ANALISIS POTENSI PASAR TRADISIONAL PENGELOLAAN PD PASAR SURYA SURABAYA (CABANG UTARA) DALAM MENDUKUNG PROGRAM REVITALISASI Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Indrawan Yanuar S : 1307 100 072 : Statistika FMIPA ITS : Dwi Endah Kusrini, S.Si, M.Si.
Abstrak Revitalisasi pasar tradisional adalah sebuah program pemerintah dalam mencegah semakin terpuruknya pasar tradisional. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia memiliki perusahaan swasta yang mengelola pasar tradi-sional yang ada yaitu PD Pasar Surya Surabaya dengan harapan dapat meng-atur dan memanajemen pasar yang ada agar tetap eksis dan lebih baik. Penelitian ini dikhususkan pada pasar tradisional yang menjadi pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya cabang utara yaitu Pasar Simo, Pasar Balongsari, dan Pasar Pegirian yang termasuk pasar yang berencana akan direvitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik stakeholder dari ketiga pasar tradi-sional tersebut, juga untuk mensegmentasikan stakeholder (pembeli & pe-dagang) berdasarkan variabel kepentingannya terhadap pasar dengan menggunakan K-Means cluster, serta mempositioningkan ketiga pasar tradisional dibandingkan dengan pasar pesaingnya. Segmentasi yang terbentuk masing-masing pasar tradisional adalah 2 segmen yang mempunyai karakteristik ber-beda berdasarkan tingkat kepentingan terhadap pasar. Hasil positioning dengan menggunakan metode Biplot dan didapatkan informasi secara umum ketiga pasar tradisional tersebut dipersepsikan memiliki kekurangan dari segi pengelolaan pedagang dan sarana prasarana pasar tradisional yang ada dibandingkan dengan pasar yang menjadi pasar pesaing dari masing-masing pasar. Kata kunci : Revitalisasi Pasar tradisional, PD Pasar Surya Surabaya, K-Means, Biplot, Segmentasi, Positioning.
1. Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini pasar tradisional sudah mulai terdesak mundur, dapat terlihat dengan semakin berkurangnya pengunjung pasar dan membuat aktifitas di pasar tradisional semakin berkurang ditambah lagi dengan kondisinya yang semakin kumuh. Pasar tradisional yang biasanya memiliki waktu penjualan dari pagi hingga malam, sekarang hanya sampai siang hari dan bahkan ada yang hingga sore hari. Carrefour, Hypermarket, dan pasar modern lain pada saat ini juga memberi dampak buruk pada perkembangan pasar tradisional, Berdasarkan penelitian AC Nielsen pada tahun 2005-2006 jumlah pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 8,1% karena terdesak oleh pasar modern yang tumbuh hingga 31,4%. Salah satu program yang ada pada saat ini yang telah dirintis sejak tahun 2003 adalah program revitalisasi pasar tradisional yang ada di Indonesia oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Diketahui hingga saat ini program revitalisasi pasar tradisional telah dilakukan terhadap 913 pasar tradisional hingga semester I tahun 2010 dari jumlah pasar tradisional sebanyak 13.450 yang tercatat pada tahun 2007 (Purnomo, 2010). Revitalisasi pasar tradisional selama ini sering dikaitkan dengan perbaikan fisik dari bentuk sebuah pasar tradisional itu sendiri, secara umum konsep revitalisasi pasar tradisional memiliki beberapa aspek utama yaitu, perbaikan infrastruktur, pengorganisasian pedagang, perbaikan manajemen, dan pengembangan kemitraan dengan unit usaha kecil. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia mempunyai 81 pasar tradisional yang pengelolaannya berada dibawah tanggung jawab PD Pasar Surya, tetapi selain itu masih ada pasar tradisional lain yang ada di Surabaya yang pengelolaannya tidak berada dibawah PD Pasar Surya. Pasar tradisional yang pengelolaannya berada dibawah PD Pasar Surya Surabaya diketahui sekitar 20% pasar tradisional dari jumlah keseluruhan 81 pasar tradisional sudah direvitalisasi sehingga layak dikategorikan sebagai pasar utama. Namun, selama ini revitalisasi yang dilakukan hanya berdasarkan pengamatan kondisi lingkungan sekitar pasar dan tuntutan dari pedagang. 1
Menurut kepala departemen penelitian dan pengembangan PD Pasar Surya mengatakan “revitalisasi yang dilakukan selama ini berdasarkan pada keinginan dan kebutuhan serta dari analisis SWOT yang dilakukan”. Jika data yang digunakan dalam merevitalisasi pasar hanya berdasarkan pengamatan keakuratan kebijakan yang digunakan maka akan menjadi pertanyaan dan memiliki tingkat kesalahan yang besar. Maka dari itu pada penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang) pasar pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya cabang utara, melakukan analisis segmentasi pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian serta penentuan posisi pasar obyek penelitian dengan pasar pesaing. Sekaligus sebagai tujuan dari penelitian agar nantinya dapat memberikan informasi mengenai market potensial pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian berdasarkan karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang), segmentasi pasar, dan posisi pasar tradisional yang dibandingkan dengan pasar pesaing. Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu obyek penelitian pasar tradisional yang berada di cabang utara pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya adalah pasar simo, pasar balongsari, dan pasar pegirian, serta responden pada penelitian ini diarahkan pada stakeholder (pembeli dan pedagang) pasar tradisional tersebut. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 April 2011 – 9 Mei 2011. 2. Analisis Biplot Biplot pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel (1971) dalam jurnal biometrik yang berjudul “The Biplot Graphic Dislay of Matrices with Application in Principal Component Analysis”. Metode ini berdasarkan pada dekomposisi nilai singular suatu matriks. Pada dasarnya analisis ini bertujuan untuk memperagakan secara grafik dari suatu matriks dalam sebuah plot dengan menumpang tindihkan vektorvektor yang mempresentasikan vektor-vektor kolom matriks tersebut. Biplot secara bersama-sama menyajikan tabel berisi baris dan kolom dari data yang berbentuk sebuah plot atau gambar matriks dimensi rendah (biasanya dimensi dua). Peragaan bersama ini dapat memberikan informasi lebih tentang hubungan antar baris dan kolom yang tentunyan tidak mungkin diperoleh dari masing-masing plot secara terpisah. Biplot di gunakan untuk memeriksa secara visual data matrik dengan melihat bentuk, jarak dan hubungan antar vektor baris maupun vektor kolom. Koordinat baris di gambarkan sebagai sebuah titik dan koordinat kolom di gambarkan sebagai vektor yang biasanya di plot R-2 dalam penyajiannya. Suatu matrik X(nxp) yang berpangkat dua (rank X(nxp) ≥ 2 ) dapat diuraikan sebagai berikut: X(nxp) = G(nx2) H’(2xp) atau xij = g’ihj (1) dengan dasar penguraian nilai singular akan dibangkitkan matriks G dan H sebagai berikut: g 11 G = g k1 g n 1
g kT = (g k1 h Ti = (hi1
