ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI
Oleh ARISA SANTRI H14050903
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ARISA SANTRI. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali (dibimbing oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).
Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0 milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia. Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Sektor pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan seni ini. Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali, pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan kemiskinan. Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum dapat terselesaikan. Tingkat pengangguran dan kemiskinan Provinsi Bali masih termasuk tinggi yaitu sebesar 77.577 orang dan 229.100 orang pada tahun 2007. Hal ini menjadi suatu kondisi yang dilematis bagi Pemerintah Provinsi Bali di tengah pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang pesat, terlebih dengan adanya kebijakan yang memprioritaskan pembangunan Provinsi Bali pada sektor pariwisata. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata bagi pembangunan Provinsi Bali. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian, pembentukan keterkaitan antar sektor, output, pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat. Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS pusat dan media informasi lainnya. Analisis yang digunakan adalah analisis input-output dari Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 updating menggunakan program Grimp dan Microsoft Office Excel 2007.
Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 transaksi domestik atas dasar harga produsen, sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari posisi sektor pariwisata yang berada pada urutan pertama untuk struktur permintaan sebesar 36.00 persen dari total permintaan, konsumsi rumah tangga sebesar 30.75 persen dari total konsumsi rumah tangga, ekspor sebesar 69.30 persen dari total ekspor, dan nilai tambah bruto sebesar 37.77 persen dari total nilai tambah bruto. Sedangkan untuk struktur konsumsi pemerintah dan investasi sektor pariwisata terhadap total perekonomian Provinsi Bali masing-masing sebesar 15.22 persen dan 8.79 persen. Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan langsung dan tidak langsung) yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, berarti sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Subsektor hotel bintang memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel biro yang memiliki nilai terbesar. Hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor pariwisata menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan koefisien penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan industri hilirnya dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan industri hulunya. Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi. Sedangkan untuk kepekaan penyebaran, sektor hotel bintang memiliki nilai tertinggi. Berdasarkan nilai multiplier output tipe I dan tipe II, nilai multiplier output tipe I sektor pariwisata adalah 1.5231 dan tipe II sebesar 1.9657. Nilai multiplier pendapatan tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.4783 dan tipe II adalah sebesar 1.8801. Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Subsektor travel biro mempunyai nilai multiplier output tipe I dan tipe II. Dari hasil analisis multiplier pendapatan tipe II dan tipe II, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Provinsi Bali. Pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, subsektor atraksi budaya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Pemerintah Provinsi Bali harus melakukan pembangunan yang berimbang terhadap sektor pariwisata dan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Bali relatif besar dan sangat sensitif dalam menyerap tenaga kerja, namun sektor yang paling berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan output perekonomian bukan dari sektor pariwisata. Pemerintah juga diharapkan memperhatikan kelangsungan hidup pariwisata dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan cara mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, meningkatkan pelayanan kepariwisataan, menjaga kondisi keamanan Provinsi Bali dan meningkatkan kegiatan promosi.
ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI
Oleh ARISA SANTRI H14050903
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI
Nama
: Arisa Santri
NIM
: H14050903
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D NIP. 19570904 198303 1 005
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Arisa Santri H14050903
PADA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 April 1987 dengan nama lengkap Arisa Santri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan
Hiras
Situmorang
dan
Rusmina
Barasa.
Penulis
mengawali
pendidikannya pada tahun 1993 sampai tahun 1999 di SDN Tebet Timur 19 Pagi Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTPN 73 Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB, Futsal Nasional, Hipotex-R, Masa Perkenalan Fakultas, dan Masa Perkenalan Departemen.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Potensi Sektor Pariwisata Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan kesabaran dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alla Asmara, M.Si selaku penguji utama dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Eko Oesman untuk kesediaannya membantu penulis dalam memperoleh data dan semua waktu dan tenaga yang diberikan untuk mengajarkan penulis akan banyak hal. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Hiras Situmorang (Papi) dan Rusmina Barasa (Mami) atas doa, perhatian, dan dukungannya. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Arisa Santri H14050903
DAFTAR ISI
Halaman Daftar Isi ............................................................................................................. i Daftar Tabel ...................................................................................................... iv Daftar Gambar .................................................................................................... vi Daftar Lampiran ................................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............... 9 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................... 9 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan .......................................... 9 2.1.3 Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi .................... 10 2.1.4 Pendapatan Wilayah dan Masyarakat ...................................... 11 2.1.5 Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja ................... 12 2.1.6 Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat ........................................... 13 2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 15 2.2.1 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 15 2.2.2 Kerangka Teoritis..................................................................... 20 2.2.2.1 Model Input-Output ..................................................... 20 2.2.2.2 Struktur Tabel Input-Output ........................................ 21 BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 24 3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 24 3.2 Metode Analisis ................................................................................ 24
3.2.1 Koefisien Input ...................................................................... 24 3.2.2 Analisis Keterkaitan .............................................................. 26 3.2.3 Analisis Dampak Penyebaran ................................................ 28 3.2.4 Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................ 29 3.3 Definisi Operasional Data ................................................................ 33 BAB IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI ......................................... 39 4.1 Kondisi Geografis Bali ..................................................................... 39 4.2 Kondisi Kependudukan ..................................................................... 40 4.3 Kondisi Perekonomian ...................................................................... 41 4.4 Sektor Pariwisata ............................................................................. 42 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 44 5.1 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Bali ................................................................................... 44 5.1.1 Struktur Permintaan dan Penawaran ..................................... 44 5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga ....................................... 46 5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah............................................... 48 5.1.4 Struktur Investasi .................................................................... 49 5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor .................................................... 51 5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto ................................................. 53 5.2 Analisis Keterkaitan ......................................................................... 55 5.2.1 Keterkaitan ke Depan ............................................................ 55 5.2.2 Keterkaitan ke Belakang ........................................................ 58 5.3 Analisis Penyebaran ......................................................................... 59 5.3.1 Koefisien Penyebaran ............................................................ 59 5.3.2 Kepekaan Penyebaran ........................................................... 61 5.4 Analisis Dampak Multiplier ............................................................. 62 5.4.1 Analisis Dampak Multiplier Output ...................................... 63 5.4.2 Analisis Dampak Multiplier Pendapatan ............................... 66 5.4.3 Analisis Dampak Multiplier Tenaga Kerja............................. 68
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 72 6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 72 6.2 Saran ................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007 ............................................................ 2 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007 (Jutaan Rupiah) .............................................................................................. 5 3. Ilustrasi Tabel Input-Output ........................................................................... 22 4. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) .............................. 40 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa).................. 41 6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) ............ 41 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)..................................................... 45 8. Konsumsi Rumah Tangga Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) .................................................................... 47 9. Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007(Juta Rupiah) ............................................................................. 49 10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ................................................................................................ 50 11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ........................................................................... 52 12. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Terhadap Nilai Tambah Bruto Tahun 2007 (Juta Rupiah) .......................................... 53 13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian di Pariwisata Bali ................................................................. 56 14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ............................................................................................ 57 15. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ..................................................................... 60 16. Koefesien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ............................................................................ 61 17. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ................. 64 18. Multiplier Output Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ............................. 65
19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ......... 67 20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ...................... 68 21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ...... 69 22. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ................... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 19 2. Peta Provinsi Bali ........................................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Klasifikasi 28 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 ............. 77
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Adanya
kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada konsumsi wisatawan. Pengeluaran wisatawan tertuju ke berbagai industri dan jasa lainnya selama wisatawan berkunjung ke daerah wisata tertentu. Dampaknya akan terlihat pada nilai belanja pengeluaran wisatawan, sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan, dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisatawan. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi industri yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pembangunan lain. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan
pendapatan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, dua diantaranya yaitu kondisi keamanan Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia membuat sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pariwisata mampu mendatangkan devisa bagi negara. Faktor keamanan dan juga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mempengaruhi jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata. Akibatnya, devisa yang diterima negara juga ikut berfluktuasi (Anonim, 2008). Hal ini dapat dilihat melalui Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007 TAHUN
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA
5.064.217 5.153.620 5.033.400 4.467.021 5.321.165 5.002.101 4.871.351 5.505.759
RATA-RATA PENGELUARAN PER ORANG (USD) PER KUNJUNGAN
PER HARI
1.135,18 1.053,36 893,26 903,74 901,66 904,00 913,09 970,98
92,59 100,42 91,29 93,27 95,17 99,86 100,48 107,70
RATAPENERIMAAN RATA DEVISA LAMA (JUTA USD) TINGGAL (HARI) 12,26 10,49 9,79 9,69 9,47 9,05 9,09 9,02
5.748,80 5.396,26 4.305,56 4.037,02 4.797,88 4.521,89 4.447,98 5.345,98
Sumber: Departemen Budaya dan Pariwisata, 2008
Berdasarkan
tabel
tersebut
terlihat
bahwa
kunjungan
wisatawan
mancanegara dan penerimaan devisa mengalami fluktuasi. Jumlah kunjungan terbanyak terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2003. Sedangkan penerimaan devisa terbesar terjadi pada tahun 2000 dan terendah pada tahun 2003. Sumbangan
sektor
pariwisata
terhadap
Produk
Domestik
Bruto
memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata
berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0 milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia (BPS, 2008). Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Industri pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan seni ini. Berkembangnya pariwisata di Bali mengakibatkan sektor pariwisata berperan sebagai sektor penggerak utama (leading sector) perekonomian Bali. Hal itu ditunjukkan dengan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang mencapai rata-rata 30 persen dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua dengan sumbangan sebesar 20 persen. Sebagai sektor penggerak utama, sektor pariwisata menjadi faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi Bali. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2004, ketika sektor PHR tumbuh 1,60 persen mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 2,72%. Sebaliknya, ketika pariwisata Bali mengalami gangguan dengan
adanya serangan bom Kuta dan Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya diikuti oleh kontraksi pertumbuhan di sektor PHR menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi Bali (Sanjaya, 2006). Struktur perekonomian Bali yang dibangun lewat keunggulan pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja, tingginya tingkat pendapatan masyarakat, dan luasnya jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional. 1.2.
Perumusan Masalah Provinsi
Bali
sangat
terkenal
dengan
pariwisatanya
sehingga
perekonomian Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata yang dijadikan sebagai sektor unggulan. Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali yang merupakan kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor usaha lain. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata melalui perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto dibandingkan dengan sektor lain. Pada tahun 2004-2007 sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Kenyataan ini membuat provinsi Bali memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terus meningkat. Keadaan ini membuat pemerintah daerah Provinsi Bali fokus pada pembangunan sektor pariwisata supaya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali selalu tinggi.
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha
2004
2005
2006
2007
1. Pertanian, 4.406.176,32 4.591.023,82 4.779.419,37 4.898.453,92 Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2. Pertambangan dan 129.042,07 134.169,95 137.571,19 141.657,45 Penggalian 3. Industri Pengolahan 1.912.465,14 2.010.190 2.097.824,93 2.289.788,43 4. Listrik, Gas & Air 293.696,43 309.674,46 330.019,17 356.044,27 Bersih 777.745,96 820.194,83 857.213,62 909.435,80 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel 6.114.703,22 6.497.875,99 6.830.201,87 7.348.126,09 & Restoran 7. Angkutan & 2.051.578,77 2.190.464,42 2.323.287,07 2.575.564,36 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 1.462.272,55 1.568.435,47 1.673.782,28 1.734.273,10 & Jasa Perusahaan 2.815.563,35 2.950.414.91 3.155.359,78 3.243.703,65 9. Jasa – Jasa Produk Domestik 19.963.243,8121.072.444,7922.184.679,2823.497.047,07 Regional Bruto Sumber : BPS Provinsi Bali, 2008.
Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali, pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memperluas memeratakan
kesempatan pendapatan
berusaha,
memenuhi
masyarakat,
serta
kebutuhan mempercepat
dasar
rakyat,
pengentasan
kemiskinan. Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum dapat terselesaikan diantaranya adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Jumlah pengangguran tersebut juga masih terjadi fluktuasi tiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka pengangguran Provinsi Bali sebesar 106.430 jiwa dan
mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi 120.188 jiwa. Peningkatan tersebut diakibatkan karena belum pulihnya kondisi keamana Provinsi Bali setelah mengalami tragedi bom Bali II pada tahun 2005. Pada tahun 2007, kondisi Provinsi Bali mulai membaik dan angka pengangguran mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 77.577 jiwa. Jumlah pengangguran tersebut sangat mempengaruhi jumlah kemiskinan yang terdapat di Bali. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali sangat berfluktuatif, pada Maret 2004 angka kemiskinan di Bali sebesar 231.900 orang dan mengalami penurunan pada Maret 2005 menjadi sebanyak 228.400 jiwa. Namun pada Maret 2007, jumlah ini meningkat menjadi 229.100 jiwa dan kembali mengalami penurunan pada Maret 2008 menjadi sebanyak 215.700 jiwa Pariwisata Bali sangat tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran wisatawan (tourist expenditure), dan akhirnya meningkatkan efek pengganda (multiplier effects), perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja yang akan mengurangi pengangguran, dan peningkatan pendapatan untuk mengurangi angka kemiskinan. Hal tersebut dapat dilihat ketika terjadi peledakan bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002 yang memberikan pengaruh besar bagi perekonomian di Indonesia khususnya di Bali. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom tersebut adalah wisatawan asing, hal ini mengakibatkan penurunan terutama disektor pariwisata dan sektor perdagangan. Akibatnya, kedatangan wisatawan asing langsung pada tahun 2002 menurun sekitar 6,84% dan di tahun 2003 masih
mengalami penurunan sebesar 5,76%. Penurunan jumlah wisatawan ini akan mempengaruhi pengeluaran wisatawan yang dampaknya terhadap pendapatan masyarakat mencapai 45,3% (Anonim, 2004). Begitu juga dengan kejadian bom Bali II pada 1 Oktober 2005 yang dampaknya luar biasa. Kunjungan wisman langsung yang biasanya mencapai ratarata 4.000 orang per hari merosot tajam menjadi hanya sekitar 2.000 orang saja. Kondisi ini membuat Bali berpotensi kehilangan 2 juta dolar AS per hari dari belanja wisman (diasumsikan rata-rata pengeluaran wisman per hari 1.000 dolar AS). Kejadian bom Bali I dan II berlanjut kepada adanya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama di lingkungan usaha sektor perhotelan, restoran, rumah makan, biro perjalanan atau usaha lainnya yang terkait pariwisata, menjadi tidak terhindarkan (Ary, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan melalui kunjungan wisatawan mancanegara sangat menentukan pariwisata dan perekonomian Bali. Dengan kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan wilayah pada sektor pariwisata, maka perlu diteliti sudah seberapa jauhkah peran sektor pariwisata dalam meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan tingkat output serta keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lain. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian Provinsi Bali? 2. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektor ekonomi lain di Provinsi Bali?
3. Bagaimana peran sektor pariwisata terhadap laju pertumbuhan output, pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat? 1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian di Provinsi Bali. 2. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektorsektor ekonomi lainnya di Provinsi Bali. 3. Menganalisis peran sektor pariwisata terhadap pertumbuhan output, pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan mengenai
peranan pariwisata melalui sumbangan pariwisata yang berdampak pada perekonomian Provinsi Bali serta keterkaitan dengan input dan output pembangunan, terutama peranannya dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Bali dalam menentukan kebijakan pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor pembangunan lainnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Provinsi Bali.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Pariwisata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata berarti perjalanan. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: a) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang biasa itu tinggal; b) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya; c) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya (Yoeti, 2003) Sedangkan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah segala berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk: a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. meningkatkan kesejahteraan rakyat c. menghapus kemiskinan d. mengatasi pengangguran e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. memajukan kebudayaan g. mengangkat citra bangsa h. memupuk rasa cinta tanah air i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. mempererat persahabatan antarbangsa. 2.1.3. Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi Menurut Wahab (2003), dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua segi: 1. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi meliputi:
Akibatnya terhadap neraca pembayaran
Akibatnya untuk kesempatan kerja
Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.
2. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, mencakup:
Hasil ganda (multiplier)
Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu
Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)
Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat.
2.1.4. Pendapatan Wilayah dan Masyarakat Setiap tahun produktivitas masyarakat diukur untuk dilihat bagaimana keberhasilan masyarakat atau negara dalam melaksanakan pembangunan (Budiman, 1996). Produktivitas ini diukur oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB berperan dalam membuat perencanaan dan kebijaksanaan dalam pembangunan
ekonomi
daerah,
menentukan
arah
pembangunan,
dan
mengevaluasi hasil pembangunan (Warningsih, 2001). Untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di suatu wilayah, maka indikator yang digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita diperoleh dengan membagi nilai total PDRB dengan jumlah penduduk. Dengan nilai ini maka produksi rata-rata setiap orang di suatu wilayah dapat diketahui (Budiman, 1996). Menilai suatu kebijakan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu program atau proyek sebagai perwujudan dari kebijaksanaan pembangunan dapat berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, persoalannya adalah apakah dalam menentukan salah satu dari tindakan alternatif pilihan keputusan tertentu akan memperbaiki atau justru memperburuk kesejahteraan masyarakat. Supaya sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal, maka harus memenuhi kriteria
tertentu, seperti efisiensi, pemerataan, berdasarkan keadilan, dan mengarah kepada keberlanjutan (Budiman, 1996). 2.1.5. Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja Definisi dari penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka (Dumairy, 1996). Menurut Bellante dan Jackson (1990), secara konseptual pengangguran dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Pengangguran friksional Pengangguran friksional dikatakan ada apabila para majikan yang mempunyai lowongan kerja dan terlibat dalam proses pencarian tenaga kerja masih belum menemukan tenaga kerja yang dimaksudkannya. b. Pengangguran struktural Perngangguran struktural dikatakan ada apabila lowongan yang ada membutuhkan keahlian yang berbeda daripada yang dimiliki pekerja penganggur atau lowongan pekerjaan yang dapat diperoleh itu berada dalam kawasan geografis lain dari lokasi tempat tinggal pekerja yang menganggur. c. Pengangguran karena kurangnya permintaan Pengangguran ini timbul apabila pada tingkat upah dan harga yang sedang berlaku, tingkat permintaan akan tenaga kerja secara keseluruhan terlampau rendah, dengan akibat bahwa jumlah tenaga kerja yang diminta
perekonomian secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pekerja yang menawarkan tenaga kerjanya. Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) dalam Warningsih (2001) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kesempatan kerja tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Penggolongan lapangan usaha atau industri diklasifikasikan oleh BPS sebagai berikut: 1. Pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan, 2. Pertambangan dan penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, gas, dan air, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, rumah makan, dan hotel, 7. Pengangkutan/pergudangan dan komunikasi, 8. Keuangan, asuransi dan perdagangan benda tak bergerak/usaha persewaan bangunan, tanah, jasa, perusahaan, dan 9. Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial, dan pribadi. 2.1.6. Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Pariwisata merupakan sektor yang menyerap kebutuhan tenaga orang dan tidak hanya mementingkan mesin-mesin. Banyak kegiatan yang biasanya ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu negara akan mendatangkan lebih banyak
kesempatan kerja dari suatu sektor ekonomi lainnya. Alasannya adalah karena sektor pariwisata umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Akibat langsung pariwisata pada bidang kesempatan kerja dirasakan lebih mendatangkan manfaat pada negara-negara yang sedang berkembang daripada negara-negara industri maju (Wahab, 2003). Pembangunan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, restoran, warung, angkutan, dagang asongan, sarana olahraga, jasa, dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sebagai karyawan. Dengan munculnya peluang usaha dan kerja ini, maka angka pengangguran dapat diturunkan (Wahab, 2003). Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk memberikan manfaat kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
Pembangunan
pariwisata
mampu
memberikan
kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata (Marpaung, 2002).
Penelitian yang pernah dilakukan di Kenya dan Meksiko menyimpulkan bahwa jumlah kesempatan kerja yang masih bersifat relatif ditimbulkan pada setiap unit modal yang ditanam, cenderung lebih tinggi dalam bidang pariwisata daripada kegiatan-kegiatan sektor swasta lainnya. Penelitian yang dilakukan Murdianto (1991) mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha/kerja sektor luar pertanian di pedesaan yang mengambil lokasi penelitian pada tiga obyek wisata di Kabupaten Serang menunjukkan bahwa industri pariwisata di Kabupaten Serang memberi peluang usaha/kerja bagi masyarakat di sekitar obyek wisata, terutama dalam bentuk usaha informal yang mendukung dan melengkapi usaha pariwisata. Rachmawati (2005), melakukan penelitian mengenai dampak pariwisata alam terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata dan jumlah lapangan pekerjaan yang terbuka akibat adanya kegiatan wisata yang menggunakan metode wawancara kepada masyarakat, pihak pengelola, dan pengunjung kawasan wisata melalui pintu masuk Cibodas dan pintu masuk Selabintana. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pendapatan masyarakat di pintu masuk Cibodas lebih besar dibandingkan dengan di Selabintana. Jenis pekerjaan yang terbuka juga lebih banyak di Cibodas dibandingkan dengan di Selabintana. 2.2.
Kerangka Pemikiran
2.2.1. Kerangka Pemikiran Operasional Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali setiap tahunnya sehingga Provinsi Bali memiliki pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Kontribusi PDRB dan laju pertumbuhan yang tinggi ternyata belum mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di Provinsi Bali. Masalah kemiskinan dan pengangguran menjadi permasalahan yang rumit dihadapi Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Bali. Proses penghapusan masalah kemiskinan dan pengangguran yang lambat menyebabkan masyarakat terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan sehingga masyarakat berada pada kualitas kesejahteraan yang rendah. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cepat adalah melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Pemilihan sektor tersebut dapat mencerminkan peningkatan kesejahteraan mayarakat melalui peningkatan pendapatan, pengurangan tingkat pengangguran, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, dan penghapusan kemiskinan. Peningkatan output sektor kunci akan meningkatkan output sektorsektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Melalui proses penetesan ke bawah (trickle down effect), peningkatan output berbagai sektor ekonomi akan menyebabkan peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada tahun 2005 mengakibatkan berkurangnya jumlah wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Pengurangan jumlah wisatawan ini mengakibatkan
penurunan
konsumsi
wisatawan
yang
pada
akhirnya
mengakibatkan pengurangan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang terkait
dengan kegiatan pariwisata. Pengurangan tenaga kerja tersebut meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan ikut meningkat karena tingkat pendapatan yang menurun. Oleh karena itu, pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor prioritas di Provinsi Bali dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat yang lebih baik, dan mengurangi angka pengangguran. Kemampuan tersebut dilihat berdasarkan pembentukan keterkaitan dan kepekaan antar sektor, dan dampak terhadap pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja. Permasalahan
kemiskinan
dan
pengangguran
dianalisis
dengan
menggunakan analisis input-output. Untuk masalah kemiskinan yang mencakup masalah pendapatan masyarakat dianalisis melalui analisis pengganda (multiplier) pendapatan. Melalui analisis ini, akan ditunjukkan seberapa besar peran sektor pariwisata Provinsi Bali mampu merangsang peningkatan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata dan sektor-sektor ekonomi lain. Sedangkan untuk masalah pengangguran, akan dianalisis menggunakan analisis pengganda (multiplier) tenaga kerja. Analisis ini memberikan gambaran mengenai kemampuan sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kerja bagi sektor pariwisata dan sektor-sektor lain. Dalam perekonomian, terdapat berbagai sektor ekonomi. Perekonomian yang kuat dan mantap adalah perekonomian yang sektor-sektor ekonominya saling menopang dan terkait erat satu sama lain. Untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pariwisata dengan sektor lain digunakan analisis keterkaitan. Dalam
penelitian ini juga akan digunakan analisis pengganda (multiplier) output untuk melihat pertumbuhan output yang dihasilkan oleh Provinsi Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari tindakan pemerintah daerah Provinsi Bali yang fokus terhadap pembangunan sektor pariwisata khususnya terhadap pengangguran dan kemiskinan. Apabila melalui analisis penggandaan dan keterkaitan ternyata sektor pariwisata sangat berperan dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran, maka prioritas pembangunan sektor pariwisata dapat dilanjutkan tanpa mengabaikan pembangunan sektor lain.
