KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Sumarni, Sesilia Seli dan Agus Wartiningsih Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS, FKIP Untan Pontianak. Email:
[email protected] Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakngi oleh keinginan untuk menemukan kepribadian tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Penelitian ini bertujuan memperoleh data tentang kepribadian dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Perahu Kertas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berbentuk kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter. Kepribadian tokoh dalam novel Perahu Kertas adalah pemakan, suka tidur, penyedih, bingung, gelisah, perindu, tekun, cuek, berani mengemukakan pendapat, optimis, lapang kebebasan, pesimis, ketergantungan, dermawan, rela berkorban, bertanggung jawab, pengertian, cemburuan, setia kawan, bijaksana. Sedangkan teknik pelukisan tokoh yang digunakan pengarang adalah ekspositori, cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, reaksi tokoh, reaksi tokoh lain, pelukisan latar, dan pelukisan fisik. Kata kunci: kepribadian tokoh, teknik pelukisan tokoh, novel. Abstract. This research to be conduted by the hope ti fing out the personal character in the Perahu Kertas novel by Dewi Lestari. The purpose of this research are to get the data about the personal and the technique of personal describing in the Perahu Kertas novel for developing of important literature and using the descriptive method in qualitative form. The approach that use in this psychology approach. That use in this research is documenter study technique. Based on the data analysis, conclu that personal character in Perahu Kertas novel are the people who like to eat, to sleep, sad, confuse, worry, miss, diligent, not care, dependence, donor, sacrifice, cheerful, relax, and intention. Meanwhile technique of personal describing that used by writer are expository, conversation, behavior, thinking and feeling, reaction of character, another reaction of character, describing of background and describing of psychal. Key word: personal character, technique of personal describing, novel.
P
erahu Kertas adalah novel yang bagus. Tidak hanya kisah cinta yang disampaikan. Namun, juga ada pesan-pesan perjuangan dan semangat yang begitu hebat. Novel Perahu Kertas merupakan suatu karya sastra dengan jalan cerita yang luwes dan terkesan mengalir apa adanya. Tema yang ditonjolkan dalam cerita ini adalah cinta dan mimpi (cita-cita) dengan dua tokoh utamanya, Kugy dan Keenan. Kugy yang aneh, kocak, berantakan, dan tukang khayal bermimpi ingin menjadi seorang penulis 1
dongeng yang hebat. Sementara Keenan, adalah seorang pemuda yang ganteng, atletis, dan jago melukis memimpikan melukis sebagai jalan hidupnya. Alasan peneliti memilih novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari yaitu dari kelebihan Perahu Kertas yang dapat dilihat dari kepribadian tokoh utamanya yang sangat tidak biasa karena jauh dari kesan good image. Selain itu, kepribadian tokoh dalam Perahu Kertas sangat membantu pembaca dalam memaknai satu di antara dilema klasik di mana saat seseorang harus memilih di antara dua pilihan: dunia kerja yang realistis dan cita-cita yang sangat idealis. Alasan peneliti memilih kepribadian tokoh karena kepribadian tokoh dalam sebuah karya sastra mempunyai peranan yang penting, melalui kepribadian tokohlah pengarang dapat melukiskan setiap tokoh yang ada pada karya sastra yang dihasilkannya. Tanpa adanya kepribadian yang tergambar melalui konflik-konflik antar tokoh dalam sebuah novel, maka karya sastra tersebut tidak akan terasa hidup.