h 11 g 12 g 1 ' g k 2 = g k ' H = h i1 h g n 2 g n ' p1
(
g k 2 ) representasi dari x k = x k1 T
hi 2 ) representasi dari x i = (x1i T
h 12 h 1 ' hi2 = hi ' h p 2 h p '
xki xkp )
xki xni )
Sehingga dengan menggambarkan pada dimensi dua vektor-vektor gTk dan h Ti akan diperoleh informasi yang mudah dilihat secara cepat dan benar. Pendekatan langsung untuk mendapatkan biplot dimulai dari SVD, dimana sebelumnya kita membuat matrik X nxp yang merupakan matrik data X c (nxp) merupakan matriks data yang telah terkoreksi terhadap nilai tengahnya. Dengan dekomposisi nilai singular diperoleh:
X c ( nxp) = U nxp Λ pxp V' pxp Taksiran terbaik rank 2 untuk matrik
X c diperoleh dengan mengganti Λ
Λ = diag(1 , 2 ,...,0) menggunakan teorema Eckart-Young sehingga matrik Xc menjadi: *
2
(2) menjadi
eˆ ' X c = UΛ * V' = [yˆ 1 , yˆ 2 ] 1 eˆ ' 2
(3)
Dengan yˆ 1 merupakan vektor berukuran nx1 dari komponen utama pertama dan yˆ 2 merupakan vektor berukuran nx1 dari komponen utama kedua. Pada Biplot masing-masing baris dari matrik data atau item ditunjukkan dengan titik dalam pasangan nilai komponen utama. Sedangkan kolom ke-i dari matrik data atau variabel ditunjukkan dengan tanda panah. 3. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan perluasan dari analisis komponen utama. Analisis faktor digunakan untuk menggambarkan hubungan korelasi dari beberapa variabel dalam sejumlah kecil faktor. Variabelvariabel ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor, dimana variabel- variabel dalam satu faktor memiliki korelasi tinggi sedangkan korelasi dengan variabel-variabel pada faktor lain relatif kecil, sehingga faktor-faktor tersebut memiliki sifat saling independent. Vektor random X yang diamati dengan p buah variabel komponen, secara linier tergantung atas sejumlah variabel random yang dapat diamati yaitu F1, F2, …, Fq yang disebut common factors dan ε1, ε2, …, εp yang disebut specific factors sehingga secara khusus dapat ditulis (Johnson dan winchern, 2002) : X1 - µ1 = l11F1 + l12F2 + …+ l1qFq + ε1 X2 - µ2 = l21F1 + l22F2 + …+ l2qFq + ε2 … Xp - µp = lp1F1 + lp2F2 + …+ lpqFq + εp Notasi matriks persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : X(px1) = L(pxq) F(qx1) + (px1) (4) Dengan, i = specific factors ke-i Fj = common factors ke-j Lij = matriks loading dari variabel ke-I faktor ke-j i = 1, 2, …, p j = 1, 2, …, q Pada penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk menentukan jumlah kelompok yang terbentuk pada analisis kelompok (cluster) dengan menggunakan metode K-Mean Cluster berdasarkan persentase varian yang menjelaskan besar total varian dari setiap variabel. 4. Analisis Kelompok Analisis kelompok atau disebut sebagai analisis Cluster adalah teknik analisis statistik multivariat yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan obyek atau individu kedalam kelompok (kluster) berdasarkan kesamaan jarak/saling dekat (Johnson dan winchern, 2002). Individu-individu yang berada dalam satu kelompok akan serupa satu sama lain, sedangkan antar kelompok tidak serupa (saling jauh). Menurut apa yang dikelompokkan, maka analisis kelompok dibagi menjadi dua yaitu: a. Pengelompokkan observasi b. Pengelompokan variabel. Secara umum ada dua metode di dalam analisis kelompok yaitu: a. Metode hirarki, hasil pengelompokkannya disajikan secara hirarki atau berjenjang dari n, (n-1) sampai 1 kelompok. yang termasuk dalam metode ini adalah single linkage, complete linkage, average linkage, median linkage, dan centroid linkage b. Metode tak hirarki. Metode ini dipakai jika banyaknya kelompok sudah diketahui dan biasanya metode ini dipakai untuk mengelompokkan data yang berukuran besar, yang termasuk dalam metode ini adalah metode K-means. Untuk menyatakan suatu observasi atau variabel menpunyai sifat yang lebih dekat dengan observasi tertentu daripada dengan observasi yang lain digunakan fungsi yang disebut jarak (distance), dimana penelitian ini menggunakan jarak Euclidian. K-Mean Cluster adalah metode pengelompokan yang yang bertujuan mengelompokkan individu sedemikian hingga jarak setiap individu ke pusat kelompok dalam satu kelompok adalah minimum (Dillon, 1984). Penelitian ini menggunakan metode pengelompokan tak hirarki (K-Means Cluster), 3
dimana jumlah kelompok yang terjadi sudah ditentukan terlebih dahulu, misalnya K=2,3,4 dan 5. Jadi metode ini dimulai dengan memilih nilai K yang merupakan pusat kelompok. Langkah-langkah dalam metode K-Mean Cluster adalah sebagai berikut: 1. Mempartisi semua objek ke dalam K kelompok secara acak. Kemudian masing – masing centroid (mean) kelompok dicari nilai yang terdekat 2. Menghitung kuadrat jarak euclidius masing – masing objek dengan centroid K kelompok yang diberikan 3. Memasukkan objek ke dalam kelompok dengan jarak euclidius terkecil 4. Menghitung centroid baru dari masing – masing kelompok. Selanjutnya kembali dengan langkah 2 sampai tidak terjadi perbedaan centroid pada masing – masing kelompok. 5. Metode Thurston Case-V Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur preferensi stakeholder terhadap atribut-atribut tentang kondisi pasar tradisional yang perlu diperhatikan oleh pihak PD Pasar Surya Surabaya. Dari hasil analisis dapat dilihat struktur dari urutan atribut yang paling diutamakan hingga yang dianggap tidak diutamakan. Data yang diperoleh adalah data urutan prioritas stakeholder yang diranking berdasarkan besarnya rata-rata, sehingga bisa diketahui peringkat dari masing-masing atribut kondisi pasar tradisional yang perlu mendapatkan perhatian lebih menurut persepsi stakeholder. Konsep perhitungan metode ini adalah proporsi subyek yang lebih menyukai A dari B, yang lebih menyukai A dari C, yang lebih menyukai B dari C dan seterusnya. Proporsi tersebut kemudian disusun menjadi suatu matriks proporsi seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel ini merupakan rekapitulasi matriks proporsi, dimana atribut kolom lebih disukai daripada atribut baris. Nilai nbk menyatakan jumlah responden yang lebih menyukai atribut K daripada atribut B, dan n adalah total responden. Tabel 1 Perhitungan matriks proporsi Thurston Case V Atribut A B … K A 0,5 Nab/n Nak/n B Nba/n 0,5 Nbk/n … … … … … K Nka/n nkb/n 0,5