Perekonomian Provinsi Bali Masalah ekonomi (pengangguran)
Masalah ekonomi (kemiskinan)
Sektor Pariwisata
Sektor ekonomi lain
Peran sektor pariwisata (Analisis Input-Output)
Keterkaitan sektor (Analisis keterkaitan)
Dampak terhadap output (Analisis pengganda output)
Dampak terhadap pendapatan (Analisis pengganda pendapatan)
Strategi pembangunan Provinsi Bali Keterangan: ( ) : Analisis yang digunakan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dampak terhadap tenaga kerja (Analisis pengganda tenaga kerja)
2.2.2. Kerangka Teoritis 2.2.2.1. Model Input-Output Analisis Input-Output dikembangkan oleh W.Leontief pada tahun 1930 dan tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahanperubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output ini didasarkan atas model keseimbangan umum. Menurut BPS (2008), Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang kolom Tabel I-O menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik berupa input antara maupun input primer. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Tabel ini memberikan gambaran tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. Menurut BPS (2008), terdapat beberapa kegunaan dari analisis I-O yaitu: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan kerja di berbagai sektor produksi. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik structural suatu perekonomian wilayah. 2.2.2.2. Struktur Tabel Input-Output Struktur dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Tabel Input-Output menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah(G), dan ekspor (E) serta dua
faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan kapital (N). Pada Tabel 3 memperlihatkan gambaran mengenai format Tabel I-O. Tabel 3. Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Permintaan Akhir Produksi 1 2 C I G E Sektor 1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 Produksi 2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 Nilai Tambah Impor Total Input
L N M X
L1 N1 M1 X1
L2 N2 M2 X2
C
I
G
E
Total Output X X1 X2 L N M X
Sumber: Miller dan Blair (1985) dalam Priyarsono, 2007
Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu sendiri. Tabel 2.1 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari sektor i ke sektor j. Dalam hal ini, i=j. nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi Zij, total output diberi notasi Xi, dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Yi. Maka, dapat dituliskan sebagai berikut: X = zi1 + zi2 + … + zii + …+ Yi ……………………………………………… (2.1) Persamaan (2.1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor i didistribusikan ke sektor-sektor produksi lain dan dialokasikan ke pemakai akhir yang merupakan pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian yang secara agregat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga dalam konsumsi rumah tangga, perusahaan dalam investasi, pemerintah dalam pengeluaran pemerintah, dan pihak luar negeri dalam ekspor. Pada persamaan (2.2) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomian, yaitu:
X1 = z11 + z12 + … + z1n + Y1 X2 = z21 + z22 + … + z2n + Y2
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Xn1 = zn1 + zn2 + … + znn = Yn…………………………………….. (2.2) Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan sebagai berikut: X1 + X2 + L + N + M = X = X1 + X2+ C + I + G + E ………………… (2.3) Persamaan (2.3) adalah identitas dari pendapatan nasional, ditunjukkan oleh persamaan di ruas kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian yang terdiri dari tenaga kerja dan kapital. Persamaan di ruas kanan menunjukkan pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Dua persamaan tersebut menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X1 dan X2, menjadi: L+N+M=C+I+G+E Atau L + N = C + I + G (E-M) ………………………………………….. (2.4) Analisis Input-Output berdasarkan persamaan di atas memegang peranan penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder ekonomi
Bali dalam bentuk Tabel Input-Output Bali Tahun 2007 (Updating) klasifikasi 68 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 28 dan 13 sektor dan data pendukung lainnya yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Bappeda Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Bali, buku-buku, internet, dan berbagai media informasi lainnya. 3.2.
Metode Analisis Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan jasa pariwisata
dan sektor pendukung lainnya terhadap perekonomian Provinsi Bali adalah Analisis Tabel Input-Output, yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Bali sebagai penyedia input sekaligus sebagai pemakai input. Dampak yang ditimbulkan sektor ini dapat dianalisa berdasarkan analisis pengganda (output, pendapatan, dan kesempatan kerja) dan juga keterkaitan antar sektor. Untuk analisis keterkaitan antar sektor dan pengganda, alat yang digunakan adalah perangkat lunak Grimp dan Microsoft Excell. 3.2.1. Koefisien Input Koefisien input dapat dilihat secara baris atau bagian horizontal. Oleh karena itu, secara keseluruhan dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar berikut: X1 = X11 + X12 + … + X1n + Y1 X2 = X21 + X22 + … + X2n + Y2
.
.
.
.
.
.
Xj = Xi1 + Xi2 + … + Xij + Yj …………………………………… (3.1)
Diketahui matrik koefisien teknis: Xij
aij = Xj
……………………………………………………………….. (3.2)
Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2), maka diperoleh persamaan: X1 = a11 X11 + a12 X12 + … + a1n X1n + Yi X2 = a 21 X21 + a 22 X22 + … + a 2 n X2n + Y2
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Xn = an1 Xn1 + an1 Xn2 + … + a nn Xnn + Yn ...................................... (3.3) Bentuk persamaan matriks dari persamaan (3.3) menjadi : a11
a12 … a1n
a 21 a 22 … a 2 n
an1 an1 … a nn
A
X1 Y1 X2 + Y2 Xn Yn X +
X1 = X2 Xn
Y
= X -1
AX + Y = X atau (I-A) X = Y atau X = (I-A) Y …………………………(3.4) Dimana: I
= Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola diagonalnya dan nol pada lainnya.
Y
= Permintaan akhir.
X
= Jumlah Output
(I-A)
= Matrik Leontief
(I-A)-1
= Matrik kebalikan Leontief terbuka
Dari persamaan (3.4) terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antara. Matrik kebalikan menunjukkan adanya saling keterkaitan antar tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. 3.2.2. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis) Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam suatu perekonomian untuk mencapai pembangunan. Analisis keterkaitan yang digunakan adalah: 3.2.2.1. Keterkaitan ke Depan (forward Linkage) Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut :
n
X Fi
j 1
Xj
ij
n
aij …………………..……………………………… (3.5) j 1
Dimana : Fi
= keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)
aij
= matriks koefisien input
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan
output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarya keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut: n
FLTLi ij j 1
………………………………………………………... (3.6) Dimana : FLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
ij
3.2.2.2. Keterkaitan Kebelakang (Backward Lingkage) Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarna keterkaitan langsung ke belakang, digunakan rumus sebagai berikut : n
X Bi
j 1
X
ij
n
j
a
ij
……………………………………………………... (3.7)
i 1
Dimana : Bi
= keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)
aij
= unsur matriks koefisien input
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang digunakan rumus sebagai berikut: n
BLTL i
ij
…………………….…………………………………… (3.8)
i 1
Dimana : BLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
ij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama, oleh karena itu indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran, yang terdiri dari: 1. Kepekaan Penyebaran (Daya penyebaran ke depan atau daya mendorong) Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang menggunakan input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran:
n
n ij j 1
Sd i
n
…………………………………………………………… (3.9)
n
ij
i 1 j 1
Dimana : Sdi
= Kepekaan penyebaran sektor i
ij
= Unsur matrik kebalikan Leonief
n
= Jumlah sektor
2. Koefisien Penyebaran (Daya penyebaran ke belakang atau menarik) Konsep
ini
berguna
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lain melalui mekanisme transaksi pasar input. Sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor J mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih dari satu. Rumus untuk mencari koefisien penyebaran: n
n ij i 1
Pd j
n
.............................................................................. (3.10)
n
ij
i 1 j 1
Dimana : Pdj
= Koefisien penyebaran sektor j
ij
= Unsur matrik kebalikan Leonief
n
= Jumlah sektor
3.2.4. Analisis Pengganda (Multiplier)
1. Pengganda Output Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multiplier output terbagi menjadi dua tipe, yaitu: a. Pengganda Output Tipe I Besarnya multiplier output untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, multiplier output tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk: n
Oj
ij
………………………………..…………………………….. (3.11)
i 1
Dimana: Oj = multiplier output tipe I sektor j
ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka b. Pengganda Output Tipe II Besarnya multiplier output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu, multiplier output II dapat dinotasikan dalam bentuk:
n 1
O
j
ij
………………………………………………….…………. (3.12)
i 1
Dimana :
O j = multiplier output tipe I sektor j
ij = matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j
2. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian secara keseluruhan. Ditulis dengan rumus: n
y j h j ij i 1
……………………………...……………………………. (3.13)
Dimana: yj = multiplier pendapatan biasa sektor j hj = koefisien pendapatan áij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka a. Pengganda Pendapatan Tipe I Pengganda pendapatan tipe I merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dirumuskan sebagai berikut:
Yj
yj
hj Dimana: Yj
…………………………………………………………………. (3.14)
= Pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j
b. Pengganda Pendapatan Tipe II
Pengganda pendapatan tipe II selain menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effect). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: n
yj
h j
ij
………………………………………………………….. (3.15)
i 1
Yj
yj hj
......................................................................................... (3.16)
Dimana:
y j = multiplier pendapatan total sektor j Y j = multiplier pendapatan tipe II sektor j
h j = unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j
ij = matriks kebalikan koefisien input model tertutup 3. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja merupakan besarnya kesempatan kerja yamg tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Rumus efek tenaga kerja dari perubahan satu unit output sektor j adalah: n
wj
e j
ij
………………………………………………………………… (3.17)
i 1
Dimana:
wj ej
= multiplier tenaga kerja biasa sektor j = koefisien tenaga kerja
ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
a. Pengganda Tenaga Kerja Tipe I Pengganda tenaga kerja tipe I adalah berubahnya kesempatan kerja yang terjadi pada sektor tersebut lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung, yang dirumuskan sebagai berikut:
Wj
wj ej
………………………………………………………………….. (3.18)
Dimana: Wj
= Pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j
b. Pengganda Tenaga Kerja Tipe II Pengganda Tenaga Kerja Tipe II sudah memperhitungkan pengaruh dari induce effect. n
wj
e j
ij
………………………………………………………… (3.19)
i 1
Wj
wj ej
………………………………………………………………… (3.20)
Dimana:
w j = multiplier tenaga kerja total sektor j W j = multiplier tenaga kerja tipe II sektor j ej
= koefisien tenaga kerja
ij = matriks kebalikan koefisien input model tertutup 3.3.
Definisi Operasional Data
a.
Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata Provinsi Bali terdiri dari 16 subsektor, yaitu: sektor restoran, rumah makan dan warung, hotel bintang, hotel non bintang, angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel biro, jasa penunjuang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, dan jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata. b.
Output Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. Pelaku produksi dapat perusahaan atau perorangan milik penduduk atau asing. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di wilayah yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkannya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tersebut. Oleh sebab itu, output sering juga disebut sebagai output domestik karena yang menjadi sorotan adalah produk yang dihasilkan dari suatu wilayah bukan pemiliknya. Wujud produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang berwujud barang dan berwujud jasa. Untuk sektor-sektor yang produknya berupa barang, maka outputnya merupakan hasil kali antara jumlah kuantitas yang dihasilkan dengan harga per unit produksi tersebut. Sedangkan untuk sektor-sektor yang produknya berupa jasa, output
dihitung berdasarkan nilai penerimaan dari jasa yang telah diberikan kepada pihak lain. c.
Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan
sebagai produsen dan konsumen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor yang berperan sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan, isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. d.
Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan
untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan unutk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi dalam negeri atau barang dan jasa yang diperoleh dari impor. Berdasarkan hal ini, jelas bahwa impor adalah komponen penyediaan dan bukan merupakan bagian dari permintaan akhir.
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang yang dicakup meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dari suatu negara mencakup semua pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh penduduk negara tersebut, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Konsumsi penduduk dari suatu negara atau wilayah yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai konsumsi atas barang dan jasa impor. Sebaliknya, konsumsi penduduk asing di wilayah suatu negara diperlakukan sebagai komponen ekspor dari negara atau wilayah tersebut. 2. Pengeluaran konsumsi pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran atas barang dan jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang, dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah. 3. Pembentukan modal tetap Pembentukan modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang modal baru, baik yang berasal
dari dalam negeri maupun impor. Pembelian barang modal bekas dari luar negeri juga dicakup dalam pembentukan modal tetap, karena barang modal tesebut pada dasarnya merupakan barang modal baru di wilayah dalam negeri. Pembentukan modal tetap dalam tabel I-O hanya mencakup pembentukan modal tetap yang dilakukan oleh sektor ekonomi di dalam negeri. 4. Perubahan stok Perubahan stok adalah nilai stok barang pada akhir periode penghitungan dikurangi dengan nilai stok pada awal periode. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. Dalam tabel I-O, perubahan stok diperlakukan sebagai bagian dari alokasi output sektor yang menghasilkan, bukan diletakkan di sektor yang menguasai stok tersebut. 5. Ekspor dan impor Ekspor dan impor meliputi barang dan jasa antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup pembelian lamsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya, pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan sebagai transaksi impor.
e.
Input Primer Input primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari
pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi tersebut antara lain adalah tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Wujud dari input primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung neto. Input primer disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau nilai tambah bruto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama dengan output dikurangi input antara pada sektor tersebut. 1. Upah dan gaji Upah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja (selain pekerja keluarga yang tidak dibayar) yang terlibat dalam kegiatan produksi. Balas jasa tersebut mencakup semua jenis balas jasa, baik yang berupa uang maupun barang. 2. Surplus usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan, dan pajak tak langsung neto.
3. Penyusutan
Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi. 4. Pajak tak langsung neto Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya.
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI
4.1.
