ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) PADA PENGELOLAAN ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA-BEKASI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Nur Syamsiah NIM : 106053002010
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) PADA PENGELOLAAN ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA-BEKASI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Nur Syamsiah NIM : 106053002010
Di Bawah Bimbingan :
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. NIP : 196606051994031005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI
(PEST)
PADA
PENGELOLAAN
ASRAMA
HAJI
EMBARKASI JAKARTA-BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Hari Kamis, tanggal 03 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 03 Juni 2010 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. H. Arief Subhan, MA. NIP. 19660 110 199303 1 004
Drs. Cecep Castrawijaya, MA. NIP. 19670818 199803 1 002 Anggota
Penguji I
Penguji II
Noor Bekti Negoro SE, STP, M. Si. NIP. 19650301 199903 1 001
Drs. Sugiharto, MA. NIP. 19660806 199603 1 001
Pembimbing
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. NIP. 19660605 199403 1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Juni 2010
Nur Syamsiah
HASIL WAWANCARA
Responden Jabatan Hari & Tanggal Tempat
Tanya
: Edi Arief, S. Sos. : Ketua Harian BPAH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi : Kamis, 20 Mei 2010 : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi
: Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Politik ?
Jawab
: Embarkasi Jakarta-Bekasi Jawa Barat pada awalnya merupakan penyangga Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang jumlahnya pada tahun 1991 M/1411 H + 47. 600 orang sedangkan calon jama’ah haji Jawa Barat pada saat itu berjumlah
21. 548 orang. Kehadiran
Asrama Haji Jawa Barat sejak tahun
2001 merupakan tambahan
fasilitas dalam hal kelancaran pelayanan haji, walaupun pada saat itu sarana dan prasarana fasilitas Asrama Haji di Bekasi sangat terbatas. Peningkatan pelayanan Haji merupakan salah satu tugas Pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan Pemerintah antara lain membangun Asrama Haji baik disetiap Provinsi tempat Embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa Asrama-Asrama Haji tersebut adalah milik Pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim Haji dapat digunakan oleh para Jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai.
Tanya
: Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Ekonomi ?
Jawab
: Asrama Haji yang dibangun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan non APBN dapat dimanfaatkan di luar musim Haji dan ini merupakan sumber penerimaan dana bagi pemeliharaan yang pengelolaan administrasi
keuangannya harus
diatur berdasarkan peraturan yang berlaku. Arah lain dalam faktor ekonomi adalah Asrama Haji bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah, baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon Jamaah Haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat.
Tanya
: Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Sosial ?
Jawab
: Sebagai Asset Nasional, Asrama Haji harus dikelola dengan sebaikbaiknya, agar pada saat musim Haji tiba, dapat dipergunakan untuk pelayanan dalam keadaan siap pakai. Dan diluar musim Haji dapat didayagunakan secara maksimal untuk kepentingan umum yang merupakan sumber dana untuk pemeliharaan dan pengembangan asrama haji secara swakelola dan swadana. Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menggelar kegiatan atau acara di luar musim Haji, baik untuk rombongan,
perorangan,
Lembaga
Pemerintah
atau
Swasta,
Organisasi dan lainnya. Asrama Haji juga rutin menjalankan kegiatan santunan bagi yatim, janda dan kaum dhuafa. Kegiatan lainnya berupa khitanan massal, buka puasa bersama saat bulan ramadhan, memang sudah menjadi agenda tahunan Asrama Haji dalam menjalankan tugasnya. Program tersebut dilaksanakan pada acara Ulang Tahun (milad) Asrama Haji maupun dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHB). Hal ini dilakukan sebagai upaya menjalin ukhuwah Islamiyah antar ummat, khususnya ummat Islam. Adapun dana yang digunakan
merupakan dana sosial yang memang sudah dianggarkan untuk kegiatan sosial tersebut. Tanya
: Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Teknologi ?
Jawab
: Dari segi teknologi, Asrama Haji memiliki ruangan kantor kerja sendiri bagi masing-masing pengurus, lengkap dengan fasilitas komputer di dalamnya. Pengenalan dan promosi Asrama Haji juga dilakukan melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik. Media cetak dan media elektronik yang berada diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek) juga dilibatkan dalam hal promosi Asrama Haji ini. Brosur, leaf-let yang disebar untuk memperkenalkan sarana dan fasilitas yang dimiliki Asrama Haji yang dapat disewakan, sepanduk, baliho bahkan melalui info perorangan dengan promosi dari mulut kemulut.
Tanya
: Bagaimana Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?
Jawab
: Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi berkedudukan di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dan berada langsung dibawah pembinaan Direktur Pelayanan Haji dan Umrah yang tugas sehari-harinya dibantu oleh Kepala Subdit Akomodasi Haji. Berkaitan dengan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, tidak ada pengaruh pengelolaan Asrama Haji terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena Penggunaan fasilitas Asrama Haji oleh Pihak Ketiga yang dapat menghasilkan dalam kaitan pelayanan Jamaah Haji pada masa operasional Haji sepenuhnya menjadi hak Badan Pengelola Asrama Haji
(BPAH).
Kementerian
Agama
hanya
mendirikan
dan
memfasilitasi Asrama Haji dan tanggung jawab pemeliharaan serta perawatan sarana dan prasarana gedung di bebankan oleh BPAH. Pada awal berdirinya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini, Kanwil
Kementerian
Agama
Provinsi
Jawa
Barat
memang
menyediakan anggaran untuk pemeliharaan dan perawatan Asrama Haji, namun setelah dibentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH), semua yang berhubungan dengan Asrama Haji diluar musim Haji menjadi tanggung jawab BPAH. Tanya
: Bagaimana Strategi Pengembangan Asrama Haji Embarkasi JakartaBekasi dalam mewujudkan Visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?
Jawab
: Salah satu bentuk nyata pemerintah Jawa Barat dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat adalah terlaksananya program kerja pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah Haji. Salah satunya adalah pembangunan Asrama Haji Jakarta-Bekasi yang merupakan program kerja pemerintah Jawa Barat yang saat ini sudah terealisasikan. Menginjak tahun ke sepuluh ini, berbagai fasilitas secara bertahap telah tersedia. Disamping itu pula perbaikan-perbaikan pun dilakukan demi terciptanya sarana dan prasarana yang nyaman bagi para Jamaah Haji. Adapun beberapa strategi pengembangan yang dilakukan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi adalah : 1. Perbaikan Sarana dan Prasaran 2. Pemantapan Penetapan Sumber Daya Manusia (SDM)
Responden Jabatan Hari & Tanggal Tempat
Tanya
: Sri Siagawati, S. Pd. I. : Bendahara Umum BPAH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi : Kamis, 01 April 2010 : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi
: Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi ?
Jawab :
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dilihat dari perspektif politik merupakan unsur utama dari di bangunnya Asrama Haji, karena pada dasarnya Asrama Haji adalah salah satu asset Negara yang perlu dijaga dan dipelihara keberadaanya. Dari segi Ekonomi, Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menyelenggarakan resepsi ataupun pertemuan-pertemuan seperti rapat, kongres, dll pada saat diluar musim haji. Dari segi Sosial, inti dibangunnya Asrama Haji adalah sebagai tempat akomodasi para jamaah haji, karena sarana dan prasarana Asrama Haji membutuhkan perawatan yang cukup ekstra serta butuh biaya perawatan yang cukup besar, maka dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Kementerian Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) yang dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara dan asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna serta efektif. Mempermudah dan memperlancar Jamaah Haji dalam menunaikan ibadah haji merupakan salah satu tugas Asrama Haji. Oleh sebab itu hubungan antara Jamaah Haji dan Petugas Asrama Haji merupakan hubungan sosial yang saling membutuhkan. Dari segi teknologi. Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, sebab swakelola dan swadana yang ditawarkan oleh Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini memang tidak memakai IT yang rumit.
Tanya :
Kenapa Asrama Haji tidak memakai sistem IT yang canggih, bukankah setiap Lembaga atau Organisasi membutuhkan IT yang canggih sesuai dengan perkembangan Zaman ?
Jawab :
Memang saat musim haji tiba, Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, Dengan cara sistem pendaftaran manual, dengan mendatangi langsung kantor bidang akomodasi atau melalui via telepon sudah sangat praktis dan memudahkan. Namun lain halnya jika saat musim Haji tiba, penggunaan Asrama Haji sebagai tempat akomodasi para calon Jamaah Haji akan sangat jelas terlihat. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu atau biasa disingkat dengan SISKOHAT akan sangat mendominasi pada musim haji.
Tanya :
Apa itu Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) ?
Jawab :
Sistem Komputerasi Haji Terpadu atau disingkat SISKOHAT, yang merupakan suatu sistem pelayanan secara on-line dan real time antara Bank Penyelenggara Penerima Setoran ONH, Kanwil Kementerian Agama di 27 Propinsi dengan Pusat Komputer Kementerian Agama. Pembangunan SISKOHAT tidak hanya dirancang untuk melayani pendaftaran Haji secara on-line, lebih jauh lagi mencakup dukungan terhadap seluruh prosesi penyelenggaraan Haji mulai dari pendafatarn calon Haji, pemprosesan dokumen Haji, persiapan keberangkatan (Embarkasi), monitoring operasional di Tanah Suci sampai pada proses kepulangan ke Tanah air (Debarkasi).
Responden Jabatan Hari & Tanggal Tempat
Tanya :
: Heri Arifin, S. Ag. : Sekbid. Akomodasi BPAH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi : Kamis, 15 April 2010 : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi
Bagaimana promosi dan pengembangan Asrama Haji di luar musim haji ?
Jawab :
Operasional, promosi dan pengembangan Asrama Haji dilaksanakan sesuai dengan program kerja BPAH. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: Promosi Asrama Haji pada dasarnya dapat dilakukan pada setiap waktu dan tempat sepanjang tidak mengganggu tugas-tugas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan
Haji
sesuai
ketentuan
yang
berlaku
dan
Pengembangan Asrama Haji harus berfungsi sosial keagamaan dan tidak bertantangan dengan tugas-tugas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.
Tanya :
Bagaimana promosi Asrama Haji melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik ?
Jawab:
Penggunaan website diperuntukan bagi setiap calon jamaah haji atau masyarakat umum lainnya yang ingin mengakses
berbagai
macam
kebutuhan
yang
berhubungan dengan Asrama Haji. Berbagai macam info atau berita penting lainya seputar haji, kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan bahkan promosi penyewaan sarana asrama haji bisa dilihat situs www.asramahaji-bekasi.com. Media
cetak
dan
media
elektronik
yang
berada
diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek)
juga
dilibatkan
dalam
hal
promosi
Asrama Haji ini. Brosur, leaf-let, sepanduk, baliho bahkan melalui info perorangan dengan promosi dari mulut kemulut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Haji merupakan peristiwa keagamaan yang sangat istimewa dan mendapatkan sorotan umat manusia sejagad. Dibandingkan dengan peristiwa “Perjalanan Keagamaan “ (Pilgrimage) yang terjadi di lingkungan agamaagama lain, Haji merupakan yang terbesar, baik dari segi ukuran maupun asalusul. Sebuah sumber menyebutkan bahwa ibadah Haji biasanya diikuti lebih dari satu juta Muslim yang berasal dari berbagai negara di dunia. Sekitar 50 persen Jama’ah Haji berasal dari wilayah Arab, 35 persen berasal dari wilayah Asia, 10 persen berasal dari wilayah sub-Sahara Afrika, dan 5 persen berasal negara-negara Eropa dan Barat pada umumnya. 1 Kaum Muslim dari seluruh belahan dunia itu bergabung dengan Jamaah Haji asal Arab Saudi yang jumlahnya lebih dari satu juta muslimin. Kaum Muslim yang menunaikan ibadah Haji yang jumlahnya tiga juta lebih itu merupakan sebuah asembly umat manusia dari berbagai etnis, budaya, dan bangsa yang bersatu dalam satu tempat dan waktu untuk memenuhi panggilan dan mengagungkan asma Allah. 2
1
Robert Bianchi, “Hajj”, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word (New York: Oxford University Press, 1995), Volume 2, h. 88-92. 2 Muhammad M. Basyuni, “Reformasi Manajemen Haji: Formula Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji”, Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa dalam Bidang Manajemen Dakwah, Sabtu 22 November 2008, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 37-38.
1
2
Adapun dalil yang mewajibkan untuk menjalankan ibadah Haji bagi yang mampu tercantum dalam Surat Ali Imran/3: 97 berikut :
…
…
⌧
Artinya : …. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan kebaitullah…. (Q. S. Ali Imran : 97)
Penyelenggaraan Haji itu sangat kompleks, tidak hanya berkaitan dengan karakteristik jamaah yang beragam, tetapi juga berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi, persiapan pemberangkatan, transportasi pesawat terbang, transportasi darat di Indonesia dan Arab Saudi, akomodasi, penunjukan petugas, pelayanan kesehatan dan administrasi lainnya.
