ANALISIS PERHITUNGAN PERSEDIAAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN MENURUT PERPAJAKAN PADA CV ALAM ABADI MULIA PALEMBANG
Neni Agustria Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang
Abstrak Sektor perdagangan khususnya retail (eceran) sebagai salah satu penunjang perekonomian yang mampu banyak menyerap tenaga kerja. Dalam kebijakan ekonomi nasional sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang paling penting, sebagai penyumbang besar dari segi pendapatan negara dalam hal pajak. Perusahaan adalah organisasi mencari profit/keuntungan/laba yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Di suatu perusahaan laporan persediaan barang merupakan persoalan yang sangat penting, hal ini berhubungan dengan perkembangan dan kemajuan perusahaan tersebut dalam melakukan usahanya. Persediaan barang merupakan suatu elemen utama dari modal kerja yang termasuk aktiva lancar yang selalu dalam keadaan berputar dan merupakan masalah pembelanjaan aktiv, dimana persediaan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap keuntungan yang di peroleh perusahaan. Kata Kunci : Analisis, Perhitungan, Persedian, Perpajakaan, Standar Akuntansi Keuangan.
PENDAHULUAN CV. Alam Abadi Mulia adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha pengadaan barang dan distributor alat sparepart mobil, yang berpusat di Palembang. Dalam hal ini di dalam CV. Alam Abadi Mulia mempunyai beberapa masalah dalam pembuatan laporan seperti laporan persediaan barang, dalam hal pengelohan data persediaan, perusahaan tersebut masih menggunakan cara manual, pada saat terjadinya transaksi pembelian maupun penjualan. Maka dalam hal ini sebaiknya perusahaan dapat menggunakan metode pencatatan buku (Perfectual). Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri. Setiap terjadi masuk dan keluar barang dicatat pada buku sehingga dengan cepat dapat diketahui persediaan akhir. Atau perusahaan dapat menggunakan metode pencatatan fisik. Dalam Metode fisik adalah metode penghitungan secara langsung (stock opname) jika ingin mengetahui persediaan akhir. Setelah persediaan barang yang ada di gudang dihitung baru bisa di ketahui persediaan akhirnya. Dari persediaan ini kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Selain itu persediaan merupakan aktiva sensitif terhadap kekunoan, penurunan harga, pencurian, pemborosan dan kerusakan. Terutama dalam penentuan besarnya investasi dalam persediaan. Oleh karena itu kesalahan penetapan investasi dalam perhitungan persediaan barang diterapkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam penerapan perhitungan dan pencatatan persediaan yang benar akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi perusahaan tersebut. Pelaksanaan sistem dan prosedurnya lebih terarah dan akan memberikan efektivitas bagi perusahaan dalam mencapai tujuan yaitu keuntungan yang sebesar-besarnya.
1
LANDASAN TEORI Akuntansi Keuangan Menurut Kieso, et al. tahun ( 2002 : 3) menyatakan bahwa : Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihakpihak internal maupun pihak eksternal. Persediaan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999:14.1) : Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, dalam proses produksi, dalam perjalanan, dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Baridwan (2000:149), menyatakan bahwa : Persediaan merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan barang- barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan, namun akan tergantung pada jenis usaha perusahaan. Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Metode Pencatatan Persediaan Menurut Zaki Baridwan (2000 : 151 ) metode pencatatan akuntansi terhadap persediaan yang terdapat pada suatu perusahaan ada 2 metode yang lazim digunakan yaitu metode fisik ( periodik ) dan metode buku ( perpectual ). Pajak Menurut Prof. Dr.Rochmat Soemitro, SH sebagaimana dikutip oleh ( Siti Resmi, 2008:1 ) :Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik ( kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi pajak yang dikemukan oleh S.I Djajadiningrat sebagaimana dikutip oleh ( Siti Resmi, 2008:1 ): Suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Metode Pencatatan Persediaan Perusahaan CV. Alam Abadi Mulia dalam melakukan pencatatan persediaan hanya menggunakan pencatatan biasa, agar kelangsungan perusahaan tetap terjaga dan perkembangannya meningkat diwaktu mendatang, maka penulis mencoba untuk menerapkan mengenai metode pencatatan persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Pajak. Metode Pencatatan Persediaan Sistem Fisik Pencatatan sistem fisik disebut juga dengan sistem periodik ( periodical system ). Ciri - ciri pencatatan persediaan dengan sistem fisik, antara lain sebagai berikut : a. Transaksi pembelian barang dicatat debet pada akun “ Pembelian “, sementara transaksi penjualan barang, didalam jurnal hanya dicatat harga jual.