Kondisi Geografis Bali Secara geografis, Provinsi Bali terletak pada titik ordinat 850’48’’ LS
(Lintang Selatan) dan 11425’53’’ - 11542’40’’ BT (Bujur Timur). Provinsi Bali memiliki luas wilayah yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan beberapa Provinsi lain di Indonesia yaitu hanya 5.623,86 km2 atau 0,29 persen dari luas keseluruhan kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari enam pulau, yaitu Pulau Bali yang merupakan pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.
Gambar 1. Peta Provinsi Bali Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota dimana Kabupaten Buleleng yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu1.365,88 km2 atau 24,25 persen dari luas Provinsi Bali, selanjutnya diikuti oleh Jembrana 841,80 km2
(14,94 persen), Karangasem 839,54 km2 (14,90 persen), Tabanan 839,3 km2 (14,90 persen), Bangli 520,81 km2 (9,25 persen), Badung 418,52 km2 (7,43 persen), Gianyar 368,00 km2 (6,53 persen), Klungkung 315,00 km2 (5,59 persen), dan Kota Denpasar dengan luas wilayah terkecil yaitu 123,98 km2 (2,20 persen) (BPS Provinsi Bali, 2008).
4.2.
Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebanyak
3.372.880 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.263.296 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk juga ikut meningkatkan kepadatan penduduk yang pada tahun 2006 sebesar 580 jiwa per km2 menjadi 600 jiwa per km2. Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2007 2006 2005 2004 2003
1.144.481 1.128.480 1.096.795 1.078.240 1.078.941
915.230 861.996 905.376 846.565 831.113
2.059.711 1.990.476 2.002.171 1.924.701 1.910.054
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
Diantara kabupaten/kota yang terdapat di Bali, Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar yaitu mencapai 643.274 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 471 jiwa per km2. Kondisi tersebut sangatlah wajar mengingat daya dukung wilayahnya yang masih luas dan masih meungkinkan sebagai tempat permukiman penduduk. Sebaliknya, Kota Denpasar menunjukkan fenomena lain. Jumlah penduduk kota ini sebesar 466.670 jiwa.
Sehingga dengan luas wilayah yang hanya sebesar 123,98 km2, kepadatan penduduknya sebesar 3764 jiwa per km2 (BPS Provinsi Bali, 2008). Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2007 2006 2005 2004 2003
1.096.996 1.059.706 1.043.038 1.031.360 1.014.192
885.138 810.582 852.703 803.805 751.125
1.982.134 1.870.288 1.895.741 1.835.165 1.765.317
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
Pada tahun 2007, jumlah angkatan kerja Provinsi Bali adalah sebesar 2.059.711 jiwa. Dari jumlah tersebut, banyaknya penduduk yang bekerja adalah sebesar 1.982.134 jiwa. Sedangkan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (tingkat pengangguran terbuka) adalah sebesar 77.577 jiwa. Jumlah pengangguran pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 120.188 jiwa. Data-data tersebut disajikan melalui tabel-tabel berikut ini. Tabel 6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2007 2006 2005 2004 2003
47.485 68.774 53.757 46.880 64.749
30.092 51.414 52.673 42.760 79.988
77.577 120.188 106.430 89.640 144.737
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
4.3.
Kondisi Perekonomian Provinsi Bali memiliki perekonomian yang cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari angka Produk Domestik Bruto (PDRB) Bali atas dasar harga konstan 2000 dimana pada tahun 2003 sebesar 19.080.895,84 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 19.963.243,81 juta rupiah,
tahun 2005 sebesar 21.072.444,79 juta rupiah, tahun 2006 sebesar 22.184.679,28 juta rupiah, dan pada tahun 2007 sebesar 23.497.047,07 juta rupiah. Adanya peristiwa ledakan Bom Bali I di Legian pada tahun 2002 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada tahun 2003 mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif mencapai minus 0,51. Namun, pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Bali kembali postitif mencapai 3,56 persen. Tingkat inflasi Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah 5,9 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari angka inflasi pada tahun 2006 yaitu sebesar 4,3 persen. Namun, angka inflasi tahun 2007 masih lebih rendah daripada angka inflasi pada tahun 2005 yang mencapai 11,31 persen. Tingginya tingkat inflasi pada tahun 2005 disebabkan oleh kenaikan harga BBM lebih dari 100 persen yang ditetapkan oleh pemerintah (Kiki, 2008).
4.4.
Sektor Pariwisata Saat ini pengembangan kepariwisataan semakin penting, tidak saja dalam
rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, tapi juga dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Melalui berbagai program dan proyek yang bersumber dari anggaran pusat dan daerah, pemerintah juga membangun berbagai fasilitas fisik dan ekonomi termasuk fasilitas kepariwisataan untuk mengantisipasi peningkatan kunjungan wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran wisatawan dan akhirnya meningkatkan perolehan devisa dan perluasan kesempatan kerja. Jelasnya pengeluaran pemerintah dan wisatawan serta investasi swasta berperan sebagai injeksi dana kedalam perekonomian Bali. Namun ketika
terjadi peledakan bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 memberikan pengaruh yang besar bagi perekonomian di Indonesia khususnya di Bali. Kejadian tersebut selain merusak perekonomian di Indonesia juga merusak nama baik Indonesia dimata internasional. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom tersebut adalah wisatawan asing. Hal ini mengakibatkan penurunan terutama disektor pariwisata dan sektor perdagangan. Pada tahun 2001 Bali mampu mendatangkan 1.356.774 orang wisatawan, pada tahun 2002 kunjungan wisatawan menurun menjadi 1.285.844 orang. Dampak dari bom Bali pertama yang terjadi pada tahun 2002, sangat dirasakan pada tahun 2003 dengan kunjungan wisatawan hanya sebanyak 993.029 orang. Kunjungan wisatawan mulai pulih dirasakan pada tahun 2004 dengan jumlah kedatangan mencapai 1.458.309 orang. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena tahun 2005 Bali kembali diguncang bom kedua. Walaupun peristiwanya terjadi di bulan Oktober, kunjungan wisatawan ke Bali pada tahun 2005 kembali turun menjadi 1.105.202 orang. Di kuartal pertama tahun 2006, kunjungan wisatawan ke Bali juga belum pulih walaupun jumlah kunjungan wisatawan ke Bali meningkat yaitu sebesar 2.066.715 orang, banyak karyawan yang terancam PHK, kredit bank menjadi macet, pajak hotel dan restoran yang semula menjadi andalan APBD menurun drastis, dan masih banyak lagi dampak negatif lain akibat peristiwa tersebut. Pada tahun 2007, kondisi pariwisata membaik dengan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 2.723.382 orang (BPS Provinsi Bali, 2008).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian
Provinsi Bali.
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 (updating), total permintaan Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta. Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 25,698,183 juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 49,657,279 juta. Dengan asumsi bahwa pada saat keseimbangan ekonomi jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Bali adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta (Tabel 7). Dari semua sektor yang ada, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki jumlah permintaan antara tertinggi yaitu sebesar Rp. 7,922,873 juta atau 30.83 persen dari total permintaan antara dan output tersebut digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan permintaan akhir tertinggi adalah dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 19,989,359 juta atau 40.25 persen dari total permintaan akhir. Pariwisata pada tahun 2007 permintaan totalnya mencapai Rp. 27,126,447 juta atau 36.00 persen dari total permintaan total. Jumlah tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 7,137,088 juta atau 27.77 persen dari total permintaan antara seluruh sektor dan permintaan akhir sebesar Rp. 19,989,359 juta atau 40.25 persen dari total permintaan akhir seluruh sektor (Tabel 7.).
Tabel 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 19. 21.
Permintaan Antara Jumlah % 7,922,873 30.83 395,522 1.54 3,586,928 13.96 668,198 2.60 1,012,636 3.94 2,798,682 10.89 1,034,062 4.02
Permintaan Akhir Jumlah % 7,781,924 15.67 35,298 0.07 6,472,883 13.04 563,373 1.13 4,438,281 8.94 3,905,819 7.87 563,347 1.13
Permintaan Total Jumlah % 15,704,796 20.84 430,820 0.57 10,059,811 13.35 1,231,571 1.63 5,450,917 7.23 6,704,501 8.90 1,597,409 2.12
Pertanian Tambang dan galian Industri Pengolahan Listrik dan air minum Bangunan Perdagangan Perbankan Persewaan bangunan dan tanah 459,755 1.79 1,244,956 2.51 1,704,711 2.26 22. Lembaga keuangan lainnya 319,346 1.24 182,655 0.37 502,001 0.67 23. Jasa perusahaan 296,610 1.15 123,253 0.25 419,863 0.56 24. Jasa pemerintahan umum 0 0.00 4,056,602 8.17 4,056,602 5.38 25. Jasa sosial kemasyarakatan 66,484 0.26 299,529 0.60 366,013 0.49 Sektor Pariwisata 7,137,088 27.77 19,989,359 40.25 27,126,447 36.00 7. Restoran, rumah makan, warung 924,085 12.95 6,970,391 34.87 7,894,475 29.10 8. Hotel bintang 920,744 12.90 5,513,144 27.58 6,433,888 23.72 9. Hotel non bintang 57,618 0.81 266,490 1.33 324,107 1.19 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 787,879 11.04 546,511 2.73 1,334,390 4.92 11. Angkutan carter darat 15,551 0.22 165,129 0.83 180,680 0.67 12. Angkutan laut antar pulau/negara 97,443 1.37 202,144 1.01 299,587 1.10 13. Angkutan wisata 37,387 0.52 284,866 1.43 322,253 1.19 14. Angkutan penyebrangan 37,616 0.53 50,196 0.25 87,812 0.32 15. Angkutan udara 976,422 13.68 2,714,265 13.58 3,690,687 13.61 16. Travel biro 172,770 2.42 388,879 1.95 561,649 2.07 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 461,881 6.47 251,575 1.26 713,456 2.63 18. Komunikasi, pos, dan giro 778,824 10.91 656,512 3.28 1,435,336 5.29 20. Money changer 184,875 2.59 23,893 0.12 208,768 0.77 26. Atraksi budaya 831 0.01 7,827 0.04 8,658 0.03 27. Jasa hiburan lainnya 30,022 0.42 181,113 0.91 211,135 0.78 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 1,653,142 23.16 1,766,425 8.84 3,419,567 12.61 Total 25,698,183 100.00 49,657,279 100.00 75,355,462 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Dilihat dari permintaan antara, diantara 16 sektor tersebut terlihat bahwa subsektor jasa perorangan,
rumahtangga lainnya termasuk
pramuwisata
merupakan subsektor pariwisata yang jumlah outputnya paling besar untuk dijadikan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp. 1,653,142 juta atau 23.16 persen dari total permintaan antara sektor pariwisata. Pada permintaan akhir, subsektor restoran, rumah makan dan warung merupakan sektor yang jumlah outputnya paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang tercakup ke dalam sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,970,391 juta atau 34.87 persen dari total permintaan akhir terhadap sektor pariwisata.
5.1.2.
Struktur Konsumsi Rumah Tangga Jumlah konsumsi masyarakat Provinsi Bali terhadap output domestik
adalah sebesar Rp. 22,372,499 juta. Pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut paling besar dipenuhi dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,879,698 juta atau 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik (Tabel 8.). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam memenuhi
kebutuhan
konsumsi
masyarakat
terutama
wisatawan
yang
menggunakan output dari sektor pariwisata untuk memenuhi kebutuhannya. Sektor pertanian berada di urutan kedua dengan jumlah konsumsi terhadap output domestik sebesar Rp. 6,448,154 juta atau 28.82 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Sektor industri pengolahan berada di bawah sektor pertanian, dengan
jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp
3,222,560 juta atau 14.40 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik (Tabel 8.).