Tantangan
utamanya
adalah
bagaimana
mengorganisasikan
penyelenggaraan Haji sehingga masyarakat Indonesia yang menunaikan ibadah Haji mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya. 3 Menurut Muhammad M. Basyuni, dalam bukunya Reformasi Manajemen Haji, mengatakan bahwa Haji juga memiliki dimensi politik yang kuat (political force), dapat dijadikan sebagai amunisi berbagai kalangan untuk melancarkan kritik kepada pemerintah, tidak hanya bagi Departemen Agama, tetapi juga bagi pemerintah secara luas.
3
Muhammab M. Basyuni, “Reformasi Manajemen Haji: Formula Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji”, Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa dalam Bidang Manajemen Dakwah, Sabtu 22 November 2008, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.19.
3
Makna Haji yang paling mendapat perhatian adalah makna sebagai bisnis. Seperti diketahui, sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah jama’ah
Haji,
maka
komponen-komponen
yang
diperlukan
untuk
penyelenggaraan ibadah Haji juga semakin meningkat. Penting dicatat bahwa pengadaan komponen-komponen itu memiliki nilai ekonomi yang cukup besar sehingga dapat berubah menjadi ladang bisnis menggiurkan, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat Arab Saudi. 4 Dalam konteks masyarakat muslim Indonesia, gelar Haji secara sosiologis juga merupakan status sosial. Para penyandangnya tidak hanya dipandang memiliki kemampuan ekonomi, tidak jarang bahkan dipandang sebagai alim,yaitu seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan dalam sebuah penelitian, gelar Haji seringkali muncul sebagai modal agama (religious capital) yang memiliki kekuatan dan legitimasi dalam arena pertarungan dilingkungan komunitas, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan, dan dijadikan sebagai alat strategis dalam upaya memperoleh pengakuan sosial. 5 Perkembangan teknologi informasi juga telah mengikis makna Haji sebagai media komunikasi dan informasi antara Muslim Indonesia dan saudaranya dari dari belahan dunia lain. Muslim sekarang ini lebih banyak memperoleh informasi tentang saudara Muslim lain melalui media-media
4
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 6. M. Amin Akkas, Haji dan Reproduksi Sosial, Strategi Untuk Memperoleh Pengakuan Sosial Pada Masyarakat Kota Pinggiran (Jakarta : Media Cita, 2005). 5
4
komunikasi modern. Televisi, surat kabar dan internet telah menggantikan makna Haji sebagai media perjumpaan dan komunikasi..6 Pemondokan Haji merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan Ibadah Haji. Pemondokan atau akomodasi Haji dibagi kedalam dua bagian. Pertama, penyediaan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu Jamaah Haji berada di tempat embarkasi dan di debarkasi. Kedua, pemondokan selama di Arab Saudi. Akomodasi bagi Jamaah Haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang yang banyak memakan biaya dalam komponen BPIHmenempati
urutan
kedua
setelah
biaya
angkutan
udara.
Sebelum
pemberangkatan ke Arab Saudi, Jamaah Haji diasramakan dimasing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab Saudi. Fungsi
Asrama Haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan
(recovery) dan peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses penerbangan untuk perjalanan keluar negeri (check-in). kegiatan selama di asrama Haji meliputi penyelesaian dokumen perjalanan paspor Haji oleh pihak imigrasi, pemeriksaan barang bawaan oleh bea dan cukai, pemberian bekal hidup (living cost), pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik. Keperluan akomodasi dan konsumsi selama
6
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008) ,h. 6.
5
berada di Asrama Haji embarkasi ditanggung oleh pemerintah karena termasuk dalam komponen BPIH. Pembangunan Asrama Haji di setiap Provinsi didasarkan kepada tuntutan kebutuhan pemondokan untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan pemulangan Jamaah Haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan Haji dari Tanah Air sebelum berangkat ke Arab Saudi dan sebaliknya. Oleh karena itu Asrama Haji mempunyai peranan dan fungsi yang penting bagi upaya peningkatan pelayanan Haji, yaitu sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan calon jamaah, tempat prosesing CIQ (costum, immigration dan quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihanm fisik dan mental calon jamaah dalam rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservation untuk dapat kembali ke tempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan Ibadah Haji. Pembangunan Asrama itu sendiri dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan
dana
yang
tersedia.
Sedangkan
dana
untuk
pembangunannya berasal dari DIP atau APBN Kementerian Agama, bantuan Pemda melalui APBD dan dana peningkatan fasilitas pelayanan Haji Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji melalui kegiatan crash program. Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Provinsi atau Transit. Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan
sekaligus
pelayanan
operasional
pemberangkatan
dan
pemulangan Haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan
6
kesiapan kembali ke tempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di Embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Dewasa ini Asrama Haji Embarkasi terdapat di sembilan tempat, yaitu: Banda Aceh, Medan, Batam, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya, Makassar, Balikpapan dan menyusul Banjarmasin. 7 Namun seiring berjalannya waktu, menurut data dari Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dalam buku Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit, maka pada tahun 2009 Asrama Haji Embarkasi bertambah menjadi 14 Asrama, yaitu di Padang, Palembang, Mataram Gorontalo 8 . Disamping Asrama Haji Embarkasi tersedia pula Asrama Provinsi atau Transit, yaitu tempat pemondokan sementara calon Jamaah Haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan. Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Departemen Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji
di lingkungan Departemen
Agama yang disingkat BPAH Embarkasi dan BPAH Transit. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara dan menjaga asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna secara efektif terutama untuk kepentingan misi
7
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h.
107. 8
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit (Jakarta: Ditjen Haji dan Umrah, 2009), h. 6.
7
pelayanan Haji dan mengatur pemanfaatan diluar musim Haji secara swakelola dan swadana. Pembentukan BPAH dan manajemen pengelolaan Asrama Haji diatur Direktur Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji. Diluar musim Haji, Asrama Haji dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama umat Islam, Lembaga Sosial, Instansi Pemerintah seperti untuk keperluan kegiatan pesta pernikahan, seminar, konggres, pelatihan atau penataran, penampungan atlit dan kegiatan lainnya, termasuk untuk keperluan penelitian dari perguruan tinggi secara proporsional. 9 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan Asrama Haji dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu melebar, maka peneliti membatasi masalah hanya pada: Analisis PEST Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan strategi pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
9
108-109.
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h.
8
Dengan pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perspektif PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ? 2. Bagaimana pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ? 3. Bagaimana strategi pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui perspektif PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi b. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat.. c. Untuk mengetahui strategi pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
9
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Sebagai tambahan referensi serta diharapkan dapat menambah wawasan para mahasiswa dalam
melakukan penelitian disebuah
perusahaan ataupun lembaga lainnya dengan mempelajari analisis-analisis yang ada dalam bidang ilmu manajemen dan sebagai alat bantu utama pada jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi Perusahaan, Instansi maupun Lembaga Pemerintah atau Swasta untuk lebih teliti lagi terhadap peluang dan ancaman yang ada. Analisis PEST adalah salah satu analisis yang dapat mengurangi dampak-dampak yang terjadi akibat faktor-faktor lingkungan eksternal. Analisis ini bermanfaat bagi kemajuan perusahaan ataupun lembaga organisasi pada umumnya dan khususnya bagi Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi.
D. Teori Penelitian Dari beberapa teori yang ada yang mendefinisikan tentang analisis PEST ini, penulis memakai teori yang berasal dari John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial :
10
“Tujuan dalam menilai lingkungan eksternal adalah menggali lingkungan diluar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi sebuah organisasi__kekuatan dan kecenderungan biasanya dipecah menjadi empat katerogi yaitu politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Kadang kala disingkat PEST. (Organisasi bisa memilih untuk memantau kategori tambahan. Misalnya kategori pendidikan, tetapi akronim itu tidak memberikan peluang potensial yang dihadirkan oleh perubahan lingkungan, sebab perencanaan strategis harus punya kepastian bahwa mereka menghadapi peluang maupun ancaman.” 10
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan deskriptif gambaran realitas objektif.. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor yang mendefinisikan Metodologi Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 11 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. 2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang berlokasi di Jalan Kemakmuran 72 Bekasi-Telp (021) 88960946, 88960947, Fax. (021) 88960948, www. Asramahaji-bekasi.com. Sedangkan yang menjadi objek
10
John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi social, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11, h. 3
11
penelitian ini adalah Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST). 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian diantaranya
Field Research (Penelitian
Lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke lapangan (objek) penelitian di Asrama Haji Bekasi, sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer (utama) penelitian. Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya sebagai berikut: a. Observasi Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. 12 Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian. b. Wawancara (interview) Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih. 13 Dalam hal ini sekelompok orang yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari 5 orang pengurus asrama haji,
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. Ke-2, h.
129. 13
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 57
12
Wakil Ketua I, Wakil Sekretaris I, Bendaharawan, Bidang Akomodasi dan salah satu Karyawan BPAH. Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin; yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden yang telah penulis persiapkan, lalu dijawab oleh pemberi data (responden) dengan bebas dan terbuka. c. Dokumentasi Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. 14 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Sedangkan datadata ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat yang berhubungan dengan masalah penelitian di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi. 4. Teknik Analisa Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. 5. Teknik Penulisan Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press Tahun 2007 dengan ketentuan sebagai berikut : 14
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 73
13
a. Untuk penulisan al-Qur’an tidak memakai footnote, dan diketik satu spasi dengan terjemah dicetak miring, dengan berpedoman pada terjemahan dari Depatemen Agama RI. b. Guna mempermudah dalam penulisan ini, kalimat Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi disingkat menjadi PEST dan Badan Pengelola Asrama Haji disingkat menjadi BPAH.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teori penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG ANALISIS PEST, terdiri dari beberapa hal diantaranya pengertian analisis PEST, unsur-unsur analisis PEST, tujuan analisis PEST dan pengertian asrama haji, latar belakang berdirinya asrama haji dan klasifikasi asrama haji.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
ASRAMA
HAJI
EMBARKASI
JAKARTA-BEKASI, terdiri dari sejarah asrama haji JakartaBekasi, landasan, tujuan dan manfaat asrama haji Jakarta-Bekasi, visi dan misi asrama haji Jakarta-Bekasi, tugas pokok asrama haji Jakarta-Bekasi, data-data asrama haji Jakarta-Bekasi, sarana dan
14
fasilitas asrama haji Jakarta-Bekasi dan struktur organisasi Asrama Haji Jakarta-Bekasi. BAB IV
PENGELOLAAN ASRAMA HAJI PERSPEKTIF POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) Terdiri dari perspektif Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) pada pengelolaan Asrama Haji, pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan Strategi Pengembangan Asrama Haji
Embarkasi
Jakarta-Bekasi
dalam
mewujudkan
visi
Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. BAB V
PENUTUP, terdiri dari saran dan kesimpulan serta lampiranlampiran yang diperlukan dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) DAN ASRAMA HAJI
A. Analisis PEST Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) 1. Pengertian Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) Analisis
ialah
penelusuran
peluang
atau
ancaman
sampai
kepangkalnya. Hal ini juga melibatkan upaya memilah yang utuh menjadi bagian untuk mengetahui sifat dasar, fungsi dan hubungannya. 1 Sedangkan Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) merupakan unsur-unsur yang ada dalam lingkungan eksternal. Analisis Lingkungan adalah suatu proses yang digunakan perencanaan strategis untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan. Dan eksternal merupakan faktor-faktor yang berada diluar perusahaan. Adapun pendapat beberapa Ahli tentang Lingkungan Eksternal adalah: 1. Pearce & Robinson, “Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor diluar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi dan proses internal perusahaan.” 2 2. J. David Hunger & Thomas L. Wheelen dalam bukunya Manajemen Strategis, menyatakan bahwa sebelum perusahaan dapat memulai
1
Lawrence R. Jauch & William F, Glueck,Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta : Erlangga, 1988), Edisi 3, h. 87. 2 Pearce/Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 112
15
16
perumusan strategi, manajemen harus mengamati lingkungan eksternal yaitu untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi. 3 3. John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis, menyatakan bahwa Lingkungan Eksternal adalah Lingkungan diluar organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh sebuah perusahaan. 4
Dari beberapa definisi yang disebutkan diatas, dapat penulis rangkumkan bahwa lingkungan eksternal adalah lingkungan diluar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi proses internal suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terjadi. Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dalam bukunya “Manajemen Strategik” mengatakan bahwa pengenalan lingkungan eksternal secara tepat semakin penting karena: a. Jumlah faktor-faktor yang berpengaruh itu tidak pernah konstan melainkan selalu berubah b. Intensitas dampaknya beraneka ragam
3
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003), h. 113. 4 John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-9, h. 142.
