PROSIDING 20 13© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
ANALISIS PENGEMBANGAN INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH BERDASARKAN IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA ALAM LOKAL Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 588400 e-mail:
[email protected]
Abstrak Sumber daya alam merupakan modal dasar pembangunan daerah. Mengingat bahwa sumber daya alam dapat menurun kualitas dan kuantitasnya, bahkan dapat habis, maka pengelolaan kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan aspek keberlangsungan lingkungan. Salah satu penggerak perekonomian di Kota Makasar adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang potensial untuk dikembangkan. Beberapa penelitian sebelumnya terkait pengembangan UMKM masih terbatas yang membahas pengembangan UMKM yang mempertimbangkan faktor pemanfaatan sumber daya alam lokal yang efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisa potensi industri UMKM berdasarkan potensi sumber daya alam lokal pada UKM sektor industri pengolahan yaitu mebel kayu di 2 kecamatan di Kota Makassar yaitu Kec. Makassar dan Kec. Manggala. Untuk memahami persoalan secara mendalam, maka dilakukan FGD dan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi dan data pendukung analisis Internal-External Factor Evaluation (IFE-EFE Matrix) dan Grand Strategy. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada sentra usaha permeubelan kecamatan di 2 (dua) kecamatan, maka dinyatakan bahwa UKM Mebel di Kecamatan Manggala memiliki daya saing dan pasar yang lagi bertumbuh sedangkan UKM mebel di Kecamatan Makassar harus segera melakukan diversifikasi dengan cara inovasi produk untuk mempertahankan keberadaannya karena walaupun memiliki daya saing namun pasar produknya mengalami penurunan pertumbuhan. Kata Kunci: matriks IFE-EFE, grand strategy, mebel, kota makassar, UKM
PENDAHULUAN Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan daerah. Mengacu pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, sumber daya alam adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Jadi sumber daya alam (SDA) tidak saja terbatas benda hidup seperti tumbuhan dan hewan saja, namun juga termasuk unsur non hayati yang membentuk ekosistem. Mengingat bahwa sumber daya alam dapat menurun kuantitas dan kualitasnya, bahkan dapat habis, maka pengelolaan kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan aspek keberlangsungan lingkungan. Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dan revisinya yaitu Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menekankan pentingnya peran Pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya, termasuk di bidang pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Teknologi, di sisi lain, telah terbukti membawa manfaat yang signifikan dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti dapat membantu dalam penggunaan sumber daya alam yang lebih hemat waktu, hemat biaya, dan ramah lingkungan. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan menjadi pusat dagang dan referensi pengembangan ekonomi Indonesia Timur, Kota Makassar memiliki tantangan pembangunan yang meliputi jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang terbatas, dan keragaman masyarakatnya dalam hal pendidikan, ekonomi dan sosial.
Volume 7: Desember 2013
Group Teknik Mesin TM9 - 1
ISBN: 978-979-127255-0-6
Analisis pengembangan Industri Usaha… Arsitektur Elektro
Geologi
Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Mesin Perkapalan Sipil
Salah satu sektor penggerak perekonomian Kota Makassar adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau disebut UMKM. UMKM Kota Makassar memiliki potensi keekonomian yang besar dan sangat berpeluang dikembangkan. Jumlah unit usaha industri kecil di Kota Makassar sebanyak 157 unit dengan jumlah tenaga kerja 1.455 orang, nilai investasi yang dihasilkan senilai 49 miliar rupiah dengan nilai produksi 245 miliar rupiah. Kecamatan dengan jumlah unit usaha terbesar adalah Kecamatan Biringkanaya dengan 30 unit usaha dan terendah pada Kecamatan Ujung Tanah dengan 0 unit usaha (BPS, 2012) Gambaran sektor yang berperan pada distribusi persentase PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berdasarkan lapangan usaha adalah industri pengolahan 19,69 persen, perdagangan, restoran dan hotel 29,08 persen, sementara sektor pertanian adalah 0,74 persen. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Makassar pada tahun 2010 adalah 37 triliun rupiah dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor perdagangan, resto dan hotel. Persentase PDRB Kota Makassar terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 31,40 persen pada tahun 2010 (BPS, 2012). Beberapa pelaku UMKM telah berhasil mengembangkan usahanya. Namun hingga kini, UMKM yang ada belum dapat memaksimalkan potensinya karena dukungan pemanfaatan sumber daya alam lokal yang belum maksimal. Salah satu faktor pendukung keberlangsungan usaha adalah bagaimana pelaku usaha mampu bersinergi dengan lingkungannya sehingga tidak hanya memperhatikan capaian keuntungan secara ekonomi tetapi juga faktor keberlangsungan dan kelestarian lingkungan yang terjaga. Beberapa penelitian mengenai UMKM hanya terfokus pada pengembangan UMKM dengan satu faktor capaian pertumbuhan ekonomi saja, yang antara lain mengenai peningkatan jumlah unit. Berdasarkan masih terbatasnya penelitian mengenai identifikasi sumber daya alam lokal UMKM, maka perlu diidentifikasi potensi sumber daya alam lokal UKM. Dengan teridentifikasinya sumber daya alam UMKM maka kita dapat menyusun strategi pengembangan UMKM sebagai bahan rekomendasi kebijakan yang tepat bagi pengembangan UMKM Kota Makassar. Untuk melakukan kegiatan identifikasi, maka digunakan metode kualitatif dan kuantitatif melalui kegiatan wawancara langsung, Focus Group Discussion (FGD) dan analisis Internal-External Factor Evaluation (IFE-EFE) Matrix sehingga diperoleh rekomendasi yang tepat untuk pengembangan UMKM unggulan pada sektor permebelan di Kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri UMKM, mengetahui kondisi sumber daya alam lokal penunjang kegiatan UMKM. Manfaat penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kepada pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan UKM terkait keberlangsungan SDA. Terkait keterbatasan waktu dan dana penelitian, maka ruang lingkup kegiatan penelitian dilakukan di 2 (dua) kecamatan di Kota Makassar, yaitu Kecamatan Makassar dan Manggala, pada sektor UKM permebelan.
Definisi UMKM Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (UU. No.20, 2008), Usaha Mikro (UMi) adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah. Usaha Kecil (UK) adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah dan maksimal 2,5 miliar rupiah. Usaha Menengah (UM) adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan 10 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 miliar rupiah sampai dengan 50 miliar rupiah. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima orang sampai dengan sembilan belas orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja sebanyak dua puluh orang sampai dengan sembilan puluh sembilan orang. Selain definisi di atas, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mendefinisikan Industri Kecil Menengah (IKM) sebagai unit usaha yang mempunyai nilai investasi maksimal 5 miliar rupiah.
Peran UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, pada Tabel 1 dan 2 berikut terlihat peran UMKM dalam penciptaan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Pada Tabel 1 terlihat bahwa UMKM secara dominan lebih berperan dibandingkan dengan
ISBN: 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM9 - 2
Volume 7: Desember 2013
PROSIDING 20 13© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
perusahaan besar dalam penciptaan usaha. Secara signifikan UMKM mampu menciptakan unit usaha sebanyak 99,99 persen, dimana usaha besar hanya 0,01 persen. Terkait dengan penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap 97,2 persen tenaga kerja. Nilai persentase penyerapan tenaga kerja UMKM lebih tinggi dibandingkan penyerapan tenaga kerja oleh usaha besar dengan hanya 2,78 persen. Tabel 1. Penciptaan Unit Usaha oleh UMKM Indikator
Satuan
unit UNIT USAHA (A+B) unit A. UMKM Umi unit UK unit UM unit unit B. UB (Sumber: Kemenkop dan UMKM, 2012)
Jumlah 52.769.280 52.764.603 52.176.795 546.675 41.133 4.677
2009 Pangsa (%) 99.99 98.88 1.04 0.08 0.01
Jumlah 53.828.569 53.823.732 53.207.500 573.601 42.631 4.838
2010 Pangsa (%) 99.99 98.85 1.07 0.08 0.01
Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja oleh UMKM 2009 INDIKATOR
2010
Satuan
orang TENAGA KERJA (A+B) orang A. UMKM Umi orang UK orang UM orang orang B. UB (Sumber: Kemenkop dan UMKM, 2012)
Jumlah 98.886.003 96.211.332 90.012.694 3.521.073 2.677.565 2.674.671
Pangsa (%) 97.30 91.03 3.56 2.71 2.70
Jumlah 102.241.486 99.401.775 93.014.759 3.627.164 2.759.852 2.839.711
Pangsa (%) 97.22 90.98 3.55 2.70 2.78
Selain peran penciptaan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berkontribusi dalam produk domestik bruto (PDB). Pada data yang disajikan Kemenkop dan UMKM (2012) menjelaskan kontribusi PDB UMKM sebesar 57,12 persen, masih lebih besar jika dibandingkan usaha besar yang hanya berkontribusi sebesar 42,88 persen. Peran UMKM lainnya adalah kontribusi terhadap total nilai ekspor nasional. Walaupun UMKM mampu secara signifikan secara dominan berperan besar dibandingkan dengan usaha besar pada penciptaan unit usaha, penyerapan tenaga kerja dan kontribusi pada PDB, namun pada kontribusi ekspor, UMKM hanya mampu berperan sebanyak 15,81 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan usaha besar yang mampu mencapai 84,19 persen.
