penyakit lupus. Selain itu novel ini juga memberikan motivasi kepada pembaca agar lebih memaknai hidupnya. (2) Penulisan sebuah novel sebaiknya tidak hanya memperhatikan estetika sebuah novel, tetapi juga etikanya. Etika dalam bertutur kata dan tingkah laku yang dituangkan dalam dialog, perbuatan, dan pikiran tokoh. Ada beberapa peristiwa dalam novel yang mencerminkan sikap yang tidak seharusnya dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. Penulis sebaiknya tidak menunjukkan dalam novelnya perbuatan atau perkataan yang tidak mencerminkan sikap yang baik. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Desminta. 2007. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Rosda. Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Minderop, Alberrtine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Buku Obor. Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.
11
Sobus, Alex. 2009. Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosela. Syam, Christanto. 2011. Metode Penelitian Sastra. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura. Uno, Hamzah B. 2005. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara.
12