Tabel 8. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Konsumsi Rumah Tangga Jumlah % 1. Pertanian 6,448,154 28.82 2. Tambang dan galian 0 0.00 3. Industri Pengolahan 3,222,560 14.40 4. Listrik dan air minum 563,373 2.52 5. Bangunan 0 0.00 6. Perdagangan 2,722,245 12.17 19. Perbankan 538,453 2.41 21. Persewaan bangunan dan tanah 1,244,956 5.56 22. Lembaga keuangan lainnya 180,978 0.81 23. Jasa perusahaan 123,253 0.55 24. Jasa pemerintahan umum 190,603 0.85 25. Jasa sosial kemasyarakatan 258,225 1.15 Sektor Pariwisata 6,879,698 30.75 7. Restoran, rumah makan, warung 2,795,743 40.64 8. Hotel bintang 822,316 11.95 9. Hotel non bintang 36,400 0.53 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 404,734 5.88 11. Angkutan carter darat 24,356 0.35 12. Angkutan laut antar pulau/negara 114,541 1.66 13. Angkutan wisata 56,732 0.82 14. Angkutan penyebrangan 37,372 0.54 15. Angkutan udara 969,736 14.10 16. Travel biro 185,485 2.70 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 143,867 2.09 18. Komunikasi, pos, dan giro 634,000 9.22 20. Money changer 9,505 0.14 26. Atraksi budaya 363 0.01 27. Jasa hiburan lainnya 60,280 0.88 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 584,268 8.49 Total 22,372,499 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Untuk sektor pariwisata, konsumsi rumah tangga paling besar dipenuhi oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung yaitu sebesar Rp. 2,795,743 juta atau 40.64 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata. Tingginya jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga pada restoran, rumah makan dan warung memperlihatkan bahwa sektor tersebut berperan penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Urutan kedua
konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata, ditempati oleh subsektor angkutan udara dengan jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 969,736 juta atau 14.10 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata. Angka ini menunjukkan bahwa para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara paling banyak menggunakan angkutan udara untuk berkunjung ke Pulau Bali.
5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan untuk sektor jasa pemerintahan umum sebesar Rp. 3,865,999 juta atau 83.91 persen dari total konsumsi pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar Rp. 701,155 juta. Jasa sosial kemasyarakatan berada di posisi ketiga dengan kontribusi sebesar Rp.40,137 juta atau 0.87 persen dari total konsumsi pemerintah. Untuk sektor pariwisata, konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan untuk subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata sebesar Rp. 695,863 juta atau 99.25 persen dari total konsumsi pemerintah untuk sektor pariwisata dan diikuti oleh sektor jasa hiburan lainnya dengan kontribusi sebesar Rp. 5,293 atau 0.77 persen dari total konsumsi pemerintah untuk sektor pariwisata (Tabel 9.).
Tabel 9. Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Konsumsi Pemerintah % Jumlah 1. Pertanian 0 0.00 2. Tambang dan galian 0 0.00 3. Industri Pengolahan 0 0.00 4. Listrik dan air minum 0 0.00 5. Bangunan 0 0.00 6. Perdagangan 0 0.00 19. Perbankan 0 0.00 21. Persewaan bangunan dan tanah 0 0.00 22. Lembaga keuangan lainnya 0 0.00 23. Jasa perusahaan 0 0.00 24. Jasa pemerintahan umum 3,865,999 83.91 25. Jasa sosial kemasyarakatan 40,137 0.87 Sektor Pariwisata 701,155 15.22 7. Restoran, rumah makan, warung 0 0.00 8. Hotel bintang 0 0.00 9. Hotel non bintang 0 0.00 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 0 0.00 11. Angkutan carter darat 0 0.00 12. Angkutan laut antar pulau/negara 0 0.00 13. Angkutan wisata 0 0.00 14. Angkutan penyebrangan 0 0.00 15. Angkutan udara 0 0.00 16. Travel biro 0 0.00 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 0 0.00 18. Komunikasi, pos, dan giro 0 0.00 20. Money changer 0 0.00 26. Atraksi budaya 0 0.00 27. Jasa hiburan lainnya 5,293 0.75 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 695,863 99.25 Total 4,607,291 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
5.1.4. Struktur Investasi Jumlah investasi Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5,464,363 juta. Jumlah tersebut merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap sebesar Rp. 5,686,766 juta dan perubahan stok sebesar Rp. -222,402 juta. Investasi terbesar berasal dari sektor bangunan dengan jumlah investasi sebesar Rp. 4,438,281 juta atau 81.22 persen dari jumlah investasi Provinsi Bali.
Tabel 10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Pembentukan Modal Tetap 68,192 0 555,724 0 4,438,281 122,617 0 0 0 0 0 0 501,952 0 0 0
Perubahan Stok
Investasi
Investasi (Persen) 0.10 -0.04 8.59 0.00 81.22 1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.79 0.00 0.00 0.00
1. Pertanian -62,526 5,665 2. Tambang dan galian -2,222 -2,222 3. Industri Pengolahan -86,540 469,183 4. Listrik dan air minum 0 0 5. Bangunan 0 4,438,281 6. Perdagangan -49,281 73,336 19. Perbankan 0 0 21. Persewaan bangunan dan tanah 0 0 22. Lembaga keuangan lainnya 0 0 23. Jasa perusahaan 0 0 24. Jasa pemerintahan umum 0 0 25. Jasa sosial kemasyarakatan 0 0 Sektor Pariwisata -21,832 480,120 7. Restoran, rumah makan, warung 0 0 8. Hotel bintang 0 0 9. Hotel non bintang 0 0 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 11,634 -4,676 6,958 1.45 11. Angkutan carter darat 496 -199 297 0.06 12. Angkutan laut antar pulau/negara 1,548 -622 926 0.19 13. Angkutan wisata 1,411 -567 844 0.18 14. Angkutan penyebrangan 606 -243 362 0.08 15. Angkutan udara 28,757 -11,558 17,199 3.58 16. Travel biro 4,357 -1,751 2,606 0.54 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 5,511 -2,215 3,296 0.69 18. Komunikasi, pos, dan giro 0 0 0 0.00 20. Money changer 0 0 0 0.00 26. Atraksi budaya 0 0 0 0.00 27. Jasa hiburan lainnya 0 0 0 0.00 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 447,632 0 447,632 93.23 Total 5,686,766 -222,402 5,464,364 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Investasi sektor pariwisata berada di urutan kedua dengan jumlah investasi sebesar Rp. 480,120 juta atau 8.79 persen dari total investasi Provinsi Bali, yang terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp. 501,952 juta dan perubahan stok sebesar Rp. -21,832 juta. Investasi terbesar dari sektor pariwisata adalah berasal dari subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata dengan jumlah investasi sebesar Rp. 447,632 juta atau 93.23 persen dari total
investasi sektor pariwisata. Perubahan stok yang bernilai negatif pada beberapa sektor menunjukkan bahwa terjadi pengurangan nilai stok pada sektor-sektor tersebut (Tabel 10.). 5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor Total ekspor Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 17,213,125 juta. Jumlah ekspor terbesar adalah berasal dari sektor pariwisata dengan nilai ekspor sebesar Rp. 11,928,385 juta atau 69.30 persen dari total ekspor Provinsi Bali. Sektor industri pengolahan berada di urutan kedua dengan jumlah ekspor sebesar Rp. 2,781,139 juta atau 16.16 persen dari total ekspor Provinsi Bali. Nilai ekspor sektor pariwisata terbesar berasal dari subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp. 4,690,828 juta atau 39.32 persen dari total ekspor sektor pariwisata. Urutan kedua ditempati oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung dengan total ekspor sebesar Rp. 4,174,647 juta atau 35.00 persen dari total ekspor sektor pariwisata (Tabel 11.). Tingginya nilai ekspor kedua sektor tersebut karena sebagian besar pengguna output dari kedua sektor tersebut adalah wisatawan mancanegara dan tingginya nilai kontribusi ekspor sektor tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat dikembangkan sebagai sektor pariwisata yang berorientasi ekspor dan berpotensi besar untuk menghasilkan devisa. Nilai impor secara keseluruhan sebesar Rp. 7,465,362 juta. Nilai impor sektor pariwisata terbesar diantara sektor lainnya yaitu sebesar Rp. 1,996,438 juta atau 26.29 persen dari total impor Provinsi Bali. Nilai impor tersebut
menunjukkan bahwa tidak mencukupinya sumber daya yang dapat digunakan untuk memproduksi output dari sektor-sektor yang diimpor tersebut sehingga untuk mencukupi kebutuhan output sektor tersebut didatangkan dari impor. Subsektor pariwisata dengan nilai impor tertinggi adalah subsektor restoran, rumah makan, warung yaitu sebesar Rp. 486,774 juta atau 24.80 persen dari total impor sektor pariwisata Provinsi Bali (Tabel 11). Tabel 11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
Ekspor Jumlah 1,328,104 37,520 2,781,139 0 0 1,110,238 24,894 0 1,678 0 0 1,167 11,928,385 4,174,647 4,690,828 230,090 134,818 140,475 86,677 227,290 12,461 1,727,330 200,788 104,413 22,512 14,388 7,464 115,541
% 7.72 0.22 16.16 0.00 0.00 6.45 0.14 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 69.30 35.00 39.32 1.93 1.13 1.18 0.73 1.91 0.10 14.48 1.68 0.88 0.19 0.12 0.06 0.97
Impor Jumlah 1,320,279 65,241 1,584,253 328,716 1,524,782 515,753 60,756 19,988 33,536 6,451 28,616 14,089 1,962,902 486,774 353,219 22,871 130,087 27,999 35,708 67,940 5,999 432,027 43,402 24,228 144,226 8,714 563 15,169
% 1. Pertanian 17.69 2. Tambang dan galian 0.87 3. Industri Pengolahan 21.22 4. Listrik dan air minum 4.40 5. Bangunan 20.42 6. Perdagangan 6.91 19. Perbankan 0.81 21. Persewaan bangunan dan tanah 0.27 22. Lembaga keuangan lainnya 0.45 23. Jasa perusahaan 0.09 24. Jasa pemerintahan umum 0.38 25. Jasa sosial kemasyarakatan 0.19 Sektor Pariwisata 26.29 7. Restoran, rumah makan, warung 24.80 8. Hotel bintang 17.99 9. Hotel non bintang 1.17 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 6.63 11. Angkutan carter darat 1.43 12. Angkutan laut antar pulau/negara 1.82 13. Angkutan wisata 3.46 14. Angkutan penyebrangan 0.31 15. Angkutan udara 22.01 16. Travel biro 2.21 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 1.23 18. Komunikasi, pos, dan giro 7.35 20. Money changer 0.44 26. Atraksi budaya 0.03 27. Jasa hiburan lainnya 0.77 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 38,663 0.32 163,974 8.35 Total 17,213,125 100.00 7,465,362 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam perekonomian Bali, komponen nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Pada tahun 2007, total nilai tambah bruto adalah sebesar Rp.42,191,916 juta. Surplus usaha merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 23,979,154 juta. Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 15,935,382 juta. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 9,267,303 juta diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 4,151,925 juta, penyusutan sebesar Rp 1,855,684 juta dan pajak tidak langsung sebesar Rp. 660,469 juta (Tabel 12). Tabel 12. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 19. 21.
Pertanian Tambang dan galian Industri Pengolahan Listrik dan air minum Bangunan Perdagangan Perbankan Persewaan bangunan dan tanah 22. Lembaga keuangan lainnya 23. Jasa perusahaan 24. Jasa pemerintahan umum 25. Jasa sosial kemasyarakatan Sektor Pariwisata 7. Restoran, rumah makan, warung
Upah dan gaji
Surplus usaha
Penyusutan
206,033 10,477 270,290 125,092 167,251 515,822 24,801
Pajak tidak langsung 66,327 3,899 98,822 8,351 19,902 108,057 3,337
1,917,315 126,014 1,151,038 263,857 933,046 1,231,256 46,988
6,120,679 140,705 2,190,897 448,767 757,322 2,547,351 829,369
50,204
Total
8,310,353 281,095 3,711,047 846,067 1,877,521 4,402,485 904,495
1,270,307
203,239
9,352
1,533,102
81,830 73,171
184,184 173,586
10,753 12,795
2,122 530
278,889 260,081
3,542,785
0
186,461
0
3,729,247
67,644 4,151,925
48,683 9,267,303
5,729 1,855,684
95 660,469
122,152 15,935,382
727,926
2,340,582
305,779
174,232
3,548,519
Tabel 14. Lanjutan 8. Hotel bintang 1,029,162 2,537,424 118,862 305,990 3,991,439 9. Hotel non bintang 66,813 101,861 5,903 8,218 182,796 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 171,121 456,670 128,767 29,656 786,214 11. Angkutan carter darat 20,610 64,365 13,108 5,450 103,533 12. Angkutan laut antar pulau/negara 80,195 101,188 21,012 4,320 206,715 13. Angkutan wisata 82,576 72,068 27,959 5,258 187,860 14. Angkutan penyebrangan 33,261 33,587 6,366 1,563 74,777 15. Angkutan udara 570,637 781,594 757,791 35,023 2,145,045 16. Travel biro 65,022 80,804 60,874 1,227 207,926 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 140,078 349,714 75,966 13,417 579,175 18. Komunikasi, pos, dan giro 153,451 588,962 169,962 15,474 927,849 20. Money changer 17,082 102,423 8,783 3,250 131,538 26. Atraksi budaya 295 5,422 12 479 6,207 27. Jasa hiburan lainnya 32,563 113,805 7,783 1,571 155,722 28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 961,134 1,536,835 146,756 55,341 2,700,067 Total 13,637,072 23,979,154 3,594,428 981,263 42,191,916 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Subsektor pariwisata yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai tambah bruto adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp.3,991,439 juta. Nilai tersebut paling besar berasal dari surplus usaha yaitu sebesar Rp. 2,537,424 juta. Tingginya nilai tambah bruto sektor tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut berperan besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali untuk sektor pariwisata dan sektor tersebut telah dikelola dengan baik dan berpotensi untuk menghasilkan bagi pemilik modal sektor tersebut. Dilihat dari sisi upah dan gaji, proporsi upah dan gaji terbesar berada pada subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp. 1,029,162 juta. Nilai penyusutan terbesar berasal dari sektor pariwisata sebesar Rp. 1,866,437 juta. Dari nilai kontribusi penyusutan tersebut, subsektor angkatan udara memberikan kontribusi
terbesar yaitu sebesar Rp.757,791 juta. Pajak tidak langsung merupakan kontribusi sektor-sektor perekonomian kepda pemerintah berupa pajak sebagai pemasukan bagi pemerintah. Sektor yang memberikan kontribusi pajak tidak langsung terbesar adalah sektor pariwisata sebesar Rp. 662,591 juta. Dari nilai tersebut, subsektor hotel bintang memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar Rp. 305,990 juta. 5.2.