Potensi UMKM Kota Makassar Jumlah unit usaha industri kecil di Kota Makassar sebanyak 157 unit dengan jumlah tenaga kerja 1.455 orang, nilai investasi yang dihasilkan senilai 49 miliar rupiah dengan nilai produksi 245 miliar rupiah. Kecamatan dengan jumlah unit usaha terbesar adalah Kecamatan Biringkanaya dengan 30 unit usaha dan terendah pada Kecamatan Ujung Tanah dengan 0 unit usaha (BPS, 2012) Gambaran sektor yang berperan pada distribusi persentase PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berdasarkan lapangan usaha adalah industri pengolahan 19,69 persen, perdagangan, restoran dan hotel 29,08 persen, sementara sektor pertanian adalah 0,74 persen. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Makassar pada tahun 2010 adalah 37 triliun rupiah dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor perdagangan, resto dan hotel. Persentase PDRB Kota Makassar terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 31,40 persen pada tahun 2010 (BPS, 2012). Secara lebih lanjut dijelaskan bahwa walaupun sektor industri pengolahan termasuk tertinggi pada struktur ekonomi namun mengalami penurunan sebesar -1,05 pada tahun 2010. Sektor yang juga mengalami penurunan adalah pertanian dengan -0,08. Berdasarkan gambaran kondisi industri kecil yang erat kaitannya dengan usaha mikro dan kecil dimana ketiga sektor yaitu industri pengolahan; perdagangan, restoran dan hotel; dan sektor pertanian sebagai sektor yang erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam, masih terlihat belum optimalnya capaian ekonomi yang dihasilkan.
Volume 7: Desember 2013
Group Teknik Mesin TM9 - 3
ISBN: 978-979-127255-0-6
Analisis pengembangan Industri Usaha… Arsitektur Elektro
Geologi
Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Mesin Perkapalan Sipil
Potensi Sumber Daya Alam Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, maka yang dimaksud dengan sumber daya alam adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Jadi sumber daya alam (SDA) tidak saja terbatas benda hidup seperti tumbuhan dan hewan saja, namun juga termasuk unsur non hayati yang membentuk ekosistem. Dengan demikian, SDA tidak saja mencakup unsur non hayati di tanah dan air saja, namun juga mencakup unsur non hayati yang ada di udara. Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Pengelolaan ini mempunyai tujuan yaitu mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya, mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana, mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Berdasarkan kebijakan pengelolaan SDA tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pemerintah telah membuat kebijakan-kebijakan guna pengelolaan dan pelestarian lingkungan, tetapi sosialisasi isi dari kebijakan tersebut belum optimal. Hal ini tercermin dari belum banyak masyarakat yang mengetahui adanya peraturan daerah tersebut di atas. Tentu saja, kurangnya sosialisasi dan pemahaman masyarakat terhadap perda tersebut akan mengurangi keefektifan kebijakan yang telah dibuat.