Dari matrik proporsi, dicari nilai normal bakunya. Selanjutnya data normal baku dari masing-masing atribut (tiap kolom) dicari rata-ratanya. Dengan menjumlahkan rata-rata terendah didapatkan skala preferensi sehingga dapat disusun urutan berdasarkan A, B, C dan seterusnya. Langkah – langkah dalam metode Thurston Case–V adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah variable ke-k (dimana k = 1, 2, 3, …, k) pada baris yang memiliki prioritas lebih baik lebih banyak dari variable ke-k pada kolom. 2. Menentukan nilai proporsinya nkb (Nkb) 3. Menentukan normal baku dari proporsi. Selanjutnya data normal baku dari masing – masing atribut (tiap kolom) dicari rata – ratanya. Dengan menjumlahkan rata – rata terendah, didapatkan skala preferensi sehingga dapat disusun urutan antara A, B, C, dan seterusnya. 6. Pasar Tradisional Pasar pada awalnya hanya menjadi tempat pertukaran dan penawaran barang dan jasa. Pasar didefinisikan juga sebagai salah satu institusi atau mekanisme dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) bertemu dan secara bersama-sama mengadakan pertukaran barang dan jasa (Campbell dan Stanley, 1990). Pasar dari beberapa sisi diartikan sebagai tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk bertukar barang dan jasa, bagi seorang ekonom mengandung arti semua pembeli dan penjual yang menjual dan melakukan transaksi penjualan barang dan jasa tertentu, dan bagi seorang pemasar pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata dan pembeli potensial dari suatu produk pendapat ini dikemukakan oleh Kotler dkk (1998). Berdasarkan pengertian yang ada, pasar juga dapat tergolongkan menjadi dua kelompok besar dari segi manajemen pasar sendiri yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat 4
label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Klasifikasi pasar adalah pengelompokan pasar dengan mempertimbangkan kelas, bentuk, lokasi serta aktifitas perpasaran yang ada. Melihat distribusi materi perdagangan, maka pasar akan memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi kota. Banyaknya unsur yang terlibat dalam mekanisme distribusi juga akan mengakibatkan terjadinya pengelompokan atau pengkategorian pasar. Pasar daerah memiliki pengklasifikasian tersendiri menurut peraturan daerah kotamadya tingkat II Surabaya nomor 4 tahun 1985 BAB V pasal 8 yang mengatakan pasar daerah dibagi dalam 6 (enam) macam klasifikasi yaitu pasar kelas utama, pasar kelas I, pasar kelas II, pasar kelas III, pasar darurat, dan pasar khusus. 7. Revitalisasi Pasar Tradisional Revitalisasi pasar tradisional berarti mensinergikan sumberdaya potensial yang dimiliki oleh pasar tradisional dengan mempertimbangkan seluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi, dan holistik sehingga mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan kekhasan maupun keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional tersebut. 8. Pengguna Pasar (Stakeholder) Aktifitas pasar sangat bergantung pada pengguna pasar yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pembeli dan pedagang. Pembeli sendiri menurut Damsar (1997) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengunjung, pembeli, dan pelanggan dengan pengertian yang berbeda. Dalam interaksi perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. 9. Riset Pemasaran Riset pemasaran adalah identifikasi, pengumpulan, analisis, dan penyebarluasan informasi secara sistematis dan obyektif dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan identifikasi dan pemecahan masalah dan peluang dalam bidang pemasaran. Riset Pemasaran terdiri dari empat tahap (Simamora, 2001), yaitu: a. Mendefinisikan masalah dan sasaran riset, b. Mengembangkan rencana riset untuk pengumpulan data, c. Implementasi rencana riset, berupa pengumpulan dan analisis data, d. Interpretasi dan pelaporan hasil riset. 10. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan data hasil metode survey langsung kepada stakeholder PD Pasar Surya Surabaya di wilayah kecamatan Surabaya yang berkaitan dengan pasar obyek penelitian ini, yaitu kecamatan Tandes, kecamatan Semampir, dan Kecamatan Sukomanunggal dengan batasan yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini. Survey dilakukan sebanyak dua kali yaitu survey pendahuluan dan survey sebenarnya setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner. Pelaksanaan survey sebenarnya dilakukan pada tanggal 25 april 2011 – 9 mei 2011. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sampling cluster satu tahap dimana sampel yang diambil adalah stakeholder PD Pasar Surya Surabaya cabang utara yang menjadi obyek penelitian, yaitu pedagang dan pembeli. Kerangka sampel untuk pedagang terbagi menjadi 3 kelompok/pasar yang menjadi obyek penelitian (Pasar Balongsari, Pasar Pegirian, dan Pasar Simo), sedangkan kerangka sampel untuk pembeli terbagi menjadi 3 kelompok/wilayah kecamatan yang berkaitan dengan pasar obyek penelitian (Kecamatan Tandes, Kecamatan Semampir, dan Kecamatan Sukomanunggal). Sampel yang terambil dan diteliti dapat siapa saja yang ada sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh peneliti sampai jumlah itu terpenuhi. Berdasarkan data sekunder yang digunakan untuk jumlah populasi kerangka sampel pada penelitian ini, yaitu data BPS (kecamatan dalam angka 2010) diketahui bahwa total populasi rumah tangga yang ada di 3 kecamatan tersebut sebanyak 98.805 rumah tangga dan berdasarkan data PD Pasar Surya populasi pedagang untuk Pasar Balongsari sebanyak 187 pedagang, Pasar Simo sebanyak 208 pedagang, dan Pasar Pegirian sebanyak 699 pedagang. Perhitungan sampling pembeli dan pedagang menggunakan rumus sebagai berikut : 5
=
(5)
Keterangan: n = jumlah minimal ukuran sampel yang harus diambil N = jumlah populasi Z = nilai baku dari tabel distribusi normal dengan tingkat kepercayaan α (5%) P = nilai penduga proporsi responden yang setuju adanya revitalisasi pasar Q = nilai penduga proporsi responden yang tidak setuju adanya revitalisasi pasar d = batas kesalahan taksiran antara dengan P (6% dan 10%) Didapatkan besarnya n (sampel) sebanyak 96 rumah tangga dengan nilai p = 90% dan nilai q = 10% dan 75 pedagang dengan nilai p = 70% dan nilai q = 30%. Sedangkan ukuran sampel pada tiap kecamatan dan tiap pasar tradisional (Pasar Balongsari, Pasar Simo, dan Pasar Pegirian) diambil secara proporsional berdasarkan jumlah rumah tangga yang ada di setiap kecamatan serta jumlah pedagang tiap pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian. Selanjutnya sampel diambil secara acak pada masing-masing kecamatan dan pedagang tiap pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian. Berikut adalah rumus perhitungan jumlah sampel serta kerangka sampling pada tiap golongan : = (6) Keterangan: Ni = Jumlah populasi tiap kecamatan dan tiap pasar N = Jumlah populasi total obyek penelitian ni = Jumlah minimal sampel tiap obyek penelitian n = Jumlah minimal ukuran sampel secara keseluruhan dari obyek penelitian Data kerangka sampel pedagang dan kerangka sampel pembeli untuk masing-masing target responden berdasarkan perhitungan sampel yang ada didapatkan untuk stakeholder (pembeli) dibagi berdasarkan kecamatan, yaitu untuk Kecamatan Tandes sampel yang akan diambil 30 responden, Kecamatan Semampir dengan sampel 39 responden, dan Kecamatan Sukomanunggal dengan sampel 27 responden. Sedangkan untuk stakeholder (pedagang) dibagi berdasarkan pasar, yaitu pedagang pada pasar Balongsari dengan sampel 13 responden, pasar Simo dengan sampel 14 