2
b. Nilai persediaan pada akhir periode, diketahui setelah dilakukan pemeriksaan dan perhitungan barang secara fisik. c. Pembelian dan penjualan barang, tidak dicatat ke dalam akun “Persediaan” sehingga akun “Persediaan” hanya menunjukan informasi nilai persediaan awal pada akhir periode. Dengan menggunakan pencatatan sistem fisik pada CV. Alam Abadi Mulia maka dalam mengetahui laba kotor yang di peroleh dalam suatu periode, lebih dahulu harus menghitung secara fisik persediaan barang pada akhir periode, hal ini. dilakukan dengan cara menghitung, mengukur atau menimbang kuantitas (banyaknya) barang yang masih ada digudang. Nilai persediaan barang pada akhir periode, biasanya ditemui kesulitan sehubungan dengan barang yang dibeli bermacam macam. Untuk menentukan harga persatuan sebagai dasar penilaian persediaan barang pada akhir periode dapat digunakan beberapa metode penilaian diantaranya metode MPKP atau FIFO, metode MTKP atau LIFO, metode rata- rata Tertimbang dan metode Identifikasi Khusus. Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara : Persediaan barang awal Rp. x x Pembeliaan (Netto) Rp. x x ( +) Tersedia untuk di jual Rp. x x x Persediaan barang akhir Rp. x x x ( -) Harga pokok penjualan Rp. x x x Pada metode ini, jika ingin menyusun laporan keuangan jangka pendek misalnya bulanan sangat lambat dikarenakan harus mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pencatatan sistem fisik, metode persediaan diterapkan pada akhir periode yaitu untuk menentukan nilai (harga pokok) persediaan barang yang masih ada. Metode Pencatatan Persediaan Sistem Perpectual Di dalam metode ini perusahaan selalu mengadakan pencatatan, baik pembelian, pemakaian dan penjualan, sehingga setiap saat dapat diketahui secara tertulis jumlah persediaan dan mutasinya. Di dalam metode ini ada 3 alat yang saling memperkuat satu sama lainnya : a) Kartu gudang yang mencatat mutasi bahan secara fisik dalam kuantum. b) Administrasi persediaan dibagian pembukuan yang mencatat mutasi bahan dan nilainya ( baik kuantum maupun harganya.) c) Perhitungan fisik setiap akhir periode, yaitu dilakukan perhitungan fisik untuk dicocokkan dengan catatan. Ciri - ciri metode tersebut antara lain : a. Transaksi pembelian barang, dicatat debet pada akun “ Persediaan “ atau akun “ Kas “, atau “ Hutang dagang “. b. Transaksi penjualan barang dicatat sebagai berikut : - Harga ( hasil ) penjualan dicatat debet pada akun “ Kas “ atau “ Piutang dagang “, kredit pada akun “ Penjualan “. - Harga pokok barang dijual, dicatat pada akun “ Harga Pokok Penjualan “ dan kredit pada akun “ Persediaan “. - Saldo akun “ Persediaan “ menunjukan harga pokok (nilai) persediaan barang yang masih ada digudang. Dari ciri - ciri diatas dapat disimpulkan bahwa pada pencatatan sistem perpectual baik transaksi pembelian, maupun penjualan barang dicatat kedalam akun “ Persediaan “, dengan
3
