PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PEMANFAATAN DIKSI DALAM DAYA BAHASA PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI
Disusun oleh: PUTRI AYU WANDIRA 091224080 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan kepada: * Kedua orangtuaku: Yusi Indriani dan Syamsudin atas segala doa, semangat, dan kasih sayang yang tiada henti- hentinya. * Adik-adikku : Ariel, Monica, Garda dan Melody yang selalu memberi semangat dan keceriaan. * Seluruh keluarga besar dan teman-teman yang turut serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. iv
memberikan doa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Setiap orang punya potensi dalam dirinya, setiap orang telah memilih peran uniknya masing-masing sebelum mereka terlahir di dunia, tapi setiap orang juga dibuat lupa terlebih dahulu. (Dewi Lestari, Petir)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat kehi dupan, penyertaan serta cinta kasihNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyele saikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Diksi Dalam
Daya
Bahasa Pada Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari” yang telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, nasihat, bimbingan, dan bantuan baik secara moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2.
Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang sangat sabar membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini hingga selesai.
4.
Tim penguji yang telah memberi kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
5.
Seluruh dosen program studi PBSID yang telah mendidik dan mendampingi penulis selama belajar di program studi PBSID.
6.
Bapak Robertus Marsidiq, karyawan secretariat
viii
program
studi PBSID yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan pelayanan selama penulis berproses belajar di program studi PBSID.
7.
Karyawan perpustakaan USD yang telah banyak membantu dalam memberikan pinjaman buku bagi penulis.
8.
Orangtuaku, Ibu Yusi Indriani dan Bapak Syamsudin yang telah memberian cinta, motivasi, materi, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
9.
Adik-adikku, Ariel, Monica, Garda, dan Melody yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutka satu per satu yang telah iku terlibat dengan penulis selama belajar di PBSID dan proses mengerjakan skripsi.
Besar harapan penulis semoga skripsi ini banyak memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan dan bagi para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ni masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 13 Juli 2015
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Ayu, Putri Wandira. 2014. Pemanfaatan Daya Bahasa dalam Diksi pada Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini membahas jenis-jenis dan ciri-ciri daya bahasa pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Masalah penelitian adalah untuk mencari jenis daya bahasa yang terdapat dalam diksi pada novel Perahu Kertas dan mencari ciri-ciri setiap jenis daya bahasa dalam diksi pada novel Perahu Kertas. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini mendeskripsikan secara sistematis daya bahasa dalam diksi yang ditemui pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Sumber data penelitian adalah novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Data penelitian berupa kalimat-kalimat dalam novel yang diksinya diduga mengandung daya bahasa. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang berbekal teori pragmatik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat kalimat yang diduga mengandung daya bahasa pada diksi. Data penelitiannya berupa kalimat-kalimat yang diksinya diduga mengandung daya bahasa. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis jenis daya bahasa dalam diksi dan ciri penanda daya bahasa dalam diksi. Kesimpulan dari penelitian adalah pertama ditemukannya jenis daya bahasa pada novel yang meliputi daya bangkit, daya informatif, daya egosentrisme, daya profokatif, dan daya kritik. Kedua, ciri-ciri daya bahasa dalam diksi. Daya bangkit menggunakan simile, metafora dan ungkapan. Daya informatif menggunakan idiom dan konotasi. Daya egosentrisme menggunakan pronomina, kata tanya, dan perbandingan. Daya provokatif menggunakan kata tanya, kata populer dan kata berbahasa asing. Daya kritik menggunakan ungkapan, kata populer, dan perbandingan.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Ayu, Putri Wandira. 2014. The Use of Diction In The Power of Language In The Perahu kertas Novel Written By Dewi Lestari. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. This study discusses types and characteristic the power of language in the novel of Perahu kertas written by Dewi Lestari. The research proplems is quest types of the power of language in the novel of Perahu Kertas and search every characteristic in every types of the power of language. This research included in qualitative research. It is because, in this research researchist describe with systematically the power of language encountered in the novel of Perahu Kertas The source of the data is the novel of Perahu Kertas written by Dewi Lestari. While the data itself consists of the sentences and utterances containing the power of language found in the novel. This study applies theory of Pragmatics as an research instrument in novel of Perahu Kertas. The collection of data by researchist is conducted with write sentence which contain the power of language.on diction. Research data from of sentences with diction containing the power of language. After the data was collected then analized the type of power of language in diction and markers characteristic of the power of language in diction. The result of the study are first researchist found five types the power of language in the novel of Perahu Kertas. The five power is the power of rise, the power of informative, the power of egocentricity, the power of provocative, and the power of criticism. Secondly, characteristic of everu the power of language in diction. The power of rise use simile, metaphor, and expression. The power of informative use idiom and connotation. The power of egocentricity use pronouns, question word, and comparasion. The power of provocative use question word, popular word, and foreign word. The power of critism use expression, popular word, and comparasion.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK ............................................................................................................. x ABSTRACT .......................................................................................................... xi DAFTAR ISI........................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 A.
Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B.
Ruang Lingkup Penelitian dan Pembahasan Masalah..................... 5
C.
Rumusan Masalah............................................................................ 6
D.
Tujuan Penelitian............................................................................. 6
E.
Manfaat Penelitian........................................................................... 7
F.
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 7
G.
Batasan Istilah................................................................................... 7
H.
Sistematika Penyajian ...................................................................... 8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ........................................................................ 9 A. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Tindak Tutur .................................................................................. 9
2.
Konteks Tuturan ........................................................................... 16
3.
Implikatur...................................................................................... 17
4.
Daya Bahasa.................................................................................. 27
5.
Diksi .............................................................................................. 32
6.
Idiom dan Ungkapan Dalam Pemakaian Bahasa ......................... 49
7.
Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra ............................................... 54
8.
Novel Perahu Kertas .....................................................................62
B. Kerangka Berfikir ................................................................................68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 70 A.
Jenis Penelitian............................................................................... 70
B.
Sumber Data dan Data Penelitian................................................... 70
C.
Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 70
D.
Teknik Analisis Data ...................................................................... 71
E.
Trianggulasi Hasil Analisis Data..................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 73 A. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 73 B. Analisis Data ..................................................................................... 74 1.
Deskripsi Diksi yang Berdaya Bahasa.......................................... 74 a.
Daya Bangkit ........................................................................... 74
b.
Daya Informatif ....................................................................... 81
c.
Daya Egosentrisme ................................................................. 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
d.
Daya Profokatif ...................................................................... 94
e.
Daya Kritik ........................................................................... 100
Ciri-ciri Pemanfaatan Diksi Dalam Daya Bahasa ..................... 107 a.
Daya Bangkit ........................................................................ 108
b.
Daya Informatif .................................................................... 111
c.
Daya Egosentrisme ............................................................... 114
d.
Daya Profokatif ................................................................... 117
e.
Daya Kritik .......................................................................... 121
C. Pembahasan ...................................................................................... 124 1.
Diksi Dalam Daya Bahasa ........................................................ 124
2.
Ciri-ciri Diksi Dalam Daya Bahasa........................................... 130
BAB V PENUTUP............................................................................................. 136 A. Kesimpulan....................................................................................... 136 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 139 LAMPIRAN........................................................................................................ 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain, baik secara tertulis ataupun lisan. Ketika manusia menggunakan
bahasa
untuk
komunikasi,
manusia
berusaha
untuk
menyampaikan berbagai informasi. Informasi tersebut seperti menganalisis, mengidentifikasi, mengelompokan, membedakan, berimajinasi, berbasa-basi, membujuk dan berbagai informasi lainnya yang ingin disampaikan. Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan informasi maka gagasan
di dalam fikiran dan perasaan manusia bisa
tersampaikan dengan baik. Ketika manusia berfikir manusia telah menggunakan bahasa dalam prosesnya. Menurut Pranowo (2009: 126) proses berfikir secara kognitif sebenarnya merupakan proses encoding (pengepakan) gagasan. Meskipun proses encoding tidak ada yang mengetahui kecuali penuturnya, penutur sudah menata gagasan
yang ingin diungkapkan
menggunakan wadah bahasa. Setelah tertata utuh, gagasan diungkapkan secara verbal menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulisan, atau menggunakan bahasa nonverbal.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Hal yang sama juga terjadi pada mitra tutur. Ketika seorang mitra tutur menangkap
informasi
yang
dikemukakan
oleh
penutur
juga
menggunakanbahasa. Melalui bahasa mitra tutur menangkap gagasan yang disampaikan oleh penutur. Proses memahamami informasi yang disampaikan penutur oleh mitra tutur disebut proses decoding. Proses decoding yang merupakan proses memahami informasi yang diterima mitra tutur akan dipertemukan dengan pengetahuan lama yang dimiliki oleh mitra tutur. Bila terdapat kecocokan antara informasi baru dengan informasi lama yang dimiliki oleh mira tutur maka kecocokan itu akan ditangkap dan dijadikan sebagai informasi baru oleh mitra tutur. Begitu juga sebaliknya, jika mitra tutur memberikan respon kepada penutur maka ia akan mendecode ulang secara kognitif dan mengirimkannya kembali kepada penutur. Proses inilah yang disebut dengan proses komunikasi menggunakan bahasa. Jika proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia berjalan dengan baik maka akan menimbulkan dampak positif, seperti kerja sama, suasana kondusif, penuh cinta kasih, dan tenggang rasa. Proses komunikasi yang terjadi bisa saja berjalan dengan tidak lancar. Hal ini dapat menimbulkan gesekan-gesekan yang bersifat negatif dan dapat menimbulkan konflik. Semua itu terjadi karena efek dari komunikasi. Jelas sekali terlihat bahwa bahasa memiliki peran yang besar sebagai alat. Terdapat daya yang terkandung dalam bahasa yang digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
komunikasi. Daya inilah yang dapat menimbulkan efek negatif dan efek positif dalam komunikasi. Daya dalam bahasa atau yang bisa disebut dengan daya bahasa merupakan kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang yang disampaikan kepada mitra tutur (Pranowo, 2009: 128). Efektivitas komunikasi yang terjadi dalam komunikasi dapat meningkat jika menggunakan daya bahasa. Realitanya, daya bahasa kurang dimanfaatkan dengan baik. Apa yang disampaikan oleh penutur belum tentu sama dengan apa yang ditangkap oleh mitra tutur. Proses encoding yang terjadi terhadap mitra tutur kerap kali gagal.Hal inlah yang kerap kali menimbulkan salah paham dalam komunikasi. Bahasa Indonesia pada tatanan kehidupan bangsa Indonesia memiliki fungsi sendiri sebagai sarana pencerdas kehidupan bangsa. Bahasa digunakan sebagai penyaluran ilmu dan pembuka cakrawala bagi siswa. Guru menyampaikan informasi kepada siswa melalui bahasa. Bahasa Indonesia dalam
pembelajaran
merupakan
sarana
penyampaian
pesan
yang
digunakanoleh guru. Oleh karena itulah, pemanfaatan daya bahasa dalam proses belajar dan mengajar dianggap sangat perlu. Daya bahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA dijadikan sebagai wahana siswa untuk menangkap maksud yang diungkapkan dalam novel. Pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tingkat SMA .Kelas XI semester 1, standar kompetensi membaca siswa harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memenuhi kompetensi dasar untuk menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat dan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kelas XI semester 2, standar kompetensi membaca siswa harus memenuhi kompetensi dasar untuk mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh dan membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat. Kelas XII semester 1, standar kompetensi mendengarkan siswa harus memenuhi kompetensi dasar untuk menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Dari jejeran standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas dapat dilihat bahwa di SMA rata-rata mengkaji novel hanya berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Di kelas XII siswa baru diajarkan untuk menanggapi novel. Jika digali lebih dalam, sebenarnya banyak hal yang dapat dikaji mengenai novel dari sudut pandang daya bahasa. Novel perahu kertas merupakan salah satu novel populer yang ada di Indonesia. Novel ini mengisahkan perjalanan dua anak muda bernama Kugy dan Keenan. Dalam novel, terdapat daya bahasa yang dapat digunakan untuk pembelajaran disekolah. Contohnya dapat dilihat pada kalimat ”Ia masih ingin duduk di pinggir pantai Blomendahl berbekal kanvas dan alat lukis, atau menikmati koffie verkeerd di salah satu kafe di 9 Straatjes dari pagi hingga sore bersama buku sketsanya. ” ( hal berapa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Kata berbekal memiliki kata dasar ”bekal” yang memiliki arti (1) sesuatu yang disediakan (seperti makanan, uang) untuk digunakan dalam perjalanan; (2) sesuatu yang dapat digunakan kelak apabila perlu; (3) modal. Pemberian afiks dalam kalimat di atas memberikan daya bahasa yang lebih untuk membuat pembaca berimajinasi. Bandingkan jika kalimat tersebut diganti dengan kata ’bekal’ tanpa ada afiksasi di depannya. Daya bahasa yang dihasilkan oleh kalimat tersebut akan berbeda. Hal lainnya yang membuat novel ini dipilih karena alur cerita yang disajikan oleh pengarang sangat menarik sehingga membuat siswa tidak akan bosan untuk mengkaji novel ini. Siswa akan terbawa arus untuk membaca novel Perahu Kertas karangan Dewi Lestari. Hal inilah yang nantinya membuat pembelajaran pengkajian novel menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.
B. Ruang Lingkup Penelitian dan Pembahasan Masalah Peneliti akan menganalisis novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Peneliti menganalisis novel Perahu Kertas tersebut dari segi pemanfaatan daya bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, kurang maksimalnya pemanfaatan daya bahasa dapat saja terjadi dalam penulisan novel Perahu Kertas. Kemampuan untuk menggunakan daya bahasa dalam berkomunikasi, apalagi secara tulisan, dirasa bukanlah hal yang mudah. Penulis harus memikirkan struktur yang digunakan dan pilihan kata yang tepat saat menulis. Banyak orang yang ahli dalam bidang berbahasa secara tulisan, namun belum tentu mereka dapat mempergunakan daya bahasa dengan mahir dalam berkomunikasi secara tulisan. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Jenis daya bahasa apa saja yang terdapat dalam pemanfaatan diksi pada novel Perahu Kertas karangan Dewi Lestari? 2.
Apa sajakah ciri-ciri pemanfaatan diksi dalam daya bahasa pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari?
D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan jenis-jenis daya bahasa yang terdapat dalam diksi pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari 2.
Mendeskripsikan ciri-ciri setiap jenis daya bahasa dalam diksi pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah 1. Teoritis; memberi masukan kepada kajian pragmatik mengenai pengaruh daya bahasa dalam berkomunikasi secara tulisan. 2. Praktis; memberikan masukan kepada pelajaran membaca dan menulis, khususnya membaca dan menulis karangan fiksi dalam memanfaatkan daya bahasa pada kalimat dan pilihan kata.
F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah penggunaan daya bahasa dalam diksi bahasa secara tertulis pada novel Perahu kertas karya Dewi Lestari.
G. Batasan Istilah Batasan istilah-istilah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Daya bahasa adalah kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur (Pranowo, 2009). 2. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007). 3. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 1984)
H. Sistematika Penyajian Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I adalah pedahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II studi kepustakaan berisi tijauan pustaka (penelitian yang relevan), kajian teori, dan kerangka berfikir. Bab III adalah metodologi penelitian berisi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan trianggulasi data. Bab IV adalah hasil analisis data dan pembahasan. Bab V adalah kesimpulan, implikasi dan rekomendasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Tindak Tutur Dalam mengkaji penelitian mengenai “Daya Bahasa Pada Diksi Novel Perahu Kertas” penulis merasa sangat perlu untuk mengungkapkan teori tindak tutur. Dalam setiap komunikasi penutur selalu menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Pada aktifitas penyampaian informasi tersebut bahasa selalu muncul dalam bentuk tindakan atau tingkah tutur individual. Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Tindak tutur memiliki rangkaian yang berupa peristiwa tutur. Tindak tutur lebih melihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya, tetapi peristiwa tutur lebih melihat pada tujuan peristiwanya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi (Chaer, 1995: 65). Teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. Austin melalui serangkaian kuliah yang dikenal sebagai The William James Lectures di Universitas Harvard pada tahun 1955. Pemikiran Austin kemudian dituangkan menjadi buku berjudul How To Do Things with Word dan kemudian
9
sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
berpengaruh
pada
perkembangan
kajian
bahasa
selanjutnya.
Sebelumya para ahli bahasa beranggapan bahwa sebuah kalimat hanya berfungsi untuk menggambarkan suatu keadaan atau untuk menyatakan suatu fakta, dan kalimat tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Austin berpendapat bahwa tidak semua kalimat semata-mata diujarkan untuk menyatakan atau melaporkan sesuatu (Austin, via Anggreini 2008: 10). Menurut Austin dalam menuturkan sebuah kalimat seseorang tidak hanya menyatakan suatu hal tetapi ia juga melakukan suatu tindakan. Austin (Pranowo, 2009: 106)
menyatakan bahwa setiap
ujaran dalam tindak komunikasi selalu mengandung tiga unsur yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi merupakan ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur. Tindak ini merupakan dasar dari tindakan lainnya. Di dalam pengungkapan tindak lokusi terdapat maksud yang ingin disampaikan atau yang disebut dengan tindak ilokusi. Pengungkapan bahasa oleh penutur pasti memiliki maksud untuk menghasilkan dampak tertentu. Dampak dari pengungkapan bahasa itulah yang disebut dengan tindak perlokusi. Jadi, tindak perlokusi lahir dari pengaruh tindak lokusi dan ilokusi. Ujaran berikut diucapkan oleh seorang guru, Tinta spidolnya habis?. Kalimat tanya tersebut merupakan tindak lokusi, sedangkan tujuan dari kalimat itu adalah perintah untuk mengambil tinta spidol yang merupakan tindak ilokusi. Perlokusinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
merupakan tindakan murid yang mengambil tinta spidol di ruang guru. Sejalan dengan pendapat Austin, Searle (Pranowo, 2009:106) menyatakan bahwa dalam satu tindak tutur sekaligus terkandung tiga macam tindakan yaitu (1) pengujaran (utterance act) berupa kata atau kalimat, (2) tindak proposisional (proposisional act) berupa acuan dan prediksi, dan (3) tindak ilokusi (illocutionary act) dapat berupa pernyataan, pertanyaan, janji, perintah dan sebagainya. Efek komunikatif (perlokusi atau tintak proposisional) itulah yang kadang-kadang memiliki dampak terhadap perilaku masyarakat. halhal yang bersifat perlokutif inilah yang biasanya muncul dari maksud yang berada di balik tuturan. Searle mengungkapkan dalam Rahardi (2005:36) bahwa tindak tutur ilokusi dapat digolongkan kedalam lima bentuk tuturan yang
masing-masing
memiliki
fungsi
komunikatif.
Kelima
penggolongan tindak tutur itu adalah asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Bentuk tuturan asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). Contohnya saat ibu mengucapkan ujaran “Adik selalu unggul di kelasnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif sebab berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
informasi yang penuturnya terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa si adik rajin belajar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Bentuk
tuturan
direktif
yakni
bentuk
tuturan
yang
dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. Misalnya memesan (orderin), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending). Misalnya saat seorang siswa berkata pada temannya “Bantu aku memperbaiki tugas ini”. Ujaran tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab pada tuturan itu penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturannya yaitu membantu memperbaiki tugas. Jadi, tuturan direktif membuat mitra tutur melakukan suatu tindakan setelah mendengar tuturan dari penutur. Bentuk tuturan ekspresif merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Contoh dari bentuk tuturan tersebut berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling). Tuturan “Sudah kerja keras mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kebutuhan keluarga”. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif menyalahkan atau mengeluh yang dapat menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, yaitu usaha mencari uang yang hasilnya selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Contoh tuturan lain adalah “Gaunnya bagus sekali” (memuji), “Gara-gara kecerobohan kamu, kelompok kita didiskualifikasi dari kompetisi ini” (menyalahkan), “Selamat ya atas kelulusan Anda” (mengucapkan selamat). Bentuk tuturan komisif merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Contohnya berjanji (promising), bersumpah (vowing),menawarkan sesuatu (offering) dan menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur komisif kesanggupan adalah “Saya sanggup melaksanakan amanah ini dengan
baik”.
Tuturan
itu
mengikat
penuturnya
untuk
melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya. Bentuk tuturan deklarasi merupakan bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. Contohnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membabtis (chistening), memberi nama
(naming),
mengangkat
(appointing),
mengucilkan
(excommicating), dan menghukum (sentencing). Jadi, Tindak tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari ujaran “Ayah tidak jadi pergi ke kantor”. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur deklarasi membatalkan yang merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang baru yaitu membatalkan. Selain pendapat Searle mengenai tindak ilokusi, Rahardi (2005) mengungkapkan bahwa Austin juga membagi tindak ilokusi kedalam lima jenis. Kelima tindak ilokusi tersebut adalah tindak verdiktif, tindak eksersitif, tindak komisif, tindak behavitif, dan tindak ekspositif. Tindak verdiktif merupakan tindak tutur yang ditandai oleh adanya keputusan yang bertalian dengan benar salah. Contoh dari tindak tutur ini misalnya saat seseorang bertutur "Zaky dituduh telah mengambil kue itu". Kata "dituduh" merupakan salah satu contoh tindak tutur verdiktif. Tindak tutur eksersitif merupakan tindak tutur yang merupakan akibat kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contoh saat seseorang bertutur "saya meminta Anda untuk menandatanangani kontrak ini". Kata "meminta" merupakan contoh dari tindak tutur eksersitif dalam tuturan tersebut. Tindak komisif merupakan tindak tutur yang ditandai oleh adanya perjanjian atau perbuatan yang menyebabkan si penutur melakukan sesuatu. Contohnya pada saat seseorang bertutur "Universitas Sanata Dharma menandatangani kerjasama dengan Universitas Malang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penerbitan jurnal ilmiah". Kata "menandatangani" merupakan contoh tindak tutur komisif. Tindak tutur behavitif merupakan tindak tutur yang mencerminkan kepedulian sosial atau rasa peduli tinggi. Contohnya saat ada pembawa acara yang bertutur "Pemerintah Amerika ikut berduka atas tsunami Aceh yang telah menimpa Indonesia". Kata "ikut berduka" merupakan contoh tindak tutur behavitif. Tindak tutur terakhir adalah tindak tutur ekspositif. Tindak tutur ekspositif merupakan tindak tutur yang digunakan dalam menyederhanakan
pengertian
atau
definisi.
Contohnya
saat
seseorang bertutur " saudara sesusuan itu ibarat saudara kandung yang berbeda ibu namun disusui oleh ibu yang sama". Kata "ibarat" merupakan contoh tindak tutur ekspositif. Adapun pengaruh dari kalimat yang dicontohkan di atas pada pembahasan mengenai tindak ilokusi merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi dari kalimat tersebut yaitu siswa mengambil tinta spidol. Perlu ditekankan bahwa perlokusi tidak selalu sama dengan tindak ilokusi. Contohnya, suatu kalimat tanya dapat bermakna sebagai ucapan salam, seperti “Apa kabar?”. Demikian pula seperti pada contoh kedua kalimat di atas. Guru berkata “Tinta spidolnya habis?”, dapat berarti menyuruh siswa untuk mengambil tinta spidol. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur memiliki tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Ketiga tindakan itu terkandung dalam satu kalimat atau konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Konteks Tuturan Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Leech (1993:19) menyebutkan konteks tuturan termasuk kedalam aspek-aspek situasi ujar. Aspek- aspek tersebut meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan / aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Sejauh ini, setidaknya telah terdapat tiga macam konteks yang telah dibahas yaitu mencakup dimensi-dimensi linguistik atau yang sifatnya tekstual, atau yang sering pula disebut sebagai co-text, konteks yang sifatnya sosial-kultural, dan konteks pragmatik. Konteks linguistik lazimnya berdimensi fisik, sedangkan konteks sosiolinguistik lazimnya berupa seting sebuah sosio-kultural yang mewadahi kehadiran sebuah tuturan. Adapun konteks dalam pragmatic dijelaskan oleh Leech. Leech (1993: 20) mengatakan bahwa konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh n (penutur) dan t (mitra tutur) yang membantu t menafsirkan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tuturan. Penjelasan yang agak panjang terkait dengan konteks dikemukakan Leech adalah mengenai‘setting’, yang dapat mencakup setting waktu dan setting tempat (spatio-temporal settings) bagi terjadinya sebuah pertuturan. Aspek waktu dan tempat di dalam setting itu tentu saja tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek fisik dan aspek sosial-kultural lainnya, yang menjadi penentu makna bagi sebuah tuturan. Pada prinsipnya, di dalam pragmatik sesunguhnya titik berat dari konteks itu lebih mengarah pada fakta adanya kesamaan latar belakag pengetahuan (the same background knowledge) yang dipahami bersama penutur dan lawar tutur. hal tersebut dapat dikatan demikian karena sebuah proses komunikasi akan berhasil apabila hal-hal yang dibicarakan sama-sama dipahami oelh penutur dan mitra tutur, begitu pula sebaliknya. 3. Implikatur Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai implikatur disebabkan hubungan antara pembaca dan penulis novel sebagai penutur dan mitra tutur. Istilah ‘implikatur’ dipakai oleh Grice (1975) untuk menerangkan apa yang mungkin di artikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown dan Yule 1996: 31). Hal yang berbeda adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Dalam buku The Handbook of Pragmatics, Horn (2007: 3) mengatakan “ Implicature is a component of speaker meaning that constitutes an aspect of what is meant in a speaker’s utterance without being part of what is said”. Ini berarti bahwa menurut Horn, implikatur merupakan aspek dari arti dalam ungkapan
penutur.
