Analisis Potensi Resource Efficiency and Cleaner Production pada Usaha Kecil dan Menengah Tahu dan Tempe Hidayah Sepadawati, El Khobar Muhaemin Nazech, dan Nyoman Suwartha Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak UKM tahu dan tempe merupakan dua contoh UKM yang menggunakan sumber daya dan menghasilkan limbah yang tidak sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi resource efficiency and cleaner production serta potensi perbaikan lingkungan industri dan finansial pada kedua UKM tersebut. Kajian dilakukan dengan menggunakan analisis aliran material. Potensi RECP dicapai dengan melakukan perencanaan tata kelola yang baik. Potensi perbaikan lingkungan yang dapat diambil adalah dengan mengurangi pemakaian air sebesar 28,7% untuk UKM tahu, menghentikan terbuangnya air di luar proses produksi sebesar 102,9% untuk UKM tahu dan 4,9% untuk UKM tempe, serta mengurangi emisi CO2 sebesar 76,6% dari penggantian lampu, dan 98,7% dari penggantian bahan bakar untuk UKM tahu dan 58,3% untuk UKM tempe dari penggantian bahan bakar. Manfaat finansial berupa peningkatan keuntungan yang didapatkan, yaitu 4,7% untuk UKM tahu dan 11,5% untuk UKM tempe. Penerapan RECP pada UKM tahu dan tempe berpotensi untuk perbaikan lingkungan industri dan finansial meskipun bernilai kecil.
Potential Analysis of Resource Efficiency and Cleaner Production in Small Medium Enterprises of Tofu and Tempeh Abstract Tofu and tempeh SMEs are two examples of SMEs that use resources and generate much waste water. This study aimed to analyze the potential of resource efficiency and cleaner production, and the potential of industrial environment improvement along with financial improvement in both SMEs. Assessment was performed using material flow analysis. The potential of RECP will be achieved by good housekeeping. Industrial environment improvements will be gain by reducing 28.7% water use for tofu SME, reducing 102.9% wastage of water outside the production process for tofu SME and 4.9% for tempeh SME, furthermore reducing 76.6% CO2 emissions from light bulb substitution and 98.7% from fuel substitution for tofu SME and 58.3% for tempeh SME from fuel substitution. Financial improvements are in the form of profit enhancement about 4.7% for tofu SME and 11.5% for tempeh SME. Implementation of RECP in tofu and tempeh SMEs potentially improve industrial environment and financial although their small values. Key Words: Good Housekeeping; Material Flow Analysis; Resource Efficiency and Cleaner Production; Tempeh Small Medium Enterprise; Tofu Small Medium Enterprise
PENDAHULUAN Industri merupakan salah satu sumber utama permasalahan lingkungan dan pencemar udara, air dan tanah. Industri juga membakar bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan membuang emisi dan limbah yang dihasilkan kembali ke alam. Dampak lingkungan dari siklus hidup suatu produk paling besar berasal dari proses produksi yang menghasilkan emisi, air limbah dan sampah. Selain itu pada proses produksinya, sebuah industri menggunakan 1
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
berbagai sumber daya alam sebagai bahan baku yang kemudian diproses menjadi suatu produk. Bahan baku merupakan sektor yang menggunakan biaya yang paling besar (BPS, 2010). Industri seharusnya mencoba untuk mengurangi konsumsi sumber daya energi dan material untuk menghemat biaya, tidak terlalu bergantung pada pasar, mengurangi risiko melalui zat kimia yang berbahaya dan pada saat yang sama ramah pada lingkungan. Salah satu jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menghasilkan limbah yang tidak sedikit adalah UKM tahu dan tempe. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam air limbah industri tahu dan tempe umumnya sangat tinggi. Air limbah yang dihasilkan oleh industri-industri tahu dan tempe merupakan masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga langsung mengalirkan air limbahnya ke selokan atau badan air tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu (Said & Wahjono, 1999). Perlindungan lingkungan industri merupakan kontribusi yang dapat dilakukan oleh industri sebagai sumber utama permasalahan lingkungan untuk mencegah, mengurangi dan membatasi dampak terhadap lingkungan dan penggunaan sumber daya alam dengan rasional (European Environmental Bureau, 2005). Resource efficiency and cleaner production (RECP) adalah aplikasi berkelanjutan dari strategi preventif lingkungan pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengungi risiko pada manusia dan lingkungan (UNIDO, 2005). Dalam UKM tahu dan tempe, RECP dapat membantu untuk mengurangi bahan baku yang digunakan dan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, juga menawarkan kesempatan untuk memiliki dampak signifikan pada mitigasi lingkungan sambil mengurangi kemiskinan di perkotaan. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait cleaner production pada industri tahu, salah satunya adalah menerapkan produksi bersih dengan menentukan kondisi optimum operasi pembuatan tahu (Ratri & Musthofa, 2011). Selain itu penelitian lainnya dilakukan untuk mengkaji kinerja lingkungan industri tahu yang telah menerapkan produksi bersih dan yang belum terkait adanya inefisiensi pada setiap tahapan proses produksi industri tahu (Khamdan, 2010). Penelitian-penelitian tersebut lebih berfokus pada produksi bersih UKM tahu, dan di antaranya ada juga yang membahas tentang efisiensi sumber daya. Belum ada yang membahas mengenai efisiensi sumber daya dan produksi bersih pada UKM tempe. Padahal dalam produksinya UKM tempe juga menggunakan bahan baku yang sama. Karena itu timbullah pertanyaan: bagaimana potensi RECP dari proses produksi UKM tahu dan tempe? dan bagaimana potensi perbaikan lingkungan industri dan finansial jika dibandingkan dengan sistem yang digunakan saat ini?
2
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi RECP dari proses produksi UKM tahu dan tempe, serta untuk membandingkan potensi perbaikan lingkungan industri dan finansial dengan sistem yang digunakan saat ini.