17
c. Ada faktor-faktor eksternal yang merupakan “kejutan” yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya betapa pun cermatnya analisis SWOT dilakukan d. Kondisi eksternal itu berada diluar kemampuan organisasi untuk mengendalikannya. 5
Teori manajemen stratejik mengatakan bahwa faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh tersebut dapat dikategorisasikan pada dua kategori utama, yaitu faktor-faktor eksternal yang “jauh” dan faktor-faktor eksternal yang “dekat”. Pengenalan lingkungan eksternal secara tepat merupakan keharusan mutlak karena disamping sifatnya yang sangat kompleks, juga karena dengan demikian dapat dirumuskan strategi yang memungkinkan organisasi memanfaatkan peluang justru karena adanya faktor-faktor tersebut. Salah satu wujud
kemampuan
memanfaatkan
peluang
itu
ialah
meningkatnya
kemampuan organisasi untuk menghadapi suasana persaingan yang dalam kenyataan semakin tajam. Dalam kaitan ini perlu ditekankan bahwa terdapat interelasi antara satu organisasi (Perusahaan) dengan lingkungan eksternalnya, baik yang jauh maupun yang dekat. Para ahli manajemen membagi lingkungan eksternal dengan beberapa subkategori yang saling terkait. Seperti bagan dibawah ini.
5
h. 63.
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5,
18
TABEL I LINGKUNGAN EKSTERNAL MENURUT PEARCE & ROBINSON
Lingkungan Jauh 1. Ekonomi 2. Sosial 3. Politik 4. Teknologi 5. Ekologi
Lingkungan Industri 1. hambatan masuknya pendatang baru 2. kekuatan pemaso 3. kekuatan pembeli 4. ketersediaan barang substitusi 5. persaingan yang kompetitif
Lingkungan Operasi 1. pesaing 2. kreditor 3. pelanggan 4. tenaga kerja PERUSAHAAN 5. pemasok
Sumber : “Manajemen Strategi; Formulasi, Implementasi & Pengendalian”
Faktor-faktor yang membentuk lingkungan eksternal (Eksternal Environment), dapat dibagi menjadi tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu: lingkungan jauh (Ekonomi, Sosial, Politik, Teknologi dan Ekologi), lingkungan industri (Hambatan masuknya pendatang baru, Kekuatan pemasok, Kekuatan pembeli, ketersediaan barang substitusi dan persaingan yang kompetitif) dan lingkungan operasi (Pesaing, kreditor, pelanggan, tenaga kerja dan pemasok). 6
6
Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 112.
19
Lain hal dengan Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA yang membagi Lingkungan eksternal hanya kepada dua bagian subkategori saja, seperti pada bagan dibawah ini : TABEL II LINGKUNGAN EKSTERNAL MENURUT SONDANG P. SIAGIAN Perusahaan
Dampak Lingkungan yang Jauh
Dampak Lingkungan yang dekat Dampak Lingkungan yang menyeluruh
Dampak Lingkungan yang jauh : Ekonomi Politik Sosial Teknologi Industri
Dampak Lingkungan yang dekat: Pesaing Penyandang dana Pasaran tenaga kerja Pemasok Pelanggan Sumber : “Manajemen Stratejik”
Dari bagan diatas terlihat bahwa yang tergolong pada faktor-faktor lingkungan eksternal yang “jauh” meliputi faktor-faktor ekonomi, politik, sosial, teknologi dan industri. faktor-faktor eksternal tersebut dikatakan “jauh” karena faktor-faktor tersebut bersumber dari luar organisasi dan biasanya timbul terlepas dari situasi operasional yang dihadapi oleh perusahaan yang
20
bersangkutan, akan tetapi mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional dalam organisasi (perusahaan) tersebut. 7 Yang perlu diperhatikan dalam kedua bagan tersebut adalah bukan terletak pada pembagian lingkungan eksternalnya tapi lebih kepada pengelompokan lingkungan eksternal “jauh” karena ini yang akan menjadi pokok permasalahan. Kedua para ahli manajemen tersebut meyakini bahwa unsur-unsur Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) merupakan bagian mutlak yang ada dalam Lingkungan tersebut. Adapun penambahan faktor-faktor lain, seperti Pearce & Robinson yang memasukan unsur ekologi dan Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA yang memasukan unsur industri merupakan sudut pandang dalam menilai seberapa tepat analisis yang mereka lakukan untuk mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang datang dari luar perusahaan. Seperti yang ditulis oleh John
M. Bryson dalam bukunya
Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial bahwa organisasi bisa memilih untuk memantau kategori tambahan. Misalnya kategori pendidikan, tetapi akronim itu tidak memberikan peluang potensial yang dihadirkan oleh perubahan lingkungan, sebab perencanaan strategis harus punya kepastian bahwa mereka menghadapi peluang maupun ancaman. 8 Yang perlu diketahui adalah penilaian lingkungan eksternal yang efektif seharusnya memberikan manfaat kepada organisasi. Diantaranya
7
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5,
h. 64. 8
John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142.
21
adalah bahwa penilaian itu menghasilkan informasi yang sangat penting bagi kelangsungan dan kemakmuran organisasi. Karena dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah lembaga organisasi sosial pemerintah, maka penulis memakai teori yang berasal dari John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial : “Tujuan dalam menilai lingkungan eksternal adalah menggali lingkungan diluar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi sebuah organisasi__kekuatan dan kecenderungan biasanya dipecah menjadi empat katerogi yaitu politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Kadang kala disingkat PEST. 9
2. Unsur-Unsur Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) 1. Faktor Politik Salah satu definisi klasik tentang politik mengatakan bahwa politik adalah kiat untuk mengetahui “siapa, dapat apa dan bilamana”. Menggunakan definisi tersebut sebagai titik tolak untuk memahami faktorfaktor politik yang berpengaruh pada pengelolaan suatu bisnis antara lain berarti bahwa para pengambil keputusan stratejik perlu memahami percaturan kekuatan dan pengaruh yang terjadi dalam suatu masyarakat bangsa di lingkungan mana ia bergerak, termasuk percaturan kekuasaan dan kekuatan yang terjadi di kalangan para politisi dan para negarawan. 10 Arah dan stabilitas faktor politik merupakan pertimbangan utama dari manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor politik menentukan parameter-parameter hukum dan aturan dimana perusahaan harus beroperasi. 9
John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142. 10 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke5, h. 71.
22
Batasan politik yang dikenakan pada perusahaan biasanya diberlakukan melalui keputusan perdagangan yang adil, undang-undang anti monopoli, program pajak, aturan upah minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, penambahan administrasi dan berbagai tindakan lain yang ditunjukan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Karena undang-undang dan peraturan semacam itu biasanya bersifat membatasi, maka kedua hal tersebut cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Namun, beberapa tindakan politik dirancang untuk menguntungkan dan melindungi perusahaan. Tindakan-tindakan ini mencakup undang-undang paten, subsidi pemerintah dan penelitian produk. Dengan demikian, faktor politik dapat membatasi atau menguntungkan perusahaan yang terpengaruh. 2. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah perekonomian dimana suatu perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kemakmuran relatif dari berbagai segmen pasar, maka setiap perusahaan harus mempertimbangkan tren ekonomi pada segmen yang mempengaruhi industrinya. Baik pada tingkat nasional maupun internasional, manajer harus mempertimbangkan ketersediaan kredit, pendapatan bersih sesudah pajak, dan kecenderungan konsumsi. Suku bunga utama, tingkat inflasi dan tren pertumbuhan produk nasional bruto merupakan faktor-faktor ekonomi lainnya yang harus dipantau. 11
11
Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 113.
23
Secara umum, lingkungan ekonomi dinegara maju dan negara sedang berkembang memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pendapatan nasional perkapita yang dapat digunakan sebagai dasar kasar penentuan tingkat pembangunan, karakteristik pokok lingkungan ekonomi negara maju, sedang dan miskin. Menurut Suwarsono Muhammad, faktor ekonomi ini terdiri dari : a. Sumber Daya Alam (SDA) b. Sumber Daya Manusia (SDM) c. Modal Domestik d. Cadangan Devisa e. Prasarana Dasar. 12 3. Faktor Sosial Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup masyarakat dalam lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari kondisi budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnis. 13 Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, pentingnya dampak faktor-faktor sosial sangat penting pula disadari oleh para pengambil keputusan stratejik. Berbagai faktor seperti keyakinan, system nilai yang dianut, sikap, opini dan bahkan gaya hidup harus dikenali secara tepat.
12
Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik, Konsep dan Kasus Edisi Ketiga, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2, h. 29-35. 13 Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 113.
24
Pengenalan demikian tidak mudah karena kenyataan menunjukan bahwa faktor-faktor tersebut selalu berubah, ada kalanya dengan intensitas yang sangat tinggi. Disamping itu para anggota masyarakat dengan siapa perusahaan melakukan interaksi tersebut tidak pernah “konsisten” dalam prilakunya. Dikatakan demikian karena faktor-faktor tersebut tumbuh sebagai akibat kondisi keagamaan, pendidikan, kultur, moral, etika, ekologikal dan demografikal yang juga selalu mengalami pergeseran, baik yang mengarah pada “kondisi lebih kuat”, tetapi juga mungkin kearah yang “lebih lemah”. 14 Salah satu perubahan sosial mendasar selama beberapa tahun belakangan ini adalah masuknya sejumlah besar wanita kepasar tenaga kerja. Hal ini tidak saja mempengaruhi kebijakan perekrutan dan kompensasi serta kapabilitas dari sumberdaya para perusahaan yang merekrut; melainkan juga menciptakan atau memperbesar permintaan akan berbagai jenis produk dan jasa yang diperlukan karena ketidakhadiran para wanita tersebut di rumah. Perusahaan yang mengantisipasi atau bereaksi cepat terhadap perubahan sosial ini menawarkan produk dan jasa, seperti makanan siap saji, oven micoweve, dan pusat penitipan anak. 15 Perubahan sosial mendasar yang kedua adalah tumbuhnya minat konsumen dan karyawan terhadap masalah kualitas hidup. Bukti-bukti mengenai perubahan ini terlihat dalam negosiasi kontrak baru-baru ini. Selain tuntutan tradisional seperti kenaikan gaji, para pekerja juga menuntut manfaat
14
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-
5, h. 73. 15
Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 114.
25
lain seperti cuti, jam kerja yang lebih fleksibel atau empat hari kerja dalam seminggu, kompensasi cuti yang dapat diambil sekaligus, dan peluang untuk mengikuti pelatihan. Perubahan sosial mendasar yang ketiga adalah perubahan distribusi usia dari populasi. Untuk kepentingan analisis dan perumusan kebijaksanaan stratejik, faktor demografi dapat disoroti dari sudut pengelompokan para anggota masyarakat pada tiga kelompok utama, yaitu kelompok yang belum produktif karena masih muda dan pada umumnya masih duduk di bangku sekolah, kelompok produktif yaitu mereka yang memasuki pasaran kerja dan kelompok yang tidak lagi produktif karena telah lanjut usia. 16 4. Faktor Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang demikian pesatnya sehingga dapat dikatakan bahwa umat manusia belum pernah mengalami perkembangan secepat itu, perkembangan yang amat pesat itu berakibat antara lain pada “lahirnya” berbagai ilmu baru dan aneka ragam temuan dan terobosan terjadi dalam bidang teknologi. Berbagai temuan dan terobosan tersebut sudah sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi segi-segi dan proses pengelolaan bisnis yang tidak “disentuh” oleh teknologi tersebut. Dikatakan demikian karena ternyata bahwa berbagai temuan dan terobosan dibidang perangkat keras dibarengi pula oleh perkembangan dibidang perangkat lunak yang mendukung aplikasinya yang makin beraneka ragam oleh para “pekerja pengetahuan”. 16
5, h. 78.
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-
26
Banyak ditemukan berbagai penemuan baru pada berbagai bidang yang dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan terlihat secara transparan efek ekonominya. Juga memiliki implikasi manajerial yang signifikan pada berbagai manajemen fungsional, khususnya manajemen pemasaran, sumber daya manusia dan operasi. Proses produksi akan mengalami proses pencanggihan. Sekalipun masih ada persoalan etika, revolusi biologi berjalan terus dengan percepatan yang semakin meninggi. Demikian pula berbagai hal baru yang terjadi dalam bidang elektonika, telekomunikasi dan biomaterial. 17 Apa yang baru saja diuraikan tersebut dijumpai di negara maju, yang memiliki dan adan tenaga ahli yang cukup. Di banyak negara yang sedang berkembang, revolusi teknologi belum terjadi. Paling tidak masih berada dalam tahap yang amat dini. Penelitian dasar belum banyak dilakukan karena memerlukan dana yang besar dan bersifat jangka panjang. Skala prioritas masih diletakan pada penelitian terapan yang hasil akhirnya segera dapat diketahui. Industri di Negara yang sedang berkembang pada umumnya belum menggunakan teknologi canggih, terkecuali paa beberapa industri besar dan modern. Biasanya juga terpusat pasa sektor ekonomi tertentu. Teknologi tersebut merupakan hasil penelitian dan pengembangan domestik, tetapi berasal dasri luar negeri. Langkah modal, tenaga kerja terlatih, prasarana dasar berpengaruh terhadap derajat perkembang teknologi yang tersedia. Oleh karena itu setiap pengambil keputusan stratejik mutlak perlu memahami perkembangan teknologikal yang sudah, sedang dan akan terjadi 17
Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2, h. 36.
Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,
27
karena dengan demikian ia mengetahui untuk segi dan proses bisnis yang mana teknologi tertentu akan diterapkan.
3. Tujuan Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) Dalam buku Manajemen Stratejik Konsep dan Kasus, Suwarsono Muhammad mengistilahkan lain lingkungan eksternal dengan sebutan analisis lingkungan bisnis. Analisis ini dimaksudkan untuk mencoba mengidentifikasi peluang (oportunities)
bisnis yang perlu dengan segera mendapatkan
perhatian eksekutif, dan disaat yang sama diarahkan untuk mengetahui ancaman (threat) bisnis yang perlu mendapatkan antisipasi. Untuk keperluan dimaksud, pertama analisis ini berusaha untuk mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada diluar kendali perusahaan yang diperkirakan memiliki pengaruh nyata. Dengan demikian, analisis ini hanya berusaha mengumpulkan dan menganalisis sejumlah variabel secara terbatas (finite). Hendaknya tidak sampai terjerumus untuk berusaha menganalisis sebanyak mungkin variabel (infinite). 18 Analisis lingkungan bisnis berusaha mengetahui implikasi manajerial (managerial implication) yang ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai faktor eksternal yang telah diidentifikasi berpengaruh pada prospek perusahaan. Dari langkah ini diharapkan manajemen perusahaan akan memiliki gambaran yang lebih jelas dalam menyiapkan strategi bisnis
18
Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2, h. 22
Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,
28
yang diperlukan untuk mengantisipasi iplikasi manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis. Analisis lingkungan bisnis terdiri dari dua komponen pokok, yakni analisis lingkungan makro dan lingkungan industri (competitive environment). Jenis lingkungan yang disebut pertama terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik termasuk pemerintah, hukum, sosial budaya dan kependudukan. Keseluruhan jenis lingkungan yang termasuk kategori pertama ini memiliki pengaruh yang langsung terhadap prospek perusahaan, akan tetapi disaat yang sama juga memiliki pengaruh tidak langsung melalui lingkungan industri. hubungan yang disebut kedua baru terjadi jika masingmasing komponen lingkungan makro berpengaruh terlebih dahulu pada lingkungan industri sebelum pada gilirannya berpengaruh pada perusahaan. Lingkungan makro diperlakukan sebagai variable bebas (independent variable), sedangkan prospek perusahaan diperlakukan sebagai variable terkait atau terpengaruh (dependent variable). Lingkungan industri diletakan diantara keduanya, dan oleh karena itu secara metodologis disebut sebagai variable antara (intervening variable). Akan tetapi secara sendiri, tanpa terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan makro, lingkungan industri juga dapat berdiri sebagai variable bebas yang langsung mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. 19 Betapa pun para ahli menjelaskan pentingnya analisis lingkungan ini, yang terpenting adalah faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi 19
Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2, h. 23.
Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,
29
memang mutlak ada di lingkungan eksternal perusahaan atau lembaga organisasi. Yang harus dipahami bahwa analisis ini memberikan kesempatan bagi para perencana strategi untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan tanggapan pilihan terhadap peluang ini. Hal ini juga membantu perencana strategi untuk mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan perusahaan.
B. Asrama Haji 1. Pengertian Asrama Haji Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asrama berarti bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. 20 Haji menurut pengertian bahasa berarti berniat pergi, bermaksud atau menuju kesuatu tempat tertentu. 21 Sedangkan menurut Fachruddin HS, pengertian Haji adalah sengaja berkunjung menziarahi Ka’bah (Baitullah) yang terletak dalam Masjidil Haram (masjid suci) di Makkah al Mukarramah, dengan niat menunaikan ibadah haji yaitu rukun Islam yang kelima karena memenuhi perintah Allah. 22
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, h. 72. 21 Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, op. cit., h. 227. 22 Fachruddin HS, Pembinaan Mental Bimbingan Al Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 107.
30
Berdasarkan pengertian diatas, Asrama haji adalah Asrama yang dibangun oleh Departemen Agama sebagai tempan akomodasi pada waktu pemberangkatan dan pemulangan calon jamaah haji. 2. Latar Belakang Pembangunan Asrama Haji Keberadaan asrama haji dalam pelayanan haji berkaitan dengan kebutuhan akomodasi untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan haji Dari tanah air ke Arab Saudi dan sebaliknya. Asrama haji mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi upaya peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana kesiapan pemberangkatan calon jamaah; tempat processing CIQ (Custom, Immigration and Quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jamaah dalam rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservasi untuk dapat kembali ketempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan ibadah haji. 23 Untuk kebutuhan pelayanan pengasramaan jamaah haji, pada mulanya dan selama bertahun-tahun Pemerintah menyewa wisma atau asrama swasta dengan pengeluaran biaya yang sangat besar. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyewa wisma dalam satu kali musim haji sebanding atau cukup untuk membangun satu gedung asrama haji. Berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan tersebut dan sebagai realisasi dari kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap penyelenggaraan pelayanan haji, lahirlah 23
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), h. 4.
31
pemikiran dan upaya memiliki asrama haji sendiri yang perwujudannya dimulai dengan membangun asrama haji laut pada awal pelita I, kemudian berkembang setelah pemberangkatan haji melalui angkutan udara. 24 Pembangunan asrama haji disamping didasarkan atas pemikiran tersebut, juga dilandasi pertimbangan kebutuhan praktis peningkatan pelayanan : 1)
Pemakaian wisma atau asrama swasta yang hanya disewa satu musim disamping tidak memungkinkan dapat tersedianya sarana dan fasilitas akomodasi dan pelayanan operasional haji sesuai kebutuhan pelayanan terhadap jamaah haji, juga tidak adanya sarana khusus bagi kepentingan visualisasi praktek manasik haji.
2)
Memiliki asrama haji sendiri, diluar musim haji dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umum dan sosial keagamaan yang dapt meningkatkan dan menunjang misi dan kepentingan Departemen Agama khususnya tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Upaya dan kegiatan pembangunan asrama yang dilakukan selama ini,
dilaksankan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan yang tersedia, baik dari anggaran BPIH, APBN, APBD dan hasil pengelolaan asrama haji. 3. Klasifikasi Asrama Haji Adapun pengklasifikasian Asrama Haji dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Asrama Haji Embarkasi
24
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), 4-5.
32
Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan Embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke tempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di Embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Jumlah Asrama Haji Embarkasi yang ada saat ini terdiri dari 14 asrama, yaitu 25 : TABEL III Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi No.
ASRAMA HAJI
KAPASITAS
1.
Banda aceh
2.
Medan
1.650 orang
3.
Batam
1.110 orang
4.
Jakarta Pondok Gede
2.991 orang
5.
Jakarta Bekasi
1.700 orang
6.
Bayolali/Surakarta
2.408 orang
7.
Surabaya
2.550 orang
8.
Ujung pandang/Makasar
2.048 orang
25
KETERANGAN
660 orang
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), h. 6.
33
9.
Balik papan
672 orang
10.
Banjarmasin
770 orang
11.
Padang
900 orang
12.
Palembang
829 orang
13.
Mataram
520 orang
Antara
14.
Gorontalo
320 orang
Antara
Sumber : “Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit” b. Asrama Provinsi atau Transit Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan sementara calon jamaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan. Asrama Haji Transit Tk. I atau Provinsi, yang berada di Ibukota Provinsi, yaitu : 1. Asrama Haji Transit Provinsi Riau : a) Pekanbaru (Rumbai) b) Dumai (Asrama haji awal Pelita I) 2. Asrama Haji Transit Provinsi Jambi, Kodya Jambi 3. Asrama Haji Transit Provinsi Bengkulu, Kodya Bengkulu 4. Asrama Haji Transit Provinsi Lampung : a) Rajabasa-Bandar Lampung b) Lungsir-Teluk Betung (awalnya asrama haji laut)
34
5. Asram Haji Transit Provinsi D.I. Yogyakarta di Yogyakarta 6. Asrama Haji Transit Provinsi Jawa Tengah di Semarang 7. Asrama Haji Transit Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang 8. Asrama Haji Transit Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak 9. Asrama Haji Transit Provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya 10. Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Tengah di Palu 11. Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari 12. Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Utara di Manado 13. Asrama Haji Transit Provinsi Maluku di Ambon 14. Asrama Haji Transit Provinsi Papua di Jayapura 15. Asrama Haji Transit Provinsi Bali di Denpasar, saat ini pembangunannya masih menunggu proses penyelesain status tanah (persertifikatan) yang lokasinya direncanakan di Kampung Tegal Lantung Banjar, Padang Sembian Klod Denpasar, sebagai
pengganti lokasi awal, yaitu tanah
wakaf muslim seluas 4. 500 m2 di Kampung Bugis Suwung Kabupaten Badung. 26
Beberapa kegiatan yang diikuti calon jamaah haji selama proses pengasramaan saat akan diberangkatkan, antara lain : a.
Menyerahkan koper besar ke Petugas Bea Cukai untuk diperiksa dan ditimbang dan proses X-ray
26
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), h. 8.
35
b. Melapor kepada Petugas pendaftaran dengan menyerahkan Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA) dan lembar biru c. Mendapatkan kartu makan dan kartu akomodasi d. Pemeriksaan buku kesehatan di counter kesehatan e. Menuju gedung penginapan f. Pembinaan haji yang berupa ceramah akhlakul karimah dan kesehatan dilanjutkan dengan praktek ibadah haji di lapangan manasik haji g. Saat akan diberangkatkan, jamaah haji menerima living cost, gelang identitas dan boarding pass atau tiket pesawat.
Saat pemulangan haji harus melalui asrama haji sebelum dipulangkan ketempat asal masing-masing dengan kegiatan, antara lain : a. Saat kedatangan, berkumpul di Hall Penerimaan. Sementara itu koper besar ditata dalam Hall lainnya b. Menyerahkan paspor untuk pemeriksaan kedatangan jamaah haji c. Penukaran uang d. Pengambilan paspor e. Pengambilan tas. 27
27
http://www.digilib.petra.ac.id.
BAB III GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA-BEKASI
A. Sejarah Berdirinya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Dalam upaya peningkatan pelayanan, bimbingan dan perlindungan Jamaah Haji, salah satu fasilitas pelayanan adalah keberadaan Asrama Haji yang mempunyai nilai dan manfaat ganda pada masa operasional haji yaitu tempat akomodasi dan proses keberangkatan calon jama’ah haji ketanah suci maupun kepulangan pada saat kembali ketempat asal jama’ah serta sekaligus menjadi tempat aktivitas oleh masyarakat umum pengguna jasa, instansi pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain. 1 Embarkasi Jakarta-Bekasi Jawa Barat pada awalnya merupakan penyangga Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang jumlahnya pada tahun 1991 M/1411 H + 47. 600 orang sedangkan calon jama’ah haji Jawa Barat pada saat itu berjumlah sejak tahun
21. 548 orang. Kehadiran Asrama Haji Jawa Barat
2001 merupakan tambahan fasilitas dalam hal kelancaran
pelayanan Haji, walaupun pada saat itu sarana dan prasarana fasilitas Asrama Haji di Bekasi sangat terbatas. Melalui proses pengembangan sarana fisik secara bertahap sampai saat ini menunjukan kemajuan yang sangat berarti dalam memberikan pelayanan kearah yang lebih baik lagi. Hal ini terlihat jelas dari fisik maupun fasilitas
1
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
36
37
pendukung lainnya yang merupakan asset pemerintah yang bisa bermanfaat bagi umat. Pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji tahun 1991 M/1411 H, jumlah jama’ah haji Jawa Barat berjumlah 21. 548 orang, hampir setengah jumlah
jama’ah
haji
yang
diberangkatkan
Perdanakusumah Jakarta yang jumlahnya
melalui
Bandara
Halim
+ 47. 600 orang, sedangkan
Asrama Haji Pondok Gede Jakarta sudah tidak dapat lagi menampung calon jama’ah yang akan dipersiapkan untuk diberangkatkan ketanah suci 36 jam sebelum take off, apalagi kalau terjadi keterlambatan kedatangan pesawat, sehingga calon jama’ah haji sebagian besar berasal dari masyarakat Jawa Barat terpaksa beristirahat digedung serbaguna II + 4 sampai dengan 10 jam. 2 Untuk menanggulangi hal tersebut diatas sesuai dengan surat persetujuan Bapak Gubernur Jawa Barat Nomor : 645. 8/4588-bintal/1991 tanggal 14 September 1991 tentang Rekomendasi Pembangunan Asrama Haji Jawa Barat, bahwa lokasi Asrama Haji dilaksanakan di Kabupaten Bekasi. Dalam hal penyediaan lahan bagi pembangunan Asrama Haji Jawa Barat bahwa hasil pembicaraan antara pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan Pihak Perumnas Bekasi menyetujui secara prinsip peruntukan lahan seluas + 2,5 H berlokasi di Jalan Kemakmuran No. 72 Bekasi Selatan. Adapun pembayaran atas lahan tersebut dilaksanakan melalui dana APBD Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 1991/1992 sebesar 1. 000. 000.