Analisis Keterkaitan
5.2.1. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output sektor tersebut yang dialokasikan secara langsung ke sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matrik kebalikan Leontief terbuka. Dalam perekonomian Provinsi Bali, sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar yaitu 1.87216. Nilai tersebut mengandung arti bahwa setiap satu-satuan nilai output sektor pariwisata dialokasikan kepada sektor-sektor lainnya maupun kepada sektor pariwisata itu sendiri sebesar 1.87216 satuan (Tabel 13).
Tabel 13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Sektor
Keterkitan ke Depan
Keterkitan ke Belakang
Langsung Langsung dan Langsung Langsung dan Tidak Tidak Langsung Langsung Pertanian 0.51607 2.13431 0.38677 1.60981 Tambang dan Galian 0.07135 1.10092 0.19610 1.30851 Sektor Industri Pengolahan 0.39101 1.66810 0.47362 1.74817 Sektor Listrik dan Air Minum 0.08358 1.14479 0.04611 1.06733 Sektor Bangunan 0.31506 1.40919 0.37583 1.57889 Sektor Perdagangan 0.24076 1.46055 0.26643 1.41065 Sektor Pariwisata 1.87216 3.51443 0.34019 1.52315 Perbankan 0.25297 1.35233 0.39574 1.60510 Persewaan Bangunan dan Tanah 0.12795 1.17249 0.08894 1.13903 Lembaga Keuangan Lainnya 0.08505 1.11517 0.37764 1.54528 Jasa Perusahaan 0.04620 1.07387 0.36519 1.55556 Jasa Pemerintahan Umum 0.00000 1.00000 0.07364 1.11371 Jasa Sosial kemasyarakatan 0.01182 1.01763 0.62777 1.95858 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Subsektor pariwisata yang mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar 1.32705. Nilai tersebut menunjukkan keterkaitan langsung ke depan dari sektor tersebut terhadap sektorsektor ekonomi lainnya termasuk dengan sektor itu sendiri. Arti dari nilai keterkaitan output langsung ke depan subsektor hotel bintang adalah setiap satu satuan nilai output sektor hotel bintang dialokasikan kepada sektor lain dan kepada sektor hotel bintang itu sendiri sebesar 1.32705 satuan (Tabel 14.). Hal ini menunjukkan peran dari sektor tersebut dalam menyediakan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor lain dalam proses produksi maupun digunakan untuk memenuhi permintaan akhir cukup besar.
Tabel 14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang SubSektor Pariwisata di Provinsi Bali Subsektor Pariwisata
Keterkitan ke Depan
Langsung 7. 8. 9. 10.
Langsung dan Tidak Langsung 1.57916 2.58157 1.02649
Keterkaitan ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung Langsung
Restoran, Rumah makan, warung 0.44811 0.48885 1.74468 Hotel Bintang 1.32705 0.32472 1.49568 Hotel Non Bintang 0.01800 0.36544 1.54171 Angkutan Umum darat dan angkutan darat lainnya 0.17177 1.29234 0.31332 1.40345 11. Angkutan carter darat 0.00281 1.00519 0.27201 1.35667 12. Angkutan laut antar pulau/negara 0.03542 1.04905 0.19081 1.25180 13. Angkutan Wisata 0.00929 1.01467 0.20621 1.28889 14. Angkutan Penyebrangan 0.00839 1.01354 0.08013 1.10857 15. Angkutan Udara 0.24184 1.37625 0.30174 1.47436 16. Travel Biro 0.06844 1.09038 0.55252 1.83722 17. Jasa Penunjang Angkutan Lainnya 0.35138 1.42481 0.15425 1.22638 18. Komunikasi, pos, dan Giro 0.49725 1.66637 0.25308 1.35840 20. Money Changer 0.13411 1.17607 0.32819 1.49821 26. Atraksi Budaya 0.00039 1.00051 0.21795 1.34411 27. Jasa Hiburan Lainnya 0.03574 1.04259 0.19061 1.25725 28. Jasa Perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 0.75957 2.00469 0.16245 1.23535 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 13, sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi yaitu sebesar 3.51443. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan industripengolahan. Subsektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang paling tinggi adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar 2.58157, yang berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor hotel bintang sebesar satu satuan, maka output sektor hotel bintang akan naik secara langsung dan tidak langsung sebesar 2.58157 satuan (Tabel 14.). Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa sektor hotel bintang mempunyai peranan penting dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor
lainnya dan sektor itu sendiri di Provinsi Bali apabila dibandingkan dengan sektor pariwisata lainnya 5.2.2. Keterkaitan ke Belakang Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Berdasarkan Tabel 13, nilai keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar adalah sektor jasa sosial kemasyarakatan. Nilai keterkaitan langsung ke belakang sektor pariwisata adalah sebesar 0.34019 dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsungnya sebesar 1.52315. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor pariwisata, maka sektor pariwisata akan membutuhkan input sebesar 0.34019 secara langsung dan sebesar 1.52315 secara langsung dan tidak langsung dari sektor lain yang menyediakan input termasuk dari sektor itu sendiri. Dilihat dari Tabel 14, subsektor pariwisata yang mempunyai nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinngi adalah subsektor travel biro yaitu sebesar 0.55252. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada subsektor travel biro sebesar satu satuan, maka subsektor travel biro memerlukan input dari sektor lain dan dari sektor itu sendiri secara langsung sebesar 0.55252 satuan. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor ini paling mampu menarik industri hulunya sebesar 0.55252 satuan tiap kenaikan permintaan akhir satu satuan.
Sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah dari sektor travel biro sebesar 1.83722. Arti dari nilai tersebut adalah apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor travel biro sebesar satu satuan, maka sektor travel biro akan membutuhkan input dari sektor-sektor lainnya termasuk sektor travel biro secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.83722. Nilai keterkaitan ke belakang sektor travel biro lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai keterkaitan ke depannya, artinya sektor travel biro lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya yang dibutuhkan oleh sektor lainnya. Hal ini menunjukkan sektor travel biro cenderung digunakan sebagai permintaan akhir atau outputnya langsung dikonsumsi oleh para pelaku ekonomi. 5.3.
Analisis Penyebaran
5.3.1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Koefisien penyebaran yang disebut juga sebagai daya penyebaran ke belakang menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung suatu sektor dengan semua sektor yang ada, atau efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Nilai koefisien penyebaran diperoleh dari nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang diboboti dengan jumlah sektor, kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor.
Berdasarkan Tabel 15, sektor jasa sosial kemasyarakatan memiliki nilai koefisien penyebaran terbesar dan nilai koefisien penyebaran sektor pariwisata adalah sebesar 2.22546. Nilai koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi Bali semuanya lebih besar dari satu, yang berarti semua sektor mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membangun industri hulunya secara keseluruhan. Tabel 15. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Sektor
Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Pertanian 2.35207 3.11843 Tambang dan Galian 1.91185 1.60854 Sektor Industri Pengolahan 2.55423 2.43725 Sektor Listrik dan Air Minum 1.55946 1.67264 Sektor Bangunan 2.30690 2.05895 Sektor Perdagangan 2.06109 2.13400 Sektor Pariwisata 2.22546 5.13490 Perbankan 2.34520 1.97588 Persewaan Bangunan dan Tanah 1.66423 1.71311 Lembaga Keuangan Lainnya 2.25779 1.62936 Jasa Perusahaan 2.27282 1.56902 Jasa Pemerintahan Umum 1.62723 1.46109 Jasa Sosial kemasyarakatan 2.86166 1.48685 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Dilihat dari Tabel 16, subsektor pariwisata yang mempunyai nilai koefisien penyebaran lebih dari satu adalah travel biro (1.28914), restoran, rumah makan dan warung (1.22420), hotel non bintang (1.08179), money changer (1.05126), hotel bintang (1.04949), dan angkutan udara (1.03453). Nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu menunjukkan tingginya kemampuan kemampuan suatu sektor dalam menarik pertumbuhan sektor-sektor hulunya diatas rata-rata. Artinya, ketujuh subsektor tersebut dapat mempengaruhi peningkatan output sektor-sektor yang digunakan sebagai input oleh ketujuh subsektor pariwisata
tersebut. Dengan kata lain, ketujuh subsektor tersebut mampu memberi dukungan untuk memacu pertumbuhan industri hulunya. Tabel 16. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali Subsektor Pariwisata
Koefisien Kepekaan Penyebaran Penyebaran 7. Restoran, rumah makan, warung 1.22420 1.10806 8. Hotel bintang 1.04949 1.81143 9. Hotel non bintang 1.08179 0.72026 10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 0.98477 0.90680 11. Angkutan carter darat 0.95194 0.70531 12. Angkutan laut antar pulau/negara 0.87836 0.73609 13. Angkutan wisata 0.90439 0.71197 14. Angkutan penyebrangan 0.77786 0.71117 15. Angkutan udara 1.03453 0.96568 16. Travel biro 1.28914 0.76509 17. Jasa penunjang angkutan lainnya 0.86052 0.99975 18. Komunikasi, pos, dan giro 0.95316 1.16925 20. Money changer 1.05126 0.82522 26. Atraksi budaya 0.94313 0.70203 27. Jasa hiburan lainnya 0.88219 0.73156 28. Jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata 0.86682 1.40664 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
5.3.2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Kepekaan penyebaran atau yang disebut juga dengan daya penyebaran ke depan menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor-sektor tersebut (sektor hilir). Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari koefisien keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Hasil analisis kepekaan penyebaran berdasarkan Tabel 15 memperlihatkan bahwa sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi sebesar 5.13490. Namun, secara keseluruhan semua sektor perekonomian di Provinsi Bali memiliki nilai kepekaan
penyebaran yang lebih dari satu. Hal ini menunjukkan besarnya kemampuan setiap sektor dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Subsektor pariwisata yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran lebih besar dari satu adalah hotel bintang (1.81143), jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata (1.40664), komunikasi, pos, dan giro (1.16925), dan restoran, rumah makan, warung (1.10806). Arti dari nilai-nilai tersebut adalah bahwa keempat sektor tersebut memiliki kemampuan dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya di atas rata-rata. Nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu menunjukkan bahwa output dari sektor-sektor tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi langsung. 5.4.
Analisis Dampak Multiplier Analisis dampak multiplier bertujuan untuk melihat dampak perubahan
dari variabel-variabel endogen apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir. Analisis dampak pengganda yang digunakan terdiri dari dua tipe yaitu, tipe I yang diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matrik kebalikan Leontief terbuka dan tipe II yang diperoleh dari matrik kebalikan Leontief tertutup. Pengganda tipe I dan tipe II adalah hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industry (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi.