Aspek itu sendiri tidak menjadi bagian dari apa yang ia katakan (what said). Jadi, implikatur sebenarnya dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Contoh sederhana misalnya untuk gadis Jawa. Bila ditawari menikah dia akan merespon. Respon pertama ala opo bapak iki (diikuti senyum), respon kedua diam dan menangis. Kedua respon tersebut memiliki arti yang berbeda. Respon pertama artinya si gadis menerima tawaran bapaknya, sedangkan respon kedua berarti si gadis menolak permintaan bapaknya. Grice (1975) dalam Brown dan Yule (1996: 31) menyatakan, bahwa ada dua macam implikatur, yaitu (1) Conventional implicature (implikatur konvensional), dan (2) Conversation implicature (implikatur percakapan). Dalam implikatur percakapan peserta tutur mengikuti prinsip kerjasama dan maksim-maksim. Hal ini sejalan dengan pendapat Grice dalam Brown dan Yule (1996:31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang menyebutkan pengertian implikatur percakapan diturunkan dari asas umum percakapan ditambah sejumlah petuah yang biasanya dipatuhi penutur. Asas umum tersebut disebut asas kerja sama (Cooperative Principle) yang oleh Grice dalam Brown dan Yule (1996:31) dikemukakan sebagai berikut: Berikanlah sumbangan Anda pada percakapan sebagai mana diperlukan, pada tahap terjadinya, oleh tujuan yang diterima atau arah pertukaran pembicaraan yang Anda terlibat di dalamnya. Konvensi-konvensi pecakapan atau petuah-petuah yang mendukung asas itu adalah maksim-maksim kerjasama Grice. Grice dalam Kunjana (2003:26) mengungkapkan ada empat maksim kerjasama yang harus diikuti demi tercapainya kelancaran pertuturan. Maksimmaksim tersebut adalah sebagai berikut: a. Maksim kuantitas Di dalam maksim kuantitas dijelaskan bahwa seorang penutur diharapkan dapat memberikan pesan atau informasi yang sungguh-sungguh memadai, dirasa cukup, dan dipandang sangat informatif untuk mitra tutur. Bagian-bagian tuturan yang sama sekali tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan oleh si mitra tutur, dapat dikatakan akan melanggar maksim kuantitas di dalam prinsip kerja sama Grice jika dipaksakan untuk dinyatakan akan disampaikan. Demikian juga sebaliknya, apabila tuturan tertentu mengandung informasi atau pesan
yang
cenderung
berlebihan,
melebihi
apa
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sesungguhnya dibutuhkan oleh mitra tutur, akan melanggar maksim kuantitas di prinsip kerja sama tersebut. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut telah melebihi asas kecukupan. Jadi dalam bertutur informasi yang diberikan harus berkecukupan, tidak kekurangan ataupun berlebihan. Perhatikan contoh yang diberikan berikut ini. (1) Ambilkan gelas itu. (2) Tolong ambilkan gelas itu. (3) Tolong ambilkan gelas itu agar saya dapat meminum kopi segar yang ada didalamnya dengan segera dan mantap! Tuturan (1), (2), dan (3) secara berturut-turut menunjukan perbedaan tingkat kesantunan atau gradasi kesopanan tuturan . hal ini diakibatkan dari panjang-pendeknya tuturan tersebut. Tuturan (1) disampaikan tertalu singkat sehingga terkesan tidak sopan. Tuturan (3) disampaikan telalu panjang dan berbelit-belit sehingga akan membingungkan mitra tutur yang mendengarnya. Kedua tuturan tersebut melanggar maksim kuantitas karena tidak berkecukupan. Tuturan (2) sudah merupakan bentuk kebahasaan yang sangat jelas dan informatif isinya. Hal ini dikarenakan tanpa ditambah dengan informasi lainnya, tuturan itu sudah dapat dipahami maksudnya dengan baik oleh mitra tutur. Penambahan dan pengurangan informasi seperti pada tuturan (1) dan (3) justru menyebabkan tuturan tersebut menjadi terlalu berlebihan dan kekurangan, serta tidak efisien dan efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Maksim kualitas Dalam
maksim
ini
seorang
peserta
tutur
harus
menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sapa. Tuturan yang tidak didasarkan pada fakta, dan tidak didukung dengan data yang jelas dan konkret serta tidak dapat dipertanggung jawabkan akan melanggar prinsip kerja sama Grice, yaitu maksim kualitas. Perhatikan tuturan berikut. (1) Minum bir ini akan menghilangkan rasa kantuk mu nak. (2) Nak, jangan minum bir lagi, nanti tidak konsen belajar. Tuturan (1) dan (2) pada contoh di atas merupakan tuturan yang disampaikan ibu kepada anaknya yang sedang belajar sampai larut malam. Pada saat itu sang ibu melihat anaknya menenggak bir sambil belajar. Tuturan (2) lebih memungkinkan terjadinya kerjasama antara penutur dan mitra tutur dalam aktivitar penuturan tersebut. Sebaliknya, tuturan (1) melangar maksim kualitas karena penutur mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dikatakan seorang ibu kepada anak yang sedang belajar untuk mengahadapi ujian sekolah. Tuturan tersebut sangat tidak berkualitas. Hal ini dikarenakan sangat tidak lazim seorang ibu menyuruh anaknya untuk meminum minuman beralkohol saat belajar. Dengan kata lain tuturan tersebut sangat rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kualitasnya dan sangat tidak masuk diakal untuk terjadinya kerja sama antara kedua belah pihak yang terlibat komunikasi. c. Maksim relevansi Di dalam maksim relevansi dinyatakan bahwa agar terjalin kerjasama yang baik antara penutur dengan mitra tutur, masingmasing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang
sesuatu
yang
sedang
dipertuturkan
itu.
Jangan
menyimpang dari pokok percakapan. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama. Untuk maksud tertentu, misalnya untuk menunjukan kesantunan tuturan, ketentuan yang ada pada maksim ini seringkali tidak dipenuhi penutur. Perhatikan tuturan yang dituturkan oleh seorang dokter kepada perawatnya saat mereka bersama-sama di ruang praktek berikut ini. Dokter : Bawa kesini semua berkasnya, akan saya tanda tangani dulu! Perawat : “Maaf dok, kasihan sekali nenek tua itu”
Pada saat itu ada seorang nenek tua yang sudah menunggu lama, hal inilah yang membuat tuturan perawat bertutur seperti itu. Jadi tuturan perawat tidak memiliki relevansi terhadap tuturan dokter. Dengan demikian, tuturan tersebut dapat dipakai sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
salah satu bukti baha maksim relevansi dalam prinsip kerja sama tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi dalam pertuturan sesungguhnya. Hal seperti itu dilakukan, khususnya apabila tuturan tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan maksudmaksud tertentu yang khusus sifatnya. d. Maksim pelaksanaan Dalam maksim ini mengharuskan agar setiap peserta tutur selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, dan ini pesan dari tuturan tersebut tidak boleh bersifat ambigu atau kabur isinya. Perhatikan contoh tuturan berikut. A: “Wah besar sekali ya” B: “Ia, besar dan panjang!” Tuturan di atas memiliki kadar kejelasan yang sangat rendah, apalagi jika
tuturan dilepaskan dari konteks. Tuturan di atas
dituturkan kepada pedagang buah kepada seorang ibu-ibu dipasar yang hendak membeli buah pisang. Tuturan A sama sekali tidak memberi kejelasan tentang apa yang sebenarnya digambarkan dalam tuturan. Kata besar sekali dalam tuturan di atas mengandung kekaburan yang sangat tinggi, dan dipastikan mengundang kesalahan penafsiran. Kata-kata tersebut akan dimungkinkan untuk ditafsirkan secara bermacam – macam. Hal ini membuat peserta tutur harus dapat membaca maksud terselubung dari penuturnya agar pemerosesan komunikasi terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan baik. Ini dikarenakan dalam kegiatan bertutur sehari-hari, ketidak jelasan, kekaburan, dan ketidak langsungan semacam itu merupakan hal yang sangat wajar dan sudah lazim sekali terjadi. Prinsip kerja sama yang dikemukakan Grice di atas, bukan merupakan suatu hukum ilmiah, tetapi merupakan suatu norma untuk mempertahankan tujuan percakapan. Jika salah satu dari maksim itu tidak terpenuhi, maka tujuan percakapan berkurang fungsinya. Pada kenyataannya maksim kerja sama Grice ini tidak semuanya dapat diterapkan dalam penggunaan bahasa yang nyata. Kebalikan
dari
implikatur
percakapan,
implikatur
konvensional tidak didasarkan prinsip kerja sama atau maksimmaksim. Sifat pasti dari implikatur percakapan ini adalah implikaturimplikatur
percakapan
dapat
diperhitungkan,
ditangguhkan
dibatalkan dan ditegaskan kembali. Hal inilah yang membuat Yule (2006:69) membedakan implikatur percakapan menjadi implikatur percakapan umum dam implikatur percakapan khusus. Dalam implikatur percakapan umum pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan. Jadi, tidak ada latar belakang pengetahuan khusus dan konteks tuturan yang diminta untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Perhatikan contoh tuturan berikut. (1) Pada suatu hari saya memetik bunga ditaman. Saya melihat kucing melompati bunga-bunga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(2) Saya sedang menulis penelitian mengenai bahasa dan saya menggunakan sebagian ilmu dalam linguistik untuk mengkajinya. (3) Saya tidak mesti meminjam buku...em beberapa buku dari perpustakaan...em saya kira sebenarnya saya meminjam sebagian besar buku disana. Implikatur tuturan (1) adalah taman dan kucing yang dibicarakan
bukan
milik
penutur,
kecuali
jika
penutur
mengungkapkannya lebih spesifik seperti pada maksim kuantitas maka ia akan mengatakan ‘tamanku’ dan ‘kucingku’. Sejumlah implikatur percakapan umum terkadang disampaikan pada suatu skala nilai. Implikatur tersebut dikenal dengan implikatur skala. Dalam implikatur ini istilah-istilah tertentu digunakan untuk mengungkapkan kuantitas contohnya saja seperti penggunaan katakata semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, selalu, sering dan kadang-kadang. Kata ‘sebagian’ dalam tuturan (2) berskala lebih kecil dari pada kata ‘seluruh’, ‘sebagian besar’, dan ‘banyak’. Dasar implikatur berskala ini ialah semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi apabila bentuk apapun dalam skala itu dilibatkan. Jadi, dari tuturan (2) penutur menciptakan implikatur lain dari tuturan ’sebagian ilmu linguistik’ yaitu bisa saja ‘tidak sebagian besar’ dan ‘tidak banyak’. Tuturan (3) penutur menggantikan kata ‘tidak mesti’ dengan mengatakan
‘beberapa’.
Beberapa
saat
kemudian
penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengoreksi dirinya dengan mengatakan ‘sebagian besar’. Hal ini menjelaskan ciri lain yang terlihat dari implikatur berskala yaitu apabila penutur mengkoreksi diri mereka sendiri terhadap beberapa rincian. Implikatur percakapan khusus diperlukan inferensi-inferensi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang disampaikan. Jadi antara hal yang dipertanyakan penutur tidak relevan dengan apa yang dijawab oleh mitra tutur. Jawaban relevan yang dimaksud adalah sebuah jawaban relevan sederhana ‘YA’ atau ‘TIDAK’. Misalnya seorang teman mengatakan ‘saya pusing sekali’ dan teman lainnya berkata ’mari minum kopi’. Penyimpangan dari yang umum tersebut membuat implikatur percakapan khusus hanya disebut sebagai implikatur. Implikatur
konvensional
tidak
harus
terjadi
dalam
percakapan, dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Menurut grice dalam Brown dan Yule (1996:
31)
implikatur
konvensional
ditentukan
oleh
arti
konvensional kata-kata yang dipakai. Jadi, penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri disebabkan oleh ciri lain, tetapi
bentuk
ungkapan
yang
dipakai
secara
berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada. Contoh: (4) Arum putri solo, jadi ia luwes.
konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Implikasi umum yang dapat diambil antara ‘putri solo’ dengan ‘luwes’ pada contoh diatas, bahwa selama ini kota solo selalu mendapat predikat sebagai kota kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, bahwa perempuan atau wanita solo umumnya dikenal luwes penampilannya. Implikatur konvensional bersifat nontemporer artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya “yang tahan lama” dan sudah diketahui secara umum.
4.
Daya Bahasa Bahasa merupakan alat yang mengatur kehidupan manusia. Hal inilah yang membuat bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan. Hal inilah yang membuat bahasa sebenarnya memiliki daya dalam penggunaannya. Bahasa pula yang sebenarnya menentukan harkat, martabat, sikap dan perilaku seseorang. Menurut Sapir dan Whorft dalam pranowo (2009: 7) bahasa mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku budaya mencangkup tiga unsur, yaitu knowledge, behaviour, dan artefac. Jika dilihat dari tiga unsur tersebut, bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memiliki simbol atau lambang yang kaidahnya adalah unsur pengetahuan (knowledge). Bahasa digunakan untuk berkomunikasi mengungkapkan gagasan atau fikiran, sikap, maksud antar sesama adalah unsur perilaku (behaviour). Bahasa menjadi wadah gagasan/hasil berpikir/hasil bersikap yang berupa tulisan atau ucapan dalam bentuk karya yang bernilai adalah unsur hasil karya (artefac). Perilaku budaya tersebut terjadi bukan sekedar karena pemakaian bahasa biasa melainkan disebabkan oleh kekuatan yang terkandung di dalam bahasa. Hal inilah yang disebut dengan daya bahasa. Kekuatan yang dimiliki oleh bahasa juga dimanfaatkan oleh penulis untuk mengefektifkan penyampaian pesan atau menciptakan kesantunan dalam berkomunikasi. Kekuatan bahasa atau daya bahasa dideskripsikan secara linguistik maupun secara pragmatik. Daya bahasa dilihat secara pragmatik dapat diidentifikasi melalui pemakaian bahasa yang sengaja dikonstruk oleh penutur atau penulis untuk tujuan tertentu, seperti tindak tutur dan implikatur. Pada tataran Bunyi, bahasa dapat menunjukan daya bahasa yang berbeda-beda. Kata yang mengandung bunyi /i/ mengandung daya bahasa yang berkadar makna kecil, seperti “cicit”, “kecil”, “kerikil”,”kutil”, “pentil” dan sebagainya. Bunyi /o/ mengandung daya bahasa yang berkadar makna relatif besar, seperti kata “ ambrol’. “kempol”, “jempol”, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pada tataran kata, satu kata dengan kata lain memiliki daya bahasa yang berbeda-beda. Dapat kita lihat pada contoh kata ‘mati’, ‘meninggal’, ‘gugur’, ‘mampus’, ‘tewas’dan ‘wafat’. Kata ‘mati’ dan ‘meninggal’ memiliki daya bahasa yang bersifat netral. Kata ‘mampus’ memiliki daya bahasa yang bersifat negatif yang mengandung rasa dendam penuh kepuasan oleh penuturnya. Kata ‘gugur’ memiliki daya hormat terhadap subjek karena kematiannya dikarenakan membela negara atau kebenaran. Pada tataran struktur munculnya daya bahasa dapat memberi kadar pesan yang berbeda antara struktur satu dengan yang lainnya. Perhatikan contoh dibawah ini. (1) Aku mengambil kucing di petshop nanti sore. (2) Kucing ku ambil di petshop nanti sore. (3) Nanti sore aku ambil kucing di petshop. Daya bahasa pada masing-masing kalimat diatas terdapat pada penempatan klausa di awal kalimat. Kalimat (1) menempatkan klausa “aku mengambil” memiliki daya bahasa yang berbeda dengan struktur kalimat (2) yang memiliki klausa pada awal kalimat “kucing ku ambil” pada awal kalimat. Hal ini juga terjadi pada kalimat ketiga (3) yang memiliki klausa pada awal kalimat “nanti sore aku ambil”. Kalimat (1) daya bahasa muncul pada
kata “ aku mengambil”,
kalimat (2) daya bahasa muncul pada kata “kucing ku ambil”, dan kalimat (3) daya bahasa muncul pada kata “ nanti sore aku ambil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pada wacana, daya bahasa dapat muncul ketika kesatuan makna mengungkapkan kesatuan pesan. Pesan yang terungkap dari kesatuan makna tersebut muncul dalam bentuk wacana. Lihat kalimat berikut ini Mata-mata itu sangat kualahan. Dia sangat mati-matian untuk menyelediki soal apa yang telah bocor. Ternyata, soal UAN telah bocor ke seluruh siswa. Wacana di atas memiliki daya yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan pemilihan kata yang tepat yaitu mata – mata dan matimatian. Daya bahasa itu muncul karena adanya perbedaan vokal di antara kedua kata tersebut. Pada buku Teori dan Apresiasi Puisi, J. Waluyo sedikit memberikan pembahasan mengenai daya sugesti kata-kata. Dari pembahasan yang dibaca, peneliti merasa daya sugesti kata-kata tidak jauh berbeda dengan daya bahasa. J. Waluyo menjelaskan (1991:77) dalam daya sugesti kata-kata pada puisi, sugesti itu ditimbulkan oleh makna kata yang dipandang sangat tepat mewakili perasaan penulis atau penyair. Ketepatan pilihan dan ketepatan penempatan membuat kata-kata seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat, marah, dan sebagainya. Contohnya saja saat Rendra ingin menggambarkan kuda yang gagah berani dan siap mengantar penunggangnya menuju medan pertempuran maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Rendra menulis /Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi/. Contoh lainnya lagi saat Rendra menggambarkan bahwa malam itu adalah malam yang sial maka Rendra menulis /Bulan berkhianat gosok-gosokkan
tubuhnya
di
pucuk-pucuk
para/.
Ia
pun
menyebutkan bahwa kata-kata yang digunakan akan lebih berdaya apabila menggunakan lambang dan kiasan. Kata-kata pilihan penyair akan memiliki kekuatan untuk mensugesti pembaca dengan menggunakan lambang dan kiasan. Dalam pemakaiannya daya bahasa dapat ditemukan dalam semua pemakaian kegiatan berbahasa. Salah satu produk yang dapat dilihat memiliki banyak daya bahasa adalah karya sastra. Setiap penulis memanfaatkan daya bahasa untuk menggambarkan apa yang difikirkan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Terkadang dalam pemakaiannya, apa yang dikomunikasikan belum tentu sama dengan apa yang dimaksudkan. Hal ini dikarenakan ada hal yang disembunyikan demi kesopanan dalam berkomunikasi. Setiap komunikan dapat menggali dan memanfaatkan daya bahasa. Daya bahasa dapat dipergunakan untuk (a) meningkatkan efek komunikasi, (b) mengurangi kesenjangan antara apa yang difikirkan dengan apa yang diungkapkan, dan (c) memperindah pemakaian bahasa dan sebagainya. Pemakaian daya bahasa sendiri dipergunakan agar kegiatan berkomunikasi lebih santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4. Kata dan Pilihan Kata (Diksi) Diksi atau pilihan kata sebenarnya merupakan salah satu unsur penting dalam penulisan sebuah karya sastra. Hal ini dikarenakan pilihan kata yang tepat dalam penulisan karya sastra akan menarik minat orang untuk terus membaca. Dalam KBBI (2008: )diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk menggungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Menurut
Gorys
Keraf
(1984:
24)
diksi
merupakan
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang
ingin
disampaikan,
dan
kemampuan
untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Hal ini dapat diartikan diksi tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Dalam penulisan puisi, penyair sangat cemat dalam memilih diksi sebab kata-kata yang ditulis harus mempertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
atau daya magis dari kata-kata tersebut (J.Waluyo, 1991:72). Sama halnya dengan penulisan puisi, penulisan novel juga harus memperhatikan diksi yang dipilih agar dapat memberikan kekuatan pada kalimat yang dibaca. Pendapat yang dikemukakan oleh Keraf (1984:24) juga memberikan gambaran mengenai diksi secara jelas. Berikut adalah kesimpulan utama mengenai diksi yang diungkapkan oleh Keraf. a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat. b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa
makna
dari
gagasan
yang
ingin
disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa. Perbendaharaan kata disamping saangat penting untuk kekuatan ekspresi juga menunjukan ciri khas penulis. Dalam memilih kata-kata, di samping penulis memilih berdasaran makna yang akan disampaikan dan tingkat perasaan serta suasanya batinnya, juga dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya penyair.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
J.Waluyo (1991:73) mengatakan bahwa perbedaan daerah, suku,
agama,
pendidikan,
jenis
kelamin
dan
sebagainya
menghasilkan puisi (karya sastra) yang berbeda pula. Hal ini juga terjadi di dalam penulisan novel. Perbedan-perbedaan tersebut sangat mempengaruhi diksi yang digunakan oleh penulis. Tidak hanya itu saja, suasana perasaan penulis juga ikut menentukan diksi yang digunakan dalam karya sastra yang sedang dibuat. Pada puisi, dalam suasana perasaan marah yang meledakledak penyair akan memilih kata-kata yang mewakili kemarahannya itu yang tentu saja berbeda dengan kata-kata yang dipilihnya untuk mewakili perasaan cinta atau rindu. Dalam penulisan novel, diksi yang dipilih memang sesuai dengan suasana alur dalam cerita, hal ini karena novel berbeda dengan puisi. Penyair hanya memiliki satu suasana dalam penulisan karya, oleh karena hasil itulah penulisan karya sastra memang sangat bergantung pada suasana hati penyair. Misalnya saat suasana hati penyair sedang menggebu-gebunmaka diksi yang dipilih dari awal sampe akhir adalah diksi yang berdaya untuk memprovokasi. Coba perhatikan diksi dalam puisi karangan Chairil anwar yang berjudul "Aku" berikut ini. Aku Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi aku dibuat saat penulis sedang bergejolak. Puisi ini memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Hal inilah yang membuat diksi dalam puisi tersebut terlihat sangat bersemangat dari awal hingga akhir. Sama halnya dengan penulisan puisi, penulisan novelpun membutuhkan suasana hati dari penulisnya. Perbedaannya antara novel dan puisi adalah dalam penulisan novel suasana yang di tampilkan tidak hanya suasana tunggal. Hal ini dikarenakan novel memilikin alur dengan berbagai suasana. Hal lainnya yang mempengaruhi penggunaan diksi adalah kemampuan
pengguna
bahasa.
Ada
beberapa
hal
yang
mempengaruhi penggunaan diksi. Pertama, tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang di amanatkan. Kedua, dalam memilih diksi sangat diperlukan kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. Ketiga,
penulis
menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat
bahasanya,
serta
mampu
menggerakkan
dan
mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif. Dari ketiga hal diatas, sangat terlihat bahwa kemampuan menggunakan diksi tergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh penulis makan semakin banyak perbendaharaan mengenai diksi yang ia miliki. Hal ini didukung dengan pendapat Keraf (1984:24) yang menyebutkan bahwa mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk mememilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti
sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan
menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya akan menolak hal itu karena tidak menerima anggapan itu. Mereka akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata mana yang harus dipakainya dalam sebuah konteks tertentu. Sebalinya
orang
yang
miskin
kosa
katanya
akan
sulit
menemukankata yang tepat. Hal ini dikarenakan ia tidak tahu bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ada kata lain yang lebih tepat dan ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu. Oleh karna itulah, pemakaian diksi juga dapat mencerminkan intelegensi atau pengetahuan dari penulis. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki oleh penulis maka semakin luas kosa kata yang dimilikinya. Dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, Keraf (1984 : 27-111) menerangkan mengenai jenis diksi. Berikut adalah jenis diksi yang dimaksudkan. a. Berdasarkan makna kata Makna merupakan segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca bentuk (Keraf, 1984:25). Dari definisi itu dengan kata lain makna merupakan hubungan antara bentuk dan barang atau hal yang diacu. Berikut adalah pembagian diksi menurut makna kata. 1) Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama suatu kata. Jadi, denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi: •
Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
•
Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.
2) Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh makna konotasi: •
Rumah itu luas sekali.
•
Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
b. Berdasarkan golongan kata 1) Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas. Kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan. Contoh dari kata umum adalah binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan dan sebagainya. 2) Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh kata khusus adalah Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan dan sebagainya. 3) Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus. 4) Kata konkret atau indria adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata konkrit menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kata konkrit adalah meja, kursi, rumah, mobil dan sebagainya. c. Berdasarkan lapisan pemakaian bahasa 1) Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah adalah analogi, formasi, konservatif, fragmen, kontemporer dan sebagainya. 2) Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata populer adalah bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan dan sebagainya. 3) Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kumpulan
rahasia,
atau
kelompok-kelompok
khusus
lainnya. Misalnya seperti kata jargon sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kap (kapten), dok (dokter), prof (professor) dan sebagainya. 4) Kata Percakapan ialah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang terdidik. Kata-kata mencangkup pula sebagian kata-kata ilmiah atau kata-kata yang tidak umum (slang) yang dipakai oleh golongan terpelajar saja. Suatu bentuk dari percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya dol, prof, kep,
masing-
masing untuk dokter, professor dan kapten. 5) Kata slang adalah kata-kata non standar yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kata slang juga merupakan katakata yang tinggi atau murni. misalnya saja saat orang menyebutkan kata kata "mana tahan","eh ketemu lagi", "unyu-unyu", "cabi", dan berbagai kata lainnya lagi dalam percakapan kelompok tertentu.