2
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
38
000,- (satu milyar rupiah) sesuai dengan surat Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bekasi No : 593/890/ kesra tanggal 2 Maret 1992 tentang penyediaan lahan bagi pembangunan Asrama Haji Jawa Barat. Peralihan lahan Perumnas untuk pembangunan Asrama Haji Jawa Barat sesuai dengan surat Kepala Cabang III No : cab. III/3472/12/92 tanggal 10 Desember 1992 tentang persetujuan penyerahan penggunaan Tanah untuk Pembangunan Asrama Haji di lokasi Perumnas Unit Bekasi. Sebagai dasar untuk pembangunan Asrama Haji Jawa Barat telah diperkuat dan disetujui Direksi Perumnas sebagaimana surat Keputusan Direksi No : Dirut/116/KPTS/17/92 tanggal 2 Desember 1992. Melalui proses pembangunan Asrama Haji Jawa Barat telah di Bekasi merupakan tambahan fasilitas dalam upaya membantu kelancaran pelayanan pemberangkatan dan pemulangan calon jama’ah haji dari Jawa Barat, pada tahun 1991/1992 pembangunan fisik mendapat bantuan dari pemerintah melalui APBN Kementerian Agama, diatas lahan yang sudah tersedia dari Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2001 mulai difungsikan sebagai Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, melayani pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji khusus jama’ah haji Jawa Barat. 3
3
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
39
B. Landasan, Tujuan dan Manfaat Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi 1. Landasan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Adapun yang menjadi landasan di dirikannya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini adalah sebagai berikut : 1. Tap MPR No. II Tahun 1988 tentang GBHN 2. Undang-undang Nomor : 5/1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di daerah jo. PP No. 6/ 1086 tentang Kordinasi Instansi Vertikal di daerah 3. Kepres 53/1981 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji 4. PMA No. 2/1982 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji 5. SK Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 80/1991 M tanggal 16 Agustus 1991 tentang Pengesahan Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Operasional Urusan Haji Tahun 1991 M/1411 H 6. SK Gubernur 456/sk.631-bintal/90 tanggal 29 Oktober 1990 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji dan ingub No. 28/1990 tentang Percepatan Pencapaian Target Kerja 7. Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 645. B/4588bintal/1991 tanggal 14 September 1991 tentang Rekomendasi Pembangunan Asrama Haji Jawa Barat.
40
2. Tujuan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Peningkatan pelayanan haji merupakan salah satu tugas pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain membangun asrama haji baik disetiap Provinsi tempat embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa asrama-asrama haji tersebut adalah milik pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim haji dapat digunakan oleh para jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai. 4
Beberapa hal yang menjadi tujuan didirikannya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini adalah : a. Penyediaan sarana dan prasarana urusan haji khususnya dan pusat kegiatan ummat Islam dalam rangka menyediakan fasilitas yang refresentatif b. Peningkatan pelayanan ibadah haji bagi umat Islam khususnya di Jawa Barat.
4
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 3.
41
3. Manfaat Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi 1. Dilihat dari segi pembangunan adalah merealisasi ingub Nomor 28 tahun 1990 tentang Percepatan dan Pencapaian Target Kerja 2. Dari Sudut Ekonomis bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon jam’ah haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat umum 3. Memenuhi hajat masyarakat banyak khususnya umat Islam yang akan melaksanakan ibadah haji sehingga mereka istirahat dengan aman, tenang, nyaman dan tentram 4. Penyangga Asrama Haji Pondok Gede yang kapasitasnya terbatas dalam melayani tujuan propinsi pada saat itu. 5
C. Visi dan Misi Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Visi
: Terwujudnya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang berkualitas, mandiri dalam melayani jama’ah haji dan masyarakat pengguna jasa
Misi
: 1. Meningkatkan pelayanan siap saji terhadap jama’ah haji dan pengguna jasa
5
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 3.
42
2. Meningkatkan Etos kerja pengurus atau pengelola, karyawan dalam upaya pengembangan Asrama Haji 3. Menciptakan situasi dan kondisi Asrama Haji yang bersih, indah, tertib dan aman (berteman) dapat dirasakan pengguna jasa.
D. Tugas Pokok dan Fungsi BPAH (Badan Pengelola Asrama Haji) 1. Tugas pokok BPAH melaksanakan sebagai tugas Direktur Jendral dalam hal ini Direktur Pelayanan Haji dan Umroh di Bidang Pelayanan Akomodasi Haji pada musim haji dan Pengelolaan Asrama Haji diluar musim haji sesuai dengan kebijakan Direktur Jendral 2. Fungsi BPAH memelihara, mengelola dan mengembangkan Asrama Haji secara swakelola dan swadana.
D. Data-Data Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Berikut ini adalah data-data asset asrama haji yang terdiri dari data umum, data administrasi tanah dan data bangunan (gedung). 1. Data Umum Nama Asrama
: Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi
Mulai Operasi
: Tahun 2001
Nama Badan Pengelola
: Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH)
Alamat
: Jalan Kemakmuran No. 72 Kota Bekasi Jawa Barat Telp. (021) 88960946, 88960947
43
Fax. (021) 88960948 NPWP
: 00.292.237.5.432.00
2. Data Administrasi Tanah Luas Tanah
: 1. Perolehan Tahun 1991 = 24. 000 M2 2. Perolehan Tahun 2004 = 6. 984 M2 30. 984 M2
Status Kepemilikan
: Tanah Pemerintah Daerah
No. Bukti Kepemilikan
: 6458/4588-Binntal/1991
Asal Perolehan
: 14 September 1991
Harga Perolehan
: 1. 599. 000. 000,-
Sumber Anggaran
: Pemda Provinsi Jawa Barat
3. Data Bangunan atau Gedung Luas Bangunan
: 17. 620 M2
Status Kepemilikan
: Kementerian Agama
No. IMB
: 503/0235/1-B/Pem
Asal Perolehan
: Kementerian Agama
Tahun Perolehan
: 1991 / 1992 / 1994 / 1996 / 1999 / 2000 / 2005 / 2006 / 2007
Harga Perolehan
: Rp. 23. 304. 710. 000,-
Sumber Anggaran
: Kementerian Agama
44
F. Sarana dan Fasilitas Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi 1. Asrama Jama’ah : Mina A
= 1 Unit 3 Lt = 39 Kamar = 390 Orang 6 Unit 1 Lt = 6 Kamar VIP
Mina B
= 1 Unit 3 Lt = 35 Kamar = 350 Orang
Mina C
= 1 Unit 4 Lt = 32 Kamar = 320 Orang
Mina D
= 1 Unit 4 Lt = 32 Kamar = 320 Orang 138 Kamar = 1. 380 Orang
2. Gedung Utama 3 (tiga) lantai yang terdiri dari : -
Lantai 1 terdiri dari : 9 Kamar VIP Raudhah 2 Ruang Rapat Raudhah A dan B 1 Ruang Makan Raudhah Ruang Kantor BPAH dan Loby
-
Lantai 2 terdiri dari : 8 Kamar tidur kapasitas 10 Orang 2 Ruang rapat Shofa Utama dan B 1 Ruang Makan Shofa
-
Lantai 3 terdiri dari : 4 Kamar tidur Marwah 2 Ruang Rapat Marwah A dan B
3. Kelengkapan Bangunan - Kamar Jama’ah (AC)
= 138 Kamar
- Kamar Mandi khusus Jama’ah
=
96 Kamar
- Dapur
=
1 Unit
- Ruang Makan
=
16 Ruang
45
- Ruang Pertemuan/Rapat
=
5 Unit
4. Aula Arafah
=
1 Unit Kapasitas 1000 Orang
5. Aula Mudzalifah
=
1 Unit Kapasitas 500 Orang 6 Unit Kamar Kapasitas 12 Orang
6. Dapur 1. Dapur Basah
= 1 Unit
2. Dapur Kering
= 1 Unit
7. Pos Keamanan
= 1 Unit dan Kantin
8. Gudang Koper
= 1 Unit
9. Masjid Kapasitas 1400 Jama’ah 10. Gardu Listrik Khusus Asrama Haji 3 (tiga) Unit + 450 kwh 11. Poliklinik
= 1 Unit
12. Loundry
= 1 Unit
46
G. Struktur Organisasi Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi
Susunan organisasi terdiri dari Pembina, Pengendali, Unsur Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Unsur Pembantu Pimpinan (Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara), Unsur pelaksana (Bidang Tata Graha, Bidang Akomodasi, Bidang Pemeliharaan dan Perlengkapan dan Bidang Keamanan). Pengurus BPAH Embarkasi ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam dan penyelenggaraan Haji. Adapun jumlah keanggotaan BPAH disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, sebanyak-banyaknya 23 orang untuk Asrama Haji Embarkasi .
SUSUNAN PENGURUS BADAN PENGELOLA ASRAMA HAJI (BPAH) EMBARKASI JAKARTA-BEKASI PERIODE 2009-2012 (SK. DIRJEN PENYELENGGARAHAJI DAN UMROH No. D/408/TAHUN 2009)
1. PEMBINA
: DIREKTUR JENDRAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
2. PENGENDALI
: 1. DIREKTUR PELAYANAN HAJI 2. ASDA III PROVINSI JAWA BARAT
47
3. KEPALA KANWIL KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT 3. KETUA
: KEPALA BIDANG PENYELENGGARAAN HAJI, ZAKAT DAN WAKAF KANWIL KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT
WAKIL KETUA
: H. EDI ARIEF, S. Sos
WAKIL KETUA II
: H. ABDUL ROSYID, SH. M. Pd
4. SEKRETARIS
: Drs. H. DEDE SAEPUL UYUN, M. Ag
WAKIL SEK. I
: Drs. H. FUAD NOOR YUSUF
5. BENDAHARA
: Hj. SRI SIAGAWATI, S. Pd. I
6. BIDANG-BIDANG : BIDANG TATA GRAHA
: H. SUDIRMAN, S. Ag Drs. ABDUL HAY, MM
BIDANG AKOMODASI
: Drs. AJAM MUSTAJAM HERI ARIFIN, S. Ag
BIDANG KEAMANAN
: AKP. H. SAIMIN, S. Ag Drs. H. DAULAT
BIDANG PEMELIHARAAN
: Drs. H. JAJA JAELANI H. ALI MASYHURI, SH. MH
48
BAGAN ORGANISASI BADAN PENGELOLA ASRAMA HAJI (BPAH) EMBARKASI JAKARTA-BEKASI PERIODE 2006-2009 PEMBINA DIRJEN PHU
PENGENDALI DIR YAN JI ASDA III PROP. JABAR KAKANWIL DEPAG JABAR
KETUA KABID HAJI, ZAKAT & WAKAF KETUA I/KETUA HARIAN BENDAHARA SEKRETARIS
SEKRETARIS I
1.
KAUR TU & KEPEGAWAIAN
2.
RUMAH TANGGA/URDAL
BID. TATA GRAHA
BID. AKOMODASI
BID. KEAMANAN
BID. PEMELIHARAAN/ PERLENGKAPAN
¾
¾
¾
¾
KASI KEBERSIHAN GEDUNG & PERTAMANAN
KASI PENEMPATAN & PELAYANAN AKOMODASI
ANGGOTA SATUAN KEAMANAN (SATPAM)
EMERGENCY & TEHNISI ¾ PERLENGKAPAN & PEMELIHARAAN
49
Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab Badan Pengelola Asrama Haji 6 : 1. Pembina, berfungsi memberikan pembinaan, bimbingan dan pengarahan atas kebijakan umum tentang Pengelolaan Asrama Haji sesuai dengan kebijakan pemerintah. 2. Pengendali, berfungsi mengendalikan pelaksanaan pengelolaan asrama haji sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama. 3. Ketua Badan Pengelola Asrama Haji bertugas sebagai berikut a. Melaksanakan
kebijakan
teknis
administratif
dan
organisasi
pengelolaan Asrama Haji sesuai kebijakan Direktur Jendral b. Mengamankan kebijaksanaan teknis tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku c. Membina
ketatalaksanaan
Badan
Pengelola
teknis
maupun
administrative d. Melakukan usaha-usaha pemeliharaan dan pengembangan asrama haji sesuai kebijaksanaan Direktur Jenderal 4. Wakil Ketua Badan Pengelola Asrama Haji bertugas : a. Mewakili dan bertindak atas nama ketua apabila ketua berhalangan b. Mengkoordinasikan tugas-tugas teknis harian c. Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan Ketua d. Melaksanakan pengawasan Intern
6
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 9-11.