responden, dan pasar Pegirian dengan sampel 48 responden. Responden yang didapatkan setelah dilakukan survey ,yaitu pembeli sebanyak 102 orang dan pedagang sebanyak 75 orang dengan 6 kuisioner yang melebihi sampling tetap digunakan dikarenakan pentingnya informasi yang terdapat didalamnya tentunya dengan hasil quality control (QC). Variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi variabel demografi, variabel psikografi, variabel tingkat kebutuhan akan revitalisasi, variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar, dan variabel persepsi masyarakat terhadap pasar. Variabel yang digunakan pada penelitian ini akan dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian, untuk variabel demografi, psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi menggunakan statistika deskriptif yang bertujuan menjawab karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang), untuk variabel variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar menggunakan analisis cluster setelah terbentuk kelompok dilakukan penggabungan antara hasil analisis cluster dengan statistika deskriptif dari variabel demografi, psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi yang bertujuan menjawab segmentasi dari pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian, untuk variabel persepsi masyarakat terhadap pasar menggunakan analisis biplot yang bertujuan menjawab positioning pasar yang menjadi obyek penelitian terhadap pasar pesaing. 11. Analisis dan Pembahasan Analisis dalam pembahasan ini menggunakan data primer dari hasil survey yang dilakukan terhadap stakeholder PD Pasar Surya cabang utara yang menjadi obyek penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 176 responden. 11.1 Karakteristik Stakeholder (Pembeli dan Pedagang) Karakteristik pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu untuk stakeholder (pembeli) dan stakeholder (pedagang). Penjelasan secara umum karakteristik yang ada berdasarkan variabel demografi, 6
psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi pasar untuk masing-masing stakeholder sebagai berikut : Karakteristik stakeholder (pembeli) dalam penelitian ini dari total 101 responden pembeli diketahui berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 5,94% dan perempuan sebesar 94,06%. Kategori usia mayoritas 29-35 tahun sebesar 30,69%. Status mayoritas menikah sebesar 90,10% dengan jumlah anak yang ditanggung mayoritas 2 anak. Pendidikan terakhir mayoritas adalah lulusan SMA sebesar 61,39%. Pekerjaan utama responden terbanyak sebagai ibu rumah tangga sebesar 68,32% dan karyawan swasta sebesar 15,84%. Pengeluaran per bulan mayoritas berkisar antara Rp 900.001-Rp 1.250.000 sebesar 35,64%, Rp 1.250.001-Rp 1.750.000 sebesar 31,68%, dan Rp 600.000-Rp 900.000 sebesar 21,78% sedangkan sedangkan frekuensi terkecil pengeluaran rumah tangga berkisar antara Rp 2.500.001-Rp 3.500.000 dan lebih dari Rp 3.500.000 masing-masing sebesar 1,98%. Pemasukan per bulan mayoritas berkisar antara Rp 900.001-Rp 1.250.000 sebesar 32,67%, Rp 1.250.001-Rp 1.750.000 sebesar 30,39%, dan Rp 1.750.001-Rp 2.500.000 sebesar 22,77% sedangkan pemasukan dengan frekuensi terkecil berkisar antara Rp 600.001-Rp 900.000 dan lebih dari Rp 3.500.000 masing-masing sebesar 2,97%. Kendaraan yang dimiliki mayoritas adalah sepeda motor sebesar 93,07%. Pada waktu senggang mayoritas melakukan aktifitas menonton TV sebesar 83,17% dengan media informasi yang digunakan untuk mendapat informasi mayoritas yaitu televise sebesar 48%. Tempat berbelanja dan alasan memilih mayoritas yaitu pasar tradisional karena harga murah, untuk alasan spesifik berbelanja ke pasar tradisional mayoritas menjawab karena harga yang bisa ditawar sebesar 48,51% dan harga yang murah sebesar 35,64%. Persentase mayoritas dalam seminggu berbelanja di pasar tradisional sebanyak 2-3 kali dalam seminggu sebesar 52,48%. Melihat kondisi pasar tradisional yang ada di dekat rumah mereka atau di lingkungan sekitar mayoritas mengatakan cukup memadai dan ada yang mengatakan kurang memadai dengan alasan lingkungan pasar yang kumuh. Mengenai revitalisasi pasar tradisional mayoritas berpendapat setuju untuk revitalisasi pasar tradisional dengan bentuk seperti yang ada sekarang cukup diperbaiki saja dan waktu operasional pasar mayoritas menginginkan mulai pukul 05.00 hingga pukul 22.00. Untuk acara khusus dalam rangka meramaikan pasar tradisional dan menarik pengunjung mayoritas mengatakan tidak perlu sebesar 58,42% dan sebesar 41,58% mengatakan perlu dengan acara khusus seperti demo masak dan promosi barang-barang kebutuhan rumah tangga. Pada tabel 1 ditunjukkan informasi mengenai preferensi stakeholder (pembeli) terhadap kondisi pasar tradisional yang perlu diperhatikan bahwa stakeholder (pembeli) sangat memperhatikan kondisi kebersihan pasar tradisional, penataan stan dalam hal kerapian stan, serta sarana dan prasarana pasar tradisional yang ada. Tabel 1. Urutan prioritas berdasarkan nilai rata-rata dan atribut kondisi pasar tradisional yang perlu diperhatikan menurut responden Stakeholder (pembeli) Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8
Rata-rata 5.76501 2.49246 1.93642 0.55685 0.39083 -1.46642 -2.67439 -7.0467
Atribut Kebersihan pasar tradisional Penataan stan (kerapian) Sarana dan prasarana pasar tradisional Kelengkapan barang dagangan yang ada Lokasi pasar tradisional Keramahan pedagang pasar tradisional Keamanan pasar tradisional Penanganan PKL
Sedangkan untuk karakteristik stakeholder (pedagang) dalam penelitian ini dari total 75 responden pedagang diketahui berjenis kelamin laki-laki sebesar 38,67% dan perempuan sebesar 61,33% dengan kategori usia mayoritas 46-50 tahun sebesar 26,67% dan usia 36-40 tahun sebesar 21,33%. Status mayoritas menikah sebesar 88% dengan jumlah anak yang ditanggung mayoritas 1 anak sebesar 28%, tidak ada sebesar 25,33%, dan 3 anak sebesar 18,67%. Pendidikan terakhir mayoritas adalah lulusan SMA sebesar 40%, SMP sebesar 30,67%, dan SD sebesar 26,67%. Untuk retribusi yang dikenakan per bulan kepada pedagang mayoritas berkisar antara Rp 50.000-Rp 65.000 dan lebih dari 125.000 masing-masing sebesar 25,33% dengan jumlah stan yang dimiliki mayoritas sebanyak 1 stan sebesar 60%. Lama berdagang mayoritas berkisar antara 5-8 tahun sebesar 30,67%, 1-4 tahun sebesar 18,67%, dan 9-12 tahun sebesar 17,33% dengan jenis dagangan mayoritas adalah peracangan sebesar 28%, sayuran dan konveksi masing-masing sebesar 17,33%. Pengeluaran per bulan mayoritas berkisar antara Rp 1.750.001-Rp 2.500.000 sebesar 26,67%, Rp 1.250.001-Rp 1.750.000 sebesar 20%, dan kurang dari Rp 600.000 sebesar 7