5. Idiom dan Ungkapan dalam Pemakaian Bahasa Biasanya idiom disejajarkan dengan pengertian pribahasa dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya pengertian idiom itu jauh lebih luas dari peribahasa. Menurut Chaer (1984) idiom merupakan satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
bahasa (entah berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “ditarik” dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Sejalan dengan pendapat Chaer, Gorys Keraf (1984: 109) berasumsi bahwa idiom adalah polapola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bias diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan makna Idiom tidak dapat ditarik menurut kaidah umum gramatika yang berlaku, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya. Namun, menurut Chaer (1984:7) makna Idiom secara historis komparatif dan etimologis, masih bisa dicari-cari kaitan makna keseluruhannya dengan makna leksikal unsurnya. Artinya, makna idiom itu masih bisa teramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Misalnya menjual gigi secara idiomatis diberi makna tertawa keras-keras, karena ketika orang tertawa keras akan terlihat giginya. Meja hijau secara idiomatis berarti pengadilan, karena sejak dulu meja tempat berlangsungnya sidang pengadilan diberi alas berwarna hijau. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa makna idiom bersifat eksosentris, artinya makna itu tidak dapat dijabarkan baik secara leksikal maupun gramatikan dari makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
unsur-unsurnya. Sejalan dengan pendapat tersebut Gorys Keraf (1984:109) menuturkan bahwa idiom-idiom bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa. Ditinjau
dari
segi
keeratan
unsur-unsurnya
dalam
membentuk makna, Chaer (1984: 8) membedakan dua jenis idiom, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Pada idiom penuh unsurunsur yang membentuknya sudah merupakan satu kesatuan makna. Setiap unsur sudah kehilangan makna leksikalnya, sehingga yang ada adalah makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Contoh saat seseorang bertutur duduk perut yang berarti hamil. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa kata duduk dan perut pada gabungan duduk perut sudah kehilangan makna leksikalnya masing-masing. Pada idiom sebagian masih ada unsur dari kesatuan bentuk tersebut yang masih tetap dalam makna leksikalnya. Contohnya daftar hitam yang memiliki arti daftar yang memuat nama-nama orang yang dicurigai atau pernah berbuat jahat dan koran kuning yang berarti koran yang sering memuat berita sensasi. Dapat dilihat kata daftar dan koran masih tetap pada makna leksikalnya. Menurut konstruksinya, idiom bisa muncul dalam bentuk kata, bentuk frasa, dan bentuk kalimat. Idiom dalam bentuk kata contohnya gula-gula yang berarti wanita yang diajak hidup sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
suami istri tanpa menikah, tupai-tupai yang berarti pasak pengikat tali pada tiang bendera, dan menghitam putihkan yang berarti sangat berkuasa atau dapat menentukan nasib sesorang. Idiom dalam bentuk frasa contohnya meja hijau yang berarti pengadilan, tebal muka yang berarti tidak bermalu, dan makan kerawat yang berarti sangat miskin. Idiom dalam bentuk kalimat contohnya nona makan siri yang berarti nama sejenis tanaman merambat, burung tinggal anak yang berarti nama sejenis burung, dan puteri malu yang berarti nama sejenis tanaman perdu. Istilah idiom dan ungkapan didalam pengajaran bahasa pengertiannya saling bertumpang tindih. Idiom dilihat dari segi makna, yaitu tidak dapat ditariknya makna terhadap unsur-unsur leksikalnya menurut kaidah umum gramatika yang berlaku. Ungkapan dilihat dari segi masalah atau ekspresi kebahasaan, yaitu dalam usaha penutur untuk melahirkan pikiran, perasaan, pandangan, dan emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa yang dianggap paling tepat. Dalam KBBI (2008: 517) dijelaskan pula perbedaan pengertian idiom dan ungkapan. Idiom dapat diatrikan konstruksi makna yang tidak sama dengan gabungan makna unsurnya. Misalnya idiom kambing hitam dalam kalimat dalam peristiwa itu ia menjadi kambing hitam. Ungkapan merupakan kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya seringkali menjadi kabur). Misalnya ungkapan mengadu lidahi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dalam kalimat sudah lebih dari satu jam mengadu lidah mereka belum juga berhenti. Chaer (1984:9) berpendapat bahwa antara idiom dan ungkapan sebenarnya mencangkup objek pembicaraan yang kurang lebih sama. Hanya segi pandangnyalah yang berlainan. Jika dilihat dari segi makna raja siang, puteri malam,
dan bunga bangsa
termasuk kedalam contoh idiom. Jika dilihat dari segi ekspresi, maka ketiganya juga termasuk kedalam contoh ungkapan. Ungkapan, sebagai masalah ekspresi dalam penuturan akan bertambah atau berkurang sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat peutur bahasa tersebut, dan kreativitas para penutur dalam menggunaan bahasanya. Pendapat ahli lainnya (Tarigan, 1985: 164) berasumsi bahwa ungkapan ialah perkataan atau kelompok kata khusus menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan. Misalnya datang bulan yang berarti haid, buah baju yang berarti kancing, buah pena yang berarti karangan, orang buangan yang berarti orang yang dihukum dengan mengirimkannya ketempat di luar daerahnya. Dalam buku Teori Semantik,
Parera (1990:
103)
menyinggung mengenai ungkapan secara tidak langsung. Dalam pembahasannya mengenai makna gramatikal frase ia menyebutkan bahwa makna gramatikal frase sebagian dapat diketahui berdasarkan suatu sistem makna gramatikal yang dapat diramalkan dan sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
hanya dapat diketahui berdasarkan informasi penutur asli dan konvensi makna saat frase itu dibentuk. Misalnya, makna gramatikal bahasa indonesia anak angkat, hari besar, dan ayam biang. Makna frase nomen+verbum anak angkat adalah bukan anak kandung, atau anak yang diambil. Demikian pula dengan makna gramatikal nomen+adjektif hari besar yang memiliki arti hari raya, dan ayam biang yang memiliki arti ayam betina. Sejalan dengan Parera, Mansoer Pateda (1989:47) berasumsi bahwa ungkapan merupakan leksem atau kalimat yang mengandung makna sesuai dengan pemakai bahasa. Hal ini dikarenakan pemakai bahasa bersifat dinamis, yang kadang-kadang memperluas makna suatu leksem ketika ia beromunikasi, maka makna suatu leksem dapat saja berubah-ubah. Perhatikan makna leksem air dalam kalimat-kalimat dibawah ini. 1) 2) 3) 4) 5)
Tanah air harus kita bela. Batang air kering karena kemarau. Pekerjaan selalu tak masak air. Ia buang air kecil. Air bah merusakkan bendungan.
Dari contoh diatas terlihat makna leksem air pada kalimatkalimat diatas tidak sama. Makna leksem air pada kalimat (1) tidak sama dengan makna leksem air pada kalimat (2) dan seterusnya. Disini kita berhadapan dengan leksem air yang bergabung dengan leksem lain yang biasanya disebut dengan ungkapan. Pateda (1989: 112) juga berasumsi untuk mengetahui makna didalam ungkapan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
harus mengasosiasikannya dengan kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan yang sebenarnya dihubungkan dengan pengalaman. Dari hubungan seperti itu, dapat diterka makna yang tersirat pada ungkapan.
6. Gaya Bahasa dalam Karya Sastra Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin (Keraf: 1984:112). keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi, Sesuai dengan perkembangan, style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Dikarenakan perkembangan tersebut, style atau gaya bahasa menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Terdapat dua aliran yang terkenal mengenai gaya bahasa. Aliran pertama adalah aliran platonik, mengatakan bahwa ada karya yang memiliki style,
ada juga yang sama-sekali tidak
memiliki style. Aliran kedua adalah aliran Aristoteles, mengatakan bahwa semuakarya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada gaya yang memiliki gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang kuat ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang baik atau gaya yang jelek. Bila gaya dikatakan secara umum, dapat dikatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku berpakaian dan sebagainya. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Jadi dapat gaya bahasa atau style
dapat dibatasi dengan
definisi cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Waluyo (1991: 84) dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi berasumsi bahwa dalam gaya bahasa, satu hal dibandingkan dengan hal lain. Dari perbandingan itulah, ia berasumsi tujuan penggunaan gaya bahasa ialah untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (karya sastra). Sehubungan dengan dalam karya sastra maka pembahasan mengenai gaya bahasa memang akan meruncing kepada gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa kiasan ini yang dibentuk bedasarkan perbandingan atau persamaan. Keraf (1984: 136) berasumsi bahwa gaya bahasa kiasan membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukan kesamaan antara dua hal tersebut. Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa
ia
berpendapat
bahwa
perbandingan
sebenarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Misalnya dia sama pintar dengan kakaknya dan matanya seperti bintang timur. Contoh perbandingan pertama merupakan perbandingan langsung mencangkup dua anggota dalam kelas yang sama. Contoh perbandingan yang kedua sebagai bahasa kiasan, mencangkup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. Pendapat lainnya mengenai gaya bahasa kiasan dapat dilihat dalam buku Semantik Leksikal. Pateda (1989:113) berasumsi bahwa gaya bahasa termasuk stilistika yaitu ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam karya sastra. Dalam hal ini gaya bahasa lebih mementingkan makna leksem atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa. Oleh karena itulah maka perubahan makna yang terdapat pada setiap lambang, baik lambang dalam kesendiriannya maupun lambang di dalam kedudukannya sebagai unsur kalimat harus dilihat dari dua hal. Pertama, perubahan makna yang disebabkan oleh asosiasi antara makna dan makna. Kedua, asosiasi antara nama dan nama. Dari kedua segi pendapatnya, gaya bahasa kiasan atau perbandingan lebih melihat pada adanya kesamaan dan kedekatan makna. Kesamaan antara makna adalah metafora dan kedekatan antara makna adalah metonimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua hal dalam bentuk yang singkat, tanpa menggunakan kata-kata seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya. Sejalan dengan hal tersebut, Keraf (1984:139) mendefinisikan metafora sebagai semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati cindera mata, dan sebagainya. Oleh karena itulah, metafora sebagai perbandingan langsung yang implisit jadi tidak mempergunakan
kata:
seperti, bak, bagai, bagaikan, dan
sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Misalnya dalam ungkapan pemuda adalah bunga bangsa, maka dalam hal tersebut yang dibandingkan adalah kata pemuda dengan bunga bangsa. Dalam hal ini, metafora memang tidak selalu harus menduduki fungsi predikat, tetapi juga dapat menduduki fungsi lain seperti subjek, objek dan sebagainya. Hal ini dikarenakan metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, maka makna metafora juga dibatasi oleh sebuah konteks. Bila dalam metafora, kita masih dapat menentukan makna dasar dari konotasinya sekarang, maka metafota itu dapat dikatakan masih hidup. Tetapi jika tidak dapat ditentukan makna konotasinya, maka metafora itu sudah mati, sudah merupakan klise (Keraf, 1984: 139). Contoh: perahu itu menggergaji ombak, mobilnya batuk-batuk sejak pagi tadi, dan pemuda-pemudi adalah Bunga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
bangsa. Kata-kata mengergaji, batuk-batuk, dan bunga bangsa masih hidup dengan arti aslinya. Sebab itu, penyimpangan makna seperti terdapat dalam kalimat-kalimat di atas merupakan metafora yang hidup. Proses penyimpangan semacam itu pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih lanjut dalam perubahan makna kata. Kebanyakan perubahan makna kata mula-mula terjadi karena metafora. Lama-kelamaan orang tidak memikirkan lagi tentang metafora itu, sehingga arti baru itu dianggap sebagai arti yang kedua atau ketiga kata tersebut: berlayar, berkembang, jembatan, dan sebagainya. Metafora semacam ini adalah metafora mati. Dengan matinya sebuah metafora, kita kembali di depan kata yang mempunyai denotasi baru. Pendapat lainnya mengenai metafora diungkapkan oleh Pateda (1985:114). Ia berasumsi mengenai struktur dasar metafora yang sangat sederhana, yaitu ada sesuatu yang kita bicarakan dan ada sesuatu yang kita pakai sebagai perbandingan. Kedua benda yang diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama. Misalnya kata Jago yang mengacu kepada ayam yang baik ketika di adu. Pengertian kata jago
diambil, kemudian dibandingkan dengan
seorang pelari. Pelari itu tentu pelari yang baik, maka ia disebut jago lari. Pateda (1985:114) juga memperinci metafora menjadi tiga golongan, yakni metafora antropomorfis, metafora binatang, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
metafora sinestetik. Metafora antropomorfis merupakan metafora yang berhubungan dengan diri manusia. Manusia membandingkan dan mengasosiasikan unsur-unsur tubuhnya dengan alam sekitar. Misalnya mulut sungai, mata pencaharian, mata pisau, tangan kursi, dan sebagainya. Pada metafora binatang, yakni terdapat asosiasi yang membandingkan sifat-sifat binatang dan sifat manusia yang menanmpak. Pada metafora ini, hal yang diperbandingkan sebenarnya bukan saja sifat, tetapi juga unsurunsur tubuh hewan. Misalnya kumis kucing, kuping gajah, rambut ekor kuda, telur mata sapi, tulisan cakar ayam dan sebagainya. Metafora sinestetik, merupakan metafora yang didasarkan pada perubahan kegiatan dari indra ke satu indra yang lain. Misalnya dari indra pendengaran ke indra perasa, yang menghasilkan metafora suara keras, suara halus dan sebagainya. Perbandingan lainnya yang hampir mirip dengan metafora adalah simile. Menurut Keraf (1984:138) simile ada perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksudnya, perbandingannya langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Oleh karena itulah, diperlukan upaya yang secara eksplisit menunjukan kesamaan, yaitu dengan menggunakan kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, seolah-olah dan sebagainya. Misalnya bibirnya seperti delima merekah. Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan objek pertama yang mau dibandingkan. Misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
seperti air di daun talas, seperti duri dalam daging, dan sebagainya. Gaya bahasa perbandingan selanjutnya adalah metonimia, gaya bahasa yang mengunakan suatu benda untuk menggantikan benda yang dimaksud. Menurut keraf (1984:142) kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta
yang berarti menunjukan
perubahan dan anoma yang berarti nama. Jadi, metonimia merupakan suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Pateda (1989:116) juga berasumsi bahwa metonimia mengandung kedekatan dari dua hal, bahkan kadang-kadang suatu benda digunakan untuk menggantikan benda yang dimaksud. Misalnya saat seorang anak berkata, aku mau sugus sebab mentos pedas. Hal yang dimaksudkan disini adalah permen sugus dan permen mentos. Kata sugus dan mentos langsung mengacu kepada benda yang disebut permen, dan permen tersebut berlebel sugus dan mentos. Selain itu, metonimia juga dapat berwujus asosiasi antara penemu dan penemuannya. Misalnya saat seseorang berkata tegangan listrik itu 200 volt, maka yang dimaksud adalah ukuran tegangan listrik dalam satuan volt meskipun tidak dihubungkan dengan penemunya, yakni Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Makna yang terbayang ialah tegangan dalam satuan volt, bukan penemu tegangan listrik tersebut. Di samping kedekatan dan kesamaan makna, kadangkadang terdapat kenyataan yang berhubungan dengan penerapan makna. Hal ini dapat dikaitkan dengan gaya bahasa personifikasi. Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (orang, pelaku, actor, atau topeng yang dipakai dalam drama) + fic (membuat. Keraf (1984:140) menjelaskan bahwa personifikasi merupakan semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau benda-benda yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak kusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat berbicara seperti manusia. Misalnya kata meraung, tersenyum dan menangis biasanya dihubungkan dengan manusia, tetapi kata meraung, tersenyum dan menangis itu dapat diterapkan pada benda lain. Hal ini yang membuat lahir frasa angin meraung, bulan tersenyum, dan langit menangis. Dale dalam Tarigan (1987:123) memberikan definisi lebih luas tentang personifikasi. Ia berasumsi bahwa apabila kita mempergunakan personifikasi, kita memberikan ciri-ciri atau kualitas pribadi orang kepada benda-benda yang tidak bernyawa ataupun kepada gagasan-gagasan. Jadi bukan hanya benda mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
yang dapat dilekatkan sifat-sifat manusia, ide yang abstrak juga dapat dilekatkan sifat-sifat manusia. Misalnya cinta buta, Janji menagih ketepatan, perkataan mematikan, dan sebagainya.
7. Novel Perahu Kertas Dewi lestari memiliki nama pena Dee. Ia lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Ia telah berkeluarga, dan menetap bersama keluarga kecilnya di Jakarta. Ia sangat suka menulis dengan format cerita bersambung dan komik drama serial. Hal itulah yang membuat Dee terinspirasi untuk menulis cerita Perahu Kertas. Ia menulis naskah perahu kertas awalnya pada tahun 1996. Naskah itu sempat mati suri selama 11 tahun. Pada tahun 2007 karyanya itu di tulis ulang dan diberi judul Perahu Kertas. Novel itu adalah novel pertamanya yang bergenre populer. Hobi menulisnya telah membawanya ke ajang sastra bergengsi di dalam maupun luar negri. Beberapa prestasi dan penghargaan yang baru-baru ini diperolehnya antara lain adalah Top 88 Most Influential Women in Indonesia (Globe Asia), The Most Outstanding Woman 2009 (Kementrian Pemberdayaan Perempuan & Kantor Berita Antara). Nama Dee juga muncul sebagai peringkat pertama dalam polling nasional “Penulis Perempuan Paling Dikenal di Indonesia” tahun 2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Novel Perahu kertas merupakan karya Dee yang ke enam. Sebelum novel perahu kertas telah lahir novel-novel lainnya yaitu Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi, dan Rectoverso. Tidak disangka ternyata perahu kertas yang menarik perhatian pembaca dari sekian banyak novel yang diciptakan Dee. Novel ini bercerita mengenai kisah cinta anak muda yang terhalang oleh jarak dan waktu. Kisah cinta ini berawal dari persahabatan antara Keenan dan Kugy yang keduanya sama-sama mengagumi antara satu dan lainnya. Kugy adalah seorang gadis yang sangat mencintai hobi menulis. Hal inilah yang membuatnya sangat mencintai pekerjaannya sebagai penulis dongeng sejak kecil. Berbeda dengan Kugy, Keenan adalah seorang pelukis yang sangat mencintai hobinya itu dari kecil. Keduanya memang memiliki hobi yant berbeda-beda, namun mal itulah yang membuat mereka berdua saling mengagumi satu sama lain. Kisah cinta mereka terjalin tanpa harus memiliki satu sama lain. Hal ini dikarenakan keduanya terlalu takut untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka. Hingga akhirnya Keenan dan Kugy sama-sama memiliki kekasih barulah hasrat cinta mereka
tidak
dapat
di
bendung
lagi.
Keenan
akhirnya
mengungkapkan perasaannya, namun sayangnya Kugy sudah memiliki kekasih yang telah melamarnya. Inilah yang menjadi klimaks dalam novel ini. Dimana Kugy harus memilih antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Keenan dan tunangannya, Remy. Konflik batin sangat terlihat dalam tokoh Kugy, hingga akhirnya Kugy memilih Keenan sebagai pendamping hidupnya. Jika di teliti lebih dalam dari unsur intrinsiknya, tema dari novel Perahu Kertas adalah percintaan. Penulis menciptakan alur maju dalam novel ini karen ceritanya hanya digambarkan lurus kedepan, tanpa flashback. Bagian awal novel sampai akhir menceritakan kejadian yang terjadi dari waktu ke waktu. Banyak ragam bahasa yang digunakan pada novel ini. Bahasa yang digunakan penulis adalah Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Sunda dan Bahasa Bali. Hal ini menggambarkan kemampuan penulis mengenai bahasa-bahasa tersebut. Penulis tidak mungkin berani menggunakan diksi dengan bahasa tersebut jika Ia sendiri tidak menuasainya. Penokohan dalam novel ini terdiri dari beberapa karakter. Hal ini dikarenakan penulis menciptakan tokoh yang berbeda-beda karakternya. Tokoh pertama, Kugy merupaka gadis periang dan unik. Hal itu dapat dilihat di halaman 265 ;“Iya. Itu unik,” Remi pun manggut-manggut setuju, “tapi saya nggak terlalu kaget. Karel sudah bilang kalau kamu memang unik.” “Dalam kasus saya, kata ‘unik’ itu seringnya merupakan ungkapan halus dari kata ‘aneh’.” Ungakap Kugy tersipu malu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tokoh kedua, Keenan merupakan pemuda yang tabah dalam menjalani takdir hidupnya. Dia mempunyai prinsip bahwa mungkin kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita, untuk akhirnya menjadi sesuatu yang merupakan diri kita sendiri. Hal itu tersirat di halaman 2 saat dirinya harus pulang ke Bandung dari Amsterdam ;“Keenan tersenyum tipis, urung membereskan bukubuku tadi. Hatinya terusik. Oma mengatakan itu seolah-olah ia tak akan pernah kembali ke rumah ini. Keenan tahu saat ini akan hadir tak terelakkan. Hanya keajaiban yang bisa membatalkannya kembali ke Indonesia. Bertahun-tahun, Keenan berharap dan berdoa keajaiban itu akan datang. Keajaiban tak datang-datang..”· Tokoh ketiga, Remi yang digambarkan oleh penulis sebagai sosok the most wanted eligible bachelor, namun dari sekian wanita yang menginginkannya Remi memilih Kugy dengan tulus untuk menjadi pacarnya. Dapat disimpulkan dalam bacaan di halaman 308 ;“Kamu ...,” suara itu bergetar, “… kamu adalah alasan baru saya ke kantor setiap hari. Kamu bikin saya semangat ... bikin saya ketawa ... bikin saya kepingin melakukan banyak hal ... bikin saya nyaman ...,” Remi berhenti sejenak, menenangkan jantungnya yang juga berdebar tak keruan, “kamu ... bukan cuma bikin saya kagum, tapi juga jatuh cinta.” (ungkapan Remi kepada Kugy)· Sosok keempat adalah Luh De. Luh De merupakan keponakan dari Pak Wayang yang diceritakan sebagai seorang gadis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang pemalu dan cenderung pendiam tetapi dewasa. Hal ini dapat dilihat pada halaman 430 ;“Saya belajar dari kisah hidup seseorang. Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh,” Luhde menggenggam tangan Keenan sejenak, “yang Keenan cari bukan di sini. Novel Perahu Kertas, berbeda dari novel-novel Dewi Lestari yang lain. Novel Perahu Kertas lebih mudah dibaca dikarenakan kata-katanya yang ringan dan tidak terlalu berat. Tidak seperti novel Dewi Lestari yang lain (misalnya saja Supernova), yang mempunyai kata-kata yang berat dan banyak terdapat istilahistilah sains di dalamnya. Gaya Bahasa Dewi Lestari tidak banyak menggunakan bahasa yang asing bagi para pembaca awam pun tidak akan kesulitan mencerna arti dari kata – kata yang dipakai dalam penulisan novel. Terdapat bahasa asing dalam novel antara lain, bahasa Belanda dan bahasa Inggris, selain itu juga terdapat beberapa kalimat yang menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Bali dan bahasa Sunda. Hal – hal yang menarik dari novel Perahu Kertas ini adalah novel ini dikemas dalam sebuah cerita yang sangat menarik bagi pembaca terutama para remaja, karena menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari juga bercerita tentang cinta dan persahabatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
serta cita-cita. Penulis juga memuat berbagai pengalaman dan motivasi hidup tentang perjuangan, semangat menggapai cita-cita dan kesetia kawanan. Hal menarik lainnya, novel ini diwarnai oleh pergelutan idealisme, tawa, tangis, dan cinta. Semua dikemas rapi oleh Dee sehingga meninggalkan bekas yang mendalam setelah membaca novel ini. Hal inilah yang membuat novel ini mampu membuat pembacanya terbangkitkan semangatnya dalam menjalani hidup dan meraih cita-citanya. Kelemahan dari novel ini penulis terlalu banyak menyajikan setting tempat (Belanda, Jakarta, Bandung,
Kuta,
dan
Ubud)
sehingga
membuat
pembaca
kebingungan untuk menyesuaikan dan memahami setting cerita. Di tengah melimpahnya genre novel-novel populer remaja bertema cinta di pasar perbukuan, novel ini dapat dikatakan sebagai sebuah terobosan baru untuk berbagi kisah yang memikat dan inspiratif yang sarat nilai-nilai renungan mendalam, jauh dari dangkal. Tak hanya soal cinta, tapi juga renungan soal relasi etis antar manusia. Sekilas novel Perahu Kertas tampak standar dan biasa-biasa saja karena bertemakan tentang cinta. Tetapi seolah-olah novel Perahu Kertas membuka sebuah cakrawala baru. Cerita tentang cinta namun banyak unsur lain yang mendukung dan kuat dalam novel ini yang membuat novel ini begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang mimpi, persahabatan, dan kekeluargaan. Penggambaran tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
membuat para pembaca novel Perahu Kertas tidak segan-segan untuk bermain dengan dunia imajinasinya dan membayangkan secara nyata apa yang terjadi dalam ceritanya.
B. Kerangka Berfikir Daya bahasa pada diksi dalam novel Perahu Kertas diteliti menggunakan teori tindak tutur. Tujuan akhir berbahasa sebenarnya untuk memunculkan perlokusi, yaitu efek atau hasil yang ditimbulkan oleh mitra tutur. Teori tindak tutur ini digunakan untuk menganalisis novel Perahu Kertas agar dapat menjawab masalah bagaimanakan pemanfaatan daya bahasa pada diksi novel Perahu Kertas, dengan sub permasalahan jenis daya bahasa apa saja yang terdapat pada diksi novel perahu kertas dan apa saja ciri-ciri diksi jenis daya bahasa dalam novel Perahu Kertas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Daya Bahasa dalam Diksi
ê Teori Tindak Tutur
ê Novel Perahu Kertas
í Jenis Daya Bahasa pada Diksi
î Ciri-Ciri Daya Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLIGI PENELITIAN
A. JenisPenelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang atau dari pelaku yang dapat diamati (Bogdandan Taylor, 1978 dalam Moleong (1989)). Fakta-fakta yang diamati dalam penelitian dideskripsikan secara sistematis. Fakta-fakta yang diamati berupa daya bahasa dalam diksi pada novel Perahu Kertas.
B. Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data penelitian adalah novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Data penelitian berupa diksi pada novel yang diduga mengandung daya bahasa.
C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang digunakan adalah penelitian dokumentatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan mencatat kalimat yang diduga diksinya mengandung daya bahasa dengan format sebagai berikut:
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
No. Data
Konteks
Diksi
Jenis Daya
1 ) Mencatat
kalimat-kalimat
dalam
novel
yang
berdaya
bahasa,
2)
Mengidentifikasi diksi yang berdaya bahasa, 3) Mengidentifikasi efek komunikasi diksi yang berdaya bahasa, dan 4) Mencatat alasan-alasan mengapa diksi itu berdaya bahasa. D. Teknik Analisis Data Teknik
analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993: 55), yaitu teknik perluasan. Adapun kegunaan teknik perluasan adalah untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluasan juga digunakan untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonim satu sama lain. Teknik perluasan yang diutarakan oleh Sudaryanto kemudian
dikembangkan
dan
disesuaikan
dengan
objek
penelitian.
Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian terdapat dalam data penelitian yang berupa diksi dalam novel. Setelah melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap teknik perluasan, maka penulis menganalisis data penelitian menggunakan langkahlangkah sebagai berikut, 1) Mengidentifikasi diksi yang dinilai memanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
daya bahasa,
2) mengidentifikasi ciri-ciri diksi yang berdaya bahasa, 3)
pemaknaan diksi yang berdaya bahasa pada hasil klasifikasi, dan 5) mendeskripsikan hasil klasifikasi menggunakan contoh-contoh pemakaian daya bahasa. E. Tringulasi Hasil Analisis Data Tringulasi teori dilakukan untuk meningkatkan validitas
(tingkat
kepercayaan) hasil analisis data. Tringulasi teori adalah uji keterpercayaan terhadap teori yang digunakan dalam penelitian. Sesuai dengan buku Pedoman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma 2009 pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan beberapa teori untuk dilihat kelebihan dan kelemahan masing-masing teori dengan maksud agar teori yang dipergunakan dalam penelitian benar-benar terpecaya ( 2009: 58). Tringulasi teori dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait dengan ladasan teori. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pengukuhan akan kredibilitas temuan penelitian. Selain itu, peneliti kemudian mengonsultasikan dan mendiskusikan hasil temuan dengan Prf. Dr. Pranowo, M. Pd. selaku dosen pembimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data dalam penelitian ini berupa diksi yang dianggap berdaya bahasa pada novel Perahu Kertas. Salah satu contohnya adalah diksi tajam pada kalimat, “Suara noni yang melengking tajam begitu kontras menggantikan suara Boy George yang halus dari kuping Kugy.” (PK.1.6.a) Contoh data seperti di atas yang akan dianalisis dan dideskripsikan dalam penelitian ini untuk mengetahui daya bahasa apa yang terdapat pada diksi tajam. Oleh karena itulah, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dari diksi yang diamati. Dalam novel ini sudut pandang yang diambil merupakan orang ketiga serba tau. Penulis berperan sebagai narator yang menjelaskan keadaan dan kondisi tokoh. Oleh karena itulah data yang diteliti lebih kepada diksi dalam kalimat, bukan dalam tuturan yang dituturkan oleh tokoh. Jenis daya yang ditemukan dalam novel Perahu Kertas yaitu daya bangkit, daya informatif, daya egosentrisme, daya profokatif, dan daya kritik. Berikut akan dipaparkan masing-masing daya bahasa yang terdapat pada diksi dalam novel Perahu Kertas.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Analisis Data 1. Deskripsi Diksi yang Berdaya Bahasa Dalam penulisan novel, penggunaan bahasa digunakan oleh penulis untuk menyampaikan pesan. Pesan yang disampaikan oleh penulis merupakan ide pokok dari penulisan novel. Oleh karena itulah pemanfaatan daya bahasa menjadi sangat penting dalam penulisan novel, agar pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Dewi Lestari merupakan novelis yang mampu memanfaatkan daya bahasa dalam diksi pada penulisan novelnya. Berikut beberapa daya bahasa yang peneliti temukan dalam diksi pada novel yang ditulis oleh Dewi Lestari, diantaranya adalah daya bangkit, daya informatif, daya egosentrisme, daya profokatif, dan daya kritik. a. Daya Bangkit Pemilihan diksi yang tepat merupakan faktor penting untuk dapat menghidupkan kembali imajinasi pembaca. Hal inilah yang membuat penggunaan diksi yang berdaya bangkit sangat penting. Daya bangkit merupakan daya yang berusaha untuk menghidupkan kembali kepada diri seseorang. Menurut Mellisa (2013: 65) dalam penelitiannya yang berjudul Daya Bahasa dalam Gaya Bahasa Pada Novel Arok Dedes Karya Pramodya Ananta Toer berasumsi bahwa daya yang terdapat dalam narasi non tutur lebih bersifat prememori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
berfungsi mengantar dan meletakan khayal pembaca di tempat yang dinginkan penulis, sehingga pembaca ikut terbawa dalam alur dan intrik dalam novel. Oleh karena itulah banyaknya perbendaharaan menentukan
kata untuk
yang
dimiliki
memunculkan
oleh
penulis
ekspresi
yang
sangat dapat
membangkitkan atau mengantarkan imajinasi pembaca. Semakin banyak perbendaharaan kata penulis, maka semakin mudah untuk penulis membangkitkan imajinasi pembacanya. Kalimat-kalimat di bawah merupakan beberapa contoh cara Dewi Lestari menyajikan kata-kata yang berdaya bahasa dalam upaya untuk membangkitkan imajinasi pembaca. (1) Empat orang duduk di lantai, berbincang asyik sambil tertawa-tawa,dengan dus pizza kosong sebagai pusat bagaikan kawanan Indian yang mengelilingi api unggun. (PK.4.1.a) Konteks: Kugy, Noni, Keenan dan Eko sedang berkumpul di ruang tamu kos Kugy. (2) Senyum simpul mengembang di wajah Kugy, seolah-olah hendak menjawab pertanyaan klasik yang sudah ia hafal mati jawabannya. (PK.4.6.a) Konteks: Keenan sedang berada di dalam kamar kos Kugy dan berbincang dengan Kugy. (3) Seluruh persendian Kugy serasa dikunci. Kata-kata Keenan seolah menyulapnya menjadi patung. Ia cuma bisa merasakan air ludahnya tertelan seperti bola bakso yang tak sempat terkunyah. (PK.6.6.a) Konteks: Kugy berlari menghampiri Keenan dan berbincang mengenai kejadian yang terjadi di malam minggu. (4) Tanpa menunggu penjelasan Keenan selesai, wanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
langsung menerobos masuk. Matanya sudah terkunci pada lukisan-lukisan yang menyebar di seluruh ruangan itu. Bak seorang kurator profesional, ia menelaah lukisan demi lukisan dengan teliti. (PK.10.5.a) Konteks: Wanda menerobos masuk kedalam kamar kos Keenan. (5) Percakapan itu berlanjut terus hingga keduanya memasuki ruangan bioskop, dan Keenan hanya mengikuti dari belakang dengan mulut terkunci. (PK.6.4.a) Konteks: Keenan berjalan di belakang Eko dan Noni memasuki ruangan bioskop. Pada data (PK.4.1.a) diksi bagaikan digunakan untuk membandingkan hal yang hakikatnya berlainan tetapi dianggap sama. Penulis membandingkan Empat orang dengan kawanan india, dan dus pizza dengan api unggun. Perbandinganperbandingan tersebut merupakan gaya bahasa perbandingan yang dibuat untuk membangkitkan imajinasi pembaca mengenai keasikan yang dialami tokoh. Hal ini sejalan dengan pendapat Waluyo (1991: 84) dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi berasumsi bahwa dalam gaya bahasa, satu hal dibandingkan dengan hal lain. Dari perbandingan itulah, ia berasumsi tujuan penggunaan gaya bahasa ialah untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (karya sastra). Analisis mengenai daya bangkit pada data (PK.4.1.a) dapat dianalisis pula melalui teori Austin (pranowo, 2009:106) mengenai tindak komunikasi yang selalu mengandung tiga unsur yaitu tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Menurut ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur atau dapat disebut secara tindak lokutif kalimat di atas berupa informasi. Di dalam pengungkapan tindak lokusi terdapat maksud yang ingin disampaikan atau yang disebut dengan tindak ilokusi. Tindak ilokusinya juga berupa informatif. Dampak yang terjadi atau efek perlokusinya pembaca dapat membayangkan kondisi pada saat itu dengan perbandingan yang dilakukan secara eksplisit. Pada data (PK.4.6.a) frasa seolah-olah sebenarnya berasal dari kata olah. Dalam KBBI (2008: 979) memiliki arti ulah; laku; akal (daya upaya atau tipu daya), perbuatan. Oleh karena itu segala sesuatu yang berasal dari kata olah memiliki makna kegiatan yang memerlukan cukup usaha atau upaya. Contohnya berolah, mengolah, terolah, olah raga dan sebagainya. Dalam data (PK.4.6.a) makna konotasi digunakan dalam frasa seolah-olah menggambarkan perbandingan antara ekspresi wajah Kugy dengan usaha Kugy yang sangat mudah untuk menjawab pertanyaan. Penggunaan makna konotasi berfungsi untuk memberi kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984:25) dalam penjelasannya mengenai jenis diksi berdasarkan makna kata. Data (PK.4.6.a) secara lokutif data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(PK.4.6.a) berupa informasi, ilokusi berupa daya bangkit. Efek perlokusi yang terjadi pembaca dapat membayangkan ekspresi wajah Kugy yang akan menjawab pertanyaan dengan mudahnya. Data (PK.6.6.a) juga menggunakan diksi yang menyatakan perbandingan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (1984:136) yang
berasumsi
bahwa
perbandingan
yang
sebenarnya
mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang termasuk dalam bahasa kiasan. Pada data (PK.6.6.a) termasuk perbandingan sebagai bahasa kiasan dikarenakan mencangkup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. Diksi seperti (KBBI, 2008: 1280) memiliki arti 1) serupa dengan; sebagai; semacam: 2) sama halnya dengan; tidak ubahnya: 3) sebagai mana; sesuai dengan; menurut: 4) seakan-akan; seolaholah: 5) misal; umpama; sepertinya: 6) adapun yang sebagai; akan hal. Dalam data (PK.6.6.a) fungsi seperti dapat memiliki arti serupa dengan. Kugy menyerupakan air ludah dengan bola bakso yang tak sempat terkunyah. Diksi seperti merupakan gaya bahasa perbandingan yang memberikan daya bangkit mengenai keadaan tokoh yang benar-benar tidak nyaman dan berusaha untuk dapat berkata-kata. Pembaca juga dapat merasakan bola bakso yang tersangkut saat membaca kalimat tersebut. Hal ini terbukti dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pendapat Chaer (2011:141) yang menggolongkan kata seperti kedalam kata penghubung yang berfungsi untuk meyatakan perbandingan. Secara lokusi dan ilokusi, data bersifat informatif. Efek perlokusinya pembaca terbangkitkan imajinasinya hingga merasakan keadaan tokoh yang benar-benar sulit. Pada data (PK.10.5.a) ditemukan diksi bak diawal kalimat. Kata bak (KBBI: 2008: 121) memiliki arti kata depan untuk menyatakan perbandingan; bagaikan. Jadi, kata bak juga menyatakan perbandingan yang mencangkup dua hal dalam kelas yang berlainan.
Sama halnya dengan bagaikan (PK.4.1.a),
seolah-olah (PK.4.6.a), dan seperti (PK.6.6.a). Diksi bak memberikan perbandingan dua hal antara Ia (Wanda) dengan kurator profesional, serta memberikan daya bangkit mengenai sikap tokoh yang begitu teliti dalam menilai lukisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:160) yang mengatakan bahwa kata penghubung seperti dengan fungsi menggabungkan menyatakan ‘perbandingan’ digunakan antara buah klausa dalam kalimat majemuk setara. Kata penghubung seperti secara agak terbatas dapat diganti dengan kata penghubung laksana, seumpama, bagai, dan sebagai. Dalam hal ini kata bak sebenarnya juga dapat menggantikan kata seperti untu menyatakan perbandingan dikarenakan maknanya yang juga berfungsi untuk menyatakan perbandingan. Secara lokusi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
ilokusi data tersebut bersifat informasi. Efek perlokusinya adalah pembaca merasa seperti benar-benar melihat perilaku tokoh yang benar-benar teliti mengamati lukisan. Data (PK.6.4.a) mulut terkunci merupakan frasa yang membandingkan secara singkat dan mengasosiasikan unsur-unsur tubuh manusia dengan alam sekitar. Kata kunci (KBBI, 2008:757) merupakan alat untuk mengancing pintu, yang terdiri atas anak kunci dan induk kunci. Kini makna kata kunci
dapat
dihubungkan dengan kedudukan dan hal-hal yang berhubungan dengan manusia, karena itulah muncul frasa juru kunci, kunci sukses, kunci hidup, mengunci (jurus beladiri) dan sebagainya. Pada data (PK.6.4.a) diksi kunci pada frasa mulut terkunci masih memberikan daya bangkit mengenai keadaan tokoh yang menutup mulutnya, tak mau mengeluarkan satu sepatah katapun, menunjukan kemalasan tokoh untuk berinteraksi dengan temanteman lainnya. Hal ini dapat dilihat dari konteks kalimat percakapan itu berlanjut terus...dan Keenan hanya mengikuti dari belakang dengan mulut terkunci. Pengkajian frasa mulut terkunci dengan melihat konteks kalimat, sejalan dengan pendapat Keraf (1984:139) yang mengatakan bahwa dikarenakan metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, maka makna metafora juga dibatasi oleh sebuah konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tindak lokusi dari data (PK.6.4.a) merupakan perintah, begitu pula dengan tindak ilokusinya yang juga berupa perintah. Efek perlokusinya pembaca dapat benar-benar melihat dan merasakan kemalasan tokoh untuk ikut berinteraksi. Dari keseluruhan data di atas menunjukan daya bangkit karena menjelaskan situasi deskripsi tokoh, tempat, dan suasana yang ada di dalam novel Perahu Kertas guna membangkitkan imajinasi dari pembaca. Penggunaan daya bangkit pada data di atas
lebih
banyak
menggunakan
perbandingan
untuk
membangkitkan imajinasi pembaca. Perbandingan tersebut dilakukan itu secara implisit dan secara eksplisit. b. Daya Informatif Keberhasilan sebuah penuturan sebenarnya terletak pada kesamaan latar belakang pengetahuan yang dimiliki. Dalam hal ini, sebisa mungkin penulis menerangkan kepada pembaca mengenai maksud yang ingin disampaikan meskipun tidak memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan. Menurut Yule (2006: 61) jika seorang pendengar mendengar (menangkap) ungkapan, pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang
melaksanakan
kerjasama
dan
bermaksud
untuk
menyampaikan informasi. Sehubungan dengan hal itu penggunaan kata-kata yang diyakini memiliki daya bahasa oleh penutur/penulis merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
salah satu cara yang efektif untuk menyampaikan informasi. Kata-kata yang berdaya bahasa akan menimbulkan efek tertentu sehingga informasi yang disampaikan lebih mengena. Mengingat daya
informatif
berfungsi
untuk
mendeskripsikan
orang,
mendeskripsikan apa yang dilakukan tokoh, dan mendeskripsikan sebuah tempat. Pemanfaatan daya bahasa informatif oleh Dewi Lestari sebagai berikut: (1) Sudut mulut Oma selalu tampak tersenyum dan membuat air mukanya selalu ramah, langkahnya masih tegap meski memelan setahun belakangan ini.(PK.1.4.b) Konteks: Keenan memperhatikan neneknya yang sedang berjalan menuju meja makan. (2) Keenan mengamati dengan saksama. Ia yakin belum pernah berkenalan dengan cewek satu itu seumur hidupnya. Tepatnya, ia belum pernah menemukan orang dengan penampilan seaneh itu. (PK.2.5.b) Konteks: Keenan sedang menunggu jemputan di stasiun dan bertemu dengan Kugy, teman dari orang yang menjemputnya. (3) Muka Wanda langsung merah padam. Mulutnya siap membuka, tapi ia kehilangan kemampuan untuk berkatakata. (PK.11.3.b) Konteks: Wanda sedang mempresentasikan hasil lukisan Keenan kepada ayahnya dan tante Syahrani di dalam ruang kantor ayahnya. (4) Ada sesuatu dalam objek-objek itu yang membuat lukisan yang satu ini mencuat dibandingkan lukisan-lukisannya yang lain. (PK.16.7.b) Konteks: Suasanan hati Keenan saat memandangi lukisan “Jendral Pilik dan Pasukan Alit” yang baru selesai dibuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(5) Tak lama, Kugy kembali tenggelam dalam bacaannya, dan ruangan itu kembali hening. (PK.12.6.b) Konteks: Ojos membahas dengan Kugy mengenai kesibukan Kugy di sekolah Alit sambil bersantai di atas karpet. Pada data (PK.1.4.b) diksi air dalam frasa air muka sebenarnya merupakan bagian dari idiom yang digunakan untuk menjelaskan keadaan tokoh saat itu. Kata air sebenarnya merupakan kata benda yang digunakan untuk menjelaskan cairan jernih yang tidak berwarna. Kata muka merupakan bagian depan kepala, dari dahi atas sampai kedagu antara telinga yang satu dengan telinga yang lain (KBBI, 2008; 20). Pada data (PK.1.4.b) makna dari frasa air muka memang tidak dapat ditarik menurut kaidah gramatika yang berlaku dikarenakan makna idiom bersifat eksosentris, artinya makna itu tidak dapat dijabarkan baik secara leksikal maupun gramatikan dari makna unsur-unsurnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gorys Keraf (Chaer, 1984: 109) yang mengatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya. Oleh karena itulah
bentuk-bentuk
idiom
hanya
bisa
dipelajari
dari
pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Jadi pada data (PK.1.4.b), penggabungan diksi air pada dalam idiom air muka memberikan daya informatif mengenai rupa muka; wajah; orang yang tampak bersedih dari-nya (tokoh). Diksi air dapat pula digabungkan dengan kata yang lain pula yang jelas akan membentuk idiom lain dengan makna yang berbeda. Misalnya air seni, air setaman, air melata dan sebagainya. Secara
lokutif
data
(PK.1.4.b)
berupa
informasi,
ilokusinya juga berupa informatif. Efek perlokusinya adalah Omah sangat bersedih dan berusaha untuk menutup-nutupi kesedihannya. Data (PK.2.5.b) ditemukan diksi umur digunakan untuk mememberikan daya kepada kata hidup. Kata umur memiliki arti lamanya waktu hidup atau ada, sejak dilahirkan atau diadakan, sedangkan kata hidup memiliki arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagai mana mestinya (tentang manusia, binatang, tumbuhan dan dsb) (KBBI, 2008: 496). Pada data (PK.2.5.b) kata hidup dalam seumur hidupnya merupakan bagian dari idiom masih dapat digunakan untuk mengetahui sebagian arti dari idiom tersebut. Kata hidup dalam idiom seumur hidup yang memiliki arti selama hidup atau sepanjang kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (1984:8) yang membedakan unsur idiom menjadi idiom penuh dan idiom sebagian. Pada idiom sebagian masih ada unsur dari kesatuan bentuk tersebut yang masih tetap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
makna leksikalnya. Kata hidup juga dapat ditemukan dalam idiom lain dengan makna yang berbeda-beda, oleh karena itulah muncul idiom seumur jagung dan umur setahun jagung. Lokusi dan ilokusi dari data (PK.2.5.b) adalah informasi. Efek perlokusi yang ditimbulkan adalah memberitahukan kepada pembaca bahwa Keenan tidak pernah bertemu dengan orang itu di sepanjang kehidupannya. Pada data (PK.11.3.b) diksi merah dalam frasa merah padam digunakan untuk menjelaskan keadaan tokoh yang sangat marah. Kata merah merupakan kata yang digunakan untuk menjelaskan warna dasar yang serupa dengan darah, sedangkan kata padam memiliki arti mati; tidak menyala atau tidak berkobar lagi (KBBI, 2008: 903). Jika diartikan satu persatu tidak akan ada sangkut pautnya kata merah dengan padam. Hal ini dikarenakan merah padam merupakan idiom penuh yang memang tidak dapat diartikan satu persatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (1984:8) yang mengatakan bahwa pada idiom penuh unsur-unsur yang membentuknya sudah merupakan satu kesatuan makna. Setiap unsur sudah kehilangan makna leksikalnya, sehingga yang ada adalah makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Oleh karena itulah kata merah dapat kita jumpai pada idiom merah bungur, memerahkan muka, merah telinga dan sebagainya yang keseluruhannya memang tidak dapat diartikan dari unsur-unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
yang membentuknya. Pada data (PK.11.3.b) efek perlokusinya adalah Wanda benar-benar marah terlihat dari raut wajahnya. Tindak Lokusi dan ilokusinya adalah informatif. Pada data (PK.16.7.b) kata mencuat merupakan kata adjektiva yang menjelaskan nomina atau pronomina yang mengandung makna konotasi. Dalam KBBI (2008: 276) kata mencuat diartikan sebagai menganjur, atau memanjang kedepan (tentang ekor ayam, rokok dibibir, dan sebagainya. Kata mencuat pada data (PK.16.7.b) memberikan daya informatif dengan imajinasi atau nilai rasa tertentu. Informasi yang disampaikan adalah objek–objek dalam lukisan tersebut yang sangat menonjol dari lukisan lain, yang membuat lukisan tersebut paling bagus dan menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984 : 27-111) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, yang menjelaskan bahwa makna kata konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Oleh karena itulah, kata mencuat bersifat menimbulkan arti yang tidak sesuai dengan batasan kamus atau definisi utamanya. Pada data (PK.12.6.b) diksi tenggelam pada merupakan kata kerja yang digunakan untuk memberi daya informatif. Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
tenggelam dulu selalu dihubungkan dengan sesuatu yang masuk kedalam air. Seiring dengan perluasan makna yang terjadi dalam masyarakat pemakai bahasa, kata tenggelam (KBBI, 2008:1440) dapat pula dikonotasikan sebagai jatuh kedalam kesengsaraan (kesusahan dan sebagainya) dan asyik. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984:25) yang juga menjelaskan bahwa konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Jadi, kata tenggelam
dalam data (PK.16.7.b) digunakan untuk
memberi daya informatif mengenai keasikan kegiatan yang dilakukan Kugy hingga melupakan kegiatan lainnya. Tindak lokusi dan ilokusinya berupa berita, sedangkan perlokusinya adalah menginformasikan mengenai Kugy sibuk membaca. Dari keseluruhan data di atas menunjukan daya informatif karena
menjelaskan
tokoh,
tempat,
dan
suasana
untuk
memberikan informasi kepada pembaca. Penggunaan daya informatif pada data di atas lebih banyak menggunakan idiom dan mengalami perluasan makna dikarenakan pemakaian bahasa oleh masyarakat bahasa seperti pada data (PK.16.7.b).
c. Daya Egosentrisme Daya egosentrisme merupakan daya berfungsi untuk menunjukan sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal. Sifat egosentrisme tokoh muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
ketika penulis ingin menunjukan bahwa sebenarnya tokoh tersebut benar, baik, jujur, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kebenaran. Egosentrisme dimunculkan dalam diksi yang berdaya untuk tujuan pembelaan diri tokoh dan untuk menonjolkan tokoh. Dalam penulisan novel ini, kata ia , dia atau –nya dapat dikatakan menjadi indikator egosentrisme atau ke-aku-an tokoh. Hal ini dikarenakan dalam novel ini penulis bertugas sebagai narator
yang
menceritakan
kehidupan
tokoh-tokoh
yang
diciptakannya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan kata-kata selain ia, dia, atau
-nya dapat merujuk kepada
egosentrisme, karena pada akhirnya mengarah ke ia, dia, atau nya. Perhatikan data berikut. (1) Dia memilih tidak ikut ospek daripada kehilangan kuncirnya itu satu-satunya peninggalan otentik dari Amsterdam yang terbawa sampai ke Bandung,katanya begitu. (PK.5.3.c) Konteks: Kugy melihat Keenan dari kejauhan. Seketika Kugy bisa mengenali sosok Keenan karena tubuhnya yang menjulang tinggi dengan rambut melewati bahu diikat satu. (2) Sebagaimana ia mengamati sepatu Keenan yang kali ini tampak baru di cuci bersih, sebagaimana ia tahu Keenan sedang menggunakan kemeja jins lengan panjang yang dulu dipakai saat menggandeng tangannya di bioskop, sebagaimana ia hafal aroma sampo yang meruap dari rambut Keenan yang tergerai.( PK.7.5.c) Konteks: Suasana hati Kugy saat diantar oleh Eko pergi kestasiun menuju Jakarta. Kugy duduk bersama Keenan di dalam mobil Fiat milik Eko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
(3) Sorot mata Kugy, sorot mata Keenan, dan gaya antena yang seolah-olah merupakan bahasa sandi antara mereka berdua. Dalam hatinya, Ojos yakin ia tak pernah salah. Radarnya tak pernah salah. (PK.12.9.c) Konteks: Suasana hati Ojos saat mengingat kejangalan yang terjadi di stasiun kereta Gambir antara kekasihnya dan Keenan. (4) Namun mendadak Keena gelisah. Ia tidak yakin apakah nomor itu masih berlaku. Namun entah mengapa, ada desakan kuat untuk...ia memencet tombol hijau bergambar simbol telepon... connecting. Keenan mengamati lekat satu kata itu berkedip dan berpedar di layarnya. Bisakah ia berbicara? Sanggupkah ia ..? Tidak. Keenan memejamkan mata, jempolnya memencet tombol merah. Disconnecting. (PK.24.10.c) Konteks: Keenan ingin menelpon Kugy saat berada di Ubud. Di malam tahun baru itu, ia ingin menanyakan kabar Kugy namun di urungkannya. (5) Sudah cukup lama perempuan itu berdiri dekat pesawat telepon di ruang tamunya sendiri. tangannya memegang sebuah buku telepon yang terbuka, jemarinya bergerakgerak tanda gelisah. Sambil menelan ludah, akhirnya ia Kalalu bukan demi sopan santun, sebetulnya aku tidak harus melakukan ini pikirnya. (PK.6.2.c) Konteks: Leena gelisah saat akan menelpon Wayan untuk menitipkan Keenan di Bali.
Pada data (PK.1.2.c) kata daripada berasal dari kata dari. Dalam KBBI (2008:295) kata dari selain untuk menyatakan kata depan yang menyatakan tempat permulaan, juga digunakan untuk menyatakan perbandingan. Makna kata itu tergantung dengan kata yang dilekatkan. Oleh karena itulah muncul frasa seperti dari mana, dari sana, dari sini, dari situ, dan dari tadi yang tentu maknanya
berbeda-beda.