50
Wakil Ketua bertanggung jawab kepada Ketua BPAH. 5. Sekretaris Badan Pengelola Asrama Haji bertugas : a. Mengkoordinasikan
persiapan
penyusunan
Rencana
Anggaran
Pendapatan Belanja (RAPB) dan program kerjasama serta mewakili Ketua dan Wakil Ketua bila berhalangan b. Membina pelayanan administrative dan fasilitas bagi seluruh unit kerja c. Mengelola
dan
membina
kepegawaian
atau
personil
dan
kesejahteraannya d. Menyusun Statistik dan laporan pengelolaan e. Mempersiapkan Naskah rencana surat-surat dan Keputusan Ketua BPAH yang berhubungan dengan pengelolaan f. Melaksanakan
koordinasi
tugas-tugas
dibidang
perencanaan
pengurusan surat dan kearsipan, keuangan, kepegawaian, promosi atau pengembangan, penyusunan data statistik dan pelaporan serta tugastugas umum lainnya g. Memperhatikan saran dari para tamu. Sekretaris bertanggung jawab kepada ketua. 6. Wakil Sekretaris Bertugas : a. Mewakili dan bertindak atas nama sekretaris dalam batas tertentu yang ditetapkan oleh sekretaris b. Melaksanakan tugas ketata usahaan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya Wakil Saekretaris bertanggung jawab kepada sekretaris.
51
7. Bendaharawan bertugas : a. Menerima, menyimpan, mengeluarkan dan membukukan serta menyusun laporan pertanggung jawaban b. Menyimpan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang kas sebagai bahan penyusunan pertanggung jawaban keuangan c. Menyelenggarakan pembukuan penerimaan atau pengeluaran uang dalam buku kas dan buku bank d. Menyetorkan
penerimaan
uang
ke
rekening
BPAH.
Dalam
melaksanakan tugasnya Bendaharawan bertanggung jawab kepada Ketua BPAH.
BAB IV PENGELOLAAN ASRAMA HAJI PERSPEKTIF POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST)
A. Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Perspektif (PEST) Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi 1. Perspektif Politik Arah dan stabilitas faktor politik merupakan pertimbangan utama Pemerintah dalam membuat kebijakan. Aturan Pemerintah yang membatasi kuota Haji merupakan kesepakatan antara Negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang menegaskan bahwa Calon Haji ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah penduduk dibagi 1 permil atau perseribu Penduduk. Jika jumlah Penduduk Indonesia sesuai sensus adalah 235 juta, maka kuota Haji Indonesia berkisar antara 235 ribu. Hal ini berdampak pula terhadap jumlah kuota Haji Jawa Barat yang pada tahun 2010 ini Pemerintah Indonesia memberikan kuota Haji untuk Provinsi Jawa Barat sekitar 37620. Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi memiliki kapasitas daya tampung sekitar 1. 700 Orang, yang terdiri dari 1. 350 untuk Jamaah Haji dan 350 untuk Petugas Jamaah Haji. Selama masa pemberangkatan Jamaah Haji, Asrama Haji dapat memberangkatkan 3-4 kloter perharinya. Jika 1 kloter berisi 450 Jamaah, berarti 3 kloter berjumlah 1350. Ini disesuaikan dengan jumlah Jamaah Haji Jawa Barat yang berjumlah 37620 dan setiap
52
53
harinya selama musim Haji sekitar 28 hari atau 1 bulan, Asrama Haji JakartaBekasi memberangkatkan Jamaah Jawa Barat secara selektif sesuai dengan aturan Pemerintah, dalam hal ini Dirjen Pelayanan Haji dan Umrah. Peningkatan pelayanan Haji merupakan salah satu tugas Pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan Pemerintah antara lain membangun Asrama Haji baik disetiap Provinsi tempat Embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa Asrama-Asrama Haji tersebut adalah milik Pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim Haji dapat digunakan oleh para Jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai. Keberadaan Asrama Haji dimasing-masing Embarkasi dikelola oleh sebuah Badan Pengelola yang dibentuk oleh Menteri Agama dengan melibatkan unsur berbagai unit terkait. Perencanaan yang baik, pelaksanaan yang tepat dan terarah merupakan salah satu sistem yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi termasuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) dalam mencapai tujuannya. Operasional pelaksanaan pemberangkatan dan pemulangan Haji tidak dilakukan oleh Badan Pengelola tersebut, akan tetapi oleh Panitia Penyelenggara yang ditetapkan oleh Menteri Agama. Awalnya biaya perawatan dan renovasi gedung Asrama Haji dibebankan kepada Kementerian Agama, dalam hal ini Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Namun karena banyaknya Asrama Haji
54
Embarkasi bahkan Transit, keseluruhan biaya itu tidak semua akan ditanggung oleh Kementerian Agama. Melihat akan kebutuhan tersebut, akhirnya dibentuklah Badan Pengelola yang berfungsi untuk memelihara, mengelola dan mengembangkan Asrama Haji secara swakelola dan swadana. Faktor politik menentukan parameter-parameter hukum dan aturan upah minimum bagi Karyawan. Para pekerja harian yang bertugas di Asrama Haji, diambil dari Karyawan Kontrak melalui proses seleksi umum layaknya pengangkatan Karyawan di Perusahaan. Namun gaji yang diperoleh dibawah rata-rata Upah Minimum Regional (UMR), berkisar antara Rp. 410.000 sampai dengan Rp. 792.000 perbulan. Ini disebabkan karena Badan ini bukan Badan yang benar-benar dikhususkan untuk mencari keuntungan (profit), namun lebih karena Badan yang dikelola adalah milik Pemerintah, maka saat musim Haji tiba, seluruh kegiatan swakelola dan swadana diluar musim Haji di non aktifkan sementara waktu untuk kemudian diganti dengan Penyeleggaraan Ibadah Haji . Ketua Pelaksana Harian BPAH yang lokasinya diluar Ibu Kota Provinsi ditunjuk yaitu salah satu Wakil Ketua yang berdomisili di Wilayah Asrama Haji Embarkasi dan atau yang dapat bekerja full time. Sedangkan Pembantu Pelaksana Harian seluruhnya berdomisili di Wilayah Asrama Haji Embarkasi dan dapat bekerja secara full time. 1
1
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 16.
55
2. Perspektif Ekonomi Asrama Haji yang dibangun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan non APBN dapat dimanfaatkan di luar musim Haji dan ini merupakan sumber penerimaan dana bagi pemeliharaan yang pengelolaan administrasi keuangannya harus diatur berdasarkan peraturan yang berlaku. Beberapa fasilitas Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang bisa dikomersilkan untuk masyarakat umum, yaitu : 1. Aula Aula Asrama Haji terdiri dari dua macam, yaitu Aula Arafah dan Aula Muzdalifah. Aula Arafah memiliki kapasitas daya tampung 1000 orang dengan fasilitas AC, 400 kursi lipat, sound system, 4 mic , 2 meja tamu, karpet jalan, 2 ruang rias untuk pernikahan, sedangkan fasilitas untuk rapat dan seminar terdiri dari meja sidang plus 5 kursi utama, podium dan 3 set kursi sofa VIP. Untuk Aula Muzdalifah memiliki kapasitas daya tampung 500 orang dengan fasilitas AC, 200 kursi lipat, sound system, 4 mic, 2 meja tamu, karpet jalan, 2 ruang rias untuk pernikahan, sedangkan fasilitas untuk rapat dan seminar terdiri dari meja sidang plus 4 kursi, podium dan 3 set kursi sofa VIP. 2. Ruang Rapat Untuk ruang rapat, Asrama haji memiliki tipe-tipe ruangan sesuai dengan kapasitas yang akan digunakan. Adapun variannya terdiri dari Ruang Raudhah, Shofa, Multazam, Arafah dan Marwah.
56
Ruang Raudhah terdiri dari dua tipe, yaitu Raudhah A memiliki kapasitas 40 orang, berada di lantai 1 dengan fasilitas AC, wireless, kursi, meja model conference, white board dan screen. Sedangkan Raudhah Utama memiliki kapasitas 12 orang (small meeting), berada dilantai 1 dengan fasilitas AC, U-shape style, white board dan coffe break. Ruang Shofa terdiri dari 2 tipe, yaitu Shofa Utama memiliki kapasitas 100 orang, berada di lantai 2 dengan fasilitas AC, mic tiap meja, kursi, U-shape style, ruang makan dan screen. Sedangkan Shofa A memiliki kapasitas 40 orang , berada dilantai 2 dengan fasilitas wireless, theatre style, kursi dan white board. Ruang Multazam memiliki kapasitas 40 sampai dengan 75 orang, berada dilantai 1 dengan fasilitas AC, class room style / theatre style, kursi, wireless dan white board. Ruang Arafah terdiri dari 3 tempat, yaitu : Arafah A, Arafah B dan Arafah C, berada di lantai 2, yang masing-masing memiliki kapasitas daya tampung 40 orang, memiliki fasilitas AC, wireless, theatre style, kursi dan white board. Dan untuk Ruang Marwah terdiri dari dua tipe, Marwah A memiliki kapsitas 75 orang, berada dilantai 3 dengan fasilitas AC, wireless, theatre style, kursi dan white board. Sedangkan Marwah B memiliki kapasitas 40 orang, berada dilantai 3 dengan fasilitas wireless, theatre style, kursi dan white board.
57
3. Kamar Tidur (Penginapan) Pada dasarnya Asrama Haji adalah asrama atau pemondokan yang dibangun oleh Departemen Agama sebagai tempat akomodasi pada waktu pemberangkatan dan pemulangan calon jamaah haji.2 Untuk itu pemakaian sarana dan prasarana Asrama haji diluar musim haji diperuntukan untuk masyarakat umum. Adapun penyediaan kamar tidur atau penginapan terdiri dari dua macam, yaitu : 1. Model Bed Single (Twin) Untuk tipe ini terdiri dari beberapa varian, yaitu Raudhah VIP memiliki kapasitas 2 orang, tersedia 9 kamar, berada di lantai 1 dengan fasilitas AC, twin bed, televisi, kamar mandi di dalam dan dispenser. Mina C dan Mina D berada di lantai 1, memiliki kapasitas 4 orang, tersedia 16 kamar, dengan fasilitas AC, 4 bed single, Televisi, kamar mandi di dalam dan dispenser. Mina A berada di lantai 1 dan 2, kapasitas 2 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, single bed, televisi, ruang tamu, kamar mandi didalam dan dispenser. Muzdalifah berada dilantai 1, memiliki kapasitas 12 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, 12 bed single, televisi, dispenser dan 3 kamar mandi di dalam. Arafah X berada di lantai 1, kapasitas 12 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, twin bed, kamar mandi di dalam, tv dan dispenser. Arafah lantai 2, kapasitas 2 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas single bed, kamar mandi diluar dan tv. 2
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 6.
58
2. Model Bed Susun Untuk tipe kamar ini, harga sewa disesuaikan dengan fasilitas yang dipakai. Misalnya harga sewa ruangan yang menggunakan AC dan harga sewa ruangan yang menggunakan kipas angin berbeda. Disesuaikan dengan keinginan pemakai. Untuk tipe kamar ini terdiri dari Mina A, B, C dan D, memiliki kapasitas 10 orang, tersedia 122 kamar, berada di lantai 1 samapi dengan lantai 4. Shofa, memiliki kapasitas 10 orang, tersedia 4 kamar dan berada di lantai 2. Shofa memiliki kapasitas 14 orang, tersedia 4 kamar dan berada dilantai 2. dan terakhir Marwah, untuk tipe marwah ini terdiri dari 3 varian, marwah kapasitas 10 orang, tersedia 1 kamar di lantai 3, marwah kapsitas 20 orang, tersedia 2 kamar di lantai 3 dan marwah kapsitas 16 orang, tersedia 1 kamar dan berada di lantai 3.
Adapun fasilitas pendukung lainnya berupa Masjid Namiroh, plaza manasik untuk dewasa (KBIH), disediakan snack atau makanan ringan dari pihak asrama dan manasik untuk anak-anak (siswa) biasanya sudah difasilitasi dari pihak sekolah, lobby utama, halaman parkir yang luas yang disewakan pula untuk transit rombongan tour dan travel, pos keamanan, poliklinik yang hanya dimanfaatkan saat musim haji tiba, loundry yang hanya dimanfaatkan oleh asrama haji sebagai fasilitas pribadi diluar musim haji, sedangkan saat musim haji tiba biasanya dimanfaatkan untuk keperluan jamaah, pos keamanan 24 jam, kantin yang setiap hari buka dan genset.
59
Arah lain dalam faktor ekonomi adalah Asrama Haji bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah, baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon Jamaah Haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat. Hal ini tentu akan menjadi pemandangan menarik saat musim Haji, sebab banyak masyarakat sekitar yang menjual jasa untuk mengangkat koperkoper bawaan Jamaah untuk kemudian dibawa ketempat bea cukai untuk diperiksa. Kemudian berkah lain yang dapat dirasakan oleh masyarakat adalah dengan menyewa tempat disekitar Asrama Haji untuk memperoleh keuntungan dengan berdagang. Misalnya makanan, pakaian, pernak-pernik bahkan pulsa untuk keperluan Jamaah maupun oleh-oleh untuk Sanak Saudara di rumah.
3. Perspektif Sosial Sebagai asset Nasional, Asrama Haji harus dikelola dengan sebaikbaiknya, agar pada saat musim Haji tiba, dapat dipergunakan untuk pelayanan dalam keadaan siap pakai. Dan diluar musim Haji dapat didayagunakan secara maksimal untuk kepentingan umum yang merupakan sumber dana untuk pemeliharaan dan pengembangan asrama haji secara swakelola dan swadana. Jika melihat inti dibangunnya Asrama Haji adalah sebagai tempat akomodasi para jamaah haji, karena sarana dan prasarana Asrama Haji membutuhkan perawatan yang cukup ekstra serta butuh biaya perawatan yang
60
cukup besar, maka dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Kementerian Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) yang dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara dan asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna serta efektif. Ditinjau dari segi sosial, Asrama Haji memiliki cakupan yang amat luas. Dari sosial-ekonomi, Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menggelar kegiatan atau acara di luar musim Haji, baik untuk rombongan, perorangan, lembaga pemerintah atau swasta, organisasi dan lainnya. Dengan fasilitas utama dan pendukung berupa aula, ruang rapat, kamar tidur, masjid, halaman parkir yang luas, kantin, laundry, genset, keamanan, reservasi dan pelayanan 24 jam setiap hari, serta biaya yang ditawarkan sangat kompetitif dan terjangkau menjadikan tempat ini sebagai tempat yang tepat untuk berbagai kegiatan. Dari segi sosial-masyarakat, Asrama Haji rutin menjalankan kegiatan santunan bagi yatim, janda dan kaum dhuafa. Kegiatan lainnya berupa khitanan massal, buka puasa bersama saat bulan ramadhan, memang sudah menjadi agenda tahunan Asrama Haji dalam menjalankan tugasnya. Program tersebut dilaksanakan pada acara Ulang Tahun (milad) Asrama Haji maupun dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHB). Hal ini dilakukan sebagai upaya menjalin ukhuwah Islamiyah antar ummat, khususnya ummat Islam. Adapun dana yang digunakan merupakan dana sosial yang memang sudah dianggarkan untuk kegiatan sosial tersebut.
61
Oleh sebab itu, upaya-upaya peningkatan baik dalam hal sosialekonomi maupun sosial-kemasyarakatan akan terus menjadi prioritas Badan Pengelola Asrama Haji dalam menjalankan misi tugasnya.
4. Pespektif Teknologi Berbicara mengenai teknologi akan dan selamanya tidak pernah habis dimakan zaman, semakin luas ilmu pengetahuan, akan semakin canggih pula teknologi yang dibuat oleh manusia “pekerja pengetahuan”. Berbagai temuan dan terobosan tersebut sudah sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi segi-segi dan proses pengelolaan bisnis yang tidak disentuh oleh teknologi tersebut. Dikatakan demikian karena ternyata bahwa berbagai temuan dan terobosan dibidang perangkat keras dibarengi pula oleh perkembangan dibidang perangkat lunak yang mendukung aplikasinya yang makin beraneka ragam. Ditinjau dari segi teknologi, Asrama Haji memiliki ruangan kantor kerja sendiri bagi masing-masing pengurus, lengkap dengan fasilitas komputer di dalamnya. Pengenalan dan promosi Asrama Haji juga dilakukan melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik. Penggunaan website diperuntukan bagi setiap calon jamaah haji atau masyarakat umum lainnya yang ingin mengakses berbagai macam kebutuhan yang berhubungan dengan asrama haji. Berbagai macam info atau berita penting lainya seputar haji, kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan bahkan
62
promosi penyewaan sarana asrama haji bisa dilihat situs www.asramahajibekasi.com. Media cetak dan media elektronik yang berada diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek) juga dilibatkan dalam hal promosi Asrama Haji ini. Brosur, leaf-let yang disebar untuk memperkenalkan sarana dan fasilitas yang dimiliki Asrama Haji yang dapat disewakan, sepanduk, baliho bahkan melalui info perorangan dengan promosi dari mulut kemulut. Kekuatan yang dimiliki Asrama Haji Embarkasi JakartaBekasi ini adalah terletak pada pelayanan yang prima. Dengan jumlah karyawan honorer kurang lebih 64 orang, sudah tentu dibekali dengan ilmu manajemen yang baik, akan mendorong pekerja untuk bekerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan profesionalisme. Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, sebab swakelola dan swadana yang ditawarkan oleh Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini memang tidak memakai IT yang rumit. Dengan cara sistem pendaftaran manual, dengan mendatangi langsung kantor bidang akomodasi atau melalui via telepon sudah sangat praktis dan memudahkan. Namun lain halnya jika saat musim Haji tiba, penggunaan Asrama Haji sebagai tempat akomodasi para calon Jamaah Haji akan sangat jelas terlihat. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu atau biasa disingkat dengan SISKOHAT akan sangat mendominasi pada musim haji. Suatu langkah tepat yang telah diambil oleh Kementerian Agama dalam upaya meningkatkan pelayanan Haji adalah dengan membangun suatu
63
Sistem Komputerasi Haji Terpadu atau disingkat SISKOHAT, yang merupakan suatu sistem pelayanan secara on-line dan real time antara Bank Penyelenggara Penerima Setoran ONH, Kanwil Kementerian Agama di 27 Propinsi dengan Pusat Komputer Kementerian Agama. Pembangunan SISKOHAT tidak hanya dirancang untuk melayani pendaftaran Haji secara on-line, lebih jauh lagi mencakup dukungan terhadap seluruh prosesi penyelenggaraan Haji mulai dari pendafatarn calon Haji, pemprosesan dokumen Haji, persiapan keberangkatan (Embarkasi), monitoring operasional di Tanah Suci sampai pada proses kepulangan ke Tanah air (Debarkasi). Oleh sebab itu keberadaan Asrama Haji dengan Kantor Kementerian Agama setempat saling berdekatan, fungsinya karena Asrama Haji dibangun atas izin dan anggaran dasar dari Kementerian Agama serta Pemerintah Daerah setempat. Operasional, promosi dan pengembangan Asrama Haji dilaksanakan sesuai dengan program kerja BPAH. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a.
Promosi Asrama Haji pada dasarnya dapat dilakukan pada setiap waktu dan tempat sepanjang tidak mengganggu tugas-tugas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji sesuai ketentuan yang berlaku.
64
b.
Pengembangan Asrama Haji harus berfungsi sosial keagamaan dan tidak bertantangan
dengan
tugas-tugas
Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. 3
B. Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap Pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Pengelolaan Asrama Haji adalah segala kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dalam rangka pemeliharaan dan pemanfaatan Asrama Haji secara tepat guna pada masa operasional Haji maupun diluar musim Haji. Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi berkedudukan di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dan berada langsung dibawah pembinaan Direktur Pelayanan Haji dan Umrah yang tugas sehariharinya dibantu oleh Kepala Subdit Akomodasi Haji. Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji berdampak pula pada dua hal, yaitu pengaruh eksternal dan pengaruh internal. Pengaruh eksternal pengelolaan Asrama Haji adalah adanya kekuatan Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi yang biasa disebut dengan Analisis PEST atau Analisis Lingkungan Eksternal. Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal seperti aturan Pemerintah yang membatasi kuota Haji, pemanfaatan Asrama Haji diluar musim haji untuk membuka lapangan kerja baru dan hal-hal lainnya yang berdampak pula terhadap internal Asrama Haji. Internal Asrama Haji 3
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h.38.
65
merupakan faktor-faktor untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki Asrama Haji. Dengan sistem manajemen yang baik serta strategi pengembangan yang terus diupayakan, diharapkan dapat memperkecil kelemahan ataupun kekurangan yang dimiliki Asrama Haji. Misalnya saja pemanfaatan Asrama Haji yang tidak full selama satu tahun, karena 3 bulan penuh Asrama Haji hanya digunakan untuk akomodasi Jamaah Haji saja. Sedangkan 9 bulannya digunakan untuk keperluan swakelola dan swadana untuk umum. Untuk itu dibutuhkan strategi khusus untuk bisa tetap menggaji Karyawan honorer berikut pengurusnya selama masa off 3 bulan. Berkaitan dengan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, tidak ada pengaruh pengelolaan Asrama Haji terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena Penggunaan fasilitas Asrama Haji oleh Pihak Ketiga yang dapat menghasilkan dalam kaitan pelayanan Jamaah Haji pada masa operasional Haji sepenuhnya menjadi hak Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH). Dikatakan demikian sebab Kementerian Agama hanya mendirikan dan memfasilitasi Asrama Haji dan tanggung jawab pemeliharaan serta perawatan sarana dan prasarana gedung di bebankan oleh BPAH. Pada awal berdirinya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat memang menyediakan anggaran untuk pemeliharaan dan perawatan Asrama Haji, namun setelah dibentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH), semua yang berhubungan dengan Asrama Haji diluar musim Haji menjadi tanggung jawab BPAH.
66
Melalui Badan ini setidaknya membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Walau pun tidak banyak mengangkat karyawan, namun cukuplah dana yang diperoleh untuk menggaji karyawan tersebut. Jumlah karyawan kontrak Asrama Haji sekitar 64 orang. Beban pengeluaran berupa biaya pemeliharaan, biaya belanja pegawai, biaya lembur (insentif diluar jam kerja), biaya listrik dan telepon dibebankan kepada BPAH. Sedangkan pemasukan diperoleh dari bantuan dari Kementerian Agama Pusat, swadaya dan swakelola serta dari pengguna jasa asrama haji. 4 Awalnya pada tahun 1991-1992 pembangunan fisik Asrama Haji mendapat bantuan dari Pemerintah melalui APBN Kementerian Agama, diatas lahan yang sudah tersedia dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2001 mulai difungsikan sebagai Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, melayani pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji khusus jama’ah haji Jawa Barat. Kerjasama dengan Kementerian Agama maupun Pemda Kota atau Kabupaten Bekasi bahkan lembaga lain sangat perlu dilakukan dalam kaitannya
dengan
kondisi
saling
membutuhkan,
karenanya
internal
Kementerian Agama maupun Pemda membutuhkan Asrama Haji sebagai sarana akomodasi yang sangat murah dan terjangkau terutama yang berkaitan dengan Rapat Kerja, Penataran atau pelatihan dan lain-lain, sementara Asrama Haji membutuhkan pemasukan dan untuk biaya operasional pemeliharaan, pengembangan fisik dan sarana fasilitas lainnya. 4
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
67
C. Strategi Pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam Mewujudkan Visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. Salah satu bentuk nyata pemerintah Jawa Barat dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat adalah terlaksananya program kerja pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah Haji. Salah satunya adalah pembangunan Asrama Haji Jakarta-Bekasi yang merupakan program kerja pemerintah Jawa Barat yang saat ini sudah terealisasikan. Menginjak tahun ke sepuluh ini, berbagai fasilitas secara bertahap telah tersedia. Disamping itu pula perbaikan-perbaikan pun dilakukan demi terciptanya sarana dan prasarana yang nyaman bagi para Jamaah Haji. Setiap kegiatan ataupun usaha, agar dapat memperoleh keberhasilan yang tinggi harus dapat menyusun rencana yang baik dan matang. Perencanaan yang baik dan benar akan mengurangi kesalahan ataupun kekeliruan. Perencanaan yang baik akan membawa kearah jalan yang benar sehingga berada dalam kondisi yang aman dan baik. Perencanaan yang baik dan benar itulah yang dikenal sebagai “perencanaan strategis”. 5 Pengelolaan Asrama Haji merupakan bagian dari manajemen. Manajemen yang baik melibatkan unsur-unsur manajemen didalamnya. Seperti perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan atau yang biasa disebut Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Dengan mempelajari unsur-unsur manajemen tersebut, Asrama Haji dapat 5
h. 82.