TINJAUAN TEORITIS Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Perhitungan emisi GRK dilakukan dengan menggunakan 2006 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan mengenai emisi dari pembakaran bahan bakar yang digunakan sebagai sumber energi pada UKM tahu dan tempe. Pembakaran bahan bakar pada UKM tahu dan tempe termasuk ke dalam pembakaran stasioner. Karena tidak dilakukan perpindahan selama proses pembakaran berlangsung. Secara umum emisi setiap GRK dari sumber stasioner dihitung dengan mengkalikan konsumsi bahan bakar dengan faktor emisi yang berkaitan. Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan perhitungan emisi GRK, yaitu tier 1, tier 2 dan tier 3. Untuk menggunakan Tier 1 diperlukan data mengenai jumlah bahan bakar yang terbakar pada sumber dan emisi faktor. Untuk menggunakan pendekatan Tier 2 memerlukan data jumlah bahan bakar yang dibakar pada sumber dan faktor emisi spesifik negara untuk tiap kategori sumber dan bahan bakar untuk setiap gas. Pada Tier 3, jenis bahan bakar yang digunakan, teknologi pembakaran, kondisi pengoperasian, teknologi pengontrolan, kualitas pemeliharaan dan usia peralatan yang digunakan untuk membakar bahan bakar dipertimbangkan dengan memisahkan statistik pembakaran bahan bakar terhadap kemungkinan yang berbeda dan menggunakan faktor emisi yang bergantung pada perbedaan tersebut (Gomez, et al., 2006). Resource Efficiency and Cleaner Production RECP merupakan aplikasi berkelanjutan dari sebuah strategi pencegahan lingkungan terintegrasi untuk proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko pada manusia dan lingkungan. Secara khusus bekerja untuk memajukan: (1) Efisiensi produksi meningkatkan penggunaan sumber daya alam produktif oleh UKM, (2) Konservasi lingkungan melalui minimasi dampak terhadap lingkungan oleh UKM, dan (3) Pengembangan manusia melalui pengurangan resiko terhadap manusia dan masyarakat dari UKM dan mendukung perkembangannya.
3
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Resource efficiency (RE) secara umum mengenai pengelolaan bahan baku, energi dan air beserta nilai yang dimilliki untuk memperkecil limbah dan dampak merugikan bagi ekosistem melalui seluruh daur hidup produksi. Dengan sumber daya yang efisien akan mengurangi biaya produksi. Ketika dilakukan dengan tepat, RE dapat menjadi cara yang relatif murah dan cepat untuk mengurangi limbah maupun biaya proses pengolahan selanjutnya dan biaya pembuangan. Menggunakan sumber daya juga dapat menghemat uang perusahaan, karena jika mereka dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien, mereka hanya akan membeli sumber daya baru dengan jumlah yang sedikit (UNEP, 2010). Dalam proses produksi, Cleaner production (CP) merupakan penyelamatan bahan baku dan energi, mengeliminasi bahan baku yang beracun dan mengurangi jumlah dan toksisitas limbah dan emisi. Jika dibandingkan dengan pengolahan dengan teknologi end-ofpipe, CP memberikan beberapa keuntungan seperti: (1) mengurangi jumlah material dan energi yang dikonsumsi pada proses produksi, sehingga mendukung solusi ekonomi, (2) Tanggung jawab untuk proses produksi dapat diasumsikan secara keseluruhan, risiko dalam bidang kewajiban lingkungan dan pembuangan limbah dapat diminimalkan, dan (3) Minimasi limbah dan emisi merupakan langkah maju untuk perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (UNIDO, 2005). Analisis Aliran Material Analisis aliran material merupakan kajian sistematis dari aliran dan persediaan material dalam sistem yang didefinisikan dalam ruang dan waktu. Aplikasi analisis aliran material pada RECP bertujuan untuk: (1) menunjukkan gambaran material yang digunakan pada perusahaan, (2) Identifikasi titik awal, volume dan penyebab limbah dan emisi, serta (3) Memungkinkan perusahaan untuk mengevaluasi biaya produksi dari limbah dan emisi. Sebuah analisis aliran material yang lengkap terdiri dari tujuh langkah yaitu: (1) mendefinisikan tujuan dari analisis aliran material dan parameter yang akan dipantau, (2) mendefinisikan lingkup, (3) mendefinisikan periode, (4) mengidentifikasi dan mendefinisikan langkah-langkah proses, (5) menggambar diagram alir: pendekatan kualitatif aliran material, (6) menggambar keseimbangan: pendekatan kuantitatif aliran material, dan (7) interpretasi hasil dan menarik kesimpulan (UNIDO, 2005). Capital Budgeting Capital Budget dikenal juga sebagai pengambilan keputusan investasi. Tujuan dilakukannya capital budgeting adalah untuk memastikan pemilihan kapital proyek yang menguntungkan, memastikan pengontrolan yang efektif pada pengeluaran kapital, membuat estimasi pengeluaran kapital selama periode anggaran dan untuk melihat bahwa keuntungan 4
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
dan biaya dapat diukur dalam istilah aliran kas (cash flow) (Periasamy, 2011). Terdapat beberapa metode yang direkomendasikan untuk mengevaluasi pengajuan investasi kapital, yaitu Metode Payback period dan Metode Net present value. Payback period (PBP) menetapkan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memulihkan investasi awal secara penuh dengan bantuan aliran dana tahunan yang dihasilkan proyek. Kriteria keputusan untuk PBP adalah jika nilai PBP lebih rendah dari nilai PBP yang dapat diterima maka proyek diterima. Jika nilai PBP melebihi nilai PBP yang dapat diterima maka proyek ditolak (Tarquin & Blank, 2002). Metode net present value (NPV) merupakan salah satu teknik discounted cash flow yang secara eksplisit mengenali nilai waktu dari uang. Pada metode ini semua aliran masuk dan keluar dikonversi menjadi present value dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai. NPV didapatkan dengan mengurangi present value dari aliran kas keluar dari present value aliran kas masuk. Present value didapatkan dengan mengalikan aliran kas dengan discounted factor yang sesuai dengan tingkat suku bunga. Discounted factor didapatkan dari tabel Compound Interest. Kriteria keputusan untuk NPV adalah jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek diterima. Jika nilai NPV lebih rendah dari nol maka proyek ditolak (Tarquin & Blank, 2002).
METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dari pengukuran langsung dan data sekunder yang berasal dari studi literatur. Pengukuran massa bahan baku dan produk dilakukan pada masukan dan keluaran setiap kegiatan pada proses produksi tahu dan tempe. Pengukuran dilakukan menggunakan timbangan dan dihitung massa jenis dari setiap bahan baku dan produk. Pengukuran massa air dilakukan dengan mengukur volume wadah yang digunakan dan kemudian dikalikan dengan massa jenis air. Selain itu, pengukuran massa air juga dihitung dengan menghitung debit air yang keluar dari keran. Pengukuran massa bahan bakar berupa kayu bakar dan batok kelapa dilakukan sebelum proses produksi dimulai. Kayu bakar dan batok kelapa dipisahkan dan ditimbang terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengukuran massa kayu bakar dan batok kelapa dilakukan dengan menggunakan timbangan. Pengukuran penggunaan biogas dilakukan dengan menghitung lama pemakaian biogas dan juga mencari informasi jumlah biogas yang dihasilkan oleh digester Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) setiap harinya. Pengukuran 5
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
penggunaan energi listrik dilakukan dengan menghitung lama pemakaian peralatan yang menggunakan energi listrik. Selain itu juga dicari informasi terkait spesifikasi teknis dari peralatan tersebut. Pengukuran langsung ini dilakukan sebanyak satu kali pada masing-masing UKM tahu dan tempe. Pengukuran hanya dilakukan satu kali karena proses produksi pada UKM tahu dan tempe merupakan sistem yang tetap. Setiap harinya UKM tahu dan tempe memproduksi tahu dan tempe dengan kapasitas yang sama yaitu 50 kg. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dan diolah untuk mendapatkan potensi RECP pada UKM tahu dan tempe. Analisis dilakukan dengan pembuatan diagram alir proses produksi tahu dan tempe. Hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat diagram alir proses produksi tahu dan tempe adalah dengan mendefinisikan tujuan analisis aliran material dan parameter yang akan dipantau, mendefinisikan lingkup dan periode, serta mendefinisikan langkah-langkah proses. Data yang telah didapatkan dari pengukuran langsung selanjutnya dimasukkan ke dalam diagram alir. Pada diagram alir tersebut dihitung keseimbangan materialnya dengan menggunakan rumus keseimbangan massa. Massa yang masuk ke dalam proses produksi harus sama dengan massa produk yang keluar dari dalam proses produksi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis aliran material adalah: !!"#$!"
!!"#$% =
(1)
dimana: minput
= aliran material yang masuk ke dalam sistem (kg)
moutput
= aliran material yang keluar dari sistem (kg) Perhitungan emisi GRK dilakukan sebagai salah satu parameter untuk menentukan
bahan bakar yang lebih ramah lingkungan untuk UKM tahu dan tempe. Massa bahan bakar yang didapatkan dari pengukuran langsung. Pendekatan yang digunakan untuk perhitungan emisi GRK akan dipilih dengan menggunakan decision tree untuk estimasi emisi dari pembakaran stasioner yang berasal dari IPCC. Potensi RECP dapat dilihat dari hasil analisis aliran material. Pada analisis aliran material akan terlihat proses mana saja yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Setelah semua sumber limbah diidentifikasi, dilakukan pengkajian tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengintervensi sistem tersebut. Hal yang dapat dilakukan tersebut meliputi modifikasi proses produksi dan produk serta perencanaan tata kelola yang baik. Hal tersebut berlaku juga untuk energi, dapat dilakukan modifikasi proses produksi, penggantian 6
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
peralatan yang mengkonsumsi energi atau penggantian bahan bakar dengan bahan bakar lain yang memiliki emisi GRK lebih rendah. Potensi perbaikan lingkungan industri dapat dilihat dengan melakukan analisis terhadap dampak yang diberikan oleh intervensi yang diberikan kepada sistem. Analisis dampak tersebut kemudian dibandingkan dengan kondisi yang terjadi di UKM tahu dan tempe. Potensi perbaikan finansial dapat dilihat dengan melakukan analisis biaya yang dikeluarkan untuk memberikan intervensi pada sistem dan membandingkannya dengan biaya yang dikeluarkan saat ini untuk proses produksi tahu dan tempe. Selain itu dihitung juga kelayakan finansial dari investasi yang dilakukan untuk menerapkan RECP dengan menggunakan metode payback period dan net present value.
HASIL PENELITIAN Studi kasus dilakukan di satu UKM tahu dan tempe yang terletak di Komplek Primkopti Jakarta Selatan. Proses produksi UKM tahu terdiri dari proses perendaman, penggilingan, perebusan, penyaringan, penggumpalan, pencetakan, pemotongan dan penggorengan. Pada UKM tahu ini dilakukan tiga kali proses produksi tahu dalam satu hari dengan jumlah kedelai yang sama pada setiap proses produksi. Proses produksi UKM tempe terdiri dari proses perebusan, perendaman, pemecahan, penyaringan, pencucian, peragian, pembungkusan dan fermentasi. Pada UKM tempe ini proses produksi dilakukan satu kali dalam satu hari. Tabel 1. merupakan data aliran material pada UKM tahu dan UKM tempe. Di Komplek Primkopti Jakarta Selatan terdapat IPAL Biogas yang merupakan bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2007. Biogas yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan proses produksi satu UKM tahu.