Pengertian Novel Menurut Nurgiyantoro (2009: 4) pengertian novel adalah Suatu karya fiksi yang menawarkan suatu dunia yaitu dunia yang berisi suatu model yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai sistem intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja juga bersifat imajinatif. Pengertian Tokoh dan Penokohan Menurut Nurgiyantoro (2009:165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban dari pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, dan sebagainya. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Menurut Nurgiyantoro (2009:165) watak, perwatakan, dan karakter merujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakter biasanya diartikan sama karena merupakan watak yang dimiliki oleh tokoh dalam sebuah karya sastra yang berbentuk fiksi. Atau seperti dikatakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro, 2009: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pembedaan Tokoh Tokoh cerita dalam sebuah novel atau fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Nurgiyantoro (2009: 176) mengatakan tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
2
Altenbern dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2009: 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang merupakan pengejewantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. c. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2009: 188) tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peistiwa yang terjadi. d. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2009: 190). Teknik Pelukisan Tokoh a. Teknik Ekspositori Definisi ekspositori menurut Nurgiyantoro (2009:195) sebagai berikut. Teknik Ekspositori biasanya disebut juga dengan teknik analitis, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan secara fisiknya. b. Teknik Dramatik Berdasarkan pendapat Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2009: 201-210). Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, yang dapat kita lihat sebagai berikut. 1) Teknik Cakapan Percakapan-percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. 2) Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku yaitu tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan tokoh dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat disebut sebagai menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. 3) Teknik Pikiran dan Perasaan Pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya, pikiran dan perasaannyalah yang biasanya diejawantahkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal. 4) Teknik Arus Kesadaran Arus kesadaran adalah sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak. Jadi, teknik arus kesadaran biasanya selalu mengungkap 3
tentang kedirian tokoh yang berupa monolong batin seorang tokoh dalam sebuah karya fiksi dan biasanya pengarang melukiskannya dengan kata “aku”. 5) Teknik Reaksi Tokoh Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai tanggapan atau reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya, keadaan, kata maupun tingkah-laku tokoh dalam merespon setiap kejadian sebagai bentuk penampilan yang mencerminkan kediriannya. 6) Teknik Reaksi Tokoh Lain Teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan. 7) Teknik Pelukisan Latar Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh. 8) Teknik Pelukisan Fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tebal menyaran pada sifat cerewet. c. Catatan tentang Identifikasi Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2009: 203) usaha pengidentifikasian tokoh dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut. (a) Prinsip pengulangan, (b) Prinsip pengumpulan, (c) Prinsip kemiripan dan pertentangan. Prinsip pengulangan dimaksudkan agar dengan dilakukannya pengulanganpengulangan tentang sifat kedirian tokoh sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahami sifat tokoh cerita dengan jelas. Begitu juga dengan prinsip pengumpulan seluruh kedirian tokoh dikumpulkan sedikit demi sedikit agar diperoleh data yang lengkap sehingga dapat menghasilkan gambaran yang padu tentang kedirian tokoh yang ada dalam cerita fiksi. Teori Psikologi Sastra Menurut Hardjana (1991: 60) psikologi memasuki bidang kritik sastra lewat beberapa jalan yaitu:(1) pembahasan tentang proses penciptaan sastra, (2) pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi), (3) pebicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra, dan (4) pengaruh karya sastra terhadap pembacanya. Pernyataan menarik dalam fokus penelitian psikologi sastra yang disampaikan Fokkema (dalam Endraswara, 2008: 67) bahwa sastra adalah sebuah dokumen, monumen, dan tanda (stuktur yang indah).
Menurut Ratna (2009: 62) karya sastra disebut sebagai salah satu (penyakit) kejiwaan. Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Wellek dan Warren (1993: 90) mengatakan psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwaperistiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh faktual. 4
