NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABHICARA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN Masnuatul Hawa Dosen IKIP PGRI BOJONEGORO
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme dan aspek psikologis karakter dengan metode dan strategi untuk analisis isi deskriptif kualitatif. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca, melihat, menafsirkan, dan menganalisis novel Sepatu Dahlan. Hasil kegiatan yang dijelaskan dalam bentuk kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) struktur naratif, (2) psikologi karakter, dan (3) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan. Dengan demikian, setelah membaca hasil penelitian ini pembaca dapat memperoleh struktur yang jelas narasi, karakter aspek psikologi tokoh, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel. Kata kunci: Novel Sepatu Dahlan, sastra psikologi, nilai pendidikan. This research qualitative descriptive study using the approach of structuralism and psychological aspects of character with the methods and strategies for qualitative descriptive content analysis. Activities carried out are reading, looking at, interpreting, and analyzing the novel Sepatu Dahlan. The results of the activity described in the form of sentences. This study aims to describe and explain (1) narrative structure, (2) the psychology of character, and (3) educational values embodied in the novel Sepatu Dahlan. Thus, after reading the results of this study the reader may obtain a clear narrative structure, character figures psychology aspect, and educational values embodied in the novel. Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa pengarang yang disampaikan kepada pembaca, karya sastra berisi luapan jiwa pengarang berdasarkan pengalaman pribadi (yang benar-benar pernah di alami) atau juga sekedar hasil rekaan (imajinasi). Sastra sebagai hasil imajinasi, juga bermanfaat sebagai hiburan yang menyenangkan. Karya sastra juga menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif, ada tiga jenis sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Sebuah novel membicarakan tentang kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang. Berbagai permasalahan individu dapat dijadikan bahan penciptaan karya sastra.
Pada dasarnya sastra dalam analisisnya selalu melalui analisis struktural, yaitu analisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut meliputi tema, alur, tokoh, dan penokohan, setting atau latar, sudut pandang, serta amanat. Unsur tokoh dan penokohan menjadi fokus utama tinjauan kajian penelitian. Dalam analisis penokohan memiliki kaitan erat dengan pengertian diri individu. Dalam hal ini, pengarang berusaha mengungkapkan pemikiran dan gejolak batin yang biasa dialami manusia. Oleh sebab itu ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologi watak tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca sebagai pe20
Masnuatul Hawa, Novel Sepatu Dahlan 21
nikmat karya sastra, dan psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karangannya. Dalam setiap karya sastra tercermin nilainilai pendidikan yang menjadi salah satu tendens sastra. Walaupun sastra pada saat ini tidak lagi sebagai bentuk sastra terikat seperti halnya sastra tahun 20-an atau 30-an tetapi unsur tendens selalu menyertai terciptanya sebuah karya sastra. Cerminan nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra meliputi ; pendidikan agama, moral, dan karakter. Tujuan penyampaian nilai-nilai tersebut baik secara tersirat maupun tersurat diharapan dapat memberikan motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sastra merupakan salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai dengan SMA atau sederajat. Secara material pembelajaran sastra harus diarahkan sebagai bentuk aktualisasi budaya nasional dan usaha menumbuhkan kecintaan siswa (sebagai generasi bangsa) terhadap karya-karya sastra anak bangsa. Secara esensial pada bagian tertentu guru dapat mengarahkan dan memantapkan perilaku siswa pada kearifan nasional untuk menumbuhkan karakteristik siswa yang normatif, sehingga secara bertahap dapat membentuk pribadi yang berbudaya dan memiliki jati diri sebagai anak bangsa yang patut di banggakan. Sepatu Dahlan adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang anak kecil yang bernama Dahlan. Dalam novel tersebut sarat akan aspek-aspek psikologi tokoh yang menyertai perjalanan hidup sang tokoh utama maupun tokoh-tokoh lain yang ada dalam cerita novel. Dahlan merupakan tokoh utama dalam cerita. Dia seorang anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar, akan tetapi di usianya yang masih anak-anak sifat tanggung jawab dan kegigihannya layaknya orang dewasa. Kebiasaan mendidik sang ayah yang keras telah menumbuhkan karakter disiplin dan memiliki motivasi tinggi untuk selalu mewujudkan mimpi-mimpi besarnya. Dahlan yang terlahir dari keluarga miskin membuat Dari sinilah awal permasalah yang mimpi-mimpi dalam kehidu-