Kata
daripada
menunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
perbandingan yang memberatkan satu hal antara ospek dan kuncirnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:129) yang menyatakan bahwa untuk menyatakan ‘perbandingan’ kata depan dari tidak perlu digunakan. Dalam hal ini lebih baik/tepat digunakan kata depan daripada. Pada data (PK.1.2.c) sebenarnya kata dari pada memberikan daya egosentrisme dengan lebih memberatkan pada kuncirnya. Kata kuncirnya sebenarnya memiliki makna gaya rambut yang panjang sehingga harus diikat. Tindak lokusi pada (PK.1.2.c) Ilokusinya
adalah
pengunggulan
berupa informasi.
dirinya
dengan
cara
membanggakan gaya rambutnya. Efek perlokusi pembaca tahu bahwa Tokoh sangat teguh pendirian untuk mempertahankan potongan rambutnya. Pada data (PK.7.5.c) kata sebagaimana merupakan kata partikel yang digunakan untuk menggambarkan tokoh Kugy yang seolah-olah paling mengenal tokoh Keenan. Kata sebagaimana (KBBI, 2008: 112) memiliki arti sebagai halnya; seperti hal yang telah dikatakan; sama dengan. Kata sebagaimana pada data (PK.7.5.c) memberikan daya egosentrisme pada kata ia mengamati..., ia tahu.. dan ia hafal.... Pada data (PK.7.5.c) tokoh Kugy mengunggulkan dirinya bahwa ia yang paling mengetahui kebiasaan sehari-hari Keenan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dibandingkan tokoh lainnya, dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat duduk bersama di dalam mobil fiat Eko. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011: 188) yang menyatakan bahwa kata tanya bagaimana dapat digunakan untuk menanyakan apa yang harus dilakukanoleh atau terhadap sesuatu yang digunakan di depan kata benda. Imbuhan se- dilekatkan pada kata bagaimana untuk mendapatkan makna seluruh atau segenapnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:263) imbuhan sedapat digunakan untuk mendapatkan makna ‘seluruh atau segenap’. Hal ini merupakan tindak ilokusi dari data (PK.7.5.c). Perlokusinya pembaca mempercayai bahwa tokoh Kugy benarbenar dekat dengan Keenan. Pada data (PK.12.9.c) kata radarnya merupakan kata benda yang digunakan khusus untuk menjelaskan kepemilikan. Kata radar (KBBI, 2008: 1128) merupakan alat (yang memakai gelombang radio) untuk mendeteksi jarak, kecepatan, dan arah benda yang bergerak atau benda yang diam (biasanya digunakan dalam penerbangan atau pelayaran). Dalam KBBI (2008; 971) – nya merupakan bentuk terikat yang merupakan varian pronomina personal ia/dia dan pronomina benda yang menyatakan milik, pelaku, atau penerima. Pada data (PK.12.9.c) kata radar yang merupakan kata konotasi dilekatkan dengan akhiran -nya untuk memberikan daya egosentrisme yang berarti kemampuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dimiliki Ojos untuk membaca perilaku Kugy. hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:97) yang mengatakan bahwa kata ganti –nya digunakan menyatakan konstruksi pemilikan. Hal terbukti dari penggalan kalimat namun ingatan Ojos kembali keadegan...seolah-olah merupakan bahasa sandi antara mereka berdua yang membaca kejanggalan perilaku yang ditunjukan oleh tokoh Kugy kepada Keenan. Jadi, ilokusinya adalah penggulan dirinya bahwa memiliki kemampuan untuk membaca perilaku. Perlokusinya pembaca mengetahui tokoh Ojos cemburu. Pada data (PK.24.12.c) kata bisakah dan sanggupkah digunakan menanyakan keadaan Keenan. Kata bisa dan sanggup merupakan kata kerja yang digunakan untuk kemampuan atau kuasa melakukan sesuatu. Akhiran –kah berfungsi untuk mengukuhkan pertanyaan; dalam ragam standar digunakan untuk memperhalus peratnyaan dan ditambahkan pada kata tanya (KBBI, 2008). Jadi kata bisa dan sanggup yang dilekatkan akhiran –kah dapat berubah menjadi kata tanya. Dalam data (PK.24.12.c) kata bisakah dan sanggupkah merupakan kata tanya yang berfungsi memberikan daya egosentrisme dengan cara mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri (Keenan) untuk meminta pembenaran akan tindakan yang dilakukakannya. Tokoh menegaskan bahwa tindakan yang diambilnya paling benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:194) yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
bahwa partikel penegas –kah dengan fungsi untuk menegaskan juga digunakan untuk menegaskan pada akhir kata tanya dalah kalimat tanya. Pada data (PK.20.8.c) kata sebetulnya memberikan daya egosentrisme kata aku. Kata sebetulnya (KBBI, 2008; 184) memiliki arti sebenarnya; atau sesungguhnya. Jadi kata sebetulnya digunakan untuk meminta pembenaran atas hal yang telah dilakukannya. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan kalimat aku tidak harus melakukan ini. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan pendapat Chaer (2011:104) yang mengatakan bahwa kata sifat
dengan
imbuhan
gabung
se-nya
digunakan
untuk
menyatakan ‘penilaian’ . penilaian baik mengenai keadaan sikap batin maupun keadaan lahir. Ilokusinya dari data (PK.20.8.c) adalah pembelaan diri atas apa yang dilakukan tokoh. Perlokusinya, pembaca benar-benar percaya bahwa tokoh adalah orang yang menjunjung tinggi sopan satun. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kalimat kalau bukan demi sopan santun. Dari
keseluruhan
data
di
atas
menunjukan
daya
egosentrisme karena diksi yang digunakan menunjukan hal yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal kepada pembaca. Penggunaan daya egosentrisme dalam diksi pada data di menggunakan diksi yang mengandung kata tanya, adverbia, benda maupun kata kerja. Seluruh jenis kata tersebut merujuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pada kata ia, -nya dan aku yang keseluruhannya merujuk pada tokoh.
d. Daya Provokatif Provokatif adalah bersifat provokasi; merangsang untuk bertindak; bersifat menghasut. Arti dari provokasi sendiri adalah perbuatan
untuk
membangkitkan
kemarahan;
tindakan
menghasut; penghasutan; pancingan (KBBI, 2008: 1108). Jadi, daya profokatif merupakan daya yang digunakan untk menghasut dan membangkitkan kemarahan pembaca. Pada konteks ini yang dimaksud dengan penghasutan adalah penghasutan kepada pembaca untuk memancing amarah, bersikap negatif, atau meremehkan tokoh yang digambarkan. Perhatikan data di bawah ini. (1) Bagaimana mungkin orangtuanya, sumber dari bakat melukis yang mengalir dalam darahnya, justru ingin memadamkan apa yang mereka wariskan? (PK 1.2.d) Konteks: Keenan teringat kejadian enam tahun lalu saat orang tuanya bertengkar hebat ketika ia akan pergi ke Amsterdam, tempat ibunya menjadi pelukis. (2) Kenapa papa takut? Keenan dulu bertanya. Karena otakmu terlalu pintar untuk menjadi pelukis, jawab ayahnya. Keenan pun bertanya-tanya, haruskah dia mulai menyabotase nilai-nilainya sendiri di sekolah agar papanya keliru? (PK.1.3.d) Konteks: Keenan teringat kejadian enam tahun yang lalu saat ia bertanya kepada ayahnya mengenai larangan ayahnya untuk pergi ke Amsterdam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(3) Apakah ia salah karena tidak merasakan kebahagiaan yang sama? Apakah ia puas atas kesuksesannya menyenangkan orang lain? Dan apakah ia cukup berduka atas pengkhianatannya pada diri sendiri? Apakah ia salah karena tidak merasakan kebahagiaan yang sama? Apakah ia puas atas kesuksesannya menyenangkan orang lain? Dan apakah ia cukup berduka atas pengkhianatannya pada diri sendiri? (PK.2.3.d) Konteks: Setelah mendengar kabar bahwa ia lulus tes SMPTN, Keenan tiba-tiba sangat bersedih. Padahal saat itu Orang tua keenan sangat senang mendengar berita tersebut. (4) Mendengar perkataan Keenan, Wanda tertawa lepas. “ Aku tuh kayak pacaran sama homo, tahu gak!” katanya dengan lantang. (PK. 20.6.d) Konteks: Wanda yang sedang mabuk marah ketika Keenan akan meninggalkannya sendirian di kamarnya. (5) “Gue gak pernah mabok aja lo gak pernah mau! Gak usah pake alasan Sober atau nggak. You never wanted me. You never loved me. You never did! Padahal gue udah matimatian menguasahakan segalanya buat lo! Gue udah mau kasih semuanya buat lo! (PK.20.7.d) Konteks: Wanda yang sedang mabuk marah ketika Keenan menolaknya untuk menemaninya dan meninggalkannya sendirian di kamarnya. Pada data (PK.1.1.d) kata bagaimana dalam frasa bagaimana mungkin merupakan kata untuk memberikan daya provokatif terhadap orang tua tokoh. Kata bagaimana KBBI, 2008; 112) meupakan kata tanya untuk menanyakan cara, perbuatan, akibat suatu tindakan, meminta pendapat dari kawan bicara, dan menanyakan penilaian atau suatu gagasan. Diksi bagaimana dalam data (PK.1.1.d) dalam frasa bagaimana mungkin merupakan pertanyaan yang diajukan kepada dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
sendiri namun digunakan untuk memberi tahu pembaca mengenai sikap dari orang tua Keenan yang mematikan bakat melukisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:188) yang menyatakan bahwa kata bagaimana merupakan tanya yang berfungsi untuk menanyakan cara atau proses digunakan di depan kata kerja. Kata mungkin (KBBI, 2008:940) merupakan kata kerja yang artinya dapat terjadi . Daya bahasa yang terkandung pada data (PK.1.1.d) merupakan daya bahasa provokatif. Disini pembaca diprovokasi untuk berfikir negatif bahwa orang tua Keenan mematikan bakat melukisnya. Data (PK.1.3.d) kata haruskah merupakan kata tanya yang digunakan untuk mempertanyakan sikap yang harus diambil tokoh. Kata harus (KBBI, 2008:486) memiliki arti patut; wajib; mesti (tidak boleh tidak). Penambahan akhiran –kah membuat kata
harus
menjadi
kata
tanya
yang
sebenarnya
menginformasikan keharusan yang harus diambilnya dikarenakan ayahnya sangat melarang hobinya untuk melukis. Daya bahasa pada data (PK.1.3.d) merupakan daya bahasa provokatif dikarenakan pembaca terhasut untuk berfikir negatif bahwa ayah Keenan adalah ayah yang sangat melarang cita-cita Keenan untuk menjadi pelukis. Data (PK.2.3.d) diksi apakah merupakan kata tanya. Kata apakah (KBBI, 2008: 80) merupakan kata tanya yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
untuk menanyakan benda bukan manusia, menanyakan nama, atau kata tanya untuk menyatakan pilihan dan menegaskan informasi yang ingin diketahui. Dalam data (PK.2.3.d) kalimat tanya apakah digunakan untuk menegaskan informasi mengenai kesedihannya disaat orang tuanya bergembira karena Keenan berhasil lulus UMPTN
dan berhenti melukis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Chaer (2011: 194) yang menjelaskan bahwa partikel penegas kah dengan fungsi untuk menegaskan digunakan pada akhir kata atau bagian kalimat yang ditanyakan pada akhir kalimat tanya. Daya bahasa yang terkandung dalam data (PK.2.3.d) merupakan daya provokatif. Di sini pembaca akan berfikir negatif bahwa orang tua hanya memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memikirkan kebahagiaan anaknya. Penggunaan kalimat
tanya
yang
berulang-ulang
semakin
memperkuat
provokasi tokoh Keenan terhadap keluarganya. Data (PK. 20.6.d) diksi homo merupakan kata benda yang digunakan
untuk
menyingkat
kata
homoseksual.
Kata
homoseksual (KBBI, 2008: 506) merupakan kata yang digunakan kepada orang dalam keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. Hinaan tersebut ditujukan kepada Keenan karena tidak tertarik terhadap dirinya. Makna dari diksi homoseksual dalam data (PK. 20.6.d) bahwa Keenan tidak tidak berperilaku seperti laki-laki normal terhadap kekasihnya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Hal ini jelas melanggar maksim kualitas yang disampaikan oleh Grice dalam Brown dan Yule (1996:31) yang menjelaskan bahwa seorang peserta tutur harus menyampaikan sesuatu yang benarbenar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sapa. Tuturan yang tidak didasarkan pada fakta, dan tidak didukung dengan data yang jelas dan konkret serta tidak dapat dipertanggung jawabkan akan melanggar prinsip maksim kualitas. Daya bahasa dari kata homoseksual pada data (PK. 20.6.d) ialah provokatif. Tokoh Wanda bukan menyatakan bahwa keenan adalah pencinta sesama jenis, namun mengompori pembaca bahwa Keenan adalah kekasih yang buruk, dikarenakan Keenan selalu bersikap biasa saja kepada Wanda. Hal ini merupakan implikatur konvensional sesuai dengan pendapat Grice dalam Brown dan Yule (1996:31) yang menyatakan bahwa implikatur konvensional ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai. Jadi, penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri disebabkan oleh ciri lain, tetapi bentuk ungkapan yang dipakai secara konvensional berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada. Jadi, efek dari diksi tersebut pembaca berfikiran negatif bahwa Keenan adalah kekasih yang buruk. Pada data (PK.20.7.d) diksi never kerupakan kata berbahasa asing yang artinya tidak pernah sama sekali. Kata never
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dalam data (PK.20.7.d) merupakan diksi asing atau kata percakapan untuk menimbulkan daya profokatif. Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa (1984 : 27-111), menerangkan bahwa kata percakapan ialah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang terdidik. Katakata mencangkup pula sebagian kata-kata ilmiah atau kata-kata yang tidak umum (slang) yang dipakai oleh golongan terpelajar saja. yang berdaya provokatif. Penempatan kata asing lebih dianggap memiliki daya tersendiri bagi penulis karena dirasa dapat mewakili perasaan tokoh. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Waluyo menjelaskan (1991:77) dalam daya sugesti kata-kata pada puisi, sugesti itu ditimbulkan oleh makna kata yang dipandang sangat tepat mewakili perasaan penulis atau penyair. Ketepatan pilihan dan ketepatan penempatan membuat kata-kata seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat, marah, dan sebagainya. Pada data (PK.20.7.d) tokoh Wanda memprovokasi pembaca bahwa Keenan adalah kekasih yang buruk karena tidak pernah mencintainya sama sekali meskipun ia telah berusaha keras untuk melakukan segala keinginan Keenan. Hal ini dapat dilihat pada kalimat You never wanted me. You never loved me.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Efek perlokusi yang ditampilkan dari data (PK.20.7.d) ialah tokoh Keenan adalah laki-laki yang egois dan kekasih yang tidak baik. Data di atas mengandung daya bahasa karena mengandung penghasutan kepada pembaca untuk memancing amarah, bersikap negatif, atau meremehkan tokoh yang digambarkan. Penggunaan daya provokatif dalam diksi pada data di menggunakan diksi yang mengandung kata tanya, kata yang menuju kepada tokoh yang ingin di beri daya provokatif, dan kata asing.
e. Daya Kritik Tujuan penulisan novel tidak hanya untuk mensugesti, menyampaikan informasi dan juga memberikan imajinasi kepada pembaca agar rela menjadi pembaca setia setiap karya-karya yang diciptakan. Para penulis novel biasanya juga gemar menyisipkan kritik dalam karya sastranya. Kritik tersebut dapat ditujukan kepada pemerintah yang sedang berkuasa, tokoh-tokoh lain yang di anggap perlu dikritisi, maupun tentang keadaan saat ini. Daya Kritik sendiri merupakan daya yang memberikan tanggapan, kupasan serta pertimbangan baik buruknya mengenai sesuatu. Kritik yang disampaikan dalam novel dapat berupa tersirat maupun tersurat, tergantung dari gaya penulisan penulis. J. Waluyo (1991:72) juga mengungkapkan bahwa dalam penulisan puisi, penyair sangat cemat dalam memilih diksi sebab kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
yang ditulis harus mempertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Hal yang sama juga terjadi dalam penulisan novel.
Dalam hal ini Dewi lestari lebih suka
menggunakan kritik yang tersirat karena lebih memiliki daya tersendiri. Perhatikan data berikut. (1) Mungkin karena Kugy begitu berbeda dengan semua cewek yang pernah dipacarinya, Ojos begitu terkesima melihat bagaimana Kugy begitu santai dan berani menjadi dirinya sendiri, sementara cewek-cewek lain sibuk mencari muka hanya supaya Ojos mau mengajak mereka makan atau nonton barang sekali saja. (PK.3.7.e) Konteks: Kugy mengangkat telepon dari Ojos di ruang tamu kosannya. (2) Sudah setengah jam Kugy menunggu taksinya yang tak kunjung datang. Inilah risiko jika pulang pada waktu standar orang-orang bubaran kantor, yakni kompetisi kendaraan umum yang sangat ketat (PK.30.3.e) Konteks: Kugy berdiri di loby kantor Avocado untuk menunggu taksi pesanannya. (3) “Well, siapapun yang cuma modal body doang, ngga bakalan lama. Inikan zaman inner beauty.” (PK.31.4.e) Konteks: Para wanita di toilet wanita sedang membicarakan Remi dan teman kencannya Remi. (4) Lebih baik hidup sendiri daripada hidup dalam kebohongan, begitu kata pamannya selalu. (PK.33.10.e) Konteks:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Ludhe dan poyan duduk di bale selepas bertemu dengan Leena. Ludhe teringat akan pesan Pak Wayan. Pak Wayan memilih untuk tidak menikah dengan wanita lain dikarenakan ia masih mencintai Leena. (5) Dengan getir ia memandangi nisan itu, menyadari betapa ironisnya realitas saat harus bersanding dengan dunia dongeng. Keindahan dunia Jendral Pilik dan Pasukan Alit yang terwujudkan dalam semua karyanya, serta kenyataan hidup seorang anak bernama Pilik bin Usep yang harus tergusur karna keluarganya tak punya bukti kepemilikan tanah, harus tingal dalam sebuah gubuk di pinggir pembuangan sampah, dan menderitatifus tiga bulan yang lalu tanpa mampu mencari pertolongan medis. (PK.37.9.e) Konteks: Suasana hati Kugy dan Keenan saat berada di depan batu nisan Pilik, murid Kugy sewaktu mengajar di sekolah Alit. Kata muka dalam frasa mencari muka pada data (PK.37.7.e) merupakan kata benda yang digunakan untuk memberikan daya kepada kata mencari. Kata muka (KBBI) merupakan bagian depan kepala dari dahi sampai ke dagu dan antara telinga yang satu dengan telinga yang lain. Kata muka yang digabungkan dengan kata kerja mencari menghasilkan ungkapan yang berarti menjilat; berbuat baik supaya dikasihi lebih dari yang lain. Makna dari ungkapan tersebut memang tidak dapat ditentukan dari unsur-unsur dasarnya. hal ini sejalan dengan pendapat Mansoer pateda (1989:47) yang beraumsi bahwa ungkapan merupakan leksem atau kalimat yang mengandung makna sesuai dengan pemakai bahasa. Hal ini dikarenakan pemakai
bahasa
bersifat
dinamis,
yang
kadang-kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
memperluas makna suatu leksem ketika ia beromunikasi, maka makna suatu leksem dapat saja berubah-ubah. Kata muka dapat pula digabungkan dengan kata kerja lainnya yang menimbulkan makna yang berbeda pula. Contohnya adalah ungkapan membuatbuat muka, diberi muka, membuang muka, dan sebagainya. Kata muka dalam ungkapan mencari muka pada data (PK.37.7.e) digunakan untuk mengkritik wanita-wanita pada umumnya yang berusaha menjadi orang lain demi mendapatkan perhatian lakilaki pujaannya. Efek perlokutifnya pembaca (terutama wanita) berani untuk menjadi diri sendiri ketika berhadapan dengan orang yang disukai. Pada data (PK.30.3.e)
kata kompetisi merupakan kata
benda yang digunakan untu menyatakan persaingan Dalam KBBI (2008: 720) kata kompetisi memiliki arti persaingan; pertandingan untuk memperebutkan kejuaraan dalam gabungan perkumpulan olahraga; sistem pertandingan olahraga yang mengharuskan semua pihak saling bertanding. Dapat dilihat bahwa kata kompetisi awalnya digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan olah raga, namun pada data (PK.30.3.e) kata mengalami perubahan makna akibat perluasan makna sehingga kompetisi digunakan untuk mengimplikaturkan keadaan kendaraan di jalan. Melihat dari pendapat Horn (2007:3) yang mengatakan “Implicature is a component of speaker meaning that constitutes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
an aspect of what is meant in a speaker’s utterance without being part of what is said”. Ini berarti bahwa menurut Horn, implikatur merupakan aspek dari arti dalam ungkapan penutur. Aspek itu sendiri tidak menjadi bagian dari apa yang ia katakan (what said). Kata kompetisi diambil untuk membuat kritik dewi Lestari mengenai keramaian yang terjadi saat pulang kantor. Terlihat keegoisan masing-masing orang yang membawa kendaraan pribadi saling menyalip untuk sampai ketempat tujuan. Terlalu banyaknya kendaraan pribadi dan terkadang ada juga yang sampai menerobos lampu merah atau melanggar lalu lintas agar membuat jalanan selalu macet disaat jam pulang kerja. Secara lokutif, data berupa informatif. Ilokusinya data (PK.30.3.e) berupa kritik. Efek perlokusinya adalah pembaca mengerti bahwa pada saat dijalan, apa lagi saat jam-jam pulang kerja meskipun terburu-buru harus tetap menaati peraturan lalu lintas. Bila perlu gunakan kendaraan umum untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di jalan. Pada data (PK.31.4.e) kata zaman digunakan untuk menunjukan mayoritas pilihan. Kata zaman dalam KBBI (2008:1569) ialah jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu (masa); kala; waktu. Pada data (PK.31.4.e) kata zaman digunakan untuk mengungkapkan mayoritas yang dipilih pada waktu itu. Kata zaman memberikan daya kritik kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
wanita bahwa mayoritas laki-laki akan memilih wanita yang juga memiliki inner beauty, tidak hanya wanita yang cantik paras dan tubunya.
Kata
zaman
sebenarnya
merupakan
implikatur
konvensional yang tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Grice dalam Brown dan Yule (1996: 31) implikatur
konvensional
ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai. Efek perlokusinya pembaca wanita akan merasa bahwa inner beauty juga perlu di tampilkan dalam pergaulan, bukan hanya penampilan fisik saja. Inner beauty akan muncul jika wanita memiliki intelegensi dan pribadi yang baik. Pada data (PK.33.10.e) kata daripada berasal dari kata dari. Dalam KBBI (2008:295) kata dari selain untuk menyatakan kata depan yang menyatakan tempat permulaan, juga digunakan untuk menyatakan perbandingan. Makna kata itu tergantung dengan kata yang dilekatkan. Oleh karena itulah muncul frasa seperti dari mana, dari sana, dari sini, dari situ, dan dari tadi yang tentu maknanya berbeda-beda. Kata daripada menunjukan perbandingan
antara
hidup
sendiri
dengan
hidup
penuh
kebohongan. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:129) yang mengatakan bahwa kata daripada berfungsi untuk menyatakan ‘perbandingan’. Pada data (PK.33.10.e) sebenarnya kata daripada memberikan daya kritik kepada kata kebohongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kata kebohongan digunakan oleh untuk menkritik ketidak sesuaian dengan hal yang sebenarnya terjadi. Lokusi dari data (PK.33.10.e) berupa berita. Ilokusinya berupa kritik. Efek perlokusinya adalah pembaca hidup dalam kejujuran, sesuai dengan apa kata hati nurani dan tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan diri sendiri. Pada data (PK.37.9.e) diksi bersanding merupakan kata kerja yang digunakan untuk memunculkan daya kritik. Kata bersanding (KBBI, 2008: 1219) memiliki arti duduk berjajar dan berampingan; bersebelahan; berhampiran. Pada data (PK.37.9.e) kata bersanding digunakan untuk menjajarkan antara realitas dan dunia dongeng. Hal ini sesuai dengan maksim kualitas dari Grice (Kunjana, 2003:26) yang menyatakan bahwa seorang peserta tutur harus menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya dalam aktifitas bertutur sapa. Penulis menyampaikan fakta yang terjadi terhadap orang-orang pinggiran yang terabaikan lewat tulisannya. Dalam dunia dongeng kehidupan tokoh Pilik selalu bahagia bersama pasukannya. Realitanya, Pilik adalah anak miskin yang harus meninggal karena tidak punya biaya untuk kedokter. Kritik yang berbentuk informatif ini di tunjukan kepada pemerintah, tentang bagaimana orang kecil tertindas dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
pada penggalan kalimat ... Pilik bin Usep yang harus tergusur karna keluarganya tak punya bukti kepemilikikan tanah, harus tingal dalam sebuah gubuk di pinggir pembuangan sampah, dan menderitatifus tiga bulan yang lalu tanpa mampu mencari pertolongan medis. Lokusi dari data (PK.37.9.e) berupa informasi, namun ilokusinya berupa kritik. Efek perlokusinya adalah pemerintah lebih memperdulikan rakyat kecil. Data di atas mengandung daya kritik karena mengandung kritik yang ditujukan kepada pembaca dan pemerintah. Pada data diatas, kritik yang ditemukan lebih banyak bersifat tersirat atau secara tidak langsung. Kritik diberikan melalui perbandingan ataupun melalui ungkapan.
2. Ciri-ciri Pemanfaatan Diksi dalam Daya Bahasa Pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lesari terdapat daya untuk
membangkitkan,
menginformasikan,
menunjukan
keegosentrisan tokoh, memprovokasi dan mengkritik. Berikut peneliti paparkan mengenai ciri-ciri diksi daya bahasa yang telah ditemukan pada novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
a. Daya Bangkit Ciri-ciri diksi yang digunakan pada daya bangkit adalah diksi mengandung simile, metafora dan ungkapan. Perhatikan data di bawah ini. (1) Kugy yang unik. Ia seolah-olah mencuat dari lautan banyak orang, di manapun ia berada (PK.41. 6.a) Konteks: Keenan teringat kejadian lima tahun silam saat pertama kali berjumpa dengan Kugy di stasiun kereta Gambir. Baginya kugy tidak pernah berubah dari pertama kali bertemu. (2) Dalam kamarnya yang bergabung dengan taman bacaan di loteng rumahnya, Kugy menyusun balok demi balok mimpinya. (PK.1.12.a) Konteks: Kugy teringat cita-citanya untuk menjadi penulis dongeng. (3) Wajah Noni seketikan cerah seperti disorot lampu, seperti hendak menyampaikan berita spektakuler yang disimpannya sejak tadi. (PK.9.8.a) Konteks: Noni menyampaikan proyek penjodohan Wanda dengan Keenan kepada Kugy. (4) Tiga kata yang selalu menjadi penyejuk bagi hatinya. (PK.16.4.a) Konteks: Kugy teringat kejadian di kereta bersama Keenan. Keenan membisikan kata Bulan, perjalanan, dan kita yang ia kenang hampir setiap malam. Kata seolah-olah (PK.41. 6.d) digunakan oleh penulis untuk membandingkan dua hal yang berlainan namun dianggap sama
oleh
penulis.
Pada
data
(PK.41.
6.d)
penulis
membandingkan Kugy dan mencuatnya dari lautan banyak orang. Penulis menggunakan kata seolah-olah untuk membangkitkan imajinasi pembacanya. Hal ini sama dengan kata seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
(PK.9.8.d)
yang
juga
digunakan
oleh
penulis
untuk
membandingkan dua hal yang berlainan namun danggap sama. Kata
seperti
dalam
data
(PK.9.8.d)
digunakan
untuk
membandingkan Noni dan sorot lampu serta berita spektakuler. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (1984:138) simile adalah perbandingan
yang
bersifat
eksplisit.
Maksudnya,
perbandingannya langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Oleh karena itulah, diperlukan upaya yang secara eksplisit menunjukan kesamaan, yaitu dengan menggunakan katakata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, seolah-olah dan sebagainya. Selain itu, sehubungan dengan makna kata Chaer (2011:160) yang menyatakan bahwa kata penghubung seperti dengan fungsi menggabungkan menyatakan perbandingan. Kata penghubung seperti secara agak terbatas dapat diganti dengan kata penghubung laksana, seumpama, bagai, atau sebagai. Kata balok (PK.1.19.d) pada penggalan kalimat balok demi balok digunakan penulis untuk membuat dua perbandingan yang implisit diantara dua hal yang berbeda, walaupun penggunaannya tidak memakai kata seperti layaknya dalam gaya bahasa perumpamaan. Hal sejalan dengan pendapat Keraf (1984:139) mendefinisikan metafora sebagai semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
cindera mata, dan sebagainya. Oleh karena itulah, metafora sebagai
perbandingan
langsung
yang
implisit
jadi
tidak
mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Pada data (PK.16.4.a) kata hati dalam ungkapan menyejukan hati berarti menyenangkan atau menghibur hati. Kata hati (KBBI, 2008: 487) merupakan organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dam menghasilkan umpedu. Kata hati memang tidak dapat diartikan sesuai dengan makna leksikalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Mansoer Pateda (1989:47) yang berasumsi bahwa ungkapan merupakan leksem atau kalimat yang mengandung makna sesuai dengan pemakai bahasa. Hal ini dikarenakan pemakai
bahasa
bersifat
dinamis,
yang
kadang-kadang
memperluas makna suatu leksem ketika ia beromunikasi, maka makna suatu leksem dapat saja berubah-ubah. Diksi dalam data di atas merupakan contoh kecil data yang mengandung ungkapan, simile dan metafora yang digunakan untuk
membangkitkan
daya
bangkit.
Kata-kata
digunakan untuk membujuk pembaca secara implisit.