kata lain ( keluar masuknya barang akan tampak dalam akun “ Persediaan “. Di bandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang - barang dalam gudang. Metode Perhitungan Persediaan Untuk mendekati permasalahan pengukuran persediaan, dalam hal penunjukkan biaya setiap item, ada empat metode perhitungan (FIFO. LIFO, Rata-rata, dan Identifikasi khusus) yang dikembangkan dan disetujui oleh GAAP (Prinsip Akuntansi yang diterima secara Umum). Berikut ini disajikan informasi perusahaan CV. Alam Abadi Mulia pada bulan Januari 2008 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Pada CV Alam Abadi Mulia Palembang Data Persediaan Baut roda Mobil Bulan Januari 2008 Tanggal 2008 01-Jan 03-Jan 06-Jan 10-Jan 13-Jan 16-Jan 19-Jan 21-Jan 23-Jan 26-Jan 27-Jan 28-Jan 30-Jan 31-Jan
Keterangan
Kuantitas Harga Jual Unit Persediaan Awal 40 Pembelian 20 Penjualan 26 Rp 55.500 Pembelian 35 Pembelian 60 Penjualan 40 Rp 52.300 Pembelian 25 Penjualan 17 Rp 56.500 Penjualan 40 Rp 57.000 Pembelian 60 Pembelian 35 Penjualan 40 Rp 56.000 Penjualan 27 Rp 55.000 Pembelian 33
Harga /Unit Beli Rp 50.000 Rp 40.000 Rp Rp Rp
35.000 45.000
Rp Rp
50.000 52.000
Rp
45.000
55.000
Total Harga Jual
Rp 1.443.000 Rp Rp Rp 2.092.000 Rp Rp 960.500 Rp 2.280.000 Rp Rp Rp 2.240.000 Rp 1.485.000 Rp Rp 10.500.500
Total Harga Beli Rp 2.000.000 Rp 800.000 Rp 1.225.000 Rp 2.700.000 Rp 1.375.000
Rp 3.000.000 Rp 1.820.000
Rp 1.485.000 Rp 14.405.000
Atas data berikut maka persediaan akhir CV. Alam Abadi Mulia Palembang sebanyak 118 unit. Dan memperoleh total penjualan pada akhir bulan Januari adalah Rp. 10.500.500,- dan beban operasi sebesar Rp. 250.000,- berdasarkan laporan laba rugi bulan Januari 2008. Pada saat menghitung persediaan akhir dan biaya pokok penjualan, akan sangat membantu jika terlebih dahulu diketahui biaya pokok barang tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut : Persediaan, 1 Januari 2008 (40 unit @ Rp. 50.000) Rp. 2.000.000.Pembelian bersih : - 20 Unit @ Rp. 40.000,-
Rp.
800.000.-
35 Unit @ Rp. 35.000,-
Rp. 1.225.000.-
60 Unit @ Rp. 45.000,-
Rp. 2.700.000.-
25 Unit @ Rp. 55.000,-
Rp. 1.375.000.-
60 Unit @ Rp .50.000,-
Rp. 3.000.000.-
35 Unit @ Rp. 52.000,-
Rp. 1.820.000.-
4
33 Unit @ Rp. 45.000,-
Rp. 1.485.000.-
Jumlah pembelian ( 268 Unit )
Rp. 12.405.000.-
Biaya pokok barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir ( 118 Unit ) Biaya pokok penjualan ( 190 Unit )
Rp. 14.405.000.-
Sistem Persediaan FIFO Periodik Pada sistem persediaan FIFO Periodik, perhitungan akan dilakukan pada akhir periode. Karena jumlah unit persediaan akhir adalah 118 unit, maka yang dicari adalah 118 unit barang yang terakhir kalinya dibeli oleh perusahaan, dengan sistem FIFO barang barang yang dibeli pada awal periode sudah dijual terlebih dahulu. Dengan demikian, 118 unit barang yang paling akhir dibeli adalah : 33 unit @ Rp. 45.000,- pada 31 Jan = Rp. 1.485.000,35 unit @ Rp. 52.000,- pada 27 Jan
= Rp. 1.820.000,-
50 unit @ Rp. 50.000,- pada 26 Jan 2.500.000,- + Persediaan akhir Rp. 5.805.000,-
= Rp.