PEMBAHASAN Aliran Material Proses Produksi Tahu Pembahasan dimulai dengan mengidentifikasi aliran material untuk proses produksi tahu dan tempe. Tujuan analisis aliran material proses produksi tahu adalah untuk menemukan limbah pada setiap tahapan proses produksi, mengkuantifikasi jumlah limbah yang dihasilkan dan menentukan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan. Material yang dipantau untuk proses produksi tahu meliputi bahan baku (kedelai, air, larutan asam dan minyak goreng) dan produk (tahu, ampas kedelai, minyak goreng dan air limbah). Ruang lingkup analisis aliran material ini adalah proses produksi tahu. Periode waktu analisis aliran material ini adalah satu 7
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
hari proses produksi. Satu hari produksi ini mewakili tahapan-tahapan dan jumlah bahan baku yang biasa digunakan setiap hari. Proses produksi pada UKM Tahu tempat objek studi terdiri dari tahapan perendaman, penggilingan, perebusan, penyaringan, penggumpalan, pencetakan dan pemotongan, dan penggorengan. Gambar 1. merupakan diagram aliran material proses produksi tahu: Tabel 1. Aliran Material Proses Produksi UKM Tahu dan Tempe Aliran Material Proses Produksi UKM Tahu Material Masukan (kg) Keluaran (kg) Kedelai 50 84 Air 90 56 Penggilingan Kedelai 84 Air 84 Bubur Kedelai 168 Perebusan Bubur Kedelai 168 552 Air 384 Penyaringan Bubur Kedelai 552 Air 423 148,5 Sari Kedelai 714 Ampas Kedelai 112,5 Penggumpalan Sari Kedelai 714 796,5 Larutan Asam 82,5 Pencetakan dan Sari Kedelai 796,5 Pemotongan Tahu 188,5 Air 525,5 Larutan Asam 82,5 Penggorengan Tahu 188,5 135 Minyak Goreng 27 17 Aliran Material Proses Produksi UKM Tempe Tahapan Proses Material Masukan (kg) Keluaran (kg) Perebusan Kedelai 50 106,5 Air 105 48,5 Perendaman Kedelai 106,5 133 Air 60 33,5 Pemecahan kedelai Kedelai 133 122,5 Air 22,5 66,5 Air Perendaman 33,5 Penyaringan dan Kedelai 122,5 101,2 Pencucian Air 510 524,3 Kulit Kedelai 7 Peragian Kedelai 101,2 97,2 Ragi 0,26 Air 61 65,26 Fermentasi Tempe 97,2 105,3 Tahapan Proses Perendaman
Jumlah kedelai yang masuk ke dalam sistem adalah sebesar 50 kg pada proses perendaman. Kedelai keluar dari sistem dalam bentuk ampas kedelai dan tahu. Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi adalah sebesar 981 kg, dengan pemakaian terbesar pada proses penyaringan sebesar 423 kg. Jumlah air limbah yang keluar dari proses produksi adalah sebesar 730 kg, dengan pengeluaran terbesar pada proses pencetakan dan pemotongan 8
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
sebesar 525,5 kg. Jumlah air yang keluar dari sistem tidak sama dengan jumlah air yang masuk ke dalam sistem karena sebagian air terkandung di dalam ampas kedelai dan tahu.
: Batasan Sistem : Kedelai : Air : Air Limbah
LEGENDA : Bubur Kedelai : Sari Kedelai : Ampas Kedelai : Larutan Asam
: Tahu : Minyak
Gambar 1. Aliran Bahan Baku Proses Produksi Tahu
Selain itu, sebagian air juga menghilang pada proses penggorengan. Pada proses penggorengan tidak terjadi keseimbangan massa karena terjadi penyusutan massa pada tahu. Pada proses produksi tahu ini digunakan 50 kg kedelai untuk menghasilkan 135 kg tahu. Terjadi peningkatan massa sebesar 270% selama proses produksi. Aliran Material Proses Produksi Tempe Analisis aliran material pada proses produksi UKM tempe bertujuan untuk menemukan limbah pada setiap tahapan proses produksi, mengkuantifikasi jumlah limbah yang dihasilkan dan menentukan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan. Material yang dipantau untuk proses produksi tempe adalah aliran material yang meliputi bahan baku (kedelai, air dan ragi) dan produk (tempe, kulit kedelai dan air limbah). Ruang lingkup analisis aliran material ini adalah proses produksi tempe. Periode waktu analisis aliran material ini adalah satu kali proses produksi. Satu kali produksi ini mewakili tahapan-tahapan dan jumlah bahan baku yang biasa digunakan setiap hari. Proses produksi pada UKM Tempe 9
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
tempat objek studi terdiri dari tahapan perebusan, perendaman, pemecahan kedelai, penyaringan dan pencucian, peragian, dan fermentasi. Gambar 2. merupakan diagram aliran material proses produksi tempe.
Air Limbah
: Batasan Sistem : Kedelai : Air : Air Limbah
LEGENDA
: Kulit Kedelai : Ragi : Tempe
Gambar 2. Aliran Bahan Baku Proses Produksi Tempe
Kedelai masuk ke dalam proses perebusan sebesar 50 kg. Kedelai keluar dari sistem dalam bentuk tempe dan kulit kedelai. Kulit kedelai umumnya berjumlah 8% dari jumlah kedelai keseluruhan (Wiryani, 2009). Jumlah air yang masuk ke dalam sistem adalah sebesar 758,5 kg dan jumlah air yang keluar dari sistem adalah sebesar 704,56 kg. Jumlah air yang masuk dan yang keluar tidak sama karena air terserap pada kedelai dan juga kulit kedelai. Jumlah air yang terkandung pada tempe dan kulit kedelai adalah sekitar 7,1% dari penggunaan air secara keseluruhan. Pada gambar tersebut, jumlah masukan keseluruhan adalah sebanyak 808,76 kg dan jumlah keluaran keseluruhan adalah 816,86 kg. Jumlah masukan dan keluaran keseluruhan proses produksi tempe ini tidak sama. Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme pada kedelai. Dari 50 kg kedelai yang digunakan dihasilkan tempe sebanyak 105,3 kg, sehingga terjadi peningkatan massa sebesar 210,6% selama proses produksi. 10
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Analisis Potensi Resource Efficiency and Cleaner Production Proses Produksi Tahu RECP dapat dicapai dengan melakukan modifikasi proses dan perencanaan tata kelola yang baik. Namun, pada UKM tahu ini, RECP dicapai dengan melakukan perencanaan tata kelola yang baik. Terdapat enam hal yang perlu dipertimbangkan, diperiksa dan diamati dalam perencanaan tata kelola yang baik, yaitu sebagai berikut: •
Bahan baku: Menghindari kehilangan bahan baku dengan melakukan penuangan kedelai untuk perendaman dengan teliti, serta membersihkan bubur kedelai yang masih tersisa pada mesin setelah proses penggilingan.