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
b. Daya Informatif Ciri-ciri diksi yang berdaya informatif pada penelitian novel Perahu Kertas adalah penggunaan diksi yang ada dalam idiom dan diksi yang bermakna konotasi. Perhatikan data di bawah ini. (1) Pagi-pagi, sambil menyandang ransel besar yang gemuk terisi buku, Kugy berjalan cepat meninggalkan tempat kos yang sepi ditinggal para penghuninya untuk berlibur. (PK.24.1.b) Konteks: Kugy berangkat ke kampus untuk mengambil semester pendek. (2) Bubur yang tadinya menggunung di mangkok sudah lenyap, yang tersisa hanyalah tinggal lapisan tipis, yang itu pun masih disendoki Kugy dengan semangat. (PK.32.4.b) Konteks: Kugy dan Remi sedang memakan bubur. (3) Sebagai anak baru dan anak bawang, inilah malam pertamanya bergaul dan berinteraksi dengan sesama pekerja periklanan, melihat langsung tokoh-tokoh yang selama ini hanya ia kenal namanya saja, dan berkenalan dengan orangorang dari berbagai kantor, dari mulai yang senior sampai sesama anak bawang. (PK.31.1.b) Konteks: Kugy mengikuti acara gathering biro-biro periklanan bersama Remi. (4) Julukan khusus diperolehnya karena tidak ada satupun yang menyangka sarjana kemarin sore berjam tangan Kura-kura Ninja telah berhasil mematahkan hati banyak perempuan yang selama ini mengincar Remi. (PK.32.3.b) Konteks: Kugy yang menjadi topik hangat di kantor Avocado karena berhasil dekat dengan Remi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Kata gemuk pada data (PK.4.8.b) merupakan bermakna konotasi untuk menggatikan kata penuh. Antara kata gemuk sebenarnya dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang besar karna dagingnya. Kata gemuk menggantikan kata penuh untuk menginformasikan tas yang sudah terisi penuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984: 27-111) yang mengatakan bahwa makna kata konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya.hal ini dapat dilihat pada penggalan kalimat sambil menyandang ransel besar yang gemuk terisi buku. Sama hal nya dengan kata gemuk, kata menggunung pada data (PK.32.4.b) juga merupakan diksi yang bermakna konotasi. kata menggunung digunakan untuk menggantikan kata banyak. Penulis menggunakan menggunung dibanding kata banyak karena dirasa lebih menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf (1984: 24) yang berpendapat bahwa diksi merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok
masyarakat
pendengar.
Dalam
data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(PK.32.4.b) penulis menggunakan kata menggunung untuk menginformasikan makanan tersebut sangat banyak hingga menyerupai gunung. Pada data (PK.31.1.b) dan data (PK.32.3.b) terlihat penggunaan diksi dalam idiom. Diksi anak dalam idiom anak bawang merupakan bermakna orang atau anak yang tidak diperhitungkan. Dalam hal ini unsur-unsur leksikalnya tidak dapat digunakan untuk mengetahui makna dari idiom tersebut. Chaer (1984:8) menyebutkan bahwa dari keeratan unsur-unsurnya idiom dapat dibedakan menjadi dua jenis, idiom penuh dan idiom sebagian. Pada idiom penuh unsur-unsur yang membentuknya sudah merupakan satu kesatuan makna. Setiap unsur sudah kehilangan makna leksikalnya, sehingga yang ada adalah makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Hal ini berarti idiom anak bawang dapat dikatakan sebagai idiom penuh. Kata anak dapat berubah maknanya sesuai dengan idiom yang ditemukan, oleh karena itulah muncul idiom anak air, anak buah, anak dagang, dan sebagainya. Kata mematahkan (PK.32.3.b) merupakan kata kerja yang berasal dari kata patah, maka idiom tersebut adalah patah hati. idiom tersebut menggambarkan kecewa karena putus percintaan, karena yang digunakan adalah kata mematahkan berarti tokoh melakukan kegiatan yang membuat tokoh lainnya mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
putus percintaan. Kata hati (KBBI, 2008:487) dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dsb). Idiom mematahkan hati masih dapat dimengerti maknanya dari salah satu kata yang membentuknya. hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (1984:8) yang berasumsi bahwa pada idiom sebagian masih ada unsur dari kesatuan bentuk tersebut yang masih tetap dalam makna leksikalnya. Contoh idiom lainnya yang berdaya informatif dapat ditemukan pada data memeras otak (PK. 29.4.b), salah tingkah (PK. 30.4.b), menyayat hati (PK.37.2.b), merah padam (PK.43.1.b), kurang ajar (PK.3.2.b), beradu mulut (PK.3.3.b), dan mati kutu (PK.3.4.b)
c.
Daya Egosentrisme . Ciri-ciri penggunaan menggunakan
diksi diksi kata
yang
berdaya
yang
merujuk
tanya,
dan
kata
egosentrisme
adalah
kepada
pronomina,
yang
menunjukan
perbandingan antara pilihan yang dihadirkan oleh tokoh. Implikatur dari perbandingan tersebut menunjukan keegosentrisan tokoh. Perhatikan data berikut. (1) Membukakan pintu, membawakan seikat bunga, dan makan malam di restoran mewah bertemankan sinar lilin, adalah standar prosedur Ojos. (PK.3.5.c) Konteks: Kugy menggambarkan diri Ojos sebagai Prince Charming.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
(2) Noni adalah sahabatnya sejak kecil. Dialah orang yang paling menunggu – nunggu Kugy selesai berkemas supaya bisa langsung cabut ke Bandung.Noni juga orang yang paling repot, persis seperti panitia penyambutan dikampung yang mau kedatangan pejabat tinggi. Singkatnya, Noni adalah seksi sibuknya. (PK.1.6.c) Konteks: Kugy teringat mengenai noni ketika mendengar suaranya melalui telepon. (3) “Waktu kamu dari Senin sampai Jumat dihabiskan buat anak-anak itu. Aku cuma minta satu weekend doang. Masa sih kamu gak bisa kasih? (PK.12.7.c) Konteks: Ojos memprotes Kugy karena Kugy tidak mau ikut berlibur dengannya dan sibuk menghabiskan waktunya untuk mengajar di sekolah Alit. (4) “Pergi dengan gue hari jumat, atau semuanya selesai sampai disini,”Ojos menandaskan ulang. (PK17.4.c) Konteks: Ojos mengultimatum Kugy untuk pergi bersama dirinya saat berada di bioskop. Kata standar pada data (PK.3.5.c) kata benda mengacu kepada tokoh Ojos. Kata benda ini menunjukan keegosentrisan tokoh dengan pengunggulan diri bahwa dirinya memiliki ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan untuk memperlakukan wanita. Hal ini terbukti dari penambahan kata penghubung adalah menyatakan kalimat sebelumnya ditujukan untuk kata standar. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:151) yang berpendapat bahwa kata penghubung adalah dengan fungsi ‘menyatakan-menjelaskan’ perincian.
dapat
digunakan
dimuka
suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Kata dialah (PK.1.9.c) merupakan kata ganti orang yang merujuk
kepada
Noni.
Kata
dialah
menunjukan
daya
egosentrisme dengan penegasan pengunggulan akan diri Noni bahwa ia adalah orang yang benar-benar tahu apa kebutuhan Kugy. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:195) yang mengatakan bahwa penambahan partikel penegas –lah dapat digunakan untuk menegaskan digunakan pada kata atau bagian kalimat yang ingin ditegaskan di dalam kalimat berita. Kata sih pada data (PK.12.7.c) merupakan kata fatis untuk menyatakan ketidak percayaan. Hal ini juga dijelaskan dalam penggolongan kata berdasarkan jenis makna menurut Chaer (2011:196). Ia berpendapat bahwa kata sih termasuk dalam kata fatis. Kata fatis merupakan kata-kata dama bahasa lisan (percakapan) dengan fungsi-fungsi ‘tertentu’. Kata sih dalam kalimat tanya tersebut menunjukan penegasan atas ketidak percayaan dirinya akan tokoh Kugy terhadap keputusan yang diambil. Secara tidak langsung Ojos meminta Kugy untuk lebih mementingkan dirinya, karena ia adalah kekasih Kugy. Jadi, kata sih menunjukan daya egosentrisme pada tokoh Ojos, tokoh Kugy harus memproritaskan dirinya dibanding kegiatannya. Pada data (PK.17.4.c) kata atau digunakan untuk membuat perbandingan yang mengandung pilihan yang harus tetap memberatkan kepada tokoh Ojos. Diksi dalam data di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
merupakan contoh kecil data yang diksinya merujuk kepada pronomina, menggunakan kata tanya, dan kata yang menunjukan perbandingan antara pilihan yang dihadirkan oleh tokoh untuk menunjukan keegosentrisan tokoh pada daya egosentrisme.
d. Daya Provokatif Dalam KBBI (2008: 1108) kata provokatif
diartikan
sebagai sesuati yang bersifat profokasi; merangsang untuk bertindak; bersifat menghasut. Diksi yang berdaya profokatif adalah diksi yang dapat memicu pembaca untuk berfikiran negatif mengenai tokoh atau suatu hal yang diungkapkan oleh penulis. Dalam data yang berdaya provokatif diksinya memiliki ciri menggunakan kata tanya, kata populer dan kata berbahasa asing. Perhatikan data berikut. (1) Orangtuanya bertengkar hebat seminggu sebelum akhirnya memutuskan bahwa ia, anak pertama mereka, dilepas kenegri orang. Padahal Keenan tidak merasa dinegri orang. Bukankah di kota ini mamanya dilahirkan dan menjadi pelukis, sampai akhirnya pergi ke Indonesia dan berhenti menjadi pelukis? Keenan tidak tahu persis apa yang terjadi. (PK1.1.d) Konteks: Keenan teringat akan pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya enam tahun lalu saat dirinya hendak berangkat ke Belanda. (2) “Buat papa kuliah kamu harus jadi prioritas. Dan kamu sudah membuktikan itu di semester ini. Lalu...kamu malah meminta hadiah berupa... bolos kuliah?” (PK.8.2.d) Konteks: Ayahnya menolak permintaan Keenan untuk bolos kuliah sebagai hadiah karena telah mencapai IPK 3,7. Percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
ini terjadi di ruang makan saat Keenan, ayah, ibu, dan adiknya sedang makan bersama. (3) Kening Eko kontan berkerut. “Nan, udah saatnya lu jujur sama gua. Are you straight?” (PK.15.1.d) Konteks: Eko sedang membahas sikap Keenan terhadap Wanda di kamar kos Keenan. Kata bukankah pada data (PK.1.18.e) merupakan kata tanya untuk mengukuhkan
kebenaran. Kebenaran yang
dikukuhkan adalah bahwa orangtuanya terutama ayahnya sangat tidak menginginkan anaknya melanjutkan cita-citanya untuk menjadi pelukis. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:194) yang menyatakan bahwa pemberian partikel penegas –kah dengan fungsi untuk menegaskan digunakan pada akhir kata tanya pada kalimat tanya seperti apakah, manakah, siapakah, dan juga digunakan pada akhir kata atau bagian kalimat yang ditanyakan pada akhir kalimat tanya. Misalnya saja seperti kata benarkah, cukupkah, hasankah, benarkah, dan sebagainya. Kata tersebut yang memicu pembaca untuk berprasangka buruk kepada orangtua Keenan. Kata prioritas pada data
(PK.8.2.d) merupakan kata
populer yang umum dipakai oleh masyarakat. Dahulu kata prioritas bermakna yang di dahulukan dan diutama kan dari pada yang lain. Contohnya dalam parlemen, pembicaraan mengenai undang-undang anti korupsi di beri prioritas (KBBI, 2008:1102). Terkait dengan konteks situasi, kata prioritas digunakan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dirasa lebih cocok untuk memberikan daya provokatif serius terhadap perilaku buruk Keenan yang meminta hal yang tidak wajar sebagai hadiah. Pemakaian kata prioritas sesuai konteks, sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2013:421) dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi. Ia berasumsi bahwa ketepatan pengguna bahasa secara pragmatik tidak semata-mata dilihat dari ketepatan leksikal dan sintaksis, melainkan juga ketepatannya sesuai dengan konteks pembicaraan. Hal ini terlihat pada penggalan kalimat kamu malah meminta hadiah berupa... bolos kuliah? Keenan lebih mengutamakan kesenangannya daripada pendidikan. Pada data (PK.15.1.d) kata straight merupakan kata asing yang digunakan untuk menyatakan kenormalan. Eko menanyakan kenormalan Keenan, bahwa ia masih menyukai wanita. Kata are you straight? dalam bahasa indonesia memiliki arti apakah anda lurus/normal?. Kata tanya apakah (are) sebelum kata straight dalam kalimat tanya digunakan untuk menegaskan pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2011:183) yang menyebutkan bahwa kata tanya apakah digunakan untuk lebih menegaskan pertanyaan. Kata straight dalam kalimat tanya memberi daya provokatif karena pembaca berfikir bahwa Kenan tidak menyukai wanita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pemilihan kata berbahasa asing sesuai dengan konteks dan latar belakang tokoh yang pernah tinggal di luar negri. Hal ini sesuai dengan pendapat nurgiyantoro (2013:421) yang berasumsi bahwa percakapan yang wajar, walau hal itu terdapat dalam sebuah novel, adalah percakapan yang sesuai dengan konteks pemakaiannya, percakapan yang mirip dengan situasi nyata pengguna bahasa. Dalam situasi nyata, orang mempergunakan bahasa tidak hanya berurusan dengan unsur-unsur bahasa itu sendiri, melainkan juga mempertimbangkan unsur-unsur lain yang di luar konteks bahasa yaitu konteks ekstralinguistik. Konteks yang diluar bahasa inilah yang sering juga disebut sebagai
faktor
percakapan.
penentu,
justru
lebih
menentukan
wujud
Faktor-faktor itu antara lain berupa siuasi
berlangsungnya dialog, orang-orang yang terlibat, masalah yang dipercakapkan, tempat terjadinya percakapan, dan sebagainya. Diksi dalam data di atas merupakan contoh data yang diksinya menggunakan kata Tanya, kata populer dan kata berbahasa asing. Contoh data pada diksi tersebut merupakan contoh kecil diksi yang menunjukan daya egosentrisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
e. Daya Kritik Pada data yang berdaya kritik diksi yang digunakan mengandung ungkapan, kata populer, dan kata yang mengandung perbandingan. Perhatikan data berikut. (1) Hampir dua tahun mereka pacaran, dan mereka tetap dua manusia yang bertolak belakang. Di mata Kugy, Ojos yang perhatian dan cerewet kadang-kadang berfungsi sebagai penata hidupnya dan kaki-kaki yang membantunya menjejak bumi saat terlalu lama berada di dunia khayal. Di mata Ojos, Kugy yang cuek dan seenaknya terkadang menjadi pengingat bagi dirinya untuk bersikap santai dan terbuka bagi segala kejutan dalam hidupya. (PK.3.8.e) Konteks: Kugy teringat akan Ojos saat menerima telepon dari Ojos di ruang tamu kosannya. (2) Selepas dua cangkir cappucino, dua porsi es krim, dan sepiring besar kentang goreng, mereka tak ubahnya dua teman sebaya yang berbincang asyik tanpa jarak dan hierarki. Kugy lupa perbedaan umur mereka yang terpaut delapan tahun, dan kasta pangkat mereka yang bagaikan bumi dan langit-yang satu anak magang lulus kemarin sore, yang satunya lagi pemilik perusahaan. (PK.30.6.e) Konteks: Kugy dan Remi sedang berbincang-bincang di sebuah kafe yang terletak di ujung jalan. (3) Dunia lukisan adalah penghubung Lena dengan cinta lama yang sepertinya tak mengenal kata mati. Dunia lukisan kembali menjadi penghubung anaknya dengan seorang yang selalu ingin ia hindari entah karena perasaan bersalah, atau justru karena perasaan tersaingi. Dan semua itu pernah begitu membutakannya hingga ia ingin membunuh potensi Keenan dengan cara apapun. (PK.45.5.e) Konteks: Adri teringat akan kisah cinta antara istrinya Lena dengan pak Wayan ketika Keenan bertanya kepada Adri mengenai alasan Adri melarangnya untuk melukis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Diksi yang mengandung ungkapan contohnya digunakan pada data (PK.3.8.e). Diksi tolak pada ungkapan bertolak belakang memberikan daya kritik. Ungkapan bertolak belakang memiliki arti sangat berbeda. Kritik ini disampaikan bukan hanya untuk pembaca yang sudah berpasangan saja, namun untuk seluruh pembaca. Indonesia memiliki banyak suku, budaya, dan agama, meskipun sangat berbeda namun tetap harus hidup rukun, saling menutupi kekurangan satu sama lain dan harus
saling
mengingatkan. Untuk mengetahui makna ungkapan bertolak belakang memang harus diasosiasikan dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pateda (1989:112) yang juga berasumsi bahwa untuk
mengetahui
makna
didalam
mengasosiasikannya
dengan
kenyataan
ungkapan, yang
harus
sebenarnya.
Kenyataan yang sebenarnya dihubungkan dengan pengalaman. Dari hubungan seperti itu, dapat diterka makna yang tersirat pada ungkapan. Contoh lainnya dapat ditemukan pada data sekejap mata (PK.39.2.b), dan mencari muka (PK.3.7.e). Kata populer digunakan pada data (PK.30.6.e). Kata kasta dahulu digunakan untuk tinggkat atau derajat manusia dalam masyarakat beragama hindu (KBBI, 2008: 631). Sekarang ini kata kasta digunakan oleh masyarakat umum untuk menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
perbedaan ekonomi dan drajat dalam kehidupan sehari-hari karena sudah diketahui secara umum. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1984:27-114) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, yang menyatakan bahwa makna kata populer berdasarkan lapisan pemakaian bahasa merupakan katakata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Dalam implikatur konvensional menurut Grice (Brown & Yule, 1996:31) juga disinggung bahwa dalam percakapan, makna dari kata-kata dapat di tentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai. Jadi, suatu leksem yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya yang tahan lama dan sudah diketahui secara umum. Kata kasta memberikan daya kritik kepada data (PK.30.6.e), bahwa dalam kehidupan sehari-hari drajat manusia dinilai dari harta dan status sosial. Contoh lainnya dapat dilihat pada data kompetisi (PK.30.3.e) dan zaman (PK.31.4.e). Diksi yang mengandung perbandingan digunakan pada data (PK.45.5.e). Kata atau merupakan kata penghubung untuk menandai pilihan di antara beberapa hal. Pilihan yang dibuat adalah antara perasaan bersalah dan perasaan tersaingi. Pilihan itu dibuat sebenarnya untu membandingkan perasaan mana yang paling besar dirasakan sehingga pada akhirnya ia merenggut cita-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
cita anaknya. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kalimat hingga ia ingin membunuh potensi Keenan dengan cara apapun. Selain itu, hal ini ini juga sejalan dengan pendapat Chaer (2011: 143) yang mengatakan bahwa kata penghubung atau dengan fungsi untuk menyatakan ‘memilih’ dapat digunakan di antara dua buah kata benda atau frase benda. Kata penghubung yang menyatakan pilihan yang juga mengandung perbandingan pada data (PK.45.5.e) memiliki daya kritik
kepada
mempertahankan
pembaca ego
selaku
sehingga
orangtua menghambat
yang anak
sering untuk
berkembang dan maju. Data serupa juga dapat ditemukan pada dari pada (PK.33.10.e) dan bersanding (PK.37.9.e).
C. Pembahasan 1. Diksi Dalam Daya Bahasa Besarnya daya bahasa yang digunakan oleh penulis dapat memperbesar kemungkinan tercapainya pesan atau maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Penulis dapat memanfaatkan daya bahasa sebagai alat untuk membangkitkan, menginformasikan, menunjukan egosentrisme tokoh, memprovokasi pembaca, dan mengkritik. Keseluruhan sebenarnya mengkerucut pada satu tujuan, yaitu agar pembaca memiliki maksud yang sama dengan penulis. Setelah berhasil memahami, menangkap, dan merefleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
maksud atau pesan dari penulis barulah pembaca akan benar-benar menyatu dengan penulis. Dari hasil analisis di atas, penggunaan analisis diksi dalam penulisan
novel
Perahu
Kertas
berhasil
mengungkapkan
bermacam-macam daya bahasa yang digunakan berserta ciricirinya. Daya bahasa yang berhasil terungkap dalam novel Perahu Kertas yaitu daya bangkit, daya informatif, daya egosentrisme, daya provokatif, dan daya kritik. Daya bahasa yang terungkap melalui analisis dalam penggunaan diksi sejalan dengan pendapat Qonita (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Daya Bahasa pada Diksi Pidato Politik yang telah menggali daya bahasa melalui penggunaan diksinya. Daya bahasa pada seluruh data, ditentukan oleh tindak ilokusinya, yaitu maksud yang ada di dalam ujaran. Dari teori tindak ilokusi inilah peneliti menentukan daya apa saja yang terdapat dalam novel Perahu Kertas. Searle dalam Rahardi mengungkapkan (2005:36) bahwa tindak tutur ilokusi dapat digolongkan kedalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima penggolongan tindak tutur itu adalah asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Fungsi asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkap. Daya informatif termasuk pada fungsi asertif karena berisi informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
penuturnya atau penulis terikat oleh kebenaran informasi yang telah ia ciptakan. Hal ini dikarenakan daya informatif yang merupakan kekuatan yang dimiliki bahasa untuk memberikan informasi untuk mendeskripsikan orang, mendeskripsikan apa yang dilakukan tokoh, dan mendeskripsikan sebuah tempat. Hal ini sesuai dengan maksim kuantitas dalam maksim kerja sama yang disampaikan oleh Grice dalam Kunjana (2003:26). Penggunaan daya informatif memenuhi maksim kuantitas.
Penulis dapat memberikan pesan
atau informasi yang sungguh-sungguh memadai, dirasa cukup, dan dipandang sangat informatif untuk pembaca. Fungsi
direktif
merupakan
bentuk
tuturan
yang
dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. Daya kritik dan daya provokatif termasuk pada fungsi direktif. Pada daya kritik secara tidak langsung penulis bermaksud agar pembaca dapat memperbaiki diri ketika menangkap maksud kritikan yang disampaikan. Jadi, daya kritik
merupakan
kekuatan
yang
dimiliki
bahasa
untuk
mengemukakan kupasan mengenai pemasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Kritik tersebut dapat ditujukan kepada pemerintah yang sedang berkuasa, tokoh-tokoh lain yang di anggap perlu dikritisi, maupun tentang keadaan saat ini. Daya provokasi ialah kekuatan yang dimiliki bahasa untuk menghasut pembaca bersikap negatif, atau meremehkan tokoh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
digambarkan. Dalam penungkapan daya provokatif menulis terkadang mengungkapkan ejekan atau hinaan kepada tokoh. Sejalan dengan teori kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech (1983 dalam Pranowo, 2009: 35), penggunaan diksi yang mengandung ejekan atau hinaan melanggar salah satu prinsip kesantunan
berbahasa
ialah
maksim
pujian
karena
tidak
memaksimalkan pujian kepada mitra tutur. Fungsi ekspresif merupakan bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Daya egosentrisme tergolong pada fungsi ekspresif karena mengungkapkan perasaan atau psikologis tokoh yang membuat pengunggulan akan dirinya sendiri. Fungsi
deklaratif
merupakan
bentuk
tutur
yang
menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. Daya bangkit termasuk pada fungsi deklaratif karena tindak ilokutif yang dimaksudkan penulis kepada pembaca menyatakan kebenaran. Pada novel Perahu Kertas tidak semua penggolongan fungsi ilokusi menurut Searle terdapat dalam novel. Fungsi komisif tidak terdapat dalam novel. Hal ini dikarenakan dalam novel tidak ada perihal menyatakan janji atau penawaran kepada pembaca. Dalam penelitian yang berjudul Daya Bahasa Dalam Gaya Bahasa pada Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer Melisa (2013:132) dijelaskan bahwa daya komisif merupaka daya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
mengikat diri penutur kepada mitra tututr terhadap tindakan di masa yang aan datang, misalnya berjanji. Oleh karena itulah, ia menemukan daya janji, daya sumpah, dan daya ancam yang merupakan fungsi komisif karena tuturan yang dikatakan oleh penutur kepada mitra tututr secara langsung maupun tidak langsung mengikat untuk waktu yang akan datang. Sesuai dengan maksim-maksim kerjasama yang diungkapkan oleh Grice dalam Kunjana (2003:26), tuturan yang diucapkan oleh tokoh, maupun penggambaran tokoh yang dilakukan oleh penulis dalam novel Perahu Kertas tidak dapat lepas dari maksim-maksim kerjasama.
Maksim-maksim tersebut meliputi,
(1)
maksim
kuantitas, bahasa yang digunakan penutur diharapkan dapat memberikan
pesan
atau
informasi
yang
sungguh-sungguh
memadai, dirasa cukup, dan dipandang sangat informatif untuk mitra tutur, (2) maksim kualitas, bahasa yang digunakan penutur/penulis harus menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sapa, (3) maksim relevansi, bahasa yang digunakan harus dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu, (4) maksim pelaksanaan, bahasa yang digunakan mengharuskan agar setiap peserta tutur selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, dan ini pesan dari tuturan tersebut tidak boleh bersifat ambigu atau kabur isinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Pada prinsip kerja sama yang dikemukakan Grice, maksim relevansi tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian pesannya kepada pembaca, penulis tidak mungkin bertutur sapa secara langsung dan jelas. Maksim-maksim tersebut merupakan suatu hukum ilmiah, tetapi merupakan suatu norma untuk mempertahankan tujuan percakapan. Jika salah satu dari maksim itu tidak terpenuhi, maka tujuan percakapan berkurang fungsinya. Pada kenyataannya maksim kerja sama Grice ini tidak semuanya dapat diterapkan dalam penggunaan bahasa yang nyata. Penggunaan diksi yang beragam oleh Dewi Lestari dalam setiap karyanya termasuk novel Perahu Kertas memiliki ciri Khas tersendiri dan berbeda dengan pengarang yang lain serta memberikan efek estetika pada setiap karyanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (1984:24) yang mengungkapkan bahwa diksi merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna dari gagasan-gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai asa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Oleh karena itulah, daya bahasa yang terkandung di dalam diksi merupakan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyampaikan maksudnya sehingga pembaca mampu menangkap segala informasi atau maksud yang ingin disampaikan. Penyampaian maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
tersebut dapat berupa informatif, membangkitkan imajinasi, penunjukan keegosentrisan tokoh, memprovokasi, atau mengkritik.