14,67% dan pemasukan per bulan mayoritas berkisar antara Rp 900.001-Rp 1.250.000 dan Rp 1.250.001Rp 1.750.000 masing-masing sebesar 22,67%. Aktifitas pada waktu senggang mayoritas digunakan untuk menonton TV sebesar 48% dan membaca sebesar 32%. Untuk media informasi yang digunakan mayoritas yaitu televisi sebesar 54,67% dan koran sebesar 29,33%. Tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari selain pasar tradisional mayoritas ke toko/warung dengan alasan harga murah. Pendapat mengenai pasar tradisional yang ada di dekat rumah mereka atau di lingkungan sekitar mayoritas mengatakan kurang memadai sebesar 52% dengan alasan mayoritas berpendapat lingkungan pasar kumuh sebesar 71,79% dan pasar terlalu kecil sebesar 20,51%. Mengenai revitalisasi terhadap pasar tradisional mayoritas mengatakan perlu atau setuju adanya revitalisasi sebesar 88% dengan bentuk revitalisasi mayoritas mengingikan seperti yang ada sekarang dan cukup diperbaiki saja sebesar 81,82% serta waktu operasional pasar tradisional yang diinginkan mayoritas mulai pukul 05.00 hingga pukul 17.00 sebesar 56%. Untuk acara khusus yang digunakan dalam meramaikan pasar tradisional dan menarik pengunjung mayoritas mengatakan tidak perlu sebesar 60%, dan yang mengatakan perlu adanya acara khusus menginginkan acara seperti promosi barang-barang kebutuhan rumah tangga dan demo masak. Pada tabel 2 ditunjukkan informasi mengenai preferensi stakeholder (pedagang) terhadap kondisi pasar tradisional yang perlu diperhatikan bahwa stakeholder (pedagang) sangat memperhatikan kondisi kebersihan pasar tradisional, penataan stan dalam hal kerapian stan, serta sarana dan prasarana pasar tradisional yang ada. Tabel 2. Urutan prioritas berdasarkan nilai rata-rata dan atribut kondisi pasar tradisional yang perlu diperhatikan menurut responden Stakeholder (pedagang) Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8
Rata-rata 5.18861 2.71447 1.89533 0.21092 -2.21114 -2.38742 -2.52064 -2.89013
Atribut Kebersihan pasar tradisional Penataan stan (kerapian) Sarana dan prasarana pasar tradisional Keamanan pasar tradisional Lokasi pasar tradisional Penanganan PKL Pembayaran retribusi Pelayanan petugas PD Pasar Surya
11.2 Analisis Segmentasi Stakeholder (Pembeli dan Pedagang) Analisis kelompok digunakan untuk menentukan segmentasi Stakeholder (pembeli dan pedagang) Pasar Simo berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar (KM). Sebelum melakukan analisis pada variabel kepentingan masyarakat dilakukan uji kecukupan data yaitu KMO terhadap variabel kepentingan masyarakat dan didapatkan nilai KMO sebesar 0,751 yang lebih besar dari 0,5 sehingga atribut-atribut yang ada dalam variabel tersebut dalam penelitian ini sudah mempunyai struktur yang cukup untuk menyatakan suatu pola hubungan (pattern) sehingga dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis multivariat. Setelah syarat kecukupan data dipenuhi langkah selanjutnya sebelum melakukan analisis kelompok adalah melakukan analisis komponen utama (PCA) yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya faktor atau kelompok yang dapat dibentuk dari variabel kepentingan masyarakat berdasarkan nilai eigen yang lebih besar dari 1 serta dapat diketahui atribut yang membentuk kelompok tersebut melalui analisis faktor. Diketahui bahwa faktor yang terbentuk untuk Pasar Simo sebanyak 4 faktor berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar. Jumlah faktor yang didapat digunakan untuk melakukan analisis faktor dan didapatkan keempat faktor yang ada memiliki variabel berbeda yang dikelompokkan didalamnya yaitu faktor 1 dibentuk oleh atribut KM1, KM2, KM7, KM10, KM11, KM12, dan KM15 yaitu tentang karakteristik Stakeholder (pembeli dan pedagang) yang mengutamakan stan dikelompokkan dan kerapiannya, sarana dan prasarana yang menyangkut pasar tradisional (toilet, listrik/penerangan, parkir, air bersih), dan ketersediaan pusat informasi pasar. Faktor 2 dibentuk oleh atribut KM4, KM6, KM8, dan KM9 yaitu yang mengutamakan pengelolaan pedagang, bentuk fisik bangunan, jumlah lantai bangunan, dan variasi barang yang dijual. Faktor 3 dibentuk oleh atribut KM13 dan KM14 yaitu yang mengutamakan Kegiatan hiburan dan kegiatan demo serta promosi pasar tradisional. Faktor 4 dibentuk oleh atribut KM3 dan KM5 yaitu yang mengutamakan jam buka dan jam tutup pasar serta kualitas jalan didalam dan luar pasar tradisional. Dari analisis faktor yang ada didapatkan 4 faktor maka nilai ini digunakan untuk menentukan nilai k sehingga nantinya dapat diketahui kelompok atau segmen yang dapat merepresentasikan karakteristik stakeholder 8
(pembeli dan pedagang). Informasi mengenai jumlah faktor yang terbentuk digunakan untuk menentukan cluster dan didapatkan bahwa ukuran segmen yang dapat digunakan pada pasar simo dengan 2 segmen melihat nilai ukuran segmen yang ada dengan kebenaran pengelompokan, informasinya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Ukuran segmen, nilai wilk’s lambda dan persentase kebenaran kelompok berdasarkan jumlah segmen pasar simo Jumlah Segmen (K) K=2
K=3
K=4
Ukuran Segmen Segmen I = 24 Segmen II = 20 Segmen I = 8 Segmen II = 12 Segmen III = 24 Segmen I = 6 Segmen II = 3 Segmen III = 13 Segmen IV = 22
Wilk's Lambda
Kebenaran Pengelompokan (%)
0,172
90,9
0,052
81,8
0,014
79,5
Setelah didapatkan 2 segmen stakeholder (pembeli dan pedagang) dilakukan analisis karakteristik berdasarkan variabel demografi, psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi terhadap pasar. Karakteristik tiap segmen untuk pasar simo dijabarkan sebagai berikut : a. Segmen I (Pasar Simo) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari kalangan menengah kebawah dengan pendidikan yang baik dan usia yang dewasa. Intensitas berbelanja dalam seminggu dikatakan sering dengan mayoritas 2-3 kali dalam seminggu, stakeholder (pembeli dan pedagang) memperhatikan kondisi pasar tradisional di lingkungan mereka serta dikatakan bahwa cukup memadai dan pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju dengan adanya program tersebut dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional. Kebiasaan stakeholder (pembeli dan pedagang) pada saat senggang lebih melakukan aktifitas menonton televisi dengan informasi yang didapatkan lebih banyak melalui televisi, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari lebih sering berbelanja di pasar tradisional dan toko/warung dengan faktor yang paling dominan melihat harga yang relatif murah. Pada segmen I ini diketahui mementingkan faktor 2, faktor 3, dan faktor 4 dimana faktor tersebut adalah faktor kepentingan terhadap pengorganisasian pedagang dan perbaikan fisik pasar, faktor kepentingan marketing pemasaran pasar tradisional atau hiburan pasar, dan faktor kepentingan jam operasional pasar tradisional. b. Segmen II (Pasar Simo) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari kalangan menengah kebawah dengan pendidikan yang baik dan usia dewasa serta lansia. Intensitas berbelanja dalam seminggu dapat dikatakan sering dengan mayoritas 2-3 kali seminggu, stakeholder (pembeli