•
Air: Pengurangan penggunaan air dengan pemasangan keran air pada pipa air bersih, melakukan beberapa kali proses penyaringan.
•
Limbah: Penggunaan kembali air setelah perendaman untuk penggilingan akan mengurangi air limbah yang dihasilkan, pengurangan air pada proses penyaringan akan mengurangi air limbah yang dihasilkan dari proses pencetakan dan pemotongan. Air limbah akan mengalir ke IPAL biogas, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan pada IPAL seperti menghilangkan sedimen pada digester, pengecekan kebocoran pada pemipaan biogas dan pada digester, pembersihan saluran menuju IPAL dan penggantian filter batuan.
•
Energi: Penggantian lampu pijar dengan lampu TL (Tube Lamp)
•
Keselamatan dan Kesehatan: Pembelian Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan anti panas dan bot, penggunaan pakaian lengan panjang dan celana panjang, penggantian ember dengan ember yang talinya masih ada.
•
Penyimpanan dan Penanganan Bahan Baku: Penyimpanan kedelai sudah cukup baik. Penggantian drum penyimpanan air dengan bak yang sudah berada di ruang kerja UKM tahu. Bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi tahu adalah biogas dan kayu
bakar, selain itu juga digunakan energi listrik. Biogas digunakan pada proses perebusan dan penggorengan. Pada proses perebusan biogas digunakan selama kurang lebih 5 jam, dan untuk proses penggorengan selama kurang lebih 2 jam. Digester IPAL di kawasan Primkopti dapat menghasilkan volume biogas sebesar 35 m3/hari (KLH, 2007). Sehingga penggunaan biogas untuk proses perebusan adalah 7,3 m3/hari dan 2,9 m3/hari untuk proses penggorengan. Kayu bakar digunakan pada proses perebusan dan penggorengan. Jumlah penggunaan pada kedua proses tersebut sekitar 100 kg. Energi listrik digunakan pada tahap penggilingan, perebusan dan penggorengan. Pada tahap penggilingan energi listrik digunakan untuk mesin 11
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
giling dengan durasi sekitar 30 menit. Pada tahap perebusan dan penggorengan, energi listrik digunakan untuk blower dengan durasi sekitar 5 jam dan 2 jam. Analisis Potensi Resource Efficiency and Cleaner Production Proses Produksi Tempe RECP dapat dicapai dengan melakukan modifikasi proses dan perencanaan tata kelola yang baik. Namun, pada UKM tempe ini, RECP dicapai dengan melakukan perencanaan tata kelola yang baik. Terdapat enam hal yang perlu dipertimbangkan, diperiksa dan diamati dalam perencanaan tata kelola yang baik, yaitu sebagai berikut: •
Bahan Baku: Melakukan pemindahan kedelai dari satu proses ke proses lainnya dengan teliti. Selain itu perlu dilakukan pemasangan jaring aluminium pada drum pemindahan kedelai.
•
Air: Optimalisasi kegiatan pemindahan kedelai dari satu proses ke proses lainnya akan mengurangi penggunaan air di luar proses produksi.
•
Limbah: Memastikan karung untuk kulit kedelai terbuka, sehingga kulit kedelai tidak tercecer di lantai dan secara tidak langsung mengurangi penggunaan air untuk membersihkan lantai ruang kerja. Air limbah akan mengalir ke IPAL biogas, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan pada IPAL seperti menghilangkan sedimen pada digester, pengecekan kebocoran pada pemipaan biogas dan pada digester, pembersihan saluran menuju IPAL dan penggantian filter batuan.
•
Energi: Ruang kerja cukup terbuka sehingga tidak diperlukan sumber pencahayaan tambahan.
•
Keselamatan dan Kesehatan: Pembelian APD seperti sarung tangan anti panas dan bot, penggunaan pakaian lengan panjang dan celana panjang.
•
Penyimpanan dan Penanganan Bahan Baku: Penyimpanan kedelai sudah cukup baik. Selain itu sebaiknya dilakukan pemasangan jaring aluminium pada drum pemindahan kedelai. UKM Tempe menggunakan batok kelapa dan kayu bakar sebagai bahan bakar dan
juga energi listrik. Batok kelapa dan kayu bakar digunakan pada tahap perebusan. Jumlah batok kelapa yang digunakan sekitar 11 kg setiap harinya. Sedangkan jumlah kayu yang digunakan sekitar 10 kg setiap harinya. Lama perebusan pada produksi tempe adalah sekitar 2 jam. Energi listrik digunakan pada tahap pemecahan kedelai yang bertujuan untuk memecahkan kedelai. Lama pemecahan kedelai adalah sekitar 20 menit.
12
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Perbandingan Potensi Perbaikan Lingkungan dan Finansial UKM Tahu Dari beberapa usulan kegiatan, berikut adalah potensi perbaikan lingkungan industri yang akan didapatkan dengan menerapkan usulan kegiatan tersebut: •
Bahan Baku: Tidak terlalu banyak kedelai yang terbuang, jumlahnya kurang dari 0,5%.