Sistem Persediaan FIFO Perpectual Metode ini berdasarkan anggapan bahwa barang yang dibeli (masuk) adalah barang yang paling dahulu keluar (dijual), maka perhitungan metode FIFO dari sistem persediaan perpectual dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2. Kartu Stock Baut roda Mobil Berdasarkan Metode FIFO Bulan Januari 2008 Tgl Jan 1 3
Unit
20
Pem belian Harga Total Harga Unit
40.000
6 10
35
35.000
13
60
45.000
16
19
25
55.000
21
23 26
60
50.000
35
52.000
800.000 1.225.000 2.700.000 1.375.000 3.000.000 1.820.000 -
Biaya pokok penjualan Unit Harga Total Harga Unit
26
50.000
14 20 6
50.000 40.000 35.000
17
35.000
12 28
35.000 45.000
-
1.300.000 700.000 800.000 210.000 595.000 420.000 1.260.000 -
5
Unit
Saldo Harga Total Harga Unit
40 40 20 14 20 14 20 35 14 20 35 60 29 60
50.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 35.000 50.000 40.000 35.000 45.000 35.000 45.000
29 60 25 12 60 25 32 25 32 25 60 32 25 60
35.000 45.000 55.000 35.000 45.000 55.000 45.000 55.000 45.000 55.000 50.000 45.000 55.000 50.000
2.000.000 2.000.000 800.000 700.000 800.000 700.000 800.000 1.225.000 700.000 800.000 1.225.000 2.700.000 1.015.000 2.700.000 1.015.000 2.700.000 1.375.000 420.000 2.700.000 1.375.000 1.440.000 1.375.000 1.440.000 1.375.000 3.000.000 1.440.000 1.375.000 3.000.000
27 28
30 31
33
45.000
Jm l 308
1.485.000 12.405.000
32 8
45.000 55.000
17 10
55.000 50.000
190
1.440.000 440.000 935.000 500.000 7.300.000
35 17 60 35 50 35 50 35 33
52.000 55.000 50.000 52.000 50.000 52.000 50.000 52.000 45.000
1.820.000 935.000 3.000.000 1.820.000 2.500.000 1.820.000 2.500.000 1.820.000 1.485.000
Perhitungan akhir menunjukan bahwa : Biaya pokok barang tersedia untuk dijual..........
Rp. 14.405.000,-
Persediaan akhir (33 x 45.000)+(35 x 52.000)+(50 x 50.000)
Rp.
5.805.000,-
Biaya pokok penjualan
Rp.