dan pedagang) memperhatikan pasar tradisional di lingkungan sekitar dikatakan kurang memadai dengan faktor lingkungan pasar yang kumuh dan untuk pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional. Pada saat senggang stakeholder (pembeli dan pedagang) lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi selain untuk menghabiskan waktu senggang juga sebagai media informasi yang paling disukai, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tempat yang paling disukai dalam berbelanja adalah pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan harga yang relatif murah. Pada segmen II ini diketahui mementingkan faktor 1 dimana faktor tersebut faktor kepentingan manajemen pasar fisik dan non fisik. Langkah yang sama dilakukan pada analisis kelompok untuk menentukan segmentasi Stakeholder (pembeli dan pedagang) Pasar Balongsari berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar (KM). Diketahui bahwa nilai KMO variabel kepentingan masyarakat untuk stakeholder (pembeli dan pedagang) sebesar 0,507 yang lebih besar dari 0,5 sehingga atribut-atribut yang ada dalam variabel tersebut dalam penelitian ini sudah mempunyai struktur yang cukup untuk menyatakan suatu pola hubungan (pattern) sehingga dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis multivariat. Setelah syarat kecukupan data dipenuhi langkah selanjutnya sebelum melakukan analisis kelompok adalah melakukan analisis komponen utama (PCA) yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya faktor atau kelompok yang 9
dapat dibentuk dari variabel kepentingan masyarakat berdasarkan nilai eigen yang lebih besar dari 1 serta dapat diketahui atribut yang membentuk kelompok tersebut melalui analisis faktor. Diketahui bahwa faktor yang terbentuk untuk Pasar Balongsari sebanyak 4 faktor berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar. Jumlah faktor yang didapat digunakan untuk melakukan analisis faktor dan didapatkan keempat faktor yang ada memiliki variabel berbeda yang dikelompokkan didalamnya yaitu faktor 1 dibentuk oleh atribut KM1, KM11, KM2, KM4, dan KM6 yaitu tentang karakteristik Stakeholder (pembeli dan pedagang) yang mengutamakan pengelompokan stan, sarana dan prasarana listrik/penerangan, kerapian stan, pengelolaan pedagang, dan bentuk fisik bangunan. Faktor 2 dibentuk oleh atribut KM10, KM9, KM3, dan KM5 yaitu yang mengutamakan ketersediaan dan kesesuaian fasilitas dan tempat parkir, variasi barang yang dijual, kualitas jalan didalam dan diluar pasar, dan jam operasional pasar . Faktor 3 dibentuk oleh atribut KM13 dan KM14 yaitu yang mengutamakan kegiatan hiburan untuk meramaikan pasar dan kegiatan demo dan promosi pasar. Faktor 4 dibentuk oleh atribut KM15, KM7, KM12, dan KM8 yaitu yang mengutamakan ketersediaan pusat informasi pasar, sarana dan prasarana fasilitas umum, sarana dan prasaran air bersih, dan jumlah lantai bangunan. Dari analisis faktor yang ada didapatkan 4 faktor maka nilai ini digunakan untuk menentukan nilai k sehingga nantinya dapat diketahui kelompok atau segmen yang dapat merepresentasikan karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang). Informasi mengenai jumlah faktor yang terbentuk digunakan untuk menentukan cluster dan didapatkan bahwa ukuran segmen yang dapat digunakan pada pasar balongsari dengan 2 segmen melihat nilai ukuran segmen yang ada dengan kebenaran pengelompokan, informasinya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Ukuran segmen, nilai wilk’s lambda dan persentase kebenaran kelompok berdasarkan jumlah segmen pasar balongsari Jumlah Segmen (K) K=2
K=3
K=4
Ukuran Segmen Segmen I = 9 Segmen II = 35 Segmen I = 22 Segmen II = 4 Segmen III = 8 Segmen I = 6 Segmen II = 1 Segmen III = 18 Segmen IV = 19
Wilk's Lambda
Kebenaran Pengelompokan (%)
0.090
95.5
0.023
86.4
0.009
79.5
Setelah didapatkan 2 segmen stakeholder (pembeli dan pedagang) dilakukan analisis karakteristik berdasarkan variabel demografi, psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi terhadap pasar. Karakteristik tiap segmen untuk pasar balongsari dijabarkan sebagai berikut : a. Segmen I (Pasar Balongsari) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari berbagai kalangan dengan pendidikan yang rendah dan usia yang ada yaitu dewasa serta lansia. Intensitas berbelanja dalam seminggu dapat dikatakan sangat sering dengan mayoritas hampir setiap hari dalam seminggu, stakeholder (pembeli dan pedagang) memperhatikan pasar tradisional di lingkungan sekitar dikatakan kurang memadai dengan faktor lingkungan pasar yang kumuh serta barang yang dijual tidak lengkap dan untuk pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju adanya program tersebut dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional. Pada saat senggang stakeholder (pembeli dan pedagang) lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi selain untuk menghabiskan waktu senggang juga sebagai media informasi yang paling disukai, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tempat yang paling disukai dalam berbelanja adalah pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan harga yang relatif murah. Pada segmen I ini diketahui mementingkan faktor 1 dan faktor 3 dimana faktor tersebut adalah faktor kepentingan pengorganisasian pedagang dan kepentingan bentuk fisik bangunan serta faktor kepentingan mengenai hiburan. b. Segmen II (Pasar Balongsari) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari kalangan menengah kebawah dengan pendidikan yang rendah hingga yang tinggi dan usia yang ada yaitu dewasa. Intensitas berbelanja dalam seminggu dapat dikatakan sangat sering dengan mayoritas hampir setiap hari dalam seminggu, stakeholder (pembeli dan 10
pedagang) memperhatikan pasar tradisional di lingkungan sekitar dikatakan sebagian mengatakan kurang memadai dengan faktor lingkungan pasar yang kumuh serta pasar yang terlalu kecil dan sebagian lagi mengatakan sudah cukup memadai.Pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju adanya program tersebut dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional. Pada saat senggang stakeholder (pembeli dan pedagang) lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi selain untuk menghabiskan waktu senggang juga sebagai media informasi yang paling disukai, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tempat yang paling disukai dalam berbelanja adalah pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan harga yang relatif murah. Pada segmen II ini diketahui mementingkan faktor 2 dan faktor 4 dimana faktor tersebut mengenai kepentingan mengenai perbaikan pasar, waktu operasional dan pelayanan pasar yang dirasakan langsung. Langkah yang sama dilakukan untuk analisis kelompok untuk menentukan segmentasi Stakeholder (pembeli dan pedagang) Pasar Pegirian berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar (KM). Diketahui