Internal - External Factor Evaluation Matrix External Factor Evaluation (EFE) Matrix sebagai gambaran dan evaluasi terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum teknologi dan informasi daya saing (David, 2007). Internal Factor Evaluation Matrix (IFE) adalah gambaran dan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan utama pada bisnis. Rating dan Weighted Scores merupakan titik penting dalam variabel Matriks IFE dan EFE. Rating yang diberikan oleh perusahaan dalam skala 1 hingga 4. Tabel yang ditampilkan mengindikasikan bagaimana efektifitas strategi terkini terhadap faktor-faktor penting dari bisnis. Weighted Scores merupakan indikasi seberapa penting faktor tersebut menentukan keberhasilan perusahaan dalam industri terkait.
Matching Strategi Grand Strategy Matrix memiliki 2 dimensi evaluasi. yaitu posisi berdaya saing (competitive position) dan pasar yang bertumbuh (market growth). Pemilihan strategi untuk perusahaan mempertimbangkan gambaran posisi perusahaan berada pada posisi matriks terkait Torlak dan Sanal (2007) dalam (David, 2007). Perusahaan yang berada pada kuadran I pada Grand Strategy Matrix ini memiliki kekuatan daya saing pada industri yang sedang bertumbuh. Perusahaan pada kuadrant II memiliki kelemahan dalam daya saing dalam industri yang sedang bertumbuh dan membutuhkan evaluasi posisi pada kondisi pasar. Pada kuadrant III, perusahaan sangat lemah dalam daya saing di industri yang sedang lesu. Pada kondisi ini perusahaan harus segera melakukan perubahan secara drastis untuk menghindari kebangkrutan. Penambahan modal dan perubahan struktur perusahaan sebagai faktor pertimbangan. Pada kuadrant IV, perusahaan berada pada kondisi yang kuat namun dalam industri yang sedang lesu. Perusahaan harus segera melakukan diversifikasi atau mencari celah bisnis yang baru namun tetap dalam area bisnis sebelumnya.
Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai penguatan UMKM di Indonesia dengan mempertimbangkan potensi ekonomi daerah dilakukan antara lain oleh Rusdarti (2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusdarti di Kabupaten Semarang, UMKM potensial dan unggulan diidentifikasi dengan menggunakan analisis SWOT. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain mengenai penetapan strategi bersaing, sektor unggulan, dan leading sector sebagai penggerak utama sektor-sektor yang ditetapkan sebelumnya tersebut. Penelitian terkait UMKM juga dilakukan oleh Tambunan (2010). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi industri rumah tangga untuk dikembangkan lebih lanjut.
ISBN: 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM9 - 4
Volume 7: Desember 2013
PROSIDING 20 13© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Penelitian sebelumnya terkait UMKM yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah penelitian oleh Amiruddin (2010). Penelitian ini mengkaji kondisi pengelolaan sentra UKM di Provinsi Sulawesi Selatan, memberikan gambaran potensi pengembangan sentra UMKM dan merancang peta sebaran potensi UMKM. Dari berbagai penelitian di atas masih terbatas yang mempertimbangkan faktor pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna. Hal ini akan memberikan kontribusi baru bagi pengembangan UMKM yang hemat waktu, hemat biaya, ramah lingkungan dan pengembangan UMKM berkelanjutan.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di 2 kecamatan di Kota Makassar yaitu Kecamatan Makassar dan Kecamatan Manggala. Secara umum Kota Makassar terletak antara 119024’17’38” Bujur Timur dan 508’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan, 43 kelurahan, 980 RW dan 4.867 RT. Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2011 tercatat sebanyak 1.352.136 jiwa. Pengumpulan data dilakukan melalui FGD dengan para pemangku kepentingan UKM permebelan di tingkat kecamatan. Kunjungan lapangan ke lokasi responden yaitu pemilik UKM dan pekerja teknis dilakukan untuk mengetahui secara mendalam permasalahan UKM berbasis SDA di wilayah kecamatan tersebut. Faktor berpengaruh didapatkan dari hasil identifikasi varabel berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, sedangkan rating nilai faktor atau varabel (skala 1-4) diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dan FGD yang dilakukan. Berdasarkan indikator pada IFE dan EFE Matrix diperoleh data yang selanjutnya dianalisis dan dihasilkan dalam bentuk visualisasi Tabel 3 dan 4 (Kecamatan Makassar); Tabel 5 dan 6 (Kecamatan Manggala). Langkah selanjutnya adalah memetakan posisi perkembangan UKM dalam bentuk Peta Grand Strategi sebagai alternatif strategi pengembangan bisnis UKM.