8.600.000,-
Dalam perhitungan metode FIFO dari sistem persediaan perpectual, besarnya persediaan akhir adalah Rp. 5.805.000,- sama sebagaimana halnya dengan metode FIFO periodik. Sistem Persediaan LIFO Periodik Pada sistem persediaan LIFO Periodik, perhitungan akan dilakukan pada akhir periode. Karena jumlah unit persediaan akhir adalah 118 unit, maka yang dicari adalah 118 unit barang yang terakhir kalinya dibeli oleh perusahaan, dengan sistem LIFO barangbarang yang dibeli pada akhir periode sudah dijual terlebih dahulu. Dengan demikian, 118 unit barang yang paling awal dibeli adalah : 40 unit @ Rp. 50.000,- pada 1 Jan (awal) = Rp. 2.000.000,20 unit @ Rp. 40.000,- pada 3 Jan
= Rp. 800.000,-
35 unit @ Rp. 35.000,- pada 10 Jan
= Rp. 1.225.000, -
23 unit @ Rp. 45.000,- pada 13 Jan Rp. 5.060.000,-
= Rp. 1.035.000,- + Persediaan akhir
Sistem Persediaan LIFO Perpectual Metode ini berdasarkan barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. Maka perhitungan harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan sebagai berikut :
6
Tabel 3. Kartu Stock Baut roda Mobil Berdasarkan Metode LIFO Bulan Januari 2008 Tgl Jan 1 3
Unit
20
Pem belian Harga Total Harga Unit
40.000
6 10
35
35.000
13
60
45.000
16
19
25
55.000
800.000 1.225.000 2.700.000 -
23
26
60
50.000
27
35
52.000
28
30
31
33
Jm l 308
45.000
40
45.000
800.000 300.000 1.800.000
17
55.000
935.000
8 20 12
55.000 45.000 35.000
440.000 900.000 420.000
20 6
40.000 50.000
1.375.000 -
21
Biaya pokok penjualan Unit Harga Total Harga Unit
3.000.000 1.820.000 -
35 5
52.000 50.000
1.820.000 250.000
27
52.000
1.404.000
1.485.000 12.405.000
190
Unit
Saldo Harga Total Harga Unit
40 40 20 34
50.000 50.000 40.000 50.000
34 35 34 35 60 34 35 20 34 35 20 25 34 35 20 8 34 23
50.000 35.000 50.000 35.000 45.000 50.000 35.000 45.000 50.000 35.000 45.000 55.000 50.000 35.000 45.000 55.000 50.000 35.000
34 23 60 34 23 60 35 34 23 55 34 23 28 34 23 28 33
50.000 35.000 50.000 50.000 35.000 50.000 52.000 50.000 35.000 52.000 50.000 35.000 52.000 50.000 35.000 52.000 45.000
2.000.000 2.000.000 800.000 1.700.000 1.700.000 1.225.000 1.700.000 1.225.000 2.700.000 1.700.000 1.225.000 900.000 1.700.000 1.225.000 900.000 1.375.000 1.700.000 1.225.000 900.000 440.000 1.700.000 805.000 1.700.000 805.000 3.000.000 1.700.000 805.000 3.000.000 1.820.000 1.700.000 805.000 2.860.000 1.700.000 805.000 1.456.000 1.700.000 805.000 1.456.000 1.485.000
9.069.000
Perhitungan akhir menunjukan bahwa : Biaya pokok barang tersedia untuk dijual.......... Rp. 14.405.000,Persediaan akhir (33 x 45.000)+(28 x 52.000)+(23 x 35.000) + (34 x 50.000) = Rp. 5.446.000, Biaya pokok penjualan Rp. 8.959.000,Dalam perhitungan metode LIFO dari sistem persediaan perpectual, besarnya persediaan akhir adalah Rp. 5.446.000,- sedangkan pada metode LIFO dari sistem periodik besarnya persediaan akhir adalah Rp. 5.060.000,-. Sistem Persediaan Rata - rata Bergerak Dalam metode ini, barang - barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok rata - rata baru dihitung pada akhir periode, dan akibatnya jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir
7
periode. Apabila harga pokok rata - rata dicatat setiap ada pengelurann barang maka diperlukan untuk menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pem mbelian barang, sehingga dalam satu periode akaan terdapat beberapa harga pokok rata - rata. a. Metode Fisik Persediaan akhir dihitung sebaggai berikut : Januari 1
Persediaaan 40 Unit @ Rp. 50.000.-
Rp. 2.000.00 000.-
3
20 Unit @ Rp. 40.000.-
Rp.