Konsep Umum Psikoanalisis dalam Sastra Psikoanalisis adalah istilah khusus dalam penelitian psikologi sastra (Endraswara, 2008: 196). Artinya, psikoanalisis ini banyak diterapkan dalam setiap penelitian sastra yang mempergunakan pendekatan psikologis. Berdasarkan pernyataan tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa psikoanalisis merupakan tombak dasar penelitian kejiwaan dalam mencapai tahap penelitian yang lebih serius, khususnya karya sastra dalam hal ini. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis tokoh-tokoh dalam drama atau novel secara psikologis. Teori Kepribadian Konjoroningrat (dalam Sobur, 2011: 301) menyebut “kepribadian” atau personality sebagai “Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia”. Menurut Sobur (2011: 300) berdasrkan definisi kepribadian, kepribadian memiliki beberapa unsur sebagai berikut. 1) Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis. Dengan kata lain, dia tidak statis, tetapi senantiasa tidak berubah-ubah setiap saat. 2) Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu. Jadi tidak meliputi hal-hal yang di luar individu. 3) Organisasi itu berdiri atas system psikis, yang menurut Allport meliputi, antara lain, sifat dan bakat, serta sistem fisik(anggota organ-organ tubuh) yang saling terkait. 4) Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya. a. Struktur Kepribadian Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id (das es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). 1) Id Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem original dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh (Suryabrata, 1990: 145). Hal senada juga disampaikan Albertine (2011: 21) Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. 2) Ego Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryabrata (1990: 147) di dalam berfungsinya das ich berpegang pada “Prinsip kenyataan” atau “ prinsip realitas” (realitatsprinzip, the reality principle) dan bereaksi dengan proses sekunder (Sekender Vorgang, Secondary Proses). Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. 5
3) Superego Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah supe rego. Menurut Albertine (2011: 22) super ego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali baik dan buruk (conscience). Jadi super ego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat yang berhubungan dengan rasa benar dan salah. Kegunaan Psikoanalisis Sastra Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Misalnya, kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya. Hal itu, berguna karena jika dipakai dengan tepat dapat membantu kita melihat keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang sangat penting dalam suatu karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Peneliti menggunakan metode deskriptif karena sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu mendeskripsikan hasil analisis kepribadian tokoh dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat, Muhammad (2011:34-35) mengemukakan metode deskriftif sebagai berikut. Deskriptif adalah sifat data penelitian kualitatif. Wujud datanya berupa deskripsi objek penelitian. Dengan kata lain, wujud data penelitian kualitatif adalah kata-kata, gambar, dan angka-angka yang tidak dihasilkan melalui pengolahan statistika. Data yang deskriptif ini bisa jadi dihasilkan dari transkrip (hasil) wawancara, catatan lapangan melalui pengamatan, foto-foto, video-tape, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi yang lain. Data yang banyak itu dirajut, diulas satu-satu, dianalisis secara rinci sehingga diperoleh laporan secara komprehensif. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif karena dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome, artinya hasil penelitian kualitatif belum tentu sama dengan apa yang direncanakan. Hasil dari penelitian kualitatif ini baru akan diketahui setelah melakukan analisis lebih lanjut terhadap datadata yang ditemukan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Penelitian kualitatif juga lebih bersifat deskriptif, artinya penelitian ini lebih menggambarkan secara jelas data-data yang akan menjadi bahan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kalimat, frase, dan kata yang penulis temukan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011: 15) metode penelitian kualitatif sebagai berikut. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, 6
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis generalisasi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra karena penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tentang kepribadian tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari yang mengkaji kepribadian tokoh dari sisi psikologi. Psikologi sastra merupakan suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan berawal dari anggapan bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan cara dalam menghayati dan menyikapi kehidupan. Hal itu sesuai dengan fungsi psikologi yang melakukan penjelajahan ke dalam batin atau jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Sumber data adalah sumber data utama yang diperoleh langsung dari sumbernya (Arikunto, 2010: 22). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari terbitan Bentang Pustaka setebal 444 halaman. Novel Perahu Kertas ini merupakan karya Dewi Lestari yang ke-6. Data adalah bahan faktual yang dapat dijadikan sebagai dasar berpikir bagi peneliti dalam memperoleh hasil temuan dan simpulan yang objektif. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, frasa, klausa, atau kalimat, yang membentuk pikiran atau ungkapan tokoh yang mengandung unsur kepribadian dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra yang menjadi sumber data dalam penelitian, sumber data yang digunakan peneliti adalah novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari . Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Membaca secara intensif dengan pemahaman novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 1) Intensif maksudnya adalah membaca yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan terus menerus khususnya dalam membaca novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 2) Pemahaman maksudnya adalah proses, perbuatan, atau cara memahami novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. b. Mengidentifikasi data berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. c. Menampilkan data atau kutipan yang berhubungan dengan kepribadian tokoh dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ke dalam kartu data. d. Mengklasifikasikan data berdasarkan masalah penelitian. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri menjadi intrumen kunci sebagai perencana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan 7
pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Selain itu menggunakan kartu pencatat data yang berisi catatan-catatan dari hasil membaca novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Langkah-langkah dalam menganalisis novel Perahu Kertas dalam penelitian ini akan digunakan beberapa tahap sebagai berikut. 1. Menafsirkan data-data yang telah diklasifikasikan untuk dianalisis berdasarkan masalah penelitian. 2. Menganalisis dan menginterpretasikan data yang sesuai dengan kepribadian tokoh yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 3. Menganalisis dan menginterpretasikan data yang sesuai dengan teknik pelukisan tokoh yang digunakan Dewi Lestari dalam novel Perahu Kertas. 4. Menyimpulkan tentang kepribadian tokoh dan teknik pelukisan tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Untuk mendapatkan keabsahan data, ada empat cara yang digunakan seperti berikut. 1. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, teknik ini dilakukan dengan membaca dan memahami secara teliti, tekun, rinci terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan masalah dan data penelitian. Dalam hal ini adalah kepribadian tokoh dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 2. Diskusi Teman Sejawat Menurut Moleong (1991: 179) peneliti juga melakukan diskusi dengan teman sejawat. Peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat karena hal tersebut dapat memudahkan dalam proses keabsahan data. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi peneliti lakukan bersama teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan angkatan 2009 yaitu, Sri Indayati, Nurlinda, dan Teguh Trisanto. Diskusi dilakukan sebelum penyerahan skripsi kepada pembimbing yang dilaksanakan dengan waktu dan tempat yang telah disepakati, yaitu pada hari Kamis pukul 09.00 WIB di lingkungan FKIP Untan. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam pengecekan keabsahan data melalui diskusi dengan rekan sejawat. a. Rekan sejawat membaca novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari secara intensif. b. Rekan sejawat membaca klasifikasi data yang dibuat peneliti. c. Peneliti dan teman sejawat mendiskusikan klasifikasi data tersebut. d. Peneliti dan rekan sejawat menyimpulkan hasil diskusi. 3. Triangulasi Penulis juga menggunakan teknik triangulasi, yakni pengecekan keabsahan data dengan cara melakukan perbandingan dengan hal-hal di luar data. Triangulasi data dilakukan peneliti dengan dosen pembimbing serta teman sejawat yaitu
8
dengan jalan memanfaatkan penyidik atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi dengan penyidik dapat dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Menurut Moleong (1991: 178) pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Triangulasi dengan penyidik ini peneliti lakukan bersama dosen pembimbing pertama dan pembimbing kedua yaitu: Dra. Sesilia Seli, M.Pd. dan Ibu Agus Wartiningsih M.Pd., pada hari Selasa, tanggal 05 Februari 2013 dengan lokasi FKIP UNTAN. Sementara itu, triangulasi penyidik bersama teman sejawat dilakukan bersama Sri Indayati, Nurlinda, dan Teguh Trisanto pada hari Kamis, tanggal 24 Januari 2013 dengan lokasi area kampus FKIP UNTAN. ANALISIS DATA Analisis data adalah penelaahan dan penguraian data sehingga menghasilkan simpulan yang berupa temuan kepribadian tokoh yang dipengaruhi oleh struktur kepribadian yang menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan teknik pelukisan tokoh yang digunakan Dewi Lestari dalam melukiskan tokoh Kugy, Keenan, Noni, dan Eko yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Analisis yang terdapat dalam bab ini berdasarkan dari data-data berupa kepribadian tokoh dan teknik pelukisan tokoh yang terdapat dalam novel Perahu Kertas yang meliputi kepribadian yang dipengaruhi struktur kepribadian id, ego, dan super ego. Berikut ini merupakan pemaparannya secara lengkap. A. Analisis Kepribadian Tokoh dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari 1. Tokoh Kugy a. Kepribadian yang Dipengaruhi Id Menurut survey: selain narik becak dan gali kubur, pekerjaan menkhayal dan menulis ternyata juga butuh asupan kalori tinggi,” sahut Kugy, lalu mencabut dua pisang susu yang bergantung di sebelah kepalanya. (Perahu Kertas, 2012: 43) Akhirnya Kugy mecomot satu lagi pisang susu. Mengunyahnya lahap. (Perahu Kertas, 2012: 44) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Kugy yang suka memakan pisang susu. Berdasarkan kutipan tersebut kepribadian tokoh Kugy adalah seorang yang pemakan. Jadi, id yang dimiliki tokoh Kugy adalah ia selalu memenuhi kebutuhan biologisnya untuk makan dan ia tidak bisa menahan rasa laparnya serta melahap apa pun makanan yang ia inginkan. b. Kepribadian yang Dipengaruhi Ego Sebetulnya gua selalu pingin kasih tau, Non …tapi gua ngerasa nggak bisa apa-apa ketika lu dan Eko berencana untuk mengenalkan Wanda ke Keenan…..dan gua lihat misi kalian berhasil…sementara gua sendiri masih pacaran dengan Ojos…gua bingung mau bilang apa, mau bersikap apa…lebih baik gua jauh
9
sekalian dari kalian semua….”Mata Kugy mulai berkaca-kaca. (Perahu Kertas, 2012: 317) Kerongkongan Kugy tercekat, seperti ada sebongkah durian menyumbat lehernya. “Aku…,” susah payah Kugy berkata, “aku…nggak mau ketemu kamu dulu untuk beberapa waktu. Ada beberapa hal yang harus aku bereskan…” napasnya tertahan, “dengan diriku sendiri. Nanti kalau udah waktunya, kita pasti ketemu lagi. (Perahu Kertas, 2012: 397) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Kugy yang sebenranya ingin berterus terang pada Noni. Akan tetapi, Kugy menyadari bahwa apa yang ia rasakan pada Keenan adalah tidak wajar karena ia sudah mempunyai pacar. Pada kutipan berikutnnya digambarkan tokoh Kugy yang berusaha untuk berkata bahwa ia tidak ingin bertemu dengan Keenan untuk sementara waktu karena ia ingin membereskan perasaanya yang tidak menentu. Berdasarkan kutipan tersebut kepribadian tokoh Kugy adalah seorang yang suka menghindar. Jadi, ego yang dimiliki tokoh Kugy adalah ia menyadari apa yang diraskannya pada Keenan tidak wajar dan ia perlu waktu untuk membereskan perasaannya sendiri sehingga ia berlari agar bisa menghindari berbagai pertanyaan dari Keenan. c. Kepribadian yang Dipengaruhi Super Ego Barang itu belum pernah berpindah tangan sebelumnya. Aku juga nggak tahu kenapa bisa tergerak memijmkannya sama orang yang baru aku kenal tadi sore, “ucap Kugy pelan”. (Perahu Kertas, 2012: 39) Kugy tak menyangka betapa kisah yang ia tulis telah berperan begitu besar dalam hidup Keenan. Ia terharu dengan kesungguhan Keenan untuk berterima kasih padanya, pada Sekolah Alit dan Pasukan Alit. Namun ia juga getir melihat kenyataan bahwa niat baik mereka semua tak sanggup menolong Jendral Pilik. (Perahu Kertas, 2012: 345) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Kugy yang rela meminjamkan barang yang sangat berharga baginya untuk orang lain walaupun, Kugy baru mengenalnya. Pada kutipan berikutnya Kugy dan Keenan berniat untuk memberikan bantuan untuk Sekolah Alit dan Pasukan Alit berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Kugy adalah murah hati. Jadi, super ego yang dimiliki tokoh Kugy adalah ia rela meminjamkan barang berharga miliknya dan berniat memberikan batuan untuk Sekolah Alit dan Pasukan Alit. 2. Tokoh Keenan a. Kepribadian yang Dipengaruhi Id Keenan menutup pintu kamar. Tak lama, seluruh ruangan itu tampak kabur. Berkali-kali Keenan mengerjapkan mata tetapi air dipelupuknya seperti tidak bisa berhenti. (Perahu Kertas, 2012: 4) Keenan berdiri termangu menatap itu semua. Sebutir air matanya mengalir. Diusapnya pelan. Dan ia pun beranjak dari sana. (Perahu Kertas, 2012: 430) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Keenan yang merasakan kesedihan yang teramat dalam sehingga Keenan tidak mampu untuk menahan air matanya yang terus mengalir. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Keenan adalah 10