Hasil Penelitian UKM Mebel di Kecamatan Makassar Kecamatan Makassar terletak di pusat Kota Makassar. Usaha mebel berada pada lokasi di Kelurahan Lariang Bangngi dan Kelurahan Barana. Berdasarkan data dan hasil perhitungan didapatkan bahwa internal faktor menunjukkan nilai positif, dimana kekuatan UKM mebel masih dominan dibandingkan dengan kelemahan yang dimiliki, masing-masing dengan total nilai (weight score) 1.35 dan 0.8. Faktor berpengalaman dan jalur distribusi dan penjualan produk UKM di Kota Makassar sebagai faktor kekuatan, sedangkan disisi lain desain produk masih lemah karena keterbatasan kemampuan UKM untuk menggaji pekerja yang terampil sehingga dampaknya terhadap kemampuan desain produknya. Internal factor evaluation matrix memiliki total nilai weight score sebesar 2.15. Hal ini terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Internal Factor Evaluation Matrix Kec. Makassar INPUT STAGE INTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX UKM Kec. Makassar
No. 1 2 3 4 1 2 3 4
Strengths berpengalaman desain produk jalur distribusi dan penjualan gaji pekerja murah Weaknesses keterbatasan pekerja handal kemampuan produksi terbatas pengolahan bahan baku utama permodalan terbatas
Volume 7: Desember 2013
Weight Score
Weight
Rating
0.2 0.1 0.15 0.1
3 1 3 2
0.6 0.1 0.45 0.2
0.1 0.15 0.1 0.1
2 2 1 2
0.2 0.3 0.1 0.2 W= 0.8 2.15
Group Teknik Mesin TM9 - 5
S= 1.35
ISBN: 978-979-127255-0-6
Analisis pengembangan Industri Usaha… Arsitektur Elektro
Geologi
Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Mesin Perkapalan Sipil
Terkait dengan external factor evaluation matrix yang memuat peluang bisnis dan tantangan yang dihadapi oleh UKM mebel di Kecamatan Makassar, faktor peningkatan calon pelanggan masih rendah dengan rating 2, padahal di sisi lain keinginan para pelanggan untuk memiliki mebel kayu pada saat ini semakin meningkat. Kondisi rendahnya minat pelanggan untuk membeli mebel di Kecamatan Makassar menurut responden karena desain produk sangat terbatas dan faktor pengolahan bahan baku utama yaitu kayu. Faktor pengolahan bahan baku utama berupa cara pengeringan dan pola desain, mempengaruhi kekuatan dan nilai seni produk mebel. Sebenarnya faktor keterbatasan pekerja handal dapat diatasi dengan peningkatan peluang UKM mendapatkan modal untuk menggaji karyawan yang terampil, namun UKM yang ada masih terbatas dalam mengakses permodalan, salah satu faktor adalah adanya jaminan pinjaman yang disyaratkan oleh bank. Terbatasnya pekerja mebel yang handal juga dipengaruhi oleh terbatasnya proses regenerasi pekerja mebel yang terampil sebab banyak dari keluarga para pekerja mebel memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan, sehingga kondisi ini jika tidak diatasi akan menjadi ancaman yang akan memperlemah kekuatan UKM mebel di Kecamatan Makassar. Faktor penting lainnya terkait dengan penelitian ini adalah terbatasnya jumlah bahan baku utama berupa kayu di dalam wilayah Sulawesi Selatan. Para pelaku UKM biasanya mendapatkan kayu dari pemasok di daerah Mamuju Sulawesi Barat atau dari Kalimantan. Faktor tersebut menjadikan harga kayu semakin meningkat disebabkan biaya logistik yang tinggi serta terbatasnya kayu yang diinginkan berupa kayu jati, kayu mahoni atau kayu bayam. Tabel 4. External Factor Evaluation Matrix Kec. Makassar 37
INPUT STAGE EXTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX UKM Kec. Makassar
No. 1 2 3 4 1 2 3 4
Opportunities peningkatan calon pelanggan pelanggan menyukai mebel kayu bantuan permodalan ukm bertambah pabrik sawmill Threats sertifikasi asal kayu pesaing dari daerah lain sumber bahan baku di dalam provinsi harga kayu semakin naik
Weight Score
Weight
Rating
0.15 0.1 0.1 0.1
2 3 2 1
0.3 0.3 0.2 0.1 O= 0.9
0.15 0.1 0.2 0.1
2 2 3 3
0.3 0.2 0.6 0.3 2.3
T= 1.4
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian terkait external factor evaluation matrix UKM mebel di Kecamatan Makassar, maka faktor ancaman masih mendominasi peluang yang dimiliki dengan nilai masing-masing 0.9 dan 1.4. Hal ini terlihat pada Tabel 4.