•
Air: Pemasangan keran air akan mengurangi terbuangnya air dari pengisian drum air sebesar 996,84 kg atau 101,6% di luar proses produksi. Melakukan beberapa kali proses penyaringan akan mengurangi penggunaan air sebanyak 282 kg atau 28,7% dari penggunaan air.
•
Limbah: Pengurangan penggunaan air pada proses penyaringan akan mengurangi air limbah pada proses pencetakan dan pemotongan sebesar 282 kg atau 38,6% dari jumlah keseluruhan air limbah yang dihasilkan.
•
Energi: Penggantian lampu pijar menjadi lampu TL dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 42 kg per kWh pemakaian listrik atau berkurang sekitar 76,6%. Pemakaian listrik berkurang sekitar 84 kWh.
•
Keselamatan dan Kesehatan: Penggunaan APD dan ember dengan tali akan mengurangi pengurangan air di luar proses produksi sebesar 12,5 kg atau sebesar 1,3%.
•
Penyimpanan dan Penanganan Bahan Baku: Penggantian drum air menjadi bak air akan mengurangi terbuangnya air di luar proses produksi. Untuk menentukan pengukuran yang digunakan pada perhitungan emisi, maka
digunakan decision tree untuk estimasi emisi dari pembakaran stasioner. Dari decision tree tersebut, diputuskan metode perhitungan yang digunakan untuk perhitungan emisi kayu bakar dan biogas adalah pendekatan Tier 1 dan pendekatan Tier 2 untuk perhitungan emisi dari energi listrik karena faktor emisi spesifik penggunaan listrik di Indonesia tersedia. Emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran biogas adalah 0,0111 kg, dari pembakaran kayu bakar adalah 173,4 kg dan dari penggunaan listrik adalah 2,23 kg. Potensi RECP adalah menggunakan biogas saja sebagai bahan bakar. Sehingga pengurangan emisi CO2 adalah sebesar 173,4 kg atau 98,7% dari emisi secara keseluruhan. Berikut adalah potensi perbaikan finansial yang akan didapatkan dengan menerapkan usulan kegiatan tersebut: •
Investasi untuk penerapan RECP dilakukan untuk pemasangan keran air, penggantian lampu pijar menjadi lampu TL, serta pembelian APD seperti sarung tangan anti panas dan bot. Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan untuk penerapan RECP adalah sebesar Rp. 527.000,-. 13
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
•
Biaya operasional dan pemeliharaan UKM tahu terdiri dari biaya untuk pembelian kacang kedelai, pemakaian listrik untuk mesin giling dan blower, transportasi, kayu bakar dan minyak goreng. Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan UKM tahu adalah sebesar Rp. 493.987,-.
•
Pendapatan UKM tahu berasal dari penjualan tahu dan juga oncom putih. Jumlah pendapatan per hari UKM tahu adalah sebesar Rp. 948.000,-. Penghematan dari usulan kegiatan yang dijelaskan sebelumnya adalah berhentinya
pembelian kayu bakar untuk bahan bakar. Sehingga biaya operasi dan pemeliharaan akan berkurang sekitar Rp. 21.420,- menjadi Rp. 472.567,- per hari. Sehingga keuntungan yang akan diperoleh pun akan meningkat sebesar Rp. 21.420,-, dari Rp. 454.013,- menjadi Rp. 475.433,- per hari. Keuntungan yang diperoleh UKM tahu meningkat sebesar 4,7%. Jika UKM tahu diasumsikan mengajukan kredit mikro kepada salah satu Bank Pemerintah. Bunga terendah untuk kredit mikro yang diberikan oleh Bank Pemerintah adalah sebesar 11,60% untuk periode akhir Maret hingga akhir April 2013. Sehingga diasumsikan pada saat penerapan RECP, bunga kredit mikro masih tetap sama yaitu sebesar 11,60%. Jumlah kapital yang dipinjam oleh UKM tahu adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dengan asumsi Rp. 527.000,- akan digunakan untuk penerapan RECP dan Rp. 473.000,- akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. NPV bernilai Rp. 6.014.175,-. NPV bernilai lebih dari nol, maka investasi penerapan RECP diterima. PBP bernilai 47 hari. Jangka waktu peminjaman yang diharapkan adalah selama satu tahun. Maka nilai PBP lebih rendah dari nilai PBP yang diinginkan. Maka investasi penerapan RECP diterima. Tabel 2. merupakan rangkuman potensi penerapan RECP UKM tahu. Perbandingan Potensi Perbaikan Lingkungan dan Finansial UKM Tempe Dari beberapa usulan kegiatan, berikut adalah potensi perbaikan lingkungan industri yang akan didapatkan dengan menerapkan usulan kegiatan tersebut: •
Bahan Baku: Jumlah kedelai yang terbuang diperkirakan berjumlah 0,25 kg – 0,5 kg (0,5 – 1%). Peningkatan massa dari kedelai menjadi tempe adalah sebesar 210,6%. Sehingga 0,5 kg kedelai akan menjadi 1,05 kg tempe. Tempe dibungkus dengan dua kemasan. Kemasan besar sekitar 0,82 kg dan kemasan kecil sekitar 0,73 kg. Maka akan didapatkan satu buah tempe kemasan besar dari sisa kedelai yang terbuang tersebut.