penyedih. Jadi, id yag dimiliki tokoh Keenan adalah ia merasakan kesedihan yang teramat dalam sehingga air matanya mengalir. b. Kepribadian yang Dipengaruhi Ego Dari wajahnya, Keenan sudah tampak mau meletus, tapi ia berusaha menahan diri, mengeraskan rahangnya kuat-kuat. “Ini bukan soal uang, Pa,” ujarnya tertahan. Sampai kapanpun saya nggak bisa menggatikan semua yang sudah Papa kasih. Tapi saya benar-benar nggak kuat lagi untuk pura-pura betah kuliah. Saya nggak kuat meneruskan sesuatu yang saya nggak suka. Sementara hati saya ada di tempat lain. (Perahu Kertas, 2012: 156) Saya mau bantu kamu. Boleh?” Keenan lantas meraih tangan Kugy.” Empat tahun saya kepingin bilang ini: Kugy karmachameleon, saya cinta sama kamu. Dari pertama kali kita ketemu, sampai hari ini, saya selalu mencintai kamu. Sampai kapan pun itu, saya nggak tahu. Saya melihat cinta ini nggak ada ujungnya. (Perahu Kertas, 2012: 411) Buat orang yang nggak tahu kamu, cerpen itu mungkin bagus. Tapi saya merasa dongeng-dongeng kamu jauh lebih otentik, lebih orisinal, dan lebih mencerminkan kamu yang sebenarnya. Dalam cerpen itu saya tidak menemukan diri kamu. Yang saya temukan adalah penulis yang pintar merangkai kata-kata, tapi nggak ada nyawa,” sambung Keenan lagi. (Perahu Kertas, 2012: 54) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Keenan yang merasa tidak kuat lagi untuk pura-pura betah kuliah dan mengikuti keinginan papa nya. Sementara hatinya tahu apa yang ia inginkan sebenarnya. Pada kutipan selanjutnya Keenan akhirnya jujur mengenai persaannya selama ini terhadap Kugy bahwa pada kenyataannya sudah lama Keenan diam-diam jatuh cinta pada Kugy. Keenan juga mengatakan pendapatnya dengan jujur bahwa dongeng-dongeng yang ditulis Kugy jauh lebih bagus dibanding cerpen yang Kugy tulis. Menurut Keenan di dalam dongeng tulisan Kugy lebih mencerminkan diri Kugy yang sebenarnya yang lebih bernyawa dan itulah faktanya. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Keenan adalah jujur. Jadi, ego yang dimiliki tokoh Keenan adalah ia jujur kepada papa nya bahwa ia sudah tidak betah kulian, Keenan juga jujur kepada Kugy tentang perasaannya pada Kugy, dan jujur tentang pendapatya mengenai perbandingan antara dongeng dan cerpen tulisan Kugy. c. Kepribadian yang Dipengaruhi Super Ego Di tangannya, Keenan menggenggam sebuah buku tabungan, yang akan dihadiahkan bagi Pilik dan Sekolah Alit. Uang yang ia sisihkan dari hasil penjualan lukisannya selama ini. Dengan getir ia memandangi nisan itu, menyadari ironisnya realitas saat harus bersanding dengan dunia dongeng. (Perahu Kertas, 2912: 343) Ya. Ke Pak Usep, Pak somad, dan semua keluarga Pasukan Alit yang kena gusur,” Jawab Keenan tegas, “ saya nggak mungkin menyimpannya lagi. Uang ini sudah saya anggap menjadi hak mereka. (Perahu Kertas, 2012: 345) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Keenan yang ingin menhadiahkan sebuah buku tabungan untuk Pilik dan Pasukan Sekolah Alit, tabungan yang disisihkan dari hasilnya melukis. Pada kutipan selanjutya Keenan menyumbangkan 11
semua tabungannya untuk Pasukan Alit dan semua warga kampung yang tergusur. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Keenan adalah dermawan. Jadi, super ego yang dimiliki tokoh Keenan adalah rela memberikan sebagian uang dari hasilnya melukis untuk Pasukan Sekolah Alit dan warga kampung yang tergusur. 3. Tokoh Noni a. Kepribadian yang Dipengaruhi Id Pintu itu membuka. Noni keluar dari dalam membawa kantong sampah yang siap dibuang. Kugy pun tersentak. Namun, sudah terlambat untuk bergerak ke mana-mana. Noni mengangkat mukanya sedikit, menyadari bahwa ada Kugy sedang berdiri di koridor. Cepat, mata Noni berpaling ke arah lain”. (Perahu Kertas, 2012: 180) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Noni yang menghindari pertemuannya dengan Kugy. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Noni adalah suka menghindar. Jadi, id yang dimiliki tokoh Noni adalah menghindari untuk bertemu dengan Kugy walaupun secara tidak sengaja. b. Kepribadian yang Dipengaruhi Ego Pagi tadi, ia merasa menyesal atas tuduhannya pada Eko. Dan, tiba-tiba, ia juga tergerak untuk menemui Kugy ke kampus demi memberikan dukungan. Dengan segala kegetaran dan keengganan yang padahal masih membebani hatinya, Noni berhasil melawan itu semua untuk akhirnya datang ke kampus dan mencari Kugy ke ruang sidang. Namun, apa yang dilihatnya barusan memupuskan keduanya. Sebagian dirinya remuk ketika melihat satu hal yang paling ia takutkan ternyata menjadi kenyataan. Eko memang mencintai Kugy. Dan, dari apa yang ia lihat barusan , sepertinya cinta itu tidak hanya searah. Noni berusaha keras untuk tetap kuat berjalan pergi dengan tegak. Dadanya naik turun, menahan tangis. Ia berharap seandainya saja ia bisa terbang dan cept-cepat pergi dari tempat itu. Ia tidak kuat lagi. (Perahu Kertas, 2012: 244-245) Gua tahu Eko emang simpati sama kondisi lu. Dia sayang sama lu. Dulu kita semua juga gitu. Tapi jangan gara-gara cuma tinggal dia sendirian yang masih anggap lu, terus lu merasa lebih. Kalau lu emang punya hati, lu bakal tahu menempatkan posisi lu di mana. Belagak temen, tapi makan temen. Atau jadi orang asing, tapi nggak makan temen. Gua sarankan lu pilih yang kedua. Karena gua nggak punya tempat buat lu lagi, selain posisi itu. Non… lu salah sangka…total!” Kugy sampai menahan napas sangking kagetnya. “Gua nggak ada niatan kayak gitu sama sekali…nggak pernah ada apa-apa di antara gua dan Eko selain temenan doang…” “Oke. Gua mau mengaku satu hal sama lu,’ potong Noni tajam,”tadi siang gua datang ke kampus, mau kasih support untuk lu sidang. Nah, sekarang giliran gua mau tanya sama lu,” muka Noni semakin kencang, “Pernah nggak Ojos menemani gua dengan setianya selam berminggu-minggu? Pernah nggak gua meluk-meluk Ojos di depan umum?. (Perahu Kertas, 2012: 247) 12
c.
4. a.
b.
c.