Hasil Penelitian UKM di Kecamatan Manggala Selain usaha mebel di Kecamatan Makassar, saat ini sedang berkembang usaha yang sama di kecamatan Manggala yang terletak di sebelah timur Kota Makassar. Berdasarkan data yang didapatkan dari responden yaitu pemilik UKM dan pekerja teknis maka didapatkan hasil yang dinyatakan internal factor evaluation matrix berupa faktor kekuatan dan kelemahan memiliki nilai masing-masing 1.65 dan 0.95. Dominasi faktor kekuatan UKM mebel di Kecamatan Manggala dipengaruhi oleh faktor desain produk, pengalaman UKM, jalur distribusi dan penjualan. Responden memberikan rating yang tinggi berupa nilai 3. Hal ini terlihat pada Tabel 5. Kelemahan yang dimiliki oleh UKM di kecamatan ini adalah faktor keterbatasan pekerja handal dan keterbatasan produksi. Keterbatasan produksi diakibatkan masih terbatasnya pekerja terampil yang berasal dari pendidikan khusus mebel. Keterbatasan pekerja terampil mempengaruhi jumlah produksi mebel sehingga kapasitas produksi yang dihasilkan pun belum mampu ditingkatkan. Faktor tingkat gaji yang murah dengan kondisi permodalan yang terbatas saat ini dipandang oleh responden sebagai kekuatan UKM.
ISBN: 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM9 - 6
Volume 7: Desember 2013
PROSIDING 20 13© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Tabel 5. Internal Factor Evaluation Matrix Kec. Manggala INPUT STAGE INTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX Kec. Manggala
No. 1 2 3 4 1 2 3 4
Strengths berpengalaman desain produk jalur distribusi dan penjualan gaji pekerja murah Weaknesses keterbatasan pekerja handal kemampuan produksi terbatas pengolahan bahan baku utama permodalan terbatas
Weight Score
Weight
Rating
0.2 0.1 0.15 0.1
3 3 3 3
0.6 0.3 0.45 0.3
0.1 0.05 0.2 0.1
3 1 2 2
0.3 0.05 0.4 0.2 W= 0.95 2.6
S= 1.65
Tabel 6. External Factor Evaluation Matrix Kec. Manggala INPUT STAGE EXTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX Kec. Manggala
No. 1 2 3 4 1 2 3 4
Opportunities peningkatan calon pelanggan pelanggan menyukai mebel kayu bantuan permodalan ukm bertambah pabrik sawmill Threats sertifikasi asal kayu pesaing dari daerah lain sumber bahan baku di dalam provinsi harga kayu semakin naik
Weight Score
Weight
Rating
0.15 0.2 0.1 0.1
3 4 2 2
0.45 0.8 0.2 0.2 O= 1.65
0.15 0.1 0.1 0.1
3 2 3 3
0.45 0.2 0.3 0.3 2.9
T= 1.25
Selain internal factor, tergambar juga kondisi external factor UKM di Kecamatan Manggala. Faktor peningkatan calon pelanggan seperti pada Tabel 5, pelanggan berminat kembali membeli mebel kayu sangat mempengaruhi peluang berkembangnya usaha mebel kayu ini. Walaupun peluang bisnis meningkat namun ancaman juga dihadapi oleh pelaku UKM di Kecamatan Manggala. Faktor ancaman berupa persyaratan sertifikasi kayu oleh kementerian terkait (Kementerian Kehutanan dan Kementerian Perdagangan) sehingga tidak dapat lagi memasok kayu dari pemasok yang tidak memiliki izin penjualan kayu. Berbeda dengan UKM di Kecamatan Makassar, di Kecamatan Manggala terdapat beberapa UKM yang telah melakukan ekspor mebel walaupun masih dalam jumlah terbatas dan melalui agen atau pihak ketiga. Kegiatan ekspor mebel kayu mensyaratkan asal usul kayu