10
35 Unit @ Rp. 35.000.-
Rp. 1.225.00 000.-
13
60 Unit @ Rp. 45.000,-
Rp. 2.700.00 000.-
19
25 Unit @ Rp. 55.000,-
Rp. 1.375.00 000.-
26
60 Unit @ Rp .50.000,-
Rp. 3.000.00 000.-
27
35 Unit @ Rp. 52.000,-
Rp. 1.820.00 000.-
31
33 Unit @ Rp. 45.000,-
Rp. 1.485.00 000. + Rp.14.4055.000.-
308 Unit
800.00 000.-
Rp 14.4055.000 Harga pokok rata – rata tertimbaang : 308 = Rp. 46.679.- per unit Persediaan barang 31 Januari 2008 : 118 unit @ Rp. 46.679 = Rp. 5.508.122,-Harga pokok penjualan : Rp. 144.405.000.Rp. 5.508.122,- = Rp. 8.896.878 878.b. Metode Buku (Perpectual) Tabel 3. Kartu Stock Baut roda Mobil Berdasarkan Metode Rata - Rata bergerak Bulan Januari 2008
8
Perhitungan akhir menunjukan bahwa : Biaya pokok barang tersedia untuk dijual.......... Persediaan akhir (85 x 48.742) + (33 x 45.000) Biaya pokok penjualan
Rp. 14.405.000,Rp. 5.628.070,Rp. 8.776.930,-
Dalam perhitungan metode rata-rata bergerak dari sistem persediaan periodik, besarnya persediaan akhir adalah Rp. 5.508.122,- sedangkan pada sistem perpectual besarnya persediaan akhir adalah Rp. 5.628.070,-. Apabila ketiga metode tersebut di atas diperbandingkan akan nampak bahwa nilai persediaan dan biaya pokok penjualan yang dihasilkan berbeda. Maka dapat kita lihat dari ketiga metode penentuan biaya pokok penjualan metode FIFO lebih rendah jumlahnya dengan metode rata-rata bergerak dan metode LIFO. Hal ini disebabkan karena pada metode FIFO barang - barang yang dibeli pertama diasumsikan pertama dijual sehingga persediaan akhir terdiri dari barang - barang yang dibeli baru - baru saja. Akibat dari berbedanya nilai persediaan akhir dan biaya pokok penjualan adalah berbedanya laba bersih, Laba bersih tertinggi akan diperoleh apabila perusahaan menggunakan metode FIFO. Laba terendah akan dihasilkan oleh metode LIFO. Metode rata-rata akan menghasilkan laba bersih, total aktiva dan modal di antara nilai menurut FIFO dan LIFO. Ketiga metode tersebut di atas boleh dipilih untuk diterapkan harus memperhatikan manfaat yang bisa diambil. Tetapi patut diperhatikan, bahwa analisis seperti diterangkan diatas, hanya terjadi apabila harga beli barang dagang mengalami penurunan, maka hasil analisis yang diperoleh merupakan kebalikan dari padanya. Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan harga pokok penjulan pada pajak hanya boleh dilakukan dua cara yaitu : 1. Metode Rata-rata (Average) 2. Metode FIFO PENUTUP Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya mengenai Analisis Perhitungan Persediaan Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Menurut Perpajakan pada CV.Alam Abadi Mulia Palembang, maka pada bab ini penulis akan memberikan suatu simpulan dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk perbaikan.Dari hasil analisis diatas dan kondisi perusahaan serta kondisi ekonomi saat ini sebaiknya perusahaan tetap menggunakan metode rata - rata jika harga serta kurs sedang fluktuatif, maka dengan menggunakan metode ini harga akan menjadi standar (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah) karena harga pokok penjualan yang dikenakan merupakan harga rata-rata dari total dalam harga periode tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE , Yogyakarta. Ikatan, Akuntan, Indonesia, 1999, Standar Akuntansi Keuangan, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Manulang, 1997, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Medan. Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta S.R Soemarso, 1992, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, Penerbit Rineka, Cipta, Jakarta.
10