nilai KMO berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar sebesar 0,827 yang lebih besar dari 0,5 sehingga atribut-atribut yang ada dalam variabel tersebut dalam penelitian ini sudah mempunyai struktur yang cukup untuk menyatakan suatu pola hubungan (pattern) sehingga dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis multivariat. Setelah syarat kecukupan data dipenuhi langkah selanjutnya sebelum melakukan analisis kelompok adalah melakukan analisis komponen utama (PCA) yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya faktor atau kelompok yang dapat dibentuk dari variabel kepentingan masyarakat berdasarkan nilai eigen yang lebih besar dari 1 serta dapat diketahui atribut yang membentuk kelompok tersebut melalui analisis faktor. Diketahui bahwa faktor yang terbentuk untuk Pasar Pegirian sebanyak 4 faktor berdasarkan variabel kepentingan masyarakat terhadap pasar. Jumlah faktor yang didapat digunakan untuk melakukan analisis faktor dan didapatkan keempat faktor yang ada memiliki variabel berbeda yang dikelompokkan didalamnya yaitu faktor 1 dibentuk oleh atribut KM10, KM11, KM12, dan KM15 yaitu tentang karakteristik Stakeholder (pembeli dan pedagang) yang mengutamakan sarana dan prasarana yang menyangkut pasar tradisional (toilet, listrik/penerangan, parkir, air bersih), dan ketersediaan pusat informasi pasar. Faktor 2 dibentuk oleh atribut KM1, KM2, KM3, KM4, dan KM7 yaitu yang mengutamakan pengelolaan pedagang, pengelompokan stan, kerapian stan, kualitas jalan didalam dan diluar pasar serta sarana dan prasarana fasilitas umum (toilet,dll). Faktor 3 dibentuk oleh atribut KM6, KM13 dan KM14 yaitu yang mengutamakan bentuk fisik bangunan, kegiatan hiburan dan kegiatan demo serta promosi pasar tradisional. faktor 4 dibentuk oleh atribut KM5, KM8 dan KM9 yaitu yang mengutamakan jam operasional, jumlah lantai bangunan dan variasi barang yang dijual. Dari analisis faktor yang ada didapatkan 4 faktor maka nilai ini digunakan untuk menentukan nilai k sehingga nantinya dapat diketahui kelompok atau segmen yang dapat merepresentasikan karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang). Informasi mengenai jumlah faktor yang terbentuk digunakan untuk menentukan cluster dan didapatkan bahwa ukuran segmen yang dapat digunakan pada pasar pegirian dengan 2 segmen melihat nilai ukuran segmen yang ada dengan kebenaran pengelompokan, informasinya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Ukuran segmen, nilai wilk’s lambda dan persentase kebenaran kelompok berdasarkan jumlah segmen pasar pegirian Jumlah Segmen (K) K=2
K=3
K=4
Ukuran Segmen Segmen I = 84 Segmen II = 4 Segmen I = 39 Segmen II = 48 Segmen III = 1 Segmen I = 22 Segmen II = 25 Segmen III = 40 Segmen IV = 1
Wilk's Lambda
Kebenaran Pengelompokan(%)
0.457
96,6
0.092
94,3
0.038
86,4
Setelah didapatkan 2 segmen stakeholder (pembeli dan pedagang) dilakukan analisis karakteristik berdasarkan variabel demografi, psikografi, dan tingkat kebutuhan akan revitalisasi terhadap pasar. Karakteristik tiap segmen untuk pasar pegirian dijabarkan sebagai berikut : 11
a. Segmen I (Pasar Pegirian) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari kalangan menengah dengan pendidikan yang baik dan usia yang ada yaitu dewasa. Intensitas berbelanja dalam seminggu dapat dikatakan sering dengan mayoritas 2-3 kali dalam seminggu, stakeholder (pembeli dan pedagang) memperhatikan pasar tradisional di lingkungan sekitar mayoritas mengatakan sudah cukup memadai. Pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju adanya program tersebut dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional. Pada saat senggang stakeholder (pembeli dan pedagang) lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi selain untuk menghabiskan waktu senggang juga sebagai media informasi yang paling disukai, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tempat yang paling disukai dalam berbelanja adalah pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan harga yang relatif murah. Pada segmen I ini diketahui mementingkan faktor 1 dan faktor 3 dimana faktor tersebut adalah faktor kepentingan perbaikan pasar dan faktor kepentingan mengenai hiburan atau manajemen pemasaran pasar. b. Segmen II (Pasar Pegirian) Berdasarkan karakteristik yang ada diketahui bahwa stakeholder (pembeli dan pedagang) pada segmen ini berasal dari kalangan menengah keatas dengan pendidikan yang sedang hingga yang baik dan usia yang ada yaitu dewasa hingga lansia. Intensitas berbelanja dalam seminggu dapat dikatakan sering dengan mayoritas 2-3 kali dalam seminggu, stakeholder (pembeli dan pedagang) memperhatikan pasar tradisional di lingkungan sekitar mayoritas mengatakan sudah cukup memadai. Pendapat mengenai revitalisasi pasar tradisional sangat setuju adanya program tersebut dengan bentuk yang diinginkan yaitu perbaikan pasar tradisional atau seperti pasar modern. Pada saat senggang stakeholder (pembeli dan pedagang) lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton televisi selain untuk menghabiskan waktu senggang juga sebagai media informasi yang paling disukai, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tempat yang paling disukai dalam berbelanja adalah pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan harga yang relatif murah. Pada segmen II ini diketahui mementingkan faktor 2 dan faktor 4 dimana faktor tersebut mengenai pengorganisasian pedagang pasar dan faktor kepentingan perbaikan pelayanan pasar. 11.3 Analisis Positioning Perception Stakeholder (Pembeli dan Pedagang) Persepi penentuan posisi pasar tradisional masing-masing pasar yang menjadi obyek penelitian dengan pasar pesaingnya berdasarkan variabel persepsi stakeholder terhadap masing-masing pasar tradisional dengan menggunakan analisis biplot. Didapatkan informasi yang menjadi keunggulan dari pasar pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya cabang utara yang menjadi obyek penelitian yaitu Pasar Simo, Pasar Balongsari, dan Pasar Pegirian serta yang menjadi keunggulan dari pasar pesaing untuk masing-masing pasar yaitu Pasar DST, Pasar Tanjungsari, dan Pasar Sidotopo.
Gambar 1. Posisi antara variabel persepsi stakeholder terhadap pasar Simo dan pasar DST di Surabaya
12
Untuk posisi Pasar Simo dibandingkan dengan pasar pesaing yaitu Pasar DST berdasarkan variabel persepsi masyarakat terhadap pasar didapatkan informasi posisi pasar terhadap variabel yang menjadi keunggulan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pasar simo dipersepsikan oleh stakeholder memiliki keunggulan dari segi kelengkapan barang dagangan, kesesuaian harga barang, dan kesesuaian luas lahan pasar karena dirasa baik atau memberikan kepuasan terhadap stakeholder sedangkan pasar DST memiliki keunggulan dari segi kerapian stan, kebersihan pasar, keamanan pasar, kualitas jalan didalam dan diluar pasar.