•
Air: Optimalisasi pemindahan kedelai akan berdampak pada penggunaan air untuk membersihkan lantai ruang kerja. Jika optimalisasi berhasil dilakukan maka jumlah air yang dihemat adalah sebesar 37,5 kg. 14
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Tabel 2. Potensi Penerapan RECP UKM Tahu No 1 a
b c
Potensi penerapan RECP Perencanaan tata kelola yang baik Pemasangan keran air
Melakukan beberapa kali proses penyaringan Penggantian lampu pijar menjadi lampu flouresen
Manfaat Untuk Lingkungan
Menghentikan terbuangnya 996,84 kg air di luar proses produksi (101,6% penggunaan air) Pengurangan penggunaan 282 kg air (28,7%) Pengurangan emisi CO2 sebesar 76,6% Penggurangan pemakaian listrik sebesar 76,7% Menghentikan pembuangan 12,5 kg air di luar proses produksi (1,3% penggunaan air) Pengurangan emisi CO2 sebesar 173,4 kg per hari (98,7%)
Finansial Penghematan Investasi
Pembelian keran air sebesar Rp. 10.000,-
Pembelian lampu flouresen sebesar Rp. 27.000,Pembelian APD sebesar Rp.490.000,-
d
Pembelian APD dan penggantian ember tanpa tali dengan ember dengan tali
e
Penggunaan biogas sebagai bahan bakar
•
Limbah: Memastikan karung untuk kulit kedelai terbuka akan membuat lantai ruang
Penghentian pembelian kayu bakar Rp. 21.420,-
kerja menjadi bersih dan berdampak pada pengurangan penggunaan air di luar proses produksi. •
Energi: Ruang kerja cukup terbuka sehingga cahaya matahari dapat digunakan sebagai sumber pencahayaan utama.
•
Keselamatan dan Kesehatan: Penggunaan APD tidak mengurangi pemakaian air, namun akan melindungi pekerja dari paparan panas.
•
Penyimpanan dan Penanganan Bahan Baku: Penambahan jaring aluminium pada bagian bawah drum pemindahan akan mengurangi kedelai yang terbuang. Bersama dengan pemindahan kedelai yang lebih teliti, akan mengurangi pembuangan kedelai sebanyak 0,25 – 0,5 kg (0,5 – 1%). Untuk menentukan pengukuran yang digunakan pada perhitungan emisi, digunakan
juga decision tree untuk estimasi emisi dari pembakaran stasioner. Dari decision tree tersebut, diputuskan metode perhitungan yang digunakan untuk perhitungan emisi kayu bakar dan batok kelapa adalah pendekatan Tier 1 dan pendekatan Tier 2 untuk perhitungan emisi dari energi listrik karena faktor emisi spesifik penggunaan listrik di Indonesia tersedia. Emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran batok kelapa adalah 25,3 kg, dari pembakaran kayu bakar adalah 17,34 kg dan dari penggunaan listrik adalah 0,0643 kg. Potensi RECP adalah menggunakan biogas dan kayu bakar sebagai bahan bakar. Kayu bakar 15
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
masih tetap digunakan karena arangnya akan digunakan untuk merekatkan plastik yang sudah berisi kedelai untuk selanjutnya difermentasikan. Sehingga emisi CO2 dapat berkurang sebesar 17,8 kg atau sebesar 58,3%. Berikut adalah potensi perbaikan finansial yang akan didapatkan dengan menerapkan usulan kegiatan tersebut: •
Investasi perlu dilakukan untuk pembelian APD seperti sarung tangan anti panas dan bot, pemasangan jaring aluminium untuk drum yang digunakan untuk memindahkan kedelai dan pemasangan pipa biogas. Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp. 633.760,-.
•
Biaya operasi dan pemeliharaan UKM tempe terdiri dari pembelian kacang kedelai, pemakaian listrik untuk mesin pemecah kedelai, transportasi, plastik untuk membungkus kedelai, ragi dan bahan bakar. Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan adalah Rp. 427.754,-.
•
Pendapatan UKM tempe berasal dari penjualan tempe. Jumlah pendapatan per hari UKM tempe adalah Rp. 575.000,-. Jika usulan kegiatan dilaksanakan, akan terdapat penambahan pemakaian listrik untuk
blower. Namun, jumlah kedelai yang terbuang akibat pemindahan kedelai akan berkurang. Sehingga dapat dihasilkan satu buah tempe kemasan besar tambahan. Untuk tempe tambahan tersebut dibutuhkan satu buah plastik tambahan dengan ukuran 2 kg. Selain itu, pembelian batok kelapa akan berhenti dilakukan. Biaya operasi dan pemeliharaan dapat berkurang sebesar Rp. 11.920,- per harinya. Dengan penambahan satu buah tempe kemasan besar, maka pemasukan akan bertambah sebesar Rp. 5.000,- sesuai dengan harga tempe kemasan besar untuk setiap harinya. Keuntungan UKM tempe adalah sebesar Rp. 147.246,-. Jika RECP dilaksanakan, keuntungan akan meningkat sekitar Rp. 16.920,- per hari. Sehingga keuntungan yang akan diperoleh dalam satu hari adalah sebesar Rp. 164.166,-. Jumlah. Keuntungan yang diperoleh UKM tempe meningkat sebesar 11,5%. Jika UKM tempe diasumsikan mengajukan kredit mikro kepada salah satu Bank Pemerintah. Bunga terendah untuk kredit mikro yang diberikan oleh Bank Pemerintah adalah sebesar 11,60% untuk periode akhir Maret hingga akhir April 2013. Sehingga diasumsikan pada saat penerapan RECP, bunga kredit mikro masih tetap sama yaitu sebesar 11,60%. Jumlah kapital yang akan dipinjam oleh UKM tahu adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dengan asumsi Rp. 633.760,- digunakan untuk penerapan RECP dan Rp. 366.240,- digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Setelah dilakukan perhitungan, NPV bernilai Rp. 4.562.278,-. NPV bernilai lebih dari nol, maka investasi penerapan RECP diterima. PBP 16
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