yang jelas dan legal terkait dengan pertimbangan keberlangsungan lingkungan dan sumber daya alam terbatas akibat penebangan kayu ilegal. Walaupun dengan adanya ancaman terhadap bisnis yang dihadapi, peluang bisnis mebel di Kecamatan Manggala masih menjanjikan. Mebel dengan kualitas ekspor dengan harga lokal diminati oleh para pelanggan yang berasala dari Kota Makassar maupun dari daerah sekitar Kota Makassar dan pembeli dari luar pulau. Hal yang seharusnya menjadi perhatian utama pemangku kepentingan permebelan adalah ketersediaan pekerja terampil yang dihasilkan dari pendidikan khusus berupa kursus maupun sekolah kejuruan mebel serta ketersediaan bahan baku utama dengan jangkauan biaya yang ekonomis. Hal ini dapat menjadi pengungkit meningkatkan bisnis mebel di masa depan.
Volume 7: Desember 2013
Group Teknik Mesin TM9 - 7
ISBN: 978-979-127255-0-6
Analisis pengembangan Industri Usaha… Arsitektur Elektro
Geologi
Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Mesin Perkapalan Sipil
Mapping IFE-EFE Matrix Untuk mengetahui pada posisi dimana peluang bisnis UKM mebel di 2 (dua) kecamatan dapat berkesinambungan, maka Mapping IFE-EFE Matrix dapat memberikan gambaran jelas. Pada UKM mebel di Kecamatan Makassar, posisi UKM saat ini dalam kondisi diversifikasi seperti pada Gambar 1. Pada kondisi ini, UKM masih memiliki daya saing namun berada pada kondisi pasar yang lagi menurun. Kondisi diversifikasi memberikan usulan agar UKM mebel segera untuk mencari peluang baru terkait usaha permebelan. Dengan nilai internal faktor yang positif SW=0.55 namun external faktor yang negatif OT= -0.5, menuntut para pelaku UKM untuk melirik bisnis lain namun masih di bisnis perkayuan seperti usaha kerajinan dari bahan kayu. Hal ini diperlukan untuk kembali menaikkan pertambahan jumlah pelanggan dan keterbatasan bahan baku yang dimiliki. Nilai SW dihasilkan dari SW = ∑( ) − ∑( ), dimana S adalah fungsi strengths (kekuatan) dan W adalah fungsi dari weaknesses atau kelemahan; sedangkan Nilai OT dihasilkan dari OT= ∑( ) − ∑( ), dimana O adalah fungsi opportunities (peluang) dan T adalah fungsi dari threat atau ancaman. Usaha permebelan saat ini dengan memproduksi lemari, tempat tidur, meja dan kursi dapat digantikan dengan kerajinan kayu karena UKM di Kecamatan Makassar lebih memiliki pekerja handal dengan nilai seni yang lebih tinggi daripada UKM di Kecamatan Manggala. Sehingga dengan demikian, UKM mebel di Kecamatan Makassar sebaiknya menerapkan strategi diversifikasi produk. Kondisi berbeda pada bisnis UKM mebel di Kecamatan Manggala, berdasarkan pemetaan didapatkan seperti pada Gambar 2, dinyatakan bahwa kondisi perusahaan dalam daya saing yang tinggi pada pasar yang lagi bertumbuh. Pada kondisi pertumbuhan, posisi UKM masih membutuhkan peluang bisnis yang lebih baik. UKM mebel di Kecamatan Manggala diharapkan mendapatkan pasokan modal dan kemudahan kredit untuk mendukung peningkatan akses bahan baku dan keterampilan pekerja teknis, sehingga mampu mencapai keuntungan yang optimal. Nilai internal factor SW; SW= ∑( ) − ∑( ) bisnis UKM mebel di Kecamatan Manggala adalah 0.7 sedangkan nilai OT; OT= ∑( ) − ∑( ) masih positif pada nilai 0.4.