pannya mengalami hambatan untuk mewujudkannya. Rasa lapar, himpitan ekonomi, bekerja sepulang sekolah sudah menjadi hiburan sekaligus tanggung jawab yang harus di kerjakan setiap hari. Keinginan terbesar dalam hidupnya adalah ingin memiliki sepatu. Dengan berbagai peristiwa masa kecilnya membuat Dahlan mengalami berbagai gejolak sehingga mempengaruhi psikis seorang Dahlan kecil. A. Pengertian Novel Novel dianggap sebagai hasil perenungan dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya.Perenungan tersebut bukanlah suatu lamunan, melainkan berupa hasil pengalaman jiwa yang telah dipertimbangkan baikbaik. Perenungan yang telah dilakukan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab tersebut menawarkan gambaran kehidupan seperti yang diisyaratkan oleh penulisnya sendiri. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 3) yang menyatakan “Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia. Interaksinya dengan lingkungan dan dan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Kata novel berasal dari bahasa latin novellus yang diturunkan dari kata novies yang berarti “baru” (Henry Guntur Tarigan, 1993: 164). The Amarican Collage Dictioonary (dalam Tarigan, 1993: 164) menyebutkan bahwa novel merupakan sebuah cerita fiktif berbentuk prosa yang memiliki panjang tertentu yang didalamnya melukiskan para tokoh, gerak, serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur. Novel merupakan sebuah aksplorasi atau suatu kronik penghidupan, perenungan, dan melukiskan dalam bentuk pengaruh, ikatan hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik manusia. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkand-
22
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
ung dalam novel tersebut. Pendapat lain mengatakan The present English (and Spanish) word derives from the Italian novella for “new”, “news”, or “short story of something new”, itself from the Latin novella, a singular noun use of the neuter plural of novellus, diminutive of novus, meaning “new” (Lord Byron Don Juan, 1824: 163). Di situ dikatakan bahwa istilah novel berasal dari Italia yang berarti “baru”. Sedangkan menurut bahasa Latin novel berasal dari kata novellus yang berarti “baru”. Pengertian ini dikatakan karena sebelum adanya novel orang-orang Italia dan Latin lebih dulu mengenal istilah roman yang ceritanya 85 % berisi kisah-kisah percintaan. Dari berbagai pendapat mengenai novel dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih yang mengarang kehidupan manusia yang bersifat imajinatif, menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. B. Pengertian Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah model penelitian interdisiplin dengan menetapkan karya sastra sebagai memiliki posisi lebih dominan (Nyoman Kutha Ratna, 2004: 349). Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada pembicaraan dalam kaitannya dengan unsurunsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya.Melalui pendekatan psikologi sastra masyarakat dapat menikmati sebuah karya melalui pemahaman terhadap tokoh-tokoh, misalnya adanya perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan psike atau kejiwaan. Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Jadi, Secara umum dapat disimpul-
kan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”. Rene Wellek dan Austin Warren (1989: 90) berpendapat bahwa istilah psikologi sastra mempunyai empat pengertian.Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukumhukum psikologi yang dierapkan pada karya sastra.Dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Istilah psikologi pengarang artinya kecerdasan sastrawan dalam menghasilkan karya sastra yang biasanya sering melampaui batas kewajaran, melalui psikologi sastra keadaan psike pengarang dapat di deteksi. Selain itu studi psikologi yang berkaitan dengan pengarang berhubungan dengan inspirasi, ilham, dan kekuatan-kekuatan supranatural lainnya. The term of “psychological literature” posses four possibilities. The first is the study of author’s psychology as a type or as a personal. The second is the study of creative process. The third is study of type and psychological laws applied on literature. The fourth is to learn the impacts of literature on reader (reader’s psychology) (1948: 90). Karya sastra yang baik harus memiliki beberapa nilai, yaitu nilai estetika, nilai moral, nilai konsepsional, nilai sosial budaya, dan lainlain yang pada dasarnya bermuatan positif yang perlu ditanamkan pada generasi muda. Dalam karya Mudji Sutisno (1997: 63) menyatakan bahwa nilai-nilai dalam sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema besar mengenai siapa manusia, keberadaannya, dan bagaimana proses pendidikannya. Semua ini dipergunakan dalam refleksi konkret fenomenal berdasarkan fenomena eksistensi manusia, direfleksikan sebagai rentangan perjalanan bereksistensi di masyarakat sampai kepulangannya ke pangkuan Yang Maha Esa. Menurut Herman J. Waluyo (1992: 28) menyatakan bahwa makna nilai dalam sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra seseorang. Hal ini berarti bahwa dalam