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Noni yang menyadari bahwa Eko masih sangat menyukai Kugy sehingga hatinya remuk melihat kenyataan itu dan ia merasa sangat cemburu dengan kedekatan Kugy dan Eko sehingga membuat Noni sangat marah karena merasa dugaanya selama ini benar adanya. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Noni adalah cemburuan. Jadi, ego yang dimiliki tokoh Noni adalah ia merasa cemburu dan sangat marah atas kedekatan Kugy dan Eko. Kepribadian yang Dipengaruhi Super Ego Ini namanya: support, Sayang. Kita harus menunjukkan dukungan kita pada Keenan. Ini hari bersejarah buat dia,” Noni berpidato,”bayangin, pertama kali lukisannya masuk galeri, eeh…langsung ke galeri besar kayak gitu. Nggak semua pelukis muda bisa punya kesempatan kayak Keenan. Masa kita nggak bangga sebagai sahabat-sahabatnya?. (Perahu Kertas, 2012: 106) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Noni yang berusaha memberikan dukungan atas keberhasilan Keenan. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Noni adalah setia kawan. Jadi, super ego yang dimiliki tokoh Noni adalah memberikan dukungan kepada Keenan atas keberhasilan lukisannya yang bisa masuk pameran di Galeri besar seperti Warsita. Tokoh Eko Kepribadian yang Dipengaruhi Id Eko membelasakkan kepalanya ke dalam bantal. Tertawa terpingkalpingkal. “Kok gua serasa ada di tengah alien nations gini, ya?” cetusnya dari dalam benaman bantal. (Perahu Kertas, 2012: 33) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Eko yang merasa lucu sehingga tertawa terpingkal-pingkal. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Eko adalah periang. Jadi, id yang dimiliki tokoh Eko adalah ia merasa senang dan tertawa mengomentari Kugy. Kepribadian yang Dipengaruhi Ego Eko sedikit terbatuk, “Jadi gini Gy. Sore ini akan ada acara High Tea di galeri untuk memperkenalkan koleksi baru-nya Warsita, salah satunya lukisan Keenan. Nanti bakal ada pelukis-pelukis, wartawan, kolektor, kurator…. (Perahu Kertas, 2012: 107) Kutipan di atas menggambarkan tokoh Eko yang berusaha memberikan penjelasan pada Kugy tentang acara pameran lukisan Keenan. Berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Eko adalah terbuka. Jadi, ego yang dimiliki tokoh Eko adalah berusaha menjelaskan tentang acara pameran Keenan pada Kugy. Kepribadian yang Dipengaruhi Super Ego Melihat itu Eko juga mulai khawatir. “Lu tahu betapa gua menghargai setiap liter bensin, kan, Gy? Dan gua nggak bisa matiin mobil takut mogok. Tapi gua akan merelakan lima menit buat lu untuk ganti baju. Kalau lu mau, “kata Eko penuh penekanan. Dia sebetulnya sudah bisa menduga pilihan Kugy”.(Perahu Kertas, 2012: 19)
13
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Eko yang siap merelakan waktunya untuk Kugy mengganti pakainnya. Jadi, berdasarkan kutipan di atas kepribadian tokoh Eko adalah perhatian. Jadi, super ego yang dimiliki tokoh Eko adalah ia merelakan sedikit waktunya terbuang untuk Kugy bmengganti pakaiannya. B. Analisis Teknik Pelukisan Tokoh dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari Untuk melukiskan tokoh dalam novel Perahu Kertas, Dewi Lestari menggunakan teknik ekspositori, teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik. 1. Teknik Cakapan Percakapan-percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. 2. Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku yaitu tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan tokoh dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat disebut sebagai menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. 3. Teknik Pikiran dan Perasaan Pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya, pikiran dan perasaannyalah yang biasanya diejawantahkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal. 4. Teknik Arus Kesadaran Arus kesadaran adalah sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak. Jadi, teknik arus kesadaran biasanya selalu mengungkap tentang kedirian tokoh yang berupa monolong batin seorang tokoh dalam sebuah karya fiksi dan biasanya pengarang melukiskannya dengan kata “aku”. 5. Teknik Reaksi Tokoh Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai tanggapan atau reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya, keadaan, kata maupun tingkah-laku tokoh dalam merespon setiap kejadian sebagai bentuk penampilan yang mencerminkan kediriannya. 6. Teknik Reaksi Tokoh Lain Teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan. 7. Teknik Pelukisan Latar Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh. 14