Gambar 2. Posisi antara variabel persepsi stakeholder terhadap pasar Balongsari dan pasar Tanjungsari di Surabaya
Untuk posisi Pasar Balongsari dibandingkan dengan pasar pesaing yaitu Pasar Tanjungsari berdasarkan variabel persepsi masyarakat terhadap pasar didapatkan informasi posisi pasar terhadap variabel yang menjadi keunggulan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pasar Balongsari dipersepsikan oleh stakeholder memiliki keunggulan dari segi variabel ketersediaan MCK, kelengkapan barang dagangan, keamanan pasar dan kemampuan penanganan sampah dan untuk Pasar Tanjungsari diketahui memiliki keunggulan dari segi pengelompokan stan, kerapian stan, penanganan pedagang kaki lima, ketersediaan fasilitas parkir, dan kesesuaian tempat parkir.
Gambar 3. Posisi antara variabel persepsi stakeholder terhadap pasar Pegirian dan pasar Sidotopo di Surabaya
13
Untuk posisi Pasar Pegirian dibandingkan dengan pasar pesaing yaitu Pasar Sidotopo berdasarkan variabel persepsi masyarakat terhadap pasar didapatkan informasi posisi pasar terhadap variabel yang menjadi keunggulan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pasar Sidotopo dipersepsikan oleh stakeholderdari segi kerapian stan, kualitas jalan didalam dan diluar pasar, ketersediaan MCK, kebersihan pasar, dan kemampuan penanganan sampah. 12. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis kondisi demografi, sosial, dan ekonomi dari Stakeholder (pembeli dan pedagang) PD Pasar Surya Surabaya cabang utara, analisis karakteristik melalui segmentasi, dan penentuan posisi (positioning) pasar berdasarkan persepsi stakeholder (pembeli dan pedagang) pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian diperoleh hasil sebagai berikut. 1. Karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang) secara umum dalam penelitian ini dari total 176 responden diketahui berasal dari golongan menengah ke bawah dengan pendidikan yang baik, usia responden mayoritas dewasa dan lansia, mayoritas memiliki aktifitas menonton televise pada saat senggang juga digunakan sebagai media informasi yang menarik, mayoritas berbelanja di pasar tradisional dan toko/warung dengan pertimbangan utama faktor harga yang relatif terjangkau, mengenai revitalisasi pasar tradisional mayoritas berpendapat perlu adanya revitalisasi pasar tradisional yang menurut mereka dalam bentuk perbaikan pasar tradisional saja serta perlu mendapat perhatian lebih dari segi kebersihan pasar tradisional, penataan stan dalam hal kerapiannya, sarana dan prasarana yang menunjang pasar tradisional agar dapat menarik minat konsumen berbelanja di pasar tradisional. 2. Segmentasi pasar tradisional untuk masing-masing pasar tradisional didasarkan pada kelompok terbesar pada segmen pasar tersebut. Pasar simo untuk segmen terbesar mementingkan faktor kepentingan terhadap pengorganisasian pedagang dan perbaikan fisik pasar, marketing pemasaran pasar tradisional atau hiburan pasar, dan jam operasional pasar tradisional. Pasar balongsari berdasarkan segmen terbesar mementingkan faktor kepentingan mengenai perbaikan pasar, waktu operasional dan pelayanan pasar yang dirasakan langsung oleh stakeholder pasar Balongsari. Pasar pegirian berdasarkan segmen terbesar mementingkan faktor kepentingan perbaikan pasar dan mengenai hiburan atau manajemen pemasaran pasar. Secara umum stakeholder yang terbagi menjadi dua segmen tiap pasar mementingkan faktor perbaikan pasar serta acara atau hiburan untuk pasar tradisional yang ada. 3. Posisi pasar simo dibandingkan dengan pasar DST memiliki keunggulan dari segi harga barang yang dijual tetapi memiliki kekurangan dari segi sarana dan prasarana pasar yang perlu diperbaiki, posisi pasar balongsari dibandingkan dengan pasar tanjungsari memiliki keunggulan dari segi kebersihan, keamanan dan kelengkapan barang dagangan yang ada di pasar tetapi dari segi pengelolaan pedagang dan sarana prasarana dirasakan kurang, posisi pasar pegirian dibandingkan dengan pasar sidotopo masih memiliki kekurangan dari segi pengelolaan pasar dan sarana prasarana pasar tradisional di pasar pegirian. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini mengacu pada hasil analisis dan pembahasan yaitu: 1. Ketiga pasar tradisional yang menjadi obyek penelitian ini memiliki karakteristik stakeholder (pembeli dan pedagang) yang berbeda dan memiliki segmen masing-masing, kedepannya diharapkan segmen terbesar pada masing- masing pasar tradisional mendapatkan perhatian lebih dengan harapan segmen tersebut terhadap kepentingan pasar tradisional. 2. Serta dapat memperbaiki kualitas pelayanan dari faktor kondisi pasar yang dipersepsikan serta dibandingkan dengan pasar pesaing, yaitu ketiga pasar obyek penelitian yang masih memiliki kekurangan dari segi pengelolaan pasar dan sarana prasarana pasar tradisional. 3. Harapan besar nantinya ada evaluasi secara berkala tentang program revitalisasi pasar tradisional dalam pengelolaan PD Pasar Surya Surabaya secara umum.
14
13. Daftar Pustaka A.C.Nielsen. 2005. Asia Pasific Retail and Shopper Trends 2005. Available at acnielsen.de :http://www.acnielsen.de/pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf Campbell, R.M. dan Stanley L.B. 1990. Economics : Principles, Problems and Policies. McGrawHill Publishing Company Daldjoeni, N. 1987. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Penerbit Alumni Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada Dillon, W.R. dan Goldstein, M. 1984. MULTIVARIATE ANALYSIS Methods and Application. Canada: John Willey dan Sons Gabriel, K.R. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices with Aplication to principal component analysis, Journal of Biometrica, 58, 453-467 Johnson, Richard A. and Wichern D.W. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. 5th Ed. New Jersey USA: Prentice-Hall Ic Kotler, P dan Keller, K.L. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I. 12th Ed. Jakarta: PT Indeks Kottler, P dkk. 1998. Marketing Places : Attracting Investment, Industry and Tourism to Cities, State and Nations. New York : The Free Press Division of Macmillan Inc Maholtra, N.K. 1996. Marketing Research and Applied Oriented Second Edition. New Jersey USA: Prentice-Hall Ic Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 4 Tahun 1985 tentang Perpasaran dan Pusat Perbelanjaan Purnomo, H. 2010. Kemendag Baru Revitalisasi 913 Pasar Tradisional. Available at detikfinance.com:http://www.detikfinance.com/read/2010/07/17/105623/1401160/4/kemendagbaru-revitalisasi-913-pasar-tradisional Simamora, B. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
15