Gambar 1. Grand Strategy UKM Kec. Makassar
ISBN: 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM9 - 8
Volume 7: Desember 2013
PROSIDING 20 13© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Gambar 2. Grand Strategy UKM Kec. Manggala
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan industri kecil dan menengah pada sektor mebel terbagi atas 2 fakto yaitu internal factor dan external factor. Pada internal factor, pengalaman UKM, kekuatan desain, jalur distribusi penjualan dan upah pekerja sebagai faktor kekuatan penentu keberlangsungan usaha, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor keterampilan pekerja, kapasitas produksi, pengolahan bahan baku dan permodalan. Pada UKM mebel kayu di Kecamatan Makassar, nilai internal factor sebesar 0.55 lebih rendah dibanding internal factor UKM di Kecamatan Manggala sebesar 0.7. Kemampuan internal factor usaha di Kecamatan Manggala dipengaruhi oleh faktor disain produk dan upah pekerja yang murah. Selanjutnya untuk external factor, nilai UKM Kecamatan Manggala lebih tinggi yaitu sebesar 0.4, jauh dibandingkan nilai eksternal faktor yang dimiliki oleh UKM Kecamatan Makassar yang hanya -0.5. Rendahnya nilai eksternal faktor karena pengaruh pasar yang tidak lagi bertumbuh yang diakibatkan oleh turunnya pelanggan dan keterbatasan sumber bahan baku sehingga menaikkan harga jual produk. Pada penelitian ini tergambar bahwa UKM mebel di Kecamatan Makassar harus segera melakukan diversifikasi produk. Pemilihan produk dalam konteks diversifikasi produk sebaiknya mempertimbangkan faktor kekuatan daya saing yang telah dimiliki sebelumnya oleh pelaku UKM yaitu pengalaman dan desain produk. UKM mebel di Kecamatan Makassar dapat memilih kerajinan kayu yang sekarang lagi berkembang, sehingga pasar bisa bertumbuh kembali. Faktor keterbatasan sumber daya alam penunjang utama bisnis mebel sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha permebelan karena berdampak pada kapasitas produksi harga jual yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing dan pertumbuhan pasar.
Saran Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, sehingga dibutuhkan kritik dan saran. Keterbatasan terkait jumlah responden dan luasan wilayah responden. Selanjutnya untuk penelitian ke depan dapat dikaitkan dengan faktor pesaing dan dikaitkan dengan faktor kemampuan mesin produksi UKM.
Volume 7: Desember 2013
Group Teknik Mesin TM9 - 9
ISBN: 978-979-127255-0-6
Analisis pengembangan Industri Usaha… Arsitektur Elektro
Geologi
Retnari Dian Mudiastuti, Nilda S. A. Padjalangi & Taufik Nur Mesin Perkapalan Sipil
DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, Ibrahim. 2010.Kajian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Economic Resources, Vo.11, No.30. BPS. 2012. Makassar Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik. Kota Makassar. David, F. R., (2007), Strategic Management Concepts and Cases, (11th ed.), Prentice Hall, New York. Kemenkop dan UMKM RI. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2006-2010. 28 Januari 2012 ed.: Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT. Analisis Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Rusdarti, Rusdarti. 2010. Potensi Ekonomi Daerah Dalam Pengembangan UKM Unggulan di Kabupaten Semarang. Jurnal JEJAK Vol.3 No.2, September 2010. Tambunan, T. 2010. Mengidentifikasi Potensi Industri Rumah Tangga di Daerah: Kasus Singkawang, Bengkayang dan Sambas di kalimantan Barat. Fakultas Ekonomi . Universitas Trisakti. Torlak, N. Gökhan, Şanal, Mehmet. 2007. David’s Strategy Formulation Framework In Action: The Example Of Turkish Airlines On Domestic Air Transportation. İstanbul Ticaret Üniversitesi Fen Bilimleri Dergisi Yıl: 6 Sayı:12 Güz 2007/2 S. 81-114
ISBN: 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM9 - 10
Volume 7: Desember 2013