8. Teknik Pelukisan Fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tebal menyaran pada sifat cerewet. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan penelitian kepribadian tokoh yang peneliti lakukan terhadap novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ditemukan kepribadian tokoh sebagai berikut. a. Tokoh Kugy 1) Kepribadian Kugy yang dipengaruhi Id yaitu: pemakan, suka tidur, mudah bersedih, tekun, licah, suka protes, mudah gelisah, suka menghindar, dan mudah terbawa suasana. 2) Kepribadian tokoh Kugy yang dipengaruhi Ego yaitu: terbuka, mau mengintrosveksi diri, berani mengemukakan pendapat, optimis, lapang dada, mampu menerima keyataan, tertutup, mandiri, suka menabung, rajin, ulet, galak, pekerja keras, berpikir realistis, mau menerima kritikan, tahu berterimakasih, mudah kecewa,cerdas, inspiratif, berani, jujur, penyadar, teguh pendirian, berpikir logis, punya kemauan yang tinggi, berani menentukan pilihan, dan pengingat. 3) Kepribadian tokoh Kugy yang dipegaruhi Super Ego: murah hati, merasa menyesal, rendah hati, selalu bersyukur, pengertian, jujur, peduli dengan orang lain, dan tahu berterimakasih. b. Tokoh Keenan 1) Kepribadian tokoh Keenan yang dipengaruhi Id yaitu: penyedih, keras kepala, romantis, tekun, emosional, teguh pendirian, mudah kecewa, penyayang, mudah putus asa, penyayang, tertutup, banyak permitaan, mudah terkejut, dan menyukai kebebasan. 2) Kepribadian tokoh Keenan yang dipengaruhi Ego yaitu: jujur, berpikir realistis, pengingat, terbuka, tekun, optimis, pesimis, dan ketergantungan. 3) Kepribadian tokoh Keenan yang dipengaruhi Super Ego yaitu: dermawan, tahu berterimakasih, rela berkorban, mudah putus asa, tidak mau mengambil yang bukan hakya, bertanggung jawab, dan pengertian. c. Tokoh Noni 1) Kepribadian tokoh Noni yang dipengaruhi Id yaitu: suka menghindar, cerewet, emosional, dan merasa senang. 2) Kepribadian tokoh Noni yang dipengaruhi Ego yaitu: cemburuan, tidak mudah percaya, lancang, dan jujur. 3) Kepribadian tokoh Noni yang dipengaruhi Super Ego yaitu: setia kawan, bijaksana, dan penyadar. d. Tokoh Eko 1) Kepribadian tokoh Eko yang dipengaruhi Id yaitu: periang, santai, dan setia kawan. 15
2) Kepribadian tokoh Eko yang dipengaruhi Ego yaitu: terbuka, cuek, penasaran, penyadar, suka protes, dan tertutup. 3) Kepribadian tokoh Eko yang dipengaruhi Super Ego yaitu: perhatian, bijaksana, penasaran, dan mudah bergaul. 2. Berdasarkan penelitian teknik pelukisan tokoh yang peneliti lakukan terhadap novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ditemukan teknik-teknik pelukisan tokoh sebagai berikut. a. Teknik ekspositori. b. Teknik cakapan. c. Teknik tingkah laku. d. Teknik pikiran dan perasaan. e. Teknik reaksi tokoh. f. Teknik reaksi tokoh lain. g. Teknik pelukisan latar. h. Teknik pelukisan fisik. Saran Saran dari peneliti untuk guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai sumber tambahan untuk bahan ajar yang sudah ada untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar khususnya mengenai novel. Saran dari peneliti untuk siswa hendaknya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan bacaan sastra bagi siswa khususnya dalam menambah wawasan tentang sastra di bidang pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan membaca hasil penelitian tentang kepribadian tokoh dalam novel Perahu Kertas ini siswa dapat menambah pengetahuan tentang kepribadian tokoh yang terkandung dalam sebuah novel. Kepribadian yang terdapat dalam sebuah novel diharapkan dapat memberikan pendidikan karakter pada siswa. Dengan mengetahui dan memahami kepribadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra, diharapkan siswa mampu membedakan mana kepribadian yang patut untuk ditiru maupun sebaliknya dalam kehidupan sehari-hari. Saran dari peneliti untuk pembaca karya sastra hendakya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai wadah untuk memperdalam kemampuan dalam memahami kepribadian tokoh yang terkandung di dalam sebuah karya sastra, khususnya kepribadian tokoh yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Dengan demikian, pembaca karya sastra tidak hanya merasa terhibur, tapi juga akan mendapatkan pengetahuan tentang kepribadian tokoh yang dilukiskan oleh pengarang. Saran dari peneliti untuk peneliti berikutnya adalah agar peneliti lain dapat mengembangkan penelitian khususnya penelitian terhadap novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini, karena unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel ini layak untuk diteliti. Jadi, masih banyak yang dapat gali oleh peneliti lain, misalnya analisis nilai-nilai, gaya bahasanya teks sastranya maupun gaya bahasa dari kepengarangannya.
16
DAFTAR RUJUKAN Endraswara, Suwardi. 2008. Motodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. Hardjana, Andre. 1991. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. Moleong, Lexi Rosdakarya.
J.
1991.
Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumardi. 1990. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
17