Masnuatul Hawa, Novel Sepatu Dahlan 23
karya sastra pada dasarnya selalu mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembaca. Muatan-muatan nilai yang tersirat dalam karya sastra pada umumnya adalah nilai relegius, nilai moral, nilai sosial, dan nilai kebudayaan. Aswadi (1993: 148-149) mengemukakan ada tiga fungsi karya sastra dalam kaitannya dengan penerangan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut antara lain: (1) karya sastra berfungsi untuk mempertegas nilai-nilai umum yang dianut masyarakat pada zamannya; (2) karya sastra yang berfungsi untuk memberdayakan nilai-nilai; (3) karya sastra mempersoalkan atau menggugat nilai-nilai yang berlaku. Berbicara mengenai nilai pendidikan atau nilai didik dalam karya sastra, maka tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri (Suyitno, 1986: 3). Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan yang dapat memberikan pengetahuan yang tentunya tidak dimiliki oleh pengetahuan lain. Hal ini merupakan salah satu kelebihan karya sastra. Sedangkan kelebihan lain adalah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidup, baik dan buruk, benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra terutama novel di dalamnya pasti memiliki unsur-unsur nilai pendidikan yang bermanfaat bagi pendidikan batin pembacanya atau penikmatnya. Secara khusus nilai yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan adalah nilai relegius, nilai moral, nilai ekonomi, dan nilai sosial. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan struktur dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan aspekaspek psikologi watak tokoh dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara; (3) mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Se-
patu Dahlan karya Khrisna Pabhicara. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dikatakan demikian, karena di dalam penelitian ini dilakukan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, penganalisisan, penafsiran data, dan pelaporan hasil penelitiannya. Dalam proses penelitiannya dilakukan kegiatan membaca terus-menerus, mengamati, dan mengidentifikasi satuan-satuan tutur yang sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian menafsirkan dan menganalisis data penelitian yang menggunakan instrument pembantu berupa panduan kondifikasi data. Data dari penelitian ini berupa data teks novel Sepatu Dahlan, yaitu berupa paparan bahasa dari pernyataan tokoh yang berupa monolog, serta narasi yang ada dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabhicara. Instrument penelitian ini adalah penelitian sendiri,karena data diperoleh dari dokumen yang berupa data verbal atau tulisan. Penelitian dilaksanakan di: (1) perpustakaan IKIP PGRI Bojonegoro, perpustakaan Pascasarjana UNS, dan juga tempat-tempat lain. Dengan memilih tempat ini, peneliti dapat dengan mudah memperoleh data-data kualitatif yang bersumber dari buku-buku reverensi yang terkait dengan penelitian ini. (2) Waktu pelaksanaan penganalisisan novel Sepatu Dahlan ini dilaksanakan selama tiga bulan. Di dalam penelitian ini ditentukan variabel sebagai berikut. variabel struktural novel, psikologi tokoh dalam novel, dan nilai-nilai pendidikan. Sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut: (1) Tahap klasifikasi: data-data yang telah dideskripsikan kemudian dikelompokkan menurut kelompoknya masing-masing sesuai dengan permasalahan yang ada. (2) Tahap analisis : data-data yang telah diklasifikasikan menurut kelompoknya masing – masing dianalisis menurut struktur kemudian dianalisis lagi dengan pendekatan psikologi sastra. (3) Tahap interpretasi : upaya penafsiran dan pemahaman terhadap hasil analisis data. (4) Tahap evaluasi : data-data yang sudah dianalisis dan diinterpretasikan sebelum
24
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