2. Ciri-ciri Diksi Dalam Daya Bahasa Dari penelitian dalam novel Perahu Kertas ditemukan ciri-ciri yang menjadi ciri khas dalam setiap pemunculan daya bahasa yang digunakan oleh Dewi lestari. Daya informatif muncul dari penggunaan diksi yang ada dalam idiom dan diksi yang bermakna konotasi. Menurut Chaer (1984) idiom merupakan satuan bahasa (entah berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “ditarik” dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Chaer juga berpendapat makna idiom secara historis komparatif dan etimologis, masih bisa dicari-cari kaitan makna keseluruhannya dengan makna leksikal unsurnya. Artinya, makna idiom itu masih bisa
teramalkan
dari
makna
leksikal
unsur-unsur
yang
membentuknya. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa idiom merupakan ungkapan beku yang digunakan dalam bidang tertentu. Ungkapan beku tersebut memang sudah digunakan oleh masyarakat sejak lama dan tidak dapat diubah. Dewi lestari banyak menggunakan idiom dalam memunculkan daya informatif, contohnya saja idiom memeras otak (PK. 29.4.b),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
salah tingkah (PK. 30.4.b), menyayat hati (PK.37.2.b), merah padam (PK.43.1.b), kurang ajar (PK.3.2.b), beradu mulut (PK.3.3.b), dan mati kutu (PK.3.4.b). Diksi yang mengandung makna konotasi juga menjadi ciri dalam pemunculan daya informatif. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasiasosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Penggunaan diksi yang mengandung makna konotasi digunakan untuk menginformasikan sesuatu dengan makna yang bukan sebenarnya. Contoh diksi yang mengandung makna konotasi gemuk
(PK.24.1.b),
menggunung
(PK.32.4.b),
segelintir
(PK.3.1.b) dan sebagainya. Daya bahasa kritik muncul dari penggunaan diksi yang mengandung ungkapan, kata populer, dan kata yang mengandung perbandingan. Tarigan berpendapat (1985: 164) berasumsi bahwa ungkapan ialah perkataan atau kelompok kata khusus menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan. Misalnya datang bulan yang berarti haid, orang buangan yang berarti orang yang dihukum dengan mengirimkannya ketempat di luar daerahnya. Dari pendapat
tersebut
dapat
di
simpulkan
bahwa
ungkapan
merupakan kiasan yang digunakan masyarakat umum untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
menyatakan sesuatu, dapat pula bermaksud untuk memperhalus kata yang di ungkapkan. Pemunculan daya kritik dengan menggunakan ungkapan digunakan untuk memperhalus kata yang digunakan agar tidak terlalu kasar saat di lihat oleh pembaca. Misalnya saja penggunaan diksi tolak dalam ungkapan bertolak belakang (PK.3.8.e). Penggunaan diksi yang mengandung kata populer digunakan oleh Dewi lestari untuk memunculkan daya Kritik. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Kata populer digunakan oleh Dewi Lestari agar kritik yang disampaikan dapat dimengerti oleh semua kalangan pembaca karena pembaca tidak akan asing dengan diksi yang digunakan. Misalnya saja pemakaian kompetisi (PK.30.3.e) dan zaman (PK.31.4.e). Kata yang mengandung perbandingan juga ditemukan dalam diksi yang berdaya kritik. Dewi Lestari menghadirkan dua perbandingan
yang
dibuatnya
untuk
mengkritik
dengan
menggunakan kata-kata seperti daripada (PK.33.10.e) dan bersanding (PK.37.9.e). Pada daya provokatif muncul dari diksi yang berupa kata tanya, kata populer dan kata berbahasa asing. Kata yang mengandung kata tanya digunakan oleh penulis untuk bertanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
kepada tokoh sekaligus digunakan untuk memprovokasi pembaca. Contohnya penulis menggunakan diksi bukan yang diberi akhiran kah pada data (PK.1.18.e) untuk mempertanyakan sikap tokoh lain sekaligus memprovokasi pembaca untu bersikap negatif terhadap tokoh yang dipertanyakan. Penggunaan kata populer dan kata asing juga ditemukan pada daya provokatif. Penggunaan diksi yang mengandung kata populer memang dirasa cukup efektif untuk memprovokasi pembaca dibandingkan diksi yang mengandung kata ilmiah. Hal ini dikarenakan kata ilmiah dipakai oleh kaum terpelajar, dan dalam tulisan-tulisan ilmiah. Jadi hanya pembaca yang memiliki pengetahuan di bidang tersebut yang akan mengerti diksi yang menggunakan kata ilmiah. Penggunaan kata populer dalam daya provokatif misalnya prioritas pada data (PK.8.2.d). Kata yang berbahasa asing juga ditemukan dalam data yang berdaya provokatif. Diksi berbahasa asing yang digunakan oleh Dewi Lestari merupakan diksi yang biasa dipakai dalam percakapan antara sehari-hari. Misalnya diksi straigh pada data (PK.15.1.d). Penggunaan diksi berbahasa asing pada data yang berdaya provokatif juga berfungsi untuk menunjukan membentuk karakter tokoh yang memiliki intelegensi tokoh dalam kemampuan berbahasa asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Daya egosentrisme muncul dari diksi yang merujuk kepada pronomina, menggunakan kata tanya, dan kata yang menunjukan perbandingan antara pilihan yang dihadirkan oleh tokoh
untuk menunjukan keegosentrisan tokoh. Hal ini
dikarenakan, daya egosentrisme merupakan kekuatan yang dimiliki bahasa untuk menunjukan penggunggulan akan diri tokoh atau yang menjadikan diri tokoh sebagai pusat segala hal. Daya bangkit muncul dari diksi mengandung simile, metafora dan ungkapan. Daya bangkit ialah kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk memberi pernyataan yang dapat membangkitkan imajinasi pembaca. Dalam data yang terdapat daya bangkit, penggunaan simile mengandung perbandingan secara eksplisit, misalnya seolah-olah (PK.41. 6.d) dan seperti (PK.9.8.d). Metafora ditemukan pada data yang berdaya bangkit, bedanya perbandingan yang diunjukan bersifat implisit. Jadi daya bangkit yang mengandung metafora tidak menggunakan diksi seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya. Sejalan dengan hal tersebut, Keraf (1984:139) mendefinisikan metafora sebagai semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Oleh karena itulah ditemukan diksi balok (PK.1.19.d) pada penggalan kalimat balok demi balok. Penggunaan
diksi
yang
mengandung
ungkapan
juga
ditemukan dalam data yang berdaya bangkit untuk membangkitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
imajinasi pembaca. Misalnya saja diksi terkunci (PK.6.4.a) dalam ungkapan mulut terkunci yang memiliki arti menutup mulut, tak mau mengeluarkan sepatah katapun. Penggunaan diksi yang mengandung ungkapan dapat mengoptimalkan daya bangkit karena pembaca menerka sendiri makna yang tersirat dari diksi tersebut. Hal ini sejalan dengan Pateda (1989: 112) yang berasumsi untuk mengetahui makna didalam ungkapan, harus mengasosiasikannya dengan kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan yang sebenarnya dihubungkan dengan pengalaman. Dari hubungan seperti itu, dapat diterka makna yang tersirat pada ungkapan. Dari hasil pembahasan di atas,
berbagai macam diksi
digunakan untuk memunculkan daya bahasa. Diksi pada novel sebenarnya juga menunjukan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (1984:24) yang menyebutkan bahwa pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharan kata bahasa itu. Ia juga berasumsi bahwa pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Beragamnya diksi yang digunakan oleh Dewi lestari dan ketepatan diksi yang dipilih sesuai dengan suasana yang ada untuk memunculkan daya bahasa sebenarnya menunjukan tingkat intelegensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian mengenai diksi dalam novel Perahu Kertas ini akhirnya menemukan beberapa kesimpulan. Kesimpulan ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah disebutkan pada awal penelitian. Berikut akan dijabarkan mengenai kesimpulan tentang hal yang telah ditemukan oleh penulis. Pertama, terdapat lima jenis daya bahasa pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Lima daya tersebut adalah daya bangkit, daya informatif, daya egosentrisme, daya profokatif, dan daya kritik. Daya bangkit digunakan oleh penulis untuk membangkitkan imaginasi pembaca. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengerti dan meyakini apa yang dimaksudkan oleh penulis. Daya informatif digunakan oleh Dewi Lestari untuk menyampaikan informasi. Penulis menggunakan daya bahasa dalam menyampaikan informasinya agar penulis tidak merasa bosan pada saat membaca novelnya. Daya egosentrisme digunakan untuk menampilkan keegosentrisan tokoh. Penampilan egosentrisme gambaran kepada
tokoh berfungsi untuk memerikan
pembaca
mengenai pencitraan tokoh yang
diciptakan oleh penulis. Egosentrisme dimunculkan untuk tujuan pengunggulan diri tokoh.
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Daya profokatif digunakan penulis untuk menghasut pembaca. Pada konteks ini yang dimaksud dengan penghasutan adalah membangkitkan emosi agar pembaca berfikir negatif terhadap tokoh yang digambarkan. Daya selanjutnya adalah daya kritik. Kritik tersebut dapat ditujukan kepada pemerintah yang sedang berkuasa, tokoh-tokoh lain yang di anggap perlu di kritisi, maupun tentang keadaan saat ini. Kritik yang disampaikan dalam novel dapat berupa tersirat maupun tersurat, tergantung dari gaya penulisan penulis. Dalam hal ini Dewi lestari lebih suka menggunakan kritik tang tersirat, artinya secara tindak langsung. Jadi, penggunaan daya bahasa pada diksi dapat digunakan untuk berbagai tujuan penulis. Kekuatan bahasa atau daya bahasa itu dapat digunakan penulis untuk membangkitkan, mengkritik, dan menggambarkan egosentrisme tokoh. Pemilihan diksi yang tepat dapat menentukan kesuksesan penulis akan perilaku pembaca terhadap tulisannya. Kedua, peneliti menemukan ciri-ciri diksi yang berdaya bahasa pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Daya bangkit memiliki ciri menggunakan diksi mengandung simile, metafora dan ungkapan. Daya informatif memiliki ciri menggunakan penggunaan diksi yang ada dalam idiom dan diksi yang bermakna konotasi. Daya egosentrisme memiliki ciri-ciri menggunakan diksi yang merujuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
kepada pronomina, menggunakan kata tanya, dan kata yang menunjukan perbandingan antara pilihan yang dihadirkan oleh tokoh untuk menunjukan keegosentrisan tokoh. Pada daya profokatif diksinya memiliki ciri menggunakan kata tanya, kata populer dan kata berbahasa asing. Diksi dalam daya profokatif merupakan diksi yang dapat memicu pembaca untuk berfikiran negative mengenai tokoh atau suatu hal yang diungkapkan oleh penulis. Pada daya Kritik, ciricirinya diksi yang digunakan mengandung ungkapan, kata populer, dan kata yang mengandung perbandingan. Pada dasarnya semua diksi dapat menghasilkan daya bahasa apa saja, semuanya tergantung dari penulis yang memilih diksi tertentu untuk memunculkan maksud yang ingin disampaikan kepada pembaca. Diksi yang dipilih akhirnya menjadi kekuatan atau daya untuk menyampaikan maksud atau imajinasi penulis. Contohnya, pada diksi yang mengandung idiom konsisten menghasilkan daya informatif dan daya bangkit secara konsisten menggunakan diksi yang mengandung ungkapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 1995. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Perspektif
Multidisipliner.
Dipodjojo, S Adi. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Lukman Hasan Alwi, dkk. (2002). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Horn, R Laurence dan Gregory Ward. 2007. The Handbook of Malden: Blackwell Publishing.
Pragmatics.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Kunjana, R Rahardi. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kunjana, R Rahardi. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Penerbit Dioma. Lestari, Dewi. 2012. Perahu Kertas. Yogyakarta: Bentang Pustaka Lestari, Dewi. 2009. Melajulah Perahu Kertasku. Diakses di http://dee-‐idea.blog spot.com/2009/08/melajulah-‐perahu-‐kertasku.html pada tanggal 20 Juli 2013 pukul 19:11 WIB Levinson, C Stephen. 1984. Pragmatics. Cambridge: Press. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Cambridge
University
Strategi, Metode, dan
Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nadar, F X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Ilmu.
Pragmatik. Yogyakarta: Graha
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140 Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta: Ga djah Mada University Press Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Gorontalo: Penerbit Nusa Indah. PBSID. 2009. Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Ind onesia, dan Daerah 2009. Yogyakara: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidi kan Universitas Sanata Dharma Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia IV. Jakarta: PT Gramedia Pust aka Utama. Rahardi, K. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erla ngga. Rani, Abdul dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pe makaian. Malang: Bayumedia Publishing. Sudaryanto. 1993. Motode dan Aneka a Wacana University Press.
Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Dut
Tarigan, Djago. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Penerbit Ang kasa Bandung. Tarigan, H. Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa dung.
Ban
Tarigan, H. Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Penerbit Angkasa dung
Ban
Waluyo, J. Herman. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakatra: Penerbit Erlangga. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yulianto, Angelina Melisa. 2013. Daya Bahasa Dalam Gaya Bahasa Pada Novel A rok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer. Yogyakarta: Universitas Sanata Dh arma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
No
Data
1.
Orangtuanya bertengkar hebat seminggu sebelum akhirnya memutuskan bahwa ia, anak pertama mereka, dilepas kenegri orang. Padahal Keenan tidak merasa dinegri orang. Bukankah di kota ini mamanya dilahirkan dan menjadi pelukis, sampai akhirnya pergi ke Indonesia dan berhenti menjadi pelukis? Keenan tidak tahu persis apa yang terjadi. Bagaimana mungkin orangtuanya, sumber dari bakat melukis yang mengalir dalam darahnya, justru ingin memadamkan apa yang mereka wariskan?
2.
3.
4.
5.
Konteks
Diksi
Keenan teringat akan Bukankah pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya enam tahun lalu saat dirinya hendak berangkat ke Belanda.
Jenis Daya Profokatif
Kode Data PK.1.1. d
Keenan teringat kejadian enam Bagai tahun lalu saat orang tuanya mungkin bertengkar hebat ketika ia akan pergi ke Amsterdam, tempat ibunya menjadi pelukis.
mana Profokatif
PK.1.2. d
Keenan pun bertanya-tanya, haruskah dia Keenan teringat kejadian enam Haruskah mulai menyabotase nilai-nilainya sendiri tahun yang lalu saat ia bertanya di sekolah agar papanya keliru? kepada ayahnya mengenai larangan ayahnya untuk pergi ke Amsterdam. Sudut mulut Oma selalu tampak Keenan memandangi neneknya Air muka tersenyum dan membuat air mukanya yang sedang berjalan menuju selalu ramah, langkahnya masih tegap meja makan. Neneknya berusaha meski memelan setahun belakangan ini. untuk tegar meskipun akan ditinggal oleh Keenan. Noni adalah sahabatnya sejak kecil. Kugy teringat mengenai noni Dialah Dialah orang yang paling menunggu – ketika mendengar suaranya nunggu Kugy selesai berkemas supaya melalui telepon. bisa langsung cabut ke Bandung.Noni
Profokatif
PK.1.3. d
Informatif
PK.1.4. b
Egosentrisme
PK.1.6. c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
6.
7. 8.
9.
10.
11. 12.
juga orang yang paling repot, persis seperti panitia penyambutan dikampung yang mau kedatangan pejabat tinggi.Singkatnya, Noni adalah seksi sibuknya. Pilihannya kuliah dikota lain adalah buah Kugy memilih kuliah di Bandung dari khayalannya untuk hidup mandiri. dan mengambil jurusan Sastra guna mewujudkan cita-citanya menjadi penulis dongeng. Dalam kamarnya yang bergabung dengan Kugy teringat cita-citanya untuk taman bacaan diloteng rumah, Kugy menjadi penulis dongeng. menyusun balok demi balok mimpinya. Badannya, yang tinggi dan masih tegap Ayah Keenan yang sedang untuk umurnya yang memasuki kepala mondar-mandir dipagi hari. lima, hanya berbalutkan kaus putih polos dan celana olahraga. “Gimana, sih. Kok kayaknya kita yang Ayah Keenan dedang berbincang lebih antusias menunggu pengumunan dengan istrinya. Ia heran karena UMPTN daripada pesertanya sendiri, “ Keenan tidak begitu tertarik dumel suaminya. dengan pengumuman UMPTN. Apakah ia salah karena tidak merasakan Setelah mendengar kabar bahwa kebahagiaan yang sama? Apakah ia puas ia lulus tes SMPTN, Keenan tibaatas kesuksesannya menyenangkan orang tiba sangat bersedih. Padahal saat lain? Dan apakah ia cukup berduka atas itu Orang tua keenan sangat pengkhianatannya pada diri sendiri? senang mendengar berita tersebut. Riak pada air mukanya tidak bisa Keenan memperhatikan neneknya disembunyikan, dan Keenan melihatnya yang sedang berjalan menuju dengan jelas. meja makan. Keenan mengamati dengan saksama. Ia Keenan sedang menunggu yakin belum pernah berkenalan dengan jemputan di stasiun dan bertemu cewek satu itu seumur hidupnya. dengan Kugy, teman dari orang Tepatnya, ia belum pernah menemukan yang menjemputnya.
Buah dari khayalan
informatif
PK.1.9. a
Balok demi balok
Bangkit
PK.1.1 2.a
Kepala lima
Informatif
PK.2.1. b
Dari pada
Profokatif
PK.2.2. d
Apakah
Profokatif
PK.2.3. e
Air muka
Informatif
PK.2.5. b
Seumur hidup
informatif
PK.2.6. b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
13.
14.
15.
16.
17.
18.
orang dengan penampilan seaneh itu. Ia memang tak akan pernah bisa menang jika beradu mulut dengan Joshua, pacarnya sejak dua tahun terakhir. Kendati begitu, Joshua pun sering kali mati kutu jika berhadapan dengan Kugy. Ia memang tak akan pernah bisa menang jika beradu mulut dengan Joshua, pacarnya sejak dua tahun terakhir. Kendati begitu, Joshua pun sering kali mati kutu jika berhadapan dengan Kugy. Membukakan pintu, membawakan seikat bunga, dan makan malam di restoran mewah bertemankan sinar lilin, adalah standar prosedur Ojos. Semua tak habis pikir, bagaimana mungkin Prince Charming dan Mother Alien bisa bersatu?
Kugy menjawab telepon dari Beradu mulut Joshua. Joshua marah karena Kugy ikut mendorong mobil Eko dalam keadaan hujan lebat.
Infomatif
PK.3.3. b
Kugy menjawab telepon dari Mati kutu Joshua. Joshua marah karena Kugy ikut mendorong mobil Eko dalam keadaan hujan lebat.
Informatif
PK.3.4. b
Kugy menggambarkan diri Ojos Standar prosedur sebagai Prince Charming.
Egosentris
PK.3.5. c
Profokatif
PK.3.6. d
Kritik
PK.3.7. e
Kritik
PK.3.8. e
Pendapat teman-teman di sekolah Bagaimana mungkin Kugy dan Ojos mengenai hubungan mereka. menurut teman-teman mereka, Kugy sngat tidak pantas untuk Joshua. Mungkin karena Kugy begitu berbeda Kugy mengangkat telepon dari Mencari muka dengan semua cewek yang pernah Joshua di ruang tamu kosannya. dipacarinya, Ojos begitu terkesima melihat bagaimana Kugy begitu santai dan berani menjadi dirinya sendiri, sementara cewek-cewek lain sibuk mencari muka hanya supaya Ojos mau mengajak mereka makan atau nonton barang sekali saja. Hampir dua tahun mereka pacaran, dan Kugy teringat akan Ojos saat Bertolak belakang mereka tetap dua manusia yang bertolak menerima telepon dari Ojos di belakang. Di mata Kugy, Ojos yang ruang tamu kosannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
19.
20.
21.
perhatian dan cerewet kadang-kadang berfungsi sebagai penata hidupnya dan kaki-kaki yang membantunya menjejak bumi saat terlalu lama berada di dunia khayal. Di mata Ojos, Kugy yang cuek an seenaknya terkadang menjadi pengingat bagi dirinya untuk bersikap santai dan terbuka bagi segala kejutan dalam hidupya. Empat orang duduk di lantai, berbincang asyik sambil tertawa-tawa,dengan dus pizza kosong sebagai pusat bagaikan kawanan Indian yang mengelilingi api unggun. Senyum simpul mengembang di wajah Kugy, seolah-olah hendak menjawab pertanyaan klasik yang sudah ia hafal mati jawabannya. Dia satu-satunya yang berambut gondrong di tengah anak-anak angkatan baru yang dipotong cepak gara-gara ikut opspek.
22.
Dia memilih tidak ikut opspek daripada kehilangan kuncirnya itu satu-satunya peninggalan otentik dari Amsterdam yang terbawa sampai ke Bandung,katanya begitu.
23.
Sudah cukup lama perempuan itu berdiri dekat pesawat telepon di ruang tamunya
Kugy, Noni, Keenan dan Eko Bagaikan sedang berkumpul di ruang tamu kos Kugy.
Bangkit
PK.4.1. a
Keenan sedang berada di dalam Seolah- olah kamar kos Kugy dan berbincang dengan Kugy.
Bangkit
PK.4.6. a
Kugy myang melihat Keenan dari Satu-satunya jauh dapat langsung mengenalinya. Hal ini dikarenakan penampilan Keenan yang berbeda dari mahasiswa ospek lainnya. Kugy melihat Keenan dari Daripada kejauhan. Seketika Kugy bisa mengenali sosok Keenan karena tubuhnya yang menjulang tinggi dengan rambut melewati bahu diikat satu. Leena gelisah saat akan menelpon Sebetulnya Wayan untuk menitipkan Keenan
Informatif
PK.5.2. b
Egosentrisme
PK.5.3. c
Egosentrisme
PK.6.2. c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
24.
25.
26.
27.
28.
sendiri. tangannya memegang sebuah buku telepon yang terbuka, jemarinya bergerak-gerak tanda gelisah. Sambil menelan ludah, akhirnya ia Kalalu bukan demi sopan santun sebetulnya aku tidak harus melakukan ini pikirnya. Percakapan itu berlanjut terus hingga keduanya memasuki ruangan bioskop, dan Keenan hanya mengikuti dari belakang dengan mulut terkunci. Ia Cuma bisa merasakan air ludahnya tertelan seperti bola bakso yang tak sempat terkunyah Dengan ekor matanya, Kugy mengamati. Sebagaimana ia mengamati sepatu Keenan yang kali ini tampak baru di cuci bersih, sebagaimana ia tahu Keenan sedang menggunakan kemeja jins lengan panjang yang dulu dipakai saat menggandeng tangannya di bioskop, sebagaimana ia hafal aroma sampo yang meruap dari rambut Keenan yang tergerai. “Buat papa kuliah kamu harus jadi prioritas. Dan kamu sudah membuktikan itu di semester ini. Lalu...kamu malah meminta hadiah berupa... bolos kuliah?”
di Bali.
Keenan berjalan di belakang Eko Mulut terkunci dan Noni memasuki ruangan bioskop.
Bangkit
PK.6.4. b
Kugy berlari menghampiri Seperti Keenan dan berbincang mengenai kejadian yang terjadi di malam minggu. Suasana hati Kugy saat diantar Sebagaimana oleh Eko pergi kestasiun menuju Jakarta. Kugy duduk bersama Keenan di dalam mobil Fiat milik Eko.
Bangkit
PK.6.6. a
Egosentrisme
PK.7.5. c
Profokatif
PK.8.2. d
Bangkit
PK.9.8.
Ayahnya menolak permintaan Prioritas Keenan untuk bolos kuliah sebagai hadiah karena telah mencapai IPK 3,7. Percakapan ini terjadi di ruang makan saat Keenan, ayah, ibu, dan adiknya sedang makan bersama. Wajah Noni seketikan cerah seperti Noni menyampaikan proyek Seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
29.
30. 31.
32.
33.
34.
35.
disorot lampu, seperti hendak menyampaikan berita spektakuler yang disimpannya sejak tadi. Perasaannya campur aduk. Ada kegelisahan yang nyaris tak bisa ia tahankan.
penjodohan Wanda Keenan kepada Kugy.
dengan
Kugy patah hati ketika bertemu Campur aduk dengan Wanda, wanita yang ingin di jodohkan dengan Keenan. Ia merasa bahwa Wanda sangat cocok dengan Keenan. Bak seorang kurator profesional, ia Wanda menerobos masuk Bak menelaah lukisan demi lukisan dengan kedalam kamar kos Keenan. teliti. Muka Wanda langsung merah padam. Wanda sedang mempresentasikan Merah padam Mulutnya siap membuka, tapi ia hasil lukisan Keenan kepada kehilangan kemampuan untuk berkata- ayahnya dan tante Syahrani di kata. dalam ruang kantor ayahnya. Tak lama, Kugy kembali tenggelam Ojos membahas dengan Kugy Tenggelam dalam bacaannya, dan ruangan itu mengenai kesibukan Kugy di kembali hening. sekolah Alit sambil bersantai di atas karpet. “Waktu kamu dari Senin sampai Jumat Ojos memprotes Kugy karena masa dihabiskan buat anak-anak itu. Aku cuma Kugy tidak mau ikut berlibur minta satu weekend doang. Masa sih dengannya dan sibuk kamu gak bisa kasih? menghabiskan waktunya untuk mengajar di sekolah Alit. Sorot mata Kugy, sorot mata Keenan, dan Suasana hati Ojos saat mengingat Radarnya gaya antena yang seolah-olah merupakan kejangalan yang terjadi di stasiun bahasa sandi antara mereka berdua. kereta Gambir antara kekasihnya Dalam hatinya, Ojos yakin ia tak pernah dan Keenan. salah. Radarnya tak pernah salah. Susah payah ia berlari, menghindar, dan Kugy kaget ketika Ical bermaksud Susah payah menenggelamkan diri dalam dunia baru mengundang Keenan untuk ini. Tiba-tiba saja, orang itu akan mengajar di Sekolah Alit. Ia
a informatif
PK.10. 3.a
Bangkit
PK.10. 5.a
Informatif
PK.11. 3.b
Informatif
PK.12. 6.b
Egosentrisme
PK.12. 7.c
Egosentrisme
PK.12. 9.c
Egosentrisme
PK.12. 12.c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
36.
37.
Seolah ada awan mendung yang menggantungi Keenan dan tak kunjungkunjung pergi, bahkan hingga acara sore hari itu selesai.
38.
Dengan tak kalah serius, Kugy menyambar sesuatu dari dalam tasnya bagaikan menghunus pedang.
39. 40.
41. 42. 43.
diundang lagi untuk bergabung. Kalau sampai itu terjadi, Kugy tak tahu harus lari kemana lagi. Mata Kugy tak bisa lepas dari kuku-kuku bercat perak yang melingkar erat dilengan Keenan bagaikan rantai besi.
Kening Eko kontan berkerut. “Nan, udah saatnya lu jujur sama gua. Are you straight?” Akibat pembicaraan itu, ia jadi terpicu untuk merenungkan lebih dalam perihal hubungannya dengan Wanda. Untuk pertama kalinya Keenan dipaksa berhadapan dengan perasaannya. Ia sudah mengantisipasi kepulangannya yang larut malam dan sudah mengajukan dirinya sebagai juru kunci malam ini. Mata sahabatnya itu membelalak segar seperti baru makan rujak cabe. Kugy merasa sebagian dari dirinya
berusaha untuk melupakan dan menghindari Keenan dengan mengajar di Sekolah Alit. Kugy cemburu karena Wanda menggandeng Kenan dan mengajak keluarga Keenan untuk berkeliling galeri. Keenan merasa sedih karena ayahnya mengajak ibunya untuk pulang sebelum pameran lukisan yang ia buat selesai. Ia merasa tidak dihargai. Kugy mengambil tas untuk menunjukan kepada Keenan seri petualangan Sekolah Alit yang ia buat sendiri. Eko sedang membahas sikap Keenan terhadap Wanda di kamar kos Keenan. Kenan merasa harus segera memperjelas statusnya dengan wanda agar tidak terjadi kesalah pahaman. Terutama karena sebenarnya ia hanya menyukai Kugy. Kugy pulang malam dari kampus. Ia meminta agar memegang kunci pintu pagar. Kugy terkejut melihat Nonik keluar dari kamar dengan begitu histeris. Kugy patah hati setelah
Bagaikan
Bangkit
PK.13. 9.a
Seolah
Bangkit
PK.13. 13.a
Bagaikan
Bangkit
PK.14. 7.a
Straight
Profokatif
PK.15. 1.d
Dipaksa
Egosentrisme
PK.15. 2.c
Juru kunci
Egosentrisme
PK.16. 1.d
Membelalak segar
Bangkit
PK.16. 2.a
Menguap
Bangkit
PK.16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149 menguap. 44.