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Strategis, Edisi Pertama, (Yogyakarta : BPFE, 2001),
68
merumuskan strategi-strategi yang dapat menguntungkan Asrama Haji sehingga dapat tetap eksis ditengah-tengah masyarakat. Adapun beberapa strategi pengembangan yang dilakukan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi adalah: 6 1. Perbaikan Sarana dan Prasarana Dalam usaha menuju masa depan lebih baik, perlu diciptakan strategi pengembangan Asrama Haji dengan perlu melakukan beberapa langkah perbaikan sarana dan prasarana fisik dan nono fisik. Perbaikan tersebut sangat perlu dilakukan mengingat usia sarana gedung yang ada perlu perbaikan dan belum terpenuhinya sarana pemondokan jama’ah guna menampung 3 kloter setiap hari kedatangan atau 1. 350 orang, sedangkan kapasitas asrama baru dapat menampung 1. 040 orang. Untuk merenovasi dan membangun gedung baru biayanya cukup besar, sedangkan dana yang tersedia di Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi sangat minim bahkan hanya dapat digunakan untuk perbaikan kecil dan biaya operasional. Oleh karena itu, untuk renovasi bahkan membangun kekurangan gedung tersebut perlu ditunjang oleh Departemen Agama dalam hal ini Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, saat ini masih terbatas. Untuk menghadapi kondisi seperti ini Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) dituntut memikirkan secara kreatif dalam kaitan pengembangan
6
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
69
pembangunan asrama secara simultan tertuang dalam program yang jelas, tepat sasaran serta pengawasan secara efektif. 2. Pemantapan Penetapan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari dalam rangka menjabarkan program kerja yang didukung anggaran pendapatan dan belanja BPAH, diperlukan Sumber Data Manusia yang mampu, kreatif dan bertanggung jawab atas tugas pekerjaan yang dibebankan kepada masingmasing. Oleh karena itu untuk menciptakan SDM yang mampu, kreatif dan bertanggung jawab diperlukan langkah kebijaksanaan diantaranya : a. Meningkatkan Motivasi Etos Kerja Dalam usaha meningkatkan etos kerja karyawan disamping upah yang telah diberiakan setiap bulannya diupayakan diberikan uang intensif, transport, uang lembur, uang piket, Tunjangan Hari Raya (THR), beras dan pakaian seragam disinkronkan dengan kemampuan dana yang tersedia yang sangat terbatas, hal ini dimaksudkan untuk menunjang kesejahteraan karyawan untuk menghindari tuntutan yang tidak wajar perlu ditanamkan pengertian bahwa tugas asrama haji adalah merupakan tugas yang bernilai ibadah dan dengan mengutamakan kebersamaan Ukhuwah Islamiyah. b. Penampilan Disiplin Disipin kerja merupakan faktor penting dan harus diutamakan, mengingat tugas asrama haji terutama adalah melayani calon atau jama’ah serta masyarakat luas yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
70
c. Penempatan Tugas Kerja Penempatan tugas kerja pada karyawan disesuaikan dengan kemampuan, kecakapan, pengalaman, kekuatan, umur, kejujuran dan latar belakang. d. Pembagian Tugas Dalam hal pembagian tugas, terutama yang menyangkut para karyawan dibagi dengan tidak menimbulkan salah pengertian dan menunjukan rincian tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar tidak lepas satu sama lain, saling membantu, saling mendukung dan dapat bertanggung jawab penuh dalam satuan tugas secara bersama. e. Penghargaan dan Sanksi Memperhatikan secara terus menerus bagi karyawan yang berprestasi pada prinsipnya perlu diberikan penghargaan dalam rangka memacu semangat kerja disamping untuk meningkatkan dan menegakkan disiplin kerja, perlu adanya kompetisi yang sehat diantara mereka. Bagi mereka yang indisipliner, tidak taat bahkan membahayakan atau merugikan Asrama Haji, prinsipnya perlu diberi sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Peningkatan Kualitas Dalam usaha mencapai hasil karya yang maksimal, perlu dilakukan evaluasi terhadap karyawan secara periodic, sehinngga akan diketahui kemampuan setiap karyawan dalam melakukan tugas dan kewajibannya.
71
Untuk peningkatan kinerja karyawan perlu dilakukan pendidikan dan latihan, penataran, kursus dapat dilakukan tempat sendiri, dengan mendatangkan
instruktur
tenaga
profesional
dibidang
perhotelan,
pertamanan dan lain-lain. g. Sarana Peragaan Manasik Haji Usaha untuk mewujudkan Asrama Haji yang bernuasa Islami sangat erat kaitanya sebagai aktifitas peragaan manasik haji, maka penyediaan sarana manasik dan masjid akan memudahkan dan menumbuhkan daya tarik bagi calon atau jama’ah haji untuk memanfaatkannya dalam rangka memperlancar ibadah hajinya. Lokasi lapangan manasik haji juga difungsikan sebagai latihan manasik bagi masyarakat lain, anak-anak sekolah juga dimaksudkan sebagai tempat pembelajaran atau pengenalan secara dini kepada anakanak tentang haji. h. Pengembangan Segmen Pasar Kiat-kiat perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengembangan segmen pasar antara lain : 1. Peningkatan Promosi Asrama Haji Untuk mengembangkan segmen pasar merupakan keharusan dilakukan sebagai langkah untuk memperkenalkan keberadaan dan fungsi serta manfaat Asrama Haji sebagai tempat pelayanan penginapan, pendidikan dan latihan (DIKLAT), seminar, kongres,
72
resepsi pernikahan sekaligus tempat wisata yang bernuansa Islami, hal ini dilakukan melalui : a. Penertiban dan penyebaran leaf-let, brosur ke masyarakat disemua strata terutama masyarakat menengah keatas, lembaga pemerintah
maupun
swasta
atau
perusahaan-perusahaan
terutama yang bergerak di bidang pariwisata. b.
Iklan media cetak dan elektronik yang berada diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek)
c.
Memperkenalkan melalui pertemuan khusus dengan para penceramah dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang memungkinkan
masyarakat
mengetahui
keberadaan
dan
kegunaan Asrama Haji d.
Pemberian piagam souvenir dan penghargaan kepada pengguna jasa dalam jumlah tertentu bila memungkinkan.
2. Kerjasama dengan Internal Kementerian Agama dan Pemda Setempat Kerjasama dengan Kementerian Agama maupun Pemda Kota atau Kabupaten Bekasi bahkan Lembaga lain sangat perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kondisi saling membutuhkan, karenanya internal Kementerian Agama maupun Pemda membutuhkan Asrama Haji sebagai sarana akomodasi yang sangat murah dan terjangkau terutama yang berkaitan dengan Rapat Kerja, Penataran atau pelatihan dan lain-lain, sementara Asrama Haji membutuhkan pemasukan dan
73
untuk biaya operasional pemeliharaan, pengembangan fisik dan sarana fasilitas lainnya. 3. Memperhatikan Perkembangan Kebutuhan Konsumen Untuk menjaga agar Asrama Haji eksis di tengah-tengah persaingan di era globalisasi, selalu mengikuti perkembangan kebutuhan serta konsumen tidak ketinggalan zaman, sepanjang tidak menyalahi dan atau tidak berbenturan dengan kaidah Islam.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, sebagai upaya dari hasil pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Asrama Haji berdasarkan perspektif Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) adalah : a. Perspektif Politik ; Asrama Haji Embarkasi Jakarta- Bekasi dilihat dari perspektif politik merupakan pertimbangan utama Pemerintah dalam membuat kebijakan. Aturan Pemerintah yang membatasi kuota Haji, bangunan Asrama Haji yang merupakan asset Negara yang perlu di jaga dan di pelihara keberadaannya serta penetapan Upah Minimum Regional (UMR) Karyawan Honorer yang disesuaikan dengan pendapatan Asrama Haji. b. Perspektif Ekonomi ; Diluar musim haji, Asrama Haji ini dapat didayagunakan untuk keperluan komersial oleh Badan Pengelola dan Asrama Haji juga bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon jamaah haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat.
74
75
c. Perspektif Sosial ; Ditinjau dari segi sosial, Asrama Haji memiliki cakupan yang amat luas. Dilihat dari sosial-ekonomi, Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menggelar kegiatan atau acara di luar musim Haji. Dari segi sosialmasyarakat, Asrama Haji rutin menjalankan kegiatan santunan bagi yatim, janda dan kaum dhuafa. Program tersebut dilaksanakan pada acara Ulang Tahun (milad) Asrama Haji maupun dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHB). d. Perspektif Teknologi ; Ditinjau dari segi teknologi, Asrama Haji memiliki ruangan kantor kerja sendiri bagi masing-masing pengurus, lengkap dengan fasilitas komputer di dalamnya. Pengenalan dan promosi Asrama Haji juga dilakukan melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik. Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, sebab swakelola dan swadana yang ditawarkan oleh Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini memang tidak memakai IT yang rumit.
2. Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap Pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji berdampak pula pada dua hal, yaitu pengaruh eksternal dan pengaruh internal. Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal seperti aturan Pemerintah yang membatasi kuota Haji,
76
pemanfaatan Asrama Haji diluar musim haji untuk membuka lapangan kerja baru dan hal-hal lainnya yang berdampak pula terhadap internal Asrama Haji. Berkaitan dengan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, tidak ada pengaruh pengelolaan Asrama Haji terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena Penggunaan fasilitas Asrama Haji oleh Pihak Ketiga yang dapat menghasilkan dalam kaitan pelayanan Jamaah Haji pada masa operasional Haji sepenuhnya menjadi hak Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH).
3. Strategi Pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. Salah satu bentuk nyata pemerintah Jawa Barat dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat adalah terlaksananya program kerja pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji. Salah satunya adalah pembangunan asrama haji Jakarta-Bekasi yang merupakan program kerja pemerintah Jawa Barat yang saat ini sudah terealisasikan. Menginjak tahun ke sepuluh ini, berbagai fasilitas secara bertahap telah tersedia. Disamping itu pula perbaikan-perbaikan pun dilakukan demi terciptanya sarana dan prasarana yang nyaman bagi para jamaah haji. Pengelolaan Asrama Haji merupakan bagian dari manajemen. Manajemen yang baik melibatkan unsur-unsur manajemen didalamnya. Seperti perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan atau yang biasa disebut Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC).
77
Dengan mempelajari unsur-unsur manajemen tersebut, Asrama Haji dapat merumuskan strategi-strategi yang dapat menguntungkan Asrama Haji sehingga dapat tetap eksis ditengah-tengah masyarakat. Adapun beberapa strategi pengembangan yang dilakukan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi adalah : 1. Perbaikan Sarana dan Prasaran 2. Pemantapan Penetapan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk menciptakan SDM yang mampu, kreatif dan bertanggung jawab diperlukan langkah kebijaksanaan diantaranya ; meningkatkan motivasi etos kerja, penampilan disiplin, penempatan tugas kerja, pembagian tugas, penghargaan dan sanksi, peningkatan kualitas,sarana peragaan manasik haji dan pengembangan segmen pasar. Untuk pengembangan segmen pasar ini, asrama haji embarkasi Jakarta-Bekasi melakukan kiat-kiat sebagai berikut : 1. Peningkatan promosi asrama haji melalui penertiban dan penyebaran leaflet, brosur kepada semua kalangan masyarakat. 2. Iklan
media
cetak
dan
elektronik
yang
berada
di
Wilayah
JABODETABEK. 3. Memperkenalkan melalui pertemuan khusus dengan para penceramah dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 4. Pemberian piagam souvenir dan penghargaan kepada pengguna jasa dalam jumlah tertentu bila memungkinkan.
78
B. Saran-saran Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para pengurus Asrama Haji, dalam hal ini Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi JakartaBekasi, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan melalui saran-saran yang membangun : 1. Untuk bersaing sehat dengan para kompetitor Asrama Haji, diperlukan Sumber Daya Manusia yang mampu, kreatif dan bertanggung jawab atas tugas pekerjaan yang dibebankan kepada masing-masing. sehingga kedepannya Asrama Haji bisa memberikan excellent service kepada para customernya. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai, tentunya tidak akan memutuskan kreativitas dari para pengurus Asrama Haji untuk terus berinovasi. Oleh sebab itu, kemajuan ilmu pengetahuan harus diimbangi pula oleh kreativitas dari para pengurusnya untuk terus memberikan yang terbaik. 2. Keberadaan Asrama Haji ditengah-tengah masyarakat merupakan sebuah bentuk bahwa nilai-nilai sosial kemanusiaan harus diutamakan. Dengan program kerja yang telah dicanangkan dalam agenda tahunan berupa kegiatan santunan dan kepedulian terhadap sesama, agar terus di jaga dan dibina guna mempererat ukhuwah Islamiyah. 3. Asrama Haji adalah sarana yang dikhususkan untuk ummat islam, oleh sebab itu nila-nilai dan kaidah Islam merupakan tolak ukur para pengurus Asrama Haji dalam melaksanakan tugasnya dan semata-mata ikhlas ibadah karna Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Akkas, M., Haji dan Reproduksi Sosial, Strategi untuk memperoleh Pengakuan Sosial Pada Masyarakat Kota Pinggiran, (Jakarta: Media Cita, 2005).
Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi; Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).
Bianchi, Robert, “Hajj”, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word (New York: Oxford University Press, 1995), Volume 2.
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit (Jakarta: Ditjen Haji dan Umrah, 2009).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003).
Gitosudarmo, Indriyo, Manajemen Strategis, Edisi Pertama, (Yogyakarta : BPFE, 2001), h. 82.
HS, Fachruddin, Pembinaan Mental Bimbingan Al Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003).
http://www.digilib.petra.ac.id
Jauch, Lawrence R. & Glueck, William F, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta : Erlangga, 1988), Edisi 3.
J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11.
M. Basyuni, Muhammad, “Reformasi Manajemen Haji: Formula Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji”, Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa dalam Bidang Manajemen Dakwah 22 November 2008, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
M. Basyuni, Muhammad, Reformasi Manajemen Haji, ( Jakarta: FDK Press, 2008).
M. Bryson, John, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-9.
Muhammad, Suwarsono, Manajemen Stratejik; Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2.
P. Siagian, Sondang, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5.
Raya, Ahmad Thib, Mulia,, Siti Musdah op. cit..
Robinson, & Pearce, Manajemen Strategi; Formulasi, Implementasi & Pengendalian, Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Salemba Empat, 2008).
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4.