ditarik kesimpulan begitu saja. Data-data harus diteliti dan dievalusai agar dapat diperoleh penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. (5) Penarikan kesimpulan : penelitian ini akan disimpulkan dengan teknik induktif yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan dari pengetahuan yang bersifat khusus, untuk untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas teknik analisis data, berikut ini digambarkan teknik analisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertama, tema yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan adalah perjuangan meraih mimpi seorang anak kecil yang bernama Dahlan, yaitu sebuah perjuangan Dahlan sang tokoh utama dalam usahanya meraih impiannya untuk mendapatkan sepatu.cita-cita, plot atau alur novel Sepatu Dahlan secara umum menggunakan plot atau alur campuran; penokohan yang diciptakan pengarang berhasil menggambarkan secara riil karakter manusia; setting atau latar cerita novel Sepatu Dahlan adalah kota Magetan, Jawa Timur, tepatnya di desa Kebon Dalem; sudut pandang novel Sepatu Dahlan menggunakan sudut pandang persona pertama (firt-person) atau gaya “Aku”; dan amanat novel Sepatu Dahlan banyak memberi motivasi para kaum muda dalam bidang kehidupan khususnya dunia pendidikan. Kedua, Dari hasil penelitian aspek psikologi watak pada tokoh-tokoh dalam novel Sepatu Dahlan meliputi: (1) kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh tokoh utama guna menyambung kebutuhan hidup saat ini dan yang akan datang, (2) kebutuhan rasa aman, yaitu jaminan ketenangan hidup ketika jiwa tokoh terancam, (3) kebutuhan di cintai atau disayangi dalam novel ditunjukkan oleh adanya kebutuhan orang tua untuk selalu ada dan menyertai langkah tokoh dan juga teman-teman yang menjadi tempat berbagi suka dan duka yang selalu menyartai kehidupan tokoh, (4) kebutuhan harga diri pada novel ini dapat terlihat dari ketidakrelaan tokoh ketika dirinya dan juga teman-temannya satu tim bola volly diremehkan tidak akan bisa menang melawan tim dari sekolahan SMP Magetan., dan (5) kebutuhan aktualisasi diri dalam novel ditunjukkan adanya
keinginan dalam diri tokoh untuk selalu mengaktualisasikan setiap mimpi-mimpinya dan keinginannya untuk selalu membahagiakan orang tuanya dan juga mendapatkan sepatu. Ketiga, Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan setidaknya ada empat macam, yaitu nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial kemasyarakatan, dan nilai pendidikan ekonomi. Nilai pendidikan agama tampak pada perilaku yang ditunjukkan para tokoh yakni kebiasaan shalat, membaca Al-Quran, dan menjalankan berbagai ajaran tasawuf dalam islam. Sedangkan pendidikan moral meliputi; kegiatan bersedekah, peduli terhadap sesama teman, dan sikap saling menghargai. Nilai pendidikan sosial tercermin pada kegiatan memberikan makanan untuk kiai pada saat hari besar, dimana posisi kiai kampong saat itu adalah menjadi orang yang diagungkan karena memiliki jasa mendidik anakanak dalam urusan agama maupun pengetahuan lain, dan juga member makan bagi para tetangga yang dianggap kurang mampu, serta membantu setiap kesusahan antar teman. Dan yang terakhir nilai pendidikan ekonomi yang terkandung dalam novel meliputi; usaha Dahlan yang sejak kecil rela bekerja keras mulai dari menggembala kambing, menjadi kuli nyeset di perkebunan tebu, nguli nandur, mencari rumput sebagai pakan ternak, sampai dengan menjadi pelatih tim bola voli bagi anak-anak juragan tebu. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pertama, tema yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan adalah perjuangan meraih mimpi seorang anak kecil yang bernama Dahlan, yaitu sebuah perjuangan Dahlan kecil dalam usahanya meraih mimpi-mimpinya terutama mimpi untuk mendapatkan sepatu, plot atau alur novel Sepatu dahlan secara umum menggunakan plot atau alur maju-mundur; penokohan yang diciptakan pengarang berhasil menggambarkan secara riil karakter manusia; setting atau latar cerita novel Sepatu Dahlan adalah kota Magetan Jawa Timur, tepatnya desa Kebon Dalem; sudut pandang novel Sepatu Dahlan menggunakan sudut pandang persona pertama (firt-person) atau gaya “Aku”; dan amanat novel Sepatu Dahlan ban-
Masnuatul Hawa, Novel Sepatu Dahlan 25
yak memberi motivasi para kaum muda dalam bidang kehidupan khususnya dunia pendidikan. Kedua, Dari hasil penelitian aspek psikologi watak pada tokoh-tokoh dalam novel Sepatu Dahlan meliputi: (1) kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh tokoh utama guna menyambung kebutuhan hidup saat ini dan yang akan datang, (2) kebutuhan rasa aman, yaitu jaminan ketenangan hidup ketika jiwa tokoh terancam, (3) kebutuhan di cintai atau disayangi dalam novel ditunjukkan oleh adanya kebutuhan orang tua untuk selalu ada dan menyertai langkah tokoh dan teman-teman yang menjadi tempat berbagi di saat senang maupun susahs, (4) kebutuhan harga diri pada novel ini dapat terlihat dari ketidakrelaan tokoh ketika dirinya dan teman-teman satu tim bola voli diremehkan tidak akan bisa mengalahkan tim dari SMP Magetan yang dianggap sebagai SMP unggul, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri dalam novel ditunjukkan adanya keinginan dalam diri tokoh untuk selalu mengaktualisasikan setiap cita-cita dan keinginannya terutama dalam urusan pendidikan dan mimpi untuk bias memiliki sepatu. Ketiga, Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan setidaknya ada empat macam, yaitu nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial kemasyarakatan, dan nilai pendidikan budaya. Nilai pendidikan agama tampak pada perilaku yang ditunjukkan para tokoh yakni kebiasaan shalat, membaca Al-Quran, dan menjalankan berbagai ajaran tasawuf dalam islam. Sedangkan pendidikan moral meliputi; kegiatan bersedekah, peduli terhadap sesama teman, dan sikap saling menghargai. Nilai pendidikan sosial tercermin pada kegiatan membantu para tetangga dan orang-orang miskin, serta membantu setiap kesusahan antar teman. Dan yang terakhir nilai pendidikan ekonomi yang terkandung dalam novel terlihat pada perjuangan seorang Dahlan kecil yang bekerja keras untuk bisa meraih mimpinya terutama untuk memiliki sepatu hal ini di buktikan dengan kerja keras menggambala kambing, mencari ruput sepulang sekolah, menjadi kuli nyeset di perkebunan tebu, menjadi kuli tandur, sampai
menjadi pelatih tim bola voli anak-anak juragan tebu. Novel Sepati Dahlan karya Khrisna Pabhicara memiliki implikasi dalam dunia pendidikan, sosial, dan agama. Novel ini dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan pesantren, konflik secara psikologi pada kehidupan sosial yang juga dialami oleh hampir setiap manusia, serta dunia pendidikan . Generasi muda ditunjukkan pada gambaran situasi pesantran yang menjadi tempat pembentukan jiwa-jiwa manusia yang selalu mengingat Tuhan. Menjadi tempat dimana seserang di bentuk untk menjadi karakter yang kuat, mandiri, tidak mudah putus asa, ikhlas dalam menerima sesuatu, serta optimis ketika harus bersaing di dunia pendidikan jalur umum atau negeri sekali pun. Konflik-konflik psikologi yang muncul bukanlah merupakan hambatan untuk menuju sebuah kesuksesan. Justru dapat di jadikan cambuk untuk memotivasi impian meraih cita-cita. Manusia akan daianggap dewasa ketika dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana pun dia tinggal. Kehidupan tokoh dapat memberikan gambaran baik secara implisit maupun eksplisit bahwa tekanan psikologi yang dialami manusia haruslah dihadapi dengan tegar dan percaya diri, bukan sebaliknya. Masalah yang diangkat dalam novel ini juga dapat memberikan motivasi bagi kalangan muda dalam usahanya mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Suatu pengalaman yang mengajarkan pemuda untuk menjadi pribadi yang berakhlak dan bermoral. Menghargai orang tua, saling tolong-menolong sesama teman dan tetangga di sekitar lingkungan kita. Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka selanjutnya diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Pembaca novel Sepatu Dahlan dapat mengambil nilai positif dan meninggalkan nilainilai negatif yang terdapat dalam novel. Nilainilai positif hendaknya digunakan sebagai contoh untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan nilai negatif
26
Jurnal Acarya Vol. 2, No.2 Agustus 2013
hendaknya menjadi contoh yang tidak patut kita tiru dan kita terapkan dalam kahidupan ini, akan tetapi hanya sebagai referensi hidup untuk sebuah aturan agar jangan sampai kita melakukan hal itu. 2. Para kaum muda novel Sepatu Dahlan dapat digunakan sebagai motivasi dalam meraih cita-cita besar dalam kehidupan. Para kaum muda hendaknya dapat mengambil hikmah yang ada dalam novel agar menjadi pribadi yang kuat, pantang menyerah, sabar, dan selalu mengandalkan pertolongan Tuhan dalam setiap usaha yang dilakukan.
3. Siswa mulai jenjang SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi hendaknya dapat menjadikan novel Sepatu Dahlan sebagai tauladan dalam menjalani proses pendidikan. Berbagai kondisi psikologi tokoh serta kesulitan-kesulitan yang menghadang kehidupan tokoh dalam novel dapat menjadikan siswa lebih giat dalam belajar dan tidak mudah menyerah atau menjadi sosok yang rapuh ketika harus mengalami peristiwa yang dapat menghambat cita-citanya untuk menyelesaikan pendidikan.
DAFTAR REFERENSI Albertine, Minderop. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. -----------------------. 2010. Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka obor Indonesia. Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Burhan Nurgiyantoro. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Khrisna Pabhicara. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: Noura Books. Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suwardi Endraswara. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negri Yogyakarta. Wellek, Rene. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.