Pengganda tipe I diperoleh dengan jalan menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satu satuan efek awal, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dengan menjumlahkan semua tahap dalam proses mekanisme dampak untuk setiap satu satuan efek awal. Pada pengganda output tipe I dan II, dampak diukur untuk tiap satu satuan perubahan output, sedangkan pada pengganda pendapatan tipe I dan II diukur setiap satu satuan perubahan pendapatan. 5.4.1. Analisis Dampak Multiplier Output Berdasarkan hasil analisis multiplier output pada Tabel 17, sektor yang mempunyai nilai multiplier output tipe I tertinggi adalah sektor jasa sosial kemasyarakatan dengan nilai sebesar 1.9586. Sedangkan, sektor yang mempunyai nilai multiplier output tipe II tertinggi adalah sektor jasa pemerintahan umum dengan nilai sebesar 2.8546. Sektor pariwisata mempunyai nilai multiplier tipe I sebesar 1.5231. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor pariwisata sebesar satu rupiah, maka output pada semua sektor akan meningkat sebesar 1.5231 rupiah. Apabila efek konsumsi masyarakat diperhitungkan dengan memasukkan rumah tangga ke dalam model, maka didapat nilai pengganda tipe II yang nilainya selalu lebih besar dari tipe I. Nilai multiplier output tipe II sektor pariwisata adalah sebesar 1.9657, yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata sebesar satu rupiah, maka output di semua sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1.9657 rupiah.
Tabel 17. Multiplier Output Ssektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali SECTOR
INITIAL
FIRST
INDUST
CONS'M
TOTAL
TYPE I
TYPE II
Pertanian Tambang dan Galian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik dan Air Minum
1
0.3868
0.223
0.4007
2.0106
1.6098
2.0106
1
0.1961
0.1124
0.6662
1.9747
1.3085
1.9747
1
0.4736
0.2745
0.4199
2.1681
1.7482
2.1681
1
0.0461
0.0212
0.4386
1.5059
1.0673
1.5059
Sektor Bangunan Sektor Perdagangan
1
0.3758
0.2031
0.5161
2.095
1.5789
2.095
1
0.2664
0.1442
0.4579
1.8685
1.4106
1.8685
Sektor Pariwisata
1
0.3402
0.183
0.4426
1.9657
1.5231
1.9657
Perbankan Persewaan Bangunan dan Tanah Lembaga Keuangan Lainnya
1
0.3957
0.2094
0.2142
1.8193
1.6051
1.8193
1
0.0889
0.0501
0.0987
1.2377
1.139
1.2377
1
0.3773
0.1674
0.4526
1.9973
1.5447
1.9973
Jasa Perusahaan 1 0.3652 0.1904 0.4984 2.054 1.5556 2.054 Jasa Pemerintahan Umum 1 0.0736 0.0401 1.7409 2.8546 1.1137 2.8546 Jasa Sosial kemasyarakatan 1 0.6278 0.3308 0.6372 2.5958 1.9586 2.5958 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Nilai multiplier output tipe I subsektor pariwisata yang dilihat berdasarkan Tabel 18 berkisar antara 1.1086-1.8372. Nilai multiplier output tipe I tertinggi adalah subsektor travel biro dengan nilai 1.8372. Nilai tersebut menunjukkan jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output travel biro sebesar satu rupiah, maka output pada semua sektor akan meningkat sebesar Rp. 1.8372. Tingginya nilai multiplier subsektor travel biro adalah karena sektor ini banyak digunakan secara langsung oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara selama mereka berwisata di Provinsi Bali.
Tabel 18. Multiplier Output Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali SECTOR Restoran, rumah makan, warung
INITIAL
FIRST
INDUST
CONS'M
TOTAL
TYPE I
TYPE II
1
0.4888
0.2558
0.3839
2.1286
1.7447
2.1286
Hotel bintang
1
0.3247
0.171
0.4493
1.945
1.4957
1.945
Hotel non bintang Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan carter darat Angkutan laut antar pulau/negara
1
0.3654
0.1763
0.5623
2.104
1.5417
2.104
1
0.3133
0.0901
0.419
1.8224
1.4035
1.8224
1
0.272
0.0847
0.3644
1.7211
1.3567
1.7211
1
0.1908
0.061
0.6078
1.8596
1.2518
1.8596
Angkutan wisata Angkutan penyebrangan
1
0.2062
0.0827
0.5867
1.8756
1.2889
1.8756
1
0.0801
0.0284
0.7752
1.8838
1.1086
1.8838
Angkutan udara
1
0.3017
0.1726
0.4269
1.9013
1.4744
1.9013
Travel biro Jasa penunjang angkutan Lainnya Komunikasi, pos, dan giro
1
0.5525
0.2847
0.4699
2.3071
1.8372
2.3071
1
0.1543
0.0721
0.4534
1.6797
1.2264
1.6797
1
0.2531
0.1053
0.3124
1.6708
1.3584
1.6708
Money changer
1
0.3282
0.17
0.2633
1.7615
1.4982
1.7615
Atraksi budaya
1
0.218
0.1262
0.16
1.5041
1.3441
1.5041
Jasa hiburan lainnya 1 0.1906 0.0666 0.3609 1.6182 1.2573 1.6182 Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 1 0.1625 0.0729 0.6049 1.8402 1.2353 1.8402 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Apabila efek konsumsi rumah tangga dimasukkan ke dalam model, maka akan didapat multiplier output tipe II, dimana nilainya lebih besar dari multiplier output tipe II. Nilai multiplier output tipe II subsektor pariwisata berkisar antara 1.2606-2.3071. Nilai multiplier output tipe II subsektor pariwisata tertinggi berasal dari subsektor travel biro sebesar 2.3071. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pengeluaran rumah tangga yang bekerja di subsektor travel biro sebesar satu rupiah, maka output semua sektor akan meningkat sebesar Rp. 2.3071.
Dari hasil analisis di atas, tingginya nilai multiplier output baik tipe I maupun tipe II subsektor travel biro dibandingkan subsektor pariwisata lainnya menunjukkan bahwa subsektor travel biro merupakan subsektor pariwisata yang mampu mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah output wilayah yang berarti mampu mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah pada tingkat yang lebih baik. 5.4.2.
Analisis Dampak Multiplier Pendapatan Berdasarkan tabel 19, sektor ekonomi yang berada di urutan pertama
adalah sektor perbankan. Nilai multipler pendapatan tipe I sektor perbankan adalah 3.7231 dan nilai multiplier tipe II sebesar 4.7352. Sektor pariwisata memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1.4738, yang berarti bahwa adanya peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara sektoral sebesar Rp. 1.4738 secara langsung maupun tidak langsung. Nilai multiplier pendapatan tipe II sektor pariwisata adalah sebesar 1.8801. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah pada sektor pariwisata, maka pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata yang dibelanjakan ke semua sektor perekonomian lainnya akan meningkat sebesar Rp. 1.8801, dimana rumah tangga dimasukkan sebagai variabel endogen dalam model. Dilihat berdasarkan subsektor pariwisata pada Tabel 20, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor yang mempunyai potensi untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, dengan nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 2.4116 dan tipe II sebesar 3.0622. Subsektor lainnya yang memiliki
potensi dalam peningkatan pendapatan masyarakat yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung dan subsektor travel biro. Tabel 19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali SECTOR
INITIAL
FIRST
INDUST
CONS'M
TOTAL
TYPE I
TYPE II
Pertanian
0.1221
0.0526
0.0302
0.0557
0.2606
1.6783
2.1345
Tambang dan Galian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik dan Air Minum
0.2925
0.0313
0.0168
0.0926
0.4332
1.1645
1.4811
0.1144
0.0633
0.037
0.0584
0.273
1.8763
2.3864
0.2142
0.007
0.003
0.061
0.2852
1.0467
1.3313
Sektor Bangunan
0.1712
0.0644
0.0283
0.0717
0.3356
1.5416
1.9607
Sektor Perdagangan
0.1836
0.0306
0.0199
0.0636
0.2977
1.2747
1.6212
Sektor Pariwisata
0.1531
0.0482
0.0251
0.0615
0.2878
1.4783
1.8801
Perbankan Persewaan Bangunan dan Tanah Lembaga Keuangan Lainnya
0.0294
0.0509
0.0292
0.0298
0.1393
3.7231
4.7352
0.0295
0.0135
0.0075
0.0137
0.0642
1.7135
2.1793
0.1631
0.0453
0.0231
0.0629
0.2943
1.4188
1.8045
Jasa Perusahaan 0.1743 0.0537 0.0268 0.0693 0.3241 1.4622 1.8597 asa Pemerintahan Umum 0.8733 0.011 0.0057 0.242 1.132 1.0191 1.2962 Jasa Sosial kemasyarakatan 0.1848 0.0948 0.0462 0.0886 0.4144 1.7628 2.242 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan, dapat disimpulkan bahwa sektor perbankan adalah sektor yang paling potensial dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian, dan pendapatan daerah. Dilihat dari subsektor pariwisata, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan sektor-sektor perekonomian, dan pendapatan daerah. Oleh karena itu, pemerintah harus mengalokasikan setiap satuan uang permintaan akhir untuk dibelanjakan kepada output sektor-sektor yang mempunyai angka pendapatan tertinggi. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi peningkatan
pendapatan dalam perekonomian, yaitu dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat Provinsi Bali agar segera terbebas dari belenggu lingkaran setan kemiskinan. Tabel 20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali SECTOR Restoran, rumah makan, warung
INITIAL
FIRST
INDUST
CONS'M
TOTAL
0.0922
0.068
0.0369
0.0532
0.2503
2.1374
2.714
0.16
0.0461
0.0246
0.0622
0.2929
1.4419
1.8308
Hotel non bintang Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan carter darat Angkutan laut antar pulau/negara
0.2061
0.0573
0.0252
0.0779
0.3665
1.4001
1.7779
0.1282
0.0744
0.0124
0.058
0.2731
1.6772
2.1296
0.1141
0.0615
0.0115
0.0505
0.2375
1.64
2.0825
0.2677
0.0352
0.0091
0.0842
0.3961
1.1655
1.4799
Angkutan wisata Angkutan penyebrangan
0.2562
0.0339
0.011
0.0812
0.3824
1.1753
1.4924
0.3788
0.0148
0.0044
0.1074
0.5053
1.0506
1.3341
Angkutan udara
0.1546
0.0401
0.0245
0.0591
0.2783
1.4175
1.7999
Travel biro Jasa penunjang angkutan Lainnya Komunikasi, pos, dan giro
0.1158
0.084
0.0414
0.0651
0.3063
2.0836
2.6457
0.1963
0.0249
0.0115
0.0628
0.2955
1.1853
1.505
0.1069
0.0364
0.0171
0.0433
0.2037
1.5002
1.9049
Money changer
0.0818
0.0308
0.0225
0.0365
0.1716
1.6521
2.0978
Hotel bintang
TYPE I
TYPE II
Atraksi budaya 0.0341 0.03 0.0181 0.0222 0.1043 2.4116 3.0622 Jasa hiburan lainnya 0.1542 0.0213 0.0097 0.05 0.2352 1.2012 1.5253 Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 0.2811 0.0191 0.0104 0.0838 0.3943 1.1047 1.4027 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
5.4.3. Analisis Dampak Multiplier Tenaga Kerja Hasil analisis multiplier tenaga kerja pada Tabel 21, memperlihatkan bahwa sektor pariwisata berada di urutan ketiga untuk multiplier tenaga kerja tipe I yaitu sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Nilai multiplier tenaga kerja sektor pariwisata tipe I sebesar 1.9531 berarti bahwa sektor pariwisata akan
menciptakan lapangan kerja sebanyak 2 orang pada semua sektor perekonomian apabila output sektor pariwisata meningkat sebesar satu juta rupiah. Nilai multiplier tipe II sektor pariwisata sebesar 2.7533 berarti bahwa jika terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebesar satu unit, maka akan mempunyai dampak peningkatan lapangan kerja sebesar 3 unit diseluruh sektor perekonomian. Tabel 21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali SECTOR Pertanian Tambang dan Galian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik dan Air Minum Sektor Bangunan Sektor Perdagangan
INITIAL 0.0455 0.0198
FIRST 0.0133 0.0042
INDUST 0.0066 0.0029
CONS'M 0.0109 0.0182
TOTAL 0.0763 0.0451
TYPE I 1.4376 1.3562
TYPE II 1.6783 2.2737
0.0287
0.0148
0.008
0.0115
0.063
1.794
2.193
0.0032 0.0236 0.0278
0.0007 0.0088 0.0043
0.0005 0.0054 0.0034
0.012 0.0141 0.0125
0.0163 0.0519 0.048
1.3761 1.6025 1.2785
5.1473 2.1996 1.7283
Sektor Pariwisata 0.0151 0.0092 0.0052 0.0121 0.0416 1.9531 2.7533 Perbankan 0.0058 0.0055 0.0051 0.0059 0.0222 2.8071 3.809 Persewaan Bangunan dan Tanah 0.0058 0.0018 0.0012 0.0027 0.0115 1.5276 1.9932 Lembaga Keuangan Lainnya 0.0321 0.0057 0.004 0.0124 0.0541 1.3016 1.6872 Jasa Perusahaan 0.0343 0.0055 0.0051 0.0136 0.0585 1.3099 1.7072 asa Pemerintahan Umum 0.0465 0.0012 0.001 0.0475 0.0963 1.0492 2.0724 Jasa Sosial kemasyarakatan 0.0098 0.0105 0.0091 0.0174 0.0468 2.9939 4.7637 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 22, subsektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I tertinggi adalah subsektor atraksi budaya sebesar 6.4881. Nilai tersebut mengandung arti bahwa subsektor atraksi budaya akan menciptakan lapangan kerja untuk 6 orang tenaga kerja di semua sektor perekonomian jika output sektor tersebut meningkat sebesar Rp. 1 juta. Subsektor pariwisata lain yang memiliki
nilai multiplier tenaga kerja tipe I tinggi adalah subsektor travel biro dan subsektor restoran, rumah makan dan warung. Tabel 22. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali SECTOR Restoran, rumah makan, warung
INITIAL
FIRST
INDUST
CONS'M
TOTAL
TYPE I
TYPE II
0.014
0.016
0.0072
0.0102
0.0474
2.6615
3.3951
Hotel bintang
0.0242
0.01
0.0047
0.012
0.0509
1.607
2.1019
Hotel non bintang Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan carter darat Angkutan laut antar pulau/negara
0.0312
0.0081
0.0044
0.015
0.0588
1.4021
1.8827
0.0075
0.0045
0.0019
0.0112
0.0252
1.8575
3.3407
0.0067
0.0039
0.0017
0.0097
0.022
1.8373
3.2876
0.0157
0.0024
0.0014
0.0162
0.0357
1.2384
2.2691
Angkutan wisata Angkutan penyebrangan
0.0151
0.0029
0.0018
0.0156
0.0354
1.3116
2.3511
0.0223
0.0011
0.0006
0.0207
0.0447
1.0777
2.007
Angkutan udara
0.0091
0.0044
0.0045
0.0114
0.0293
1.975
3.2286
Travel biro Jasa penunjang angkutan Lainnya Komunikasi, pos, dan giro
0.0068
0.0101
0.0075
0.0125
0.037
3.5927
5.4355
0.0115
0.0028
0.0016
0.0121
0.0281
1.3878
2.436
0.0063
0.0031
0.0022
0.0083
0.0199
1.8411
3.168
Money changer
0.0161
0.0037
0.0034
0.007
0.0302
1.4427
1.8794
Atraksi budaya
0.0018
0.0066
0.0035
0.0043
0.0163
6.4881
8.7968
Jasa hiburan lainnya 0.0082 0.0021 0.0018 0.0096 0.0217 1.4726 2.646 Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 0.015 0.0029 0.0017 0.0161 0.0357 1.3097 2.3886 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Dilihat dari tabel 24, subsektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe II tertinggi adalah subsektor atraksi budaya sebesar 8.9587, artinya apabila terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di subsektor atraksi budaya sebesar satu unit akan berdampak pada peningkatan lapangan kerja sebesar 9 orang di seluruh sektor perekonomian. Sektor pariwisata lain yang memiliki nilai
multiplier tenaga kerja yang tinggi adalah sektor travel biro dan sektor restoran, rumah makan dan warung. Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata melalui sub sektornya yaitu subsektor atraksi budaya yang memiliki nilai pengganda tenaga kerja terbesar menjadi sangat sensitif dalam menciptakan lapangan kerja dibandingkan dengan sektor lain dalam pembangunan perekonomian Provinsi Bali. Hal ini disebabkan sektor atraksi budaya bersifat padat tenaga kerja. Demikian pula sebaliknya, sektor dengan nilai pengganda tenaga kerja yang kecil menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang sensitif dalam menciptakan lapangan kerja karena sektor tersebut lebih bersifat padat modal. Dengan penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata melalui subsektornya yaitu sektor atraksi budaya yang tinggi, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung sektor pariwisata dapat mengurangi pengangguran di berbagai sektor ekonomi di Provinsi Bali, sehingga pemerintah dapat terus mengembangkan sektor ini dalam mengatasi masalah pengangguran yang ada di Provinsi Bali.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Bali
Tahun 2007 (updating), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi Bali relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari posisi sektor pariwisata yang berada pada urutan pertama untuk struktur permintaan sebesar 36.00 persen dari total permintaan, konsumsi rumah tangga sebesar 30.75 persen dari total konsumsi rumah tangga, ekspor sebesar 69.30 persen dari total ekspor, dan nilai tambah bruto sebesar 37.77 persen dari total nilai tambah bruto. Sedangkan untuk struktur konsumsi pemerintah dan investasi sektor pariwisata terhadap total perekonomian Provinsi Bali masing-masing sebesar 15.22 persen dan 8.79 persen. 2. Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan langsung dan tidak langsung) yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, berarti sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Subsektor hotel bintang memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel biro yang memiliki nilai terbesar. 3.
Secara umum hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor pariwisata menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan koefisien penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata
mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan industri hilirnya dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan industri hulunya. Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi. Sedangkan untuk kepekaan penyebaran, sektor hotel bintang memiliki nilai tertinggi. 4. Berdasarkan nilai multiplier output tipe I dan tipe II, nilai multiplier output tipe I sektor pariwisata adalah 1.5231 dan tipe II sebesar 1.9657. Nilai multiplier pendapatan tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.4783 dan tipe II adalah sebesar 1.8801. Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Subsektor travel biro mempunyai nilai multiplier output tipe I dan tipe II. Dari hasil analisis multiplier pendapatan tipe I dan tipe II, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Provinsi Bali. Pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, subsektor atraksi budaya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat. 6.2.
Saran
1. Tindakan
pemerintah
daerah
Provinsi
Bali
dalam
mengembangkan
pembangunan pariwisata sebagai sektor unggulan sebaiknya diimbangi dengan pembangunan di sektor lain di luar sektor pariwisata, misalnya adalah sektor perbankan yang memberikan nilai multiplier pendapatan tertinggi dalam analisis input-output tahun 2007 yang menunjukkan bahwa sektor perbankan merupakan sektor yang memiliki potensi tertinggi untuk
meningkatkan
pendapatan
masyarakat.
Pembangunan
terhadap
sektor
perbankan diharapkan mampu mendorong sektor-sektor perekonomian lainnya melalui pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh sektor perbankan. 2. Untuk mengurangi jumlah pengangguran Provinsi Bali, maka pemerintah daerah diharapkan melakukan pengembangan terhadap subsektor atraksi budaya. Hal ini dikarenakan sektor tersebut merupakan sektor yang paling besar dalam menyerap tenaga kerja. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu tetap melestarikan atraksi-atraksi kebudayaan yang dapat mendatangkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. 3. Pemerintah juga diharapkan memperhatikan kelangsungan hidup pariwisata dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan cara mengembangkan
sarana
dan
prasarana
pendukung
kepariwisataan,
meningkatkan pelayanan kepariwisataan, menjaga kondisi keamanan Provinsi Bali dan meningkatkan kegiatan promosi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Studi Banding Terhadap Dampak Pengeluaran Wisatawan dan Investasi Swasta Terhadap Kinerja Perekonomian di Bali. http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2004/jiunkpe-ns-s1-200431400394-3816-wisatawan-chapter1.pdf [28 Februari 2009]. Anonim. 2008. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 2000 – 2007. www.budpar.go.id [17 Maret 2009]. Ary.
2005. “Pekerja Pariwisata Resah” [Warta Bali Online]. http://www.wartabali.com/index/article/1650.htm [5 Februari 2009].
Badan Pusat Statistik Propinsi Bali. 2008. Bali dalam Angka 2008. BPS Propinsi Bali, Bali. Badan Pusat Statistik. 2008. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bellante, D. dan M. Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Budiman, A. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. Dumairy, M. A. dan Sumiharti, Y [editor]. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sihotang [Penerjemah]. Program Perencanaan Nasional FEUI-Bapenas. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Kiki. 2008. “Penduduk Miskin Bali akan Bertambah 25 Ribu Jiwa”. http://www.okezone.com [20 Mei 2009]. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta, Bandung. Murdianto. 1991. Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian [Project Working Paper]. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Priyarsono, D. S, Sahara dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta.
Rachmawati, E. 2005. Dampak Sosial Ekonomi Kegiatan Pariwisata Alam di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan [Laporan Akhir]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sanjaya, K. 2006. Peran Sektor Keuangan dalam Pengembangan Pariwisata Bali. www.bi.go.id [10 Desember 2008]. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Frans Gromang [Penerjemah]. Pradnya Paramita, Jakarta. Warningsih, T. 2001. Peranan Sektor Perikanan dalam Pembangunan Daerah dan Dampaknya terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan kesempatan Kerja di Propinsi Riau. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Yoeti, O. A. 2003. Tours and Travel Marketing. Pradnya Pramitra, Jakarta.
Lampiran 1. Klasifikasi 28 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sektor Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Sayur-sayuran Buah-buahan Kacang Tanah Kacang kedelai Tanaman Bahan Mkanan Lainnya Kelapa Tembakau Kopi Tanaman Perkebunan Lainnya Ternak Besar Ternak Kecil Jasa Pemotongan Ternak Unggas dan hasil-hasilnya Kehutanan dan hasil-hasilnya Ikan Laut Ikan darat dan hasil lainnya Pengeringan dan penggaraman ikan Batu Padas Barang galian lainnya Pertambangan Penggilingan padi, penyosohan beras Industri kopra, minyak goreng Industri Kopi Industri makanan, minuman, dan tembakau Industri tenun/tekstil Industri pakaian jadi/garmen Industri barang dari kulit Penggergajian kayu Industri kerajinan Kayu Industri barang kayu lainnya Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, barang dari kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak Industri kerajinan dan bahan galian Industri bahan bangunan (barang mineral bukan logam) lainnya Industri karoseri dan alat angkutan
Klasifikasi 28 Sektor 1. Sektor Pertanian
2. Sektor Tambang dan Galian 3. Sektor Industri Pengolahan
Lampiran 1. Lanjutan
40
51
industri logam dasar dan barang logam lainnya Industri barang perhiasan Industri pengolahan lainnya Listrik Air minum Bangunan Tempat Tinggal Perdagangan Restoran, Rumah makan, warung Hotel Bintang Hotel Non Bintang Angkutan Umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan carter darat
52
Angkutan laut antar pulau/negara
53 54
Angkutan Wisata Angkutan Penyebrangan
55 56 57
Angkutan Udara Travel Biro Jasa Penunjang Angkutan Lainnya
58
Komunikasi, pos, dan Giro
59 60 61
Perbankan Money Changer Persewaan Bangunan dan Tanah
62
Lembaga Keuangan Lainnya
63 64
Jasa Perusahaan Jasa Pemerintahan Umum
65
Jasa Sosial kemasyarakatan
66 67
Atraksi Budaya Jasa Hiburan Lainnya
68
Jasa Perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
4. Sektor Listrik dan Air Minum 5. Sektor Bangunan 6. Sektor Perdagangan 7. Sektor Restoran 8. Sektor Hotel Bintang 9. Sektor Hotel Non-Bintang 10. Sektor Angkutan Umum Darat 11. Sektor Angkutan Carter Darat 12. Sektor Angkutan laut antar pulau/negara 13. Sektor Angkutan Wisata 14. Sektor Angkutan Penyebrangan 15. Sektor Angkutan Udara 16. Sektor Travel Biro 17. Sektor Jasa Penunjang Angkutan Lainnya 18. Sektor Komunikasi, pos, dan Giro 19. Sektor Perbankan 20. Sektor Money Changer 21. Sektor Persewaan Bangunan dan Tanah 22. Sektor Lembaga Keuangan Lainnya 23. Sektor Jasa Perusahaan 24. Sektor Jasa Pemerintahan Umum 25. Sektor Jasa Sosial kemasyarakatan 26. Sektor Atraksi Budaya 27. Sektor Jasa Hiburan Lainnya 28. Sektor Jasa Perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata
Lampiran 1. Lanjutan kode Sektor 190 Jumlah Input Antara 200 Jumlah Impor 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak Tidak Langsung 209 Nilai Tambah Bruto 210 Jumlah Input 180 Jumlah Permintaan Antara 301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 302
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
303 304 305 309 310 600 700
Pembentukan Modal tetap Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Jumlah Output Jumlah Penyediaan
Klasifikasi 28 Sektor Jumlah Input Antara Jumlah Impor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tidak Langsung Nilai Tambah Bruto Jumlah Input Jumlah Permintaan Antara Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal tetap Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Jumlah Output Jumlah Penyediaan