bernilai 60 hari. Jangka waktu peminjaman yang diharapkan adalah selama satu tahun. Maka nilai PBP lebih rendah dari nilai PBP yang diinginkan. Maka investasi penerapan RECP diterima. Tabel 3. merupakan rangkuman potensi penerapan RECP UKM tempe. Tabel 3. Potensi Penerapan RECP UKM Tempe No
Potensi penerapan RECP
1
Perencanaan tata kelola yang baik Pemindahan kedelai dengan teliti dan pemasangan jaring aluminium pada drum pemindahan kedelai
a
B
Pembelian APD
c
Penggunaan biogas sebagai bahan bakar
Manfaat Untuk Lingkungan
Menghentikan terbuangnya kedelai sebanyak 0,5 kg (1% berat awal kedelai) Menghentikan pembuangan 37,5 kg air di luar proses produksi (4,9% penggunaan air)
(Mengurangi risiko paparan panas pada pekerja) Pengurangan emisi CO2 sebesar 17,8 kg per hari (58,3%)
Finansial Penghematan Investasi
Penambahan produksi satu kemasan besar tempe dengan harga Rp. 5.000,-
Penghentian pembelian batok kelapa sebesar Rp. 12.500,-
Pemasangan jaring aluminium sebesar Rp. 20.000,Peningkatan pembelian plastik ukuran 2 kg sebesar Rp. 133,Pembelian APD sebesar Rp. 200.000,Pemasangan pipa biogas sebesar Rp. 368.760,Peningkatan konsumsi listrik sebesar Rp. 447,-
Kesimpulan Hasil penelitian mengenai potensi resource efficiency and cleaner production pada UKM tahu dan tempe dapat disimpulkan sebagai berikut: •
Potensi RECP pada proses produksi UKM tahu dapat dilakukan dengan pemasangan keran air, melakukan beberapa kali proses penyaringan, penggantian lampu pijar menjadi lampu TL, pembelian APD, penggantian ember tanpa tali, dan penggunaan biogas sebagai bahan bakar. Potensi RECP pada proses produksi UKM tempe dapat dilakukan dengan pemindahan kedelai dengan teliti, pemasangan jaring aluminium pada drum pemindahan kedelai, pembelian APD dan penggunaan biogas sebagai bahan bakar.
•
Perbaikan lingkungan yang akan didapatkan UKM tahu dengan menerapkan RECP adalah mengurangi pemakaian air sebesar 28,7%, menghentikan terbuangnya air di luar proses produksi sebesar 102,9% penggunaan air, mengurangi emisi CO2 sebesar 76,6% 17
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
dari penggantian lampu dan 98,7% dari penggantian bahan bakar, dan mengurangi pemakaian listrik sebesar 76,7%. Perbaikan finansial yang akan didapatkan UKM tahu adalah peningkatan keuntungan sebesar 4,7%. Perbaikan lingkungan yang akan didapatkan UKM tempe dengan menerapkan RECP adalah menghentikan terbuangnya kedelai sebesar 1% berat awal kedelai, menghentikan pembuangan air di luar proses produksi sebesar 4,9% dan mengurangi emisi CO2 sebesar 58,3%. Perbaikan finansial yang akan didapatkan UKM tempe adalah peningkatan keuntungan sebesar 11,5%. Penerapan RECP pada UKM tahu dan tempe berpotensi untuk perbaikan lingkungan industri dan finansal meskipun bernilai kecil.
Saran Saran untuk penelitian mengenai potensi resource efficiency and cleaner production pada UKM tahu dan tempe adalah: •
Sebelum pengambilan data, perlu dilakukan pengamatan terlebih dahulu di lapangan untuk mengetahui cara pengukuran langsung yang sesuai karena di lapangan tidak tersedia alat pengukuran. Selain itu pengamatan ini juga dapat meningkatkan akurasi terkait data yang didapatkan di lapangan.
•
Sebelum pengambilan data dimulai, juga perlu dipastikan agar pihak UKM memahami dengan betul apa yang akan dilakukan untuk pengambilan data sehingga pengambilan data dapat berlangsung dengan baik.
•
Untuk penelitian selanjutnya agar meneliti mengenai potensi RECP pada perusahaan besar sehingga perbaikan lingkungan dan finansial yang didapatkan juga memiliki nilai yang lebih besar.
•
Untuk penelitian selanjutnya terkait RECP pada industri makanan, sebaiknya juga mempertimbangkan cara produksi pangan yang baik.
Daftar Referensi BPS. (2010). Komposisi Biaya Input Industri Besar dan Sedang (Persentase). Retrieved November11,2012,fromBPS:http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1 &daftar=1&id_subyek=09¬ab=12 European Environmental Bureau. (2005). EU Environmental Policy Handbook. Brussel: European Environmental Bureau. 18
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013
Gomez, D. R., Watterson, J. D., Americano, B. B., Ha, C., Marland, G., Matsika, E., et al. (2006). 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Emissions - Stationary Combustion. IPCC. Khamdan, R. D. (2010). Evaluasi Kinerja Lingkungan Industri Kecil Menengah Tahu (Studi Kasus: Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kab. Tegal). Semarang: Universitas Diponegoro. KLH. (2007). Laporan FS & Desain Tahu Jakarta. Jakarta: KLH. Periasamy, P. (2011). A Textbook Of Financial, Cost And Management Accounting. New Delhi: Himalaya Publishing House. Ratri, T. B., & Musthofa, M. (2011). Penerapan Produksi Bersih Melalui Rekayasa Proses Pembuatan Tahu. Simposium Nasional RAPI X FT UMS (pp. 47-52). UMS. Said, N. I., & Wahjono, H. D. (1999). Teknologi Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob. Jakarta: BPPT. Tarquin, A., & Blank, L. T. (2002). Engineering Economy - 5th edition. Boston: McGrawHill. UNEP. (2010). PRE-SME - Promoting Resource Efficiency in Small & Medium Sized Enterprises. Paris: UNEP. UNIDO. (2005). CP Toolkit. UNIDO. Wiryani, E. (2009). Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Semarang: UNDIP.
19
Analisis Potensi ..., Hidayah Sepadawati, FT UI, 2013