Tiga kata yang selalu menjadi penyejuk bagi hatinya.
45.
Bayangan akan pameran membuat darah Keenan terpompa adrenalin. Semangat memuncak.
46.
Ada sesuatu dalam objek-objek itu yang membuat lukisan yang satu ini mencuat dibandingkan lukisan-lukisannya yang lain. Sepanjang malam, dari mulai saat perjalanan, makan malam, sampai bubaran bioskop, Kugy berada dalam status siaga. Terus meraba-raba momen yang kira-kira tepat untuk menjadi celahnya bicara pada Ojos. “Pergi dengan gue hari jumat, atau semuanya selesai sampai disini,”Ojos menandaskan ulang. Meski ia berusaha ikut tertawa, suasana hatinya rusak berantakan sudah.
47.
48. 49. 50. 51.
mendengar kabar dari Noni bahwa Kenan telah menjadi kekasih Wanda. Kugy teringat kejadian di kereta bersama Keenan. Keenan membisikan kata Bulan, perjalanan, dan kita yang ia kenang hampir setiap malam. Keenan sangat bersemangat daat Wanda memberinya kesempatan untuk pameran di Galeri Warsinta untuk kedua kalinya. Suasanan hati Keenan saat memandangi lukisan “Jendral Pilik dan Pasukan Alit” yang baru selesai dibuatnya. Kugy menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan kepada Joshua bahwa ia tidak bisa ikut liburan ke Bali.
Ojos mengultimatum Kugy untuk pergi bersama dirinya saat berada di bioskop. Wanda sangat marah karena Eko membandingkan penampilannya dengan Kugy. Sorot matanya memburu Keenan ke dasar Wanda menunggu Keenan untuk hatinya yang terdalam. menyatakan bahwa Keenan juga mencintainya. Air matanya tak terbendung lagi. Dalam Wanda sangat marah karena
3.a Penyejuk bagi hati
Bangkit
PK.16. 4.a
Terpompa
Informatif
PK.16. 5.b
Mencuat
Informatif
PK.16. 7.b
Status siaga
Informatif
PK.17. 1.b
Atau
Egosentrisme
PK.17. 4..c
Rusak berantakan
Egosentrisme
PK.17. 7.c
Memburu
Informatif
PK.17. 10.b
Menyambar
Informatif
PK.17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150 sekejap, isakannya meledak. Wanda langsung menyambar tasnya dan berlari menuju pintu. 52.
53.
54.
55.
56.
Baru kali itu Keenan sedemikian pilu. Rasa bersalah yang sangat kuat terasa memenuhi seluruh rongga tubunya sampai ke tulang, dan ia merasakan sesak yang luar biasa. Dan yang membuat hatinya lebih pedih lagi, meski desakan itu begitu kuat, tetap Keenan tak bisa memaksakan mulutnya mengatakan apaapa. Terdengar langkah kaki berlari di koridor, semakin lama semakin dekat, dan ternyata langkah itu berhenti di depan pintu kamarnya. Menyusul ketukan bertubi dipintu. Lama Kugy membisu. Dalam benaknya ia berusaha keras untuk merangkai penjelasan demi penjelasan, tapi yang ia temukan hanya sebongkah benang kusut. Ia tak tahu lagi harus memulai dari mana. Semua sudah bercampur aduk. Jelas terlihat ekspresi protes di muka Noni, tapi kata-kata Kugy seperti membungkam mulutnya. Ia sadar bahwa ia tengah melakukan perombakan hidup besar-besaran. Perasaannya bercampur antara semangat sekaligus gentar. Namun, Keenan tahu ia
keenan hanya diam ketika ia meminta Keenan untuk mengatakan bahwa Keenan juga mencintai Wanda. Keenan tidak dapat menyatakan bahwa ia juga mencintai Wanda. Hal ini dikarenakan ia sangat mencintai Kugy. meskipun begitu ia tidak dapat mengatakan hal itu kepada Wanda. Dikarenakan Wanda sangat berpengaruh besar terhadap karir melukis Keenan.
11.c
Pilu
Egosentrisme
PK.17. 12.c
Kugy mendengar langkah kaki Noni yang terburu-buru.
Bertubi
Informatif
PK.18. 1.b
Kugy tidak bisa menjelaskan kepada Noni mengenai alasannya putus dengan Joshua.
Berusaha keras
Egosentrisme
PK.18. 2.c
Noni sangat Kaget mengenai alasan Kugy memutuskan Joshua. Menurutnya Kugy tidak memberikan jawaban yang jelas. Keenan mengundurkan dirinya dari kampus demi meneruskan hobinya melukis.
Seperti
Bangkit
PK.18. 3.a
Perombakan hidup
Egosentrisme
PK.18. 8.c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
57.
58.
59.
60.
61.
tak bisa mundur lagi. Bagi Bimo, itu menjadi petunjuknya untuk tidak perlu bilang pada siapa-siapa soal kepindahan Keenan. Banyak pertanyaan yang muncul dikepalanya, tapi Bimo merasa lebih baik menunda hingga saat yang tepat. Barang-barangnya yang padahal tak banyak itu bahkan terasa menyesaki saking kecilnya kamar itu. Namun, untuk pertama kalinya setelah pulang ke Indonesia, Keenan merasakan kebebasan. Didepan muka pintu, tahu-tahu wanda berbalik. Mukanya merah padam. Antara kepanasan dan kesal. “ You know what, Nan? Aku udah gak bisa ngitung berapa cowok yang setemgah mati berjuang ngendeketin aku hanya untuk dapat sepuluh persen perhatian yang aku kasih ke kamu. Mungkin Eko dan Noni memang benar. Kamu memang...aneh!” punggung itu lantas berbalik sekaligus bergegas pergi Selama ini ia menyangka punya tempat spesial dalam hidup Keenan. Ternyata ia salah. Dirinya kini tak lebih dari figuran tak berarti. Susah payah, Wanda pun berusaha mengikuti langkah Keenan. “Nan ... jangan cepat-cepat dong,” rajuknya. Namun, Keenan tak menghiraukan, ia terus berjalan dengan irama yang sama,
Bimo membantu Keenan untuk bersembunyi kelokasi yang tidak diketahui oleh siapapun.
Petunjuknya
Egosentrisme
PK.18. 9.c
Kenan merasa bahagia untuk pertamakalinya, meskipun ia harus tinggal dikamar kosan yang sangat sempit.
Kebebasan
Egosentrisme
PK.18. 12.b
Wanda sangat Kesal karena Keenan tinggal ditempat yang tidak layak. Ia menawarkan tempat tinggal untuk Keenan namun ditolak.
Aneh
profokatif
PK.19. 1.d
Kugy merasa kecewa karena Keenan tidak memberitahu keberadaanya, tetapi malah Wanda yang diberitahu. Keenan menarik wanda dari temannya, namun ia malah meninggalkan wanda saat berjalan.
Figuran.
Egosentrisme
PK.19. 8.c
Tak menghiraukan
Egosentrisme
PK.20. 4.c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
62.
63.
64.
65. 66. 67.
68.
dan tangannya tak lepas menggiring Wanda. Mendengar perkataan Keenan, Wanda tertawa lepas. “ Aku tuh kayak pacaran sama homo, tahu gak!” katanya denagn lantang. “Gue gak pernah mabok aja lo gak pernah mau! Gak usah pake Alasan Sober atau nggak. You never wanted me. You never loved me. You never did! Padahal gue udah mati-matian menguasahakan segalanya buat lo! Gue udah mau kasih semuanya buat lo! Lembut, ia berusaha menarik Wanda dan mendekapnya. Namun, Wanda sudah terlalu emosional. Ditepiskannya tangan Keenan dengan kasar. Lambungnya riuh rendah seolah tengah berlangsung pertandingan bola. Memandang angkasa malam adalah pelipur sederhana yang membantunya sedikit merasa lebih baik. Angin dingin yang menembus menyentuh kulitnya seolah menembusi pori, memasuki nadi, dan meninggalkan perasaan kehilangan yang menjalar ke seluruh tubuh. Sendirian di kamarnya, Kugy mulai menulis seperti orang kesetanan. Malam itu ia berniat menumpahkan semuanya dalam lembaran-lembaran kertas kosong.
Wanda yang sedang mabuk marah ketika Keenan akan meninggalkannya sendirian di kamarnya. Wanda yang sedang mabuk marah ketika Keenan menolaknya untuk menemaninya dan meninggalkannya sendirian di kamarnya.
Homo
Profokatif
PK.20. 6.d
Never
Profokatif
PK. 20. 7. d
Wanda sangat marah karena Keenan tidak menuruti keinginannya untuk tetap tinggal didalam kamar. Pukul sepuluh malam Keenan sangat kelaparan. Ia terakhir kali makan tadi siang. Ia memandang langit dari atap kos-kosannya.
Ditepiskannya
Egosentrisme
PK.20. 8.c
Seolah
Bangkit
PK.21. 1.a
Adalah
Informatif
PK.21. 2.b
Keena bertengkar hebat dengan Kugy karena Keenan menyerah untuk melukis.
Seolah
Bangkit
PK.21. 10.a
Kugy menulis untuk menumpahkan kesedihannya karena Keenan berpacaran dengan Wanda.
Seperti
Bangkit
PK.22. 1.b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153 69.
70.
71.
72. 73.
74.
75.
Sambil menulis, tak jarang air matanya ikut terselinap, meninggalkan jejak-jejak tinta yang memecah di atas kertas. Kugy tak tahu itu air mata sedih atau marah, dan ia tak lagi peduli. Pak Wayan bilang, orang itu seperti terkena cinta buta. Jatuh habis-habisan pada lukisan Keenan. Sisa hari itu dihabiskan Keenan dalam perenungan. Sore berganti malam. Langit jingga berganti hitam. Dan ia masih merenung. Banyak yang berkecamuk di benaknya. Hal-hal yang tadinya tak terlintas dan tak tergubris. Hatinya seketika tersayat dan teriris melihat anaknya sendiri muncul sembunyi-sembunyi seperti nara pidanan kabur dan takut tertangkap. Tubuhnya mungil, dan sikap malumalunya membuat ia tampak makin ringkih. Yang mencuat adalah rambut panjang yang dibiarkan terurai melewati bahu hingga menyerupai selendang hitam yang menggantung hingga pinggul. Selama tiga minggu, ia hanya menumpang tidur dan makan. Dan bukan untuk itu ia seharusnya di sini. Seharusnya ia ... berkarya.
Kugy menulis sambil menangis karena tidak menerima kenyataan bahwa Keenan berpacaran dengan Wanda.
Terselinap
Egosentrisme
PK.22. 2.c
Pak Wayan memberi tahu keena bahwa ada kolektor lukisan yang sangat tertarik dengan lukisan yang ia titipkan dengan Pak Wayan. Keena masih memikirkan mengenai kepergiannya ke Ubud.
Seperti
Bangkit
PK.22. 5.a
Berganti
Bangkit
PK.22. 6.a
Keenan masih ragu untuk pergi ke Ubud.
Berkecamuk
Egosentrisme
PK.22. 7.b
Lena sangat sedih ketika harus Seperti bertemu Keenan secara sembunyisembunyi karena Adri sangat marah kepada Keenan. Pak Wayan memperkenalkan Mencuat Ludhe kepada Keenan.
Bangkit
PK.22. 8.a
Informatif
PK.23. 4.a
Keenan tmerasa frustasi karena tidak dapat melakukan apa-apa di rumah Pak Wayan.Ia merasa tidak enak hati atas kebaikan yang diberikan oleh Pak Wayan beserta
Profokatif
PK.23. 6.e
Seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
76.
77.
78.
79.
80.
Kali ini Keenan tak tahan lagi. Sesuatu menyesak di dadanya. Sudah lama ia ingin bicara dengan seseorang tentang kesulitan dan tekanan yang ia alami. Dan mendadak, hari ini Ludhe muncul seperti malaikat penolong yang mengetuk pintu pertahanannya. Pagi-pagi, sambil menyandang ransel besar yang gemuk terisi buku, Kugy berjalan cepat meninggalkan tempat kos yang sepi ditinggal para penghuninya untuk berlibur. Kugy pun nyaris berhenti menulis. Tak peduli lagi dengan ambisinya menjadi penulis dongeng. Daya khayalnya tergantikan oleh rangkaian fikiran logis yang bekerja mekanis bagai robot untuk belajar, belajar, dan hanya belajar. Setiap pagi di bale yang sama kanvas demi kanvas mulai terisi. Jari dan kuas itu tak pernah berhenti menari-nari, menorehkan garis dan warna. Namun mendadak Keena gelisah. Ia tidak yakin apakah nomor itu masih berlaku. Namun entah mengapa, ada desakan kuat untuk...ia memencet tombol hijau bergambar simbol telepon... connecting Keenan mengamati lekat satu kata itu berkedip dan berpedar di layarnya. Bisakah ia berbicara? Sanggupkah ia ..? Tidak.
keluarga besarnya. Keenan menyatakan bahwa ia tidak bisa melukis lagi kepada Ludhe. Ia bingung harus memulai dari mana untuk melukis.
Seperti
Bangkit
PK.23. 8.a
Kugy berangkat ke kampus untuk mengambil semester pendek.
Gemuk
Informatif
PK.24. 1.b
Kugy sangat berambisi untuk dapat segera menyelesaikan kuliahnya.
Ambisinya
Egosentrisme
PK.24. 4.c
Keenan mulai melukis kembali setelah sekian lama berhenti melukis.
Menari-nari
Bangkit
PK.24. 5.a
Egosentrisme
PK.24. 10.c
Keenan ingin menelpon Kugy saat Bisakah berada di Ubud. Di malam tahun baru itu, ia ingin menanyakan kabar Kugy namun di urungkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155 81. 82.
83.
Ucapan Ludhe seperti membekukan udara.
84.
Satu hal tidak pernah lepas dari pikirannya, menggerogotinya dari dalam secara pelan-pelan. Keenan.
85.
Menatap langit malam yang jernih, yang memunculkan serakan bintang tak terhingga banyaknya. Mendadak, terdengar bunyi angin yang tertiup bagai seruling. Menggoyangkan kentungan-kentungan bambu yang bergantung di tepi atap, yang seketika melantunkan bebunyian merdu. Dan selama ini, ia telah memelihara sebuah cinta pada kenangan, pada wujud yang tak lebih dari bayangan, sekalipun
86.
87.
Sepanjang hari kegiatannya tak pernah lepas dari berkesenian dan berupacara, layaknya anggota keluarga yang lain. Ketika lukisan Keenan dipuji-puji orang, Pak Wayanlah yang merasa paling tersanjung.
Keenan terbiasa menjalani kehidupan barunya di Bali.
Layaknya
Bangkit
PK.25. 4.a
Wayan memperkenalkan kepada orang bahwa Keenan adalah anaknya. Padahal ia tidak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan Keenan. Keenan terkejut ketika megetehui bahwa Ludhe memiliki hobi yang sama dengan Kugy, yaitu menulis. Ia pun sangat terkejut ketika Ludhe meminta Keenan untuk menjadikan tulisannya sebagai inspirasi melukis Keenan. Ardi berusaha keras menutupi kekhawatirannya terhadap Keenan. Ia lebih memilih untuk menyembunyikannya agar Keenan mau menuruti keinginannya untuk kuliah. Keenan duduk dengan posisi menegadah, menikmati langt seperti saat di Bandung. Keenan mengamati pahatan yang dibuatnya untuk Kugy.
Paling
Egosentrisme
PK.25. 5.c
Membekukan
Bangkit
PK.25. 6.a
Menggerogotinya
Egosentrisme
PK.25. 7.c
Serakan bintang
Bangkit
PK.26. 1.a
Bagai
Bangkit
PK.26. 2.a
Keenan mengingat lagu yang selalu menginggatkannya terhadap Kugy. Ia menyalahkan
Memelihara
Egosentrisme
PK.26. 4.e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
88.
89.
90. 91.
Dan Kugy kini merasa mendengar ombak bersahutan.
92.
Keriuhan dan lemparan celetukan menjadi ciri khas setiap kali “The K Family” berkumpul. Dipandanginya lagi Ludhe dengan matanya yang berbinar penuh semangat, keseriusan dalam nadanya, seolah-olah tengah mencurahkan seluruh hudup dan jiwanya kedalam kertas. Pagi tadi, ia mersasa menyesal atas tuduhannya pada Eko. Dan, tiba-tiba, ia juga tergerak untuk menemui Kugy ke kampus demi memberikan dukungan. Dengan segala kegentaran dan keengganan yang padahal masih
93.
94.
Kugy adalah bayangan terindah yang pernah hidup dalam hatinya. Keenan memejamkan mata. Meresapi perih yang merasuki seluruh sel tubuh. Namun, ia pun tahu, sudah saatnya melepaskan bayangan itu. Lama Kugy menatap Eko, tanpa bisa bersuara. Di tenggorokannya sudah membuncah aneka cerita yang siap muntah keluar. Namun, lagi-lagi ia merasa lumpuh. Kugy pun menggeleng sambil tersenyum tipis Meski air mukanya tak berubah, tapi timbul gelombang besar dalam hatinya.
keadaan karna tidak bisa bersama dengan Kugy. Keenan akhrnya berusaha untuk merelakan Kugy setelah sekian lama.
Melepaskan
Egosentrisme
PK.26. 6.c
Kugy enggan untu menjawab pertanyaan Eko.
Membuncah
Egosentrisme
PK.26. 9.c
Kugy tidak tertarik dengan informasi yang disampaikan oleh Eko. Kugy berusaha mengkhayalkan bentangan laut luas dan Ombak sambil mengenang Keenan. Seluruh anggota Kugy berkumpul diruang teve dan membuat keriuhan. Wayan tertegun melihat Ludhe yang begitu bersemangat menulis untuk Keenan dan berharap tulisannya akan menjadi inspirasi untuk Keenan melukis. Noni menyesal karena telah menuduh Eko berselingkuh dengan Kugy.
Air muka
Informatif
PK.26. 10.b
Bersahutan
Bangkit
PK.26. 12.a
Ciri khas
Informatif
PK.27. 1.b
Seolah-olah
Bangkit
PK.27. 3.a
Dan
Egosentrisme
PK.28. 3.c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
95.
96.
97.
98.
99.
membebani hatinya, Noni berhasi lmelawan itu semua untuk akhirnya datang ke kampus mencari Kugy ke ruang sidang. Namun, apa yang dilihatnya barusan memupuskan keduanya. Yang lain langsung cekikikan melihat pemandangan komikal itu. Antara Kugy yang bagaikan murid tertangkap basah tidur di kelas, dengan Remi yang bagaikan guru killer siap menghukum. Kugy diam sejenak, memeras otaknya agar memutar balik memori tentang rapat yang sudah berlangsung sejak sejam yang lalu itu, yang mudah-mudahan masih tersimpan di kepalanya. Inilah risiko jika pulang pada waktu standar orang-orang bubaran kantor, yakni kompetisi kendaraan umum yang sangat ketat. Remi langsung menggeleng. “Kalau kamu menang lotere, itu baru namanya cuma modal beruntung. Tapi kamu lain, kamu memang punya bakat alam. Kamu hanya tinggal jadi diri kamu sendiri, dan jadilah kamu di posisi kamu yang sekarang. Yang orang-orang seperti kamu butuhkan sebenarnya cuma kesempatan. Kugy lupa perbedaan umur mereka yang terpaut delapan tahun, dan kasta pangkat mereka yang bagaikan bumi dan langityang satu anak magang lulus kemarin
Kugy tertangkap basah oleh Remi sedang mengantuk saat rapat.
Tertangkap basah
Bangkit
PK.29. 3.a
Kugy berusaha mengingat kembali saran yang telah diberikan saat rapat berlangsung.
Memeras otaknya
informatif
PK.29. 4.a
Kugy berdiri di loby kantor Avocado untuk menunggu taksi pesanannya.
Kompetisi
Kritik
PK.30. 3.e
Remi menyangkal bahwa ia memberikan posisi project leader kepada Kugy bukan karna keberuntungan. Ia merasa bahwa Kugy memang mampu.
Jadilah
Kritik
PK.30. 4.e
Kugy teringat akan Ojos saat menerima telepon dari Ojos di ruang tamu kosannya.
Kasta
Kritik
PK.30. 6.e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
100.
101. 102. 103.
104.
105.
106.
sore, yang satunya lagi pemilik perusahaan. Sebagai anak baru dan anak bawang, inilah malam pertamanya bergaul dan berinteraksi dengan sesama pekerja periklanan, melihat langsung tokoh-tokoh yang selama ini hanya ia kenal namanya saja, dan berkenalan dengan orang-orang dari berbagai kantor, dari mulai yang senior sampai sesama anak bawang. “Well, siapapun yang cuma modal body doang, ngga bakalan lama. Inikan zaman inner beauty.” Bebunyian yang kini bahkan terasa perih menusuk hatinya.
Kugy mengikuti acara gathering biro-biro periklanan bersama Remi.
Anak bawang
Informatif
PK.31. 1.b
Para wanita di toilet wanita sedang membicarakan Remi dan teman kencannya Remi. Keenan teringat akan kejadian tragis di Jakarta saat Wayan menanyakan mengenai kabarnya. Wayan sadar bahwa hanya Lena yang dapat dia cintai, meskipun Lena adalah ibu Keenan.
Zaman
kritik
PK.31. 4.e
Menusuk hatinya
Bangkit
PK.31. 7.a
Susah payah
Egosentrisme
PK.31. 9.c
Menyerah kalah
Egosentrisme
PK.32. 1.c
Mematahkan hati
Informatif
PK.32. 3.b
Menggunung
Informatif
PK.32.
Susah payah, ia berusaha bangkit, tertatih-tatih, mencari sesuatu yang baru untuk menggantikan bintang hatinya, inspirasinya. Kali ini Keenan berusaha. Benar-benar Keenan bertekat tidak akan berusaha. Memutuskan bahwa ia tidak tergantung pada buku Kugy. Ia akan menyerah kalah pada kebuntuannya. merasa dapat menjadi seorang seniman yang bebas tanpa bantuan dari Kugy. Julukan khusus diperolehnya karena tidak Kugy yang menjadi topik hangat ada satupun yang menyangka sarjana di kantor Avocado karena berhasil kemarin sore berjam tangan Kura-kura dekat dengan Remi. Ninja telah berhasil mematahkan hati banyak perempuan yang selama ini mengincar Remi. Bubur yang tadinya menggunung di Kugy dan Remi sedang memakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
107.
108.
mangkok sudah lenyap, yang tersisa hanyalah tinggal lapisan tipis, yang itu pun masih disendoki Kugy dengan semangat. Mengingatkan dirinya untuk tidak terbelenggu perasaan-perasaan yang tak menentu, yang hanya akan menjebak ke dalam perangkap masa lalu. Mencamkan dalam hatinya bahwa ia datang kemari hanya untuk menjemput anaknya. Cukup itu yang perlu ia ingat. Pijakan kakinya seolah ingin membelesak menembus pantai
109.
Meski seluruh sel tubuhnya tergentarkan oleh perasaan gentar, Wayan sadar ia tak punya kesempatan lain selain saat ini.
110.
Lebih baik hidup sendiri dari pada hidup dalam kebohongan, begitu kata pamannya selalu.
111.
Napasnya langsung tertarik ulur panjangpanjang. Setengah mati menahan haru.
112.
Dan bayangan Kugy tak salah. Malah lebih buruk. Ada beberapa gubuk yang berdiri di pinggir kali tersebut. Gubukgubuk reyot yang tak layak disebut
bubur.
4.b
Lena tidak akan mengingat kisah cintanya dengan Wayan sesampainya di Bali.
Terbelenngu
Egosentrisme
PK.33. 1.c
Wayan sangat bahagia ketika bejumpa dengan Lena di depan rumahnya. Wayan menyatakan perasaannya kepada Lena tanpa perduli bahwa Lena telah memiliki anak dan suami. Ludhe dan poyan duduk di bale selepas bertemu dengan Leena. Ludhe teringat akan pesan Pak Wayan. Pak Wayan memilih untuk tidak menikah dengan wanita lain dikarenakan ia masih mencintai Leena. Kugy sangat terharu saat Noni memberikan medali sahabat terbai dan terawet kepada dirinya. Kugy berjalan menuju rumah Alit.
Seolah
Bangkit
PK.33. 4.c
Tergentarkan
Egosentrisme
PK.33. 7.c
Dari pada
Kritik
PK.33. 10.e
Setengah mati
Bangkit
PK.35. 3.a
Gubuk-gubuk reyot
Profokatif
PK.37. 6.e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
113.
114.
115.
rumah. Dengan getir ia memandangi nisan itu, menyadari betapa ironisnya realitas saat harus bersanding dengan dunia dongeng. Keindahan dunia Jendral Pilik dan Pasukan Alit yang terwujudkan dalam semua karyanya, serta kenyataan hidup seorang anak bernama Pilik bin Usep yang harus tergusur karna keluarganya tak punya bukti kepemilikikan tanah, harus tingal dalam sebuah gubuk di pinggir pembuangan sampah, dan menderitatifus tiga bulan yang lalu tanpa mampu mencari pertolongan medis. Kugy yang unik. Ia seolah-olah mencuat dari lautan banyak orang, di mana pun ia berada.
Dunia lukisan adalah penghubung Lena dengan cinta lama yang sepertinya tak mengenal kata mati. Dunia lukisan kembali menjadi penghubung anaknya dengan seorang yang selalu ingin ia hindari entah karena perasaan bersalah, atau justru karena perasaan tersaingi. Dan semua itu pernah begitu membutakannya hingga ia ingin membunuh potensi Keenan dengan cara apapun.
Suasana hati Kugy dan Keenan saat berada di depan batu nisan Pilik, murid Kugy sewaktu mengajar di sekolah Alit.
Bersanding
Kritik
PK.37. 9.e
Keenan teringat kejadian lima tahun silam saat pertama kali berjumpa dengan Kugy di stasiun kereta Gambir. Baginya kugy tidak pernah berubah dari pertama kali bertemu.
Seolah-olah
Bangkit
PK.41. 6.a
Kritik
PK.45. 5.e
Adri teringat akan kisah cinta Atau antara istrinya Lena dengan pak Wayan ketika Keenan bertanya kepada Adri mengenai alasan Adri melarangnya untuk melukis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI